PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
ID : P2LD-PR-BSP-11 Rev : 00
PROSEDUR
Tgl. Berlaku : 2 Agustus 2016ASURANSI KAPAL DAN SDM
kesiapannya harus selalu terjaga setiap saat dibutuhkan. Disamping standar perawatan yang telah ditentukan oleh pabrik mesin tersebut, pemilik kapal dan awak mesin kapal juga harusmelaksanakan sistem perawatan berencana
.
Kelangsungan dan keberhasilan operasi suatu kapal bergantung pada kemampuan individu yang dipekerjakan untuk menangani operasi kapal. Sebagian kemampuan yang dimiliki oleh awak mesin kapal berasal dari pelatihan dan pembelajaran melalui kursus/lembaga pendidikan, buku-buku, dan manual, banyak juga dari awak mesin kapal tersebut mendapatkan kemampuan yang dimilikinya melalui pengalaman di lapangan. Jika terjadi kerusakan pada mesin diesel, maka perbaikan yang dilakukan awak mesin kapal harus sesuai dengan diagnosis atau pelacakan kerusakan.
2. Tujuan
Pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar pada saat kapal mengalami kerusakan mesin dan dapat melanjutkan kegiatan penelitian.
3. Acuan
Undang-Undang No 21 tahun 1992, tentang pelayaran;
Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan;
Undang-Undang No 17 tahun 2008, tentang pelayaran;
Peraturan Pemerintah RI Nomor : 20 tahun 2010 tentang angkutan diperairan;
Peraturan Pemerintah RI Nomor : 22 tahun 2011, perubahan atas pp nomor 20 tahun 2010
tentang angkutan diperairan;
Peraturan Menteri Perhubungan No. 70 Tahun 2013 tentang Pendidikan dan Pelatihan,
Sertifikasi Serta Dinas Jaga Pelaut;
IMO (International Marine Organization);
ISM Code (International safety Manajemen Code) ;
SOLAS 1974, amandement 2010 Manila
4. Definisi
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Mesin diesel yang sering digunakan di kapal atau Motor bakar diesel (atau mesin pemicu kompresi) adalah motor bakar pembakaran dalam yang menggunakan panas kompresi untuk menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Mesin ini tidak menggunakan busi seperti mesin bensin atau mesin gas.
5. Penanggungjawab
Kepala Bidang Sarana Penelitian
Kepala Sub Bidang Sarana Teknis
Kepala Bagian Tata Usaha
Kasubag Keuangan
PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
ID : P2LD-PR-BSP-11 Rev : 00
PROSEDUR
Tgl. Berlaku : 2 Agustus 2016ASURANSI KAPAL DAN SDM
SETIAP
PELAYARAN/PENELITIAN
Halaman : 2 dari 4
Kasubag Umum
Nakhoda dan KKM
6. Pelaksana
Nakhoda, KKM dan Crew Kapal
Tim Tanggap Darurat
Staf Penyiaga Teknis Sub Bidang Sarana Teknis
Staf Penyiaga Operasional Sub Bidang Sarana Teknis
Mekanik atau Teknisi (Agent Mesin Kapal)
7. Waktu
Jika kapal mengalami kerusakan mesin perlu dilakukan penyelidikan tentang ketersedian barang/suku cadang selama 1 (satu) hari;
Jika perbaikan dinilai tidak praktis karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan perbaikan oleh ABK (posisi kapal, kondisi laut dan cuaca pada saat itu, dan kondisi kegagalan atau kerusakan mesin) siapkan permintaan bantuan luar, sesuai Prosedur Kontrak Penyelamatan (bila waktu masih cukup, usahakan instruksi dari perusahan terlebih dahulu) selama 1 (satu) hari.
8. Tempat
Diatas Kapal (lokasi pelayaran/survey).
Pelabuhan Setempat / lego jangkar (tempat kejadian).
9. Langkah
Jika terjadi kerusakan mesin sewaktu kapal di tengah laut (dalam pelayaran) maka tindakan-tindakan darurat, sebagai berikut harus segera diambil :
1) Jika Nakhoda menerima laporan kerusakan salah satu mesin-mesin penting dari perwira
jaga atau menyadari bahwa hal tersebut sedang terjadi, maka dia harus segera ke anjungan dan mengambil alih Komando;
2) Tambahan jumlah ABK jaga dan lakukan penyelidikan keadaan-keadaan kedalaman air,
arah dan kecepatan hanyutnya kapal, kondisi/kepadatan lalu lintas kapal sekitar kejadian, kondisi laut dan cuaca;
3) Siapkan jangkar untuk dilego sekitarnya hanyut dibawah arus atau angin ke arah yang berbahaya terutama dekat pantai;
4) Dengan mempertimbangkan posisi dan kondisi kerusakan permesinan, usahakan
setiap kerusakan diperbaiki oleh awak kapal sendiri dengan memperhatikan ketersediaan suku cadang, jika memungkinkan;
PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
ID : P2LD-PR-BSP-11 Rev : 00
PROSEDUR
Tgl. Berlaku : 2 Agustus 2016ASURANSI KAPAL DAN SDM
SETIAP
PELAYARAN/PENELITIAN
Halaman : 3 dari 4
5) Dalam hal tindakan perbaikan segera tidak mungkin dilaksanakan karena keadaan di sekitar kapal, pindahkan kapal di perairan yang relatif aman, dan lakukan perbaikan di sana;
6) Jika perbaikan dinilai tidak praktis karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan perbaikan oleh ABK (posisi kapal, kondisi laut dan cuaca pada saat itu, dan kondisi kegagalan atau kerusakan mesin) siapkan permintaan bantuan luar, sesuai Prosedur Kontrak Penyelamatan (bila waktu masih cukup, usahakan instruksi dari perusahan terlebih dahulu);
7) Nakhoda harus memberitahukan kantor Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI dengan menggunakan formulir : Damage Report ( Laporan Pertama) dan berkomunikasi dengan badan-badan/ organisasi terkait berdasarkan kerusakan yang dialami. Nakhoda harus memberikan rincian Damage Report (Laporan Kerusakan) atau Checklist dari mesin-mesin penting kepada perusahaan pada kesempatan pertama;
a) Kerusakan Mesin Induk (M/E) :
Beritahu Nakhoda dan KKM atau masinis jaga (kalau pakai system UNMANNED
beritahu petugas operasi mesin (Monkey Business) yang sedang bertugas);
Masinis-masinis yang tidak jaga harus segera turun ke kamar mesin dan menerapkan prosedur-prosedur reaksi darurat sesuai instruksi-instruksi KKM;
Pindahkan system operasi kemudi ke MANUAL atau berdasarkan situasi
dan kondisi saat itu, segera pindahkan pengendalian mesin (control) langsung ke Engine Control Room atau Local Control Station;
Cari sebab musibah kerusakan yang langsung maupun yang tidak langsung;
Kibarkan (siang) atau peragakan (malam) isyarat Internasional : NOT UNDER COMMAND;
Minta perhatian kapal-kapal di sekitarnya dengan hubungan VHF Channel-16; Jika berlayar dekat pantai, jauhi pantai sejauh mungkin selagi bisa oleh
Pindahkan power-unit yang sedang beroperasi;
Beritahu Nakhoda dan K.K.M. atau masinis jaga yang sedang bertugas;
Hentikan laju kapal dengan “ Stop-Mesin “ atau “ Mundur-Mesin “ tergantung keadaan dan pindah ke system kemudi darurat;
Berdasarkan situasi dan kondisi saat itu pindahkan pengendalian (control) langsung ke Engine Control Room atau “ Local Control Station” (Station Pengendali Lokal);
Setelah mempelajari sebab musibah langsung atau tidak langsung, lalu
ambil tindakan-tindakan darurat sesuai instruksi KKM. c) Matinya Aliran Listrik :
Dalam hal terjadi BLACK-OUT, ambil langkah-langkah berikut dengan segera :
PUSAT PENELITIAN LAUT
DALAM
ID : P2LD-PR-BSP-11 Rev : 00
PROSEDUR
Tgl. Berlaku : 2 Agustus 2016ASURANSI KAPAL DAN SDM
SETIAP
PELAYARAN/PENELITIAN
Halaman : 4 dari 4
Rekasi perwira jaga :
1. Jika kemudi sedang dalam keadaan otomatis, segera rubah
menjadi Sistem MANUAL;
2. Catat penunjukan Gyro Compass Repeaters, dan Magnetic Compass;
3. Beritahu Nakhoda dan KKM atau Masinis Jaga termasuk M.O;
4. Pastikan aliran Listrik ke mesin-kemudi, alat-alat Navigasi, penerangan darurat, dan lain-lain;
5. Kibarkan (siang) isyarat Internasional yang menyatakan “ NOT UNDER COMMAND” dan berikan isyarat panggilan untuk menarik perhatian kapal-kapal di sekitarnya atau hubungan VHF Channel 16;
6. Catat waktu kejadian dan selalu periksa posisi kapal secara terus menerus.
Reaksi Masinis dan Perwira Jaga :
1. Pindahkan kontrol langsung ke ECR. Pindahkan “ manouvering handle “ (tuas olah- gerak) ke posisi “STOP”;
2. Hidupkan “Stand by Generator” (Reset ACB) dan Periksalah peralatan penting lainnya agar siap operasi setelah listrik hidup kembali;
3. Teruskan operasi Mesin Induk sesuai instruksi KKM dan test segala fungsi : STOP, REDUCE SPEED, dan lain-lain;
4. Masinis-yang bukan masinis jaga juga harus segera turun ke kamar mesin dan melaksanakan prosedur keadaan darurat sesuai instruksi KKM;
5. KKM dan Masinis selidiki sebab musibah baik langsung maupun tidak langsung dan tegaskan
8) Selesai.