• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis - DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF -EFFICACY SISWASMP ISTIQOMAH SAMBAS PURBALINGGA (Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa) - repository perpusta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis - DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF -EFFICACY SISWASMP ISTIQOMAH SAMBAS PURBALINGGA (Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa) - repository perpusta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 A.Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Setiap orang pasti akan dihadapkan pada masalah, baik masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun masalah dalam konteks pembelajaran matematika. Masalah dalam matematika adalah masalah yang berkaitan dengan materi matematika. Masalah dalam belajar matematika biasanya berupa soal atau pertanyaan yang harus diselesaikan, tetapi tidak semua soal atau pertanyaan merupakan masalah. Hal ini sejalan dengan Agustina (2013) yang menyatakan bahwa masalah yang terdapat dalam matematika dapat berupa soal non rutin yang tidak bisa diketahui secara langsung penyelesaiannya.

(2)

suatu pertanyaan yang dihadapi oleh seseorang dikatakan suatu masalah jika orang tersebut tidak bisa menemukan secara langsung prosedur untuk mendapatkan jawaban atas permasalahannya teresbut.

Untuk dapat menyelesaikan suatu masalah, maka diperlukan proses pemecahan masalah. Menurut Santrock (2008) pemecahan masalah adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Solso (2008) mengatakan pemecahan masalah merupakan pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi dari masalah yang spesifik. Ormrod (2008) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan yang belum terjawab atau situasi yang sulit. Hal ini sejalan dengan Wardhani (2008) yang mengungkapkan bahwa pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki.

(3)

pendapat Nurdalilah (2013) bahwa pemecahan masalah meliputi memahami masalah, merancang pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, memeriksa hasil kembali.

Dalam proses pemecahan masalah matematika dibutuhkan sebuah kemampuan, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis. Menurut Fauziah (2010) kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan langkah-langkah penyelesaian yang meliputi memahami persoalan, membuat rencana pemecahan, menjalankan rencana serta melihat kembli apa yang telah dilakukan. Krikley (2003) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah dipandang sebagai suatu keterampilan yang digunakan untuk memecahkan masalah atau persamaan matematika.

Hal ini sejalan dengan Adjie (2006) kemampuan dalam memecahkan masalah termasuk suatu keterampilan, karena dalam pemecahan masalah melibatkan segala aspek pengetahuan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) dan sikap mau menerima tantangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah matematis dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki serta dengan langka-langkah pemecahan masalah.

(4)

mendefinisikan kembali masalah dan solusi dari waktu ke waktu. Sedangkan menurut Polya (1973) langkah-langkah pemecahan masalah meliputi:

a. Tahap pemahaman masalah (understanding the problem)

Tahap pemahaman soal menurut Polya adalah siswa harus dapat memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal, menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal.

b. Tahap perencanaan (devising a plan)

Menurut Polya kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini antara lain, mencari hubungan antara data yang diketahui, seperti mencari konsep-konsep atau teori yang saling berkaitan, serta mencari rumus-rumus yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan jika siswa melakukan langkah pertama dengan benar.

c. Tahap pelaksanaan rencana (carry out a plan)

Yang dimaksud pelaksanaan rencana adalah siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan seperti konsep dan rumus yang sesuai.

d. Tahap peninjauan kembali (looking back at the completed solution) Pada tahap ini siswa harus berusaha untuk megecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan masalah yang dilakukan sehingga mendapat jawaban yang sesuai dengan masalah yang diberikan.

(5)

siswa mengerjakan soal pemecahan masalah matematika dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Tahapan Pemecahan Masalah Matematis

Tahap Tahapan pemecahan

Siswa dapat menuliskan unsur-unsur yang diketahui

dan apa yang ditanyakan dalam soal

2 Membuat Rencana

Penyelesaian (Devising a Plan)

Siswa dapat membuat rencana penyelesaian sesuai dengan hal-hal yang diketahui.

3 Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana (Carrying Out The Plan)

Siswa dapat melakukan perhitungan

tahap demi tahap serta

menyelesaikan perhitungan dengan tuntas dan benar

4 Memeriksa Kembali

Prosedur dan Hasil Penyelesaian (Looking Back)

Siswa dapat memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

2. Self-Efficacy

(6)

merupakan keyakinan atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu agar berhasil di dalam tugas.

Ciri-ciri seseorang yang memiliki self-efficacy menurut Omrod (2008) yaitu: a) Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi lebih mungkin mengerahkan segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas baru dan gigih tidak mudah menyerah, b) Seseorang yang memiliki self-efficacy rendah akan lebih mungkin bersikap setengah hati dan begitu cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan, c) Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung lebih mungkin banyak belajar dan berprestasi dari pada seseorang yang memiliki self-efficacy rendah.

Menurut Bandura (1997) sebagai pengukuran tingkat self-efficacy mengacu pada tiga dimensi diantaranya;

a) Level

Dimensi ini membedakan tingkatan/level keyakinan seseorang terhadap usaha dalam menyelesaikan tingkatan tugas tertentu. Efficacy yang diraskan setiap individu mungkin hanya sebatas dari tingkat kesukaran tugas yang rendah, tingkat kesukaran yang sedang, hingga tingkat kesukaran tinggi dalam tugas tertentu.

b) Kekuatan/Strength

(7)

c) General

Keyakinan akan efficacy (efficacy beliefs) dapat juga dibedakan dalam hal general, yaitu seberapa self-efficacy yang dimiliki seseorang untuk dapat digeneralisasikan ke dalam situasi yang lain.

Sedangkan tiga dimensi self-efficacy menurut Zimmerman (1992) yaitu sebagai berikut:

(a) Level

Level berkaitan dengan tingkatan dari suatu tugas tertentu, seperti kesulitan yang bertambah pada soal-soal penjumlahan matematika. (b) Strength

Strength merupakan kekuatan keyakinan seseorang dalam mengerjakan tugas tertentu.

(c) Generality

Generality merupakan penilaian mengenai kemampuan seseorang dalam beberapa tugas atau aktivitas seperti mata pelajaran yang berbeda.

(8)

Tabel 2.2 Indikator Self-Efficacy

Dimensi/ Komponen Ketercapaian

Magnitude/Level (Derajat kesulitan tugas yang dihadapi, dimana seseorang mampu atau tidak untuk melakukannya)

1. Bertahan dan ulet dalam mengerjakan soal matematika) dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan. Prestasi menurut Hamdani (2011) adalah hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Arifin (2011) prestasi dalam bahasa Indonesia berarti usaha.

(9)

pendapat di atas tentang prestasi adalah hasil usaha seseorang dalam melakukan kegiatan. Sedangkan, belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang individu untuk memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan sebagai wujud perubahan tingkah laku dari pengalamannya.

Menurut Arifin (2011) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pengembangan watak peserta didik. Sejalan dengan Hamdani (2011) yang menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan tingkatan kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor. Winkel (1996) mengartikan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai oleh seseorang. Prestasi merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Siswa dikatakan berprestasi apabila menampakan hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Prestasi belajar menurut Ahmadi (2013) memiliki beberapa faktor diantaranya:

1. Faktor internal

(10)

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas faktor interlektif dan faktor non-intelektif. Faktor intelektif meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, sedangkan faktor non-intelektif meliputi faktor kepribadian yaitu sikap, kebiasaa, kebutuhan dan kemandirian.

2. Faktor eksternal

a) Faktor sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

d) Faktor spiritual dan faktor keamanan. Faktor spiritual dan faktor keamanan saling berinteraksi secara langsung ataupun ttidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

(11)

B.Penelitian Relevan

Kurniawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kecemasan Dan Self Efficacy Siswa Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat Siswa Kelas VII MTs Negeri Ponorogo”

menyatakan bahwa kecemasan dan self-efficacy siswa secara bersama-sama berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah dengan nilai koefisien determinasi sebesar 31,15%. Ini berarti bahwa, self-efficacy berpengaruh terhadap kemampuan matematis siswa. Sedangkan Dewanto (2008) menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy mahasiswa makin tinggi pula kemampuan representasi multiple matematisnya, yang artinya keyakinan diri berkorelasi positif dengan kemampuan matematis.

Hasil penelitian Sadewi (2012) yang berjudul “Meningkatkan Self Efficacy Pelajaran Matematika melalui Layanan Penguasaan Konten Teknik Modeling Simbolik” menyatakan bahwa self-efficacy siswa terhadap mata

pelajaran matematika mengalami peningkatan yaitu sebelum diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modeling simbolik menunjukan kategori cukup rendah, sesudah diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modeling simbolik menunjukan kategori cukup tinggi.

(12)

kubus dan balok dikarenakan peneliti menduga bahwa dengan materi tersebut akan memunculkan soal-soal yang sesuai dengan tahapan-tahapan pemecahan masalah matematis pada penelitian ini.

C.Kerangka Pikir

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, karena pada hakikatnya manusia tidak akan pernah lepas dari masalah. Masalah yang terdapat dalam matematika dapat berupa soal non rutin yang tidak bisa diketahui secara langsung penyelesaiannya. Siswa perlu merencanakan terlebih dahulu prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

(13)

Pada dasarnya setiap siswa memiliki self-efficacy yang berbeda dalam pembelajaran. Self-efficacy inilah yang mungkin memunculkan perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Self-efficacy merupakan keyakinan individu dalam melakukan tindakan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Self-efficacy memiliki peran yang besar dalam tingkah laku atau pola belajar dalam diri siswa khususnya dalam kemampuan pemecahan masalah matematis. Self-efficacy yang tinggi akan berdampak semakin baiknya tingkah laku siswa dalam belajar, mampu menyelesaikan tugas dan masalah yang dihadapi dengan penuh keyakinan. Self-efficacy pada akhirnya mempengaruhi tujuan dan usaha pemebelajaran dan prestasi belajar siswa.

(14)

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan Pemecahan Masalah Matematis
Tabel 2.2 Indikator Self-Efficacy

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Carl Pearson , hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara stres kerja pada

Pada saluran transmisi biasa yang berarti bandwidthnya terbatas jika sinyal digital akan ditambah unjuk kerjanya dengan cara meningkatkan S/N akan mengurangi bit- rate, dan

Solusi yang ditawarkan untuk Club House ini adalah penggunaan teknologi yang terkomputerisasi, data yang diolah oleh sebuah komputer sehingga keakuratan dalam proses transaksi

Peralatan memory juga menjadi faktor penting jika perlengkapan mobile hanya memiliki kapasitas memory yang kecil.Dengan berbagai macam peralatan mobile, dari

Berdasarkan hasil penelitian diketahui temperatur maksimum sebesar 58,4 o C, nilai maksimum dari rata–rata efisiensi kolektor sebesar 0,825 %, dan efisiensi sistem sebesar 35,907

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma yang telah mengambil PPL II pada semester genap

Dari hasil pengujian Independent Sample T-Test dengan program SPSS 12 didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada rasio keuangan antara

Bab kedua berisi landasan teori yang memuat penelitian yang relevan dan landasan teori tentang unsur intrinsik karya sastra yang meliputi tokoh, alur, latar, tema, amanat, bahasa,