• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Pengelola Industri Meubel Kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu | Ida Royani | GeoTadulako 2616 7864 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Pengelola Industri Meubel Kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu | Ida Royani | GeoTadulako 2616 7864 1 PB"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN PENGELOLA INDUSTRI MEUBEL KAYU

DI KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

WAHYU IDA ROYANI A 351 09 016

J U R N A L

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian Pemetaan Pengelola Industri Meubel Kayu di Kecamatan Mantikulore kota Palu bertujuan mengkaji bagaimana pola persebaran industri meubel kayu, pendapatan pengelola industri meubel kayu dan strategi pengembangan industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasinya adalah seluruh pengelola industri meubel kayu yang berjumlah 26 pengelola. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Sampling Jenuh. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Data yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis SWOT.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola persebaran pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore mengelompok mengikuti jalan raya, tepatnya berada di Kelurahan Layana Indah dan Kelurahan Talise. Tingkat pendapatan pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore termasuk dalam kategori pendapatan sangat tinggi yaitu sebesar Rp. 6.196.538/bulan. Berdasarkan analisis SWOT, industri maubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu berda pada kuadran I yang menunjukkan bahwa industri ini menghadapi lingkungan yang berpeluang lebih besar untuk mengatasi kelemahannya yaitu permodalan yang terbatas, sulitnya mencari tenaga kerja yang lahan/lokasi usaha yang masih kontrak/sewa. Strategi yang dapat diterapkan pada industry maubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu adalah 1). Mempertahan penekanan harga dibawah rata-rata 2). Melakukan kerjasama dengan pemasok bahan baku, meningkatan kualitas produk dan menghemat biaya produksi. 3). Membenahi manajemen usaha guna efisiensi dan efektifitas kerja. 4). Mengusahakan dana dari bank maupun pemerintah, mempertahankan kualitas produksi dan menghemat biaya.

(3)

ABSTRACT

The Mapping study of Timber Furniture Industry Business in Subdistrict Mantikulore Palu was conducted to examine the pattern of the distribution of timber furniture industry and the strategies to develop the timber furniture industry in Subdistrict Mantikulore Palu.

The method used was descriptive qualitative. The population of the study was the whole 26 managers of timber furniture industry in this area. The sampling technique used was Saturated Sampling. The data were collected by using observation, interviews, questionnaires and documentation. The data obtained were analyzed by using descriptive analysis and SWOT analysis.

The results of this study showed that the distribution pattern of the timber furniture industry in subdistrict Mantikulore is based on the highway path, precisely it is located in Layana Indah District and Talise District. The income level of the timber furniture industry managers in Mantikulore subdistrict is categotrized high with the average income up to Rp. 6.196.538/month. Based on the SWOT analysis, the timber furniture industry in Mantikulore subdistrict Palu is in quadrant I, which shows that this industry is facing the bigger challenge from the environment and need to overcome the weaknesses that they have such as the limited capital, the difficulty of finding employment, and the location of the business that is still in contract/lease. The strategies that can be applied by the timber furniture industry in Mantikulore subdistrict are as follows:1) . Maintaining the suppression of price below the average 2). Doing cooperation with the suppliers of raw materials, improving the product quality and promoting low cost production. 3). Reorganizing the business management to increase the efficiency and effectiveness of work. 4). Seeking funds from banks or government, maintaining the products quality and low costs production.

(4)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu merupakan salah satu daerah yang memiliki industri dengan skala kecil dan skala menengah dalam jumlah yang cukup besar. Sehubungan dengan pentingnya pengembangan sektor industri terutama industri kecil, Kota Palu memiliki berbagai macam jenis industri kecil yang tersebar di beberapa kecamatan, dan salah satunya adalah industri meubel kayu yang ada di Kecamatan Mantikulore yang masih bertahan sampai saat ini.

Kecamatan Mantikulore terdiri atas 7 kelurahan yaitu Kelurahan Layana Indah, Tondo, Talise, Tanamodindi, Lasoani, Kawatuna, serta Poboya. Industri meubel kayu yang dimaksud tersebar di beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Di antara meubel tersebut, terdapat bebepa meubel yang sudah lama berdiri, dan masih bertahan samapai saat ini. Berdasarkan hasil sensus dilapangan, jumlah industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore berjumlah 26 pengelola. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian berkaitan dengan pola persebaran, pendapatan pengelola, dan strategi pengembangan yang dilakukan oleh pengelola industri meubel kayu yang ada di Kecamatan Mantikulore dengan judul

penelitian “Pemetaan Pengelola Industri Meubel Kayu Di Kecamatan Mantikulore Kota

Palu”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah sabagai berikut :

1. Bagaimana pola persebaran pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu?

2. Bagaimana pendapatan pengelola industri meubel kayu yang ada di Kecamatan Mantikulore Kota Palu?

3. Bagaimana strategi pengembangan industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu?

1.3 Tujuan Penelitian

(5)

1. Mengetahui pola persebaran pengelola industri mebel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

2. Mengetahui pendapatan pengelola industri meubel kayu yang ada di Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

3. Mengetahui strategi pengembangan industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi para pengambil kebijakan (pemerintah) dapat menjadi bahan pertimbangan terkait penentuan strategi pengembangan suatu jenis industri khususnya industri meubel kayu dengan memperhatikan aspek potensi wilayah tersebut.

2. Bagi pengelola industri meubel kayu, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan upaya-upaya strategis dalam mengembangkan usaha meubel, dengan melihat potensi peluang, serta ancaman, sehingga mampu bertahan dalam persaingan usaha khususnya usaha meubel kayu itu sendiri.

3. Bagi peneliti, dapat menjadi bahan pengetahuan untuk memahami karakteristik dari usaha industri meubel kayu, serta alasan yang membuat meubel kayu di Kecamatan Mantikulore tersebut tetap bertahan maupun tidak melalui pendekatan geografis.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Adapun kelebihan dari penelitian survei ini adalah kita akan mendapatkan data primer yang dapat dipercaya. Secarabiaya surveimungkin tidak murah, semua biaya akan semakin besar jika sampel populasi risetnya juga semakin banyak. Tetapi biaya ini diimbangi oleh waktu survei yang lebih cepat. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan tenaga yang cukup besar.

Hasil yang diperoleh dari survei akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT . Seperti penjelasan menurut Koentjaraningrat (1991: 30) yang menyatakan

bahwa : “ Penelitian yang bersifat deskriptif memberi gambaran yang secermat mungkin

(6)

Secara administratif daerah penelitian terletak di Kecamatan Mantikulore Kota Palu dengan luas wilayahnya sebesar 62.331 Ha yang terdiri dari 7 Kelurahan, yaitu Kelurahan Layana Indah, Kelurahan Tondo, Kelurahan Talise, Kelurahan Tanamodindi, Kelurahan Lasoani, Kelurahan Poboya dan Kelurahan Kawatuna. Secara administrasi Kecamatan Mantikulore mempunyai batas wilayah:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Palu Utara b. Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Palu Selatan dan Kabupaten Sigi d. Sebelah Barat : Teluk Palu dan Kecamatan Palu Timur

Alasan peneliti memilih lokasi ini ialah karena dari analisis data awal dari Disperindagkop & UKM Kota Palu, pengelola industri meubel kayu banyak tersebar di Kecamatan Mantikulore.

Penelitian ini berlangsung dari bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kecamatan Mantikulore yang berprofesi sebagai pengelola industri meubel kayu berdasarkan hasil pengecekan data di lapangan yaitu sebanyak 26 pengelola.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu pada teori Suharsini Arikunto (1992:118) menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiaanya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan penetapan jumlah sampel tersebut diatas, maka peneliti menetapkan semua populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 26 orang pengelola industri meubel kayu.

Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara. Pertama observasi, kedua survei sampel yaitu pengumpulan data dengan cara turun langsung ke lapangan/rumah warga yang terpilih sebagai sampel penelitian (survai sample) dengan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa daftar pertanyaan (kuesioner), dan yang ketihga adalah dokumentasi tentang aktifitas pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

(7)

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi yang terkait. Dalam penelitian ini data sekunder meliputi:

a. Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Palu berupa data industri pengolahan kayu di Kota Palu tahun 2013

b. BAPPEDA Kota Palu berupa Peta Administrasi Kota Palu dan Peta Kecamatan Mantikulore

c. Kantor Kecamatan Mantikulore berupa Profil Kecamatan Mantikulore setelah dimekarkan dari Kecamatan Palu Timur

Data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan tiga cara. Pertama Analisis pemetaan dimaksudkan untuk mengetahui pola persebaran industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Jadi pola persebaran industri meubel kayu di setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Mantikulore dapat diketahui melalui gambaran titik koordinat yang dimbil menggunakan GPS dari masing-masing meubel kayu yang ada di wilayah Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Kedua adalah analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui jumlah dan tingkat pendapatan usaha pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu, yang diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok berdasarkan jenis produk yang dihasilkan sebagai berikut:

1. Pendapatan pengelola meubel kayu yang memproduksi kursi, meja, dan almari 2. Pendapatan pengelola meubel kayu yang memproduksi kusen, daun pintu, dan

daun jendela.

3. Pendapatan pengelola meubel kayu yang memproduksi almari, kusen, daun pintu, dan daun jendela.

4. Pendapatan pengelola meubel kayu yang memproduksi kursi, meja, almari, kusen, daun pintu, dan daun jendela.

Tingkat pendapatan pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore diklasifikasikan berdasarkan Standar Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) yang mengklasifikasikan pendapatan menjadi 4 (empat) golongan:

1. > Rp. 3.500.000,00/ bulan Sangat tinggi

2. Rp. 2.501.000,00 - Rp. 3.500.000,00/ bulan. Tinggi 3. Rp. 1.500.000,00 - Rp. 2.500.000,00 Sedang

(8)

Analisis yang ketiga adalah analisis deskriptif berdasarkan hasil analisis SWOT, untuk membantu memberikan gambaran tentang potensi dan upaya strategis yang perlu dilakukan oleh pengelola meubel kayu di Kecamatan Mantikulore agar usaha ini lebih berkembang lagi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT. Menurut (Rangkuti 2004:164) analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha meubel kayu.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

1. Analisis Pola Persebaran industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore

(9)

2. Analisis Pendapatan Pengelola Industri Meubel Kayu di Kecamatan Maintikuore Kota Palu Berdasarkan Kelurahan, 2013.

a. Pendapatan Pengelola Meubel Kayu Yang Memproduksi Kursi, Meja, dan Almari

Kelurahan Jumlah Pengelola Meubel

(10)

Tanamodindi -

-Lasoani -

-Kawatuna -

-Poboya -

-d. Pendapatan Pengelola Meubel Kayu Yang Memproduksi Kursi, Meja, Almari, Kusen, Daun Pintu, dan Daun Jendela.

e. Identifikasi Pendapatan Responden pada Bulan Januari 2014 Berdasarkan Pengklasifikasian Pendapatan Menurut BPS Tahun 2008.

(11)

Kecamatan Mantikulore, agar industri meubel kayu ini tetap bertahan dan berkembang di masa yang akan datang.

Penentuan strategi dengan menggunakan Matriks SWOT dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini:

INTERNAL (IFAS)

EKSTERNAL (EFAS

KEKUATAN /Strengths (S)

1. Kondisi keuangan cukup memadai dalam memenuhi kebutuhan produksi 2. Ketersediaan bahan baku kayu saat ini yang cukup memadai dan penggunaan bahan baku kayu yang berkualitas

3. Lokasi usaha yang strategis dan aksesbilitas yang tinggi sehingga terjangkau oleh konsumen

4. Tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman

5. Kemudahan produksi dengan peralatan/ mesin semi modern 6. Terbinanya budaya menjaga kualitas

produk meubel kayu yangdiproduksi

KELEMAHAN/Weakness (W)

1. Modal usaha bergantung pihak lain (lembaga keuangan / bank ) 2. Tenaga kerja masih bersifat

borongan /paruh waktu (part time) 3. Lahan / lokasi usaha yang masih

kontrak/sewa.

4. Strategi/ cara pemasaran produk meubel kayu yang masih sederhana

PELUANG /Opportunities (O)

1. Respon positif terhadap realisasi UU No.32 Tentang Otonomi Daerah

2. Stabilitas Politik memberikan iklim usaha yang cukup bagi industri meubel kayu

3. Pertambahan jumlah penduduk yang dibarengi dengan berkembangnya tempat- tempat permukiman baru.

4. Terbukanya peluang pasar di Kota Palu dan Kabupaten lainnya. 5. Kebijakan pemerintah dalam

pemeliharaan sumber daya hutan 6. Masih tingginya permintaan

masyarakat terhadap produk

1. Berkurangnya pasokan bahan baku

1. PERLU KONTRIBUSI PEMERINTAH TERKAIT REGULSI SERTA

MELAKUKAN KERJASAMA DENGAN

(12)

kayu akibat adanya wacana pemberlakuan Moratorium penebangan hutan

2. Berdirinya industri baru dengan tingkat teknologi dengan berbagai strategi barunya menyebabkan persaingan di pasaran cukup ketat

Gambar 3. Matrik SWOT Industri Meubel Kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu, 2014

3.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik pengelola meubel kayu di Kecamatan Mantikulore cukup baik, dimana mayoritas pendidikan terakhir mereka sudah sampai bangku SMA. Dengan keahlian dan sistem manajmen yang baik membuat industri meubel kayu mereka mampu bertahan samapai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan interfal tertinggi dari pengalaman berusaha yang dijalani oleh para pengelola meubel kayu di Kecamatan Mantikulore yakni 21 tahun. Interfal pengalaman berusaha para pengelola meubel kayu tersebut berfariasi, mulai dari 2 sampai dengan 21 tahun.

(13)

sehingga bahan baku meubel kayu di Kecamatan Mantikulore mudah didapatkan, dan tentunya dijual dengan harga yang lebih tinggi per ubiknya dibandingkan dengan harga jual dari daerah asal bahan baku tersebut.

(14)

yang mengikuti jejak usaha di bidang industri meubel kayu di lokasi yang berdekatan dengan pengelola sebelumnya. Sedangkan di Kelurahan Tondo pola persebarannya cenderung menyebar / acak sebanyak 6 pengelola, dan tersebar di Jalan Trans Sulawesi, sebagiannya lagi berada di Jalan LIK Roviga Tondo.

Pengelola industri meubel kayu yang berada di Jalan LIK Roviga umumnya masyarakat yang ikut program transmigrasi industri dari pemerintah pusat, dan mereka ditempatkan di LIK (Lingkungan Industri Kecil) yang didirikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi & UKM Provinsi Sulawesi Tengah tahun 1984. Di Kelurahan Tanamodindi pola persebarannya acak/ menyebar, dengan jumlah 3 pengelola. Hal tersebut dikarenakan ada pengelola yang lokasi usahanya di Jalan Moh. Yamin dan Jalan Veteran yang tidak mengikuti satu jalur jalan yang sama.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan para pengelola meubel kayu di Kecamatan Mantikulore juga sangat baik, dimana berdasarkan standar pendapatan menurut BPS Tahun 2008, mayoritas rata-rata pendapatan para pengelola meubel kayu tersebut masuk dalam kategori sangat tinggi yaitu lebih dari Rp.3.500.000/ bulan. Jumlah tersebut sangat besar jika dibandingkan dengan upah minimum regional Kota Palu Tahun 2013 sebesar Rp.995.000/ bulan.

(15)

kayu di Kecamatan Mantikulore yang berasal dari Disperindagkop Tahun 2013, ternyata beberapa industri meubel kayu tersebut sudah gulung tikar atau bangkrut.

Berdasarkan survei di lapangan masih banyak pengelola maubel kayu di Kecamatan Mantikulore yang belum memiki surat izin usaha (SIU), dengan alasan pengurusan administrasi yang rumit. Hal ini terjadi karena Disperindagkop Kota Palu hanya mencatat industri meubel kayu yang pengelolanya telah mendaftarkan dan membuat izin usahanya. Oleh karena itu pemerintah melalui instansi terkait perlu mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pengurusan surat izin usaha, sehingga jika sewaktu-waktu pemerintah melakukan penggusuran dengan alasan pembangunan, para pengelola meubel kayu tersebut bisa mempertahankan lokasi usahanya karena telah memiliki landasan hukum yang kuat.

(16)

Demikian juga halnya keunggulan / kekuatan perusahaan berupa kondisi keuangan cukup memadai dalam memenuhi kebutuhan produksi, ketersediaan bahan baku kayu saat ini yang cukup memadai dan penggunaan bahan baku kayu yang berkualitas, lokasi usaha yang strategis dan aksesbilitas yang tinggi sehingga terjangkau oleh konsumen, tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman, kemudahan produksi dengan peralatan/ mesin semi modern, serta terbinanya budaya menjaga kualitas produk meubel kayu yang diproduksi relatif lebih besar untuk dapat mengatasi kelemahannya berupa modal usaha bergantung pihak lain (lembaga keuangan / bank ), tenaga kerja masih bersifat borongan /paruh waktu (part time), lahan / lokasi usaha yang masih kontrak/sewa dan strategi/ cara pemasaran produk meubel kayu yang masih sederhana.

Strategi yang dapat diterapkan pada industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu diantaranya adalah 1). Strategi SO (Strengths-Opportunities) yaitu dengan mempertahankan penekanan harga dibawah rata- rata pasaran guna memasuki berbagai segmen pasar, mengoptimalkan layanan terhadap konsumen, dan meningkatkan kualitas dan mutu produk. 2).Strategi S-T (Strengths- Threeats) yaitu perlu kontribusi pemerintah terkait regulasi serta melakukan kerjasama dengan pemasok bahan baku, meningkatkan kualitas produk dan menghemat biaya produksi. 3).Strategi W-O (Weakness- Opportunities) yaitu dengan membenahi manajemen usaha guna efisiensi dan efektifitas kerja. 4).Strategi WT (Weakness-Treats) yaitu dengan bantuan pendanaan yang mudah dan bunga rendah dari bank maupun pemerintah, mengurangi produksi dan menghemat biaya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

(17)

1. Pola persebaran industri pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore mengelompok mengikuti alur jalan yaitu di Kelurahan Layan Indah dan Talise. Sedangkan pola menyebar (random) tersebar Kelurahan Tondo dan Tanamodindi

2. Pendapatan pengelola industri meubel Kayu di Kecamatan Mantikulore rata-rata sebesar Rp. 6.196.538/ bulan dan masuk dalam kategori tinggi berdasarkan pengklasifikasian pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) yaitu >3.500.000/bulan, serta melampaui Upah Minimum Regional (UMR) Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 sebesar Rp. 995.000/ bulan.

3. Strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu diantaranya adalah 1). Strategi SO (Strengths-Opportunities) yaitu dengan mempertahankan penekanan harga dibawah rata- rata pasaran guna memasuki berbagai segmen pasar, mengoptimalkan layanan terhadap konsumen, dan meningkatkan kualitas dan mutu produk. 2).Strategi S-T (Strengths- Threeats) yaitu perlu kontribusi pemerintah terkait regulasi serta melakukan kerjasama dengan pemasok bahan baku, meningkatkan kualitas produk dan menghemat biaya produksi. 3).Strategi W-O (Weakness- Opportunities) yaitu dengan membenahi manajemen usaha guna efisiensi dan efektifitas kerja. 4).Strategi WT (Weakness- Treats) yaitu dengan bantuan pendanaan yang mudah dan bunga rendah dari bank maupun pemerintah, mengurangi produksi dan menghemat biaya.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah, para pengambil kebijakan dan dinas terkait untuk memberikan sosialisasi

pentingnya hak paten usaha melaui izin usaha kepada dinas terkait, agar industri yang dikelola terdata. Selain itu melaksanakan strategi pengembangan industri meubel kayu agar lebih maju di masa mendatang.

(18)

tempat yang paten, tidak mengganggu lingkungan dan tetap bisa menjalankan usaha industri meubel kayu.

3. Bagi pengelola industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore, hendaknya pro aktif terhadap program yang dilakukan oleh pemerintah, jangan cuek,demi keberlangsungan usaha industri meubel kayu yang Anda kelola.

4. Bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi bahan untuk melanjutkan penelitian sejenis dengan memperdalam aspek potensi internal dan eksternal dari industri meubel kayu di Kecamatan Mantikulore.

V. DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I., E. Maryani. 1998.Geografi Ekonomi(Diktat Kuliah). Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.

Achmat, Ramadhan,dkk.2013.Panduan Tugas Akhir (SKRIPSI) & Artikel Penelitian.Palu: Universitas Tadulako

Arikunto, Suharsimi.1996.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Aziz, Budianta. 2008.Kumpulan Istilah Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah, Edisi I Cetakan II.Tadulako University Press.

Bintarto,1984.Metode Analisa Geografi. Jakarta : Penernit LP3S

Dirjojuwono, Roerstanto W. 2004.Kawasan Industri Indonesia. Bogor : Pustaka Wirausaha Muda

Disperindagkop, 2013.Pengolahan Kayu Kota Palu. Palu

Dispendukcapil, 2013.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin. Palu

Djojodipuro, Marsudi.1991.Teori Harga. Jakarta :LPFE Universitas Indonesia ---.1992.Teori Lokasi. Jakarta :LPFE Universitas Indonesia Hubermen, Milles. 1992.Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Hunger, Whelen. 2003.Manajemen Strategis. Yogyakarta: Penerbit Andi

Koenjtaraningrat. 1991.Metode-Metode Panelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Kotler. 2002.Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Penerbit Prenhalindo.

Lutfi, Muta’ali. 2013.Pengembangan Wilayah Perdesaan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)

Mantra, Ida Bagoes. 1995.Langkah-langkah Penelitian Survai.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Mubyarto.1989.Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Penerbit LP3ES

Muh Andika L. 2010.Strategi Pengembangan Usaha Industri Meubel Kayu di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi. Skripsi pada Program Studi Manajemen hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako

Noor, Henry Faizal.2007.Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

(19)

Rangkuti, 2004.Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Suaatmadja,1988.Studi Geografi Suatu pendekatan dan Analisis keruangan.Bandung: Penerbit Alumni

Gambar

Gambar 3.  Matrik SWOT Industri Meubel Kayu di Kecamatan Mantikulore Kota Palu, 2014

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmatNya, saya Zefanya Fredericus Arsel sebagai penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang

Karena itu, terkait dengan potensi model pembelajaran TPS, perlu dilakukan kajian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan keterampilan metakognitif siswa

5. Pelaku pewarisan adalah orang yang berperan aktif dalam proses transfer of skill atau pewarisan keahlian atau keterampilan kepada pihak yang berhak. Pelaku utama dalam

Sekuritas, Risiko dan Keuntungan Bertransaksi di Pasar Modal, Biaya yang ditimbulkan dari Transaksi, serta Hak. dan Kewajiban sebagai Calon

para nelayan menyatakan hasil tangkapan sangat dipengaruhi oleh musim angin, masa musim-musim ikan banyak di perairan pada saat Musim Angin Barat dan Musim Angin

Namun demikian, apabila di kemudian hari ternyata terbukti bahwa karya ilmiah tersebut merupakan karya Ilmiah Plagiat, maka akan menjadi tanggung jawab mutlak penulis tersebut di

In this paper we investigate how the receipt of educational transfers, scholarships and related assistance programmes affects the labour supply of children and the marginal

The research discovers that the students’ vocabulary mastery increased by the Eye-Spy Game by the increase of mean score of experimental class that is 65.62 in the pre-test