BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS
SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup
Minat utama Pendidikan Geografi
TESIS
Oleh : Nularsih S880907021PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
PETA KONSEP DAN BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL
BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS
SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008
Oleh : Nularsih S880907021
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. ………... ... NIP. 130 529 725
Pembimbing II Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd. …... ... NIP. 131 286 930
Mengetahui
Ketua Program Studi PKLH
iii
BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS
SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008
Oleh : Nularsih S880907021
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal :
Jabatan Nama Tanda Tangan
1. Ketua Prof. Dr. H. Soegiyanto,S.U. (……….)
2. Sekretaris Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. (……….) Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd. (………)
2. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd. (………)
Surakarta, Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi PKLH, Minat utama Pendidikan Geografi
Prof. Drs. Suranto, M.sc., Ph.D Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd
iv Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nularsih
NIM : S 880907021
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1Surakarta Tahun 2008. adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 16 Desember 2008 Yang membuat pernyataan,
v
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.
"vi
Karya ini dipersembahkan untuk :
Anak-anakku yang selalu membantu mengerjakan penulisan tesis ini.
Teman-teman seprofesi pengajar Geografi ysng tengah menuntut ilmu di
vii
Nularsih. S880907021. Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008, Tesis, Surakarta : Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2008.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dengan Teknik Bermain Peran dan mengetahui teknik pembelajaran manakah yang lebih baik diantara keduanya pada kompetensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPS1 dan XI IPS3 tahun ajaran 2008/2009 berjumlah 79 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas. Penelitian ini menggunakan analisis populasi, yang sekaligus digunakan sebagai sampel yang diteliti. Penetapan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didasarkan pada undian, sehingga kedua kelas mempunyai peluang yang sama. Kelas kontrol ditetapkan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS1 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, sedangkan untuk kelas eksperimen ditetapkan pada kelas XI IPS3 dengan jumlah siswa sebanyak 39 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan metode tes dengan soal obyektif sejumlah 26 soal. Analisis data yang digunakan adalah Uji-T.
Hasil penelitian menunjukkan :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung 3,48 lebih besar dari harga t tabel dengan db 77 taraf signifikansi 5% sebesar 1,67.
viii
Nularsih. S880907021. Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1Surakarta Tahun 2008, Tesis, Surakarta : Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2008.
Target of research is to know there are difference which signifikan result learn the student taught by using technique of Map study Conception with the Technique Play at the Role and know the which study technique which are better among both [at] elementary interest Antroposfer And Aspect Demograpy
This research use the experiment method. Research population entire student of class of XI IPS1and XI IPS3 school year 2008 /2009 amounting to 79 student which divided become 2 class. This research use the population analysis, what at the same time used as accurate sampel. stipulating of Group of experiment and group control relied on a toss, so that class have the same opportunity. Class control specified in this research class of XI XI IPS1 summed uply student counted 40 people, while for the class of experiment specified class of XI IPS3 summed uply student counted 39 people. Technique data collecting use the method of documentation and method tes with the objective problem a number of 26 problem. Analyse the data used Uji-T.
Result of research show :
1. There are difference which significan result learn the student taught by using technique of Map study Conception and technique Play at the Role. This Matter shown pursuant to calculation result obtained t 3,48 bigger than price t of[is tables of by db 77 level signifikans5% equal to 1,67.
ix
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul : Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa tesis ini tidak akan dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada kepada yang terhormat :
1. Bpk. Prof. Drs. Suranto, M.sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan pada Program Pasca Sarjana
2. Bpk. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus pembimbing pertama dalam penyusunan penelitian tesis ini.
x
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Tim Penguji Tesis Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan menguji, memberikan saran dan bimbingan untuk penyempurnaan tesis ini.
6. Rekan-rekan Pasca Sarjana UNS dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per-satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penelitian ini.
Menyadari terbatasnya kemampuan yang ada dalam diri peneliti, maka kritik serta saran yang bermanfaat dan membangun sangat peneliti harapkan. Semoga hasil dari penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Surakarta, 16 Desember 2008 Penulis,
xi
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN...iv
HALAMAN MOTTO ...v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GAMBAR ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah ...5
C. Pembatasan Masalah ...7
D. Perumusan Masalah ...7
E. Tujuan Penelitian ...8
F. Manfaat Penelitian ...8
xii
A. Studi Komparasi ...11
B. Penelitian Eksperimen ………...…..11
C. Belajar dan Pembelajaran ...12
D. Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...15
E. Teknik Pembelajaran Bermain Peran (Role Play) ...19
F. Hasil Belajar ...27
G. Mata Pelajaran Geografi ...30
1. Definisi Geografi ...30
2. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi ...30
H. Antroposfer dan Aspek Kepndudukan ………32
I. Kerangka Berpikir ...59
J. Hipotesis Penelitian ...60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...62
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...62
1. Tempat Penelitian ...62
2. Waktu Penelitian ...63
B. Metode Penelitian ...63
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...65
1. Populasi Penelitian ...65
2. Sampel Penelitian... ...65
D. Teknik Pengumpulan Data ...66
xiii
b. Variabel Terikat ...67
2. Teknik Pengumpulan Data...67
a. Teknik Dokumentasi ...67
b. Teknik Tes ...68
3. Instrumen Penelitian ...68
E. Uji Coba Instrumen ...68
1. Validitas ...69
2. Reliabilitas ...70
F. Teknik Analisis Data ...71
1. Uji Prasyarat Analisis ...71
2. Uji Hipotesis ...72
BAB IV HASIL PENELITIAN ...74
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………...74
B. Deskripsi Proses Pembelajaran ...……….77
1. Proses Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...77
2. Proses Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran Bermain Peran...78
C. Deskripsi Data Penelitian ...………...80
1. Nilai Awal Siswa (Pre tes) ………....80
a. Kelas Kontrol Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...…...…80
b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran …....81
xiv
b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran ...84
D. Pengujian Prasayarat Analisis ………...………..85
E. Hasil Uji Coba Instrumen ………...87
Uji Validitas dan Realibilitas ...87
a. Uji Validitas ...87
b. Uji Reliabilitas ...88
F. Hasil Uji Hipotesis ...88
1. Hipotesis 1 ...88
2. Hipotesis 2 ...88
G. Pembahasan Hasil Penelitian ………...88
1. Hipotesis 1 ...88
2. Hipotesis 2 ...88
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...92
A. Kesimpulan ………..92
B. Implikasi ……….….92
C. Saran... ……….93
D. Keterbatasan Peneliti ………...93
DAFTAR PUSTAKA ...94
xv
Tabel Halaman
1. Penelitian yang Relevan dengan Penelitian ...32
2. Jadwal waktu penyusunan penelitian tesis...63
3. Nilai Awal Siswa (Pre-tes) Kelas Kontrol ...80
4. Nilai Awal Siswa (Pre-tes) Kelas Eksperimen ...81
5. Nilai Akhir Siswa (Pos-tes) Kelas Kontrol ...83
6. Nilai Akhir Siswa (Pos-tes) Kelas Eksperimen ...84
xvi
Gambar Halaman
1. Belajar dan Pembelajaran Gagne dalam Suripto ...14
2. Piramida Penduduk Muda ...52
3. Piramida Penduduk Stationer ...52
4. Piramida Penduduk Tua ...53
5. Kerangka Berpikir dalam Penelitian ...60
6. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Kontrol ...81
7. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Eksperimen ...82
8. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Kontrol ...84
9. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Eksperimen ...85
xvii
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...73
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...79
3. Lembar Kerja Kelompok Dalam Teknik Peta Konsep ...84
4. Lembar Kerja Kelompok Dalam Teknik Bermain Peran ...87
5. Soal Ulangan ...89
6. Daftar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...94
7. Lembar Pengamatan Penelitian Oleh Teman Sejawat Kelas Kotrol Teknik Peta Konsep ...96
8. Lembar Pengamatan Penelitian Oleh Teman Sejawat Kelas Kotrol Teknik Bermain Peran...98
9. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Teknik Pembelajaran Peta Konsep ...100
10. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Teknik Pembelajaran Bermain Peran...101
11. Perhitungan Validitas Soal ...102
12. Distribusi Frekuensi Nilai Awal (Pre-tes) Kelompok Kontrol ...105
13. Distribusi Frekuensi Nilai Awal (Pre-tes) Kelompok Eksperimen ...106
14. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir (Pos-tes) Kelompok Kontrol ...107
15. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir (Pos-tes) Kelompok Eksperimen ...109
16. Uji Homogenitas ...111
17. Uji Hipotesis ...113
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Geografi mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran Geografi diharapkan akan mampu membentuk siswa yang praktis dan terlatih, memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mempersiapkan diri sebagai sumberdaya siap kerja. Guru sebagai indikator efektivitas pengajaran memantau kemajuan belajar siswa. Penilaian di kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Jadi guru perlu melakukan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus guru lakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
Dalam pembelajaran Geografi banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep yang bersifat hitungan. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep Geografi yang mengandung hitungan mengakibatkan kesalahan–kesalahan dalam mengerjakan soal dan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep Geografi.
dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jadi pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.
Proses pembelajaran Geografi berhasil apabila terjadi umpan balik yang positif. Fungsi guru dalam umpan balik ini dapat dilihat hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu. baik sebagai tugas individu maupun kelompok.
hal bertanya dan menjawab, yang aktif hanya 55 %, dan siswa yang mempunyai kemampuan menjawab 40%.
Dengan memperhatikan permasalahan di atas, sudah selayaknya dalam pelajaran geografi adanya suatu inovasi atau perubahan. Jika dalam pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing individu siswa, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif dengan metode permainan seperti simulasi dan bermain peran (role play).
Rathakrishnan (2006: 68) menjelaskan bahwa metode pembelajaran koperatif merupakan metode pembelajaran yang dilakukan apabila individu yang mempunyai pencapaian yang sama atau berbeda duduk dalam satu kumpulan untuk memperbincangkan sesuatu topik dengan menggunakan strategi kognitif yang sesuai sebagaimana yang diarahkan oleh guru.
Beberapa bentuk metode maupun teknik pembelajaran kooperatif antara lain dengan menggunakan teknik Simulasi, Bermain Peran, Peta Konsep, Jigsaw,
Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Learning together (belajar bersama), Kelompok Buzz Group, dan Perlombaan kelompok permainan (Team Game Tounament) (Sudjana, 2001 : 112-160).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah tindakan apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran geografi. Banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut di atas.
Melalui penelitian ini akan dicobakan suatu teknik pembelajaran Bermain Peran dan Peta Konsep. Keunggulan dari pendekatan teknik pembelajaran Bermain Peran dan Peta Konsepn adalah adanya kerja sama dalam kelompok bermain dan dalam menentukan keberhasilan kelompok terebut tergantung keberhasilan peranan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain.
Teknik pembelajaran Bermain Peran adalah sutau teknik kegiatan dalam pembelajaran yangc menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status serta fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam kehidupan nyata. Dengan adanya kegiatan bermain peran ini diharapkan para peserta didik memperoleh pengalaman yang diperankan oleh pihak-pihak lain. (Sudjana, 2001 : 134).
sebaiknya kita belajar meniru dasar bekerja otak, yaitu seperti pohon dengan cabang dan rantingnya disertai gambar, warna, simbul pola dan asosiasi dalam bentuk peta konsep atau peta pikiran yang menyerupai pohon. Dengan demikian didalam menyajikan dan menangkap isi pelajaran didalam peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir (Sugiyanto, 2007: 40-41).
Teknik pembelajaran bermain peran dan Peta Konsep menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti lebih lanjut masalah tersebut untuk dicarikan pemecahannya melalui penelitian tesis ini dengan judul: ”Studi Komparasi Antara Metode Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran Tehadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas dapat diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut:
1. Guru Geografi Kelas XI SMA Negeri I Surakarta kurang menguasai sepenuhnya konsep pembelajaran kooperatif model simulasi dan bermain peran. Bagaimanakah guru melakukan pembelajaran yang dapat dipahami secara cepat oleh siswa dalam bidang studi Geografi ?
Berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa, mereka kurang faham atas penjelasan guru. Guru kurang memberi kesempatan bertanya sehingga siswa enggan bertanya atau meminta penjelasan pada guru. Bagaimanakah guru Geografi memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga siswa tidak cepat bosan ?
3. Hingga saat ini yang menjadi tujuan guru dalam mengajar adalah ketuntasan materi ajar. Siswa sering mengeluh karena ada materi-materi penting yang belum dipahami. Siswa menginginkan metode pembelajaran yang bisa memberikan pemahaman secara cepat. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran model permainan yang memberikan pemahaman secara cepat ? 4. Siswa SMA Negeri 1 Surakarta merupakan siswa yang menyukai
pembelajaran partisipatif. Sehingga jika guru menggunakan metode ceramah mereka kurang berminat untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bagaimanakah pemahaman siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta pada pelajaran Geografi sehingga mereka belajar sungguh-sungguh ?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan banyak menimbulkan kesalahpahaman, maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi dengan maksud untuk lebih memperdalam masalah yang dikaji. Karena kualitas penelitian ilmiah tidak terletak pada keluasan masalahnya, tetapi pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah (Suryabrata, 1995: 79).
Adapun pembatasan permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran pada kompetensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008.
D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian, yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan didalam penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008 ?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran terhadap hasil belajar Geografi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008.
2. Untuk mengetahui teknik pembelajaran manakah yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada kompentensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, nantinya di harapkan dapat diambil beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitiaan ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitiaan tentang penggunaan metode yang sesuai dalam penggajaran dikelas pada mata pelajaran Geografi dengan kompetensi dasar kompentensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan.
2. Manfaat Praktis
Memberikan masukan kepada para pengajar sekolah menengah pertama pada umunya dan khususnya pengajar bidang studi Geografi untuk dapat menemukan metode mengajar yang sesuai dalam usaha peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar mata pelajaran geografi
b. Bagi Siswa
Mampu memberikan dorongan bagi siswa agar lebih bersemangat dan melatih siswa agar mampu bekerjasama di dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi kelompok dan memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan hasil belajar dikelas dalam mata pelajaran Geografi.
G. Batasan Operasional
Batasan operasional didalam penelitian memiliki maksud atau tujuan agar penelitian terarah dan terfokus pada aspek yang akan diteliti. Batasan operaional didalam penelitian ini mencakup beberapa hal, antara lain :
1. Studi Komparasi, yaitu merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya (Van Dallen dalam Arikunto, 2002 : 236).
3. Teknik Pembelajaran Peta Konsep, yaitu merupakan tehnik belajar yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, serta perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang-cabang dan rantingnya. (Sugiyanto, 2007: 40-41).
4. Teknik Pembelajaran Bermain Peran, yaitu sutau teknik kegiatan dalam pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status serta fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam kehidupan nyata (Sudjana, 2001 : 134).
KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS
A. Studi Komparasi
Dalam penelitian ini kata studi berarti mempelajari. Komparasi dalam kamus
besar bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Arikunto (2002:
236) menyebutkan bahwa penelitian komparasi merupakan suatu penelitian yang
bertujuan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat
penyebab-penyebabnya.
Sujud dalam Arikunto (2002:236) mengemukakan bahwa penelitian
komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang,
kelompok, dan terhadap suatu prosedur kerja.
Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
studi komparasi adalah suatu bentuk penelitian untuk membandingkan antara
beberapa variabel yang saling berhubungan dengan menemukan
perbedaan-perbedaan atau persamaannya.
B. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupaksan suatu kegiatan dimana peneliti tidak
hanya mengamati bagaiamana kegiatan itu penelitian itu berlangsung namun juga
ikut melakukan sesuatu terhadap obyek yang diamati tersebut .(BKKBN, 2007 :
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan bila ingin melakukan
penlitian eksperimen, yaitu :
1. Pernyataan mengenai permasalahan yang dibahas.
2. Perumusan hipotesis.
3. Penentuan tehnik dan desain eksperimen yang diperlukan.
4. Pemeriksaan semua hasil yang mungkin dan latar belakang atau alasan-alasan
agar supaya eksperimen setepat mungkin memberikan informasi yang
diperlukan.
5. Mempertimbangkan semua hasil yang mungkin ditinjau dari prosedur
ststistika yang diharapkan berlaku untuk itu, dalam rangka menjamin
dipenuhinya syarat-syarat yang diperlukan dalam prosedur tersebut.
6. Melakukan eksperimen.
7. Penggunaan teknik statistika terhadap data hasil eksperimen.
8. Mengambil kesimpulan dengan jalan menggunakan atau memperhitungkan
derajat kepercayaan yang wajar mengenai satuan-satuan yang dinilai.
9. Penilaian seluruh penelitian dibandingkan dengan penlitian-penelitian yang
lain menganai masalah yang sama. (Sudjana, 1996 :9-10).
C. Belajar dan Pembelajaran
Dalam definisi yang umum belajar merupakan suatu aktivitas yang mampu
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya yang
dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan oleh faktor
kenyataannya perubahan dalam bentuk respon-respon sebagai hasil belajar ada
yang mudah terlihat, tetapi ada pula yang sifatnya potensial, artinya tidak segera
terlihat. Respon tersebut biasanya juga merupakan hasil kegiatan-kegiatan yang
diperkuat (reinforced), misalnya melalui sistem ganjaran (reward system). Perubahan-perubahan pada perilaku itu juga merupakan hasil
pengulangan-pengulangan yang berdampak memperbaiki kualitas perilakunya.
Perubahan pola berpikir manusia membawa perubahan pada diri manusia
dalam menerapkan suatu disiplin ilmu. Di dalam dunia pendidikan juga terjadi
pergeseran konsep, diantaranya dalam menafsirkan makna atau definisi belajar.
Namun perlu diketahui bahwa disamping banyaknya perbedaan pengertiaan
tesebut, terdapat pula persamaan-persamaan dalam definisi tersebut.
Menurut Suryabrata (1993 : 249), menyatakan bahwa terdapat tiga ciri khas
pada aktivitas manusia sehingga aktivitas tersebut dikatakan sebagai kegiatan
belajar, yaitu :
1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes aktual
maupun potensial).
2. Bahwa belajar itu pada intinya adalah didapatkannya suatu bentuk kecakapan
baru.
3. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1995: 84), berpendapat bahwa
belajar sangat erat berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan
sebagainya. Skiner dalam Suripto (2003: 6) berpendapat bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku karena kita bila belajar maka respon akan menjadi lebih baik
atau meningkat tetapi bila tidak belajar maka respon akan menjadi menurun.
Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan komplek yang
menghasilkan kapabilitas berupa ketrampilan, pengetahuaan, sikap dan nilai.
Terjadinya kapabilitas timbul dari stimulus lingkungan yang berproses dengan
kognitif atau yang dilakukan siswa (Suripto 2003: 7). Untuk mempermudah
pemahaman kita dalam memahami tentang arti penting makna belajar bagi
seseorang, dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Kondisi Internal Belajar Hasil Belajar
Berinteraksi dengan
[image:31.612.140.507.399.665.2]Kondisi Eksternal Belajar
Gambar 1. Belajar dan Pembelajaran Gagne dalam Suripto (2003 : 13). Keadaan Internal dan
proses kognitif siswa
1. Informasi verbal
2. Ketrampilan Intelek
3. Ketrampilan motorik
4. Sikap
5. Siasat Kognitif
Sedangkan definisi pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas,
2003 pasal 1). Di dalam pembelajaran yang efektif menurut Bloom memiliki
empat komponen utama, yaitu (1) Orientasi yang jelas dan menggugah; (2)
adanya keterlibatan pembelajar secara aktif; (3) adanya proses penguatan; dan (4)
adanya umpan balik dan perbaikan (Suparno 2001: 102).
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan perubahan yang mencakup tingkah laku,pemahaman,ketrampilan,dan
kecakapan serta perubahan aspek-aspek yang lain pada subyek pembelajar yang
terjadi melalui aktivitas praktek dan pengalaman yang diusahakan.
D. Teknik Pembelajaran Peta Konsep
Peta konsep atau peta pikiran berbeda pengertiannya dengan peta dalam
pengajaran IPS geografi. Peta konsep disini lebih menunjuk kepada penuangan
ide-ide pikiran sebagai catatan-catatan dalam bentuk grafis sebagai salah satu
teknik belajar efektif. Namun peta konsep ini mempunyai kemiripan dengan peta
mental dalam kaitannya dengan peta dalam geografi. Bedanya peta konsep berupa
ide-ide pemikiran yang dituangkan dalam bentuk gambar atau grafis, sedangkan
peta mental berupa pemahaman mental tentang bentuk wilayah, sebaran obyek,
dan jalur keruangan. Dengan adanya pertautan konsep dan persamaan kata ”Peta”
maka teknik ”Peta Konsep” ini justru akan sangat mendukung pada teknik
Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang dikembangkan oleh
Tony Buzon pada Tahun 1970-an yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak
kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara
musik dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti
pohon dengan cabang dan rantingnya. Jadi otak tidak menyimpan informasi
menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi
seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa (Hernacki, dalam Sugiyanto 2007:
41-42), maka untuk dapat mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita
pelajari sebaiknya belajar kita meniru bekerjanya otak yaitu seperti pohon dengan
cabang dan rantingnya disertai gambar, warna simbul pola dan asosiasi, yaitu
dalam bentuk peta konsep atau pemikiran yang menyerupai pohon. Dengan
demikian proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep
mendekati operasi alamiah dalam berfikir.
Didalam peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik
dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan
untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini mampu
membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan dengan mudah, jauh lebih
mudah daripada pencatatan tradisional. Oleh karena itu secara fungsional peta
pikiran diartikan sebagai teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (Dryden dan Vos, 2004).
Otak dipandang sebagai hutan raya tempat ribuan pohon dengan ratusan
cabang besar, jutaan dahan dan milyaran ranting. Peta konsep dibuat dengan cara
sentral, meskipun skalanya berbeda jauh lebih kecil. Dalam menyusun peta
konsep gaya pemprosesan belahan kiri dan belahan kanan otak dilibatkan secara
penuh (Rose dan Nicholl, 2003: 59). Ketika informasi baru diserap dengan
menggunakan peta-peta konsep, kapasitas penyimpanan meningkat pula. Format
grafis ini banyak menarik perhatian para pembelajar visual dan pembelajar
global,dan otak emosional dengan gambar dan warna.
Sedangkan menurut Nancy Murgilulies yang dikutip Sugiyanto (2007:42 ),
bahwa sebelum kita memvisualisasikan gambar dalam pikiran kita dan
mengkaitkan dengan konsep-konsep. Sayangnya kita sering menyumbat
saluran-saluran kreatif dengan melatih anak-anak untuk hanya menulis kata-kata secara
monokronologi diatas secarik kertas bergaris.
Peta konsep dalam pembelajaran adalah cara dinamik menangkap butir-butir
pokok informasi yang signifikan. Teknik tersebut menggunakan format global dan
umum yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara yang mirip otak
berfungsi dalam berbagai arah yang serempak.
Adapun langkah-langkah teknis penggunaan peta konsep menurut Rose dan
Nicholl, De Porter dan Hernacki dalam Sugiyanto (2007:42) adalah sebagai
berikut :
1. Mulai dengan topik di tengah halaman.
Tulis gagasan utamanya ditengah halaman kertas dan lingkupilah dengan
gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik awal pembelajaran yang
efektif. Sebagai contoh buatlah tema pokok memakai garis.
2. Buatlah cabang-cabang.
Tambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan
utamanya. Berpijak pada tema pokok buatlah cabangnya ke semua arah.
Adapun jumlah cabang bervariasi tergantung jumlah segmennya. Namun
batasilah cabang utama antara lima sampai tujuh cabang dan jangan terlalu
banyak.
3. Gunakanlah kata kunci.
Tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk
detil. Kata kunci adalah kata yang menyampaikan inti dari sebuah gagasan dan
memudahkan memicu ingatan kita. Sasaran peta konsep adalah hanya
menangkap fakta-fakta penting sehingga ketika ditinjau ulang akan memicu
ingatan kita. Sasaran peta adalah hanya menagkap fakta-fakta penting
sehingga ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan terhadap semua subjek
pelajaran. Gunakanlah kata kerja atau kata benda kunci dengan huruf kapital
tebal.
4. Tambahkanlah simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan
ingatan yang lebih baik.
5. Gunakanlah huruf-huruf kapital.
Tulis atau ketiklah secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf yang lebih
6. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar.
Tulislah dengan huruf besar sehingga dapat membedakan konsep yang lebih
penting.
7. Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik bagi anda.
Gambarkanlah peta konsep anda dengan hal-hal yang berhubungan dengan
anda, misalnya : anak panah, jam, tanda seru, dan sebagainya sesuai dengan
selera anda.
8. Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal atau miring.
9. Bersikap kreatif dan berani
Lakukanlah sendiri dan jangan takut salah atau jelek. Gunakanlah sebanyak
mungkin gambar yang memang membantu pemahaman anda sendiri.
10. Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan.
11. Buatlah peta konsep secara horisontal, agar dapat memperbesar ruang bagi
gagasan anda.
E. Teknik Pembelajaran Bermain Peran (Role Play)
Piaget dalam Tuti Soekamto (1997:56) menyatakan bahwa: “Pandangan
tradisional tehadap pengetahuan sebagai adanya realitas lahiriah, obyektif dan
tetap. Subyek menerima secara pasif realitas obyektif tersebut. Subyek pada
dasarnya dilihat sebagai sehelai kertas yang kosong.
Metode serta teknik pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru
pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru
dalam membelajarkan peserta didik.” Peserta didik berperan sebagai pengikut dan
penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Lebih lanjut Sudjana (2001: 39)
menjelaskan bahwa:
Didalam teknik pembelajaran Bermain Peran (Role Play) dicirikan oleh :
1. Dominasi guru lebih banyak didalam dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan
peserta didik bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan
guru atau pengajar.
2. Bahan belajar terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi belajar yang tidak
dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa sehingga peserta didik
membutuhkan informasi yang tuntas dan gamblang dari guru.
3. Pembelajaran tidak dilakukan secara berkelompok.
4. Pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium.
Suatu teknik pembelajaran jika diterapkan tidak akan sempurna dan pasti
ada kelemahan dan kekurangannya. Sudjana (2001: 39) mengemukakan bahwa
keunggulan dari teknik pembelajaran yang berpusat pada guru ini adalah:
1. Bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas,
2. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar,
3. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah
disediakan,
4. Target materi relatif mudah dicapai.”
Joyce dan Weil dikutip oleh Soekamto (1997:79) telah mengelompokkan
1. Pengelompokan kedalam metode pengolahan informasi (The Information
Processing Family).
2. Pengelompokan kedalam metode Personal (The Personal Family).
3. Pengelompokan kedalam metode Kelompok Sosial (The social Family).
4. Pengelompokan kedalam metode Sistem Perilaku (The Behavioral System
Family).
Adapun teknik bermain peran termasuk ke dalam katagori kelompok teknik
Sistem Perilaku (Behavioral Systems).
Didalam penelitian ini penulis hanya menitikberatkan pada teknik
pembelajaran yang berkaitan langsung dan cocok dengan karakteristik materi
pelajaran, yaitu teknik pengolahan sistem Perilaku (Behavioral Systems). Metode
serta teknik pembelajaran sistem perilaku (Behavioral Systems) pada dasarnya
menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan ekternal (datang
dari luar) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan
mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.
Beberapa metode dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah
konsep, sebagian lagi menitik beratkan pada pembentukan konsep dan pengetesan
hipotesis, sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan
kemampuan kreatif. Beberapa metode telah dirancang untuk memperkuat
kemampuan intelektual umum.
Pembelajaran bermain peran adalah sebuah teknik pembelajaran yang
mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat
bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan, dan efektif. Meskipun yang diharapkan pertama dan
utama adalah keaktifan dan kekreatifitasan peserta didik, namun sebenarnya guru
pun dituntut untuk aktif dan kreatif. Agar pembelajaran metode ini dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan, sudah tentu guru harus merancang pembelajaran
dengan baik, melaksanakannya, dan akhirnya menilai hasilnya. Selain aktif dan
kreatif, guru sangat menentukan apakah skenarionya berhasil atau tidak.
Tugas guru adalah untuk membimbing pembelajaran dengan menekankan
pada proses pembelajaran dan mengajak siswa untuk merefleksikannya pada
kerangka pokok dan harus mendorong tingkat ketelitian yang baik dalam
penelitian (Joyce-Weil, 2000:194). Aktivitas siswa yang berupa memegang,
meraba, mengamati dan menghitung sendiri tersebut, diharapkan siswa tidak
hanya memperoleh konsep tentang sisi bangun ruang, rusuk dan titik sudut dari
suatu bangun ruang, tetapi juga menemukan cara-cara yang praktis dan sistematis
dalam menghitungnya. Keuntungan-keuntungan lain adalah siswa memperoleh
pengalaman langsung, melakukan penemuan-penemuan sendiri sehingga
mempunyai pengertian dan pemahaman yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat
Snelbecker dalam Soekamto dan Winataputra (1997:8) bahwa belajar adalah aktif
dan merupakan fungsi dari situasi di sekitar individu yang belajar serta diarahkan
oleh tujuan dan terdiri dari bertingkah laku, yang menimbulkan adanyan
Teknik pembelajaran bermain peran termasuk pada kelompok metode sosial.
Teknik pembelajaran ini menuntut siswa menjadi anggota baik (home group)
kelompok rumah dan (expert group) kelompok ahli. Siswa harus bekerja sama
untuk menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan pada kelompoknya dan
dipresentasikan secara bergantian.
Pembelajaran kooperatif teknik bermain peran merupakan teknik
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pemikiran Knowles, (E. Mulyasa,
2003:25) menyebutkan indikator pembelajaran kooperatif metode bermain peran,
yaitu :
1. Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik dalam bentuk
permainan
2. Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam
pencapaian tujuan
3. Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan
membelajarkan
3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan
belajarnya.
4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil
belajar.
Pembelajaran kooperatif metode bermain peran didefinisikan sebagai cara
penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari
berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan
bermakna dalam bentuk permainan. Dalam perkembangan terakhir ini, pengajaran
metode Bermain peran sering diungkapkan sebagai pembelajaran berkorelasi atau
pembelajaran terpadu.
Adapun tujuan dari penggunaan pendekatan pengajaran teknik bermain
peran ini adalah :
1. Melatih peserta didik berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan
memecahkan permasalahan dari berbagai disiplin ilmu atau berbagai aspek
dalam suatu tindakan bermain.
2. Melatih peserta didik menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3. Terbentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu dan
menghargai pendapat orang lain.
4. Melatih peserta didik agar memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasi dan memimpin suatu kegiatan.
5. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
Pengajaran teknik bermain peran digunakan guru karena berbagai alasan
1. Terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya atau satu bidang
studi dengan bidang studi lainnya dalam suatu pemecahan masalah sehingga
harus diciptakan suatu metode yang dapat menciptakan kesatuannya.
2. Memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari berbagai
disiplin ilmu.
3. Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
4. Melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam KBM.
Adapun kekuatan serta keterbatasan penggunaan teknik pembelajaran
bermain peran (Role Play), yaitu :
1. Kekuatan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play)
Berbagai kekuatan penggunaan metode bermain peran ini, adalah :
a. Membantu peserta didik lebih berpikir komprehensif
b. Memperluas wawasan peserta didik dalam ilmu pengetahuan dengan
keanekaragaman sumber informasi.
c. Memperhatikan karakteristik peserta didik secara khusus
d. Menciptakan iklim demokratis dalam belajar di mana peserta didik dapat
ikut menentukan rencana bersama guru tentang topik yang akan dibahas
e. Pengajaran bermain peran disesuaikan dengan tingkat perkembangan,
minat dan bakat peserta didik sehingga pengajaran akan lebih bermakna.
2. Keterbatasan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play)
Adapun berbagai keterbatasan penggunaan teknik ini, antara lain :
a. Sulit menentukan topik yang sesuai dengan minat, bakat dan
b. Memerlukan kecakapan khusus dalam melaksanakan pengajaran bermain
peran.
c. Memerlukan biaya yang cukup besar.
d. Memerlukan waktu yang cukup lama;
e. Kemungkinan pemecahan masalah yang kabur dan dangkal karena ditinjau
dan berbagai disiplin ilmu dan tidak semua ilmu dapat dikuasai peserta
didik dengan baik.(Sudjana, 2001 : 134-141)
Dardiri dalam sudono (2007: 56) mengatakan sekurang-kurangnya ada dua
alasan mengapa pembelajaran metode bermain peran diterapkan, yaitu 1) bermain
peran lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam
pembelajaran. Selama ini kita mengenal pembelajaran metode konvensional
dinilai hanya guru yang aktif (monologis), sementara peserta didiknya pasif,
sehingga pembelajaran dinilai menjemukan, kurang menarik dan tidak
menyenangkan, 2) bermain peran lebih memungkinkan, baik peserta didik
maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif mencoba berbagai cara
melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran. Sementara peserta didik
juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, maupun
bahan ajar dengan segala alat bantunya, sehingga pada akhirnya hasil
pembelajaran dapat meningkat. Dalam pelaksanaan metode bermain peran
dilandasi oleh filsafah kontrustivitisme yang menekankan agar peserta didik
mampu mengintregasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal
yang telah dimiliki oleh peserta didik. Harapannya mereka mampu membangun
pragmatisme yang menekankan agar dalam pembelajaran peserta didik sebagai
subyek aktif dan guru fasilitator.
Pembelajaran teknik bermain peran merupakan salah satu teknik
pembelajaran yang dapat memecahkan masalah ditinjau dari berbagai mata
pelajaran sebagai satu kesatuan yang menyenangkan.
F. Hasil Belajar
Seseorang didalam melakukan kegiatan tertentu pasti akan mendapatkan
suatu hasil. Demikian pula dengan kegiatan belajar tentu akan mendapatkan suatu
hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan, yaitu adanya perubahan. Hasil
belajar akan mencerminkan suatu perubahan dalam pengetahuaan, daya fikir dan
tingkah laku seseorang sehingga dengan kegiatan belajar dapat diperoleh
perubahan dan perkembangan dalam diri seseorang. Untuk dapat mengadakan
penilaian terhadap hasil belajar tersebut maka akan diperlukan adanya prestasi
belajar. Menurut Sudjana (1995:22), Prestasi atau hasil belajar adalah
“kemampuaan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu
1. Ketrampilan dan kebiasaan.
2. Pengetahuan dan pengertian.
3. Sikap dan cita-cita.
Sedangkan Gagne membagi kedalam lima kategori hasil belajar (1)
informasi verbal (2) ketrampilan intelektual (3) strategi kognitif (4) sikap, dan (5)
pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah :
1. Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuaan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk dalam kognitif tingkat tinggi.
2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaiaan, organisasi, dan
internalisasi.
3. Ranah Psikomotoris, yatu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuaan bertindak. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris yakni
gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar,kemampuaan perseptual,
keharmonisan, gerakan ekspresif dan interpretatif. (Sudjana, 1995:23)
Ketiga ranah tersebut menjadi objek dalam penilaian hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu hanya ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para
guru di sekolah, karena berkaitan dengan kemampuaan para siswa dalam
menguasai isi bahan pelajaran. Prestasi adalah merupakan hasil yang telah dicapai
seseorang dalam melaksanakan usaha yang telah dilaksanakannya secara sadar
untuk memperoleh perubahan tingkah laku, hal ini sesuai dengan pengertiaan
belajar yang yang telah di rumuskan di muka. Jadi berdasarkan pengertiaan
prestasi dan pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar
memperoleh perubahan tingkah laku dan adapun fungsi dari prestasi belajar
adalah :
1. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
siswa.
2. Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3. Sebagai informasi dan inovasi pendidikan.
4. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5. Dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap siswa (Suryabrata,
1989:112).
Arikunto (1998:21) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Sedangkan yang dapat
dikateorikan faktor biologis antara lain : usia, kematangan, dan kesehatan. Dan
yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati,
motivasi, minat dan kebiasaa belajar. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri
manusia yang dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia
(human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan
fisik.
Dari berbagi pendapat yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah penilaian yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran dan berkenaan dengan penguasaan materi yang telah diterima
G. Mata Pelajaran Geografi
1. Definisi Geografi
Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat
dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajian
memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia
sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial dan ekologis dari
eksistensi manusia. Geografi merupakan ilmu yang menggunakan pendekatan
holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan, ekologi dan sistem, serta
historis untuk mendiskripsikan dan menganalisis struktur pola. Fungsi dan
proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal balik dari
serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian dari kehidupan manusia
(penduduk), kegiatannya atau budidayanya dengan keadaan lingkungan di
permukaan bumi sehingga dari kejadian tersebut dapat dijelaskan dan
diketahui lokasi atau penyebaran, adanya persamaan dan perbedaan wilayah
dalam hal potensi, masalah, informasi geografi lainnya serta dapat
meramalkan informasi baru atas gejala-gejala geografi untuk masa mendatang
dan menyusun dalil-dalil geografi baru, serta selanjutnya dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia. (Sumaatmadja, 1997 : 12).
2. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi
Ruang lingkup mata pelajaran geografi meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :
b. Konsep dan dinamika unsur-unsur geosfer mencakup litosfer, pedosfer,
atmosfer, hidrosfer, biosfer, antroposfer, serta pola persebaran spasialnya.
c. Jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial sumber daya alam dan
pemanfaatannya.
d. Karakteristik, unsur-unsur, kondisi dan variasi spasial lingkungan hidup,
pemanfaatan dan pelestariannya.
e. Konsep wilayah dan perwilayahan, criteria dan pemetaannya serta fungsi
dan manfaatnya dalam analisis geografi.
f. Pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk-beluk dan pemanfaatan
peta, sistem informasi geografi (SIG) dan citra penginderaan jauh (PJ).
Baik studi geografi maupun pengajaran geografi, pada hakikatnya berkenaan
dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor
geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. MSumaatmadja (1992 : 12)
ruang lingkup pengajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi yang
meliputi :
1). Alam lingkungan yang menjadi sumber dayakehidupan manusia
2). Penyebaran umat manusia dengan segala variasi kehidupannya
3). Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang
memberikan variasi terhadap cirri khas tempat-tempat dipermukaan bumi
4). Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara darat, perairan, dan
udara diatasnya.
Mata pelajaran geografi bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
1). Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang
berkaitan.
2). Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data serta informasi,
mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.
3). Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan
memanfaatkan sumberdaya alam secara arif, serta memiliki toleransi
keagamaan budaya masyarakat.
H. Antroposfer dan Aspek Kependudukan
1. Definisi Antroposfer
Antroposfer adalah semua manusia yang hidup di bumi dan lingkungannya
dan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Tiap orang
mengetahui bahwa manusia itu tidak sama di seluruh dunia ini. Mereka
beraneka macam di antara benua-benua, diantara negeri-negeri, dan bahkan di
antara daerah-daerah dalam negeri. Tidak hanya berbeda warna kuiit, bahasa,
sosok tubuh dan seterusnya, tetapi juga berbeda dalam hal-hal yang tidak
tampak secara fisik misalnya dalam agama, kelompok-kelompok darah, dan
kepribadian. Ringkasnya, manusia dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok
tersendiri dan berbeda, masing-masing dengan karakter-karakter istimewanya
sendiri-sendiri.
Batasan tentang jenis manusia itu telah lama mengalami suatu kerancuan
atau salah tanggap. Jenis manusia tidak ditetapkan oleh faktor-faktor seperti
bahasa, agama, dan kebangsaan (warga negara). Ini adalah corak-corak yang
biologis, berarti pada sifat-sifat khas fisik manusia pada saat dilahirkan. Ini
termasuk warna kulit, sosok tubuh, bentuk tempurung kepala, bentuk hidung,
warna serta bentuk mata, contoh rambut, dan kelompok darah. Beberapa ahli
jiwa percaya bahwa tanda-tanda mental tertentu dapat juga merupakan aspek
dari jenis manusia, faktor-faktor seperti sifat dan kecerdasan.
Para ahli ilmu bangsa-bangsa belum sepakat betul mengenai
pembagian-pembagian pasti di antara bangsa di dunia, tetapi sebagian terbesar menyetujui
terdapat lima model pokok:
1). Bangsa Kaukasus, orang-orang "Putih" (kulit terang sampai coklat muda)
dengan sosok sedang, wajah sempit atau lebar, dan rambut lurus atau
berombak. Pemukiman aslinya di Eropa, Afrika Utara, Asia Timur Tengah
dan Barat (termasuk India).
2). Bangsa Mongol, orang-orang "Kuning" (kulit kuning sampai coklat
kemerah-merahan) dengan sosok pendek sampai sedang, wajah lebar dan
rambut lurus kasap. Pemukiman aslinya di Asia Timur dan Utara.
Orang-orang Eskimo dan Indian Merah Amerika juga berada dalam kelompok ini.
3). Bangsa Negro, orang-orang "Hitam" (kulit coklat-kuning sampai coklat
gelap) dengan sosok sedang, wajah lebar sedang, tetapi dengan hidung
besar dan tebal, bibir menekuk keluar, rambut kasap biasanya keriting atau
berjalin-jalin seperti wol. Pemukiman aslinya di Afrika.
4). Bangsa Australoid, orang-orang "hitam" dengan sosok pendek, wajah
Pemukiman aslinya di Australia (seperti orang-orang aborigines) dan
bagian-bagian Asia Tenggara dan India Timur.
5). Bangsa Capoid, orang-orang kuning kecoklatan dengan sosok pend'eK,
wajah datar dengan lipatan-lipatan mata menonjol miring ke bawah depan
(kulit menggantung pada kelompak mata) dan rambut hitam. Pemukiman
aslinya di Afrika Selatan seperti orang-orang Bushmen dan Hottentot. Dari
semua kelompok ini bangsa Kaukasus ternyata paling banyak jumlahnya,
yaitu berjumlah kira-kira separuh dari penduduk dunia. Separuhnya lagi
dari total penduduk dunia sebagian besar merupakan bangsa Mongol dan
Negro, dan jumlahnya terus berkembang pesat. Sedangkan bangsa
Australia dan Capoid berjumlah paling sedikit dan bahkan terancam
kepunahan.
Harus diingat bahwa keanekaraggm dapat terjadi dalam satu bangsa.
Misalnya bangsa Kaukasus masih bisa dibagi lagi menjadi orang Eropa, crang
Asia, orang Semit, dan orang Hamitik. Di dalam Eropa sendiri ada tiga
kelompok berbeda yaitu:
1). Orang Nordik: tinggi, berambut pirang, bermata biru, warna kulit pirang,
tempurung kepala panjang. Secara kejiwaan berbakat penemu dan rajin
serta mempunyai kemampuan merencana. Pemukiman aslinya di Inggris
dan Eropa Utara.
2). Orang Laut Tengah: tinggi sedang, rambut berombak warna gelap,
bermata coklat, warna kulit kuning sampai hijau kekuning-kuningan,
menjadi penyair, pemudik, seniman dan berdarah panas. Pemukiman
aslinya di Spanyol, Italia, dan di negeri-negeri lain seputar Laut Tengah.
Di Inggris contoh ini terdapat di Skotlandia, Irlandia dan Wales daerah
yang secara bersama-sama dikenal sebagai Jumbai Celt dan pernah
ditempati oleh orang-orang Iiberian.
3). Orang Alpen: pendek dan gempal, rambut warna gelap, mata coklat, warna
kulit pucat sampai kuning kotor, tempurung kepala besar. Secara kejiwaan
mereka cenderung sabar, tekun berusaha, dan ber-kemampuan bekerja
keras. Bermukim di kawasan-kawasan pegunungan di Eropa Timur dan |
Tengah.
Walau perbedaan-perbedaan dasar di antara bangsa-bangsa itu dipengaruhi
oleh perbedaan-perbedaan lingkungan luar, dan mungkin telah berevolusi
selama berjuta-juta tahun, namun pengembaraan-pengembaraan suku bangsa
dan perkawinan antar suku telah menyebabkan banyak perbedaan suku bangsa
menjadi kabur. Persebaran penduduk di muka bumi ini tidak merata, Beberapa
kawasan sangat padat penduduknya, sedangkan kawasan lain hampir tidak
berpenghuni. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun faktor
yang paling menentukan adalah potensi ekonomi sebuah kawasan.
Orang-orang akan tinggal di sebuah tempat yang dapat ditemuka sarana untuk mencai
nafkah hidup.
Faktor-Faktor lain yang memengaruhi penyebaran penduduk antara lain
sebagai berikut.
2). Muka bumi dan kesuburan tanah (relief dan soil fertility)
3). Iklim (climat).
4). Pepohonan alamiah (natural vegeratibn)
5). Pasokan-pasokan air (water supplies)
6). Sumber tambang logam (mineral resources)
2. Aspek Kependudukan
1). Kuantitas penduduk Indonesia
Kuantitas penduduk Indonesia meliputi sebagai berikut :
a). Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk adalah banyaknya individu yang menempati suatu
wilayah pada suatu waktu.
b). Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Sebagian besar
berada di pulau Jawa, Bali, Madura. Penyebaran penduduk dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
(1). kesuburan tanah
(2). iklim
(3). bentuk permukaan bumi (topografi)
(4). air
(5). perhubungan
(6). sejarah
(7). lapangan kerja
2). Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata
penduduk per km2pada suatu wilayah.
Kepadatan aritmatik =
) ( ) ( 2 km wilayah Luas jiwa penduduk Jumlah ) ( tan ) ( tan 2 km ian per wilayah Luas jiwa penduduk Jumlah Agraris penduduk Kepada
3). Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk yaitu pengelompokan penduduk menurut kriteria
tertentu, dapat dibedakan berdasarkan:
a. umur dan jenis kelamin
b. pendidikan
c. tempat tinggal
d. pekerjaan
e. agama
Sex Ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
k PP PL
NJK
NJK = nisbah jenis kelamin
PL = jumlah penduduk laki-laki
PP = jumiah penduduk perempuan
K = konstanta (1.000)
4). Pertumbuhan Penduduk
Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai
a. Kelahiran (Natalitas)
Kelahiran dipengaruhi oleh faktor pro dan anti kelahiran.
1) Faktor pro kelahiran, antara lain:
a) kawin muda
b) besarnya kematian bayi
c) penilaian yang tinggi terhadap anak
Beberapa hal yang berkaitan dengan penilaian anak,
misalnya:
(1) Anak sebagai penerus keturunan
(2) Anak sebagai sumber tenaga kerja
(3) Anak sebagai pembawa rejeki
(4) Anak sebagai tumpuan di hari tua
(5) Anak sebagai penentu status sosial orang tua.
2). Faktor anti kelahiran, antara lain:
a). Program KB
b). UU Perkawinan
c). Penundaan usia kawin, dan
d). Peraturan kepegawaian tentang tunjangan anak yang
diberikan hanya sampai anak ke-3
Penggolongan angka kelahiran adalah sebagai berikut :
1) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR)
Rumus : 1000
CBR = Crude Birth Rate
B = Jurnlah kelahiran hidup
P = Jumlah penduduk, biasanya diperhitungkan terhadap
jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka kelahiran
kasar digolongkan menjadi 3, yaitu :
a) Kecil (rendah}, apabila CBR lebih kecil dari 20 per 1.000
penduduk.
b) Sedang, apabila CBR antara 20-30 per 1.000 penduduk.
c) Tinggi (besar), apabiia CBR lebih besar dari 30 per 1.000
penduduk.
Contoh:
Jumlah kelahiran di DIY tahun 2000 sebanyak 2000 bayi, sedangkan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2000 adalah 400.000 jiwa,
angka CBR = ....?
Jawab :
1000 000 . 000 . 4
000 . 2
CBR (artinya 4 kelahiran kasar untuk tiap 1.000
penduduk)
2). Angka Kelahiran Khusus (Age Specific Fertility Rate = ASFR)
Angka kelahiran khusus adalah angka yang menunjukkan banyaknya
bayi lahir hidup setiap 1.000 wanita golongan usia tertentu pertahun.
Rumus : 1000
P B ASFR
x x x
ASFRx = angka kelahiran dari wanita umur x tahun
Px = jumlah penduduk wanita umur x tahun Biasanya diperhitungkan
pada pertengahan tahun.
Contoh:
Jumlah wanita usia 25-29 tahun adalah 200.000. Banyaknya
kelahiran pada usia tersebut 50.000 jiwa, maka ASFR = ....
1000 000 . 200 000 . 50
ASFRx
3). Angka Kelahiran Umum
Adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang berumur 15-44
tahun atau 15-49 tahun.
k 44 15 P
B
GFR F
atau k
49 15 P
B
GFR F
B = jumlah kelahiran dalam 1 tahun
PF 15 - 44 = banyaknya penduduk wanita umur 15-44 atau 15 - 49
pada pertengahan tahun k = konstanta (1000)
Contoh:
Jumlah kelahiran di DIY pada tahun 2000 adalah 50.000 bayi.
Banyaknya wanita berumur 15 - 49 tahun sebanyak 2.000.000 jiwa,
maka GFR = ....
1000 000 . 000 . 2 000 . 50
GFR
b. Kematian (Mortalitas)
Kematian atau mortalitas dipengaruhi oleh faktor pro dan anti
kematian.
a) fasilitas kesehatan belum memadai
b) tingkat kesehatan rakyat masih rendah
c) kekurangan gizi
d) pencemaran lingkungan
e) kecelakaan lalu lintas
f) bunuh diri/pembunuhan
g) peperangan, dan
h) bencana alam dan wabah penyakit.
2) Faktor antikematian (penghambat kematian), antara lain:
a) fasilitas kesehatan telah memadai
b) makanan cukup bergizi
c) tingkat kesehatan masyarakat tinggi
d) lingkungan yang bersih dan teratur, dan
e) ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh
orang lain.
Penggolongan angka kematian kasar
(1).Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (COR)
Angka kematian kasar adalah banyaknya orang yang
meninggal setiap 1.000 per tahun.
1000 P D CDR
CDR : Crude Death Rate = angka kematian kasar
D : Death = jumlah kematian
tahun
Penggolongan CDR adalah sebagai berikut:
(1) kecil (rendah), apabila CDR antara 9-13 per 1.000;
(2) sedang, apabila CDR antara 14-18 per 1.000 penduduk;
(3) tinggi (besar), apabila CDR lebih besar dari 19 per
1.000 penduduk.
Contoh:
Berdasarkan data kependudukan kecamatan kota Kudus
jumlah penduduk pada bulan Januari 1990 adalah 200.000
jiwa, pada bulan Januai 1991 sebanyak 300.000 jiwa,
jumlah kematian 200 jiwa. Maka CDR = ....
2 1000 000 . 250 500 1000 ) 000 . 300 000 . 200 ( 2 1 500
CDR
(2).Angka Kematian Khusus atau Age Specific Death Rate (ASDR)
Angka kematian khusus adalah banyaknya kematian setiap
1.000 penduduk usia tertentu per tahun.
1000 P D ASDR x x x
ASDRx : angka kematian kelompok usia tahun
Dx : jumlah kematian kelompok usia x tahun
Contoh:
Apabila diketahui kelompok umur 20 - 24 tahun sebanyak
1000, jumlah kematian 10 Berapa ASDR?
10 1000 000 . 1
10
ASDRx
(3).Angka Kematian Bayi atau Infant Mortalitiy Rate (IMR)
Angka kematian bayi adalah jumlah bayi yang mati setiap
1.000 kelahiran per tahun..
Rumus = 1000
B D IMR