• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN STAKEHOLDER DALAM MEMBANGUN CITA PERUSAHAAN "EO SATUBASA".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN STAKEHOLDER DALAM MEMBANGUN CITA PERUSAHAAN "EO SATUBASA"."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN STAKEHOLDER DALAM MEMBANGUN CITRA PERUSAHAAN “EO SATUBASA”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh:

MUZAIDATUR ROSYIDAH NIM. B06212028

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Muzaidatur Rosyidah, 2016. Peran Stakeholder dalam Membangun Citra

Perusahaan “EO SATUBASA”.Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Dakwah dan komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Stakeholder, citra perusahaan.

Pada umumnya, awal berdirinya suatu organisasi/perusahaan selalu dipertentangkan dengan apa yang menjadi tujuan dan untuk apa organisasi/perusahaan itu berdiri. Dan tidak lain tujuan utama dari organisasi/perusahaan adalah mencari keuntungan. Korporasi pada saat ini bukan lagi berorientasi pada keuntungan saja melainkan wajib memperhatikan lingkungan, public atau stakeholder tentang Isu-isu organisasi/perusahaan yang tengah hangat dibicarakan.

Mengenai citra dari suatu organisasi/perusahaan dan bentuk pelayanan jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh Humas (public relation) dalam system informasi terbuka pada era globlalisasi serba kompetitif tersebut, intinya tidak terlepas dari bentuk kualitas jasa pelayanan yang telah diberikan, nilai

kepercayaan dan merupakan “amanah” dari publiknya/stakeholder, serta goodwill

(kemauan baik) yang ditampilkan oleh organisasi/perusahaan bersangkutan

Ada dua rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu (1) bagaimana peran stakeholderdalam membangun citra di perusahaan EO Satubasa?

Untuk menjawab permasalahan ini tersebut, peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai peran stakeholder dalam

membangun citra di perusahaan “EO Satubasa”. Data yang diperoleh kemudian

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Konsep ... 10

G. Kerangka Pikir ... 13

H. Metode Penelitian ... 14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 16

3. Jenis dan Suber Data ... 17

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 19

5. Teknik Pengumpulan Data ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 24

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 25

(8)

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka ... 28

1. Peran ... 28

2. Pengertian Stakeholder ... 28

3. Stakeholder internal ... 29

4. Stakeholder eksternal ... 30

5. Citra Perusahaan ... 38

B. Kajian Teori ... 44

1. Teori Manajemen Citra Perusahaan ... 44

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian ... 47

B. Deskripsi Data Penelitian ... 58

1. Hubungan Stakeholder dengan SATUBASA ... 58

2. Cara Membangun Citra Perusahaan Melalui Peran Stakeholder ... 61

BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... 70

1. Hubungan Stakeholder dengan SATUBASA ... 70

2. Membangun Citra Perusahaan Melalui Peran Stakeholder ... 74

B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ... 83

1. Hubungan Stakeholder dengan Perusahaan SATUBASA dengan Teori Manajemen Citra Organisasi ... 83

2. Membangun Citra Perusahaan Melalui Peran Stakeholder dengan Teori Manajemen Citra Organisasi ... 85

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 89

(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 logo SATUBASA ... 50

Gambar 3.2 Hubungan kekeluargaan yang dilakukan SATUBASA

dalam acara liburan. ... 73

Gambar 3.3 Hubungan tim SATUBASA dengan client dari PT Berkat

(11)

DAFTAR BAGAN

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 13

(12)

DAFTAR TABEL

2.1Perbedaan Citra dan Reputasi ... 43

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era global ini, persaingan antara perusahaan tidak hanya terjadi

melalui produk atau jasa yang menjadi penawaran perusahaan kepada

konsumen. Persaingan juga merujuk kepada citra perusahaan. Berbagai upaya

dilakukan perusahaan untuk membentuk image bagi produk dan organisasi sebagai factor pendukung kesuksesan bagi perusahaan yang ingin sukses

dipasar dalam waktu yang relative lama.

Pada umumnya, awal berdirinya suatu organisasi/perusahaan selalu

dipertentangkan dengan apa yang menjadi tujuan dan untuk apa

organisasi/perusahaan itu berdiri. Tidak lain tujuan utama dari

organisasi/perusahaan adalah mencari keuntungan. Korporasi pada saat ini

bukan lagi berorientasi pada keuntungan saja melainkan wajib memperhatikan

lingkungan, public atau stakeholder tentang Isu-isu organisasi/perusahaan yang

tengah hangat dibicarakan.

Istilah stakeholder sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh

banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagai ilmu atau konteks, misalnya

manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi,

dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik telah menggunakan secara luas istilah

stakeholder ini ke dalam proses-proses pengambilan dan implementasi

(14)

2

lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu

rencana.1

Selain itu, perusahaan sejatinya bukan hanya dimiliki oleh pemegang

saham, tetapi terdapat pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap eksistensi

perusahaan, yakni para stakeholder perusahaan. Stakeholders bukan hanya

masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi

perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas, misalnya pemerintah,

investor, elit politik dan masyarakat secara umum. Bentuk kerjasama yang

dibentuk antara perusahaan dan stakeholders hendaknya juga merupakan

kerjasama yang dapat saling memberikan kesempatan untuk sama sama maju

dan berkembang.

Dalam perkembangan organisasi membutuhkan pengelolaan yang

spesifik dan terukur, termasuk pengelolaan reputasinya. Reputasi bagi sebuah

organisasi adalah hal vital, karena hidup dan matinya organisasi, sangat

tergantung pada sejauh mana kemampuan organisasi mengelolah reputasi

baiknya.

William F. Arens mendefinisikan Public Relations sebagai fungsi

manajemen yang memfokuskan diri pada membangun/mengembangkan relasi

serta komunikasi yang dilakukan individual maupun organisasi terhadap publik

guna menciptakan hubungan saling mnguntungkan. Publik yang dimaksud dari

defisini di atas menurut Arens terdapat tujuh kategori publik, yaitu:

(15)

3

Stakeholder-Communities-Media-Government-Investment-Community- Customers.2

Pengertian tersebut tampak bahwa aktifitas public relations berada pada kata manajemen relasi dan komunikasi yang berujung pada terciptanya

hubungan baik dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pencitraan individu

atau perusahaan. Pencitraan yang terbentuk dengan baik akan memberikan

dampak yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan individu

ataupun organisasi. Akan meraih keuntungan dari produk yang dijual karena

memiliki citra yang baik. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap individu

atau organisasi dalam menjalankan bisnis.

Mengenai citra dari suatu organisasi/perusahaan dan bentuk pelayanan

jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh Humas (public relation)

dalam system informasi terbuka pada era globlalisasi serba kompetitif tersebut,

intinya tidak terlepas dari bentuk kualitas jasa pelayanan yang telah diberikan,

nilai kepercayaan dan merupakan “amanah” dari publiknya/stakeholder, serta

goodwill (kemauan baik) yang ditampilkan oleh organisasi/perusahaan bersangkutan.3

Reputasi organisasi/perusahaan di mata masyarakat sangat berpengaruh

terhadap yang dihasilkan oleh organisasi/perusahaan tersebut. Teknologi

informasi sekarang ini memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai

informasi dari berbagai penjuru dunia. Bagan jelas terlihat bahwa pihak

2 Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Teori dan Praktik 2.0: Public Relations di Era Cyber,

(Depok: Gramata Publishing, 2011), 125

3 Rosady Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, (Jakarta: PT

(16)

4

pengambil keputusan strategis dalam sebuah organisasi harus berinteraksi

dengan stakeholdernya melalui fungsi humas yang dimiliki organisasi/

perusahaan. Karena setiap keputusan memiliki konsekuensi pada

stakeholdernya, maka hubungan organisasi dan stakeholdernya akan sangat

tergantung pada konsekuensi apa yang dihasilkan keputusan terhadap

stakeholdernya. Jika baik, akan terwujud hubungan yang baik. Sebaliknya, jika negatif, maka akan tercipta hubungan yang buruk.4

Secara logika, kalau suatu organisasi/perusahaan tengah mengalami

“krisis kepercayaan” dari public/stakeholder, maka akan membawa dampak

negatif terhadap citranya. Bahkan akan terjadi penurunan citra sampai pada titik

yang paling rendah (lost of image).5

Sebaliknya, citra yang jelas dan positif, misalnya citra

organisasi/perusahaan dengan pelayanan yang sangat baik, secara internal

menceritakan nilai-nilai yang jelas dan akan menguatkan sikap positif

public/stakeholder terhadap organisasi/perusahaan.

Dalam manajemen modern, keberhasilan organisasi/perusahaan untuk

memperoleh kepuasaan stakeholder dapat dijadikan indikator keberhsilan

organisasi/perusahaan. Organisasi/perusahaan yang gagal umumnya

mengalami kehilangan kepercayaan dari konsumen, pemerintah, karyawan, dan

dari para unsur stakeholder lainnya.6

4 Aswad ishak dan Setio budi HH, public relation & corporate social responsibility,

ASPIKOM, 2011, hlm. 16.

5 Rosady Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: konsepsi dan

aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Pesada, 2003), 69

6 Rhenald kasali, manajemen public relation : konsep dan aplikasinya di Indonesia, (Jakarta;

(17)

5

EO Satubasa adalah sebuah perusahaan event organizer yang berdiri sejak tahun 2004 sampai saat ini. Perusahaan ini yang dulunya hanya sebuah

perusahaan EO yang menangani seminar, pameran, konser. Tapi saat ini sudah

merambah sampai sudah mempunyai PH (production house), kontraktor, dan

media sendiri. Meskipun demikian, EO satubasa meski sudah pada titik puncak

kesuksesan. Perusahaan ini harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan

stakeholder dan juga bisa disebut membangun relasi dengan stakeholder guna

mempertahankan citra positif dimata public.

Seperti salah satu acara “100 Doraemon Secret Gadget Expo” di

Surabaya yang diadakan PT Berkat Animasi Internasional Indonesia yang juga

dinaungi oleh EO Satubasa, pada acara FunWalk bersama doraemon di

Bungkul, antusiasme masyarakat baik dari Surabaya maupun dari luar Surabaya

untuk mengikjuti acara funwalk ini sangat luar biasa.

Tidak hanya antusiasme dari masyarakat, kepuasaan dari pihak PT

Berkat Animasi Internasional Indonesia juga mengakui berhasilnya acara yang

dinaungi EO Satubasa. Itu tandanya ada nilai positif bagi Eo Satubasa guna

mempertahankan citra positif perusahaan dimata stakeholder, dan juga media

seperti yang diberitakan pada media online beritaSATU.

Citra perusahaan tidak selamanya mendapatkan citra yang positif

dimata public. Karena SATUBASA adalah perusahaan yang bersifat jasa dan

juga bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai support kebutuhannya, SATUBASA pernah mendapatkan ketidakcocokan client atas service yang

(18)

6

logo asli, performance band yang tidak memuaskan client, pengerjaan booth pameran yang kurang rapi, dll. Akan tetapi perusahaan tidak akan diam saja,

perusahaan akan selalu bertanggung jawab atas kesalahan dan ketidak cocokan

yang terjadi, sampai client merasa puas dengan service yang telah diberikan

perusahaan.

Iwan Awaluddin Yusuf dalam tulisanannya Pentingnya Media Relations bagi sebuah lembaga menjelaskan panjang lebar tentang media

relations. Bagi Iwan, menjalin dan menjaga hubungan dengan media

merupakan cara yang efektif untuk membangun, menjaga dan meningkatkan

citra atau reputasi organisasi di mata stakeholder. Media relations sangat penting artinya sebagai wujud komunikasi dan mediasi antara suatu lembaga

dan publiknya. Di sisi lain, fungsi media relations yang berjalan baik sangat

bermanfaat bagi aktivitas lembaga karena pihak media memberi perhatian pada

isu-isu yang diperjuangkan. 7

Dengan demikian stakeholder dalam perushaan EO satubasa sangat penting, dengan tetap menjalin hubungan baik dengan stakeholderlah bisa membangun reputasi perusahaan dan yang diharapkan juga bisa

mempertahankan citra positif dihadapan public atau stakeholder. Berdasarkan

pemaparan di atas maka peneliti mengambil judul “Peran Stakeholder dalam

Membangun Citra Perusahaan EO SATUBASA”.

7 Fitriana Utami Dewi, Public Speaking: Kunci Sukses Bicara di depan Publik. (Yogkakarta:

(19)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat ditarik

suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu, bagaimana proses komunikasi

dengan stakeholder dalam membangun citra di perusahaan EO Satubasa?

C. Tujuan penelitian

Berpijak pada latar belakang dan fokus penelitian diatas, adapun tujuan

yang ingin dicapai peneliti sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah

diatas yaitu, untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi stakeholder

dalam membangun citra diperusahaan EO Satubasa.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat.Manfaat tersebut bisa

bersifat teoritis dan praktis.Untuk penelitian kualitatif, manfaat penelitian lebih

bersifat teoritis yaitu untuk pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak

manfaat praktisnya untuk memecahkan masalah.8 Ada beberapa manfaat dari

penelitian ini, yaitu:

1. Segi Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi

bidang keilmuwan pada bidang ilmu komunikasi khususnya dibidang

peranan stakeholder dalam membangun citra perusahaan.

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,

(20)

8

2. Segi Praktis

Dari penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan memperluas

pengetahuan dan wawasan yang luas serta mendalaminya, khususnya dalam

bidang public relation.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penyusunan penelitian tidak lepas dari adanya penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan, sehinga dpat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian yang disusun oleh

peneliti.

Sepanjang pengetahuan peneliti, kajian yang membahas “Peran

Stakeholder dalam membangun Citra Perusahaan EO Satubasa” belum pernh

ada yang mengkajinya, kalaupun adaa, hasil penelitian terdahulu yang mengkaji

mengenai penelitian kualitatif dengan objek yang berbeda atau berbeda

pendekatannya. Terdapat penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan yaitu:

Pertama skripsi dari Rizkiyah Purnama Ptri mahasiswa dari Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo yang berjudul “Peranan

Stakeholder dalam Implementasi Permendiknas no 41 tahun 2007 dalam

Bidang Study PAI di SMK WAHID HASYIM PONOROGO”. Dalam

penelitian ini Rizkiyah Purnama Putri ingin mengetahui Peranan Stakeholder

dalam Implementasi Permendiknas no 41 tahun 2007 dalam Bidang Study PAI

di SMK Wahid Hasyim Ponorogo. Perbedaannya dalam penelitian Rizkiyah

Purnama Putri memfokuskan pada Implementasi Permendiknas no 41 tahun

(21)

9

peneliti memfokuskan kepada citra yang dibangun dalam EO satubasa.

Sedangkan persamaannya sama-sama meneliti tentang peran stakeholder.

Dalam penelitian Rizkiyah Purnama Putri ditemukan hasil dari penelitiannya

adalah (1). SMK Wahid Hasyim Ponorogo mempunyai presepsi yang positif

terhadap Permendiknas no 41 tahun 2007. (2). Sejumlah permasalahan yang

dihadapi stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo terhadap penerapan Permendiknas no 41 tahun2007 terhadap standar proses kegiatan sekolah. (3).

Stakeholder SMK Wahid Hasyim Ponorogo mengambil langkah-langkah kongkrit.

Kedua skripsi dari Mario Marshallyous Sibuea mahasiswa Universitas

Sebelas Maret, dengan judul “Analisis Peran Stakeholder dalam Pelaksanaa

Kebijakan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Karanganyar”. Dalam penelitian

ini Mario Marshallyous Sibuea menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Perbedaannya cukup jelas, dalam penelitian Mario Marshallyous

Sibuea objeknya ialah dalam pelaksanaa kebijakan ruang terbuka hijau di

Kabupaten Karanganyar, sedangkan peneliti menggunakan objek dalam

membangun citra peusahaan EO satubasa. Adanya perbedaan juga ada

persamaan, persamaan penelitian yang dilakukan Mario Marshallyous Sibuea

dengan peneliti ialah sama-sama meneliti peran stakeholder. Dalam penelitian

Mario Marshallyous Sibuea ditemukan hasilnya ialah Peranan yang dilakukan

(22)

10

Organisasi masyarakat sebagai stakeholders penunjang yang menjadi perantara dalam proses pelaksanaan kebijakan ruang terbuka hijau (RTH).

F. Definisi Konsep

Untuk memperjelas karakter penilaian perlu kiranya peneliti

mendeskripsikan konsep-konsep yang judul penelitian agar tidak terjadi kesalah

fahaman pembaca di dalam mengartikan judul proposal, maka definisi konsep

dari judul “Peran Stakeholder Dalam Membangun Citra Perusahaan EO

Satubasa” sebagai berikut :

1. Peran Stakeholder

Peran adalah orang yang menjadi atau melakukan sesuatu yang

khas, atau “perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dimasyarakat. Jika ditujukan pada hal yang bersifat kolektif

didalam masyarakat seperti himpunan, gerobolan, atau organisasi maka

peran berarti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi

yang berkedudukan didalam sebuah masyarakat. Peran memiliki aspek

dinamis dalam kedudukan (status) seseorang.9

Sedangkan istilah stakeholder sudah sangat populer. Kata ini telah

dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagai ilmu atau

konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumber

daya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik telah

menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses

(23)

11

pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder

sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang

terkait dengan suatu issu atau suatu rencana.10

Stakeholder adalah setiap kelompok yang berada didalam maupun

diluar perusahaan yang mempunyai peran penting dalam menentukan

keberhasilan suatu perusahaan. Stakeholder bias berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya dalam perusahaan.11

Secara umum, stakeholder dapat dikelompokkan menjadi dua

bagian, yakni stakeholder internal dan stakeholder external. Unsur dari

stakeholder internal antara lain yaitu pemegang saham, manajer/top eksekutif, karyawan beserta keluarganya. Sedangkan yang masuk dari unsur

stakeholder external antara lain yaitu konsumen, pemasok, peyalur, bank,

pemerintah, pers, dan lembaga swadaya masyarakat.

Peran stakeholder sangat penting apalagi dalam membangun citra

perusahaan, salah satunya ialah tetap menjaga hubungan baik yang telah

ada, menjaga komunikasi yang baik, dan menjaga kepercayaan. Dari situlaj

peraan stakeholder sangat penting dalam membangun citra perusahaan agar

bisa mempertahankan citra yang positif dihadapan publik.

2. Citra Perusahaan

Citra adalah tujuan umum, dan sekaligus merupakan reputasi dan

prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan)

10 http://www.suarapublik.org/Artikel/stakeholder.htm

11 Rhenald kasali, manajemen public relation : konsep dan aplikasinya di Indonesia, (Jakarta;

(24)

12

atau public relation. Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bias dirasakan dari

hasil penilaian baik atau buruk, seperti penilaian dan tanggapan baik positif

maupun negatif yang khususnya datang dari public (khalayak) dan

masyarakat luas pada umumnya atau stakeholder. 12

Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara

keseluruhan jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya jasa. Citra

perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat

meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat

hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang

keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang

baik, dan sebagainya.13

Penilaian atau tanggapan masyarakat akan dapat berkaitan dengan

timbulnya rasa hormat (respek), kesan-kesan yang baik dan menguntungkan

terhadap suatu citra lembaga/perusahaan atau produk barang dan jasa

pelayanannya yang diwakili oleh pihak humas. Biasanya landasan citra itu

berakar dari “nilai-nilai kepercayaan” yang kongkretnya diberikan secara

individual, dan merupakan pandangan atau presepsi. Proses akumulasi dari

amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh individu-individu tersebut

12 Elvinaro ardianto, public relation: pendekatan praktis untuk menjadi komunikator, orator,

presenter dan juru kampanye yang handal, (bandung, widya padjajaran, 2008), 131

13 M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi kehumasan: Serta Aplikasinya di Indonesia (Jakarta:

(25)

13

akan mengalami suatu proses cepat atau lambatuntuk membentuk suatu

opini public yang lebih luas, yaitu sering dinamakan citra (image).14

G. Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Dari kerangka pikir diatas dapat diketahui peran stakeholder sangat

penting bagi membangun citra sebuah organisasi/perusahaan, dengan

menggunakan Model Two Way Symmetrical diharapkan mampu memecahkan

dan menghindari masalah yang terjadi, sehingga mampu berkomunikasi secara

strategis dengan para pemangku kepentingan untuk mendukung citra yang

diinginkan dan mencegah yang tidak diinginkan. Sehingga akan tercipta

hubungan yang baik (good relation) antara organisasi/perusahaan dengan

14 Rosady Ruslan, SH, MM, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: konsepsi

dan aplikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Pesada, 2003), 69

Komunikasi Organisasi

Client

Peran Stakeholder

Perusahaan

Teori Manajemen Citra Organisasi

Good Relations

(26)

14

stakeholder. Dengan hubungan yang baik itu harapan yang akan dicapai organisasi/perusahaan adalah citra yang positif untuk EO satubasa.

1. Teori Model Dua Arah Simetris ( Model Two Symmetrical )

Dalam kaitannya dengan peran stakeholder yang dijalankan oleh

perusahaan dengan client, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori model Two Way Symmetrical yang dipaparkan oleh James Grunic sebagai bentuk pendektan yang dilakukan oleh perusahaan.

Model Two Way Symmetrical adalah model komunikasi Public Relations dua arah Symmetris dilakukan dengan komunikasi jujur dua arah,

saling memberi dan saling menerima, saling menghargai, focus pada

kesamaan pemahaman antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

Negoisasi dan kemauan untuk melakukan adabtasi dan kompromi adalah

element yang penting dalam proses ini. Hal ini memerlukan partisipasi

perusahaan dalam akifitas Public Relations dengan bersedia melakukan

penyesuaian-penyesuain dalam operasionalisasi perusahaan, sehingga bisa

mengakomodasi public.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian sangatlah penting, karena berhasil tidaknya

tergantung ketelitian dalam menentukan metode yang dilakukan. Titik tolak

penelitian bertumpu pada minat untuk mengetahui masalah atau fenomena

social yang timbul karena berbagai rangsangan, dan bukanlah pada metodologi

(27)

15

penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga reliabilitas dan validalitas

hasil penelitian.15

Berikut metode yang dilakukan:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

berbasis studi kasus, yaitu penelitian yang di maksud untuk memahami

tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi dan tindakan, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.16

Penyajian data dari penelitian ini menggunakan format deskriptif

yaitu dengan tujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi,

berbagai situasi atau berbagai fenomena yang timbul di masyarakat yang

menjadi obyek penelitian itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai

suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena

tertentu.17

Adapun jenis penelitiannya menggunakan kualitatif. Penelitian jenis

ini menggunakan data-data berupa kata-kata, gambar bukan dari

angka-angka dan semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti.18

15 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke arah Ragam

Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 42.

16 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (bandung, remaja rosdakrya, 2006), 6 17 Burhan, Bungin, metode Penelitian social, (Surabaya, Airlangga Unniversity Press, 2001),

48

(28)

16

Penelitian ini membutuhkan pendekatan yang cukup signifikan

untuk menemukan jawaban yang akan diteliti oleh peneliti, dan berusaha

menggali data dan informasi, melakukan partisipasi dilapangan dengan

informan agan mendapat kefalitan data yang akan dijadikan bahan kajian

untuk memperdalam fenomena yang terjadi perusahaan EO satubasa.

Tetapi, peneliti cenderung menggunakan metode penelitian

kualitatif, karena dengan penelitian ini peneliti mampu melakukan

pendekatan secara mandala terkain judul yang diangkat, sehingga mampu

menggali jawaban dari rumusan masalah yang ada. Oleh karena itu, peneliti

melakukan pendekatan kepada informan agar dapat ikut berpartisipasi

menggali data.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

Dalam pnelitian kualitatif informan biasa disebut dengan subjek

peneliti. Subyek dari penelitian ini adalah pimpinan dari perusahaan

yaitu Bapak Eric Herman Yudha sebagai manajer project I, beserta

karyawan perusahaan yaitu Bapak Yos Novembrianto sebagai manajer

project II dan juga karyawan tetap, dan Bapak Binawan Adiartanto

sebagai karyawan freelance. Ada juga kelompok-kelompok yang ada

diluar perusahaan yang juga berkepentingan didalam perusahaan yaitu

Ibu Ajeng Pradina Nabilla yang dimana salah satu client dari PT. Berkat

(29)

17

b. Obyek Penelitian

Sesuai dengan judul yang menjadi obyek penelitian ini adalah

peran stakeholder. Khususnya pada peran stakeholder dalam membangun citra positif pada perusahaan EO SATUBASA.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat pada Jl. Prapen indah 1 blok A

no 18 Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.19

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jenis dan

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.

Selebihnya adalah tambahan seperti dokumen-dokumen dan lain-lain. Data

dalam penelitian kualitatif, informan memiliki peran yang sangat penting

untuk membantu penggalian data. Dari data-data yang ada dapat

membentuk proposisi-proposisi, dari situ dapat menemukan hipotesis.20

Kata-kata dan tindakan akan digunakan dalam wawancara dengan

informan. Sehinggan tidak hanya mendapatkan kata-kata dari informan, tapi

juga mengetahui tingkah laku informan, hal ini akan memperjelas dan

19 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007).

Hal. 157.

20 Drs. Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung, PT Remaja

(30)

18

mempertegas perkataan. Selain itu, tindakan juga dapat digunakan dalam

pengamatan lapangan, sehingga mendapat data yang lebih lengkap.

Untuk keakuratan data, dalam penelitian ini sumber data dibagi

menjadi dua, antara lain adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data

pertama atau tangan pertama dilapangan. Data primer merupakan data

pokok dari penelitian ini yakni data yang diperoleh secara langsung dari

penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.21

Data primer diperoleh dari informasi yang diberikan kepada

informan yang bersangkutan. Misalnya, pernyataan yang dikemukakan

dari pihak perusahaan, karyawan-karyawan, dan juga clien-clien atau

masyarakat dari perusahaan itu sendiri.

Dalam hal ini data yang diambil adalah bagaimana cara

perusaahn membangun relasi dengan para stakeholder untuk membangun citra positif perusahaan.

21 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja

(31)

19

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau

ketiga. Data sekunder dikenal juga sebagai data-data pendukung atau

pelengkap data utama yang digunakan oleh peneliti.22

Data sekunder merupakan jenis data yang bias berupa

dokumentasi, grafik yang dilakukan oleh peneliti. Data ini sebagai

pelengkap atau pendukung dari data utama yang telah diperoleh oleh

peneliti berupa dokumentatif yang dihimpun dari sebuah situasi sosial.

4. Tahap-tahap Penelitian

Untuk melakukan penelitian kulitatif, perlu mengetahui tahap-tahap

yang akan dilalui peneliti dala proses penelitiannya. Tahap-tahapnya antara

lain sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra-lapangan peneliti sudah membaca masalah

menarik untuk diteliti dan peneliti telah memberikan pemahaman bahwa

masalah itu pantas dan layak untuk diteliti. Kemudian peneliti juga telah

melakukan pengamatan terkait dengan masalah yang diteliti.

Pada tahap pra-lapangan ini ada enam kegiatan yang harus

dilakukan oleh peneliti kualitatif, yang mana dlam tahapan ini ditambah

22 Prof. Dr. Mukhtar, M.pd, Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta Selatan:

(32)

20

satu petimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian

lapangan.23 Sedangkan kegiatan tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1) Menyusun rancangan, peneliti akan menjabarkan tersendiri

rancangan penelitiannya secara detai, agar dapat dijadikan sebagai

patokan oleh peneliti kualitatif.

2) Mengurus surat perizinan, dalam hal ini peneliti mengurus surat

perizinan penelitian dibagian Progam Prodi Ilmu Komunikasi dan

akan diajukan kepada pimpinan pihak perusahaan yang akan diteliti.

3) Mengurus perizinan penelitian, pertama-tama yang perlu diketahui

oleh peneliti ialah siapa saja yang berwewenang memberikan izin

pelaksanaan penelitian.

4) Menjajaki dan menilai lokasi penelitian, tahap ini baru pada tahap

orientasi lapangan, belum pada pengumpulan data yang sebenarnya.

5) Memilih dan memanfaatkan informan.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian, peneliti harus menyiapkan

segala macam perlengkapan, tidak hanya menyiapkan fisik saja,

tetapi juga menyiapkan perlengkapan seperti alat tulis, tape recorder

pada saat wawancara kepada informan.

7) Etika penelitian, hal ini merupakan hal yang penting dalam

melakukan penelitian, karena jika peneliti tidak dapat menjaga

etikanya maka bias berpengaruh kepada instansi yang dibawanya.

23 M. Djuanaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:

(33)

21

Dan menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang berada pada

tempat melakukan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini merupakan tahap kelanjutan dari tahap sebelumnya

yang merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini peneliti masuk

pada proses penelitian dan mengurusi hal-hal penting yang berkaitan

dengan penelitian. Pertama peneliti harus mengurus proses perizinan.

Karena ini merupakan prosedur wajib bagi seorang peneliti. Setelah itu

barupeneliti melakukan pencarian data yang sesuai dengan fokus

penelitiannya. Baik data primer dan data sekunder peneliti peroleh

dengn cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

c. Tahap Analisis data

Pada tahap ini, peneliti telah mendapatkan data yang

sebanyak-banyaknya. Selanjutnya dilakukan proses pemilihan data yang

disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian. Karena dalam proses

pencarian data tidak semuanya sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Walaupun data telah mencukupi, data atau informasi harus dioleh atau

diproses agar menjadi informasi yang bermakna.

Mengolah data memerlukan ketelitian dan kecermatan tersendiri

dari peneliti/analisis. Dalam setiap pemrosesan data pasti terdapat

(34)

22

disederhanakan ini dapat ditafsirkan, dan selanjutnya ditrij

kesimpulan.24

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan adalah tahap akhir dari pelaksanaan

penelitian. Setelah semua komponen-komponen terkit dengan data dan

hasil analisis data serta mencapai suatu kesimpulan. Peneliti mulai

menulis laporan penelitian kualitatif. Penilisan laporan penelitian

disesuaikan dengan metode dalam penulisan penelitian kualitatif

dengan tidak mengabaikan kebutuhan peneliti dengan kelengkapan

data.

5. Teknik Pengumpulan data

a. Pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan adalah setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran, dalam arti sempit, pengamatan yang dilakukan

dengan menggunakan panca indera dengan tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan.25

Peneliti dapat memberi gambaran secara umum mengenai fokus

penelitian. Peneliti melakukan observasi ini dengan cara melibatkan diri

menjadi bagian dari organisasi atau perusahaan yang telah diamati

peneliti, melalui teknik partisipasi peneliti akan mendapatkan data yang

relative akurat dan lebih banyak, karena peneliti secara langsung

24 Dr, Suwartono, M.Hum, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset,

2014), 80

25 DR. Mahi M. Hikmat, Metodologi Penelitian: Dalam Prespektif Ilmu Kmunikasi dan

(35)

23

mengamati perilaku dan kejadian atau peristiwa dalam lingkungan

tersebut.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil.26

Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan respondeen atau orang yang diwawancarai

dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.27

Menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya “Metodologi Research

menjelaskan bahwa interview dapat dipandang sebagai metode

pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan

dengan sistematis dan berlandaskan pada suatu penyelidikan.28

Melalu metode ini peneliti bermaksud dapat menggali data

secara luas yang bersifat informasi tentang hal-hal yang berkaitan

dengan rumusan masalah dalam penelitian yang diteliti peneliti. Namun

sebelum melakukan wawancara peneliti harus menyiapkan daftar

pertanyaan sebagai kerangkan agar tidak melenceng dari tujuan peneliti.

26 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta,

2008), 138

(36)

24

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.29

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat

dibedakan menjadi dua, dokumen primer yang merupakan tulisan

langsung oleh seseorang yang mengalami peristiwa bersangkutan.

Kedua, dikumen sekunder yang merupakan tulisan dari cerita orang

lain.30

6. Teknis Analisis Data

Menurut Patton (1980: 268) dalam bukunya Lexy J Moleong dalam

bukunya yang bejudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” analisis data

adalah proses untuk mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam

suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar.31

Dari pengertian tersebut bahwa analisis data ini berfungsi sebagai

pengatur antara urutan data yang diperoleh oleh peneliti dan

mengorganisasikan kedalam satu pokok bahasan dan menjadikan hal-hal

penting menjadi sebuah uraian. Teknik analisis dalam penelitian ini

dilakukan setelah data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

29 Suharsini arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta. PT. Asdi Mahasatya, 2006), 231 30 Irwan Soehatono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), 70 31 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),

(37)

25

Analisis deskripsi ini bertujuan untuk memberikan diskripsi

mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok.

Analisis diskripsi ini sangat penting karena mengingat pendekatan yang

digunakan oleh peneliti yaitu penelitian kualitatif, yang dalam penelitian ini

peneliti berpartisipasi atau ikut serta dengan objek penelitian. Karena

adanya informan sebagai sumber informasi yang harus digali dan didekati

guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai data

deskriptif sebagai hasil penelitian.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Ada beberapa cara yang dilakukan peneliti yang berkaitan dengan

pengumpulan data, terutama yang mencakup masalah pengujian keabsahan

data.

Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan

agar data yang diperoleh memiliki nilai keaslian data. Adapun teknik yang

digunakan antara lain :32

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan dilakukan peneliti guna berorientasi

dengan situasi, sekaligus guna memastikan apakah konteks ini mudah

difahami.

b. Ketekunan Pengamatan

32 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta:

(38)

26

Hal ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar data untuk keperluan pengesahan

atau sebagai pembanding terhadap data itu.

d. Pemeriksaan Sejawat melalui diskusi

Teknik ini bermanfaat didalam membentuk kepercayaan, hal ini

merupaka proses menunjukkan dii sendiri kepada teman-teman peneliti

yang merasa tidak menarik dalam suatu cara membuat pararel

pembahasan analisis dan untuk menyelidiki aspek-aspek dari inkuri.

I. Sistematika Pembahasan BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang

diteliti, menjawab pertanyaan what, kegunaan penelitian serta alasan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri dari latar belakang masalah,

fokus penelitian (rumusan masalah), tujuan penelitian, manfaat dan sistematika

pembahasan.

BAB II: KERANGKA TEORITIS

Pada bab ini menguraikan penjelasan tentng kerangka teoritik yang

(39)

27

yang relevan yang mendukung terkait dengan permasalahan sehingga dapat

dijadikan acuan.

BAB III: PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi tentang gambaran singkat tentang apa peran stakeholder

dalam membangun citra perusahaan EO satubasa.

BAB IV: ANALISIS DATA

Pada bab ini membahas temuan peneliti dalam melakukan penelitian

dan menganalisis data konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V: PENUTUP

Bab ini merupkan bab terakhir dari seluruh bab dengan isi kesimpulan

dan saran. Dengan kesimpulan berisi tentang pokok permasalahan yang

tersusun dengan benar. Selanjutnya adalah merupakan saran terhadap pokok

(40)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka 1. Stakeholder

Keberlangsungan dan kesuksesan dalam suatu organisasi sangat

tergantung dengan para pihak-pihak yang terkait yaitu stakeholder. Pada

saat krisis menyerang perusahaan/organisasi, pengelolah hubungan dengan

para stakeholder memegang peranan sangat penting. Kesalahan dalam

mengelolah hubungan dengan stakeholder pada saat krisis akan berakibat buruk pada suatu perusahaan/organisasi.

Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public

Relation, stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam

maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan

keberhasilan suatu peruahaan. Stakeholder bias berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.1

Stakeholder sendiri merupakan sebuah frasa yang terbentuk dari

dua buah kata, yaitu “stake” dan “holder”. Secara umum, kata

stake”dapat diterjemahkan sebagai “kepentingan”, sedangkan kata

holder” dapat diartikan sebagai “pemegang”. Jadi seperti yang telah

diungkapkan diatas, stakeholder artinya adalah pemegang kepentingan.2

Secara garis besar konsep stakeholder dapat didefinisikan sebagai berikut

1 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relation: konsep dan aplikasinya di Indonesia,

(Jakarta ; pustaka utama graffiti, 1994), 63

(41)

29

“individu atau organisasi atau kelompok baik profit maupun non profit

yang memiliki kepentingan dengan perusahaan sehingga dapat

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan”.

Secara umum stakeholder dikelompokkan menjadi dua bagian,

yaitu stakeholder internal dan stakeholder eksternal.

2. Stakeholder internal

Stakeholder internal adalah public yang berada didalam ruang

lingkup perusahaan/organisasi.3Stakeholder internal relative mudah untuk dikendalikan dan pekerjaan untuk komunikasi intern bias diserahkan

kepada bagian lain seperti bagian kepegawaian, atau dirangkap langsung

oleh eksekutif puncak. Unsur-unsur stakeholder internal terdiri dari : a. Pemegang saham : atau bias dibilang pemilik perusahaan yang

mempunyai kekuasaan sangat besar.

b. Manajer dan Top Executive : mnajer berada dibawah kendali pemilik,

hanya dengannkapasitas yang memadailah seorang manajer dapat

tampil secara otonom dalam mengelolah perusahaan.

c. Karyawan : orang-orang yang di dlam perusahaan yang tidak

memegang jabatan structural.

d. Keluarga karyawan

3. Stakeholder eksternal

3 Elvinaro Ardianto, public relation: pendekatan praktis untuk menjadi komunikator,

(42)

30

Stakeholder eksternal adalah mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan, dan berada diluar perusahaan. Misalnya :

a. Konsumen : raja yang mempunyai hak untuk memilih barangnya

sendiri konsumen sangat diperebutkan oleh banyak produsen

b. Pemerintah : penentu kebijakan, sedikit sekali produsen yang bias

membujuk pemerintah untuk mengeluarkan peraturn yang

menguntungkan baginya.

c. Penyalur : ia menyalurkan barang-barang yang dikehendaki konsumen.

d. Pers : media yang mana sangat berpengaruh pada masyarakat.

e. Komunitas : masyarakat yang tinggal, hidup, dan berusaha di sekitar

lokasi suatu perusahaan.

Pada dasarnya setiap stakeholder memiliki kebutuhan yang

berbeda, kecuali dalam hal pelayanann, dimana semua stakeholder

memiliki kebutuan yang sama, yaitu mengharapkan mereka dilayani

secara jujur, terbuka, penuh tanggung jawab, wajar, berkualitas, dan adil.

Para pengelolah perusahaan harus bias bersikap professional untuk

memberikan yang terbaik buat kepentingan para stakeholdernya.

a. Fungsi dan Tujuan Stakeholder

Memahami uraian diatas dapat dipahami bahwa stakeholder

dalam perusahaan adalah berbagai pihak yang memiliki hubungan

langsung maupun tidak langsung dengan sukses tidaknya proses

perusahaan berlangsung. Pihak-pihak tersebut antara lain, pemilik,

(43)

31

Ketika berbicara tentang stakeholder, setiap perusahaan harus mampu menciptakan perusahaannya lengkap dengan segala sistem,

perangkat, dan atribut yang dapat memenuhi harapan masyarakat pada

umumnya dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

tersebut. Dengan kata lain, perushaan tidak bias berjalan sendiri

“egois”. Perusahaan harus mampu menjalin komunikasi, hubungan

dan jaringan dengan berbagai pihak untuk mendukung mensukseskan

tujuan dan idealitas perusahaan yang diharapkan.

Ditinjau dari sisi fungsi keberadaan stakeholder nyaris sama

dengan fungsi pemimpin. Dengan demikian stakeholder juga harus mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk mewujudkan

tujuan dan idealitas yang diharapkan dalam sebuah perusahaan.

b. Hubungan Perusahaan dengan Stakeholder

Bentuk hubungan antara perusahaan dengan stakeholder yang

terjadi dimasing-masing perusahaan akan berbeda satu dengan yang

lain, tergantung perusahaan itu sendiri bagaimana mereka membangun

hubungan dengan para stakeholdernya. Hubungan perusahaan yang

tidak beretika biasanya cenderung merugikan para stakeholder. Hal ini disebabkan, para professional yang mengelolah perusahaan tersebut

tidak memiliki intregitas dan niat yang baik pada stakeholder secara keseluruhan.

Seorang pengelolah bisnis atau sebuah perusahaan pasi

(44)

32

dirinya dan para pemangku kepentingan dalm sebuah perusahaan

tersebut. Keuntungan yang maksimal ini sangat tergantng dari loyalitas

stakeholder kepada persusahaan. Khususnya pelanggan, pemasok, dan karyawan. Dan pada dasarnya setiap stakeholder meliliki kebutuhan

yang bberbeda, kecuali dalam hal pelayanan. Dimana para stakeholder

mengharapkan hal yang sama, yaitu dilayani dengan penuh tanggung

jawab, berkualitas, tidak mengecewakan, jujur, dan adil.

Model hubungan antar stakeholder ini mengandung pengertian adanya sifat saling menghargai akan masing-masing kepentingan

dengan tidak mendminasi satu dengan lainnya sebagai suatu system

yang berfungsi.4

Seperti halnya hubungan perusahaan dengan karyawan,

karyawan juga termasuk stakeholder internal. Karyawan dalam suatu perusahaan bias dilibatkan penuh dalam penganbilan keputusan pada

masa berjalannya sebuah perusahaan dibandingkan dengan pemilik

perusahaan sekalipun, sebagai contoh bhwa dalam pengambilan

keputusan pemilik saham akan kurang berbicara dibandingkan dengan

karyawab berkenaan dengan pengambilan keputusan mengenai

jalannya perusahaan.5

Berdasarkan atas pandangan dari perusahaan yang hidup dalam

masyarakat dan idea bertumpu pada anggapan bahwa

4 Bambang Rudito & Melia Famiola, CSR corporate social responsibility, (Bandung,

Rekayasa Sains, 2013), 176-177

5 Bambang Rudito & Melia Famiola, CSR corporate social responsibility, (Bandung,

(45)

33

perusahaan mempunya hubungan dengan stakeholder mereka secara aktif dan pasif. Hubungan perusahaan dengan stakeholder dilihat

sebagai hubungan yang mengalami perkembangan, dan hubungan

tersebut diatur secara kontrak baik implisit maupun eksplisit.

Kontrak-kontrak ini sering tidak disebutkan dan tidak terarah pada negoisasi

yang sedang berjalan, khususnya pada bagian apa harapan yang akan

diperoleh dari hubungan ini dan apa yang akan diterimah dari

hubungan ini.

Hubungan manusiawi (human relation) adalah salah satu

kegiatan internal public relation dalam sebuah perusahaan yang menitikberatkan kepada hubungan yang bersifat manusiawi. Dengan

kata lain hubungan ini merupakan usaha untuk menciptakan hubungan

yang manusiawi antara perusahaan dengan para stakeholdernya. Tujuan dari hubungan manusiawi ini adalah menumbuhkan

kepercayaan pada diri public karyawan terhadap masalah yang

dihadapinya melaluli cara bimbingan ( public relation counseling).6 Kemudian dalam situasi kerja, melalui hubungan manusiawi

ini, perusahaan harus mampu menciptakan kondisi seperti berikut :

1) Rasa kesejahteraan diantara perusahaan dengan para

stakeholdernya.

2) Rasa kesetiakawanan diantara perusahaan dengan stakeholdernya. 3) Rasa ketentraman dalam bekerja diantara para stakeholder.

(46)

34

Hubungan-hubungan antar stakeholder disinilah dilihat dan

diumpamakan sebagai suatu aliran dalam dalam

organisasi/perusahaan. Seperti halnya sebuah entitas yang berada

dalam hubungan simbolik pada sebuah lingkungan, seperti itulah yang

dilakukan perusahaan. Hubungan stakeholder menyediakan energy, informasi, dan sumber daya yang penting dalam kehidupan. Dalam

hubungan ini perusahaan menciptakan hubungan modal social, modal

intelektual, modal lingkungan, dan modal finansial dan

keseluruhannya adalah untuk upaya jangka panjang yang

berkelanjutan (sustainability) dan juga pertumbuhan.7

c. Saling Ketergantungan Antara Stakeholder

Dalam sebuah perusahaan terdapat saling ketergantungan

antara stakeholder dengan lainnya. Karena saat ini stakeholder tidak hanya terbatas pada mereka para pelaku dalam perusahaan saja, tetapi

stakeholder juga mencakup pada pihak luar seperti masyarakat sekitar dan pemerintah.

Dalam realitanya, maanusia adalah makhluk social, maka

mereka tidak bias hidup sendiri atau mereka butuh orang lain dalam

menjalankan aktivitas sehari-harinya. Kenyataan ini pula yang juga

menunjukkan dalam suatu organisasi/perusahaan, dimana stakeholder

juga memiliki ketergantungan dengan lainnya. Saling ketergantungan

inilah merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, dan saling

7 Bambang Rudito & Melia Famiola, CSR corporate social responsibility, (Bandung,

(47)

35

ketergantungan ini mencakup hubungan dan pengaruh para pemangku

kepentingan. Perusahan juga termasuk sebagai stakeholder, maka dari

itu perusaahan juga saling ketergantungan tehadap stakeholder

lainnya.

Pola saling ketergantungan ini terjadi atas dasar adanya

kepentingan dan kekuasaan para stakeholder. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Kepentingan dari setiap pemangku kepentingan itu berbeda-beda

2) Kekuatan kekuasaan dari setiap pemangku kekentingan jug

berbeda-beda. Artinya kekuasaan tidak dapat hany berpusat hanya

pada satu stakeholder saja melainkan kepada masing-masing

stakeholder.

3) Terjadi perubahan signifikan dlam kepentingan dan kekuasaan

stakeholder dari waktu ke waktu.

Dari sini kita dapat memahami bahwa adanya

Stakeholder dapat memberikan suatu kontribusi yang baik dalam

menjalankan suatu perusaan dimana perusahaan tersebut juga bergerak

sebagai Stakeholder. Dan stakeholder satu saling membutuhkan atau ketergantungan dengan stakeholder yang lainnya.

(48)

36

Dalam perkembangannya, perusahaan membutuhkan

pengelolan yang spesifik dan terukur, termasuk pengelolaan

reputasinya. Reputasi bagi sebuah organisasi/perusahaan adalah hal

vital, karena hidup dan matinya perusahaan sangat tergantung pada

sejauh mana kemampuan perusahaan mengelolah reputasi baiknya.

Terdapat definisi sederhana tentang reputasi korporat yaitu

penilaian yang dilakukan secara terus menerus oleh stakeholder atas

atribut, lambang, kepemilikan yang berhubungan dengan

organisasi/perusahaan. Masing-masing organisasi/perusahaan akan

mengevaluasi penilaian organisasi/perusahaan dari sudut stakeholder

yang berbeda. Sehingga organisasi/perusahaan memiliki reputasi yang

berbeda diantara masing-masing kelompok stakeholder reputasi

perusahaan dinilai sangat penting karena stakeholder lebih peduli dengan kosep ini. Stakeholder menyadari bahwa image dan brand

perusahaan memiliki pengaruh terhadap mereka. Reputasi organisasi

dalam benak stakeholder memainkan peran penting dalam bentuk perilaku mereka dan proses pembuatan keputusan yang berkaitan

dengan organisasi. Sebagai hasilnya banyak organisasi yang

mempertimbangkan pentingnya pencapaian kualitas reputasi yang

tinggi diantara stakeholder mereka.

Penelitian yang dilakukan Hutton dkk (2001: 255) tentang

peran komunikasi perusahaan disutu orgaisasi, menghasilkan fakta

(49)

37

dalam mengelolah reputasi perusahaan. Dari survey yang dilakukan

ditemukan beberapa peran dari komunikasi peruahaan antara lain

reputasi, mengelolah image dan lain-lain, sebagai peran penting dari

komunikasi.8

Pada dasarnya reputasi organisassi adalah tanggung jawab

setiap anggota organisasi. Sehingga top management dan policy

komunikasinya haruslah seiring dengan reputasi. Sehingga aspek

reputasi menjadi value driven dan diletakkan sebgai agenda utama.

Pentingnya reputasi membuat perusahaan yang menyadari hal

ini berlomba untuk menyakinkan stakeholder akan reputasi yang dimilikinya. Penilaian stakeholder tidak cukup berasal dari asumsi semata, akan tetapi lebih menyeluruh. Stakeholder akan menilai

reputasi dari informasi mengenai aktivitas perusahaan yang mereka

dapatkan dari berbagai sumber, antara lain dari diri mereka, media,

atau pihak lain. Maka, tidak heran perusahaan yang terkena krisis, rela

mengeluarkan dana besar untuk memperbaiki identitas agar reputasi

yang jatuh tidak dibiarkan berlarut.

Sekaligus reputasi yang harus dibangun dan dimulai dari level

top manajemen lebih dulu, sehingga semua stakeholder melihat bahwa

goodwill dan kesungguhan organisasi yang terepresentasikan dalam

diri top manajemen, adalah hal yang layak dipercaya. Berikutnya

reputasi juga berbasis kinerja, bukan berbasis komunikasi saja.

8 Aswad Ishak dan Setio Budi HH, public relation & corporate social responsibility,

(50)

38

Artinya, dengan kinerja yang baik, maka secara tidak langsung

reputasi akan terbentuk dalam melakukan komunikasi ke stakeholder

internal dan stakeholder eksternal, sehingga tidak berbasis pencitraan dan pereputasian semu/semata saja.

4. Citra Perusahaan

Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan hasil yang

hendak dicapai bagi dunia Humas atau public relation. pengertian citra

sendii itu abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bias dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti

penerimaan dan tanggapan positif maupun negative yang khususnya

dating dari public (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umunya.9

Menurut Frank Jefkins, dalam bukunga hubungan masyarakat

(intermasa, 1992) ada beberapa jenis citra yang dikenal dalam dunia

aktivitas hubungan masyarakat (public relation) antara lain :10

a. Citra cermin (mirror image)

b. Citra kini (current image)

c. Citra keinginan (wish image)

d. Citra perusahaan (corporate image)

e. Citra serbaneka (multiple image)

f. Citra penampilan (performance image)

9 Elvinari Ardianto, public relation: pendekatan praktis untuk menjadi komunikator, orator,

presenter dan juru kampanye handal, (Bandung, Widya padjajaran, 2008), 131

10 Rosadi Ruslan, Manajemen public relation dan media komunikas : konsep dan aplikasi,

(51)

39

Dalam hal ini yang dimaksud dengan citra perusahaan (ada pula

yang menyebutnya citra lembaga) adalah citra dari suatu organisasi secara

keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelanannya. Citra

perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat

hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan stabilitas dibidang

keuangan, kualitas produk, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang

baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja, kesediaan turut memikul

tanggung jawab social, dan komitmen mengadakan riset.11

Public relations atau humas juga memiliki kemampuan dalam

membangun citra atau image organisasi yang akan berkontribusi pada

terwujudnya reputasi organisasi atau institusi. Singkat kata, baik buruknya

sebuah organisasi bisnis atau institusi juga dipengaruhi seberapa maksimal

peran humas. George Belch dalam bukunya menyatakan bahwa humas

menggunakan publisitas dalam kegiatan masyarakat, dan aktivitas publik

lainnya, dapat dicoba untuk memperkuat image organisasi yang

bersangkutan. Citra perusahaan merupakan intangible asset (aset yang

tidak tampak) yang sangat bernilai. Selain tidak mudah ditiru, reputasi

dipercaya dapat memikat konsumen dengan lebih efektif pada saat

konsumen menghadapi penawaran menarik. Reputasi meningkatkan

kepercayaan, kredibilitas, profitabilitas, tameng ketika kempetitor masuk,

sekaligus katalisator untuk keluar dari krisis.12

11 Frank Jefkins, public relation, (Jakarta, Erlangga, 2002), 22

12 Fitriana Utami Dewi., Public Speaking: Kunci Sukses Bicara di depan Publik.

(52)

40

a. Citra positif dan negatif

Seorang tokoh popular (public figure) senantiasa menyandang

reputasi yang baik sekaligus yang buruk. Kedua macam citra

bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku yang bersifat positif

dan negatif. Citra Humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni

sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman

atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seyogianya

“dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru

akan mengacaukan. Suatu citra yang sesungguhnya bias muncul kapan

saja, termasuk disaat terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk.

Caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi

penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang

keliru.13

Membangun citra yang positif dari suatu perusahaan tidak

semudah membalikkan telapak tangan. Membangun citra perusahaan

membutuhkan waktu yang lama. Membangun citra bias dilakukan

dengan bemacam-macam strategi, mulai dari menginformasikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan, melakukan kegiatan

media relation sampai melakukan kegiatan-kegiatan CSR (corporate

social responsibility).14

13 Linggar Anggoro, teori & profesi kehumasan : serta aplikasinya di Indonesia, (Jakarta,

PT Bumi Aksara, 2001), 69

14 Aswad Ishak dan Setio Budi HH, public relation & corporate social responsibility,

(53)

41

Jika terjadi citra negatif, mungkin slah satunya disebabkan oleh

pengalaman buruk konsumen. Dalam hal demikian, terdapat masalah

berkenaan dengan kualitas teknis atau fungsional. Jika itu kesalahan

dalam kinerja tidak baik, itu adalah kesalahan dalam berkomunikasi.

Pembentukan citra dan membangun kepercayaan masyarakat

merupakan suatu kegiatan yang sangat komples. Pembentukan citra

dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan bukan sesederhana

membuat gantungan kunci yang diberikan kepada masyarakat sebagai

souvenir. Selain menginformasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

perusahaan, membangun citra perusahaan dan kepercayaan masyarakat

dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan media relation.

b. Perbedaan Citra dengan Reputasi

Citra dan reputasi adalah hal yang berbeda. Citra dapat

diciptakan sedangkan reputasi harus diusahakan atau dicari. Citra juga

mempunyai peran penting dalam mempengaruhi kepuasan konsumen,

selain tentunya kinerja, harga dan availability.

Citra itu dengan sengaja diciptakan agar bernilai positif. Citra

itu sendiri merupakan salah satu asset terpenting dari organisasi, atau

dalam istilah lain disebut favourable opinion. Sebagai suatu lembaga

kepercayaan bagi masyarakat maka citra menjadi lebih penting dalam

situasi organisasi bisnis atau institusi apapun dewasa ini. Suatu

institusi atau organisasi bisnisselalu berusaha untuk menjaga citra yang

(54)

42

Secara spesifik, Uksmara dalam buku strategi baru manajemen pemasaran menjelaskan dengan baik perbedaan citra dengan reputasi

sebagai berikut :15

Citra Reputasi

 Citra adalah suatu yang

dibangun atau diciptakan.  Untuk membangun citra agar

diketahui khalayak seringkali harus membutuhkan biaya besar.

 Citra bersifat cepat berubah karena ketergantungan terhadap pasar.

 Reputasi adalah suatu yang harus dicari dan diusahakan agar terwujud dan diakui.

 Reputasi adalah sebuah aset. Dengan reputasi yang baik sebuah organisasi akan diingat sepanjang waktu.

 Reputasi adalah unsur yang kompleks, terdiri atas kombinasi pelakunya, tindakannya dan pencipta relasi. Oleh karena itu reputasi lebih stabil dan tidak cepat berubah.

[image:54.595.151.501.194.410.2]

Tabel 2.1

Perbedaan Citra dan Reputasi

Karena perbedaan karakter tersebut, untuk membangun citra

dan menghasilkan reputasi yang baik, menurut Usmara dalam buku

Strategi Baru Manajemen Pemasaran, diperlukan media komunikasi yang berbeda:

Citra Reputasi

 Iklan

 Promosi

 Persaingan

 progam tanggung jawab social perusahaan

 penerapan good company

governance  media relation Table 2.2

Media komunikasi yang digunakan citra dan reputasi

Citra organisasi merupakan asset yang tidak tampak yang

sangaat bernilai. Selain tidak mudah ditiru, reputasi dipercaya dapat

memikat konsumen dengan lebih efektif pada saat konsumen

15 Fitriana Utami Dewi., Public Speaking: Kunci Sukses Bicara di depan Publik.

[image:54.595.142.504.195.611.2]
(55)

43

mengalami penawaran yang menarik. Reputasi meningkatkan

kepercayaan, kredibilitas, profitabilitas, tameng ketika competitor

masuk, sekaligus katalisator untuk keluar dari krisis.

B. Kajian Teori

1. Teori Ways Symmetrical (model simet

Gambar

Perbedaan Citra dan ReputasiTabel 2.1
Gambar 3.1 logo EO satubasa

Referensi

Dokumen terkait

Tunas Bola untuk membina hubungan dengan pihak lain dalam membangun citra perusahaan, yakni mengadakan event dengan pihak eksternal, seperti lembaga pemerintahan,

Penelitian dengan judul PERAN DAN FUNGSI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN CITRA PERUSAHAAN SPA DI YOGYAKARTA (Kasus pada Perusahaan Spa Level Menengah di Woman and Woman Spa

Jika jurnal ini membahas mengenai peran public relations dalam membangun citra positif di masyarakat serta menggunakan Coca Cola Pakistan sebagai objek penelitian,

Para informan, mengaku, bahwa begitu mereka melihat kemasan, mereka langsung bisa mengenali merek produk ( familiarity ) dan membangun emosi yang positif akan

Peran stakeholder dalam pengembangan Pulau Samalona menjadi sangat penting karena Pulau Samalona merupakan salah satu wisata bahari yang saat ini sedang populer di

Nwagbara dan Reid (2013:407) mengatakan bahwa perusahaan dapat membangun reputasi dengan melakukan komunikasi CSR melalui saluran yang dapat diakses oleh stakeholder untuk

Untuk itu peran humas dianggap sebagai sarana yang sangat penting untuk dijadikan media dalam membangun citra positif Kwartir Cabang Jakarta Selatan, selain itu peran humas juga menjadi

Berdasarkan uraian strategi public relations dalam membuat kegiatan eksternal di instansi CIM untuk membangun citra perusahaan diatas dari hasil pembahasan penelitian menurut 3 orang