3
PENGARUH BIAYA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY TERHADAP KINERJA KEUANGAN
Ruth Nathania, Yeterina Widi Nugrahanti, Ari Budi Kristanto
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No. 52-60 Salatiga 50711
email : ari.kristanto@staff.uksw.edu
Abstract
This research aims to know the influence of corporate social responsibility fee on the financial performance of the companies listed on the indonesia stock exchange in the period 2010 to 2012. Corporate social responsibility proxied by employee welfare costs and costs for Community. Sampling techniques in this research is purposive sampling technique. Analysis method used in this research is regression analysis over 85 samples. The results analysis found that the cost of employee has positive effect to total assets turnover. While the cost to the community and the market capitalization (control variables) have no effect on total assets turnover. The cost of employee has positive influence on the return on assets. While the cost to the community of negative effect on the return on assets.
Keywords: corporate social responsibility cost, return on assets, total assets turnover
A. PENDAHULUAN
Masalah sosial yang berkaitan dengan karyawan dan masyarakat dapat memberikan
dampak yang besar bagi perusahaan. Peristiwa yang dialami oleh PT Lapindo Bratas dapat
menjadi cerminan bahwa CSR sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan hubungan
antara perusahaan dengan lingkungan sekitar dan informasinya harus dicerminkan dalam
laporan perusahaan berdasarkan tujuan perusahaan (Januarti dan Dini, 2005). Menurut Ketua
Ikatan Akuntan Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM) sekaligus Direktur Eksekutif
National Center For Sustainability dalam Panggabean dan Deviarti (2012), terdapat empat alasan isu lingkungan semakin signifikan yaitu semakin besar perusahaan diperlukan
akuntabilitas yang lebih tinggi dalam pembuatan keputusan berkaitan dengan operasi, produk,
dan jasa yang dihasilkan. Kedua, aktivis dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) bidang
lingkungan hidup telah tumbuh dengan pesat diseluruh dunia termasuk Indonesia. Ketiga,
reputasi dan citra perusahaan dan keempat, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat
cepat. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan corporate social responsibility. Secara sederhana menurut Septiana dan Nur (2012) corporate social responsibility
4 ekonomi, lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham.
Perusahaan yang berkomitmen tidak hanya sekedar mengejar keuntungan keuangan karena
keuntungan hanya bertahan dalam jangka waktu yang pendek. Untuk mempertahankan
keuntungan dalam jangka panjang maka, perusahaan harus melakukan pembangunan ekonomi
sosial secara berkelanjutan.
Semakin meluasnya tanggung jawab perusahaan menyebabkan perlunya memasukan
unsur sosial ke dalam akuntansi (Januati dan Dini 2005). Identik dengan fungsi akuntansi yaitu
sebagai alat pertanggung jawaban. Konsep inilah yang mendorong timbulnya Social Accounting, Socio Economic Accounting, atau Social Responsibility Accounting (Januarti dan Dini, 2005). Pelaksanaan kegiatan CSR membutuhkan biaya yang cukup besar. Hal ini yang
menyebabkan perusahaan masih menerapkan CSR dengan media yang berbeda-beda cara
pengungkapannya. Macam-macam biaya CSR yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan
yaitu biaya kesejahteraan karyawan, biaya untuk komunitas, biaya bina lingkungan, biaya
kemitraan, dan lain-lain (Septiana dan Nur, 2012). Menurut Wibisono (2007: hal 99) terdapat
empat manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan mengimplementasikan CSR yaitu
perusahaan mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas, mudah memperoleh akses
terhadap modal, dapat mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas, dapat
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko. Disamping itu, sebuah survei global yang dilakukan oleh The Economist Intelligent Unit menunjukkan bahwa 88 persen eksekutif senior dan investor dari berbagai organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan.
Laba merupakan tujuan utama perusahaan supaya dapat hidup dan berkembangan
sesuai dengan prinsip going concern. Salah satu cara untuk meningkatkan laba perusahaan dengan melakukan kegiatan corporate social responsibility (Septiana dan Nur, 2012).
Corporate Social Responsibility dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan. Menurut Mulyadi (2001:416), tujuan utama kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
pencapaian sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan hasil dan tindakan yang diinginkan. Salah satunya
kesejahteraan karyawan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan bagi perusahaan
(Septiana dan Nur, 2012). Perusahaan yang telah menerapkan CSR dapat memberikan
5 keuangan yang baik. Salah satu biaya CSR yang berkaitan dengan karyawan yaitu biaya pasca
kerja. Selain itu komunitas masyarakat juga berperan penting bagi perusahaan karena, mereka
yang memberikan hasil pendapatan operasional bagi perusahaan yang dapat mendorong kinerja
keuangan. Salah satu biaya yang berkaitan dengan komunitas ditelusur dari akun sumbangan
atau donation (Mardiandari dan Rustiyaningsih, 2013).
Beberapa penelitian mengenai pengungkapan CSR dan biaya CSR terhadap kinerja
keuangan pernah dilakukan. Tsoutsoura (2004), Foote et al (2010), Choi (2010), Resturiyani
(2012), Darwis (2013), Shahnaz (2013), dan Simanjuntak (2013) menemukan bahwa Corporate
Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Yaparto et al (2013), Cahyono (2011) dan Widaryanti (2007)
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Penelitian sebelumnya yang menggunakan biaya CSR yaitu Primawati (2010) serta
Yusrianti dan Chandra (2012) menemukan biaya kesejahteraan karyawan tidak berpengaruh
terhadap total assets turnover. Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) menemukan biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif terhadap total assets turnover dan return on assets. Sedangkan hasil yang ditemukan Januarti dan Apriyanti (2005) menemukan biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh negatif terhadap total assets turnover. Septiana dan Nur (2012) serta Januarti dan Dini (2005) menemukan biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh
negatif terhadap return on aseets. Berbeda dengan hasil Primawati (2010) tidak menemukan pengaruh terhadap return on assets.
Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) serta Januarti dan Apriyanti (2005)
menemukan hasil yang sama yaitu biaya untuk komunitas berpengaruh positif terhadap total assets turnover. Sedangkan Primawati (2010) serta Yusrianti dan Chandra (2012) biaya untuk komunitas tidak berpengaruh terhadap total assets turnover. Hasil penelitian Primawati (2010) ditemukan biaya untuk komunitas berpengaruh positif terhadap return on assets. Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) serta Januarti dan Dini (2005) menemukan biaya untuk komunitas
tidak berpengaruh terhadap return on assets.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mardiandari dan Rustiyaningsih
(2013) yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur di BEI selama periode 2008-2010.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan
6 kesejahteraan karyawan (biaya pasca kerja) dan biaya untuk komunitas (sumbangan). Kinerja
keuangan dari penelitian tersebut dilihat melalui kinerja aktivitas dan profitabilitasnya. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif terhadap
kinerja aktivitas dan profitabilitas sedangkan biaya untuk komunitas hanya berpengaruh positif
terhadap kinerja aktivitasnya saja. Beberapa peneliti menunjukkan hasil penelitian yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti kembali di tahun berikutnya dengan
semua sektor di Bursa Efek Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh biaya CSR yang meliputi biaya
kesejahteraan karyawan dan biaya untuk komunitas terhadap kinerja keuangan yang terdiri dari
kinerja profitabilitas perusahaan (return on asset) dan kinerja aktivitas perusahaan (total asset turnover). Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel karena sejalan dengan penelitian Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013).
Perbedaan dengan penelitian Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) yaitu periode
yang dipakai antara tahun 2010-2012 dan menggunakan semua sektor di berbagai industri
untuk dapat melihat variasi biaya CSR antar industri yang berbeda. Sedangkan penelitian
Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) hanya pada perusahaan di sektor manufaktur. Serta
penambahan variabel kapitalisasi pasar sebagai variabel kontrol atas kinerja. Perusahaan besar
pada umumnya lebih aktif dan dalam inisiatif dalam publikasi performa sosial daripada
perusahaan kecil. Pada saat yang bersamaan, ukuran perusahaan juga dapat berdampak
terhadap kinerja keuangan perusahaan (Chen dan Metcalf, 1980 dalam William, 2012).
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan, dapat
memberikan pandangan bahwa pentingnya perusahaan menerapkan CSR bagi karyawan dan
komunitas masyarakat. Bagi investor, dapat memberikan pandangan dan bahan pertimbangan
lebih mendalam dalam pengambilan keputusan yaitu tidak hanya berasal dari informasi laba
tetapi pertanggung jawaban perusahaan kepada komunitas masyarakat.
B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Corporate Social Responsibility dan Biaya Corporate Social Responsibility
Menurut TheWorld Business Council for Sustainability Development (WDCSD) dalam Nugrahanti (2009), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan
7 keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.
Apabila perusahaan menjalankan aktivitas bisnisnya harus menetapkan anggaran dan biaya
yang diperhitungkan sebagai biaya perseroan (PP NO 47, 2012).
Biaya corporate social responsibility menurut Septiana dan Nur (2012) meliputi (1) praktik ketenagakerjaan yang ditelusur melalui akun gaji, upah, bonus, tunjangan,
kesejahteraan karyawan, pasca kerja; (2) lingkungan, yang ditelusur melalui akun sumbangan,
iuran, pelatihan dan pendidikan, hubungan masyarakat, bina lingkungan; (3) pelibatan dan
pengembangan masyarakat melalui program kemitraan yang ditelusur melalui akun program
kemitraan, dana pinjaman, ikatan kerjasama, dan sponsor. Dalam penelitian ini menggunakan
biaya pasca kerja dan biaya untuk komunitas. Biaya pasca kerja menurut PSAK 24 No. 24
paragraf 8 adalah imbalan kerja (selain pesangon PKK dan imbalan berbasis ekuitas) yang
terutang setelah pekerja selesai masa kerjanya (IAI 2002). Sedangkan biaya untuk komunitas
adalah biaya yang digunakan untuk masyarakat atau sekelompok organisme yang saling
berinteraksi dengan perusahaan (Mardiandari dan Rustiyaningsih, 2013).
Teori Stakeholder
Menurut Simanjuntak (2013), stakeholders merupakan orang atau kelompok orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun
operasi perusahaan. Stakeholders adalah orang/instansi (pemegang saham, manajemen, karyawan, pemasok, konsumen, masyarakat di sekitar pabrik atau lokasi perusahaan
(masyarakat lokal), masyarakat luas, pemerintah, lingkungan hidup) yang berkepentingan
dengan suatu bisnis (Bertens, 2004) dalam (Mardiandari dan Rustiyaningsih, 2013). Pergeseran
orientasi dari stakeholder merupakan penyebab munculnya isu tanggung jawab sosial
perusahaan. Ada beberapa alasan perusahaan perlu memperhatikan stakeholders yaitu isu lingkungan yang dapat mengganggu kualitas hidup masyarakat, tuntutan terhadap perlunya
produk-produk yang bersahabat dengan lingkungan, para investor lebih memilih berinvestasi
pada perusahaan yang memiliki dan mengembangkan program lingkungan, LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) yang kritis pada perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan
(Januarti dan Dini, 2005).
Dalam perkembangannya, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada para
8 Menurut Budimanta (2008) dalam Nugrahanti (2009) teori stakeholder digunakan suatu
perusahaan untuk menganalisis kepada siapa perusahaan harus bertanggung jawab. Menurut
The Clarkson Center For Business Ethics (1999) dalam Magness (2008) stakeholders terdiri dari dua macam yaitu primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung resiko. Contoh primary stakeholders adalah investor, kreditor, karyawan, pemerintah, komunitas lokal. Sedangkan
secondary stakeholders dimana sifat hubungan keduannya saling mempengaruhi namun keberlangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholders jenis ini. Contoh secondary stakeholders yaitu media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya.
Pendekatan stakeholder menurut Budimanta dkk (2008) yaitu new corporate relation
menekankan pada kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh stakeholdernya. Hubungan
perusahaan dengan internal stakeholders dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk bisa menciptakan kesinambungan usaha perusahaan. Sedangkan
hubungan dengan stakeholder di luar perusahaan bukan hanya bersifat transaksional dan jangka
pendek namun lebih kepada hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan
selain usaha untuk menghimpun kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan juga
berusaha untuk bersama-sama membangun kualitas kehidupan external stakeholders. Kelangsungan hidup perusahaan tergantung dari dukungan stakeholder. Salah satu bentuk
komunikasi antara perusahaan dengan stakeholder yaitu melalui corporate social responsibility.
Kinerja Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, pengertian kinerja keuangan terkait dengan
tujuan laporan keuangan, yaitu penghasilan bersih atau laba seringkali digunakan sebagai
ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti return on investment atau
earnings per share. Ukuran kinerja keuangan yaitu kenaikan profitabilitas dan efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya yang biasa dinyatakan dalam
rasio-rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan
menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja keuangan perusahaan (Indriana et al.
9 Pengukuran kinerja keuangan dapat diukur melalui rasio likuiditas, leverage, aktivitas,
dan profitabilitas. Di dalam penelitian ini menggunakan rasio aktivitas dan profitabilitas.
Kinerja aktivitas adalah menurut Raharjaputra (2009: 199) rasio yang mengukur seberapa
efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya. Suatu perusahaan dapat menggunakan
setiap akun untuk dikonversikan menjadi penjualan atau kas. Kinerja profitabilitas menurut
Harahap (2006: 304) menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Rasio yang digunakan untuk menilai kinerja aktivitas dan profitabilitas perusahaan
dalam penelitian ini adalah total assets turnover dan return on assets. Penelitian ini menggunakan total assets turnover untuk melihat rasio aktivitasnya. Total assets turnover
digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan karena memiliki kemampuan untuk
menghubungkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan dengan jumlah aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan tersebut (Simanjuntak, 2013). Peneliti
menggunakan return on assets untuk melihat rasio profitabilitasnya. Menurut (Utomo, 1999) dalam Nugrahanti (2009) keunggulan penggunaan rasio return on asset antara lain sebagai alat ukur yang komprehensif, yang mana seluruh item yang mempengaruhi laporan keuangan dapat
tercermin dari rasio ini; mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut,
merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung
jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha, sebagai ukuran efisiensi operasi yang utama, dan
merupakan rasio yang paling dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan (Suharli
2006:295).
Hipotesis
Biaya Kesejahteraan Karyawan dan Kinerja Aktivitas
Karyawan termasuk sebagai suatu aset perusahaan terhadap nilai tambah perusahaan
(Solikhah et al, 2010). Menurut Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) biaya kesejahteraan
akan dapat meningkatkan kepuasaan kerja yang mempengaruhi produktivitas karyawan dan
akan berimplikasi terhadap kemampuan perusahaan menciptakan pendapatan melalui
penjualan. Gibson et.al (1992) dalam Januarti (2005) menyatakan bahwa kepuasan kerja
berasal dari berbagai aspek seperti, upah, kesempatan promosi, kebijakan dan prosedur,
10 karyawannya dapat mempengaruhi produktifitas karyawan tersebut karena karyawan memilki
pandangan yang baik terhadap kebijakan perusahaannya. Sehingga karyawan bekerja lebih
produktif dan dapat meningkatkan aktivitas penjualan. Kinerja aktivitas yang meningkat
menunjukkan pemanfaatan seluruh aset untuk menghasilkan penjualan lebih efektif dan efisien.
Dalam penelitian Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) menunjukkan bahwa biaya
kesejahteraan karyawan berpengaruh positif terhadap total assets turnover dan Simanjuntak (2013) menunjukkan bahwa corporate social responsibility berpengaruh total assets turnover. H1: biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja aktivitas.
Biaya Untuk Komunitas dan Kinerja Aktivitas
Dalam melakukan kegiatan operasional, perusahaan tidak lepas dari lingkungan
disekitarnya. Perusahaan yang melakukan kegiatan CSR dapat meningkatkan citra perusahaan
dimata masyarakat. Menurut Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) perusahaan yang
memiliki kepedulian sosial akan mendapatkan simpati dari masyarakat, dan sebagai akibatnya
perusahaan tersebut akan memiliki penjualan yang baik karena masyarakat memberikan
apresiasi dengan mengkonsumsi produk perusahaan tersebut. Ketika perusahaan
memperhatikan masyarakat sekitarnya maka masyarakat tersebut menjadi loyal terhadap
perusahaan. Hal tersebut memberikan citra yang baik bagi perusahaan sehingga perusahaan
dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin produktif jalannya operasional
perusahaan menunjukkan efisiensi perputaran aset tersebut. Januarti dan Apriyanti (2005)
menunjukkan bahwa biaya untuk komunitas (donasi) memiliki korelasi positif terhadap ATO.
Januarti dan Dini (2005) dalam Mardiandari dan Rustiyaningsih 2013) juga menunjukkan biaya
untuk komunitas berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap ATO.
H2: biaya untuk komunitas berpengaruh positif terhadap kinerja aktivitas.
Biaya Kesejahteraan Karyawan dan Kinerja Profitabilitas
Ketika perusahaan memperhatikan kesejahteraan karyawannya maka karyawan
tersebut akan bekerja lebih produktif sehingga menghasilkan peningkatan penjualan. Ketika
penjualannya mengalami peningkatan secara otomatis laba yang diperoleh semakin besar.
Biaya kesejahteraan karyawan dapat mempengaruhi kenaikan harga produk. Perusahaan yang
melakukan kegiatan CSR akan mendapat tanggapan yang positif dari karyawannya. Karyawan
11 perusahaan melakukan aktivitas sosialnya. Dengan demikian masyarakat akan menerima harga
dan kualitas dari produk tersebut sehingga dapat meningkatkan penjualan perusahaan.
Karyawan akan menjadi lebih loyal sehingga tujuan jangka panjang perusahaan akan tercapai
(Mardiandari dan Rustiyaningsih, 2013). Loyalitas karyawan dapat meningkatkan kinerja
profitabilitasnya. Peningkatan kinerja profitabilitas menunjukkan tingkat pengembalian aset
perusahaan lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya. Primawati (2010) dan Mardiandari
Rustiyaningsih (2013) menunjukkan bahwa biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif
terhadap ROA.
H3: biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja profitabilitas.
Biaya Untuk Komunitas dan Kinerja Profitabilitas
Ketika perusahaan memperhatikan masyarakat sekitar akan mempengaruhi kegiatan
operasional perusahaan. Masyarakat dan konsumen yang merespon aktivitas sosial perusahaan
akan semakin loyal terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Mardiandari
dan Rustiyaningsih, 2013). Loyalitas masyarakat terhadap produk akan mampu meningkatkan
penjualan sehingga perolehan keuntungan perusahaan akan ikut meningkat. Semakin efektif
dan efisien kinerja aktivitasnya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Kepercayaan
dan penilaian tentang perusahaan yang berasal dari masyarakat dan konsumen menjadikan
pengaruh terhadap peningkatan profitabilitasnya. Hasil penelitian dari Isnafi (2013)
menunjukkan brand community berpengaruh secara positif terhadap loyalitas konsumen. Primawati (2010) menemukan bahwa biaya untuk komunitas berpengaruh positif terhadap
return on assets.
H4: biaya untuk komunitas berpengaruh terhadap kinerja profitabilitas.
C. METODE PENELITIAN
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampling
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2010-2012 untuk semua sektor. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diakses melalui www.idx.co.id. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dengan kriteria:
1. Perusahaan yang menyajikan Laporan keuangan tahunan lengkap atas rincian
12 karyawan (pasca kerja) dan biaya untuk komunitas (sumbangan dan donasi)
terpisah dalam akun lain.
2. Laporan keuangannya disajikan dalam bentuk satuan mata uang rupiah.
Variabel penelitian
1. Variabel independen untuk pengungkapan biaya CSR yang digunakan adalah biaya
kesejahteraan karyawan yang diproksi oleh biaya pasca kerja dan biaya untuk
komunitas yang diproksi oleh donasi dan sumbangan. Menurut PSAK 24 tahun 2013
biaya pasca kerja adalah imbalan kerja (selain pesangon dan imbalan kerja jangka
pendek) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja. Biaya untuk
komunitas adalah biaya yang digunakan untuk masyarakat atau kelompok organisme
yang saling berinteraksi dengan perusahaan (Mardiandari dan Rustiyaningsih, 2013).
2. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kinerja
keuangan yang diproksi melalui rasio aktivitas dan profitabilitas yang dihitung melalui
ATO dan ROA. Rasio aktivitas total assets turnover dihitung dari ��
� � � � ℎ .
Sedangkan rasio profitabilitas return on assets dihitung dari � � � ℎ
� � � .
3. Variabel kontrol (ukuran) perusahaan dilihat dari kapitalisasi pasar. Biaya corporate social responsibility yang dikeluarkan tiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai dari suatu
perusahaan ketika dijual saat ini dengan menggunakan kapitalisasi pasarnya.
Perusahaan yang kapitalisasi pasarnya tinggi merupakan perusahaan besar yang mampu
bersaing dan mampu menjaga bahkan meningkatkan kinerja keuangannya. Hal ini
disebabkan bagi perusahaan merupakan suatu kewajiban agar para investor tertarik
menanamkan investasi (Resturiyani, 2012).
Metode Analisis Data
Pengujian untuk hipotesis penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Uji asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan analisis regresi berganda. Uji
(K-13
S)), dan uji heterokedastisitas (uji glejser). Selain itu, teknik analisis juga meliputi koefisien determinasi dan uji statistik F (Ghozali, 2011:103).
Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengukur pengaruh lebih dari satu variabel bebas yaitu
biaya CSR yang di proksi melalui biaya pasca kerja dan biaya untuk komunitas terhadap
variabel terikat yaitu kinerja keuangan yang diproksi melalui ROA dan ATO. Biaya corporate social responsibility yang dikeluarkan oleh perusahaan terdapat perbedaan bagi perusahaan besar dan kecil. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan variabel kontrol untuk ukuran
perusahaan SIZE yang dilihat dari kapitalisasi pasarnya. Analisis regresi untuk model konsisten
dengan Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013) dan dengan penambahan variabel kontrol
ukuran perusahaan untuk model regresi yang pertama yaitu sebagai berikut:
ATO = α+β1WELF+ β 2COM+ β 3SIZE
Y = ATO
a = Konstanta
β 1, β 2 = Koefisien Regresi WELF = Biaya Pasca Kerja
COMM = Biaya Untuk Komunitas
SIZE = Ukuran perusahaan
Dan analisis regresi untuk model yang kedua yaitu sebagai berikut:
ROA = α+β1WELF+ β 2COM+ β 3SIZE
Y = ROA
a = Konstanta
β 1, β 2 = Koefisien Regresi WELF = Biaya Pasca Kerja
COMM = Biaya Untuk Komunitas
SIZE = Ukuran perusahaan
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
14 Populasi yang digunakan yaitu semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010 sampai dengan 2012. Pada tabel dibawah ini menunjukkan proses
[image:14.595.109.487.196.382.2]pengambilan sampel penelitian untuk masing-masing tahun.
Tabel 4.1 Pengambilan Sampel Penelitian
Keterangan 2010 2011 2012
Jumlah perusahaan 428 446 472
Perusahaan yang datanya tidak lengkap (393) (392) (413)
Laporan keuangan disajikan dalam
bentuk satuan mata uang asing
(8) (26) (29)
[image:14.595.107.484.198.381.2]Total Sampel 27 28 30
Tabel 4.1 menunjukkan proses pengambilan sampel penelitian untuk 3 tahun periode
pengamatan. Total sampel yang terbentuk periode 2010 sampai dengan 2012 yaitu 85 sampel
yang digunakan untuk penelitian.
Statistik Deskriptif
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 85 ,0009 ,2670 ,0932 ,0669
ATO 85 ,1800 2,3100 ,9352 ,5035
LN_WELFARECOST 85 20,1000 28,7000 24,2899 1,91196
DONATION 85 2.000.000 290.000.000.000 19.500.611.765 57.541.068.176
MARK.CAPT 85 121.336.000.000 182.447.993.000.000 14.504.428.717.647 33.143.045.026.244
Valid N (listwise) 85
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa profitabilitas atau return on assets memiliki rata-rata 9,32 persen artinya ketika aset mengalami kenaikan 1 persen dapat menghasilkan tingkat
pengembalian sebesar 9,32 persen. Hal ini menunjukkan keefektifan seluruh perusahaan di
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Statistik deskriptif untuk aktivitas
[image:14.595.64.534.507.638.2]15 tahunnya ketika penjualan mengalami kenaikan 1 rupiah dapat menghasilkan tingkat
perputaran aset sebesar 0,93 kali. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh perusahaan sudah
memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan penjualan dengan efisien dan efektif.
Hasil statistik biaya kesejahteraan masyarakat yang diproksi melalui biaya pasca kerja
dihitung dengan logaritma natural menunjukkan rata-ratanya 2.428. Jika dilihat dari nilai
minimum 2.010 dan maksimum 2.870 welfare cost memiliki rentang yang cukup dekat. Nilai minimum logaritma natural 2.010 dimiliki oleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk sedangkan
nilai maksimum logaritma natural 2.870 dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata semua perusahaan telah melaksanakan kegiatan
corporate social responsibility untuk kesejahteraan karyawannya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya peraturan mengenai imbalan kerja yang terdapat di PSAK sampai dengan revisi
yang diberlakukan secara efektif tanggal 1 januari 2012 telah dilaksanakan.
Biaya untuk komunitas yang diproksi melalui sumbangan memiliki rata-rata sebesar Rp
19.500.611.765 tiap tahunnya. Jika dilihat dari nilai maksimum Rp 290.000.000.000 dan
minimum Rp 2.000.000 memiliki rentang yang cukup jauh. Nilai minimum tersebut dimiliki
oleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Akan tetapi perusahaan ini merupakan perusahaan
besar yang tergolong cukup memadai Rp 1.091.948.000.000 hanya dapat memberikan
sumbangan yang belum cukup memadai. Sedangkan, perusahaan yang memiliki biaya untuk
komunitas tertinggi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk juga merupakan perusahaan
besar dapat memberikan sumbangan cukup besar bagi masyarakat dengan nilai kapitalisasi
pasar Rp 142.127.995.000.000.
Pengujian Asumsi Klasik (Ghozali, 2011:173)
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Akan tetapi model regresi ini harus terbebas dari asumsi klasik terlebih dahulu supaya data
dapat dikatakan bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji normalitas, dan uji heterokedastisitas. Berikut ini
akan dibahas mengenai uji multikolinearitas terlebih dahulu.
Pada hasil uji multikolinearitas nilai tolerance untuk persamaan kinerja profitabilitas dan kinerja aktivitas menunjukkan hasil yang sama yaitu sebesar 0,375 sampai dengan 0,518.
16 menunjukkan tidak ada multikolinearitas karena nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai variance inflation factor kurang dari 10. Setelah uji multikolinearitas dilanjutkan dengan uji autokorelasi.
Pada hasil uji autokorelasi dengan durbin watson menunjukkan kinerja profitabilitas
dan kinerja aktivitas nilainya 1,933 dan 1,640. Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi
autokorelasi karena nilai durbin watson diantara -2 dan +2.
Pada pengujian asumsi klasik untuk uji normalitas menggunakan uji non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk persamaan kinerja profitabilitas dan kinerja aktivitas. Kinerja profitabilitas ini diproksi melalui return on assets. Pada pengujian pertama data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu diperbaiki dengan mentransformasi model penelitian
semilog dengan logaritma natural pada variabel welfare cost (Ghozali, 2007). Sehingga model penelitiannya berubah menjadi:
ATO=α+logβ1 WELF+ β 2COM+ β 3SIZE dan
ROA=α+logβ1WELF+ β 2COM+ β 3SIZE
Pada pengujian ini didapatkan hasil nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,353. Hal ini menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal karena 0,353 lebih besar dari nilai
signifikansi 0,05. Sedangkan untuk persamaan kinerja aktivitas yang diproksi melalui total assets turnover mendapatkan hasil nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,629. Hal ini menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal karena 0,629 lebih besar dari nilai
signifikansi 0,05.
Dan yang terakhir untuk uji asumsi klasik yaitu uji heterokedastisitas. Pada uji
heterokedastisitas ini menggunakan uji glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut
residualnya. Hasil dari uji glejser untuk persamaan kinerja profitabilitas nilai signifikansinya
0,101 sampai dengan 734. Nilai tersebut menunjukkan lebih besar dari signifikansi 0,05 dapat
disimpulkan data memiliki varians yang sama atau tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji
untuk persamaan kinerja aktivitas juga menunjukkan hal yang sama yaitu 0,252 sampai dengan
0,961. Hal tersebut menunjukkan bahwa data memiliki varians yang sama atau tidak terjadi
heterokedastisitas karena lebih besar dari 0,05.
Pengujian Hipotesis
17 Pada tabel dibawah ini menampilkan hasil dari pengujian regresi berganda untuk
persamaan kinerja aktivitas (total assets turnover) bagi variabel independen dan variabel kontrol.
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Regresi Kinerja Aktivitas
Variabel β t Sig
Constant -1,248 0,216
LN Welfare Cost 0,338 2,262 0,026
Community Cost -0,198 -1,145 0,256
Market Capitalization -0,112 -0,638 0,525
F=1,835 Sig F=0,147 Adjst R2= 0,029
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai Adjusted R2 0,029 dapat diartikan
bahwa biaya kesejahteraan karyawan, biaya untuk komunitas, dan kapitalisasi pasar hanya
memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap variabel total assets turnover sebesar 2,9 persen. Sedangkan untuk 97,1 persennya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar ketiga
variabel independen diatas.
Biaya Kesejahteraan Karyawan dan Kinerja Aktivitas
Hasil uji regresi untuk hipotesis pertama yaitu biaya kesejahteraan karyawan nilai β
0,338 dengan signifikansi 0,026 menunjukkan hipotesis pertama diterima. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa biaya kesejahteraan berpengaruh positif terhadap kinerja aktivitas karena
nilai signifikansi kurang dari 0,05. Hasil dari hipotesis ini menjelaskan bahwa perusahaan yang
memaksimalkan kesejahteraan karyawannya dapat meningkatkan kinerja aktivitas karyawan
tersebut. Karyawan yang diperhatikan kesejahteraannya memiliki pandangan yang baik
terhadap kebijakan perusahaan. Sehingga karyawannya menjadi lebih loyal dalam bekerja dan
dapat meningkatkan penjualan. Ketika karyawan perusahaan lebih loyal dapat diartikan bahwa
pemanfaatan aset perusahaan yang digunakan lebih efisien untuk menghasilkan penjualan.
Hasil penjualan yang tinggi mampu menghasilkan kinerja aktivitas yang tinggi juga dengan
asumsi tidak ada penambahan karyawan baru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Mardiandari dan Rustiyaningsih, 2013). Hasil penelitian ini dibuktikan
18 2.927.000.000.000,- dan memiliki perputaran aset sebesar 0,69 kali (diatas rata-rata).
Sedangkan perusahaan yang memiliki biaya pasca kerja paling rendah Rp 534.000.000
dibuktikan oleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dengan perputaran aset 0,57 kali (dibawah
rata-rata).
Biaya Untuk Komunitas dan Kinerja Aktivitas
Hasil pengujian hipotesis yang kedua yaitu biaya untuk komunitas yang diproksi
melalui sumbangan nilai β -0,198 dengan signifikansi 0,256. Hasil penelitian dapat dikatakan bahwa hipotesis yang kedua ditolak karena nilai signifikansi sumbangan lebih besar dari 0,05.
Dengan kata lain, biaya untuk komunitas tidak berpengaruh terhadap kinerja aktivitas. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin efisiennya perputaran aset tidak tergantung oleh seberapa besar
perhatian perusahaan terhadap masyarakatnya. Kemungkinan masyarakat tidak hanya
memiliki citra baik untuk perusahaan tertentu ketika perusahaan memberikan sumbangan untuk
komunitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yusrianti dan Chandra (2012) yang
menemukan bahwa biaya untuk komunitas tidak berpengaruh terhadap total assets turnover
karena kesadaran publik masih rendah pada biaya corporate social responsibility. Selain itu dikarenakan penelitian periode jangka waktu yang dipakai hanya tiga tahun saja. Mengingat
manfaat corporate social responsibility dapat dirasakan dalam jangka panjang. Hasil penelitian ini dibuktikan oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang memiliki biaya komunitas Rp
164.013.000.000,- diatas rata-rata Rp 19.500.611.765,- kinerja aktivitasnya 0,85 kurang dari
rata-rata 0,93.
Ukuran Perusahaan dan Kinerja Aktivitas
Hasil pengujian untuk variabel kontrol ukuran perusahaan yang dilihat dari kapitalisasi
pasar nilai β -0,112 dengan signifikansi 0,525. Hipotesis untuk variabel kontrol ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kapitalisasi pasar tidak berpengaruh terhadap total assets turnover
karena nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dengan kata lain, kapitalisasi pasar tidak dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Besar kecilnya nilai kapitalisasi pasar tidak
mempengaruhi kinerja aktivitasnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari ICMD jumlah
perusahaan mengalami peningkatan dari 428 menjadi 472 emiten. Peningkatan ini
menunjukkan daya saing antar perusahaan menjadi lebih ketat. Perusahaan besar dan
perusahaan kecil dalam sektor yang sama bersaing dalam penjualan. Hal ini dibuktikan oleh
19 tetapi perputaran asetnya 0,76 (dibawah rata-rata). Sedangkan PT Multi Indocitra Tbk memiliki
perputaran aset 1,19 (diatas rata-rata) tetapi kapitalisasi pasarnya sebesar Rp 228.000.000.000,-
(dibawah rata-rata)
Biaya Corporate Social Responsibility dan Kinerja Profitabilitas
Pada tabel dibawah ini menampilkan hasil ringkasan uji regresi berganda untuk
persamaan kinerja profitabilitas (return on assets) bagi ketiga variabel independen.
Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Regresi Kinerja Profitabilitas
Variabel β t Sig
Constant -3,031 0,003
Welfare Cost 0,481 3,816 0,000
Community cost -0,509 -3,483 0,001
Market Capitalization 0,475 3,203 0,002
F=13,477 Sig F=0,000 AdjstR2=0,308
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan nilai R2 sebesar 0,308 artinya biaya pasca kerja,
biaya untuk komunitas, dan kapitalisasi pasar hanya memberikan pengaruh terhadap variabel
retun on assets sebesar 30,8 persen. Sedangkan sisanya 69,2 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dari ketiga variabel independen diatas.
Biaya Kesejahteraan Karyawan dan Kinerja Profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis yang ketiga yaitu biaya kesejahteraan karyawan nilai β 0,481
dengan signifikansi 0,000 menunjukkan hipotesis diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
biaya kesejahteraan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja profitabilitas karena kurang
dari 0,05. Hasil hipotesis ini melanjutkan pengujian hipotesis yang pertama yaitu ketika
perusahaan memaksimalkan kesejahteraan karyawan maka karyawan tersebut akan menjadi
lebih loyal. Ketika karyawan menjadi lebih loyal maka karyawan tersebut akan bekerja lebih
produktif sehingga menghasilkan peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan yang
dihasilkan secara otomatis akan meningkatkan laba perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013), Primawati
20 Tbk yang biaya pasca kerjanya sebesar Rp 313.694.000.000,- diatas rata-rata memiliki return
on assets tertinggi diatas rata-rata yaitu sebesar 0,2670.
Biaya Untuk Komunitas dan Kinerja Profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis yang keempat yaitu biaya untuk komunitas yang diproksi
melalui sumbangan nilai β -0,509 dengan signifikansi 0,001 menunjukkan hipotesis diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa biaya untuk komunitas berpengaruh terhadap kinerja
profitabilitas karena kurang dari 0,05. Akan tetapi nilai β negatif yang menunjukkan bahwa arahnya berbanding terbalik. Ketika biaya untuk komunitasnya naik kinerja profitabilitasnya
turun. Hal ini kemungkinan karena daya saing antar perusahaan yang semakin besar. Sehingga
ketika biaya untuk komunitas yang telah dikeluarkan perusahaan belum memberikan
pencapaian laba perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Primawati (2010), Mardiandari dan Rustiyaningsih (2013), serta Januarti dan
Dini (2005). Hal ini dibuktikan dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk biaya untuk
komunitasnya tinggi Rp 250.440.000.000,- tetapi tingkat pengembalian asetnya 0,0821
(dibawah rata-rata). Sedangkan PT Metropolitan Kentjana Tbk tingkat pengembalian asetnya
tinggi 0,151 (diatas rata-rata) tetapi biaya untuk komunitasnya rendah Rp 766.000.000,-
(dibawah rata-rata).
Ukuran Perusahaan dan Kinerja Profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis kapitalisasi pasar sebagai variabel kontrol ukuran perusahaan
menampilkan nilai β 0,475 dengan signifikansi 0,002 diterima karena nilai signifikansinya
kurang dari 0,05. Kapitalisasi pasar berpengaruh terhadap kinerja profitabilitas. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kapitalisasi pasar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengujian ini. Perusahaan besar biasanya lebih terdiversifikasi dalam hal jenis bidang usaha,
sehingga resiko kegagalan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan
demikian, perusahaan yang besar umumnya dapat menghasilkan future cash flow yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangannya dimasa depan (Dahlia dan Siregar,
2008) dalam (Nugrahanti, 2009). Dengan demikian perusahaan yang memiliki kapitalisasi
pasarnya tinggi mampu menghasilkan laba yang tinggi juga. Hal ini dibuktikan oleh PT
Charoen Pokphand Tbk yang kapitalisasi pasarnya Rp 59.852.700.000.000 (diatas rata-rata)
dengan tingkat pengembalian aset sebesar 0,2171 (diatas rata-rata).
21
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
biaya corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan yang di proksi melalui total assets turnover dan return on assets. Pada analisis hasil pembahasan ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Hasil hipotesis pertama berhasil membuktikan bahwa biaya kesejahteraan karyawan
yang diproksi melalui biaya pasca kerja berpengaruh positif terhadap kinerja aktivitas.
Hipotesis kedua biaya untuk komunitas (sumbangan) tidak berpengaruh terhadap
kinerja aktivitas. Penelitian ini juga menemukan bahwa biaya kesejahteraan karyawan
berpengaruh positif terhadap kinerja profitabilitas. Sedangkan, biaya untuk komunitas
berpengaruh negatif terhadap kinerja profitabilitas.
2. Ukuran perusahaan yang diproksi melalui kapitalisasi pasar berpengaruh positif
terhadap kinerja profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar dapat
dijadikan sebagai variabel kontrol bahan pertimbangan didalam penelitian ini.
Sedangkan, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja aktivitas.
Implikasi
Dari hasil penelitian ini menemukan adanya pengaruh biaya kesejahteraan karyawan
terhadap kinerja keuangan. Bagi pihak manajemen diharapkan mementingkan kesejahteraan
karyawan karena mencerminkan profitabilitas yang baik bagi perusahaan. Bagi para investor
dapat melakukan investasi dengan melihat biaya corporate social responsibility untuk karyawannya karena terbukti memiliki kinerja profitabilitas dan aktivitas yang baik.
Keterbatasan dan Saran
Pada penelitian ini hanya menggunakan 3 tahun periode pengamatan yaitu mulai dari
tahun 2010 sampai 2012. Hal ini kurang dapat dirasakan manfaat dari pelaksanaan corporate social responsibility tersebut karena dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang. Penerapan corporate social responsibility masih menggunakan media yang berbeda-beda sehingga belum merepresentasikan semua perusahaan yang ada. Selain itu, informasi pada
laporan keuangan belum jelas untuk mengidentifikasi biaya pasca kerja karena perusahaan
yang satu dengan yang lain menyebutkan nama akun yang berbeda-beda. Oleh karena
keterbatasan tersebut kiranya untuk penelitian yang mendatang menggunakan 5 tahun periode
22
REFERENSI
Angraini. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris
pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Disampaikan di Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Darwis, Kurnia. 2013. Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Keuangan: Industri
perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Akuntansi Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Hasanuddin Makasar.
Freeman, R. Edward (1984). Strategic Management: A stakeholder approach. Boston:
Pitman. ISBN0-273-01913-9.
Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS19, edisi5.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mahmud M dan Abdul Halim. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta:UPP
YKPN.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hasni, Y. dan H. Chandra. 2012. The Influence Of Corporate Social Responsibility Costs To Assets Turnover In Companies Listed in Indonesian Stock Exchange. Proceeding the 13th Malaysia Indonesia Conference on Economics, Management and Accounting
(MIICEMA).
Indra, P. Simanjuntak. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jessica, F, N. Gaffney, and J.R. Evans. 2010. Corporate Social Responsibility: Implication for
performance excellenxe. Routledge taylor and francis group. TotalQuality Management. Vol. 21, No. 8, August 2010, 799–812.
Jong-Seo.C, Young-Min. K, and Chongwoo. C. 2010. Corporate Social Responsibility and
Corporate Financial Performance: Evidence from Korea. Pusan National University,
Monash University. MPRA paper No 22159.
Melisa, S. dan T.D. Herawati SE., MM., Ak. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan. Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
23 Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen : konsep, Manfaat dan Rekayasa. Salemba Empat. Nistantya, Dewa Sancahya. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Profitabilitas Perusahaan. Skripsi S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Novi, R. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja
Keuangan: studi perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Pasundan.
Mardiandari, Putri dan S. Rustiyaningsih. 2013. Tanggung Jawab Sosial dan Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Dibursa Efek Indonesia. Jurnal
Riset Manajemen dan Akuntansi vol 1 No 1.
Raharjaputra, Hendra S. 2009. Buku Panduan Praktis Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Eksekutif Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta.
Suharli, Michell. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis Jasa Dan Dagang. Graha Ilmu Volume Komprehensif, Jakarta.
Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman, 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Septiana, R. Amelia dan E. Nur. 2012. Pengaruh Implementasi Corporate Social
Responsibility Terhadap Profitabilitas Perusahaan. Pekbis Jurnal vol 4 No 2, 71-84. Solikhah, Badingatus, A. Rohman, dan W. Meiranto. 2010. Implikasi Intellectual Capital
terhadap Financial Performance, Growth dan Market Value. SNA XIII.
Tsoutsoura, Margarita, 2004, Corporate Social Responsibility and Financial Performance.
Working Paper Series, Center for Responsible Business, UC Berkey.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing. Nugrahanti, Y.Widi. 2009. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure