S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Renni Magdalena Nahampun NIM: 051124025
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Seluruh anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati tersuci Maria (SS.CC)
Yang telah memberi kesempatan menimba ilmu serta mendukung dengan doa,
cinta, kepercayaan, dan perhatian khususnya selama menjalani dan menyelesaikan
studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Sanata Dharma
v
” Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala- nyala dan layanilah Tuhan.”
viii
Judul Skripsi ini adalah PELAYANAN TUTORIAL PARA SUSTER SS.CC DALAM RANGKA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK BLOK BEAS BANDUNG BERDASARKAN KONSTITUSI KONGREGASI SS.CC. Penulis memilih judul ini, karena selama berkarya sebagai pendamping anak-anak dalam pelayanan tutorial di Bandung, penulis mempunyai keprihatinan terhadap motivasi belajar anak Blok Beas Bandung. Fakta menunjukkan bahwa motivasi belajar anak Blok Beas sangat kurang. Anak-anak lebih banyak menggunakan waktu untuk bermain dan menonton tayangan TV dari pada belajar. Akibatnya anak sering bolos dari sekolah bahkan anak bisa sampai drop out dari sekolah.
Melihat realitas ini para suster SS.CC yang memiliki spiritualitas; Merenungkan, Menghayati dan Mewartakan Kabar Gembira, mewujudkan spiritualitas tersebut dengan melakukan suatu program berupa bimbingan belajar (pelayanan tutorial) untuk membantu anak-anak dalam rangka meningkatkan motivasi belajar mereka. Pelayanan ini, diharapkan akan membantu anak-anak untuk memperoleh pengetahuan yang cukup dalam menghadapi perubaha n zaman yang moderen ini. Pelayanan tutorial ini dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 10.00-16.30 dengan alasan agar semua anak yang tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut dapat hadir. Pelayanan tutorial ini awalnya diikuti oleh tiga puluhan anak yang didampingi oleh para suster SS.CC dan para postulan SS.CC baik, laki- laki dan perempuan serta beberapa relawan dari Universitas Parahyangan. Dalam perjalanan waktu jumlah anak yang ikut pelayanan tutorial ini semakin bertambah hingga sekarang sudah mencapai 150 anak dengan jumlah tutor yang sama. Dalam hal ini dapat dikatakan pelayanan tutorial (bimbingan belajar) memiliki pengaruh positif dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak. Untuk mempertahankan kualitas pelayanan tutorial ini, perlu jumlah pendamping ditambah. Tetapi untuk menambah jumlah tutor tidaklah mudah dan yang mungkin dilaksanakan adalah meningkatkan kualitas para tutor.
ix
The title of this thesis is: THE TUTORIAL SERVICE OF SSCC SISTERS AND THEIR EFFORTS IN IMPROVING LEARNING MOTIVATIONS OF THE CHILDREN FROM BLOK BEAS -BANDUNG, ACCORDING TO THE SSCC CONSTITUTION. The writer choose this topic because during the time when the writer was working there as one of the assistant teachers (tutor) for the children, the writer was concerned about the learning motivation of the children from Block Beas, Bandung. The writer found that the reality of the learning motivations of the children from Block Beas, Bandung, is very low. The children use most of their time for playing and watching the television than learning. The consequence is they always absent from school, even many of them must drop out from their school.
Faced with this reality, SSCC sisters who have the spirituality to contemplate, to live, and to announce to the world God’s love, try to concretize their spirituality by doing a kind of program like learning guidance or tutorial service to help the children in their studies and improving their learning motivations. This kind of service hopefully can help the children to get the knowledge they need to face this changing world. The tutorial service is offered every Sunday, starting at 10.00 until 16.30 so that many children who are interested can attend this program. When it started, only thirty (30) children began to follow this program, accompanied by SSCC sisters and postulants. But after that, they grews in number, now they are more than one hundred and fifty (150) children, although the assistants (tutor) are more less the same in number as when it started. In this case, we can say that the tutorial service has good influence in the efforts for improving the learning motivations of the children. To improve the quality of this program, the assistants are needed more, but it is very difficult. So, what can we do is to try to improve the quality of the assistants themselves.
x
kasihNya yang amat besar, telah mendampingi, membimbing, dan menerangi hati,
budi dan pikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PELAYANAN TUTORIAL PARA SUSTER SS.CC DALAM RANGKA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK BLOK BEAS BANDUNG BERDASARKAN KONSTITUSI KONGREGASI SS.CC.
Skripsi ini ditulis bertolak dari keprihatinan penulis akan minimnya
kesadaran para orang tua dan anak-anak Blok Beas Bandung terhadap pentingnya
pendidikan di zaman sekarang. Oleh sebab itu penulisan skripsi ini dimaksudkan
untuk membantu para suster SS.CC dalam rangka meningkatkan motivasi belajar
anak Blok Beas Bandung.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak,
yang dengan kesetiaan, kesabaran, dan penuh kasih mendukung penulis melalui
doa, pemberian motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing utama, yang telah
memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, membimbing
penulis dengan penuh kesabaran, memberi semangat, masukan dalam proses
xi
dan dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si. selaku dosen penguji III yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mempelajari keseluruhan isi dari skripsi ini serta
memberi dukungan kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi
ini.
4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama belajar hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan
bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
6. Sr. Aurora Laguarda Navaro, SS.CC, selaku pemimpin Kongregasi SS.CC
se-ASIA yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk membekali diri
dengan menempuh studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
7. Sr. Maria Nieves Arguello, SS.CC, selaku pemimpin Kongregasi SS.CC di
Indonesia yang telah memberikan ijin, dukungan dan membantu penulis
melakukan penelitian di Blok Beas tempat anak-anak diberikan pelayanan
xii
9. Para tutor dan anak-anak yang ikut dalam kegiatan tutorial di Susteran SS.CC
Band ung, yang telah merelakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu
penulis sehingga penulis memperolah data penelitian sederhana.
10. Saudara-saudariku anggota SS.CC laki- laki dan perempuan yang setia
mendukung, memberi semangat, perhatian dan cinta kepada penulis selama
studi dan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman seangkatan 2005 yang telah memberikan perhatian, dukungan
dan bantuan kepada penulis dalam studi dan atas kerjasama yang baik selama
perjalanan studi.
11. Bapak, ibu dan saudara-saudariku yang dengan setia memberikan perhatian,
cinta dan semangat selama penulis menempuh studi di Yogyakarta ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang selama ini
dengan tulus telah mendukung penulis dalam studi dan dalam penyusunan
skripsi ini.
Semoga Tuhan yang Maha kasih membalas budi baik mereka semua
dengan berkat melimpah. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan,
pemahaman dan pengalaman penulis dalam menyusun skripsi ini, sehingga
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya,
xiv
PENGESAHAN………. iii
PERSEMBAHAN……….. iv
MOTTO……….. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……….. vii
ABSTRAK………. viii
ABSTRACT………... ix
KATA PENGANTAR………... x
DAFTAR ISI………... xiv
DAFTAR SINGKATAN………. xviii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Permasalahan……… 7
C. Tujuan Penulisan……….. 7
D. Manfaat Penulisan... 8
E. Metode Penulisan……….. 8
F. Sistematika Penulisan……… 9
BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG PELAYANAN KONGREGASI SS.CC………... 11
A. Pengertian Istilah “Pelayanan”………. 11
B. Pengertian Pelayanan Dalam Konteks Kitab Suci……… 12
C. Pengertian Pelayanan Dalam Konteks Kongregasi SS.CC……….. 14
1. Arah Pelayanan……… 17
xv
2. Pengertian Motivasi Belajar... 34
B. Jenis-jenis Motivasi Belajar... 36
1. Motivasi Intrinsik... 36
2. Motivasi Ekstrinksik... 37
C. Perlunya Belajar Kreatif sebagai Pendukung Motivasi Belajar.... 39
1. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi... 39
2. Belajar Kreatif sebagai jalan keluarnya... 45
BAB IV. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PELAYANAN TUTORIAL) SEBAGAI AKTUALISASI SPIRITUALITAS SS.CC DALAM RANGKA MENJAWAB KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK DI BLOK BEAS BANDUNG... 49
A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah... 49
B.Sasaran Pendidikan Luar Sekolah... 52
C. Spiritualitas SS.CC: Merenungkan, Menghayati dan Mewartakan Kabar Gembira... 56
1. Merenungkan... 59
2. Menghayati... 63
3. Mewartakan... 65
D. Aktualisasi Spiritualitas SS.CC Oleh Ibu Pendiri... 66
1. Realitas Perancis Pasca Revolusi ... 66
2. Sekolah Gratis... 68
E. Dampak Pendidikan Luar Sekolah Bagi Anak-Anak Blok Beas Bandung... 70
1. Tujuan pendidikan luar sekolah... 70
2. Persiapan Penelitian... 71
xvi
a. Jenis Penelitian... 75
b. Tempat dan waktu Penelitian... 76
c. Populasi Penelitian dan sampel... 76
d. Teknik Pengumpulan Data... 77
1). Identifikasi Variabel... 77
2). Defenisi Operasional Variabel... 77
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 79
a. Jenis data... 79
b. Teknik dan instrumen pengumpulan data... 79
c. Analisis instrumen... 81
d. Teknik analisis data... 81
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 83
a. Hasil penelitian... 83
1). Uji persyaratan... 83
2). Analisis regresi... 87
b. Pembahasan... 90
BAB V. PENINGKATAN AKTUALISASI SPIRITUALITAS SS.CC DI ZAMAN SEKARANG... 92
A. Pendampingan Kelompok Belajar di Blok Beas... 92
B. Peningkatan Karya SS.CC di Blok Beas... 94
C. Usulan Pendampingan bagi Para Tutor Bimbingan Belajar Berdasarkan Spiritualitas SS.CC... 99
1. Tema dan tujuan program pendampingan para tutor kelompok belajar... 102
2. Usulan program pendampingan para tutor Blok Beas... 105
3. Keterangan... 113
xvii
A. Kesimpulan... 149
B. Saran... 154
DAFTAR PUSTAKA... 157
LAMPIRAN... 159
Lampiran 1: Kuesioner... (1)
Lampiran 2: Analisis Data... (4)
Lampiran 3: Regression... (12)
Lampiran 4: Correlations... (16)
Lampiran 5: Panduan Adorasi... (18)
xviii
Dalam skripsi ini, singkatan Kitab Suci mengikuti Kitab Suci Perjanjian
Lama dan Baru: dengan pengantar dan catatan singkat. (Dipersembahkan kepada
Umat Katolik Indonesia oleh Direktoral Jenderal Bimas Katolik Departeman
Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,
1984/1985, hal. 8.
Kis: Kisah para rasul
Kej: Kitab Kejadian
Mat: Injil Matius
Rom: Surat Paulus Kepada Umat di Roma
Yoh: Injil Yohanes
B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964
GS: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Geraja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
C. Daftar Singkatan Umum
Art: Artikel
xix
KTSP: Kurikulum Tingkat Satua n Pembelajaran.
KB: Kelompok Bermain
KV: Konsili Vatikan
MB: Madah Bakti
PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini.
PS: Puji Syukur
RT Rukun Tetangga
SPSS: Statistical Product and Service Solutions TBC: Tuberculosis
TK: Taman Kanak-kanak
TPA: Taman Penitipan Anak
TV: Televisi
VCD: Video Compact Disk
D. Singkatan lain
A. Latar Belakang
Kehadiran Umat beriman Kristiani di tengah umat manusia hendaknya
dijiwai oleh cinta kasih Allah, sebab Allah menghendaki supaya kita saling
mengasihi dengan cinta kasih yang sama (Yoh 4:11 dan Dokumen KV II, Dekrit
“Ad Gentes” Art 12, hlm 416). Oleh karena cinta kasih Allah itu, setiap Umat beriman Kristiani khususnya kaum religius dipanggil untuk menghadirkan
Kerajaan Allah di dunia melalui aneka ragam bentuk karya pelayanan, kehadiran,
serta cara hidupnya di tengah masyarakat. Dalam rangka pelayanan kepada Allah,
setiap religius diajak untuk mengikuti bimbingan Roh Kudus dari waktu ke waktu.
Disadari bersama bahwa setiap religius adalah anggota Gereja, mereka turut pula
mengemban tugas dan misi pelayanan Gereja yang misinya adalah pelayanan
Kerajaan Allah. Maka pelayanan Kerajaan Allah adalah kenyataan panggilan
hidup religius, oleh karena itu perlulah setiap religius kembali kepada
spiritualitasnya dalam mengembangkan karya pelayanannya bagi masyarakat dan
Gereja.
Konstitusi SS.CC Bab 1 hal 1 mengatakan, bahwa Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria (SS.CC) yang dasar spiritualitasnya adalah sembah
sujud kekal di hadapan Sakramen Maha Kudus (Adorasi) dengan visi dan misi
Konsekrasi dan doa silih kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria,
Allah yang telah menjelma dalam Yesus, terutama bagi mereka yang lemah,
miskin dan menderita. Hal ini menjadi semangat dan cita-cita pendiri Kongregasi
SS.CC: Good Mother Henriette dan Good Father Pie rre Coudrin. Kongregasi ini
didirikan di Prancis pada tahun 1800 pada waktu terjadi Revolusi Perancis
Pelayanan kepada kaum miskin, persaudaraan dan semangat kekeluargaan
menjadi ciri yang mewarnai spiritualitas SS.CC yang membawa konsekuensi bagi
cara hidup para religius SS.CC. Hal ini diwujudkan para suster SS.CC di daerah
Blok Beas Bandung, Jawa Barat. Blok Beas adalah nama daerah di mana para
suster SS.CC memutuskan untuk membangun komunitas baru di Indonesia pada
tahun 2000. Beas merupakan bahasa Sunda yang berarti beras. Pada awalnya daerah ini merupakan daerah persawahan yang dimiliki oleh keluarga Haji. Pada
tahun 80-an sejumlah lahan dijual kepada para developer dan kemudian didirikan perumahan Sumber Sari, sementara lahan yang tersisa diubah menjadi
kamar-kamar kontrakan seiring dengan kebutuhan para migran yang datang dari berbagai
daerah untuk mengadu nasib di kota kembang, Bandung.
Kondisi hidup keluarga-keluarga pendatang ini pada umumnya
menprihatinkan. Mereka mencari pekerjaan sebagai buruh kecil seperti pemulung
sampah, tukang becak, pengupas bawang (buruh pasar), pembantu rumah tangga
di perumahan Sumber Sari dan pekerjaan buruh lainnya. Sedikit dari antara
mereka yang bisa bekerja di pabrik-pabrik seperti home industry, pedagang kaki lima, pedagang jalanan dan supir angkot.
Perkembangan zaman yang semakin maju membuat kehidupan masyarakat
yang bekerja sebagai buruh pabrik dan pembantu rumah tangga namun tetap tidak
mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh upah/gaji yang
minim diperoleh dan juga kurangnya pendidikan mereka dalam pengelolaan/
menggunakan uang.
Dampak dari situasi ini adalah pendidikan untuk anak menjadi nomor
terakhir. Dalam arti bahwa mereka umumnya tidak lagi menempatkan pendidikan
anak sebagai sesuatu yang penting. Akibatnya banyak anak-anak mereka yang
putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali. Yang dipikirkan oleh mereka
adalah, bagaimana mereka bisa bertahan hidup di zaman yang semakin sulit ini.
Atas dasar itulah maka anak-anak yang masih dalam usia sekolah sudah didorong
untuk menjadi buruh kecil di pabrik-pabrik atau pekerjaan apapun untuk
menopang ekonomi keluarga. Anak yang seharusnya masih duduk di SMA harus
membantu orang tuanya dan menikah. Diharapkan hal ini dapat mengurangi
tanggung jawab para orang tua atas anaknya. Perkawinan dini di bawah lima belas
tahun me rupakan hal biasa bagi masyarakat Blok Beas dan didukung oleh faktor
budaya untuk menikahkan anak pada usia dini.
Selain rendahnya kesadaran akan pendidikan, kesadaran akan kesehatan,
baik kesehatan pribadi dan keluarga maupun dalam skala umum, juga sangat
rendah. Pola hidup yang tidak sehat, misalnya dengan membuang sampah
sembarangan, fasilitas cuci dan masak yang seadanya dan akses air bersih yang
jauh dari standar kesehatan, telah menimbulkan berbagai macam penyakit.
Banyak di antara mereka yang menderita penyakit paru-paru basah, TBC, demam
terkait erat dengan gizi buruk yang menimpa khususnya anak-anak balita dan ibu
hamil.
Di samping cara hidup yang sangat sederhana, mereka juga memiliki pola
hidup yang mementingkan penampilan lahiriah, dalam arti mereka lebih banyak
berusaha mempercantik diri daripada memperhatikan gizi dan kebersihan
makanan. Selain itu, mereka juga mempunyai kecenderungan konsumerisme,
yang bisa dilihat dari betapa miskinpun mereka berusaha memp unyai TV dan VCD player. Umumnya mereka membeli pakaian atau alat-alat elektronik dengan cara kredit sedangkan untuk makan, mereka bisa hanya makan nasi dengan terasi
goreng, ikan asin dan sambal belaka. Pada umumnya mereka juga memegang
prinsip “apa yang mereka dapat hari ini digunakan untuk hari ini, untuk besok
urusan besok”.
Pendidikan yang tertinggal juga menyebabkan laju pertambahan penduduk
Blok Beas ini meningkat tajam. Mereka tidak memiliki cukup pengetahuan dan
pemahaman untuk mengatur ataupun merencanakan kelahiran anak dalam
keluarga yang dibangun. Tekanan kebutuhan dan kesulitan hidup yang mereka
hadapi me mbuat hubungan suami isteri dijadikan menjadi salah satu sarana
rekreasi untuk melupakan masalah- masalah hidup mereka dengan akibat terlalu
banyak mempunyai anak.
Masalah lain yang sering terjadi di Blok Beas ini adalah kawin-cerai.
Faktor-faktor yang mendukung masalah ini adalah budaya dan agama. Poligami
jarang kita menjumpai seorang suami memiliki dua isteri dan tinggal di kontrakan
kamar yang bersebelahan.
Melihat realitas semacam ini maka Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati
Tersuci Maria merasa terpanggil untuk hadir dan tinggal di antara mereka tanpa
memandang perbedaan suku, agama, dll. Para suster SS.CC mencoba melakukan
pendekatan kepada masyarakat Blok Beas ini dengan mengunjungi
keluarga-keluarga yang ada di daerah tersebut. Banyaknya permasalahan yang mereka
hadapi, membuat para suster SS.CC berusaha untuk menolong mereka dengan
melihat bersama masyarakat tersebut, apa yang bisa dilakukan para suster untuk
menolong mereka. Langkah- langkah yang dilakukan oleh para suster ini, dimulai
dari memberi perhatian pada masalah “kawin-cerai”, dengan memberdayakan
kaum perempuan, khususnya ibu-ibu yang ada di daerah tersebut dengan soft skills yang bisa me ngembangkan kepribadian dan kedewasaan berpikir mereka. Mendidik ibu- ibu supaya bisa mencari kegiatan lain sehingga mereka tidak hanya
tergantung dari mata pencaharian suami. Dalam hal ini yang dilakukan para suster
adalah menjalin relasi dengan masyarakat lain seperti tempat-tempat kerja dan
tempat rajukan yang bisa mereka kerjakan di rumah sambil menjaga anaknya. Di
samping itu mendidik mereka untuk lebih bijaksana dalam menggunakan uang
dengan membuka koperasi simpan pinjam, denga n harapan, pada akhirnya mereka
bisa membuka usaha kecil-kecilan yang dapat meningkatkan ekonomi mereka di
kemudian hari.
Pendidikan terhadap anak-anak yang akan menjadi generasi penerus
SS.CC melakukan pelayanan tutorial dalam kelompok belajar, berupa program
bantuan beasiswa, dalam hal kesehatan berupa kerjasama dengan dokter setempat;
kunjungan keluarga guna melihat dari dekat kebutuhan-kebutuhan masyarakat
dengan tujuan utama, memberdayakan mereka untuk lebih maju dan bertanggung
jawab dalam kehidupan yang lebih mandiri.
Khusus masalah Pendidikan, Kelompok Belajar dan beasiswa
diperuntukkan bagi anak usia 4-15 tahun. Anak-anak dididik sesuai minat dan
kebutuhan mereka. Pertemuan pendidikan alternatif ini diadakan setiap hari
Minggu jam 10.00 sampai jam 16.00 dengan maksud agar anak-anak, baik yang
sudah sekolah maupun yang belum sekolah termasuk yang drop out dari sekolah dapat mengikuti pendidikan luar sekolah/tutorial ini. Jumlah anak yang hadir
dalam setiap pertemuan adalah + 90-140 orang. Peserta pendidikan tutorial ini
kebanyakan dari anak-anak yang mendapat beasiswa dari suster SS.CC.
Anak-anak diberikan beasiswa untuk mendapatkan pendidikan dari sekolah secara
formal. Pada umumnya yang mendapat beasiswa ini adalah anak-anak dari RT 04
di mana Komunitas SS.CC berada dan juga dari RT lain sekitarnya. Para suster
SS.CC ini tidak hanya memperhatikan pendidikan anak-anak juga memberikan
nutrisi setiap akhir pelajaran. Dalam hal ini anak-anak dapat memperoleh gizi
yang mereka butuhkan untuk mendukung pengetahuan mereka.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis bermaksud untuk
melihat sejauh mana pengaruh dari pelayanan tutorial para suster SS.CC dalam
rangka meningkatkan motivasi belajar anak Blok Beas Bandung untuk
B. Rumusan Permasalahan
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut, yang
menjadi titik berangkat dari penulisan skripsi ini. Adapun masalah yang ingin
dirumuskan adalah:
1. Bagaimana Latar Belakang Spiritualitas SS.CC dalam pengembangan
pendidikan melalui pelayanan tutorial di Blok Beas Bandung?
2. Seberapa besar peranan kelompok belajar (pendidikan alternatif) dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar anak di Blok Beas Bandung?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanan pendidikan alternatif yang dilakukan oleh para suster SS.CC dalam meningkatkan motivasi belajar anak
di Blok Beas Bandung?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk menunjukkan hubungan Spiritualitas SS.CC dengan pengembangan
pendidikan melalui pelayanan tutorial di Blok Beas Bandung.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peranan kelompok belajar (pendidikan luar
sekolah) dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak di Blok Beas
Bandung.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pela yanan
tutorial yang dilakukan oleh para suster SS.CC dalam meningkatkan motivasi
D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Kongregasi SS.CC
Memberikan sumbangan gagasan bagi tercapainya tujuan dan maksud
kehadiran para suster SS.CC di daerah Blok Beas Bandung. Khususnya setelah
melihat gambaran, tentang dampak pelayanan tutorial yang sudah terlaksana
terhadap perkembangan motivasi belajar anak.
2. Bagi Penulis
Menambah pemahaman akan pentingnya pendidikan luar sekolah/
pelayanan tutorial/ bagi anak-anak dalam rangka meningkatkan motivasi belajar
anak.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu metode yang memanfaatkan gambaran dan analisis hasil studi
kepustakaan dan penelitian di lapangan. Dengan studi kepustakaan untuk
memperoleh gambaran mengenai “Pelayanan Tutorial para suster SS.CC dalam
rangka meningkatkan motivasi belajar anak Blok Beas Bandung berdasarkan
Konstitusi Kongregasi SS.CC, agar mereka tumbuh dan berkembang, baik secara
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis
akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini.
BAB I: Berisikan pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan,
perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II: Menguraikan Gambaran Umum Pelayanan Kongregasi SS.CC.
yang meliputi Pengertian Pelayanan istilah “Pelayanan”, Arti Pelayanan dalam
Kitab Suci, Pelayanan dalam Konstitusi SS.CC; Arah Pelayanan dan Gambaran
Pelaksanaan Pelayanan Tutorial yang sudah terjadi.
BAB III: Menguraikan Belajar Kreatif yang Memacu Kreativitas Belajar
Anak yang meliputi: Pengertian Belajar dan Motivasi Belajar, Jenis-jenis Motivasi
Belajar, Perlunya Belajar Kreatif sebagai Pendukung Motivasi Belajar.
BAB IV: Menguraikan Pendidikan Luar Sekolah (Pelayanan Tutorial)
sebagai Aktualisasi Spiritualitas SS.CC dalam Rangka Menjawab Kebutuhan
Pendidikan Anak-anak Blok Beas Bandung yang meliputi: Pengertian Pendidikan
Luar Sekolah, Sasaran Pendidikan Luar Sekolah, Spiritualitas SS.CC:
Merenungkan, Menghayati dan Mewartakan Kabar Gembira, Aktualisasi
Spiritualitas SS.CC Oleh Ibu Pendiri dan Dampak Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pendidikan Anak Blok Beas Bandung.
BAB V: Merupakan uraian tentang: Peningkatan Aktualisasi Spiritualitas
Peningkatan Karya SS.CC di Blok Beas dan Usulan Pendampingan bagi para
Tutor Bimbingan Belajar berdasarkan Spiritualitas SS.CC.
BAB VI: Menegaskan kembali isi pokok atau intisari dari skripsi ini
A. Pengertian Istilah “Pelayanan”
Pemahaman istilah “pelayanan” menurut etimologisnya. Istilah ini
merupakan turunan kata kerja Latin “minister”, yang berarti “melayani” atau “menerima”. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan “to serve” yang juga berarti melayani, menyajikan, meladeni dan me nyuguhi. Bentuk kata benda dari istilah
tersebut adalah “pelayan” dan “pelayanan” yang dalam bahasa Latin juga sejajar
dengan istilah “ministerium”, dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah “services”yang berarti jasa, dinas, pelayanan dan kebaktian. Kata benda “pelayan” dan “pelayanan” atau “layanan” dalam bahasa Indonesia dibedakan sebagai berikut: Sebutan “pelayan” berarti orang yang melayani. Sehingga kata “pelayan” lebih mengacu pada “subjek atau pelaku” atas usaha atau jasa tertentu yang
diberikan kepada orang yang dilayani. Predikat orang atau subjek yang melayani
adalah pembantu, pesuruh atau pelayan. Sedangkan kata “pelayanan” atau “layanan” adalah kata benda yang didefinisikan dalam beberapa arti, yaitu
1. Perihal atau cara melayani
2. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang):
jasa
3. Kemudahan “yang diberikan” sehubungan dengan jual beli barang atau
Singkatnya kata benda “pelayanan” atau “layanan” mengacu pada cara, bentuk, jenis atau metode, perbuatan dan kemudahandalam hal melayani. Bahasa Indonesia istilah “pelayanan” itu sendiri diartikan dalam beberapa arti:
a. “Perbuatan” (cara hal dsb) melayani.
b. “Perlakuan”. Dengan demikian, istilah “pelayanan” selalu merujuk pada tiga
aspek, yaitu:
1). Aspek yang berkaitan dengan pelaku atau subjek, yaitu motivasi, tujuan dan
daya yang menggerakkan subjek atau pelaku dalam usaha atau pelayanannya.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh subjek adalah isi atau roh dari
pelayanannya.
2). Aspek yang berkaitan dengan jenis, metode dan bentuk pendekatan yang
digunakan oleh subjek atau pelaku untuk mengkonkritkan motivasinya.
3). Aspek yang berkaitan dengan manfaat, pengaruh dan implikasi dari pelayanan
tersebut bagi orang yang dilayani dan subjek yang melayani itu sendiri.
Istilah pelayanan tidak serta merta menunjuk pada pengertian teknis
semata tetapi juga pada pengertian lebih luas dan mendasar. Dalam hal ini,
pelayanan merupakan ungkapan atau ekspresi keyakinan seseorang kepada
sesamanya. Dengan demikian pengertian pelayanan mengarah pada cara atau jalan
hidup seseorang.
B. Pengertian Pelayanan dalam Konteks Kitab Suci
Sebagai sebuah istilah, Kitab Suci tidak memberikan penjelasan tentang
pelayanan dapat kita telusuri dalam Kitab Suci. Karena Kitab Suci sendiri
bukanlah kamus atau ensiklopedi, tetapi lebih merupakan kumpulan kisah iman
(narasi iman) umat tentang Allah dalam Yesus Kristus. Kitab Suci memiliki
nuansa yang jelas untuk menjelaskan istilah pelayanan. Hal ini ditemukan dalam
diri Yesus sendiri. Kitab Suci juga bisa sebagai sumber informasi tentang Allah
melalui Yesus Kristus Putra-Nya. Melalui Yesus Kristus informasi tentang Allah
menjadi jelas dan nyata. Terutama melalui Sabda, tindakan (karya), wafat dan
kebangkitan-Nya.
Dalam konteks tersebut, Yesus Kristus bisa diposisikan sebagai seorang
pelayan Allah. Yesus menghadirkan dan memperkenalkan Allah kepada dunia
melalui tindakan pelayanan Yesus kepada manusia sampai wafat di salib. Dalam
konteks ini, latar belakang istilah pelayanan dapat ditemukan dalam cara hidup
dan misi Yesus. Karena itu, istilah pelayanan ditempatkan dalam konteks
pemberian diri atau cara hidup Yesus kepada Allah. Sehingga definisi pelayanan
adalah sebagai sebuah aktivititas dan sebuah tindakan diri Allah dalam Yesus.
Yesus sebagai pelayan Allah sampai Ia wafat bagi orang yang dilayani-Nya.
Sebagai sebuah istilah, kata “pelayanan” kita bisa temukan dalam Mrk 10: 43 –
45: “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani”. Dalam kalimat ini Yesus mau menegaskan identitas diri-Nya sebagai seorang pelayan yang tidak
mau dilayani oleh orang yang dilayani-Nya. Dengan kata lain, pelayan itu harus
memiliki kualitas dari dalam dirinya yaitu sikap rendah hati. Mat 23:11 “Barang
dalam kata “dilayani” dan “melayani” sudah terkandung unsur istilah pelayanan.
Sehingga istilah pelayanan dalam konteks Kitab Suci memiliki arti sebagai
berikut:
1. Sebuah tindakan pemberian diri,
2. Sebuah partisipasi “dalam” dan partisipasi “untuk” atau sebagai
tindakan aktif atas misi,
3. Sebuah sikap terhadap subjek yang dilayani.
Maka istilah “pelayanan” sebagai sebuah arti selalu pertama-tama atas
inisiatif dan kehendak Allah sendiri. Allah yang bertindak dan berpartisipasi
dalam hidup konkrit manusia dalam diri Yesus. Tindakan Allah yang demikian
dapat diartikan sebagai tindakan pelayanan demi keselamatan manusia.
C. Pengertian Pelayanan dalam Konteks Kongregasi SS.CC
Pendiri Kongregasi tidak memberikan definisi istilah pelayan secara
explisit. Namun, pelayanan sebagai sebuah arti atau pemahaman yang dapat kita
telusuri dalam cara atau panggilan hidup pendiri kongregasi SS.CC. Para pendiri
kongregasi SS.CC sudah menunjukkan ciri dan bentuk pelayanan dalam tugas dan
karya mereka. Dimensi pelayanan itu terungkap dalam kegiatan misi dan
keterlibatan mereka dalam membangun iman umat gereja lokal. Aspek pelayanan
proclaiming the Good News of that Love which alone fully repairs, liberates and reconcile”(Konst, art. 57). Perayaan Ekaristi dan adorasi kontemplatif membuat kita berpartisipasi dalam perasaan dan tindakan Yesus di hadapan Bapa dan dunia.
Panggilan warga SS.CC membuat mereka berpartisipasi dalam misi Yesus dengan
mewartakan Kabar Baik tentang Cinta yang memulihkan, membebaskan dan
mendamaikan. Bentuk konkrit dari pelayanan “...we dedicate ourselves in a special way to the task of education. By our apostolic services, whether in pastoral work, in schools or elsewhere, we wish to contribute to the promotion of the human person and to education in faith...” (Konst, art. 59). Dalam arti bahwa kita mengabdikan diri kita dengan cara yang khusus pada pendidikan. Dengan
pelayanan apostolik, baik karya pastoral dalam pendid ikan atau kegiatan lain, kita
mau/ingin menyumbang sesuatu bagi perkembangan pribadi manusia dan pada
pendidikan dalam iman. Aspek pelayanan juga sangat jelas dalam tujuan kongregasi yaitu: menghayati dan menghidupi empat masa hidup Yesus dalam
masa kanak-kanak, masa tersembunyi, masa hidup karya dan kematian. Keempat
masa hidup Yesus yang demikian dikonkritkan dalam bentuk tindakan karya dan
pelayanan kongregasi. Di sini penulis hanya menyebutkan beberapa dari sekian
banyak artikel dalam konstitusi yang menjelaskan arti pelayanan baik sebagai
jenis, bentuk, motivasi, tujuan dan dasarnya. Maka arti pelayanan selalu
ditempatkan dalam konteks pemberian diri dan tindakan ambil bagian dalam misi
Allah sendiri. Panggilan hidup seorang SS.CC adalah menjadi seorang pelayan
Allah atau untuk melayani. Atau dalam bahasa lain, seorang SS.CC adalah pribadi
merenungkan, menghayati dan mewartakan kepada dunia Cinta Tuhan yang
menjelma dalam diri Yesus (Konst, art. 2), sehingga dasar pelayanan kongregasi
SS.CC adalah Allah yang berbelaskasih dan Allah yang menyelamatkan manusia,
sehingga isi dari pelayanan itu sendiri adalah Allah sendiri sedangkan bentuk
pelayanan bisa berbeda sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.
Dalam hal ini para suster SS.CC yang baru tumbuh di Indonesia
mewujudkan karyanya dalam bentuk pelayanan sosial. Pelayanan sosial dalam
bentuk pendampingan anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah karena terkendala
dengan biaya sekolah dan anak-anak yang drop out dari sekolah. Hal ini diberikan dalam bentuk kelompok belajar (tutorial) setiap hari Minggu dan pendampingan belajar khusus bagi mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah.
Selain mendampingi anak-anak, para suster SS.CC juga mendidik
penduduk Blok Beas untuk membiasakan diri dengan menabung dengan
membuka Credit Union (CU) atau Koperasi Simpan Pinjam. Credit Union ini dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat setempat pada umumnya dan diolah
oleh mereka atas bantuan para suster SS.CC. Dengan adanya Credit Union ini mereka mendapat kesempatan untuk menambah modal mereka dalam membuka
usaha kecil-kecilan yang diharapkan dapat membantu biaya pendidikan anak-anak
mereka. Dalam hal ini mereka diharapkan pelaha n-lahan mengubah pola hidup
mereka yang konsumeris. Diharapkan, mereka juga semakin mampu keluar dari
prinsip “apa yang didapat hari ini untuk hari ini dan masalah besok untuk besok
1. Arah Pelayana n
Kehadiran komunitas suster-suster SS.CC di Blok Beas menjadi
kepanjangan kepedulian Gereja terhadap dunia /masyarakat (Gaudium et Spes art. 1), bahwa realitas yang digumuli oleh masyarakat Blok Beas adalah juga menjadi
pergumulan suster-suster SS.CC. Berangkat dari kecemasan bersama itu, maka
proses pendampingan dan pelayanan yang diberikan oleh para suster SS.CC
kepada masyarakat Blok Beas terfokus pada tiga aspek, yakni;
a. Konsientisasi, mengajak mereka untuk menyadari realitas mereka. Realitas itu
meliputi berbagai peluang, kesempatan dan kecerdasan lokal serta
ketakberdayaan yang membelenggu mereka. Konsientisasi ini dilakukan
melalui pembelajaran bersama yang tidak hanya melibatkan anak didik tetapi
juga orang tua mereka juga. Dengan demikian, konsientisasi ini menjadi
gerakan bersama.
b. Transformasi: menemukan upaya-upaya konkret yang mengarah pada
transformasi, baik transformasi pada tataran personal maupun sosial.
c. Kreativitas: membangun kecerdasan lokal, misalnya bagaimana mereka
semakin mencintai budaya mereka, semakin terbuka pada realitas yang lain di
2. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Tutorial
Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Tutorial
Waktu Materi Peserta Metode
Minggu, 10.00 -11.00
Mendalami silabus Sekolah
TK Bermain kreatif Belajar berhitung, menggambar, membaca 14.00-15.00 Mendalami Silabus
Sekolah
Kelas I-IV SD Bermain, bercerita, informasi
15.00-16.30 Mendalami silabus Kelas V SD sampai SMA.
Informasi, group work
Pelayanan tutorial ini dilaksanakan setiap hari minggu jam 10.00 – 16.30
di Sekolah, di mana para calon SS.CC putra dan putri dididik, tempat lokasinya di
daerah Sumber Sari. Setiap kali pertemuan disesuaikan dengan pelajaran yang
mereka terima di sekolah. Khusus untuk anak yang tidak sekolah, para tutor
memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan peserta.
Pada tabel ga mbaran pelaksanaan Pelayanan Tutorial, pada Materi ditulis
mendalami silabus. Maksudnya adalah untuk setiap kelas para tutor menyesuaikan
pelajaran yang diberikan dengan silabus pelajaran yang mereka dapatkan di
sekolah. Di sini penulis akan memaparkan salah satu contoh dari silabus kelas V
SD yang diambil dari buku Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SILABUS KELAS V
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas /Semester :V/2
Tabel 2. Contoh Silabus Kelas V
Standar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Silabus ini digunakan sesuai dengan pelajaran yang dipelajari peserta
tutorial di sekolah dengan tujuan, agar pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah
dengan di tempat tutorial saling berkesinambungan. Para tutor menyusun jadual
kapan mereka memberikan mata pelajaran Kewarganegaraan dan kapan
memberikan mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran lainnya. Setiap mata
pelajaran yang diberikan oleh para tutor selalu mengikuti silabus yang ada di
sekolah.
Program tutorial ini juga melibatkan orang tua dan anak didik, dengan
mengadakan pertemuan dua kali dalam setahun sehingga program ini menjadi
program bersama dengan masyarakat setempat. Pertemuan diadakan setiap awal
semester di sekolah. Pelayanan tutorial diadakan setiap hari Minggu tetapi untuk
di luar hari Minggu para suster juga menerima anak yang memerlukan bantuan
juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk rekreasi bersama, seperti
belajar bersama di kebun binatang, belajar berenang bersama, nonton film
bersama dll.
Singkatnya, Pelayanan atau service senantiasa terkait dengan sebuah keprihatinan akan realitas sosial. Maka, hakekat pelayanan itu sendiri selalu dalam
arti “aku berbuat sesuatu bagi sesamaku, aku berbagi hidup dengan sesamaku atau
aku mengambil bagian dalam pergulatan sesama ”. Wujud nyata dari sikap berbagi
hidup itu, salah satunya adalah bagaimana menanamkan rasa cinta dan tanggung
jawab seseorang akan hidupnya dan hidup sesamanya termasuk relasi yang
harmoni dengan lingkungannya dalam konstelasi yang lebih luas.
Dalam tatanan pendidikan, yang pertama-tama dibangun adalah motivasi
dari peserta didik untuk mencintai proses-proses edukasi (Oemar Hamalik, 2008:
157). Untuk menunjang tumbuhnya motivasi, dibutuhkan cara mengajar yang
kreatif sekaligus memungkinkan tumbuhnya “k uriositas” dan “keterpesonaan”
anak didik bagi nilai- nilai pendidikan. Dengan kata lain, setiap materi, dengan
kandungan nilainya masing- masing, mesti dikemas dalam bentuk penyajian baik,
kreatif dan inovatif sehingga arahnya semakin tepat dan jelas.
Para suster SS.CC di Bandung telah mengupayakan sebuah sistem edukasi
yang kreatif dan menjangkau masyarakat lapis bawah. Berangkat dari
keprihatinan sosial masyarakat di Blok Beas, Bandung, para suster ini membuka
diri kepada warga sekitar dan memediasi berbagai kerinduan warga terutama di
bidang pendidikan dan transformasi sosial. Bercermin pada sikap hati Ibu Pendiri,
memberi diri sepenuhnya seperti lilin) para suster terjun dengan sebuah semangat
yang satu dan sama, berbagi hidup kepada sesama (Cahiers of Spirituality No.10, 2000: 117).
Henriette telah memperlihatkan sebua h totalitas pemberian diri bagi Allah
dan sesama. Kekejaman Revolusi Perancis, era akhir abad 16, telah mengasah dan
membentuk sikap hati Ibu Henriette menjadi semakin peka dan sejak itu pula ia
mengupayakan sesuatu yang berguna bagi banyak orang yang menderita. Saat itu
banyak anak-anak kehilangan orangtuanya, banyak orang hidup menggelandang
di sekitar bangunan-bangunan kota. Henriette terpanggil untuk berbuat sesuatu
bagi mereka. Bagaimana menyekolahkan mereka agar mereka lebih bertanggung
jawab atas hid up mereka. Sejak itu, kongregasi SS.CC mengupayakan
sekolah-sekolah gratis bagi anak-anak korban keganasan Revolusi Perancis. Pelayanan
kepada Allah mesti menjadi nyata dalam keberpihakan kepada yang menderita.
Itulah prinsip Henriette yang bersama Pater Pierre Coudrin mendirikan kongregasi
Hati Kudus Yesus dan hati Tersuci Maria (SS.CC).
Pelayanan Tutorial bagi anak-anak di Blok Beas Bandung merupakan
kelanjutan dari perjuangan para pendiri tarekat religius ini. Pelayanan edukatif ini
juga merupakan sumbangan komunitas suster-suster SS.CC bagi realisasi
kehadiran Kerajaan Allah dalam Gereja semesta melalui reksa pastoral Keuskupan
A. Pengertian Belajar dan Motivasi Belajar 1. Pengertian Belajar
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
belajar, tetapi penulis akan memaparkan beberapa pengertian belajar berdasarkan
pendapat dari beberapa ahli khususnya ahli pendidikan.
Menurut Slameto belajar adalah ”suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya meliputi jumlah ilmu pengetahuan melainkan bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap pengertian, penghargaan, minat dan penguasaan diri.
Singkatnya perubahan itu mencakup segi kehidupan seperti sikap dan kebiasaan
sehingga dengan belajar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan,
termasuk juga dapat berusaha secara fungsional untuk kehidupannya (Slameto,
2003: 2-5)
Menurut Drs. Oemar Hamalik, belajar adalah “modifikasi atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan tingkah laku (Oemar Hamalik, 2008: 27-29).
Sardiman, (2007: 20) juga, memberikan definisi tentang belajar dalam tiga
kelompok yaitu:
a. Definisi belajar menurut Cronbach: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.(Belajar adalah perubahan yang nampak dalam perilaku/tindakan seseorang sebagai hasil dari pengalaman/belajarnya)
b. Batasan yang diberikan Harold Spears: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati, membaca, mengikuti, mencoba sesuatu untuk diri saya, mendengarkan dan mengikuti pertunjuk)
c. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice. (Belajar adalah suatu perubahan dalam perbuatan sebagai hasil dari latihan yang dilakukan seseorang).
Dari tiga definisi di atas, Sardiman A.M mengartikan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, seperti
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, melihat dan lain sebagainya.
Selain definisi tersebut, Sardiman juga memberikan definisi belajar dilihat dari
dua sisi yaitu dalam arti sempit dan arti luasnya. Dalam pengertian luas, belajar
diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi yang
seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan yang juga merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Kedua definisi ini memberikan kesimpulan bahwa belajar
adalah “penambahan pengetahuan”. Dalam realitas pengertian belajar ini banyak
dianut oleh sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan
menerima materi dan mengumpulkannya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai
”pengajar” sehingga pengertian belajar itu sendiri menjadi terbatas. Di sini belajar
diartikan sebagai menghafal, sehingga akibatnya, siswa belajar kalau akan ujian
saja, atau mereka akan menghafal terlebih dahulu sebelum ujian. Pengertian
seperti ini, sebenarnya tidak memadai.
Untuk melengkapi pengertian mengenai belajar, Sardiman,
mengemukakan beberapa prinsip yang penting diketahui berkaitan dengan belajar
antara lain:
a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan pengharapan serta kematangan diri para siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/ kesadaran atau intrinsic motivation,( belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan
rasa tertekan dan menderita tidak akan efektif).
d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses mencoba (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan. e. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.
f. Belajar dapat dengan tiga cara: 1) diajar secara langsung;
2) kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain- lain);
3) pengenalan dan/atau peniruan.
g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif dan mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis
dan lain- lain, bila dibandingkan dengan belajar secara hafalan saja. h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar anak yang bersangkutan.
i. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna (Sardiman, 2007: 24-25).
Pengertian belajar di atas mendorong Slameto untuk memberikan beberapa
a. Perubahan terjadi secara sadar. Artinya seseorang yang belajar menyadari dan
merasakan adanya perubahan dalam dirinya, contohnya ia merasakan bahwa
pengetahuannya bertambah (Slameto, 2003: 3).
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Artinya perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan.
Perubahan tersebut akan mempengaruhi perubahan berikutnya, yang akan
berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Sebagai contoh,
seorang anak yang belajar menulis, akan mengalami perubahan dari tidak
dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung
terus-menerus sehingga anak tersebut akhirnya dapat menulis dengan baik dan rapi
(Slameto, 2003: 3).
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Artinya perbuatan belajar
tersebut senantiasa bertambah dan tertuju kepada perubahan sesuatu yang
lebih baik daripada yang sudah ada sebelumnya (Slameto, 2003: 3-4).
d. Perubahan, mencakup seluruh aspek tingkah laku. Artinya perubahan yang
diperoleh seseorang adalah perubahan secara keseluruhan. Hal ini meliputi
perubahan sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya (Slameto, 2003:
4).
Pengertian belajar dari empat ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar
adalah suatu usaha/kegiatan/proses yang dilakukan seseorang untuk mencapai
tujuan dalam memperoleh perubahan dan pengetahuan. Aspek perubahan tersebut
berhubungan erat dengan aspek perubahan lainnya. Dari definisi belajar di atas,
1) Untuk mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan seseorang dapat ditandai dengan kemampuan berpikir,
berpengetahuan dan berkemampuan berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Artinya seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya tanpa memiliki pengetahuan, dan sebaliknya kemampuan berpikir
akan memperkaya pengetahuan seseorang. Dalam hal ini guru sebagai
pendidik/pengajar sangat dibutuhkan, karena mendapat pengetahuan merupakan
tujuan yang penting di dalam kegiatan belajar (Sardiman, 2007: 26).
2) Penanaman konsep dan keterampilan.
Berbicara dengan penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga
memerlukan suatu keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun rohani.
Keterampilan jasmani yang dimaksudkan adalah keterampilan-keterampilan yang
dapat dilihat, diamati, yang menunjukkan penampilan tubuh seseorang ketika
sedang belajar. Sedangkan keterampilan roha ni lebih rumit, karena tidak selalu
berurusan dengan hal-hal yang dapat dilihat, lebih abstrak, menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan (Sardiman, 2007: 27-28).
Untuk mencapai keterampilan diperlukan banyak latihan, demikian juga
untuk mengungkapkan perasaan seseorang perlu banyak latihan, sebab dalam
mengungkapkan perasaan, baik secara lisan ataupun tertulis tidak semata- mata
tergantung pada banyaknya kosa kata atau tata bahasanya tetapi menyangkut
3). Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik,
dibutuhkan kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan cara berpikir dengan
memanfaatkan pribadi guru itu sendiri sebagai teladan atau model. Dalam hal ini
guru harus lebih bijak dan hati- hati dalam mengadakan pendekatan kepada para
siswanya. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas
dari soal penanaman nilai- nilai (transfer of values). Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar pengajar, tetapi betul-betul juga sebagai pendidik yang akan
menularkan nilai- nilai itu kepada anak didiknya. Metode atau cara berinteraksi
yang dapat digunakan antara lain, diskusi, demonstrasi, tanya jawab, sosiodrama,
role playing dan sebagainya, sehingga pada anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah
dipelajarinya (Sardiman, 2007: 28-29).
Selain pengertian dan tujuan belajar di atas, juga akan dipaparkan
beberapa cara belajar yang perlu diketahui untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut Slameto, ada sebelas jenis belajar antara lain:
a). Belajar bagian (partlearning, fractioned learning)
Belajar bagian, pada umumnya dilakukan oleh seorang pelajar yang
dihadapkan pada materi yang bersifat luas atau ekstensif, sebagai contoh pelajar yang mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti silat. Pesilat
harus me nguasai seluruh materi pelajaran sehingga akhirnya menjadi bagian
b). Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Berbicara tentang pengertian wawasan, penulis akan mengambil dari
pengertian yang dikemukakan oleh G.A. Miller. Wawasan merupakan kreasi dari
“rencana penyelesaian” (meta program) yang mengontrol rencana-rencana
subordinasi lain (pola tingkah laku) yang telah terbentuk (Slameto, 2003: 5-6).
c). Belajar diskriminatif (descriminatif learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai usaha untuk memilih sifat atau
moment yang sesuai dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam
bertingkah laku. Dalam arti belajar dari situasi yang ada (Slameto, 2003: 6).
d). Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Mempelajari bahan yang dipelajari secara keseluruhan dengan cara
berulang-ulang sampai menguasainya dengan penuh (Slameto, 2003: 6).
e). Belajar insidental (incidental learning)
Belajar insidental adalah cara belajar tanpa harus mengikuti instruksi atau
petunjuk mana yang harus dipelajari, tetapi pada saat ujian pelajar/siswa tersebut
harus sudah mampu melakukannya dengan baik. Hal yang semacam ini sangat
f). Belajar Instrumental (instrumental learning)
Pada belajar instrumental, seorang pelajar atau siswa akan tertarik untuk
belajar apabila diikuti dengan tanda-tanda bahwa siswa tersebut akan
mendapatkan hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Maka siswa tersebut akan
belajar dengan adanya kekuatan atas dasar tingkah laku untuk mendapatkan
hadiah. Di sini siswa diberi hadiah kalau ia bertingkah laku sesuai dengan tingk ah
laku yang dituntut, dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan tingkah laku yang dituntut, sehingga terbentuk lah
tingkah laku tertentu (Slameto, 2003: 7).
g). Belajar intensional (intentional learning)
Belajar intensional adalah belajar dalam arah tujuan, belajar intensional
merupakan lawan dari belajar insidental (Slameto, 2003: 7).
h). Belajar latent (latent learning)
Disebut laten, karena perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat
tidak terjadi secara segera. Belajar laten ini ada dalam bentuk belajar insidental
(Slameto, 2003: 7-8).
i). Belajar mental (mental learning)
Pada belajar mental, perubahan tingkah laku seseorang seringkali tidak
cukup terlihat. Perubahan tersebut berupa perubahan proses pada perubahan
tugas-tugas yang bersifat motoris sehingga bisa dilihat melalui observasi atas
tingkah laku orang tersebut (Slameto, 2003: 8).
j). Belajar produktif (productive learning)
Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum.
Dikatakan belajar produktif apabila orang tersebut mampu mentransfer
prinsip-prinsip untuk menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain
(Slameto, 2003: 8).
k). Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal melalui latihan dan
ingatan (Slameto, 2003: 8).
Dari sebelas jenis belajar di atas, tidak semua jenis belajar tersebut dapat
digunakan oleh setiap individu, karena setiap individu memiliki jenis belajarnya
sendiri-sendiri. Dalam hal ini para ahli psikologi mencoba memberikan teori- teori
belajar yang cocok bagi manusia. Teori ini terlebih dahulu dicobakan kepada
binatang dan setelah diketahui hasilnya baru diterapkan pada proses
belajar-mengajar untuk manusia. Setelah dilihat dampaknya dan sesuai dengan yang
diharapkan baru teori tersebut diterapkan pada proses belajar- mengajar untuk
manusia di sekolah. Sebagaimana diketahui, kegiatan belajar itu merupakan suatu
proses psikologis, yang terjadi dalam diri seseorang sehingga sulit diketahui
dengan pasti bagaimana terjadinya proses belajar tersebut. Dalam hal ini Sardiman
(1). Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya.
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam- macam daya. Setiap
daya tersebut dapat dilatih dengan berbagai cara dan bahan untuk memenuhi
fungsinya masing- masing. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan
atau materi tersebut melainkan pembentukan dari daya-daya tersebut. Contoh,
untuk melatih daya ingat, dalam belajar siswa tersebut perlu menghafal seperti
menghafal istilah-istilah asing yang ada dalam pelajaran yang dipelajarinya
(Sardiman, 2007: 30).
(2). Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari
bagian-bagian /unsur. Teori ini juga beranggapan bahwa kegiatan belajar itu memerlukan
pengamatan yang dilakukan secara menyeluruh. Dalam pengamatan tersebut
diperlukan keterlibatan semua panca indra, sehingga hasil pengamatan tersebut
mendapatkan insight nya. Timbulnya insight ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:
(a). Kesanggupan atau kemampuan inteligensia individu yang bersangkutan.
(b). Pengalaman artinya, bila seseorang belajar tentu mendapatkan pengalaman,
dan pengalaman itu akan mempermudah seseorang untuk menemukan insight. (c). Taraf kompleksitas dari suatu situasi: semakin kompleks semakin sulit
dikuasai.
(e). Trial dan error artinya semakin sering melakukan percobaan dalam kegagalan yang seseorang lakukan dan akhirnya orang tersebut akan menemukan insight. Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt, juga belajar memecahkan masalah karena teori ini diawali dengan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap
(Sardiman, 2007: 30-32).
(3). Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Dari teori ini muncul dua teori yang sangat terkenal yaitu:
(a). Teori Konektionisme.
Menurut Thorndike, bahwa dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara
kesan panca indra (sense impresion) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Asosiasi ini juga dinamakan ”connecting” maksudnya bahwa belajar itu adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan
reaksi, dan hubungan ini akan erat terjadi kalau sering latihan.
(b). Teori Conditioning
Belajar menurut teori ini adalah atas dasar situasi dan kebiasaan. Sebagai
contoh kalau seseorang melihat orang makan asam, orang yang melihat tersebut
air liurnya langsung keluar, contoh lain kalau seseorang naik kendaraan di jalan
raya, begitu lampu merah, ia berhenti. Dalam praktik kehidupan sehari- hari pola
tersebut sering terjadi, dimana seseorang melakukan sesuatu kebiasaan karena
Tiga teori belajar di atas yang dirumuskan sesuai Ilmu Jiwa Daya, Ilmu
Jiwa Gestalt maupun Ilmu Jiwa Asosiasi ternyata berbeda-beda, namun ada
beberapa persamaannya dan perbedaan tersebut merupakan teori-teori dalam hal
kegiatan belajar. Persamaannya ialah, tiga-tiganya mengakui bahwa dalam belajar
harus ada prinsip, antara lain:
(1)). Dalam kegiatan belajar, diperlukan adanya motivasi.
(2)). Dalam belajar hampir selalu ada kesulitan
(3)). Dalam belajar diperlukan aktivitas
(4)). Dalam menghadapi kesulitan, sering terjadi bermacam- macam respon
2. Pengertian Motivasi Belajar
Kata ‘motif’ menurut Singgih Gunarsa, (1978: 92) berarti dorongan atau
kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu
berbuat, bertindak atau bertingkah laku.
Pengertian motif diperkuat oleh Sardiman, (1986: 73), ia mengemukakan
sebagai berikut: ”Daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas tertentu sebagai suatu tujuan, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan itu dirasakan mendesak”.
Dengan kata lain, motif merupakan suatu tenaga dari diri individu yang
erat kaitannya dengan tingkah laku individu, karena pada dasarnya semua manusia
didasari oleh dorongan motif. Motif itulah yang menjadi arah tingkah laku
Bohar Suharto, (1991: 40) mengatakan, adanya motif, tujuan dan aktivitas.
Motif yang baik dan tepat akan merupakan kekuatan untuk menghasilkan perilaku
yang mengarah pada tujuan yang dicita-citakan. Kebutuhan seseorang tergantung
dari apa yang dimilikinya. Bohar Suharto, (1991:41- 42) mengatakan bahwa, ada
dua faktor yang mendapat perhatian dalam hubungannya dengan kebutuhan
manusia, yang akan me njadi pusat motivasi yaitu pengharapan dan kesediaan.
Meskipun mempengaruhi motif dan kebutuhan, kesediaan cenderung
mempengaruhi persepsi tentang tujuan, motivasi timbul sebagai hasil interaksi
antara motif dengan aspek situasi yang diamati. Dampak dari interaksi tersebut
dapat dikatakan bahwa perilaku yang sama dapat melandasi tujuan yang berbeda.
Demikian pula halnya, perilaku yang berbeda dapat mendasari tujuan yang sama.
Prof. Dr. Oemar Hamalik, (2008: 158-161) mengatakan, bahwa ada dua
prinsip yang bisa digunakan untuk memahami pengertian dari motivasi itu sendiri.
Pertama, motivasi dipandang sebagai suatu proses, di mana pengetahuan tentang
proses ini akan membantu kita untuk menjelaskan kelakuan yang kita amati dan
untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang. Kedua, kita
menentukan karakter dari proses tersebut dengan melihat petunjuk-petunjuk dari
tingkah lakunya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi
adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Hamalik juga memberikan beberapa kesimpulan fungsi dari motivasi
yaitu:
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
B. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik, motivasi belajar dibagi menjadi dua
jenis seperti:
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar
itu sendiri dan memenuhi kebutuhan dan tujuan para siswa (Oemar Hamalik,
2008: 162). Motivasi merupakan motivasi murni yang timbul dari dalam diri
siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu,
memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil,
menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok,
keinginannya untuk diterima oleh orang lain, dan lain- lain.
Dalam hal ini siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan
menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi
tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan,
kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan
berpengetahuan, dengan jalan satu-satunya adalah belajar. Jadi motivasi intrinsik
adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor- faktor
dari luar situasi belajar, seperti pemberian angka/pemberian rengking, pemberian
hadiah (tingkatan hadiah), medali pertandingan, pemberian pujian dan persaingan
yang bersifat negatif contoh, akan diberi hukuman bila tidak berhasil. Motivasi
ekstrinsik memiliki sisi negatif tetapi meskipun begitu motivasi ekstrinsik ini tetap
diperlukan di sekolah, sebab pelajaran di sekolah tidak semuanya menarik dan
diminati oleh siswa untuk dipelajari atau tidak selalu sesuai dengan kebutuhan
siswa. Di samping itu sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia harus
mempelajari hal- hal yang diberikan oleh sekolah. Dalam hal ini motivasi terhadap
pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin
belajar. Usaha yang dapat dikerjakan oleh guru sangat banyak. Guru dapat
menyesuaikan usaha tersebut sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta
perkembangan dari para siswa. Karena itu dalam memotivasi siswa tidak akan
ditentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru
(Oemar Hamalik, 2008: 163).
Dalam kegiatan belajar- mengajar peranan motivasi, baik, intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan dimilikinya motivasi, siswa dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif. Siswa dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini perlu diketahui
bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam- macam. Untuk
motivasi ekstrinsik terkadang perlu, tetapi kadang-kadang juga kurang sesuai,
para anak didik nya. Sebab mungkin saja maksud guru mau memberikan motivasi
terhadap siswanya, tetapi justru hasilnya tidak menguntungkan perkembangan
belajar siswa itu sendiri.
Dalam menumbuhkan motivasi belajar, siswa itu sendiri memerlukan
prinsip-prinsip motivasi. Prinsip-prinsip ini dikemukakan oleh Kenneth H. Hover
setelah melakukan penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi
belajar murid-murid di sekolah (Oemar Hamalik, 2008:163-166). Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman, karena pujian bersifat lebih menghargai
apa yang telah dilakukan seseorang sedangkan hukuman lebih mematikan
sesuatu yang telah diperbuat.
b. Setiap murid mempunyai kebutuhan psikologis (kebutuhan yang bersifat
mendasar) yang harus dipenuhi kepuasannya. Maksudnya setiap murid
memiliki corak pribadi yang berbeda, jadi murid yang dapat memenuhi
kebutuhannya secara efektif tentu akan lebih memiliki motivasi dan dis iplin
pula, dari pada murid yang kebutuhannya kurang terpenuhi.
c. Motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri akan lebih efektif dari pada
motivasi yang dipaksakan dari luar.
d. Motivasi itu mudah menjalar, dalam hal kegiatan belajar di sekolah, guru yang
memiliki minat tinggi atau antusias dalam mengajar akan menghasilkan murid
yang berminat tinggi dan antusias pula dalam belajar.
e. Pemahaman yang jelas akan tujuan belajar juga akan merangsang motivasi
f. Pujian-pujian yang datangnya dari luar terkadang diperlukan dan cukup efektif
untuk merangsang motivasi belajar seseorang.
g. Teknik dan proses mengajar yang bermacam- macam dapat memelihara dan
merangsang motivasi belajar seseorang, dan lain sebagainya.
C. Perlunya Belajar Kreatif sebagai Pendukung Motivasi Belajar 1. Kesulitan- kesulitan yang dihadapi.
Menurut Drs. Oemar Hamalik ada empat faktor yang bisa menimbulkan
kesulitan belajar, seperti:
a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri.
Yang dimaksud dengan faktor ini, ialah faktor yang timbul dari diri siswa
itu sendiri. Faktor tersebut juga sering disebut dengan faktor intern. Faktor ini
sangat berpengaruh terhadap kemajuan studi seorang siswa. Hal ini dapat
disebabkan oleh: siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya
minat terhadap bahan pelajaran, kesehatan yang sering terganggu, kurangnya
penguasaan bahasa, kebiasaan belajar setiap orang yang berbeda, dan lain- lain
(Oemar Hamalik, 1990: 117).
Menurut Slameto faktor intern dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:
faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1). Faktor Jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
Sehat berarti dalam keadaan baik seluruh badan beserta
anggota-anggotanya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh