• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI

BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V

SDN BANJARNEGORO III

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

KARTINI, A.Ma.Pd

NIM: 101132021

PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini khusus kupersembahkan untuk :

Allah SWT tercinta

Suami dan anak – anak yang senantiasa memberikan semangat dan doa Teman – teman guru SD Negeri Banjarnegoro III

(5)

MOTTO

“orang – orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. orang – orang yang masih terus belajar,

akan menjadi pemilik masa depan” (Mario Teguh)

(6)

PERNYATAAN KESALIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31, Januari 2013 Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatanganan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Kartini, A.Ma.Pd

Nomor Mahasiswa : 101132021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Datar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Siswa Kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun pelajaran 2011/2012”

Beserta perangkat yang diperlukan. Demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 November 2013 Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PADA SISWA KELAS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Kartini, A.Ma.Pd Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun ajaran 2011/2012. Dan (2) sejauh mana tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling membantu dalam hal menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Banjarnegoro III yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda dan isian singkat yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data yaitu dengan cara mengumpulkan hasil tes siswa, mengubah skor mentah menjadi nilai jadi, mencari rata-rata kemudian membandingkannya dengan keadaan pada kondisi sebelumnya.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus pertama terdiri dari satu pertemuan, sedangkan siklus dua terdiri dari satu pertemuan. Pada siklus satu 22 siswa (73,3%) memperoleh nilai diatas KKM dan rata – rata kelas hanya mencapai 73,7. Sedangkan hasil evaluasi siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan, yaitu 30 siswa (100%) memperoleh nilai diatas KKM dan nilai rata- rata mencapai 84,6.

(9)

ABSTRACT

IMPROVED PERFORMANCE MATERIALS MATHEMATICS LEARNING TO

BUILD FLAT WITH MODEL TYPE STAD COOPERATIF STUDENTS IN

CLASS V SDN BANJARNEGORO III SEMESTER II SCHOOL YEAR 2011/2012

Kartini, A.Ma.Pd Sanata Dharma University

2012

This study aimed to determine: (1) an increase in mathematics achievement using cooperative learning model type STAD fifth grade students of SDN Banjarnegoro III semester academic year 2011/2012. And (2) the extent to which type STAD can improve student achievement. Type STAD cooperative learning model is a cooperative learning technique that aims to encourage students to discuss, help each other in terms of completing the task, control and ultimately implement a given skill.

This research is a class act. The subjects were students of class V SDN Banjarnegoro III, amounting to 30 people. The instrument used in this study is a multiple-choice test and a short field prepared by the researcher. Data analysis techniques used to assess the data that is by collecting student test results, convert raw scores into value so, find the average and compares the situation to the previous condition.

This study was conducted in two cycles. In the first cycle consisted of one meeting, while two cycles consisted of one meeting. In the cycle of the 22 students (73.3%) scored above the KKM and flat - just reach 73.7 grade average. While the results of the second cycle of evaluation also showed an increase, which is 30 students (100%) scored above the KKM and the average value reached 84.6.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat, rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Datar Dengan Menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SDN Banjarnegoro III Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012’’ sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

2. Gregorius Ari nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A., selaku Ketua Program Studi PGSD 3. Drs. Y.B Adimassana, M.A selaku coordinator program PPKHD- Program Studi PGSD 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si dan Drs. J. Sumedi, selaku dosen pembimbing skripsi, yang

dengan sabar membimbing dan memberikan banyak saran bagi penulis selama penyusunan skripsi.

5. Para Staf secretariat PGSD yang senantiasa memberikan bantuan dalam mengurus keperluan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan layanan kepada penulis dalam mendapat berbagai sumber referensi skripsi ini.

(11)

8. Indarti, A.Ma.Pd selaku guru SD Negeri Banjarnegoro III yang telah bersedia menjadi kolabolator dalam penelitian ini.

9. Siswa – siswi kelas V SD Negeri Banjarnegoro III terima kasih atas kerjasamanya.

10.Seluruh pihak yang (mungkin) belum saya sebutkan, terimakasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai penyempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 22 November 2012 Penyusun

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Pemecahan Masalah ... 3

(13)

F. Tujuan Penelitian ... 5

G. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Prestasi belajar ... 6

B. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar ... 7

C. Pembelajaran Matematika ... 10

1. Hakikat Matematika ... 10

2. Pembelajaran Matematika di SD ... 11

3. Bangun Datar dan Sifat- sifatnya ... 15

D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

E. Penerapan STAD dalam Pembelajaran Matematika ... 32

F. Penelitian yang Relevan ... 34

G. Kerangka Berpikir ... 35

H. Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian... 37

B. Setting Penelitian ... 38

C. Waktu Penelitian ……….. 39

D. Rencana Tindakan ……… 40

E. Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data ………… 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 51

(14)

B. Pembahasan ………. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 67

A. Kesimpulan ……….. 67

B. Saran………. 67

DAFTAR PUSTAKA ……….. 68

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Unsur – unsur Dalam Segitiga ... 16

Tabel 2.2 Fase- fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 30

Tabel 2.3 Perhitungan Skor Perkembangan ... 31

Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan kelompok ... 31

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Kisi- kisi Instrumen Soal Siklus I ... 46

Tabel 3.3 Kisi- kisi Instrumen Soal Siklus II ... 47

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 48

Tabel 3.5 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 49

Tabel 3.6 Kriteria Keberhasilan ... 49

Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Prasiklus ... 51

Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siklus I ……….. ... 57

Tabel 4.3 Data Hasil Analisis Data Siklus I ... 58

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siklus II ... 63

Tabel 4.5 Data Hasil Analisis Data Siklus II ... 64

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 70

Lampiran 2 Kisi – kisi Instrumen Soal Siklus I ……….. ... 72

Lampiran 3 Kisi – kisi Instrumen Soal Siklus II ………. ... 73

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… ... 74

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………... 88

Lampiran 6 Ketuntasan Siklus I SDN Banjarnegoro III ……….. ... 99

Lampiran 7 Ketuntasan Siklus II SDN Banjarnegoro III ………. ... 100

Lampiran 8 Surat Permohonan Ijin Penelitian ………... 101

Lampiran 9 Surat Keterangan Kepada Sekolah ………. 102

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Tujuan mata pelajaran matematika dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah diharapkan membantu peserta didik memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data (KTSP, 2008: 134). Dalam penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada permasalahan sifat – sifat bangun ruang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Toni di SDN 3 Keden bahwa rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru dalam menerangkan materi matematika kurang jelas dan kurang menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran. Di samping itu, penggunaan metode pengajaran yang salah, sehingga siswa dalam memahami dan menguasai materi masih kurang dan

(18)

nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. (http://etd.eprints.ums.ac.id/3259/2/A4 10020040.pdf, diunduh 21 april 2012: 16.00 ).

Dari temuan penelitian di atas senada dengan permasalahan yang terjadi di SDN Banjarnegoro III. Pembelajaran Matematika pada aspek bangun datar belum optimal, karena cara mengajar guru menggunakan metode ceramah yang hanya memusatkan kegiatan pada guru, kurang memanfaatkan media dan belum menggunakan pembelajaran yang bervariasi sehingga mengakibatkan minat belajar siswa rendah.

Hasil evaluasi siswa SDN Banjarnegoro III tahun 2010/2011 pada mata pelajaran matematika siswa kelas V menunjukkan bahwa masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Data prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80 dengan rerata kelas 57,3. Pada data awal terdapat 20 siswa dari 30 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Dengan melihat data hasil belajar mata pelajaran tersebut maka perlu sekali proses pembelajaran untuk ditingkatkan kualitasnya, agar siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat bangun datar sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di SDN Banjarnegoro III.

(19)

pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Adapun salah satu model pembelajaran yang digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Division). Model kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengajukan penelitian tindakan kelas dengan judul peningkatan prestasi belajar matematika melalui model kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Division) pada siswa kelas V SDN Banjarnegoro III.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti akan membahas tentang soal bangun datar menggunakan pembelajara kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SDN Banjarnegoro III.

C. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN Banjarnegoro III dalam hal soal bangun datar.

D. Pemecahan Masalah

(20)

E. Batasan pengertian

1. Prestasi belajar

Prestasi belajar adaalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yangdiperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.

2. Soal objektif

Soal objektif merupakan salah satu materi dari mata pelajaran matematika berupa soal pilihan ganda dari suatu pokok bahasan yang disajikan dengan item-item yang dijawab dengan jalan memilih salah satu alternative jawaban tersedia atau mengisi jawaban yang benar.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( student teams achievment division) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang paling sedehana. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,memiliki kemampuan akademik yang beragam sehingga akan saling membantu satu sama lain dalam menuntaskan materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok.

F. Tujuan Penelitian

(21)

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dalam menggunakan model kooperatif tipe STAD khususnya mata pelajaran matematika

2. Manfaat praktis a. Siswa

Dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD siswa akan mendapatkan pengalaman baru atau pembelajaran yang lebih bervariasi daripada pembelajaran sebelumnya sehingga pengalaman baru ini semakin mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

b. Guru

Merupakan pengalaman baru yang dapat dijadikan pedoman atas pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru dapat berbenah diri untuk lebih mengefektifkan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain dan memotivasi guru untuk berpikir inovatif.

c. Lembaga / sekolah

Memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk proses perbaikan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan mutu pendidikan dapat meningkat.

d. Bagi prodi

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai–nilai kecakapan. Sunartana (1992) mengatakan bahwa prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability) (http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/ prestasi-belajar/).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil pengertian umum tentang prestasi belajar, yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes mengenai sejumlah materi pelajaran. Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan belajar siswa dalam mempelajari setiap mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor.

(23)

Menurut pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar dan tes belajar. Prestasi belajar tersebut dapat dinilai baik apabila dalam proses belajar siswa melakukan kegiatan belajar tersebut dengan baik.

B. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar dapat menjadi baik dan kurang baik. menurut Natawidjaya (1999) dalam Florianus Wisnu (2007: 6) ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak tersebut. Faktor internal meliputi:

1. Aspek fisiologis

Aspek fisiologis merupakan aspek dalam diri seseorang yang berhubungan dengan keadaan fisiknya. Aspek ini bersifat jasmaniah. Aspek fisiologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak adalah:

a. Fungsi panca indera

Dengan panca indera yang berfungsi dengan baik, maka dalam mencapai prestasi belajar yang diharapkan dapat berjalan dengan lancar. Dan sebaliknya, jika terdapat panca idera yang berfungsi kurang baik, maka dalam mencapai prestasi belajar akan terjadi kendala.

b. Kesehatan

(24)

c. Kondisi tubuh

Kondisi tubuh yang normal akan lebih mudah mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Dan sebaliknya, jika terdapat organ tubuh yang kurang normal atau sakit, maka dapat menggangu kegiatan belajar anak sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Aspek psikologis

Aspek psikologis merupakan aspek yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang. Aspek ini bersifat rohaniah. Aspek psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak antara lain

a. Kondisi mental

Kondisi ini dapat berupa kemampuan mental dan taraf kecerdasan anak. Anak yang memiliki taraf kecerdasan yang tinggi dan mental yang sehat, lebih mudah mencapai hasil yang diharapkan. Kegiatan belajar yang dilakukan anak akan berjalan dengan lancar. Dan sebaliknya, jika mental anak terganggu dan taraf kecerdasan relative rendah, maka dalam mencapai hasil belajar kurag sesuai dengan yang diharapkan.

b. Emosi anak

Emosi anak dapat berupa cara penyesuaian dirinya, kematangan emosi perasaan dan sikap terhadap teman sekelas, dan sebagainya

c. Kebiasaan dan sikap terhadap pelajaran

(25)

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri anak. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak dapat berasal dari:

a. Sekolah

Sekolah adalah tempat anak melakukan kegiatan belajar. Dari lingkungan sekolah ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajaranak antara lain:

1) Sifat kurikulum

2) Interaksi guru dengan murid

3) Media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar b. Keluarga

Keluarga adalah tempat pendidikan utama dari anak. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di keluarga antara lain:

1) Cara yang digunakan orang tua untuk mendidik anak-anaknya 2) Suasana atau keharmonisan keluarga

3) Perhatian orang tu terhadap pendidikan anak-anaknya 4) Keadaan social ekonomi keluarga

(26)

Pendidikan dari orang tua berpengaruh besar terhadap anak di kemudian harinya. Bila pendidikan yang diterima anak dalam keluarga tidak memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam dirinya, Maka hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan dan tingkah laku anak di kemudian hari. Jika anak memperoleh kesempatan untuk megembangkan potensinya, maka anak memiliki modal bagi kehidupan dan perkembangannya kelak di kemudian harinya.

Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor external, faktor internal antara lain fungsi panca indera, kesehatan dan kondisi tubuh tubuh harus stabil. Selain itu faktor external juga mempengaruhi diantaranya adalah sekolah, krluarga yang kondusif. Jadi antara faktor internal dan external harus seimbang.

C. Pembelajaran matematika

1. Hakikat Matematika

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2008 : 1), matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang dedukatif.

(27)

pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

2. Pembelajaran Matematika di SD

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah penemuan suatu cara

penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru.

Bruner dalam Heruman (2008: 4), metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. ‘Menemukan’ di sini terutama adalah ‘menemukan lagi’ (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

(28)

karena itu, siswa harus lebih, banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut.

Siswa harus dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya yang berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang ia hadapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparno dalam Heruman (2008: 5) tentang belajar bermakna, yaitu “…kegiatan siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya”. Akan tetapi, siswa dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru tersebut, tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Hal ini terjadi belajar hafalan.

Kaitan antara matematika di sekolah dengan penelitian ini yaitu matematika merupakan pengetahuan dasar sebagai bekal belajar siswa di sekolah dan berguna dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari khususnya dalam materi bangun datar dan sifat-sifatnya. Selain itu, matematika juga sebagai bekal siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya sehingga matematika merupakan mata pelajaran yang pokok untuk diajarkan di sekolah khususnya sekolah dasar.

(29)

terjadi pula belajar secara “konstruktivisme” Piaget. Dalam konstruktivisme, konstruksi pengetahuan dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif.

Konsep matematika yang diberikan pada siswa sekolah dasar (SD) sangatlah sederhana dan mudah, tetapi sebenarnya materi matematika SD memuat konsep-konsep yang mendasar dan penting serta tidak boleh dipandang gampang. Diperlukan kecermatan dalam menyajikan konsep-konsep tersebut, agar siswa mampu memahaminya secara benar, sebab kesan dan pandangan yang diterima siswa terhadap suatu konsep di sekolah dasar dapat terus terbawa pada masa-masa selanjutnya. Misalnya, jika sejak semula dalam suatu gambar segitiga guru selalu menunjuk bahwa alas suatu segitiga adalah sisi yang berada di bagian bawah dan tinggi selalu ditunjukkan oleh segmen garis vertikal yang tegak lurus terhadap sisi alas dan berujung di titk sudut diatas sisi tersebut, maka untuk selanjutnya siswa akan terus melakukan hal serupa. Contoh tersebut menunjukkan bahwa konsep-konsep matematika harus diberikan secara benar sejak awal siswa mengenal suatu konsep, sebab kesan yang pertama kali ditangkap oleh siswa akan terus terekam dan menjadi pandangannya di masa-masa selanjutnya (Prihandoko 2006: 1).

Siswa sekolah dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

(30)

matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, dan selanjutnya abstrak.

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan ketrampilan. Memang, tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus memulai langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.

Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu pola pikir siswa.

(31)

lanjutan dari pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

3. Bangun Datar dan Sifat-sifatnya

Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengambil materi bangun datar berdasarkan macam dan sifat-sifat yang dimilikinya, yaitu:

1. Segitiga

Gambar 1

(32)

dibentuk dari tiga sisi yang panjangnya berbeda dengan syarat panjang salah satu sisinya tidak boleh lebih besar dibanding jumlah panjang dua sisi yang lainnya. Contoh apabila ada sisi-sisi yang masing-masing panjangnya 4 cm, 6 cm, dan 20 cm sisi-sisi tersebut apabila disusun tidak akan terbentuk sebuah segitiga karena karena salah satu panjang sisinya lebih besar dibanding jumlah panjang dua sisi yang lainnya. Sudut terbesar suatu segitiga terbentuk di antara dua sisinya yang panjangnya terkecil di antara ketiga sisinya atau sudut yang terletak di depan sisi terpanjang dalam segitiga. Jumlah sudut pada segitiga besarnya 180°. Segitiga terdiri dari enam unsur yaitu tiga sudut dan tiga sisi. Suatu segitiga dapat dilukis jika tiga dari lima unsurnya sudah diketahui, sebagai berikut.

Tabel 2.1

Unsur-unsur dalam segitiga Ketiga buah sisi (s.s.s)

Dua buah sisi dan sudut apitnya (s.sd.s)

Sebuah sisi dan kedua sudut yang terletak pada sisi tersebut (sd.s.sd)

Dua buah sisi dan sebuah sudut yang salah satu kakinya adalah salah satu sisi tadi (bukan sudut apit) (s.s.sd)

(33)

a) Bentuk-bentuk segitiga 1) Segitiga Siku-Siku

Segitiga siku-siku dapat dibentuk dari sebuah persegi panjang dengan menarik salah satu garis diagonalnya.

Perhatikan gambar berikut:

Gambar 2

Bidang ABCD adalah persegi panjang. Dengan menarik diagonal AC, akan terbentuk dua segitiga siku-siku yang sama dan sebangun (konruen) yaitu ABC dan ADC.

Segitiga siku-siku mempunyai dua sisi siku-siku yang mengapit sudut siku-siku dan satu sisi miring (hypotenusa).

Gambar 3

ABC mempunyai ciri-ciri:

(a) mempunyai 2 sisi yang saling tegak lurus. (b) mempunyai 1 sisi miring.

(34)

(d) tidak mempunyai simetri lipat dan putar.

AB dan BC sebagai sisi siku-siku, AC sebagai hypotenusa dan sudut ABC atau sudut A adalah sudut siku-siku (= 90°). Dalam sebuah segitiga siku-siku, hypotenusa selalu terletak di depan sudut siku-siku.

2) Segitiga Sama Kaki

Dua buah segitiga siku-siku yang kongruen dapat membentuk sebuah segitiga sama kaki dengan mengimpitkan salah satu sisi siku-siku yang sama panjang dari kedua segitiga tersebut.

Perhatikan gambar berikut:

Gambar 4

ABD dan DBC adalah dua segitiga siku-siku yang kongruen. Sisi BD adalah sisi siku-siku yang sama panjang dari kedua segitiga tersebut. Jadi ACD adalah segitiga sama kaki dengan sisi AD=DC.

Di dalam segitiga sama kaki terdapat :

(a) Dua sisi yang sama panjang, sisi tersebut sering disebut kaki segitiga. (b) Dua sudut yang sama besar yaitu sudut yang berhadapan dengan sisi

(35)

Segitiga sama kaki merupakan bangun simetri lipat dan dapat menempati bingkainya dalam dua cara.

Gambar 5

Dari gambar di atas terlihat bahwa : 1. CD sebagai sumbu simetri

2. A pindah ke B; B pindah ke A dan C tetap. 3. AC pindah ke BC, maka AC=BC.

4. CAB pindah ke ABC maka CAB = ABC 3) Segitiga Sama Sisi

Tiga buah garis lurus yang sama panjang dapt membentuk sebuah segitiga sama sisi dengan cara mempertemukan setiap ujung garis satu sama lainnya.

(36)

Gambar (i) di atas menunjukkan gambar tiga garis lurus yang sama panjang, yaitu AB= BC=CA. Apabila ujung-ujung ketiga garis tersebut saling dipertemukan, A dengan A, B dengan B, dan C dengan C, maka akan terbentuk segitiga sama sisi ABC seperti terlihat pada gambar (ii) di atas. Di dalam segitiga sama sisi terdapat :

(a) Tiga sisi yang sama panjang. (b) Tiga sudut yang sama besar. (c) Tiga sumbu simetri.

2. Persegi

Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang sama panjang dan memiliki empat buah sudut yang kesemuanya adalah sudut siku-siku.

Gambar 7

3. Persegi Panjang

Persegipanjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku atau jajargenjang yang salah satu sudutnya siku-siku.

Sifat-sifat persegipanjang ABCD AD// BC dan AB//DC

(37)

Gambar 8 AC= BD; AS= SC dan BS= SD 4. Trapesium

Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak sama panjang.

Trapesium adalah bangun 2 dimensi berbentuk segiempat yang mempunyai sepasang sisi yang sejajar. Ada 3 jenis trapesium, yaitu:

a) Trapesium sama kaki

Gambar 9

Trapesium sama kaki adalah trapesium yang memiliki pasangan sisi yang sama.

b) Trapesium siku-siku

Gambar 10

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang memiliki sudut siku-siku. c) Trapesium sembarang

(38)

Ciri-ciri trapesium:

(a) Memiliki tepat sepasang sudut siku-siku.

(b) Sudut alas dan atas sama besar.

(c) Diagonalnya sama panjang.

(d) Tepat sepasang sisi sama panjang.

(e) Jumlah sudut yang berdekatan adalah 180 derajat.

(f) Jumlah semua sudut adalah 360 derajat. 5. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang sejajar, atau segiempat yang memiliki tepat dua pasang sisi yang sejajar.

Sifat-sifat jajargenjang AD// BC ; DAB= BCD AP= PC ; AD= BC

AB// DC ; ABC= ADC

Gambar 12 BP= PD ; AB= DC

6. Belah Ketupat

(39)

Sifat-sifat belahketupat ABCD AB= BC= CD= DA

BAD= BCD ABC= ADC BS=SD ; AS= SC AB// DC ; AD// BC Gambar 13

7. Layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang dua sisinya yang berdekatan sama panjang, sedangkan kedua sisi yang lain juga sama panjang.

Sifat-sifat layang-layang ABCD AB= BC ; AD= DC

Sudut-sudut yang berhadapan sama ACB= CAB

BAD= BCD Gambar 14 ACD= CAD 8. Lingkaran

Lingkaran adalah bangun datar yang jarak semua titik pada lingkaran dengan titik pusat (P) sama panjang.

Gambar 15

P : titik pusat lingkaran.

(40)

D. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010: 4). Dalam sebuah kelas kooperatif diharapkan semua siswa saling membantu, saling berdiskusi dan berpendapat untuk mengasah pengetahuan yang mereka miliki. Cara belajar kooperatif sering menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual dan dorongan yang individual. Jika hal ini diatur dengan baik siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep yang dipikirkan.

Pembelajaran kooperatif memang meningkatkan kontak di antara para siswa, memberikan mereka dasar untuk saling berbagi kesamaan dengan anggota kelompoknya (Slavin, 2010: 134). Maka dalam pembelajaran kooperatif siswa dilibatkan dalam kegiatan bersama yang menyenangkan dan membuat mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan realitas seperti itu, jelas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa semuanya ini dapat meningkatkan pengaruh positif di antara para siswa.

Penggunaan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan pencapaian prestasi para siswa dan juga memiliki dampak positif yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dan dalam akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin, 2010: 4-5).

(41)

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Dan setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. (Joyce dalam Trianto, 2007:5).

Dan salah satu model pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial utama dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007: 41). Berdasarkan asumsi tersebut, dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin dan satu sama lain saling membantu. Tujuannya memberikan kesempatan kepada semua siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama belajar dengan kelompok tugas siswa yaitu menuntaskan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk menyelesaikan ketuntasan belajar.

Lungren (dalam Trianto, 2007:46) menyusun keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan ketrampilan yaitu :

1. Ketrampilan kooperatif tingkat awal , yaitu :

a. Berada dalam tugas yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya b. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas

(42)

c. Mendorong adanya partisipasi yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi

d. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat / persepsi 2. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah, yaitu :

a. Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan peran fisik dan verbal agar pembicara mengetahui bahwa informasi diserap secara energik

b. Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut c. Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda d. Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban

tersebut benar

3. Ketrampilan kooperatif tingkat mahir

Ketrampilan kooperatif tingkat mahir ini antara lain mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.

Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah model pembelajaran yang membantu guru mencapai sasaran belajar yang mengutamakan kerjasama antar siswa.Siswa dilibatkan dalam kegiatan bersama yang menyenangkan dan membuat mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

(43)

secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.

Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (Trianto, 2007: 54) meliputi: a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, b) Menyampaikan atau menyajikan informasi, c) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, d) Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar, e) Evaluasi dan f) Memberikan penghargaan.

Sedangkan menurut Slavin (2010: 143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Selanjutnya Slavin (2010: 143) menuliskan bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, rekognisi tim.

Masing-masing komponen akan dijabarkan secara singkat sebagai berikut : 1. Presentasi kelas

Materi pelajaran dalam STAD disampaikan dalam presentasi kelas. Biasanya guru menggunakan pengajaran langsung atau ceramah. Presentasi kelas dapat juga memakai audiovisual.

2. Tim

(44)

3. Kuis

Siswa diberikan kuis (tes) individual pada saat setelah presentasi kelas dan kerja tim. Siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu pada saat kuis (tes) berlangsung.

4. Skor kemajuan individu

Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

5. Rekognisi tim

Tim mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD (Trianto, 2007: 52-56) ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain: a. Perangkat pembelajaran

Meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya.

c. Membentuk kelompok kooperatif

(45)

ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu :

1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran matematika. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan matematikanya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.

2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa rangking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.

d. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk maka mengakibatkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran.

e. Kerja kelompok

Terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

(46)

Tabel 2.2

Fase – fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Fase Kegiatan guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siwa

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

(Sumber: Ibrahim, dkk dalam Trianto, 2007:54)

(47)

1. Menghitung skor awal

Menurut Slavin (dalam Ibrahim,dkk 2000) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal) 30 poin

2. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel 2.3 berikut ini.

(48)

3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing – masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah / penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

Dari ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap anggota 4 – 5 orang siswa secara heterogen yang menekankan pada aktifitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komponen yang diuraikan oleh Trianto bahwa STAD mencakup berbagai komponen yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. E. Penerapan STAD dalam pembelajaran matematika

(49)

terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademis, yaitu siswa dalammata pelajaran matematika terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian. c) Menentukan skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebihlanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skorawal.d) Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga di atur dengan baik, hal inidilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas dalam kelompok.

Setelah persiapan dilakukan, guru melakukan kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi. 2. Guru menjelaskan materi.

3. Siswa melakukan kegiatan kelompok yang meliputi:

a. Guru membagi siswa secara heterogen, jumlah kelompoknya yaitu sebanyak 6 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.

b. Guru kemudian memberikan lembar kerja yang harus didiskusikan oleh masing-masing kelompok.

c. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.

4. Siswa mengerjakan kuis. Kuis itu sendiri berbentuk potongan kertas yang berisi soal-soal yang dimasukkan ke dalam amplop. Kemudian siswa membagi potongan kertas tersebut kepada teman kelompoknya untuk dikerjakan.

(50)

F. Penelitian yang relevan

Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini diantaranya sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Budhiyati pada tahun 2009 ditemukan bahwa penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika sudah baik, dimulai dari membentuk kelompok, presentasi kelas, belajar tim, kuis individual, dan rekognisi tim (skor kemajuan individual siswa dan penghargaan tim). Hasil aktivitas siswa menunjukkan bahwa siklus I rerata persentase aktivitas siswa sebesar 64,25% dan pada siklus II sebesar 80,7%. Selain itu, hasil belajar matematika siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 64,37 dengan ketuntasan 62,5% yang masuk dalam kategori cukup dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 85,38 dengan nilai ketuntasan belajar 87,5% yang masuk dalam kriteria sangat baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Prayogo pada tahun 2008 diperoleh hasil skor angket motivasi kondisi awal rata-rata 50,1, pada akhir siklus I 63,8, pada akhir siklus II 72,17, dan pada akhir siklus III 87,54. Sedangkan tes hasil belajar diperoleh hasil di atas nilai ketuntasan minimal 75.Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran matematika kelas 5 yang meliputi peningkatan motivasi dan prestasi belajar. Peningkatan motivasi tercermin dari keaktifan dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran, sedangkan peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan oleh meningkatnya hasil belajar siswa dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada tiap siklusnya.

(51)

Presentasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika Kelas III SDN Pukul Pasuruan sebelum penelitian tindakan yaitu sebesar 56,2%, (b) Presentasi rata-rata hasil belajar siswa pada siklus pertama yaitu 68,6%, (c) Presentasi rata-rata hasil belajar siswa pada siklus kedua sebesar 79,7% dari skor ideal 100. Semangat, aktifitas, dan tanggungjawab siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sangat tinggi (skor tertinggi 90 pada siklus I meningkat menjadi 95 pada siklus II). Hasil skor aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I sebesar 73% meningkat menjadi 91% pada siklus II. Dari hasil penilitian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

G. Kerangka berpikir

Skema kerangka berpikir

Kondisi awal

Pelaksanaan

Kondisi akhir • Keterampilan guru meningkat • Aktivitas siswa meningkat Prestasi siswa meningkat

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa

Guru menyajikan / menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien • Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada

saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Guru memberikan penghargaan untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok • Guru kurang melakukan pendekatan pada siswa yang

mengalami kesulitan memahami materi • Siswa kurang aktif

(52)

Dari hasil balajar siswa kelas V SDN Banjarnegoro III dalam pelajaran matematika ditemukan adanya masalah dalam pembelajaran yaitu kurangnya prestasi belajar matematika. Dengan penggunaan model kooperatif tipe STAD diharapkan siswa mempunyai pengalaman berinteraksi dengan teman untuk saling memotivasi, saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. H. Hipotesis tindakan

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Division) dalam pembelajaran matematika maka prestasi belajar

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto, dkk (2009: 58), penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Menurut Arikunto, dkk, (2009: 74), dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus I

Siklus II

Bagan penelitian tindakan kelas (Arikunto, dkk, 2009: 74).

Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan antara lain pertama perencanaan merupakan tindakan awal setiap siklus. Dalam tahap

Perencanaan tindakan I

Pelaksanaan tindakan I

(54)

perencanaan ini meliputi menelaah materi pembelajaran matematika serta menelaah indikator, menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD, menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran, menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis, dan lembar kerja siswa, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa. Kedua pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yang

telah ditetapkan yaitu mengenai tindakan kelas (Arikunto, 2006:99). Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus I materi bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium) dan siklus II materi bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, lingkaran) dalam kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Ketiga observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektifitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran (Saminanto, 2010: 12). Keempat refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru (Supardi, 2008: 133). B. Setting penelitian

1. Tempat penelitian

SDN Banjarnegoro III Mertoyudan Magelang 2. Subjek penelitian

Siswa kelas V SDN Banjarnegoro III tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 30 siswa terdiri dari 15 siswa laki–laki dan 15 siswa perempuan.

(55)

Penelitian ini memiliki sasaran/objek yang akan diteliti yaitu kemampuan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas V SDN Banjarnegoro III semester II tahun pelajaran 2011/2012

C. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada kelas V SDN Banjarnegoro III tahun ajaran 2011/2012.

Adapun matrik pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1

Jadwal pelaksanaan penelitian

No Kegiatan 2012

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Persiapan

Penyusunan kerangka Presentasi kerangka Menyusun proposal Revisi proposal

Bimbingan dengan dosen 2 Pelaksanaan

Menyiapkan kelas dan alat Melaksanakan tindakan I Melaksanakan tindakan II 3 Penyusunan laporan

Menyusun konsep laporan Perbaikan laporan/ bimbingan Penyusunan dalam bentuk artikel

(56)

D. Rencana tindakan

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil dua siklus dengan rencana sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri Banjarnegoro III

b. Melakukan observasi pada proses pembelajaran dikelas V SDN Banjarnegoro III c. Menyusun silabus dengan standar kompetensi “memahami sifat- sifat bangun dan

hubungan antar bangun” dan kompetensi dasar “mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar”

d. Pembatasan materi yang akan diujikan yaitu memilih pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

e. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Tindakan (RPP) siklus I pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)

f. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Tindakan (RPP) siklus II pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar (jajargenjang, belahketupat, laying-layang, dan lingkaran)

g. Merancang pembentukan kelompok yang dibagi secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

h. Membuat rubrik penilaian dan pedoman pnskoran untuk kerja kelompok dan evaluasi

(57)

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Peneliti bersama dengan guru kelas menentukkan materi pokok yang akan diajarkan. Sumber belajar dari buku paket sekolah

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

3) Refleksi

a) Melakukan evaluasi dari hasil pengamatan tindakan I

b) Memperbaiki pelaksanaan tindakan I sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus II

4) Menyiapkan nilai dasar yaitu nilai matematika siswa pada pre test yang telah dilakukan sebelum tindakan siklus pertama dilaksanakan

5) Membuat kelompok – kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang yang dibagi secara heterogen

6) Membuat lembar kegiatan siswa yang akan dikerjakan siswa saat siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok

7) Membuat soal evaluasi untuk dikerjakan secar individual oleh siswa 8) Menyiapkan lembar pengamatan/observasi

9) Menyiapkan daftar nilai b. Pelaksanaan tindakan

1) Pendahuluan (25 menit)

(58)

c) Siswa mendapatkan motivasi dari guru

d) Siswa mendapatkan apersepsi dari guru dengan mengamati berbagai model bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium).

e) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (100 menit)

a) Eksplorasi

1) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang cakupan materi yang akan diajarkan

2) Siswa menanggapi permasalahan yang dikemukakan oleh guru dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang

3) Siswa mendapatkan Lembar Kerja Kelompok dari guru b) Elaborasi

1) Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi kelompok 2) Pewakilan setiap kelompok membacakan hasil temuannya. 3) Siswa mengerjakan tes yang dikerjakan secara individu c) Konfirmasi

1) Siswa mendapatkan penghargaan kelompok maupun individu.

2) Siswa membacakan konfirmasi dari hasil kegiatan yang telah dilakukan. 3) Siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang

telah dilakukan.

3) Kegiatan Penutup (15 menit)

(59)

c) Siswa mendapatkan penjelasan tentang kegiatan pada pertemuan selanjutnya. c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan dan evaluasi yang telah disusun. Termasuk juga pengmatan yang secara cermat pelaksanaan scenario pembelajaran dari waktu ke awktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuatitatif (hasil tes/kuis) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, kualitas diskusi, dan lain-lain.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan mencermati hasil pengamatan atau observasi dan mencermati hasil belajar siswa. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus pertama dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada untuk diperbaiki pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Peneliti bersama dengan guru kelas menentukkan materi pokok yang akan diajarkan. Sumber belajar dari buku paket sekolah

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

(60)

4) Membuat kelompok – kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang yang dibagi secara heterogen

5) Membuat lembar kegiatan siswa yang akan dikerjakan siswa saat siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok

6) Membuat soal evaluasi untuk dikerjakan secar individual oleh siswa 7) Menyiapkan lembar pengamatan/observasi

8) Menyiapkan daftar nilai b. Pelaksanaan tindakan

1) Pendahuluan (25 menit)

a) Siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran b) Doa dan salam

c) Siswa mendapatkian motivasi dari guru

d) Siswa mendapatkan apersepsi dari guru dengan mengamati berbagai model bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran) e) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran. 2) Kegaiatan Inti (100 menit)

a) Eksplorasi

1) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru tentang cakupan materi yang akan diajarkan

2) Siswa menanggapi permasalahan yang dikemukakan oleh guru dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang

3) Siswa mendapatkan Lembar Kerja Kelompok dari guru b) Elaborasi

(61)

2) Pewakilan setiap kelompok membacakan hasil temuannya. 3) Siswa mengerjakan tes yang dikerjakan secara individu c) Konfirmasi

a) Siswa mendapatkan penghargaan kelompok maupun individu.

b) Siswa membacakan konfirmasi dari hasil kegiatan yang telah dilakukan. c) Siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang

telah dilakukan. 3) Kegiatan Penutup (15 menit)

a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran b) Siswa mendapatkan tugas rumah.

c) Siswa mendapatkan penjelasan tentang kegiatan kegiatan pada pertemuan selanjutnya.

c. Observasi

Peneliti melakukaka pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi atau lembar pengamatan dan evaluasi yang telah disusun. Termasuk juga pengmatan yang secara cermat pelaksanaan scenario pembelajaran dari waktu ke awktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuatitatif (hasil tes/kuis) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, kualitas diskusi, dan lain-lain.

d. Refleksi

(62)

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD pada siklus kedua dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya.

E. Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian dan Analisis Data

1. Pengumpulan data

Pada pra tindakan, teknik pengumpulan data yag digunakan adalah wawancara dengan guru kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah kinerja dalam kelompok dan evaluasi. Skor dari kinerja kelompok, dan skor evaluasi dijumlah didapat skor akhir. Dari skor akhir diunah menjadi nilai.

2. Instrumen penelitian

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa peneliti menggunakan tes objektif berupa pilihan ganda dan isian singkat. Jika benr mendapat skkor 1 dan jika salah mendapat skor 0.

1) Rubrik evaluasi Siklus I

Tabel 3.2

Kisi – kisi Instrumen Soal Siklus I

No. Indikator Nomor soal

1. Menyebutkan sifat-sifat empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium).

1, 3, 12

2. Menjelaskan sifat-sifat dari empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)

5

3. Menentukan sifat-sifat dari empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)

7, 11, 14, 13

4. Menganalisis sifat-sifat dari empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)

(63)

5. Membedakan sifat-sifat dari empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)

10

6. Membuat gambar empat bangun datar (segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium)

LKS (7, 8)

2) Rubrik evaluasi Siklus II

Tabel 3.3

Kisi – kisi Instrumen Soal Siklus II

No. Indikator Nomor

soal

1. Menyebutkan sifat-sifat empat bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran)

3,8,10

2. Menjelaskan sifat-sifat dari empat bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran)

4

3. Menentukan sifat-sifat dari empat bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran)

2,5,11

4. Menganalisis sifat-sifat dari empat bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran)

1,6,7,12,13

5. Membedakan sifat-sifat dari empat bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran)

9

6. Membuat gambar empat bangun datar (jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan lingkaran)

14, 15

3) Validasi perangkat pembelajaran

(64)

dihitung menggunakan PAP tipe 1(cara perhitungan dapat dilihat pada lampiran 13). Hasil perhitungan validasi perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran

No. Perangkat

Pembelajaran

Expert Judgment Rata – rata

skor

1 Silabus Kepala SDN Banjarnegoro III 4,6

Guru Kelas IV SDN Banjarnegoro III

4,8

Rata – rata 4,7

2 RPP Kepala SDN Banjarnegoro III 4,47

Guru Kelas IV SDN Banjarnegoro III

4,52

Rata – rata 4,49

3 LKS Kepala SDN Banjarnegoro III 4,6

Guru Kelas IV SDN Banjarnegoro III

4,7

Rata – rata 4,6

4 Bahan Ajar Kepala SDN Banjarnegoro III 4,6

Guru Kelas IV SDN Banjarnegoro III

4,4

Gambar

Gambar 1 Segitiga merupakan bangun geometri yang dibentuk oleh 3 buah garis
Tabel 2.1 Unsur-unsur dalam segitiga
Gambar 2 Bidang ABCD adalah persegi panjang. Dengan menarik diagonal AC,
Gambar 5 Dari gambar di atas terlihat bahwa :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan peraturan untuk diketahui murid perlu dibuat ringkas, jelas, sederhana tetapi menarik (dari bahan warna-warni dengan tulisan besar, indah dan unik) serta mudah dilihat dan

Dalam konteks penelitian ini, hermeneutika dimaksudkan sebagai metode untuk menjelaskan rekonstruksi makna emansipasi wanita dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang sebagai

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui biaya dan keuntungan usaha (2) mengetahui efisiensi, rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas usaha (3)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan media pendidikan atau pembelajaran dalam hal pendidikan karakter berlandasan falsafah Jawa dengan tujuan membentuk karakter

Menurut Fakhruddin (2008:175), saham adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Dari uraian pengertian

Kadar serbuk biji kelor yang digunakan sebagai koagulan pada limbah cair tahu memberikan hasil yang optimum pada 500mg/100ml sampel limbah dan waktu kontak

Jumlah beban kerja yang ada tidak seimbang, dimana untuk jumlah tim inspektur yang bervariasi di lapangan, merujuk pada Tabel 1 Data Kecepatan Produksi Untuk Pekerjaan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN