PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1
BANGSAL MOJOKERTO
Lina Izza Mazidah
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail :
linamazidah@mhs.unesa.ac.id
Ika Kurniasari
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail :
ikakurniasari@unesa.ac.id
Abstrak
Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu materi pelajaran. Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia saat ini adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, terutama pada mata pelajaran matematika. Banyak yang beranggapan bahwa matematika sulit dipelajari. Pelajaran yang sulit bagi siswa membuat mereka pasif di dalam kelas, khususnya ketika diberi pertanyaan oleh guru atau disuruh maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal. Selain itu juga membuat siswa cemas dan takut terhadap pelajaran matematika. Salah satu cara untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran atau saat diminta menyelesaikan soal di depan kelas adalah dengan menerapkan teknik pembelajaran Probing Prompting.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran Probing Prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 32 siswa dan kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan jumlah 32 siswa.
Hasil analisis data menunjukkan: Hasil belajar kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata 77 dan kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 68,79. Hasil uji normalitas kelas eksperimen menunjukkan bahwa uji normalitas kelas eksperimen menunjukkan bahwa
χ
h2=
9,64
<
χ
t2=
11,070
dan kelas kontrol menunjukkan bahwaχ
h2=8,59<
χ
t2=11,070
. Artinya distribusi data kedua kelas dinyatakan normal. Hasiluji homogenitas menunjukkan nilai
F
hitung lebih kecil dariF
tabel (1,32¿
1,83), maka data tersebut dinyatakan homogen. Uji hipotesis menunjukkan nilait
hitung lebih besar darit
tabel (2,91>
2,00
¿
, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti terdapatperbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Probing Prompting, Matematika, Garis dan Sudut.
Abstract
Volume 3 No 5 Tahun 2015
passive in the classroom, especially when given the questions by the teacher or told to forward to the next class to resolve the problem. It also make students anxious and afraid of math lessons. One way to make students active learning or when prompted to resolve the matter in front of the classroom is a learning technique by applying Probing Prompting.
This research is experimental research and research design used was the Non-equivalent Control Group Design. The purpose of this research is find out whether the learning technique of Probing Prompting effect on student learning outcomes on the material line and angle for the seventh grade of SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. The sample is used class VII-H as experiment class with a number of 36 students and class VII-G as control class with a number of 36 students.
The result showed: The results of study experiment class an average rating 77 and control class has an average rating 68,79. The result of normality test experimental class, show that
χ
h2=
9,64
<
χ
t2=
11,070
and the control class show thatχ
h2=8,59<
χ
t2=11,070
. It means that data distribution of both class show as normalclass. Homogeneity test result show the calculated F value is smaller than the value of F table (1,32
¿
1,83), so the data is shown homogeneous. Hypothesis testing showedt
count is greater thant
table (2,91
>2,00
¿
, so H0 is rejected and H1 is accepted.Means that there is difference in student learning outcomes significantly between students who receive treatment probing prompting learning techniques with students who did not receive treatment. In conclusion, probing prompting learning techniques effect on student learning outcomes
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2007:33). Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peran paling penting dalam dunia pendidikan karena dari segi waktu yang digunakan, untuk mata pelajaran matematika relatif lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lain. Dari segi pelaksanaan, matematika sudah dikenalkan pada semua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Bahkan pada jenjang pra sekolah seperti TK dan Playgroup sudah mulai dikenalkan dengan matematika, walaupun hanya sekedar mengenal angka 1 sampai 10.
Selain matematika, pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi bangsa yang ingin maju dan berkembang. Menjadi bangsa yang maju dan berkembang adalah impian setiap negara di dunia. Maju dan tidaknya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dengan pendidikan yang matang, suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan tidak mudah diperbudak oleh pihak lain. Peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa.
Masalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia saat ini adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan, terutama pada mata pelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Keswara (2013) berdasarkan data Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS), bahwa pelajaran matematika di Indonesia berada di peringkat bawah. Hal itu ditunjukkan pada hasil skor rata-rata prestasi matematika kelas 8 di Indonesia berdasarkan TIMSS tahun 2011 menduduki peringkat 38 dari 42 negara. Bahkan Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara ASEAN
lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Sependapat dengan data TIMSS, menurut survey yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) (Detik, 4 Desember 2013) bahwa PISA melakukan survey tentang kemampuan siswa dan sistem pendidikan, yang diadakan 3 tahun sekali. Terakhir, survei PISA tahun 2012 lalu yang baru dirilis awal pekan Desember 2013 melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa berusia 15-16 tahun di dunia. Hasil terbaru dari PISA 2013 seperti yang dilansir dalam detikNews bahwa Mendikbud menyatakan hasil survei PISA, Indonesia menempati posisi 64 dari 65 negara. Kurang dari satu persen siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang Matematika.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan kurang minatnya siswa terhadap pelajaran matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (1999:252) bahwa, “dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”. Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa matematika sulit dipelajari.
Volume No. Tahun 2016
menyelesaikan soal di depan kelas. Siswa pasif dikarenakan takut salah dalam
menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan soal di depan kelas. Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, guru sebaiknya mencari cara agar siswa aktif dan mempunyai keberanian menjawab ketika diberi pertanyaan atau diminta mengerjakan soal di depan kelas.
Menurut pandangan konstruktivisme, belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa perlu dibiarkan untuk memecahkan masalah, menentukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri agar mereka benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Silberman (2013:9) mengungkapkan bahwa siswa untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik perlu
“mengerjakannya”, yakni
menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Saat ini banyak teknik pembelajaran yang dapat digunakan guru, tetapi tidak semua teknik pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini bergantung dari karakteristik peserta didik, materi pembelajaran, dan konteks lingkungan di mana pembelajaran berlangsung (Yaumi, 2013:232). Teknik pembelajaran didefinisikan cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan metode secara spesifik dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat siswa aktif saat pembelajaran atau saat diminta menyelesaikan soal di depan kelas adalah dengan menerapkan berbagai teknik pembelajaran yang tepat.
Probing Prompting adalah teknik pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari menurut Suherman (dalam Huda, 2008:6). Pembelajaran probing prompting memungkinkan terciptanya suatu pembelajaran di dalam kelas yang lebih interaktif antara guru dengan siswa maupun siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa adalah pertanyaan yang menuntun siswa untuk memahami konsep dengan sendirinya, sehingga pemahaman konsep siswa akan lebih baik dan lebih optimal. Selanjutnya, siswa mengkonstruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Proses tanya jawab dalam pembelajaran dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif. Siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, karena setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa akan membuat siswa berpikir lebih rasional tentang pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dan mengaitkan pertanyaan-pertanyaan yang datang sehingga timbul pengetahuan baru.
Proses probing prompting dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, sebab ia menuntut konsentrasi dan keaktifan. Perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus selalu siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Dengan teknik pembelajaran probing prompting ini, siswa akan percaya diri saat menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal di depan kelas karena dibimbing oleh guru ketika ia menemui kesulitan.
pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah merupakan aktivitas mental yang membentuk inti berpikir. Untuk membangun gagasan atau membuktikan suatu gagasan dalam matematika diperlukan penalaran, apabila penalaran matematika baik diharapkan hasil belajar yang diperoleh juga baik. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian dilakukan di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto masih menggunakan kurikulum 2006. Berdasarkan kurikulum 2006, bab garis dan sudut ini memuat materi mengenai hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut; sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain; serta cara melukis dan membagi sudut. Peneliti memilih materi ini karena menggunakan materi pada RPP yang telah diterapkan oleh peneliti sebelumnya yaitu pada bab Garis dan Sudut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa apabila diterapkan pada materi garis dan sudut. Dengan judul penelitian “PENGARUH TEKNIK PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANGSAL MOJOKERTO”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto. Sampel yang digunakan yaitu kelas VII-H sebagai
kelas eksperimen dan kelas VII-G sebagai kelas kontrol di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto tahun ajaran 2015/2016. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tes
Tes berupa soal uraian diberikan sebelum kegiatan pembelajaran (tes awal) dan sesudah kegiatan pembelajaran (tes hasil belajar). Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan hasil belajar siswa dalam memahami sub materi hubungan antar sudut. Tes diberikan kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan alat tes yang sama dan hasil pengolahan data digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sampel yang digunakan adalah sampel yang berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat menurut Sugiyono (2012:80-82) adalah sebagai berikut.:
1) Merumuskan hipotesis statistik H0 = sampel berdistribusi normal
H1 = sampel berdistribusi tidak
normal
2) Menentukan taraf signifikan
α
=
0,05
Taraf signifikan
α
=0,05
dipilih karena merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam bidang penelitian sosial yang juga dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti.3) Menentukan jumlah kelas interval
Jumlah kelas
=1+
3,3 log
n
4) Menentukan panjang kelas interval
Panjang kelas
=
data terbesar
−
data terkecil
Volume No. Tahun 2016
5) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus
f
0 = Frekuensi atau jumlahdata hasil observasi
f
h = Frekuensi atau jumlah data yang diharapkan(presentase luas tiap bidang dikalikan dengan n) bidang kurva normal dengan jumlah data observasi (jumlah individumerupakan harga Chi Kuadrat
χ
2¿
) hitung.
8) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Kriteria pengujian
Chi Kuadrathitung
¿
Chi Kuadrattabel,maka data berdistribusi normal Chi Kuadrathitung
¿
Chi Kuadrattabel,maka data tidak berdistribusi normal
Chi Kuadrathitung
¿
Chi Kuadrattabeldengan taraf signifikan
α
=
0,05
. Dalam hal lain H0 diterima jika ChiKuadrathitung
¿
Chi Kuadrattabelb. Uji Homogenitas
Uji homogenitas sampel bertujuan untuk mengetahui homogenitas varians yang diambil atau dengan
2) Menentukan taraf signifikan
α
=0,05
Taraf signifikan
α
=
0,05
dipilih karena merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam bidang penelitian sosial yang juga dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antar variabel yang diteliti.3) Merangkum data seluruh variabel yang akan di uji homogenitasnya 4) Menghitung nilai rata-rata
(
x
)
5) Menghitung nilai(
x
i−
x
)
6) Menghitung nilai
(
x
i−
x
)
27) Menghitung nilai
Σ
(
x
i−
x
)
2x
i : nilai siswax
: mean atau nilai rata-rata kelasn
: jumlah sampels
2 : varians sampel9) Menghitung nilai
F
digunakan rumus:F
hitung=
varians terbesar
variansterkecil
Membandingkan nilai
F
hitungdengan
F
α(n1−1,n2−1) sesuaidengan kriteria pengujian dan menyimpulkannya.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan setelah melakukan uji prasyarat. Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis pengujian hipotesis komparatif. Menurut Sugiyono (2012:117) menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Jenis analisis komparatifnya adalah uji dua fihak dengan dua sampel yang independen. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis statistik:
H0 : tidak terdapat perbedaan hasil
tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan
H1 : terdapat perbedaan hasil tes hasil
belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan
2. Menentukan Thitung dengan
menggunakan rumus:
t
=
x
´
1− ´
x
2√
s
12n
1+
s
22n
2Keterangan:
´
x
1 : rata-rata nilai tes hasil belajar kelas eksperimen´
x
2 : rata-rata nilai tes hasil belajarkelas kontrol
n
1 : jumlah kelas eksperimenn
2 : jumlah kelas kontrol3. Menentukan Ttabel dengan
α
= 0,05dan dk =
n
1+
n
2−
2
4. Menentukan Kriteria Pengujian Hipotesis statistik:
H0 :
μ
1=
μ
2 , jikat
hitung¿
t
tabel ,maka H0 diterima
H1 :
μ
1≠ μ
2 , jikat
hitung¿
t
tabel ,maka H1 diterima
5. Membandingkan Thitung dengan Ttabel.
6. Menarik kesimpulan.
Jika H0 diterima maka tidak terdapat
perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Sedangkan, jika H1 diterima maka terdapat
perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Dengan kata lain, teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 10, 12, dan 14 Maret 2016. Pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol pada tanggal 11 dan 14 Maret 2016.
Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberi tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah kegiatan pembelajaran.
Volume No. Tahun 2016
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1
Nilai Tes Hasil belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
rata 77 Rata-rata 68,79
Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa kelas VII-H sebagai kelas ekeperimen berjumlah 32 siswa dengan rata-rata hasil belajar 77, sedangkan siswa
a. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen
Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi
b. Distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas kontrol
Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui bahwa skor kelas interval tertinggi dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase 15,625%. Skor kelas interval sedang dengan nilai 58-75sebanyak 21 siswa dengan persentase 65,625%. Skor kelas interval rendah dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,750%.
c. Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4 Perbedaan distribusi frekuensi data hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
l
Berdasarkan Tabel 4 di atas, skor kelas interval tinggi dengan nilai 84-100 pada kelas VII-H sebagai kelas eksperimen sebanyak 9 siswa dengan persentase 28,125%,sedangkan pada kelas VII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai 76-93 sebanyak 5 siswa dengan persentase sebagai kelas kontrol dengan nilai 58-75 sebanyak 21 siswa dengan persentase sebagai kelas kontrol dengan nilai 40-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan berupa teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Bila harga
t
hitung≥ t
tabel , maka maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan bilaharga
t
hitung¿
t
tabel , maka H0 diterimadan H1 ditolak. Langkah-langkah uji-t dua
pihak adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis
H0 :
μ
1=
μ
2 : tidak terdapatperbedaan hasil tes hasil
belajar yang signifikan antara siswa yang prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan
b. Menetapkan taraf signifikan (
α
= 0,05)c. Melakukan perhitungan Uji-t dua pihak Data perhitungan uji-t dua pihak nilai tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5 Data Perhitungan Uji-t Nilai Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak antara kedua sampel tersebut, selanjutnya akan dilakukan uji-t dua pihak. Karena
n
1=
n
2 dan varians homogen (σ
12=
σ
22 ), maka dapat digunakanrumus t-test, baik separated maupun polled varians. Besarnya
Volume No. Tahun 2016
t
=
77
−
68,79
√
135,87
32
+
119,46
32
t
=
8,21
√
4,24
+
3,73
t
=
8,21
√
7,97
t
=2,91
Setelah diketahui nilai
t
hitung=
2,91
, selanjutnya dibandingkan dengan nilait
tabel . Hargat
tabel dengan taraf kesalahan (α
)= 5% dan dk=62 adalah 2,00. Ternyatat
hitung lebih besar darit
tabel (2,91
>2,00
¿
. Dengan demikian H0 ditolak dan H1diterima. Berarti terdapat perbedaan hasil tes hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan. Jadi kesimpulannya teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Teknik pembelajaran probing prompting berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara siswa yang mendapatkan perlakuan teknik pembelajaran probing prompting dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan (pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto). Hal ini ditunjukkan dengan nilai
F
hitung¿
F
tabel (1,32¿
1,83) dan setelah diuji lanjut, diperoleh nilai
t
hitung lebih besar darit
tabel (2,91
>2,00
¿
. Diketahui pembelajaran dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting memiliki rata-rata hasil belajar sebesar 77 sedangkan pembelajaran sesuai perangkat pembelajaran di SMP Negeri 1 Bangsal Mojokerto memiliki rata-rata hasilbelajar 68,79. Berarti hasil belajar siswa dengan menerapkan teknik pembelajaran probing prompting lebih baik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
Untuk penelitian lebih lanjut, agar nilai hasil belajar lebih baik, sebaiknya penggunaan teknik pembelajaran probing prompting juga menggunakan media pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Depdiknas. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.
Detik. 2013. Ini Peringkat Kemampuan Matematika Siswa di Dunia, Indonesia Nomor Berapa? , (online), http://news.detik.com/berita/2432402/
ini-peringkat-kemampuan- matematika-siswa-di-dunia-indonesia-nomor-berapa, diakses 15 Juni 2016) Huda, Miftahul. 2013. Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keswara, Ratih. 2013. Pembelajaran Matematika di Indonesia Masuk Peringkat Rendah, (online), http://nasional.sindonews.com/read/80 4091/15/pembelajaran-matematika-di- indonesia-masuk-peringkat-rendah-1384111047, diakses 15 Juni 2016) Kurniasari, Yayuk. 2012. Penerapan Teknik
Pembelajaran Probing Prompting Untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Kelas 7G di SMPN Rejoso. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Silberman, Melvin L.. 2013. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.