• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan tutorial para suster SS.CC dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak Blok Beas Bandung berdasarkan konstitusi kongregasi SS.CC - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pelayanan tutorial para suster SS.CC dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak Blok Beas Bandung berdasarkan konstitusi kongregasi SS.CC - USD Repository"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Renni Magdalena Nahampun NIM: 051124025

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Seluruh anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati tersuci Maria (SS.CC)

Yang telah memberi kesempatan menimba ilmu serta mendukung dengan doa,

cinta, kepercayaan, dan perhatian khususnya selama menjalani dan menyelesaikan

studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

Universitas Sanata Dharma

(5)

v

” Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala- nyala dan layanilah Tuhan.”

(6)
(7)
(8)

viii

Judul Skripsi ini adalah PELAYANAN TUTORIAL PARA SUSTER SS.CC DALAM RANGKA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK BLOK BEAS BANDUNG BERDASARKAN KONSTITUSI KONGREGASI SS.CC. Penulis memilih judul ini, karena selama berkarya sebagai pendamping anak-anak dalam pelayanan tutorial di Bandung, penulis mempunyai keprihatinan terhadap motivasi belajar anak Blok Beas Bandung. Fakta menunjukkan bahwa motivasi belajar anak Blok Beas sangat kurang. Anak-anak lebih banyak menggunakan waktu untuk bermain dan menonton tayangan TV dari pada belajar. Akibatnya anak sering bolos dari sekolah bahkan anak bisa sampai drop out dari sekolah.

Melihat realitas ini para suster SS.CC yang memiliki spiritualitas; Merenungkan, Menghayati dan Mewartakan Kabar Gembira, mewujudkan spiritualitas tersebut dengan melakukan suatu program berupa bimbingan belajar (pelayanan tutorial) untuk membantu anak-anak dalam rangka meningkatkan motivasi belajar mereka. Pelayanan ini, diharapkan akan membantu anak-anak untuk memperoleh pengetahuan yang cukup dalam menghadapi perubaha n zaman yang moderen ini. Pelayanan tutorial ini dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 10.00-16.30 dengan alasan agar semua anak yang tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut dapat hadir. Pelayanan tutorial ini awalnya diikuti oleh tiga puluhan anak yang didampingi oleh para suster SS.CC dan para postulan SS.CC baik, laki- laki dan perempuan serta beberapa relawan dari Universitas Parahyangan. Dalam perjalanan waktu jumlah anak yang ikut pelayanan tutorial ini semakin bertambah hingga sekarang sudah mencapai 150 anak dengan jumlah tutor yang sama. Dalam hal ini dapat dikatakan pelayanan tutorial (bimbingan belajar) memiliki pengaruh positif dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak. Untuk mempertahankan kualitas pelayanan tutorial ini, perlu jumlah pendamping ditambah. Tetapi untuk menambah jumlah tutor tidaklah mudah dan yang mungkin dilaksanakan adalah meningkatkan kualitas para tutor.

(9)

ix

The title of this thesis is: THE TUTORIAL SERVICE OF SSCC SISTERS AND THEIR EFFORTS IN IMPROVING LEARNING MOTIVATIONS OF THE CHILDREN FROM BLOK BEAS -BANDUNG, ACCORDING TO THE SSCC CONSTITUTION. The writer choose this topic because during the time when the writer was working there as one of the assistant teachers (tutor) for the children, the writer was concerned about the learning motivation of the children from Block Beas, Bandung. The writer found that the reality of the learning motivations of the children from Block Beas, Bandung, is very low. The children use most of their time for playing and watching the television than learning. The consequence is they always absent from school, even many of them must drop out from their school.

Faced with this reality, SSCC sisters who have the spirituality to contemplate, to live, and to announce to the world God’s love, try to concretize their spirituality by doing a kind of program like learning guidance or tutorial service to help the children in their studies and improving their learning motivations. This kind of service hopefully can help the children to get the knowledge they need to face this changing world. The tutorial service is offered every Sunday, starting at 10.00 until 16.30 so that many children who are interested can attend this program. When it started, only thirty (30) children began to follow this program, accompanied by SSCC sisters and postulants. But after that, they grews in number, now they are more than one hundred and fifty (150) children, although the assistants (tutor) are more less the same in number as when it started. In this case, we can say that the tutorial service has good influence in the efforts for improving the learning motivations of the children. To improve the quality of this program, the assistants are needed more, but it is very difficult. So, what can we do is to try to improve the quality of the assistants themselves.

(10)

x

kasihNya yang amat besar, telah mendampingi, membimbing, dan menerangi hati,

budi dan pikiran penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PELAYANAN TUTORIAL PARA SUSTER SS.CC DALAM RANGKA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK BLOK BEAS BANDUNG BERDASARKAN KONSTITUSI KONGREGASI SS.CC.

Skripsi ini ditulis bertolak dari keprihatinan penulis akan minimnya

kesadaran para orang tua dan anak-anak Blok Beas Bandung terhadap pentingnya

pendidikan di zaman sekarang. Oleh sebab itu penulisan skripsi ini dimaksudkan

untuk membantu para suster SS.CC dalam rangka meningkatkan motivasi belajar

anak Blok Beas Bandung.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak,

yang dengan kesetiaan, kesabaran, dan penuh kasih mendukung penulis melalui

doa, pemberian motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing utama, yang telah

memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, membimbing

penulis dengan penuh kesabaran, memberi semangat, masukan dalam proses

(11)

xi

dan dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si. selaku dosen penguji III yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mempelajari keseluruhan isi dari skripsi ini serta

memberi dukungan kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi

ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama belajar hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan

bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

6. Sr. Aurora Laguarda Navaro, SS.CC, selaku pemimpin Kongregasi SS.CC

se-ASIA yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk membekali diri

dengan menempuh studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

7. Sr. Maria Nieves Arguello, SS.CC, selaku pemimpin Kongregasi SS.CC di

Indonesia yang telah memberikan ijin, dukungan dan membantu penulis

melakukan penelitian di Blok Beas tempat anak-anak diberikan pelayanan

(12)

xii

9. Para tutor dan anak-anak yang ikut dalam kegiatan tutorial di Susteran SS.CC

Band ung, yang telah merelakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu

penulis sehingga penulis memperolah data penelitian sederhana.

10. Saudara-saudariku anggota SS.CC laki- laki dan perempuan yang setia

mendukung, memberi semangat, perhatian dan cinta kepada penulis selama

studi dan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman seangkatan 2005 yang telah memberikan perhatian, dukungan

dan bantuan kepada penulis dalam studi dan atas kerjasama yang baik selama

perjalanan studi.

11. Bapak, ibu dan saudara-saudariku yang dengan setia memberikan perhatian,

cinta dan semangat selama penulis menempuh studi di Yogyakarta ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang selama ini

dengan tulus telah mendukung penulis dalam studi dan dalam penyusunan

skripsi ini.

Semoga Tuhan yang Maha kasih membalas budi baik mereka semua

dengan berkat melimpah. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan,

pemahaman dan pengalaman penulis dalam menyusun skripsi ini, sehingga

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan

saran dan kritik dari para pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya,

(13)
(14)

xiv

PENGESAHAN………. iii

PERSEMBAHAN……….. iv

MOTTO……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……….. vii

ABSTRAK………. viii

ABSTRACT………... ix

KATA PENGANTAR………... x

DAFTAR ISI………... xiv

DAFTAR SINGKATAN………. xviii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Permasalahan……… 7

C. Tujuan Penulisan……….. 7

D. Manfaat Penulisan... 8

E. Metode Penulisan……….. 8

F. Sistematika Penulisan……… 9

BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG PELAYANAN KONGREGASI SS.CC………... 11

A. Pengertian Istilah “Pelayanan”………. 11

B. Pengertian Pelayanan Dalam Konteks Kitab Suci……… 12

C. Pengertian Pelayanan Dalam Konteks Kongregasi SS.CC……….. 14

1. Arah Pelayanan……… 17

(15)

xv

2. Pengertian Motivasi Belajar... 34

B. Jenis-jenis Motivasi Belajar... 36

1. Motivasi Intrinsik... 36

2. Motivasi Ekstrinksik... 37

C. Perlunya Belajar Kreatif sebagai Pendukung Motivasi Belajar.... 39

1. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi... 39

2. Belajar Kreatif sebagai jalan keluarnya... 45

BAB IV. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PELAYANAN TUTORIAL) SEBAGAI AKTUALISASI SPIRITUALITAS SS.CC DALAM RANGKA MENJAWAB KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK-ANAK DI BLOK BEAS BANDUNG... 49

A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah... 49

B.Sasaran Pendidikan Luar Sekolah... 52

C. Spiritualitas SS.CC: Merenungkan, Menghayati dan Mewartakan Kabar Gembira... 56

1. Merenungkan... 59

2. Menghayati... 63

3. Mewartakan... 65

D. Aktualisasi Spiritualitas SS.CC Oleh Ibu Pendiri... 66

1. Realitas Perancis Pasca Revolusi ... 66

2. Sekolah Gratis... 68

E. Dampak Pendidikan Luar Sekolah Bagi Anak-Anak Blok Beas Bandung... 70

1. Tujuan pendidikan luar sekolah... 70

2. Persiapan Penelitian... 71

(16)

xvi

a. Jenis Penelitian... 75

b. Tempat dan waktu Penelitian... 76

c. Populasi Penelitian dan sampel... 76

d. Teknik Pengumpulan Data... 77

1). Identifikasi Variabel... 77

2). Defenisi Operasional Variabel... 77

4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 79

a. Jenis data... 79

b. Teknik dan instrumen pengumpulan data... 79

c. Analisis instrumen... 81

d. Teknik analisis data... 81

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 83

a. Hasil penelitian... 83

1). Uji persyaratan... 83

2). Analisis regresi... 87

b. Pembahasan... 90

BAB V. PENINGKATAN AKTUALISASI SPIRITUALITAS SS.CC DI ZAMAN SEKARANG... 92

A. Pendampingan Kelompok Belajar di Blok Beas... 92

B. Peningkatan Karya SS.CC di Blok Beas... 94

C. Usulan Pendampingan bagi Para Tutor Bimbingan Belajar Berdasarkan Spiritualitas SS.CC... 99

1. Tema dan tujuan program pendampingan para tutor kelompok belajar... 102

2. Usulan program pendampingan para tutor Blok Beas... 105

3. Keterangan... 113

(17)

xvii

A. Kesimpulan... 149

B. Saran... 154

DAFTAR PUSTAKA... 157

LAMPIRAN... 159

Lampiran 1: Kuesioner... (1)

Lampiran 2: Analisis Data... (4)

Lampiran 3: Regression... (12)

Lampiran 4: Correlations... (16)

Lampiran 5: Panduan Adorasi... (18)

(18)

xviii

Dalam skripsi ini, singkatan Kitab Suci mengikuti Kitab Suci Perjanjian

Lama dan Baru: dengan pengantar dan catatan singkat. (Dipersembahkan kepada

Umat Katolik Indonesia oleh Direktoral Jenderal Bimas Katolik Departeman

Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,

1984/1985, hal. 8.

Kis: Kisah para rasul

Kej: Kitab Kejadian

Mat: Injil Matius

Rom: Surat Paulus Kepada Umat di Roma

Yoh: Injil Yohanes

B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja

LG: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja tanggal 21 November 1964

GS: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Geraja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

C. Daftar Singkatan Umum

Art: Artikel

(19)

xix

KTSP: Kurikulum Tingkat Satua n Pembelajaran.

KB: Kelompok Bermain

KV: Konsili Vatikan

MB: Madah Bakti

PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini.

PS: Puji Syukur

RT Rukun Tetangga

SPSS: Statistical Product and Service Solutions TBC: Tuberculosis

TK: Taman Kanak-kanak

TPA: Taman Penitipan Anak

TV: Televisi

VCD: Video Compact Disk

D. Singkatan lain

(20)

A. Latar Belakang

Kehadiran Umat beriman Kristiani di tengah umat manusia hendaknya

dijiwai oleh cinta kasih Allah, sebab Allah menghendaki supaya kita saling

mengasihi dengan cinta kasih yang sama (Yoh 4:11 dan Dokumen KV II, Dekrit

Ad Gentes” Art 12, hlm 416). Oleh karena cinta kasih Allah itu, setiap Umat beriman Kristiani khususnya kaum religius dipanggil untuk menghadirkan

Kerajaan Allah di dunia melalui aneka ragam bentuk karya pelayanan, kehadiran,

serta cara hidupnya di tengah masyarakat. Dalam rangka pelayanan kepada Allah,

setiap religius diajak untuk mengikuti bimbingan Roh Kudus dari waktu ke waktu.

Disadari bersama bahwa setiap religius adalah anggota Gereja, mereka turut pula

mengemban tugas dan misi pelayanan Gereja yang misinya adalah pelayanan

Kerajaan Allah. Maka pelayanan Kerajaan Allah adalah kenyataan panggilan

hidup religius, oleh karena itu perlulah setiap religius kembali kepada

spiritualitasnya dalam mengembangkan karya pelayanannya bagi masyarakat dan

Gereja.

Konstitusi SS.CC Bab 1 hal 1 mengatakan, bahwa Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria (SS.CC) yang dasar spiritualitasnya adalah sembah

sujud kekal di hadapan Sakramen Maha Kudus (Adorasi) dengan visi dan misi

Konsekrasi dan doa silih kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria,

(21)

Allah yang telah menjelma dalam Yesus, terutama bagi mereka yang lemah,

miskin dan menderita. Hal ini menjadi semangat dan cita-cita pendiri Kongregasi

SS.CC: Good Mother Henriette dan Good Father Pie rre Coudrin. Kongregasi ini

didirikan di Prancis pada tahun 1800 pada waktu terjadi Revolusi Perancis

Pelayanan kepada kaum miskin, persaudaraan dan semangat kekeluargaan

menjadi ciri yang mewarnai spiritualitas SS.CC yang membawa konsekuensi bagi

cara hidup para religius SS.CC. Hal ini diwujudkan para suster SS.CC di daerah

Blok Beas Bandung, Jawa Barat. Blok Beas adalah nama daerah di mana para

suster SS.CC memutuskan untuk membangun komunitas baru di Indonesia pada

tahun 2000. Beas merupakan bahasa Sunda yang berarti beras. Pada awalnya daerah ini merupakan daerah persawahan yang dimiliki oleh keluarga Haji. Pada

tahun 80-an sejumlah lahan dijual kepada para developer dan kemudian didirikan perumahan Sumber Sari, sementara lahan yang tersisa diubah menjadi

kamar-kamar kontrakan seiring dengan kebutuhan para migran yang datang dari berbagai

daerah untuk mengadu nasib di kota kembang, Bandung.

Kondisi hidup keluarga-keluarga pendatang ini pada umumnya

menprihatinkan. Mereka mencari pekerjaan sebagai buruh kecil seperti pemulung

sampah, tukang becak, pengupas bawang (buruh pasar), pembantu rumah tangga

di perumahan Sumber Sari dan pekerjaan buruh lainnya. Sedikit dari antara

mereka yang bisa bekerja di pabrik-pabrik seperti home industry, pedagang kaki lima, pedagang jalanan dan supir angkot.

Perkembangan zaman yang semakin maju membuat kehidupan masyarakat

(22)

yang bekerja sebagai buruh pabrik dan pembantu rumah tangga namun tetap tidak

mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh upah/gaji yang

minim diperoleh dan juga kurangnya pendidikan mereka dalam pengelolaan/

menggunakan uang.

Dampak dari situasi ini adalah pendidikan untuk anak menjadi nomor

terakhir. Dalam arti bahwa mereka umumnya tidak lagi menempatkan pendidikan

anak sebagai sesuatu yang penting. Akibatnya banyak anak-anak mereka yang

putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali. Yang dipikirkan oleh mereka

adalah, bagaimana mereka bisa bertahan hidup di zaman yang semakin sulit ini.

Atas dasar itulah maka anak-anak yang masih dalam usia sekolah sudah didorong

untuk menjadi buruh kecil di pabrik-pabrik atau pekerjaan apapun untuk

menopang ekonomi keluarga. Anak yang seharusnya masih duduk di SMA harus

membantu orang tuanya dan menikah. Diharapkan hal ini dapat mengurangi

tanggung jawab para orang tua atas anaknya. Perkawinan dini di bawah lima belas

tahun me rupakan hal biasa bagi masyarakat Blok Beas dan didukung oleh faktor

budaya untuk menikahkan anak pada usia dini.

Selain rendahnya kesadaran akan pendidikan, kesadaran akan kesehatan,

baik kesehatan pribadi dan keluarga maupun dalam skala umum, juga sangat

rendah. Pola hidup yang tidak sehat, misalnya dengan membuang sampah

sembarangan, fasilitas cuci dan masak yang seadanya dan akses air bersih yang

jauh dari standar kesehatan, telah menimbulkan berbagai macam penyakit.

Banyak di antara mereka yang menderita penyakit paru-paru basah, TBC, demam

(23)

terkait erat dengan gizi buruk yang menimpa khususnya anak-anak balita dan ibu

hamil.

Di samping cara hidup yang sangat sederhana, mereka juga memiliki pola

hidup yang mementingkan penampilan lahiriah, dalam arti mereka lebih banyak

berusaha mempercantik diri daripada memperhatikan gizi dan kebersihan

makanan. Selain itu, mereka juga mempunyai kecenderungan konsumerisme,

yang bisa dilihat dari betapa miskinpun mereka berusaha memp unyai TV dan VCD player. Umumnya mereka membeli pakaian atau alat-alat elektronik dengan cara kredit sedangkan untuk makan, mereka bisa hanya makan nasi dengan terasi

goreng, ikan asin dan sambal belaka. Pada umumnya mereka juga memegang

prinsip “apa yang mereka dapat hari ini digunakan untuk hari ini, untuk besok

urusan besok”.

Pendidikan yang tertinggal juga menyebabkan laju pertambahan penduduk

Blok Beas ini meningkat tajam. Mereka tidak memiliki cukup pengetahuan dan

pemahaman untuk mengatur ataupun merencanakan kelahiran anak dalam

keluarga yang dibangun. Tekanan kebutuhan dan kesulitan hidup yang mereka

hadapi me mbuat hubungan suami isteri dijadikan menjadi salah satu sarana

rekreasi untuk melupakan masalah- masalah hidup mereka dengan akibat terlalu

banyak mempunyai anak.

Masalah lain yang sering terjadi di Blok Beas ini adalah kawin-cerai.

Faktor-faktor yang mendukung masalah ini adalah budaya dan agama. Poligami

(24)

jarang kita menjumpai seorang suami memiliki dua isteri dan tinggal di kontrakan

kamar yang bersebelahan.

Melihat realitas semacam ini maka Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati

Tersuci Maria merasa terpanggil untuk hadir dan tinggal di antara mereka tanpa

memandang perbedaan suku, agama, dll. Para suster SS.CC mencoba melakukan

pendekatan kepada masyarakat Blok Beas ini dengan mengunjungi

keluarga-keluarga yang ada di daerah tersebut. Banyaknya permasalahan yang mereka

hadapi, membuat para suster SS.CC berusaha untuk menolong mereka dengan

melihat bersama masyarakat tersebut, apa yang bisa dilakukan para suster untuk

menolong mereka. Langkah- langkah yang dilakukan oleh para suster ini, dimulai

dari memberi perhatian pada masalah “kawin-cerai”, dengan memberdayakan

kaum perempuan, khususnya ibu-ibu yang ada di daerah tersebut dengan soft skills yang bisa me ngembangkan kepribadian dan kedewasaan berpikir mereka. Mendidik ibu- ibu supaya bisa mencari kegiatan lain sehingga mereka tidak hanya

tergantung dari mata pencaharian suami. Dalam hal ini yang dilakukan para suster

adalah menjalin relasi dengan masyarakat lain seperti tempat-tempat kerja dan

tempat rajukan yang bisa mereka kerjakan di rumah sambil menjaga anaknya. Di

samping itu mendidik mereka untuk lebih bijaksana dalam menggunakan uang

dengan membuka koperasi simpan pinjam, denga n harapan, pada akhirnya mereka

bisa membuka usaha kecil-kecilan yang dapat meningkatkan ekonomi mereka di

kemudian hari.

Pendidikan terhadap anak-anak yang akan menjadi generasi penerus

(25)

SS.CC melakukan pelayanan tutorial dalam kelompok belajar, berupa program

bantuan beasiswa, dalam hal kesehatan berupa kerjasama dengan dokter setempat;

kunjungan keluarga guna melihat dari dekat kebutuhan-kebutuhan masyarakat

dengan tujuan utama, memberdayakan mereka untuk lebih maju dan bertanggung

jawab dalam kehidupan yang lebih mandiri.

Khusus masalah Pendidikan, Kelompok Belajar dan beasiswa

diperuntukkan bagi anak usia 4-15 tahun. Anak-anak dididik sesuai minat dan

kebutuhan mereka. Pertemuan pendidikan alternatif ini diadakan setiap hari

Minggu jam 10.00 sampai jam 16.00 dengan maksud agar anak-anak, baik yang

sudah sekolah maupun yang belum sekolah termasuk yang drop out dari sekolah dapat mengikuti pendidikan luar sekolah/tutorial ini. Jumlah anak yang hadir

dalam setiap pertemuan adalah + 90-140 orang. Peserta pendidikan tutorial ini

kebanyakan dari anak-anak yang mendapat beasiswa dari suster SS.CC.

Anak-anak diberikan beasiswa untuk mendapatkan pendidikan dari sekolah secara

formal. Pada umumnya yang mendapat beasiswa ini adalah anak-anak dari RT 04

di mana Komunitas SS.CC berada dan juga dari RT lain sekitarnya. Para suster

SS.CC ini tidak hanya memperhatikan pendidikan anak-anak juga memberikan

nutrisi setiap akhir pelajaran. Dalam hal ini anak-anak dapat memperoleh gizi

yang mereka butuhkan untuk mendukung pengetahuan mereka.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis bermaksud untuk

melihat sejauh mana pengaruh dari pelayanan tutorial para suster SS.CC dalam

rangka meningkatkan motivasi belajar anak Blok Beas Bandung untuk

(26)

B. Rumusan Permasalahan

Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut, yang

menjadi titik berangkat dari penulisan skripsi ini. Adapun masalah yang ingin

dirumuskan adalah:

1. Bagaimana Latar Belakang Spiritualitas SS.CC dalam pengembangan

pendidikan melalui pelayanan tutorial di Blok Beas Bandung?

2. Seberapa besar peranan kelompok belajar (pendidikan alternatif) dalam rangka

meningkatkan motivasi belajar anak di Blok Beas Bandung?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanan pendidikan alternatif yang dilakukan oleh para suster SS.CC dalam meningkatkan motivasi belajar anak

di Blok Beas Bandung?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk menunjukkan hubungan Spiritualitas SS.CC dengan pengembangan

pendidikan melalui pelayanan tutorial di Blok Beas Bandung.

2. Untuk mengetahui seberapa besar peranan kelompok belajar (pendidikan luar

sekolah) dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak di Blok Beas

Bandung.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pela yanan

tutorial yang dilakukan oleh para suster SS.CC dalam meningkatkan motivasi

(27)

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Kongregasi SS.CC

Memberikan sumbangan gagasan bagi tercapainya tujuan dan maksud

kehadiran para suster SS.CC di daerah Blok Beas Bandung. Khususnya setelah

melihat gambaran, tentang dampak pelayanan tutorial yang sudah terlaksana

terhadap perkembangan motivasi belajar anak.

2. Bagi Penulis

Menambah pemahaman akan pentingnya pendidikan luar sekolah/

pelayanan tutorial/ bagi anak-anak dalam rangka meningkatkan motivasi belajar

anak.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu metode yang memanfaatkan gambaran dan analisis hasil studi

kepustakaan dan penelitian di lapangan. Dengan studi kepustakaan untuk

memperoleh gambaran mengenai “Pelayanan Tutorial para suster SS.CC dalam

rangka meningkatkan motivasi belajar anak Blok Beas Bandung berdasarkan

Konstitusi Kongregasi SS.CC, agar mereka tumbuh dan berkembang, baik secara

(28)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis

akan menyampaikan pokok-pokok gagasan dalam penulisan ini.

BAB I: Berisikan pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan,

perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II: Menguraikan Gambaran Umum Pelayanan Kongregasi SS.CC.

yang meliputi Pengertian Pelayanan istilah “Pelayanan”, Arti Pelayanan dalam

Kitab Suci, Pelayanan dalam Konstitusi SS.CC; Arah Pelayanan dan Gambaran

Pelaksanaan Pelayanan Tutorial yang sudah terjadi.

BAB III: Menguraikan Belajar Kreatif yang Memacu Kreativitas Belajar

Anak yang meliputi: Pengertian Belajar dan Motivasi Belajar, Jenis-jenis Motivasi

Belajar, Perlunya Belajar Kreatif sebagai Pendukung Motivasi Belajar.

BAB IV: Menguraikan Pendidikan Luar Sekolah (Pelayanan Tutorial)

sebagai Aktualisasi Spiritualitas SS.CC dalam Rangka Menjawab Kebutuhan

Pendidikan Anak-anak Blok Beas Bandung yang meliputi: Pengertian Pendidikan

Luar Sekolah, Sasaran Pendidikan Luar Sekolah, Spiritualitas SS.CC:

Merenungkan, Menghayati dan Mewartakan Kabar Gembira, Aktualisasi

Spiritualitas SS.CC Oleh Ibu Pendiri dan Dampak Pendidikan Luar Sekolah dalam

Pendidikan Anak Blok Beas Bandung.

BAB V: Merupakan uraian tentang: Peningkatan Aktualisasi Spiritualitas

(29)

Peningkatan Karya SS.CC di Blok Beas dan Usulan Pendampingan bagi para

Tutor Bimbingan Belajar berdasarkan Spiritualitas SS.CC.

BAB VI: Menegaskan kembali isi pokok atau intisari dari skripsi ini

(30)

A. Pengertian Istilah “Pelayanan”

Pemahaman istilah “pelayanan” menurut etimologisnya. Istilah ini

merupakan turunan kata kerja Latin “minister”, yang berarti “melayani” atau “menerima”. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan “to serve” yang juga berarti melayani, menyajikan, meladeni dan me nyuguhi. Bentuk kata benda dari istilah

tersebut adalah “pelayan” dan “pelayanan” yang dalam bahasa Latin juga sejajar

dengan istilah “ministerium”, dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah “services”yang berarti jasa, dinas, pelayanan dan kebaktian. Kata benda “pelayan” dan “pelayanan” atau “layanan” dalam bahasa Indonesia dibedakan sebagai berikut: Sebutan “pelayan” berarti orang yang melayani. Sehingga kata “pelayan” lebih mengacu pada “subjek atau pelaku” atas usaha atau jasa tertentu yang

diberikan kepada orang yang dilayani. Predikat orang atau subjek yang melayani

adalah pembantu, pesuruh atau pelayan. Sedangkan kata “pelayanan” atau “layanan” adalah kata benda yang didefinisikan dalam beberapa arti, yaitu

1. Perihal atau cara melayani

2. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang):

jasa

3. Kemudahan “yang diberikan” sehubungan dengan jual beli barang atau

(31)

Singkatnya kata benda “pelayanan” atau “layanan” mengacu pada cara, bentuk, jenis atau metode, perbuatan dan kemudahandalam hal melayani. Bahasa Indonesia istilah “pelayanan” itu sendiri diartikan dalam beberapa arti:

a. “Perbuatan” (cara hal dsb) melayani.

b. “Perlakuan”. Dengan demikian, istilah “pelayanan” selalu merujuk pada tiga

aspek, yaitu:

1). Aspek yang berkaitan dengan pelaku atau subjek, yaitu motivasi, tujuan dan

daya yang menggerakkan subjek atau pelaku dalam usaha atau pelayanannya.

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh subjek adalah isi atau roh dari

pelayanannya.

2). Aspek yang berkaitan dengan jenis, metode dan bentuk pendekatan yang

digunakan oleh subjek atau pelaku untuk mengkonkritkan motivasinya.

3). Aspek yang berkaitan dengan manfaat, pengaruh dan implikasi dari pelayanan

tersebut bagi orang yang dilayani dan subjek yang melayani itu sendiri.

Istilah pelayanan tidak serta merta menunjuk pada pengertian teknis

semata tetapi juga pada pengertian lebih luas dan mendasar. Dalam hal ini,

pelayanan merupakan ungkapan atau ekspresi keyakinan seseorang kepada

sesamanya. Dengan demikian pengertian pelayanan mengarah pada cara atau jalan

hidup seseorang.

B. Pengertian Pelayanan dalam Konteks Kitab Suci

Sebagai sebuah istilah, Kitab Suci tidak memberikan penjelasan tentang

(32)

pelayanan dapat kita telusuri dalam Kitab Suci. Karena Kitab Suci sendiri

bukanlah kamus atau ensiklopedi, tetapi lebih merupakan kumpulan kisah iman

(narasi iman) umat tentang Allah dalam Yesus Kristus. Kitab Suci memiliki

nuansa yang jelas untuk menjelaskan istilah pelayanan. Hal ini ditemukan dalam

diri Yesus sendiri. Kitab Suci juga bisa sebagai sumber informasi tentang Allah

melalui Yesus Kristus Putra-Nya. Melalui Yesus Kristus informasi tentang Allah

menjadi jelas dan nyata. Terutama melalui Sabda, tindakan (karya), wafat dan

kebangkitan-Nya.

Dalam konteks tersebut, Yesus Kristus bisa diposisikan sebagai seorang

pelayan Allah. Yesus menghadirkan dan memperkenalkan Allah kepada dunia

melalui tindakan pelayanan Yesus kepada manusia sampai wafat di salib. Dalam

konteks ini, latar belakang istilah pelayanan dapat ditemukan dalam cara hidup

dan misi Yesus. Karena itu, istilah pelayanan ditempatkan dalam konteks

pemberian diri atau cara hidup Yesus kepada Allah. Sehingga definisi pelayanan

adalah sebagai sebuah aktivititas dan sebuah tindakan diri Allah dalam Yesus.

Yesus sebagai pelayan Allah sampai Ia wafat bagi orang yang dilayani-Nya.

Sebagai sebuah istilah, kata “pelayanan” kita bisa temukan dalam Mrk 10: 43 –

45: “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani”. Dalam kalimat ini Yesus mau menegaskan identitas diri-Nya sebagai seorang pelayan yang tidak

mau dilayani oleh orang yang dilayani-Nya. Dengan kata lain, pelayan itu harus

memiliki kualitas dari dalam dirinya yaitu sikap rendah hati. Mat 23:11 “Barang

(33)

dalam kata “dilayani” dan “melayani” sudah terkandung unsur istilah pelayanan.

Sehingga istilah pelayanan dalam konteks Kitab Suci memiliki arti sebagai

berikut:

1. Sebuah tindakan pemberian diri,

2. Sebuah partisipasi “dalam” dan partisipasi “untuk” atau sebagai

tindakan aktif atas misi,

3. Sebuah sikap terhadap subjek yang dilayani.

Maka istilah “pelayanan” sebagai sebuah arti selalu pertama-tama atas

inisiatif dan kehendak Allah sendiri. Allah yang bertindak dan berpartisipasi

dalam hidup konkrit manusia dalam diri Yesus. Tindakan Allah yang demikian

dapat diartikan sebagai tindakan pelayanan demi keselamatan manusia.

C. Pengertian Pelayanan dalam Konteks Kongregasi SS.CC

Pendiri Kongregasi tidak memberikan definisi istilah pelayan secara

explisit. Namun, pelayanan sebagai sebuah arti atau pemahaman yang dapat kita

telusuri dalam cara atau panggilan hidup pendiri kongregasi SS.CC. Para pendiri

kongregasi SS.CC sudah menunjukkan ciri dan bentuk pelayanan dalam tugas dan

karya mereka. Dimensi pelayanan itu terungkap dalam kegiatan misi dan

keterlibatan mereka dalam membangun iman umat gereja lokal. Aspek pelayanan

(34)

proclaiming the Good News of that Love which alone fully repairs, liberates and reconcile”(Konst, art. 57). Perayaan Ekaristi dan adorasi kontemplatif membuat kita berpartisipasi dalam perasaan dan tindakan Yesus di hadapan Bapa dan dunia.

Panggilan warga SS.CC membuat mereka berpartisipasi dalam misi Yesus dengan

mewartakan Kabar Baik tentang Cinta yang memulihkan, membebaskan dan

mendamaikan. Bentuk konkrit dari pelayanan “...we dedicate ourselves in a special way to the task of education. By our apostolic services, whether in pastoral work, in schools or elsewhere, we wish to contribute to the promotion of the human person and to education in faith...” (Konst, art. 59). Dalam arti bahwa kita mengabdikan diri kita dengan cara yang khusus pada pendidikan. Dengan

pelayanan apostolik, baik karya pastoral dalam pendid ikan atau kegiatan lain, kita

mau/ingin menyumbang sesuatu bagi perkembangan pribadi manusia dan pada

pendidikan dalam iman. Aspek pelayanan juga sangat jelas dalam tujuan kongregasi yaitu: menghayati dan menghidupi empat masa hidup Yesus dalam

masa kanak-kanak, masa tersembunyi, masa hidup karya dan kematian. Keempat

masa hidup Yesus yang demikian dikonkritkan dalam bentuk tindakan karya dan

pelayanan kongregasi. Di sini penulis hanya menyebutkan beberapa dari sekian

banyak artikel dalam konstitusi yang menjelaskan arti pelayanan baik sebagai

jenis, bentuk, motivasi, tujuan dan dasarnya. Maka arti pelayanan selalu

ditempatkan dalam konteks pemberian diri dan tindakan ambil bagian dalam misi

Allah sendiri. Panggilan hidup seorang SS.CC adalah menjadi seorang pelayan

Allah atau untuk melayani. Atau dalam bahasa lain, seorang SS.CC adalah pribadi

(35)

merenungkan, menghayati dan mewartakan kepada dunia Cinta Tuhan yang

menjelma dalam diri Yesus (Konst, art. 2), sehingga dasar pelayanan kongregasi

SS.CC adalah Allah yang berbelaskasih dan Allah yang menyelamatkan manusia,

sehingga isi dari pelayanan itu sendiri adalah Allah sendiri sedangkan bentuk

pelayanan bisa berbeda sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.

Dalam hal ini para suster SS.CC yang baru tumbuh di Indonesia

mewujudkan karyanya dalam bentuk pelayanan sosial. Pelayanan sosial dalam

bentuk pendampingan anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah karena terkendala

dengan biaya sekolah dan anak-anak yang drop out dari sekolah. Hal ini diberikan dalam bentuk kelompok belajar (tutorial) setiap hari Minggu dan pendampingan belajar khusus bagi mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah.

Selain mendampingi anak-anak, para suster SS.CC juga mendidik

penduduk Blok Beas untuk membiasakan diri dengan menabung dengan

membuka Credit Union (CU) atau Koperasi Simpan Pinjam. Credit Union ini dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat setempat pada umumnya dan diolah

oleh mereka atas bantuan para suster SS.CC. Dengan adanya Credit Union ini mereka mendapat kesempatan untuk menambah modal mereka dalam membuka

usaha kecil-kecilan yang diharapkan dapat membantu biaya pendidikan anak-anak

mereka. Dalam hal ini mereka diharapkan pelaha n-lahan mengubah pola hidup

mereka yang konsumeris. Diharapkan, mereka juga semakin mampu keluar dari

prinsip “apa yang didapat hari ini untuk hari ini dan masalah besok untuk besok

(36)

1. Arah Pelayana n

Kehadiran komunitas suster-suster SS.CC di Blok Beas menjadi

kepanjangan kepedulian Gereja terhadap dunia /masyarakat (Gaudium et Spes art. 1), bahwa realitas yang digumuli oleh masyarakat Blok Beas adalah juga menjadi

pergumulan suster-suster SS.CC. Berangkat dari kecemasan bersama itu, maka

proses pendampingan dan pelayanan yang diberikan oleh para suster SS.CC

kepada masyarakat Blok Beas terfokus pada tiga aspek, yakni;

a. Konsientisasi, mengajak mereka untuk menyadari realitas mereka. Realitas itu

meliputi berbagai peluang, kesempatan dan kecerdasan lokal serta

ketakberdayaan yang membelenggu mereka. Konsientisasi ini dilakukan

melalui pembelajaran bersama yang tidak hanya melibatkan anak didik tetapi

juga orang tua mereka juga. Dengan demikian, konsientisasi ini menjadi

gerakan bersama.

b. Transformasi: menemukan upaya-upaya konkret yang mengarah pada

transformasi, baik transformasi pada tataran personal maupun sosial.

c. Kreativitas: membangun kecerdasan lokal, misalnya bagaimana mereka

semakin mencintai budaya mereka, semakin terbuka pada realitas yang lain di

(37)

2. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Tutorial

Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Tutorial

Waktu Materi Peserta Metode

Minggu, 10.00 -11.00

Mendalami silabus Sekolah

TK Bermain kreatif Belajar berhitung, menggambar, membaca 14.00-15.00 Mendalami Silabus

Sekolah

Kelas I-IV SD Bermain, bercerita, informasi

15.00-16.30 Mendalami silabus Kelas V SD sampai SMA.

Informasi, group work

Pelayanan tutorial ini dilaksanakan setiap hari minggu jam 10.00 – 16.30

di Sekolah, di mana para calon SS.CC putra dan putri dididik, tempat lokasinya di

daerah Sumber Sari. Setiap kali pertemuan disesuaikan dengan pelajaran yang

mereka terima di sekolah. Khusus untuk anak yang tidak sekolah, para tutor

memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan peserta.

Pada tabel ga mbaran pelaksanaan Pelayanan Tutorial, pada Materi ditulis

mendalami silabus. Maksudnya adalah untuk setiap kelas para tutor menyesuaikan

pelajaran yang diberikan dengan silabus pelajaran yang mereka dapatkan di

sekolah. Di sini penulis akan memaparkan salah satu contoh dari silabus kelas V

SD yang diambil dari buku Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(38)

SILABUS KELAS V

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas /Semester :V/2

Tabel 2. Contoh Silabus Kelas V

Standar

(39)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Silabus ini digunakan sesuai dengan pelajaran yang dipelajari peserta

tutorial di sekolah dengan tujuan, agar pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah

dengan di tempat tutorial saling berkesinambungan. Para tutor menyusun jadual

kapan mereka memberikan mata pelajaran Kewarganegaraan dan kapan

memberikan mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran lainnya. Setiap mata

pelajaran yang diberikan oleh para tutor selalu mengikuti silabus yang ada di

sekolah.

Program tutorial ini juga melibatkan orang tua dan anak didik, dengan

mengadakan pertemuan dua kali dalam setahun sehingga program ini menjadi

program bersama dengan masyarakat setempat. Pertemuan diadakan setiap awal

semester di sekolah. Pelayanan tutorial diadakan setiap hari Minggu tetapi untuk

di luar hari Minggu para suster juga menerima anak yang memerlukan bantuan

(40)

juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk rekreasi bersama, seperti

belajar bersama di kebun binatang, belajar berenang bersama, nonton film

bersama dll.

Singkatnya, Pelayanan atau service senantiasa terkait dengan sebuah keprihatinan akan realitas sosial. Maka, hakekat pelayanan itu sendiri selalu dalam

arti “aku berbuat sesuatu bagi sesamaku, aku berbagi hidup dengan sesamaku atau

aku mengambil bagian dalam pergulatan sesama ”. Wujud nyata dari sikap berbagi

hidup itu, salah satunya adalah bagaimana menanamkan rasa cinta dan tanggung

jawab seseorang akan hidupnya dan hidup sesamanya termasuk relasi yang

harmoni dengan lingkungannya dalam konstelasi yang lebih luas.

Dalam tatanan pendidikan, yang pertama-tama dibangun adalah motivasi

dari peserta didik untuk mencintai proses-proses edukasi (Oemar Hamalik, 2008:

157). Untuk menunjang tumbuhnya motivasi, dibutuhkan cara mengajar yang

kreatif sekaligus memungkinkan tumbuhnya “k uriositas” dan “keterpesonaan”

anak didik bagi nilai- nilai pendidikan. Dengan kata lain, setiap materi, dengan

kandungan nilainya masing- masing, mesti dikemas dalam bentuk penyajian baik,

kreatif dan inovatif sehingga arahnya semakin tepat dan jelas.

Para suster SS.CC di Bandung telah mengupayakan sebuah sistem edukasi

yang kreatif dan menjangkau masyarakat lapis bawah. Berangkat dari

keprihatinan sosial masyarakat di Blok Beas, Bandung, para suster ini membuka

diri kepada warga sekitar dan memediasi berbagai kerinduan warga terutama di

bidang pendidikan dan transformasi sosial. Bercermin pada sikap hati Ibu Pendiri,

(41)

memberi diri sepenuhnya seperti lilin) para suster terjun dengan sebuah semangat

yang satu dan sama, berbagi hidup kepada sesama (Cahiers of Spirituality No.10, 2000: 117).

Henriette telah memperlihatkan sebua h totalitas pemberian diri bagi Allah

dan sesama. Kekejaman Revolusi Perancis, era akhir abad 16, telah mengasah dan

membentuk sikap hati Ibu Henriette menjadi semakin peka dan sejak itu pula ia

mengupayakan sesuatu yang berguna bagi banyak orang yang menderita. Saat itu

banyak anak-anak kehilangan orangtuanya, banyak orang hidup menggelandang

di sekitar bangunan-bangunan kota. Henriette terpanggil untuk berbuat sesuatu

bagi mereka. Bagaimana menyekolahkan mereka agar mereka lebih bertanggung

jawab atas hid up mereka. Sejak itu, kongregasi SS.CC mengupayakan

sekolah-sekolah gratis bagi anak-anak korban keganasan Revolusi Perancis. Pelayanan

kepada Allah mesti menjadi nyata dalam keberpihakan kepada yang menderita.

Itulah prinsip Henriette yang bersama Pater Pierre Coudrin mendirikan kongregasi

Hati Kudus Yesus dan hati Tersuci Maria (SS.CC).

Pelayanan Tutorial bagi anak-anak di Blok Beas Bandung merupakan

kelanjutan dari perjuangan para pendiri tarekat religius ini. Pelayanan edukatif ini

juga merupakan sumbangan komunitas suster-suster SS.CC bagi realisasi

kehadiran Kerajaan Allah dalam Gereja semesta melalui reksa pastoral Keuskupan

(42)

A. Pengertian Belajar dan Motivasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian

belajar, tetapi penulis akan memaparkan beberapa pengertian belajar berdasarkan

pendapat dari beberapa ahli khususnya ahli pendidikan.

Menurut Slameto belajar adalah ”suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya meliputi jumlah ilmu pengetahuan melainkan bentuk

kecakapan, kebiasaan, sikap pengertian, penghargaan, minat dan penguasaan diri.

Singkatnya perubahan itu mencakup segi kehidupan seperti sikap dan kebiasaan

sehingga dengan belajar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan,

termasuk juga dapat berusaha secara fungsional untuk kehidupannya (Slameto,

2003: 2-5)

Menurut Drs. Oemar Hamalik, belajar adalah “modifikasi atau

(43)

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan tingkah laku (Oemar Hamalik, 2008: 27-29).

Sardiman, (2007: 20) juga, memberikan definisi tentang belajar dalam tiga

kelompok yaitu:

a. Definisi belajar menurut Cronbach: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.(Belajar adalah perubahan yang nampak dalam perilaku/tindakan seseorang sebagai hasil dari pengalaman/belajarnya)

b. Batasan yang diberikan Harold Spears: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Belajar adalah mengamati, membaca, mengikuti, mencoba sesuatu untuk diri saya, mendengarkan dan mengikuti pertunjuk)

c. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice. (Belajar adalah suatu perubahan dalam perbuatan sebagai hasil dari latihan yang dilakukan seseorang).

Dari tiga definisi di atas, Sardiman A.M mengartikan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, seperti

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, melihat dan lain sebagainya.

Selain definisi tersebut, Sardiman juga memberikan definisi belajar dilihat dari

dua sisi yaitu dalam arti sempit dan arti luasnya. Dalam pengertian luas, belajar

diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi yang

seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang juga merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya. Kedua definisi ini memberikan kesimpulan bahwa belajar

adalah “penambahan pengetahuan”. Dalam realitas pengertian belajar ini banyak

dianut oleh sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan

(44)

menerima materi dan mengumpulkannya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai

”pengajar” sehingga pengertian belajar itu sendiri menjadi terbatas. Di sini belajar

diartikan sebagai menghafal, sehingga akibatnya, siswa belajar kalau akan ujian

saja, atau mereka akan menghafal terlebih dahulu sebelum ujian. Pengertian

seperti ini, sebenarnya tidak memadai.

Untuk melengkapi pengertian mengenai belajar, Sardiman,

mengemukakan beberapa prinsip yang penting diketahui berkaitan dengan belajar

antara lain:

a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

b. Belajar memerlukan proses dan pengharapan serta kematangan diri para siswa.

c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/ kesadaran atau intrinsic motivation,( belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan

rasa tertekan dan menderita tidak akan efektif).

d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses mencoba (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan. e. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

f. Belajar dapat dengan tiga cara: 1) diajar secara langsung;

2) kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain- lain);

3) pengenalan dan/atau peniruan.

g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif dan mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis

dan lain- lain, bila dibandingkan dengan belajar secara hafalan saja. h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar anak yang bersangkutan.

i. Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna (Sardiman, 2007: 24-25).

Pengertian belajar di atas mendorong Slameto untuk memberikan beberapa

(45)

a. Perubahan terjadi secara sadar. Artinya seseorang yang belajar menyadari dan

merasakan adanya perubahan dalam dirinya, contohnya ia merasakan bahwa

pengetahuannya bertambah (Slameto, 2003: 3).

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Artinya perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan.

Perubahan tersebut akan mempengaruhi perubahan berikutnya, yang akan

berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Sebagai contoh,

seorang anak yang belajar menulis, akan mengalami perubahan dari tidak

dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung

terus-menerus sehingga anak tersebut akhirnya dapat menulis dengan baik dan rapi

(Slameto, 2003: 3).

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Artinya perbuatan belajar

tersebut senantiasa bertambah dan tertuju kepada perubahan sesuatu yang

lebih baik daripada yang sudah ada sebelumnya (Slameto, 2003: 3-4).

d. Perubahan, mencakup seluruh aspek tingkah laku. Artinya perubahan yang

diperoleh seseorang adalah perubahan secara keseluruhan. Hal ini meliputi

perubahan sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya (Slameto, 2003:

4).

Pengertian belajar dari empat ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar

adalah suatu usaha/kegiatan/proses yang dilakukan seseorang untuk mencapai

tujuan dalam memperoleh perubahan dan pengetahuan. Aspek perubahan tersebut

berhubungan erat dengan aspek perubahan lainnya. Dari definisi belajar di atas,

(46)

1) Untuk mendapatkan pengetahuan.

Pengetahuan seseorang dapat ditandai dengan kemampuan berpikir,

berpengetahuan dan berkemampuan berpikir merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Artinya seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan

berpikirnya tanpa memiliki pengetahuan, dan sebaliknya kemampuan berpikir

akan memperkaya pengetahuan seseorang. Dalam hal ini guru sebagai

pendidik/pengajar sangat dibutuhkan, karena mendapat pengetahuan merupakan

tujuan yang penting di dalam kegiatan belajar (Sardiman, 2007: 26).

2) Penanaman konsep dan keterampilan.

Berbicara dengan penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga

memerlukan suatu keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun rohani.

Keterampilan jasmani yang dimaksudkan adalah keterampilan-keterampilan yang

dapat dilihat, diamati, yang menunjukkan penampilan tubuh seseorang ketika

sedang belajar. Sedangkan keterampilan roha ni lebih rumit, karena tidak selalu

berurusan dengan hal-hal yang dapat dilihat, lebih abstrak, menyangkut

persoalan-persoalan penghayatan (Sardiman, 2007: 27-28).

Untuk mencapai keterampilan diperlukan banyak latihan, demikian juga

untuk mengungkapkan perasaan seseorang perlu banyak latihan, sebab dalam

mengungkapkan perasaan, baik secara lisan ataupun tertulis tidak semata- mata

tergantung pada banyaknya kosa kata atau tata bahasanya tetapi menyangkut

(47)

3). Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik,

dibutuhkan kecakapan untuk mengarahkan motivasi dan cara berpikir dengan

memanfaatkan pribadi guru itu sendiri sebagai teladan atau model. Dalam hal ini

guru harus lebih bijak dan hati- hati dalam mengadakan pendekatan kepada para

siswanya. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas

dari soal penanaman nilai- nilai (transfer of values). Oleh karena itu, guru tidak hanya sekedar pengajar, tetapi betul-betul juga sebagai pendidik yang akan

menularkan nilai- nilai itu kepada anak didiknya. Metode atau cara berinteraksi

yang dapat digunakan antara lain, diskusi, demonstrasi, tanya jawab, sosiodrama,

role playing dan sebagainya, sehingga pada anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah

dipelajarinya (Sardiman, 2007: 28-29).

Selain pengertian dan tujuan belajar di atas, juga akan dipaparkan

beberapa cara belajar yang perlu diketahui untuk memperoleh pengetahuan.

Menurut Slameto, ada sebelas jenis belajar antara lain:

a). Belajar bagian (partlearning, fractioned learning)

Belajar bagian, pada umumnya dilakukan oleh seorang pelajar yang

dihadapkan pada materi yang bersifat luas atau ekstensif, sebagai contoh pelajar yang mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti silat. Pesilat

harus me nguasai seluruh materi pelajaran sehingga akhirnya menjadi bagian

(48)

b). Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Berbicara tentang pengertian wawasan, penulis akan mengambil dari

pengertian yang dikemukakan oleh G.A. Miller. Wawasan merupakan kreasi dari

“rencana penyelesaian” (meta program) yang mengontrol rencana-rencana

subordinasi lain (pola tingkah laku) yang telah terbentuk (Slameto, 2003: 5-6).

c). Belajar diskriminatif (descriminatif learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai usaha untuk memilih sifat atau

moment yang sesuai dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam

bertingkah laku. Dalam arti belajar dari situasi yang ada (Slameto, 2003: 6).

d). Belajar global/keseluruhan (global whole learning)

Mempelajari bahan yang dipelajari secara keseluruhan dengan cara

berulang-ulang sampai menguasainya dengan penuh (Slameto, 2003: 6).

e). Belajar insidental (incidental learning)

Belajar insidental adalah cara belajar tanpa harus mengikuti instruksi atau

petunjuk mana yang harus dipelajari, tetapi pada saat ujian pelajar/siswa tersebut

harus sudah mampu melakukannya dengan baik. Hal yang semacam ini sangat

(49)

f). Belajar Instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, seorang pelajar atau siswa akan tertarik untuk

belajar apabila diikuti dengan tanda-tanda bahwa siswa tersebut akan

mendapatkan hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Maka siswa tersebut akan

belajar dengan adanya kekuatan atas dasar tingkah laku untuk mendapatkan

hadiah. Di sini siswa diberi hadiah kalau ia bertingkah laku sesuai dengan tingk ah

laku yang dituntut, dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku

yang tidak sesuai dengan tingkah laku yang dituntut, sehingga terbentuk lah

tingkah laku tertentu (Slameto, 2003: 7).

g). Belajar intensional (intentional learning)

Belajar intensional adalah belajar dalam arah tujuan, belajar intensional

merupakan lawan dari belajar insidental (Slameto, 2003: 7).

h). Belajar latent (latent learning)

Disebut laten, karena perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat

tidak terjadi secara segera. Belajar laten ini ada dalam bentuk belajar insidental

(Slameto, 2003: 7-8).

i). Belajar mental (mental learning)

Pada belajar mental, perubahan tingkah laku seseorang seringkali tidak

cukup terlihat. Perubahan tersebut berupa perubahan proses pada perubahan

(50)

tugas-tugas yang bersifat motoris sehingga bisa dilihat melalui observasi atas

tingkah laku orang tersebut (Slameto, 2003: 8).

j). Belajar produktif (productive learning)

Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum.

Dikatakan belajar produktif apabila orang tersebut mampu mentransfer

prinsip-prinsip untuk menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain

(Slameto, 2003: 8).

k). Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal melalui latihan dan

ingatan (Slameto, 2003: 8).

Dari sebelas jenis belajar di atas, tidak semua jenis belajar tersebut dapat

digunakan oleh setiap individu, karena setiap individu memiliki jenis belajarnya

sendiri-sendiri. Dalam hal ini para ahli psikologi mencoba memberikan teori- teori

belajar yang cocok bagi manusia. Teori ini terlebih dahulu dicobakan kepada

binatang dan setelah diketahui hasilnya baru diterapkan pada proses

belajar-mengajar untuk manusia. Setelah dilihat dampaknya dan sesuai dengan yang

diharapkan baru teori tersebut diterapkan pada proses belajar- mengajar untuk

manusia di sekolah. Sebagaimana diketahui, kegiatan belajar itu merupakan suatu

proses psikologis, yang terjadi dalam diri seseorang sehingga sulit diketahui

dengan pasti bagaimana terjadinya proses belajar tersebut. Dalam hal ini Sardiman

(51)

(1). Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya.

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam- macam daya. Setiap

daya tersebut dapat dilatih dengan berbagai cara dan bahan untuk memenuhi

fungsinya masing- masing. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan

atau materi tersebut melainkan pembentukan dari daya-daya tersebut. Contoh,

untuk melatih daya ingat, dalam belajar siswa tersebut perlu menghafal seperti

menghafal istilah-istilah asing yang ada dalam pelajaran yang dipelajarinya

(Sardiman, 2007: 30).

(2). Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari

bagian-bagian /unsur. Teori ini juga beranggapan bahwa kegiatan belajar itu memerlukan

pengamatan yang dilakukan secara menyeluruh. Dalam pengamatan tersebut

diperlukan keterlibatan semua panca indra, sehingga hasil pengamatan tersebut

mendapatkan insight nya. Timbulnya insight ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

(a). Kesanggupan atau kemampuan inteligensia individu yang bersangkutan.

(b). Pengalaman artinya, bila seseorang belajar tentu mendapatkan pengalaman,

dan pengalaman itu akan mempermudah seseorang untuk menemukan insight. (c). Taraf kompleksitas dari suatu situasi: semakin kompleks semakin sulit

dikuasai.

(52)

(e). Trial dan error artinya semakin sering melakukan percobaan dalam kegagalan yang seseorang lakukan dan akhirnya orang tersebut akan menemukan insight. Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt, juga belajar memecahkan masalah karena teori ini diawali dengan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap

(Sardiman, 2007: 30-32).

(3). Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi

Dari teori ini muncul dua teori yang sangat terkenal yaitu:

(a). Teori Konektionisme.

Menurut Thorndike, bahwa dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara

kesan panca indra (sense impresion) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Asosiasi ini juga dinamakan ”connecting” maksudnya bahwa belajar itu adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan

reaksi, dan hubungan ini akan erat terjadi kalau sering latihan.

(b). Teori Conditioning

Belajar menurut teori ini adalah atas dasar situasi dan kebiasaan. Sebagai

contoh kalau seseorang melihat orang makan asam, orang yang melihat tersebut

air liurnya langsung keluar, contoh lain kalau seseorang naik kendaraan di jalan

raya, begitu lampu merah, ia berhenti. Dalam praktik kehidupan sehari- hari pola

tersebut sering terjadi, dimana seseorang melakukan sesuatu kebiasaan karena

(53)

Tiga teori belajar di atas yang dirumuskan sesuai Ilmu Jiwa Daya, Ilmu

Jiwa Gestalt maupun Ilmu Jiwa Asosiasi ternyata berbeda-beda, namun ada

beberapa persamaannya dan perbedaan tersebut merupakan teori-teori dalam hal

kegiatan belajar. Persamaannya ialah, tiga-tiganya mengakui bahwa dalam belajar

harus ada prinsip, antara lain:

(1)). Dalam kegiatan belajar, diperlukan adanya motivasi.

(2)). Dalam belajar hampir selalu ada kesulitan

(3)). Dalam belajar diperlukan aktivitas

(4)). Dalam menghadapi kesulitan, sering terjadi bermacam- macam respon

2. Pengertian Motivasi Belajar

Kata ‘motif’ menurut Singgih Gunarsa, (1978: 92) berarti dorongan atau

kehendak yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang itu

berbuat, bertindak atau bertingkah laku.

Pengertian motif diperkuat oleh Sardiman, (1986: 73), ia mengemukakan

sebagai berikut: ”Daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dan di dalam

subjek untuk melakukan aktivitas tertentu sebagai suatu tujuan, terutama bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan itu dirasakan mendesak”.

Dengan kata lain, motif merupakan suatu tenaga dari diri individu yang

erat kaitannya dengan tingkah laku individu, karena pada dasarnya semua manusia

didasari oleh dorongan motif. Motif itulah yang menjadi arah tingkah laku

(54)

Bohar Suharto, (1991: 40) mengatakan, adanya motif, tujuan dan aktivitas.

Motif yang baik dan tepat akan merupakan kekuatan untuk menghasilkan perilaku

yang mengarah pada tujuan yang dicita-citakan. Kebutuhan seseorang tergantung

dari apa yang dimilikinya. Bohar Suharto, (1991:41- 42) mengatakan bahwa, ada

dua faktor yang mendapat perhatian dalam hubungannya dengan kebutuhan

manusia, yang akan me njadi pusat motivasi yaitu pengharapan dan kesediaan.

Meskipun mempengaruhi motif dan kebutuhan, kesediaan cenderung

mempengaruhi persepsi tentang tujuan, motivasi timbul sebagai hasil interaksi

antara motif dengan aspek situasi yang diamati. Dampak dari interaksi tersebut

dapat dikatakan bahwa perilaku yang sama dapat melandasi tujuan yang berbeda.

Demikian pula halnya, perilaku yang berbeda dapat mendasari tujuan yang sama.

Prof. Dr. Oemar Hamalik, (2008: 158-161) mengatakan, bahwa ada dua

prinsip yang bisa digunakan untuk memahami pengertian dari motivasi itu sendiri.

Pertama, motivasi dipandang sebagai suatu proses, di mana pengetahuan tentang

proses ini akan membantu kita untuk menjelaskan kelakuan yang kita amati dan

untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang. Kedua, kita

menentukan karakter dari proses tersebut dengan melihat petunjuk-petunjuk dari

tingkah lakunya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi

adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Hamalik juga memberikan beberapa kesimpulan fungsi dari motivasi

yaitu:

(55)

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

B. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik, motivasi belajar dibagi menjadi dua

jenis seperti:

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar

itu sendiri dan memenuhi kebutuhan dan tujuan para siswa (Oemar Hamalik,

2008: 162). Motivasi merupakan motivasi murni yang timbul dari dalam diri

siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu,

memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil,

menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok,

keinginannya untuk diterima oleh orang lain, dan lain- lain.

Dalam hal ini siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan

menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi

tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan,

kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan

berpengetahuan, dengan jalan satu-satunya adalah belajar. Jadi motivasi intrinsik

adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar

(56)

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor- faktor

dari luar situasi belajar, seperti pemberian angka/pemberian rengking, pemberian

hadiah (tingkatan hadiah), medali pertandingan, pemberian pujian dan persaingan

yang bersifat negatif contoh, akan diberi hukuman bila tidak berhasil. Motivasi

ekstrinsik memiliki sisi negatif tetapi meskipun begitu motivasi ekstrinsik ini tetap

diperlukan di sekolah, sebab pelajaran di sekolah tidak semuanya menarik dan

diminati oleh siswa untuk dipelajari atau tidak selalu sesuai dengan kebutuhan

siswa. Di samping itu sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia harus

mempelajari hal- hal yang diberikan oleh sekolah. Dalam hal ini motivasi terhadap

pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin

belajar. Usaha yang dapat dikerjakan oleh guru sangat banyak. Guru dapat

menyesuaikan usaha tersebut sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta

perkembangan dari para siswa. Karena itu dalam memotivasi siswa tidak akan

ditentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru

(Oemar Hamalik, 2008: 163).

Dalam kegiatan belajar- mengajar peranan motivasi, baik, intrinsik maupun

ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan dimilikinya motivasi, siswa dapat

mengembangkan aktivitas dan inisiatif. Siswa dapat mengarahkan dan memelihara

ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini perlu diketahui

bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam- macam. Untuk

motivasi ekstrinsik terkadang perlu, tetapi kadang-kadang juga kurang sesuai,

(57)

para anak didik nya. Sebab mungkin saja maksud guru mau memberikan motivasi

terhadap siswanya, tetapi justru hasilnya tidak menguntungkan perkembangan

belajar siswa itu sendiri.

Dalam menumbuhkan motivasi belajar, siswa itu sendiri memerlukan

prinsip-prinsip motivasi. Prinsip-prinsip ini dikemukakan oleh Kenneth H. Hover

setelah melakukan penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi

belajar murid-murid di sekolah (Oemar Hamalik, 2008:163-166). Prinsip-prinsip

tersebut adalah:

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman, karena pujian bersifat lebih menghargai

apa yang telah dilakukan seseorang sedangkan hukuman lebih mematikan

sesuatu yang telah diperbuat.

b. Setiap murid mempunyai kebutuhan psikologis (kebutuhan yang bersifat

mendasar) yang harus dipenuhi kepuasannya. Maksudnya setiap murid

memiliki corak pribadi yang berbeda, jadi murid yang dapat memenuhi

kebutuhannya secara efektif tentu akan lebih memiliki motivasi dan dis iplin

pula, dari pada murid yang kebutuhannya kurang terpenuhi.

c. Motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri akan lebih efektif dari pada

motivasi yang dipaksakan dari luar.

d. Motivasi itu mudah menjalar, dalam hal kegiatan belajar di sekolah, guru yang

memiliki minat tinggi atau antusias dalam mengajar akan menghasilkan murid

yang berminat tinggi dan antusias pula dalam belajar.

e. Pemahaman yang jelas akan tujuan belajar juga akan merangsang motivasi

(58)

f. Pujian-pujian yang datangnya dari luar terkadang diperlukan dan cukup efektif

untuk merangsang motivasi belajar seseorang.

g. Teknik dan proses mengajar yang bermacam- macam dapat memelihara dan

merangsang motivasi belajar seseorang, dan lain sebagainya.

C. Perlunya Belajar Kreatif sebagai Pendukung Motivasi Belajar 1. Kesulitan- kesulitan yang dihadapi.

Menurut Drs. Oemar Hamalik ada empat faktor yang bisa menimbulkan

kesulitan belajar, seperti:

a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri.

Yang dimaksud dengan faktor ini, ialah faktor yang timbul dari diri siswa

itu sendiri. Faktor tersebut juga sering disebut dengan faktor intern. Faktor ini

sangat berpengaruh terhadap kemajuan studi seorang siswa. Hal ini dapat

disebabkan oleh: siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya

minat terhadap bahan pelajaran, kesehatan yang sering terganggu, kurangnya

penguasaan bahasa, kebiasaan belajar setiap orang yang berbeda, dan lain- lain

(Oemar Hamalik, 1990: 117).

Menurut Slameto faktor intern dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:

faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1). Faktor Jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.

Sehat berarti dalam keadaan baik seluruh badan beserta

anggota-anggotanya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh

Gambar

Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Tutorial
Tabel 2. Contoh Silabus Kelas V
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 4. Kriteria Klasifikasi Pelayanan Tutorial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan YME sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Sistem Informasi Akademik di SMP Negeri 2 Mejobo

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 56 Pekanbaru”.. Jurnal Primary PGSD

Qur’an para ulama menggunakan metode atau langkah -langkah dan kecendrungan yang berbeda-beda, demikian juga yang dilakukan oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Beliau dalam

Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam

memberikan petunjuk indikasi pemberian vaksin dan serum anti rabies , yang berhubungan dengan hewan tersangka rabies berdasarkan daerah gigitan atau jilatan

Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur dinding sel endotel: (1) Kapiler kontinu yang memiliki susunan sel endotel rapat; (2) Kapiler fenestrata atau

Kayu dari batang atas pohon jabon dan cabang yang potensinya cukup besar dibandingkan kayu dari batang bebas cabang akan diteliti pemanfaatannya untuk bahan baku

Simulasi dilakukan dengan memodifikasi panjang throat section steam ejector dan memvariasikan kondisi operasi tekanan dan temperatur dari suction (evaporator) dan