• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Asuransi Agkutan Laut dan Udara, mahasiswa akan dapat menjelaskan peranan asuransi dalam pengiriman barang ke luar negeri melalui maskapai pelayaran atau penerbangan dengan benar.

6.1. Pengertian Asuransi

Pada dasarnya ada tiga jenis asuransi, yaitu : a. Asuransi Jiwa

b. Asuransi Kesehatan c. Asuransi Kerugian

Asuransi kerugian sering juga disebut general insurance, merupakan suatu persetujuan antara insurer (penanggung) dengan tertanggung dimana penanggung berjanji akan mengganti kerugian yang dialami oleh tertanggung akibat hilang atau rusaknya suatu kiriman. Persetujuan antara kedua belah pihak biasanya dituangkan secara tertulis dalam bentuk akte yang disebut “POLIS” dan ditandatangani oleh masing-masing pihak.

Walaupun sejak berakhirnya perang dunia kedua teknologi dan sarana angkutan laut dan udara telah berkembang dengan pesat, namun resiko angkutan barang dengan kapal alut dan pesawat udara masih tetap ada. Hanya saja tingkat kejadiannya telah menurun. Resiko utama angkutan barang dengan kapal laut dan pesawat terbang adalah rusak atau hilang. Kerusakan atau hilangnya barang yang diangkut dengan kapal laut atau pesawat itu dapat saja disebabkan karena kesalahan perusahaan pengangkutannya. Untuk mengatasi resiko di luar kesalahan perusahaan pelayaran atau penerbangan (misalnya karena bencana alam, kebakaran, pemogokan buruh pelabuhan, sifat produk yang diangkut misalnya mudah terbakar, dsb) barang yang diekspor wajib diasuransikan. Kontrak asuransi angkutan laut atau udara (marine or air insurance) dapat diurus baik oleh eksportir maupun importir, tergantung dari ketentuan penentuan harga dalam kontran penjualan. Sebagai contoh bailamana harga barang ditentukan CIF, DEQ atau CIP maka eksportir akan mengatur dan bertanggung jawab atas pengasuransian barang. Jumlah nilai pengasuransian harus sepadan dengan jumlah nilai barang yang diangkut. Sedangkan bilamana harga barang ditentukan berdasarkan FOB, C&F atau FAS importer akan mengatur dan bertanggung jawab atas pengasuransian barang, mulai dari gudang eksportir sampai barang dimasukan dalam gudang importer di pelabuhan tujuan.

Bank yang diminta untuk membiayai barang yang dieskpor/impor selalu ingin mendapat kepastian bahwa barang yang bersangkutan telah diasuransikan secara memadai. Untuk itu mereka meminta debitur (eksportir atau importer) menyerahkan letter of insurance , yaitu surat pernyataan dari perusahaan asuransi atau insurance broker yang menyatakan bahwa barang yang akan dibiayai telah diasuransikan.

6.2. Jenis Polis Asuransi

Polis Asuransi dapat diatur secara khusus (specific policies) atau secara jangka waktu tertentu (open policies). Specific Policies hanya berlaku untuk tiap-tiap kali pengiriman barang. Jenis polis asuransi ini baiasanya dipergunakan oleh eksportir atau importer yang transaksi perdagangan ekspor impornya tidak tetap, misalnya hanya tiga atau empat kali transaksi tiap tahunnya. Open

(2)

Policies polis asuransi barang ekspor impor yang berlaku untuk satu masa tertentu misalnya satu tahun. Dengan open policies jaminan asuransi berlaku untuk seluruh barang yang diekspor imporkan selama masa perjanjian, dan biasanya dipergunakan oleh eksportir dan importer yang jumlah transaksi dagangnya tiap masa tertentu cukup besar.

Dalam open plicies pembuktian bahwa barang telah diasuransikan dinyatakan dalam surat keterangan yang disebut insurance certificate. Insurance certificate disiapkan oleh eksportir dengan formulir yang mereka terima dari perusahaan asuransi tiap saat barang akan dikapalkan. Lembar pertama surat keterangan ini akan dijadikan dokumen pengapalan barang, sebagai bukti bahwa barang tlah diasuransikan.

6.3. Ketentuan Umum Kontrak Asuransi

Masing-masing kontrak angkutan laut dan udara memuat berbagai macam ketentuan. Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan umum yang berikut tidak boleh ditinggalkan, karena ketentuan tersebut merupakan ketentuan minimum.

• Nama pihak-pihak yang melakukan kontrak (The insured party) • Komoditas yang diasuransikan (Insured goods)

• Jumlah nilai asuransi (Insurance coverage)

• Jenis sarana angkutan yang dipergunkan (Type of Conveyances) • Batas tanggung jawab perusahaan asuransi (Limit of liability)

Nama pihak yang melakukan kontrak dapat eksportir dan perusahaan asuransi atau importer atau

bank yang membiayai transaksi perdagangan dengan perusahaan asuransi. Tanpa nama-nama dan tanda tangan pihak yang mengadakan kontrak, polis asuransi yang bersangkutan tidak bernilai. Apabila penawaran harga komoditas dinyatakan dalam FOB, C&F atau FAS kontrak asuransi ditandatangani oleh importer dan perusahaan asuransi. Bilamana harga komoditas dinyatakan dalam CIF, DEQ, atau CIP, eksportir akan mengikat kontrak asuransi angkutan barang yang akan diangkut dengan perusahaan asuransi.

Jenis komoditas yang dapat diasuransikan adalah barang yang secara hukum diperbolehkan untuk

diangkut dengan kapal alaut atau pesawat terbang. Dalam perdagangan internasional jenis-jenis barang yang secara hukum layak untuk diangkut dengan kapal laut dan pesawat terbang telah dimuat dalam sebuah dafar yang diketahui oleh perusahaan-perusahaan asuransi angkutan laut dan udara di dunia.

Jumlah nilai asuransi (insurance coverage) barang yang diasuransikan harus disetujui kedua elah

pihak sebelum kontrak asuransi ditanda tangani. Jumlah premi asuransi yang akan dibayar eksportir atau importer akan ditentukan oleh jumlah nilai asuransi tersebut.

Jenis sarana angkutan. Dalam rangka perdagangan internasional perusahaan asuransi biasanya

hanya bersedia mengasuransi barang-barang yang diangkut kepal besi bermesin untuk pelayaran samudera (all mechanically propelled iron or steel vessel). Mereka tidak bersedia mengasuransikan barang-barang yang diangkut dengan kapal tongkang (barges), kapal layer, kapal kayu dan sebangsanya.

Kontrak asuransi barang yang diangkut dengan pesawat terbang biasanya memuat klausula khusus yang menyebutkan secara rinci jenis-jenis resiko yang diasuransikan, beberapa diantaranya adalah kerusakan, hilang, kerugian karena pemogokan, perang dan kerusuhan. Oleh karena waktu yang dipergunakan untuk mengangkut barang dengan pesawat udara lebih cepat dibandingkan dengan kapal laut, premi asuransi barang yang diangkut dengan pesawat udara juga lebih murah.

(3)

Batas tanggung jawab perusahaan asuransi. Seberapa jauh perusahaan asuransi bertanggung jawab bilamana terjadi kerusakan atau kehilangan barang serta kerugian lainnya (termasuk jumlah maksimum pembayaran ganti rugi) akan tercantum dengan jelas dan rinci dalam setiap kontrak asuransi angkutan laut dan udara. Batas maksimum tanggung jawab perusahaan asuransi terutama diutarakan dalam hal-hal berikut:

• Jumlah maksimum volume/berat barang yang boleh diangkut oleh tiap kapal laut atau pesawat terbang yang akan mengangkut barang

• Jumlah maksimum volume/berat barang yang boleh diangkut di atas deck setiap kapal laut yang akan mengangkut barang

• Jumlah maksimum volume/berat tiap paket barang yang akan dikirim lewat pos. 6.3. Tanggung Jawab Maskapai Pelayaran

Dalam lalulintas perdagangan luar negeri, barang-barang biasanya diangkut melalui darat/laut/udara, tetapi berhubung Indonesia adalah negara maritim maka sebagian besar kiriman diangkut melalui laut. Sehubungan dengan itu tugas dan taggung jawab maskapai pelayaran adalah sebagai berikut :

1. Menyelengarakan pengangkutan barang (to perform the function of carriage)

2. Menjamin keselamatan kiriman selama dalam perjalanan (to safeguard the goods while in transit)

3. Memelihara barang-barang yang diangkut (to take reasonable care of the goods entrusted to him)

4. Bertanggung jawab atas kerusakan dan kerugian atas barang-barang selama dalam tangannya, kecuali kerugian disebabkan oleh :

1. Bencana alam

2. Peperangan atau kerusuhan massal yang tidak dapat dihindari 3. Kerusakan terjadi karena sifat barang itu sendiri

4. Kelalaian dari pemilik barang

Maskapai pelayaran tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh faktor-faktor di atas, oleh sebab itu tidak dapat dimintakan ganti rugi apabila penyebabnya adalah keempat faktor di atas.

Sehubungan dengan itu, sesuai dengan tujuan asuransi untuk mengambil alih resiko, maka resiko yang dapat diasuransikan adalah kerusakan/kehilangan yang disebabkan oleh kelalaian pihak kapal. Artinya dengan asuransi pihak kapal mengalihkan resiko yang harus ditanggungnya kepada pihak asuransi.

Menurut American Carriage of Goods by Sea Act (1936) yang berasal dari Carriage of Goods by Sea Act (1924) menyebutkan kewajiban - kewajiban maskapai pelayaran samudera antara lain sebagai berikut :

a. Pengangkut berkewajiban, melakukan penelitian yang cermat sebelum dan pada permulaan pelayaran untuk menjamin supaya :

1. Kapal layak untuk berlayar

2. Mempunyai persediaan, peralatan dan awak kapal yang memadai

3. Mempersiapkan ruangan yang layak untuk menjamin keselamatan barang sampai ke tempat tujuan.

b. Pihak kapal harus senantiasa berhati-hati dalam memuat, menyusun, memindahkan, menyimpan dan membongkar barang-barang yang diangkutnya.

(4)

c. Pihak kapal harus mengeluarkan bukti penerimaan barang berupa konosemen dan memberikannya kepada shipper.

6.4. Jenis Bencana Pada Angkutan Laut

Adapun jenis bencana yang mungkin menimpa kapal maupun muatan yang diangkut melalui laut pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Bencana Alam

Yang dimaksud dengan bencana alam antara lain badai, gelombang, angin, kabut, kapal kandas, pulau karang, gunung es, kilat dan tabrakan kapal.

b. Perbuatan Manusia

1. Bencana yang ditimbulkan oleh awak kapal sendiri, misalnya :

1). Awak kapal dengan sengaja memusnahkan atau membuang ke laut sebagian dari muatan untuk mengurangi muatan kapal

2). Adanya perbuatan jahil dari awak kapal dengan cara merusak kapal atau muatan, sewenang-wenang dalam mengemudikan kapal, sengaja menimbulkan kebakaran, serta perbuatan lainnya yang melanggar hukum sehingga menimbulkan kerugian bagi pemilik kapal atau pemilik barang (shipper)

3). Adanya penyimpangan tujuan pelayaran tanpa sebab yang memaksa, yang dapat merusak muatan sehingga merugikan pemilik barang

2. Bencana yang ditimbulkan oleh pihak ketiga, misalnya bajak laut, penyamun, pencuri, pencoleng, perampok, bajak laut dan lain-lain.

3. Bencana yang ditimbulkan oleh pemilik barang sendiri, misalnya pengepakan yang kurang baik atau memang disengaja oleh pemilik barang dengan tujuan tertentu (misalnya untuk mendapatkan ganti rugi dari perusahaan asuransi)

c. Sifat-sifat dari barang yang dipertanggungkan

Umumnya barang yang diangkut melalui laut adakn selalu mengalami kerusakan kecil maupun penyusutan terutama untuk benda-benda hidup. Oleh sebab itu sebelum diasuransikan harus benar-benar dihitung perkiraan kerugian yang akan diderita oleh pemilik barang.

6.5. Batas Ganti Rugi Yang Tertanggung

Dalam perdagangan internasional dikenal empat macam kerugian yang ditanggung pemilik barang yang diangkut dengan kapal laut. Walaupun kata-katanya sudah berulang kali diganti atau diperbaiki pada dasarnya keempat jenis kerugian tersebut sudah dikenal sejak dikeluarkannya ketentuan asuransi intenasional Lloyd’s Policy pada tahun 1779. Keempat macam kerugian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Total Loss

Yaitu kerugian yang diakibatkan oleh lenyapnya seluruh barang yang dikirim. Hal itu dapat terjadi bilamana kapal yang mengangkutnya terbakar habis atau tenggelam, biaya untuk menyelamatkan barang yang diangkut lebih besar dari nilai barang itu sendiri. Dalam total loss pembayaran ganti rugi akan diberikan sebesar jumlah nilai asuransi.

b. Total Loss of part of shipment

Ada kemungkinan barang yang diasuransikan terdiri dari banyak atau beberapa bagian, satuan atau kemasan barang. Apabila karena musibah yang terjadi hanya sebagian atau beberapa baian barang tersebut yang rusak atau musnah, ganti rugi yang diberikan oleh perusahaan asuransi akan terbatas pada bagianatau satuan barang yang rusaka tau musnah itu.

(5)

c. Particular Average

Dalam istilah asuransi laut yang dimaksud dengan average atau rata-rata adalah kerugian yang menimpa barang tertentu; jadi bukan diartikan sebagai kerugian rata-rata. Sebagai contoh ketika kapal niaga yang mengangkut barang diterjang badai di tengah laut ada barang muatan tertentu yang rusak, sedangkan barang-barang muatan lain tidak.

d. General Average

Untuk menyelamatkan kapal dan barang-barang muatan lainnya dari mala petaka yang terjadi di tengah laut, adakalanya sebaian dari barang-barang itu harus dikorbankan, misalnya dibaung ke laut. Dapat juga terjadi untuk menyelamatkan kapal dari bahaya terbakar habis awak kapal menyemprotkan air itu sebagian barang yang dimuat dalam kapal basah kuyup terkena semprotan air dan mengalami kerusakan.

Syarat-syarat Pertanggungan

a. Total Loss Only (TLO)

Dalam hal ini pihak asuransi hanya akan memberikan ganti rugi apabila seluruh benda yang dipertanggungkan rusak atau hilang sama sekalai. Muatan seperti ini biasanya berupa barang-barang tanpa pembungkus, misalnya kayu, biji tembaga, batu bara dsb.

b. Free of Particular Average (FPA)

Disini pihak asuransi hanya memberikan ganti rugi terhadap kerugian umum (general average) dan tidak memberikan ganti rugi atas kerugian khusus.

c. With Average (WA)

Disini pihak asuransi wajib memberikan ganti rugi terhadap semua jenis kerusakan dan kerugian yang diderita selama dalam pengangkutan laut baik TLO, general average, dan particular average.

d. Franchise Clause

Disini pihak asuransi memberikan batasan sampai dimana kewajibannya muncul akibat kerusakan barang. Misalnya pihak asuransi wajib membayar kerusakan apbila jumlah barang yang rusak di atas 2%, sedangkan bila rusaknya dibawah 2% maka pihak asuransi dibebaskan dari kewajibannya.

e. All Risk

Dengan syarat pertanggungan seperti ini, pihak asuransi akan memberikan ganti rugi atas semua kerugian yang dialami tertanggung sekecil apapun itu. Oleh sebab itu, premi yang harus dibayar biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan pertanggungan lainnya.

6.6. Resiko Yang Dapat di Asuransikan

a. Resiko kerugian yang secara umum ditanggung oleh perusahaan asuransi, antara lain terdiri dari:

1. Bencana Alam Laut, yaitu:

¾ Angin ¾ Badai ¾ Gelombang ¾ Kabut ¾ Batu Karang ¾ Gunung Es ¾ Kilat 2. Bencana di Laut ¾ Tabrakan ¾ Kebakaran

(6)

1. Perbuatan Awak Kapal:

¾ Pengurangan atau pembuangan muatan

¾ Kejahilan awak kapal

¾ Penggantian arah pelayaran 2. Perbuatan Pihak ke-3

¾ Bajak Laut

¾ Penyamun

¾ Pencuri

c. Resiko kerugian yang menjadi tanggung jawab pemilik barang:

1. Kerusakan yang ditimbulkan oleh binatang pengerek seperti tikus dan kutu.

2. Kerugian yang timbul karena perubahan harga (market fluctuation) di pelabuhan tujuan, kerusakan karena kelambatan dalam pelayaran atau kehilangan kesempatan untuk pemasaran (opportunity lost)

3. Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian atau itikad yang tidak baik dari pengirim. d. Penentuan pertanggungan dengan perjanjian khusus

1. Resiko Peperangan 2. Resiko Pemogokan 3. Resiko Pencurian di darat 4. Resiko Kebakaran

5. Resiko lainnya yang disetujui oleh kedua belah pihak 6.7. Prosedur Penagihan Ganti Rugi

Prosedur umum yang berlaku di dunia perdagangan internasional penagihan gnati rugi dapat dilakukan oleh importer pemilik barang, perusahaan pelayaran yang mengangkut barang atau oleh bank yang membiayai pengimporan barang.

Berdasarkan permintaan ganti kerugian tersebut perusahaan aruransi akan mengirim tim untuk meneliti apakah benar-benar terjadi musibah pada barang yang diangkut, sebab dari musibah, jumlah kerugian yang diderita, apakah kerusakan barang termasuk dalam ketentuan kontrak dan apakah ada batas tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap pemberian ganti rugi. Selanjutnya laporan penelitian tersebut di atas dilampiri bill of lading yang asli, commercial invoice, insurance certificate, surat permintaan ganti rugi dan dokumen atau bukti lain yang terkait dikirimkan ke kantor pusat perusahaan asuransi untuk diproses lebih lanjut.

Penyelesaian tuntutan ganti rugi total loss biasanya lebih mudah dilakukan. Sedangkan penyelesaian ganti rugi partial loss, seperti diutarakan di muka lebih memakan waktu, antara lain Karena harus diperoleh kesepakatan terlebih dahulu antara perusahaan asuransi dan pemolik barang tentang nilai kerugian yang diderita. Penyelesaian tuntutan ganti rugi general average lebih rumit lagi. Hal itu disebabkan karena diperlukan persamaan pendapat dari pemilik barang yang rusak atau musnah, para pemilik barang yang terselamatkan dan pemilik kapal tentang nilai kerugian barang, berapa serta bagaimana mereka memberikan kontribusi ganti rugi.

DAFTAR PUSTAKA:

1. Amir, MS. 2005. Letter of Credit. PPM. Jakarta.

2. Amir, MS. 2000. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

3. Amir, MS. 1999. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

(7)

EVALUASI:

1. Dalam asuransi terdapat tiga prinsip pokok pertanggungan, coba Saudara jelaskan ke-tiga prinsip tersebut !

2. Jelaskan jenis-jenis kerusakan dan kerugian pada angkutan laut !

3. Dalam asuransi terdapat syarat-syarat pertanggungan. Coba Saudara jelaskan syarat-syarat pertanggungan tersebut !

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah master kabupaten yang disertai dengan informasi jumlah usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, jumlah usaha jasa kesehatan,

Sekarang ia menjadi dosen tetap di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta dengan mata kuliah pokok Pendidikan Agama Islam dan Sejarah

Yaitu Isim yang menunjukkan jumlah banyak (lebih dari dua) yang dibentuk dari isim mufrod muannats baik yang berakal maupun tidak berakal, dan memiliki ketentuan cara

Kemampuan untuk melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan menegakkan diagnosis pada pasien dengan nyeri akut, kronik non-cancer dan nyeri kanker secara

Bentuk layanan bimbingan karier di SMK Nuurul Muttaqiin Cisurupan dimulai dengan beberapa tahapan layanan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Peserta didik yang

Pada desain elemen penumpu, kita dapat menggunakan fondasi yang langsung menyerap reaksi horizontal atau dengan menggunakan batang tekan tambahan yang memikul gaya

Terdapat perbedaan antara sistem akreditasi program-program studi di bidang Arsitektur di Indonesia (yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi -

[r]