• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab iv gambaran umum lampung timur doc ipb bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bab iv gambaran umum lampung timur doc ipb bogor"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Letak Geografi

Secara geografi wilayah Kabupaten Lampung Timur terletak pada 105o15’

– 106o 20’ Bujur Timur dan 4o37’–5o 37’ Lintang Selatan dengan luas wilayah

administrasi sekitar 3,948.14 km2. Batas-batas administratif Kabupaten Lampung

Timur meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah,

sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Kota

Metro dan Kabupaten Lampung Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Lampung Selatan.

Satuan Wilayah Administrasi

Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor

12 tahun 1999, yang secara resmi menjadi kabupaten tanggal 27 April 1999.

Awalnya secara administrasi meliputi 10 kecamatan definitif, 13 kecamatan

pembantu yang terdiri dari 232 desa. Dengan Peraturan Pemerintah nomor 46

tahun 1999, kecamatan pembantu Margatiga dan Sekampung Udik ditingkatkan

menjadi definitif. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah No. 01 tahun 2001 dan

Keputusan Bupati Lampung Timur nomor 13 tahun 2001 dibentuk 11 kecamatan

tambahan sehingga menjadi 23 kecamatan definitif. Selanjutnya dengan

Keputusan Bupati Lampung Timur nomor 19 tahun 2001 dan nomor 06 tahun

2002 maka jumlah desa sebanyak 232 desa definitif dan 3 desa persiapan.

Akhirnya tahun 2006 jumlah kecamatan di Kabupaten Lampung Timur

dimekarkan lagi menjadi 24 buah kecamatan, dengan jumlah desa sebanyak 241

desa dan 5 kelurahan. Peta Administrasi Lampung Timur dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Geologi dan Bahan Induk

Menurut hasil penelitian Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2006),

dengan berdasarkan Peta Geologi skala 1:250.000 lembar Tanjungkarang,

Sumatera (1110) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1978) dan lembar

Menggala, Sumatera (1111) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1978)

(2)

Formasi Qal, Qlv, dan Qb. Semuanya termasuk dalam formasi geologi yang

tergolong muda (Kuarter).

a. Formasi Qal, merupakan formasi endapan aluvial dan marin, terdiri dari bahan

bongkah, kerikil, pasir, lanau, lumpur, dan lempung dengan sisipan tumbuhan.

Penyebarannya dijumpai di sepanjang jalur sungai-sungai utama dan sepanjang

garis pantai. Di daerah pantai timur Kabupaten Lampung Timur formasi ini

dijumpai di dataran pasang surut dan komplek beting (pesisir pantai).

b. Formasi Qlv, merupakan Formasi Tuf Lampung yang menutupi sebagian besar

daerah lahan kering di wilayah Kabupaten Lampung Timur. Formasi ini

merupakan endapan yang diendapkan dalam lingkungan marin yang bercampur

dengan endapan marin halus. Tuf Lampung ini mempunyai komposisi bahan

halus (liat) sampai kasar (pasir) yang mengandung gelas dan batu apung. Pusat

dari erupsi tuf ini berada di Teluk Lampung, sehingga keadaan tuf semakin ke

arah utara semakin berkurang.

c. Formasi Qb, merupakan Formasi Basal Sukadana yang termasuk dalam

kelompok volkan intrusi atau merupakan batuan terobosan. Formasi ini tersebar

sebagai dataran datar sampai bukit-bukit kecil yang berada di sekitar Sukadana

yang secara umum membentuk pola arah barat laut-tenggara. Basal ini

mempunyai umur yang sedikit lebih tua dari Tuf Lampung, sehingga sebagian

formasi ini tertutup oleh formasi Tuf Lampung tersebut. Formasi basal ini

mempunyai pola berupa bukit-bukit kecil yang tersebar dan terisolir di beberapa

tempat yang terpisah. Komposisi batuan sebagain besar terdiri dari basal olivin.

Bentuk Lahan

Menurut hasil penelitian Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2006)

dengan berdasarkan pedoman klasifikasi landform menurut Marsoedi et al. (1997)

dan Desaunetes (1977), daerah Kabupaten Lampung Timur dibedakan menjadi 6

grup yakni aluvial, marin, fluvio marin, volkanik, tektonik/struktural, dan grup

lain-lain. Secara lengkap masing-masing grup landform beserta luasannya

disajikan pada Tabel 10 dibawah ini.

a. Grup aluvial, di Kabupaten Lampung Timur landform ini termasuk dalam sub

grup dataran banjir, jalur aliran sungai, dataran aluvial, dan depresi aluvial dengan

(3)

pengendapan dari bahan-bahan endapan sungai yang terdiri dari kerikil, pasir,

debu, dan liat. Penyebaran utamanya di sepanjang jalur aliran sungai yang

membentuk hamparan dataran banjir di kanan kiri sungai, di daerah cekungan dan

daerah rendah.

b. Grup Marin, terbentuk oleh aktivitas marin (laut) yang berupa endapan bahan

marin. Di Kabupaten Lampung Timur grup ini terdiri dari punggung dan

cekungan pesisir marin resen dan subresen, dataran pasang surut lumpur, dan rawa

belakang pasang surut dengan bentuk wilayah datar sampai agak datar, lereng 1-3

%. Penyebarannya terdapat di bagian pantai sampai beberapa kilometer dari garis

pantai ke daratan.

c. Grup Fluvio-marin, terbentuk oleh proses fluvial (sungai) dan marin (laut). Di

Kabupaten Lampung Timur landform ini digolongkan sebagai dataran fluvio

marin dengan relief datar, lereng 0-3%. Penyebarannya terdapat di beberapa

lokasi yang merupakan daerah peralihan antara rawa belakang pantai dan beting

yang merupakan punggung dan cekungan pesisir subresen dengan daerah aluvial

dan dataran.

d. Grup Volkanik, landform ini membentuk dataran hingga perbukitan yang

tersebar di beberapa tempat secara terpisah. Hal merupakan ciri batuan terobosan

yang menerobos formasi yang lain. Grup ini membentuk dataran volkan dan

perbukitan volkan agak datar hingga berbukit kecil, lereng 1-25%.

e. Grup Tektonik/Struktural, merupakan landform yang terbentuk dari Tuf

Lampung yang bersusunan bahan halus (liat) hingga kasar (pasir) dan selanjutnya

telah mengalami proses tektonisme yaitu proses pengangkatan, pelipatan, patahan,

dan pengikisan/erosi. Di Kabupaten Lampung Timur, proses ini membentuk sub

grup dataran agak datar hingga berombak. Penyebarannya hampir merata di

seluruh wilayah Lampung Timur, terutama di bagian lahan kering. Sedangkan

sub grup yang berasal dari bahan skis dan granit membentuk dataran berombak

hingga berbukit kecil, lereng 3-25%. Penyebarannya terdapat di bagian barat

(4)

Tabel 10 Bentuk lahan di Kabupaten Lampung Timur

Bentuk Lahan Luas

Ha %

GRUP ALUVIAL (A)

- Dataran banjir pada sungai meander 7,545.41 1.91

- Jalur aliran sungai meander 1,523.89 0.39

- Dataran aluvial 10,022.48 2.54

- Jalur aliran sungai bukan meander 814.85 0.21

- Depresi aluvial 3,336.98 0.85

GRUP MARIN (M)

- Punggung dan cekungan pesisir resen 3,903.55 0.99

- Punggung dan cekungan pesisir subresen 5,173.77 1.31

- Beting pasir pantai 130.03 0.03

- Pesisir lumpur 3,614.43 0.92

- Rawa belakang pasang surut 6,708.49 1.70

GRUP FLUVIO MARIN (B)

- Dataran fluvio marin 13,983.09 3.55

GRUP VOLKAN (V)

- Dataran volkan 158,298.92 30.04

GRUP TEKTONIK/ STRUKTURAL (T)

- Dataran tektonik 90,051,56 22.83

- Perbukitan tektonik 9,575.94 2.43

GRUP LAIN-LAIN (X)

- Taman Nasional 120,026.50 30.28

- Tubuh air 107.27 0.02

Total Luas Wilayah 394,814.77 100

Sumber : Peta Satuan Lahan, Bappeda Kabupaten Lampung Timur Tahun 2006.

Topografi

Kondisi topografi di Lampung Timur secara umum meliputi kelas

kelerengan datar, berombak, bergelombang, dan berbukit kecil. Sebagian besar

daerah di Lampung Timur memiliki topografi datar dan berombak. Topografi

datar mencapai luasan 100,546.09 ha atau 25.47% dari total luas wilayah

Kabupaten Lampung Timur (Tabel 11). Wilayah dengan kelerengan sebagian

besar datar mencakup Kecamatan Pasir Sakti, Labuhan Maringgai, Purbolinggo,

Pekalongan, dan Batang hari. Sedangkan Topografi berombak mencapai luasan

124,468.23 ha atau mencapai 31.53%. Wilayah dengan kelerengan sebagian besar

berombak meliputi kecamatan Sukadana, Labuhan Ratu, Metro Kibang, Marga

(5)

Wilayah dengan topografi bergelombang terdapat di kecamatan Bandar

Sribawono, Melinting, dan Waway Karya. Luasan total wilayah dengan

kelerengan bergelombang mencapai 47,407.67 ha atau 12.01% dari luasan

wilayah Lampung Timur. Topografi berbukit kecil merupakan topografi dengan

luasan terkecil, yaitu seluas 2,259.01 ha atau 0.57% dari luas total Kabupaten

Lampung Timur. Topografi ini tersebar di beberapa Kecamatan antara lain Bumi

Agung, Sukadana, Sekampung Udik, Bandar Sribawono, Marga Sekampung,

Melinting, dan Jabung.

Tabel 11 Kelas lereng beserta luasannya di Kabupaten Lampung Timur

No. Kelerengan Luas (Ha) %

1 Berbukit kecil (16-25%) 2,259.01 0.56

2 Bergelombang (8-15%) 47,407.67 12.01

3 berombak (3-8%) 124,468.23 31.53

4 Datar (0-3%) 100,546.09 25.57

5 Taman Nasional Way Kambas dan tubuh air

(tidak diolah)

120,133.77 30.43

Jumlah 394,814.77 100

Sumber : Peta Satuan Lahan, Bappeda Kabupaten Lampung Timur Tahun 2006

Jenis Tanah

Berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Lampung Timur (2006),

tanah-tanah di daerah survei diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy 2003 pada tingkat

ordo sebagai berikut: Alfisols, Entisols, Histosols, Inceptisols, dan Ultisols.

Secara lengkap klasifikasi tanah di Kabupaten Lampung Timur dicantumkan pada

Tabel 12.

Tabel 12 Jenis tanah di daerah Kabupaten Lampung Timur

Klasifikasi Tanah

Soil Taxonomy (2003)

PPT (1983)

Ordo Subordo Grup Subgrup

Alfisols Udalfs Hapludalfs Typic Hapludalfs Mediteran Haplik

Entisols Aquents

Fluvents

Psammaquents Sulfaquents Endoaquents Udifluvents

Typic Psammaquents Typic Sulfaquents Typic Endoaquents Typic Udifluvents

Regosol Distrik Gleisol Tionik Gleisol Ditrik Aluvial Distrik Histosols Hemists

Saprists

Sulfihemists Haplomemists Haplosaprists

Terric Sulfihemists Terric Haplomemists Terric Haplosaprists

(6)

Tabel 12 lanjutan

Klasifikasi Tanah

Soil Taxonomy (2003)

PPT (1983)

Ordo Subordo Grup Subgrup

Inceptisols Aquepts

Udepts

Endoaquepts

Dystrudepts Eutrudepts

Sulfic Endoaquepts Fluvaquentic Endoaquepts Aeric Endoaquepts Typic Endoaquepts Typic Dystrudepts Typic Eutrudepts

Gleisol Tionik Gleisol Fluvik Gleisol Aerik Gleisol Distrk Kambisol Distrik Kambisol Eutrik Ultisols Udults Kandiudults

Kanhapludults Hapludults

Typic Kandiudults Typic Kanhapludults Typic Hapludults

Podsolik Kandik Podsolik Kandik Podsolik Haplik Sumber: Bappeda Kabupaten Lampung Timur, 2006

Iklim

Iklim wilayah Kabupaten Lampung Timur berdasarkan Sistem Klasifikasi

Iklim Schmidt dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh

adanya bulan basah selama 6 bulan (Desember – Juni) dengan temperatur rata-rata

berkisar 24 -34 oC. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar 2000 – 2500 mm.

Sedangkan menurut Sistem Klasifikasi Iklim Oldeman, iklim Kabupaten

Lampung Timur termasuk tipe C2 dengan jumlah bulan basah 5-6 bulan dan bulan

kering 2-3 bulan. Untuk tahun 2005, kondisi curah hujan pada beberapa

pengamatan stasiun iklim yang ada di Kabupaten Lampung Timur disajikan pada

Lampiran 7.

Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur akhir tahun 2005 sebanyak

919,017 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 462,362 jiwa dan perempuan

sebanyak 455,655 jiwa. Angka ini menempatkan Lampung Timur pada peringkat

ketiga di Propinsi Lampung dalam hal jumlah penduduk setelah Lampung Selatan

dan Kabupaten Lampung Tengah. Bila jumlah penduduk pada tahun 2005

dibandingkan dengan angka hasil sensus penduduk tahun 2000 yang jumlahnya

tercatat sebesar 869,428 jiwa, terjadi peningkatan sekitar 5,7 persen atau sekitar

49,589 jiwa. Peningkatan yang cukup besar nampaknya terjadi dalam kurun

waktu 2001-2002 di mana dari 5.7 persen penambahan diatas, sekitar 2.57 persen

(22,331 jiwa) diantaranya terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Timur rata-rata sebesar 173

(7)

Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terpadat yaitu Kecamatan

Sekampung Udik dengan jumlah penduduk sebesar 65,866 jiwa dan kepadatan

penduduk sebesar 194 jiwa per km2. Sementara itu kecamatan yang paling sedikit

jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bumi Agung dengan jumlah penduduk

sebesar 16,637 jiwa namun dengan kepadatan penduduk yang lebih besar yaitu

227 jiwa per kilometer persegi.

Dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, rasio kelamin (sex

ratio) penduduk Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2005 tercatat sebesar

101.69. (BPS Kab Lampung Timur, 2006). Angka ini menunjukkan bahwa

diantara 100 jiwa penduduk wanita yang ada, terdapat sekitar 102 jiwa penduduk

laki-laki. Sedangkan dilihat dari komposisi umur penduduk, maka berdasarkan

data tahun 2005, sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Timur merupakan

penduduk usia produktif (15-64 tahun). Banyaknya penduduk usia produktif pada

tahun 2005 sebesar 597,372 jiwa atau 65 persen dari total penduduk.

Tabel 13 Jumlah dan persentase penduduk menurut kelompok usia dan angka

beban ketergantungan, tahun 2004 dan 2005

Kelompok Usia 2004 2005

Jumlah % Jumlah %

0 – 14 th 15 – 64 th

65+ th Jumlah

Angka Beban Ketergantungan

270,025 586,152 53,212 909,389

55.14

29.69 64.46 5.85 100.00

-

255,039 597,372 66,606 919,017

53.84

27.75 65.00 7.25 100.00

-

Sumber: Susenas 2004 dan 2005, ( BPS Kab Lampung Timur, 2006).

Dari Tabel 13 diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan angka usia produktif

antara tahun 2004 sampai 2005. Peningkatan ini berhasil menekan angka beban

ketergantungan (dependency ratio) dalam satu tahun terakhir sehingga mampu

diturunkan dari 55.14 persen pada tahun 2004 menjadi 53.84 persen pada tahun

2005.

Berarti bahwa sekarang hanya terdapat sekitar 54 orang penduduk usia tidak

produktif yang harus ditanggung setiap 100 orang penduduk usia produktif.

Secara kasar angka ini mengindikasikan adanya kemajuan ekonomi di Kabupaten

(8)

rasio beban tanggungan berarti makin banyak penduduk produktif secara ekonomi

yang bekerja pada sektor pertanian mencapai 64.95%, sedangkan yang bekerja

pada sektor perdagangan sebanyak 15.83%, jasa 6.81%, konstruksi 4.35% dan lain

sebagainya (BPS Kab. Lampung Timur, 2006).

Tabel 14 Perkembangan persentase penduduk usia kerja yang bekerja menurut lapangan usaha utama di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2002–2005

No

Lapangan Usaha Utama Tahun

2002 2003 2004 2005 Sumber : BPS Kabupaten Lampung Timur, 2006.

Memperhatikan Tabel 14 diatas, terlihat bahwa perkembangan persentase

penduduk menurut usia kerja di sektor pertanian dari tahun 2004–2005 cenderung

menurun yaitu dari 73.66% menjadi 64.95%. Jika ditelusuri lebih lanjut,

penurunan perkembangan di sektor pertanian tersebut kemungkinan disebabkan

beralihnya sebagian profesi penduduk ke sektor perdagangan yaitu dari 10.40%

meningkat menjadi 15.83% dan jasa dari 4.88% menjadi 6.81%.

Perekonomian

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya sumbangan

dari sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur

ekonomi ini dapat dilihat dari distribusi PDRB menurut lapangan usaha atas dasar

(9)

Struktur perekonomian di Kabupaten Lampung Timur didominasi oleh tiga sektor

utama yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan perdagangan,

hotel, dan restoran. Ketiga sektor ini memiliki share lebih dari 10% dalam kurun

waktu lima tahun terakhir. Sedangkan sektor lain memiliki share yang kurang

dari 10%. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tidak terjadi perubahan

struktur perekonomian yang signifikan di Lampung Timur, namun PDRB

mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari 4,015 trilyun pada tahun

2002 menjadi 6,520 trilyun rupiah pada tahun 2006. Distribusi PDRB Kabupaten

Lampung Timur menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun

2002-2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap perekonomian Kabupaten Lampung Timur. Sub sektor tanaman bahan

makanan merupakan sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap

sektor pertanian, diikuti sub sektor perikanan dan perkebunan. Sektor yang terus

mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2002-2006 adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Bila dilihat dalam konstelasi ruang Propinsi

Lampung, Kabupaten Lampung Timur merupakan satu-satunya kabupaten yang

menjadikan sektor pertambangan dan penggalian sebagai sektor basis, terutama

dari sub sektor minyak dan gas bumi. Keberadaan kilang minyak lepas pantai di

sekitar Pulau Segamat yang berada di wilayah Kabupaten Lampung Timur

merupakan aset terbesar dari sektor pertambangan dan penggalian.

Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Timur dalam

kurun waktu 2002-2006 tumbuh sebesar 2.26%. Pertumbuhan terbesar terjadi

pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12.92%, diikuti sektor industri

6.63% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 5.98% (Lampiran 6). Rata-rata

laju pertumbuhan ekonomi Lampung Timur menurut lapangan usaha lima tahun

(10)

0

Walaupun demikian, bila dilihat secara rata-rata pada tahun 2002-2006,

perekonomian Kabupaten Lampung Timur tumbuh sebesar 2.26%. Penyumbang

terbesar adalah sektor pertanian (1.58%), diikuti sektor pertambangan dan

penggalian (1.31%) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (0.87%) (Tabel

15).

Tabel 15 Kontribusi sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Timur tahun 2002-2006 (persen)

No Lapangan Usaha Tahun

Rata-rata

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

0.13 0.11 0.20 0.09 0.29 0.16

9 Jasa-Jasa 0.17 -0.13 0.04 0.15 0.16 0.08

PDRB dengan migas 4.14 6.53 -0.80 -0.10 1.53 2.26

(11)

Penggunaan Lahan

Secara luasan, penggunaan lahan di Lampung Timur didominasi oleh

penggunaan lahan pertanian yang mencapai 55.88%. Luasan hutan menduduki

posisi kedua yaitu seluas 32.32% dari luas wilayah yang merupakan Taman

Nasional Way Kambas. Sisanya berupa perkampungan, kawasan industri, padang

rumput, semak, rawa, danau, alang-alang, dan emplasement. Luasan

masing-masing penggunaan lahan disajikan dalam Tabel 16 berikut:

Tabel 16 Penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Timur

No. Penggunaan Lahan Luas (ha) %

1 Alang-alang 790.16 0.20

2 Danau 166.09 0.04

3 Emplasement 32.64 0.01

4 Hutan Belukar 127,591.99 32.32

5 Kawasan Industri 63.50 0.02

6 Kampung Jarang 34,416.15 8.72

7 Kampung Padat 2,032.69 0.51

8 Perkebunan Besar 4,337.17 1.10

9 Kebun rakyat 45,348.72 11.49

10 Padang Rumput 116.33 0.03

11 Rawa 3,632.33 0.92

12 Semak 5,089.03 1.29

13 Sawah 67,946.86 17.21

14 Tambak 4,066.63 1.03

15 Tegalan 98,903.40 25.05

16 Waduk 235.42 0.06

394,814.77 100.00

Sumber : BPN Kab. Lampung Timur, tahun 2004.

Komoditas Pertanian Utama

Lahan kering mendominasi lahan pertanian di Kabupaten Lampung Timur.

Komoditas tanaman yang dikembangkan meliputi tanaman pangan, hortikultura,

dan perkebunan.

Komoditas pertanian dari sub sektor tanaman pangan yang telah

dikembangkan di wilayah Kabupaten Lampung Timur diantaranya padi, jagung,

kedelai, kacang tanah, ubikayu, ketela rambat dan kacang hijau. Tabel 17

menunjukkan bahwa komoditas jagung mendominasi usahatani dari sub sektor

tanaman pangan, kemudian diikuti padi sawah dan ubi kayu. Dalam empat tahun

terakhir ini (Tahun 2002 – 2005) perkembangan luas areal panen tanaman jagung

mengalami peningkatan dari 105,016 ha menjadi 123,665 ha. Sedangkan untuk

(12)

menjadi 72,531 ha. Penurunan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya

konversi lahan sawah menjadi tambak udang dan usaha walet. Dari beberapa

komoditas tersebut, tingkat pengusahaan terhadap teknologi masih sederhana,

yang ditunjukkan dengan tingkat produktivitas relatif rendah (BPS Kab. Lampung

Timur, 2006).

Tabel 17 Luas panen dan produksi tanaman pangan Kabupaten Lampung Timur, tahun 2005

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur, 2006.

Sedangkan untuk jenis tanaman perkebunan dari data statistik tahun 2005

jenis tanaman utama yang ada di daerah Lampung Timur adalah kelapa dalam,

lada, kakao dan kelapa sawit.

Tabel 18 Luas area dan produksi tanaman perkebunan Kabupaten Lampung Timur tahun 2005

No Jenis Tanaman Luas Areal (Ha) Produksi

(ton)

(13)

Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa luas areal kelapa dalam menempati

urutan pertama dalam usahatani perkebunan yaitu mencapai 25,203.70 ha yang

sentra produksinya terdapat di Kecamatan Labuhan Maringgai. Kemudian diikuti

lada 9,625 ha sentra produksinya di Kecamatan Jabung, kakao 8,601.36 ha sentra

produksinya di Kecamatan Sekampung Udik dan kelapa sawit 2,123.9 ha sentra

produksinya di Kecamatan Waway Karya. Walaupun luas areal tanaman kelapa

mendominasi luas areal tanaman perkebunan, akan tetapi tanaman tersebut bukan

merupakan tanaman pokok. Secara umum tanaman kelapa diusahakan sebagai

tanaman pelindung diantara tanaman lada atau tumpangsari dengan tanaman

ubikayu, jagung dan lain-lain.

Dari beberapa komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten

Lampung Timur, lada dan kakao merupakan komoditas unggulan daerah.

Berdasarkan Tabel 18, tingkat produksi dan produktivitas rata-rata lada dan kakao

masing-masing adalah sebagai berikut: produksi lada 4,282.92 ton dengan

produktivitas 599.74 kg/ha, sedangkan produksi tanaman kakao 5,875.74 ton dan

produktivitas 683 kg/ha. Sedangkan produktivitas potensial yang mampu dicapai

kedua komoditas tersebut cukup tinggi, dimana lada mencapai 1,600 kg/ha dan

kakao 2,000 kg/ha. Kondisi ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi

anjuran di tingkat petani masih rendah. Hal ini merupakan suatu peluang cukup

besar untuk dapat meningkatkan produktivitas kedua komoditas tersebut dengan

memperbaiki teknologi budidaya, diantaranya penggunaan klon unggul

berkualitas, pemupukan sesuai anjuran, pemangkasan, pengendalian hama

penyakit secara terpadu dan komponen teknologi lainnya.

Peranan Subsektor Perkebunan

Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memberikan sumbangan

terbesar ketiga terhadap PDRB sektor pertanian yang signifikan selama lima tahun

terakhir (2002–2006), yaitu setelah subsektor tanaman pangan dan perikanan.

Jika dihitung rata-rata persentase nilai PDRB (atas harga konstan 2000) per sub

sektor tahun 2002-2006, sub sektor tanaman bahan makanan (pangan)

menyumbang 30.44% diikuti perikanan (9.89%), dan perkebunan (9.48%).

(14)

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00

2002 2003 2004 2005 2006 Tahun

P

e

rs

e

n

ta

s

e

Tanaman B ahan M akanan P erkebunan P eternakan Kehutanan P erikanan

Gambar 5 Persentase nilai PDRB per sub sektor Kabupaten Lampung Timur tahun 2002-2006.

Dengan luasan lahan kering yang dominan dibandingkan lahan basah, maka

subsektor perkebunan sangat berpotensi untuk terus dikembangkan dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat di Lampung Timur. Beberapa keuntungan

yang dirasakan masyarakat dalam membudidayakan tanaman perkebunan adalah

modal awal hanya dikeluarkan pada awal penanaman yang selanjutnya tanaman

akan bertahan selama puluhan tahun dengan hasil yang dapat dipetik selama

puluhan tahun juga, komoditi perkebunan tertentu seperti karet dapat

dikembangkan pada lahan-lahan marginal (tingkat kesuburan rendah), umumnya

komoditi perkebunan merupakan komoditi ekspor, sehingga harga yang diterima

petani cukup menguntungkan. Di Kabupaten Lampung Timur, komoditi

perkebunan utama yang dikembangkan masyarakat adalah kelapa, lada, dan

kakao. Namun saat ini kakao merupakan komoditi yang cukup diminati

masyarakat. Dukungan pemerintah pusat melalui pelaksanaan Program

Revitalisasi Perkebunan menunjukkan bahwa tanaman kakao merupakan tanaman

yang memiliki prospek ke depan yang cerah.

Perkembangan Perkebunan Kakao Rakyat

Tanaman kakao mulai dikembangkan di Propinsi Lampung, khususnya di

Kabupaten Lampung Timur sejak tahun 1980 melalui Proyek Rehabilitasi dan

Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE) yang tersebar di Kecamatan Way Jepara

(15)

sentra kedua tanaman kakao di Propinsi Lampung setelah Kabupaten Tanggamus.

Luas areal tanaman kakao di Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2006

mencapai 9,749.50 dengan produktifitas 972 kg/ha. Berdasarkan Tabel 19,

produktifitas tanaman kakao di Lampung Timur merupakan yang terbaik kedua di

Propinsi Lampung. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Timur

memiliki tingkat kesesuaian lahan yang baik untuk tanaman kakao di samping

teknis budidaya yang dilakukan petani juga telah cukup baik.

Tabel 19 Luas areal, produksi dan produktifitas perkebunan kakao pada beberapa kabupaten di Propinsi Lampung tahun 2006

No Kabupaten Luas areal (ha) Produksi

(ton)

Produktifitas (kg/ha)

1 Lampung Selatan 9,474 4,933 945

2 Lampung Tengah 3,260 1,274 683

3 Lampung Timur 9,749 6,197 972

4 Lampung Utara 1,803 1,143 778

5 Way Kanan 1,333 425 706

6 Lampung Barat 786 69 237

7 Tulang Bawang 1,795 1,767 1,123

8. Tanggamus 15,063 6,667 801

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, Tahun 2007

Tanaman kakao merupakan tanaman utama perkebunan rakyat di

Kabupaten Lampung Timur, selain kelapa dan lada. Harga yang stabil dan

cendrung naik merupakan alasan terus berkembangnya tanaman kakao di

Lampung Timur. Perkembangan luas areal, produksi, dan produktifitas kakao

rakyat di Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 20 berikut :

Tabel 20 Perkembangan luas areal, produksi, dan produktifitas perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Lampung Timur tahun 2002 – 2006

No Tahun Jumlah (ha) Produksi

(Ton)

Produktifitas (Kg/ha) 1.

2. 3. 4. 5.

2006 2005 2004 2003 2002

9,749.50 8,601.36 7,358.00 6,510.75 5,679.00

6,197.24 5,875.74 5,987.33 3,702.85 3,621.00

972.73 1,024.72 1,192.70 743.43 958.44

Pertumbuhan (%) 71.77 71.15

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Timur, tahun 2007

Secara umum persentase pertumbuhan luas areal tanam dan produksi

(16)

–2006, sedangkan produktifitasnya cendrung fluktuatif. Peningkatan luasan lima

tahun terakhir secara kumulatif mencapai 71.77%. Peningkatan ini menunjukkan

minat masyarakat yang tinggi terhadap tanaman kakao. Jika dibandingkan dengan

tanaman perkebunan utama lain di Lampung Timur, pertumbuhan luasan tanaman

kakao merupakan yang tertinggi. Perbandingan persentase pertumbuhan luasan

tiga komoditi perkebunan utama di Lampung Timur disajikan dalam Gambar 6

berikut:

-10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

%

P

e

rt

u

m

b

u

h

a

n

L

u

a

s

a

n

2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Kelapa Lada Kakao

Gambar 6 Pertumbuhan luasan tanaman perkebunan utama di Lampung Timur.

Dari segi produksi, pada Tabel 21 terlihat terjadi kenaikan produksi yang

sangat besar pada tahun 2004. Hal ini mungkin disebabkan pada tahun tersebut

tanaman kakao muda (belum menghasilkan) mulai memasuki masa menghasilkan

sehingga produksi kakao Lampung Timur secara keseluruhan meningkat.

Penurunan produktifitas tanaman kakao di Lampung Timur terjadi pada tahun

2003, 2005, dan 2006. Banyak faktor yang mungkin menyebabkan penurunan

produktifitas tanaman ini, seperti tanaman masuk dalam usia tua, faktor iklim,

serangan penyakit, dan lain sebagainya. Namun melihat kondisi saat ini,

penurunan produktifitas cenderung disebabkan oleh faktor iklim. Iklim beberapa

tahun terakhir mengalami pancaroba yang disebabkan oleh pemanasan global.

Akibatnya frekwensi hari hujan menjadi tidak teratur. Tanaman kakao sangat

responsif terhadap kekeringan. Cekaman kondisi kering yang lama akan

(17)

Tabel 21 Pertumbuhan luas areal, produksi, dan produktifitas perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Lampung Timur tahun 2003 – 2006

Tahun Luas Areal (%) Produksi (%) Produktifitas (%)

2003 14.64 2.26 -22.43

2004 13.01 61.70 60.43

2005 16.90 - 1.86 -14.08

2006 13.34 5.47 -5.07

Sumber : Hasil olahan.

Penyebaran areal sentra kakao di Kabupaten Lampung Timur terletak pada

tujuh kecamatan yang posisinya saling berdekatan (Tabel 22). Kecamatan–

kecamatan itu meliputi Sekampung Udik, Jabung, Mataram Baru, Bandar

Sribawono, Way Jepara, Margatiga dan Labuhan Ratu. Dengan produktifitas

rata-rata sebesar 683.11 pada sentra-sentra tersebut, maka secara umum perkebunan

kakao rakyat di Lampung Timur belum mencapai produktifitas optimal yang bisa

dihasilkan, dimana dapat mencapai 2 ton/ha.

Tabel 22 Kecamatan-kecamatan sentra perkebunan kakao rakyat di Lampung Timur

Kecamatan Luas Areal (ha) Produksi (ton) Produktifitas

(kg/ha/th)

Sekampung Udik 1,426 1,160.25 813.64

Jabung 620 274.06 442.03

Mataram Baru 634 360 567.82

Bandar Sribawono 740 300 405.41

Way Jepara 767 660 860.50

Labuhan Ratu 1,045.45 925.10 884.88

Marga Tiga 791 549.15 694.24

Sumber : BPS Kabupaten Lampung Timur, tahun 2006

Karakteristik Usahatani Kakao

Secara garis besar usaha tani yang dilakukan petani kakao di Lampung

Timur rata-rata mempunyai luas lahan 1 ha, dengan jenis tanaman kakao lokal dan

unggul. Klon unggul di dapatkan petani dari hibah pemerintah pada tahun 1980

dimana pada saat itu dilakukan Proyek Rehabilitasi Peremajaan Tanaman Ekspor

(PRPTE) yang wilayahnya mencakup Kecamatan Way Jepara dan Labuhan

Maringgai. Rata-rata populasi tanaman per hektar sebanyak 833 pohon, dengan

jenis penanung kebanyakan dari pohon pisang dan kelapa.

Tanaman kakao yang ditanam petani di daerah penelitian sebagian besar

berumur 7-9 tahun. Pada budidaya tanaman tahunan umur tersebut merupakan

(18)

kisaran umur 10 – 15 tahun dan akan mengalami penurunan produksi pada umur

20-25 tahun. Di Lampung Timur petani telah mengenal cara pengembangan

tanaman kakao dengan teknik vegetatif seperti pencangkokan, okulasi, dan teknik

sambung tanaman, sehingga dimasa mendatang teknologi tersebut dapat

dipergunakan untuk melakukan peremajaan tanaman kakao yang sudah tidak

produktif.

Dalam melakukan budidaya tanaman rata-rata petani melakukan pemupukan

sebanyak 2 kali per tahun, demikian pula dengan pemangkasan tanaman juga

dilakukan sebanyak 2 kali per tahun. Rata-rata penggunaan input produksi per

hektar berupa penggunaan pupuk kandang sebanyak 1200 kg, pupuk urea

sebanyak 300 kg, pupuk SP-36 atau TSP sebanyak 250 kg, pupuk KCl sebanyak

100 kg dan penggunaan pestisida sebanyak 1 liter, sedangkan penggunaan input

tenaga rata-rata sebanyak 90 Hari Orang Kerja (HOK). Dengan demikian

usahatani kakao di Lampung Timur secara garis besar telah mengenal teknologi

budidaya yang baik. Penunjang budidaya berupa keberadaan kelompok tani dan

penyuluh pertanian secara intensif juga dibentuk di daerah sentra kakao di

Lampung Timur.

Tabel 23 Karakteristik usahatani kakao rakyat di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2007

No. Deskripsi Keterangan

1. 2.

3. 4. 5. 6. 7.

8.

9.

10. 11.

Rata-rata kepemilikan lahan (ha) Jenis klon yang ditanam

Umur kakao rata-rata (tahun) Asal bibit

Populasi tanaman rata-rata (pohon/ha) Jenis Penaung

Rata-rata frekuensi pemangkasan per tahun (kali)

Rata-rata frekuensi pemupukan per tahun (kali)

Penggunaan input : - Urea (kg/ha) - SP-36/TSP (kg/ha) - KCl (kg/ha) - Kandang ((kw/ha) - Pestisida (liter) - Tenaga Kerja (HOK) Kegiatan Penyuluhan Keaktifan kelompok tani

1 ha

ICS 60, Upper Amazone Interclonal Hibrid, lokal

7 – 9 th Bantuan/swadaya

833 batang Kelapa dan pisang

2

2

300 250 100 12

1 90 Ada Aktif

Gambar

Tabel 10  Bentuk lahan di Kabupaten Lampung Timur
Tabel 12  Jenis tanah di daerah Kabupaten Lampung Timur
Tabel 13  Jumlah  dan  persentase  penduduk  menurut  kelompok  usia  dan angka
Tabel 14  Perkembangan  persentase  penduduk  usia  kerja  yang bekerja menurut                     lapangan usaha utama di Kabupaten Lampung Timur, tahun 2002–2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan praktikan mengenai analisis sistem yang berjalan mengenai pengamanan pada laboratorium STKIP PGRI Pacitan ini adalah belum maksimal dan

•• 6epaskan selang kanul dari mesin compressor atau 6epaskan selang kanul dari mesin compressor atau dari tabung oksigen.. dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi berwirausaha, sedangkan komunitas tidak berpengaruh secara signifikan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni salah satu sektor perekonomian yang menjadi basis

Hasil analisis yang didapatkan dari eksplorasi tahap I analisis delphi terdapat 4 kriteria yang belum mencapai konsensus, yaitu kriteria Lebar jalan internal perumahan

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah

Berpijak dari harapan ideal yang melekat pada rutinitas praktik aktivitas ritual, dan juga bercermin dari fenomena yang kini telah menjadi realita sosial bahwa

Peta juga merumuskan sasar- an-sasaran ekonomi syariah, tahap- an-tahapan pelaksanaannya, langkah konkrit dan implementasinya De- ngan demikian, peta ekonomi Islam adalah