• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Keperawatan Tentang Konsep Keperawatan Anak Sehat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Keperawatan Tentang Konsep Keperawatan Anak Sehat"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK KONSEP KEPERAWATAN ANAK SEHAT

Disusun Oleh : Nama : Achmad Zainuddin

Kelas / Semester : 4 A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Konsep Keperawatan Anak Sehat” dengan baik dan tepat waktu.

Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa.

Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa masalah yang kami ambil dalam makalah ini: 1. Bagaimana perspektif keperawatan anak?

2. Bagaimana konsep sehat sakit anak?

3. Bagaimana pengkajian keperawatan pada anak?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana perspektif keperawatan anak. 2. Untuk mengetahui bagaimana konsep sehat sakit anak.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Keperawatan Anak

Mortalitas dan Morbiditas pada Bayi dan Anak-Anak 1. MORTALITAS

Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun

.

Mortalitas Bayi

Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama tahun pertama kehidupan, yang kemudian dibagi menjadi mortalitan neonatal (usia <28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari-11 bulan)

Proporsi Penyakit penyebab kematian bayi (Depkes, 2004): – Penyakit system pernafasan 29,5 %

– Gangguan perinatal 29,3 % – Diare 13,9 %

– Penyakit sistem syaraf 5,5 % – Tetanus 3,68%

– Infeksi dan parasit lain 3,5 %

Mortalitas anak-anak

(5)

anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).

2. MORBIDITAS

Morbiditas dapat merujuk kepada:

 Pernyataan terkena penyakit (dari bahasa Latin morbidus: sakit, tidak sehat),

 Derajat kerasnya penyakit,

 Meratanya penyakit: jumlah kasus pada populasi,

 Insiden penyakit: jumlah kasus baru pada populasi.

 Cacat terlepas dari akibat (contoh cacat disebabkan oleh kecelakaan).

Morbiditas anak-anak banyak disebabkan oleh penyakit akut (penyakit pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit 11%), cedera 15 %, dan ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu (Pless dan Pless,1997)

Morbiditas meningkat pada mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.Penyebab utama hal ini adalah terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan.

11 juta balita dunia meninggal/tahun karena infeksi, 54% berkaitan dengan kurang gizi ( WHO, 2002).Angka kurang gizi (Depkes, 2004):

– 1989 ; 37,% 2000 : 24,7% – 2001 : 26,1% 2002 : 27,3% – 2003 : 27,5%

(6)

2.2 Konsep Sehat Sakit Anak

Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada pada rentang sehat, maka upaya oerawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesehjateraan baik fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya, apabila kondisi anak dalam kondisi kritis atau meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga.

2.3 Konsep Pengkajian Keperawatan Pada Anak 1. RIWAYAT KESEHATAN

A. Identitas Klien 1). Nama 2). Alamat

3). Nomor telepon

4). Tempat tanggal lahir / usia 5). Suku

6). Jenis Kelamin 7). Agama

8). Tanggal Pengkajian

B. Identitas Penanggung jawab 1). Nama

2). Alamat 3). Usia

(7)

C. Keluhan Utama

Keluhan yang paling dirasakan oleh klien. Alasan utama klien untuk mencari bantuan profesional kesehatan.

D. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit yang diderita klien saat ini, dimulai dari awal keluhan muncul sampai saat pengkajian, disertai keluhan utama klien. Sajikan informasi dalam urutan sesuai dengan kronologinya, diruntut satu persatu dari awitan sampai saat pengkajian. Fokuskan pada alasan mencari bantuan sekarang terutama apabila masalah telah ada untuk beberapa lama.

1. Awitan

a. Tanggal awitan b. Sifat Awitan

c. Faktor pencetus dan faktor predisposisi yang berkaitan dengan awitan

2. Karakteristik

a. Karakter (Kualitas, kuantitas, konsistensi, dll) b. Lokasi dan radiasi

c. Intensitas dan keparahan d. Frekuensi

e. Faktor yang memperberat dan menurunkan f. Gejala yang berhubungan

3. Perjalanan sejak awitan

a. Insiden (serangan akut tunggal, serangan akut berulang, kejadian tiap hari, kejadian periodik, episode kronis)

(8)

E. Riwayat Masa Lalu

Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera, atau prosedur pembedahan yang dialami klien sebelumnya.

1) Kehamilan (Ibu) a. Jumlah (gravida) b. Hasil (paritas)

c. Kesehatan selama kehamilan d. Obat-obatan yang digunakan. 2) Persalinan

a. Durasi persalinan b. Tipe melahirkan c. Tempat melahirkan d. Obat-obatan 3) Kelahiran

a. Berat dan panjang badan

b. Waktu peningkatan berat badan lahir c. Kondisi kesehatan

d. Skor Apgar

e. Adanya anomali kongenital f. Tanggal keluar dari perawatan

4) Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya a. Awian, gejala, perjalanan, terinasi b. Kekambuhan komplikasi

c. Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau dikomunitas d. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya

e. Kejadian dan sifat cedera. 5) Alergi

a. Hay fever, asma, dan eksema

(9)

6) Genogram 7) Obat-obatan

Nama, dosis, jadwal, durasi, dan alasan pemberian. 8) Imunisasi

a. Nama, Jumlah dosis, usia saat diberikan b. Kekambuhan reaksi

9) Pertumbuhan dan perkembangan

a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini.

b. Gigi geligi (Usia pertumbuhan, tanggal gigi, jumlah, masalah dengan gigi)

c. Usia kontrol kepala, duduk tanpa dukungan, berjalan, kata-kata pertama

d. Tingkatan sekolah saat ini, prestasi di sekolah e. Pemeriksaan perkembangan dengan Denver II

2. PENGKAJIAN FISIK (Head to toe)

A. Keadaan umum: kondisi klien secara umum, keletihan, penambahan atau penurunan berat badan, menggigil, kemampuian umum menjalankan aktivitas, dll.

B. Antropometri

1) Tinggi badan/panjang badan

a. Panjang badan digunakan pada anak dibawah 36 bulan: tempatkan anak telentang dengan kepala digaris tengah, pegang lutut dan dorong dengan perlahan kearah meja agar kaki ekstensi penuh, ukur panjang badan anak dari verteks (puncak) kepala sampai tumit kaki (jari kaki mengarah keatas).

(10)

digaris tengah, mata melihat lurus kedepan, ukur dari puncak kepala sampai permukaan berdiri.

2) Berat badan

a. Timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe platform, lindung bayi dengan menempatkan tangan diatas tubuh untuk mencegah jatuh.

b. Timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian dalam, tanpa sepatu pada timbangan tegak.

c. Periksa skala timbangan sebelum digunakan. d. Beri alas kain pada timbangan tipe platform. 3) Lingkar kepala

Ukur dengan kertas atau pita tembaga dari puncak alis mata dan pinna telinga ketonjolan oksipital tengkorak

 Pada saat lahir lingkar kepala melebihi lingkar dada 2-3 cm

 Pada 1-2 tahun, limgkar kepla sama dengan lingkar dada

 Selama masa anak-anak, lingkar dada melebihi lingkar kepala

kira-kira 5-7 cm. 4) Lingkar dada

 Lingkar dada diukur menggunakan midline melingkari dada pada garis puting susu.

 Lakukan pengukuran selama masa inspirasi dan ekspirasi.

5) Lingkar lengan

 Pengukuran lingkar lengan pada lengan kanan fleksi 900 pada siku, tandai titik tengahnya.

 Pegang kertas atau pita ukur tembaga melingkari lengan atas pada titik tengah

(11)

Sebaiknya tanda-tandavital diukur saat kedaan anak tengan untuk memperoleh hasil yang akura. Libatkan anak dan keluarga selama pemeriksaan.

1. Suhu

a. Suhu oral: Letakkan dibawah lidah didalam kantong sublingual posterior kanan tau kiri, bukan didepan lidah, minta anak untuk tetap mengatupkan mulutnya tanpa mengigit termometer. b. Suhu aksila: tempatkan termometer dibawah lengan dengan

ujungnya dibagian tengan aksila dan dekatkan dengan kulit, tahan tangan anak untuk mejepitnya

c. Suhu rektal: Masukkan ujung termometer yang telah diberi pelumas tidak lebih dari 2,5 cm kedalam rektum, pegang termometer dengan hati-hati didekat anus

2. Nadi

a. Ukur nadi apikal pada anak dibawah 2-3 tahun

b. Titik intensitas maksimum terletak di bagian lateral sampai puting susu pada ruang intercosta keempatsampai kelima pada garis midklavikula

c. Ukur nadi radialis pada anakusia lebih dari 2-3 tahun d. Hitung nadi selam satu enit penuh

e. Tingkatan nadi:

 Tingkat 0 : tidak dapat diraba

 Tingkat +1 : sulit untuk diraba, lemah, halus, mudah lenyap dengan tekanan

 Tingkat +2 : sulit diraba, dpat lenyap dengan tekanan

 Tingkat +3 : mudah diraba, tidak mudah hilang dengan tekanan (normal)

 Tingkat +4 : kuat, berdenyut, tidak hilang dengen tekanan.

(12)

Observasi frekuensi pernapasan selama satu menit penuh. Observasi adanya gerakan abdomen pada bayi, dan obeservasi adanya gerakan thoraks pada anak yang lebih besar

4. Tekanan darah

Gunakan ukuran manset dan stetoskop yang tepat. Ukuran manset mengacu pada kantong bagian dalam yang dapat dikembungkan. Daerah yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah pada anak yaitu Lengan atas (arteri brakhialis, lengan bawah atau lengan depan ( arteri radialis), paha (arteri poplitea), tungkai atau dorsalis pedis (arteri dorsalis pedis).

D. Kulit

Observasi kulit pada cahaya matahari atau sinar buatan yang netral 1) Warna: sklera, konjungtiva, pungung kuku, lidah mukosa mulut,

telapak tangan, telapak kaki. Tentukan kulit terang (putih sampai kemerahan) dan kulit gelap.

2) Tekstur: kelembaban, kehalusan, integritas kulit, dan suhu.

3) Suhu: bandingkan di semua permukaan kulit (normalnya sama diseluruh permukaan tubuh, pada bagian yang terpapar teraba lebih dingin).

4) Turgor: genggam kulit pada abdomen antara ibu jari dan jari telunjuk, tarik, da lepaskan. Tentukan bentuk dengan segera tanpa lengkungan, keriput, atau depresi berkepanjangan.

E. Struktur aksesori

1) Rambut: inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas, higiene

(13)

3) Observasi lipatan fleksi pada telapak tangan.

F. Nodus Limfe

1) Palpasi nodus lemfe menggunakan bagian distal jari

2) Tekan dengan perlahan tapi tegas dengan gerakan melingkar 3) Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan.

4) Submaksilaris: tundukkan kepala sedikit kebawah 5) Servikal: tengadahkan kepala sedikit keatas

6) Aksila: rilekskan lengan disamping tapi sedikit terabduksi 7) Inguinalis: tempatkan anak pada posisi terlentan

8) Normalnya nodus limfe tidak dapat dipalpasi atau sangat kecil, tidak ada nyeri tekan, dapat digerakkan.

G. Kepala

1) Perhaikan bentuk dan kesimetrisan

2) Perhatikan kontrol kepala (terutama pada bayi) dan postur kepala Wajah simetris, kepala pada garis tengah.

3) Evaluasi rentang gerak: gerakan kepala keatas, kebawah, kanan, dan kiri

4) Palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus, atau pembengkakan yang nyata.

Fontanel posterior menutup pada usia 2 bulan, fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan. Periksa higiene kulit kepala akan adanya lesi, infestasi, trauma, kehilangan rambut, perubahan warna.

H. Leher

1) Inspeksi ukuran leher

2) Trakhea: palpasi adanya deviasi, letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada setiap sisi dan gerakkan jari kedepan dan kebelakang

(14)

krikoid, rasakan ismus (jaringan penyambung lobus) naik ketika menelan.

4) Arteri karotis: palpasi di kedua sisi.

I. Mata

1) Inspeksi penempatan dan kesejajaran antar kedua mata

2) Bila abnormalitas dicurigasi, ukur jarak kedua kantus bagian dalam (+ 3 cm)

3) Observasi adanya kelebihan lipatan epikantus dari atap hidung sampai terminasi dalam alis mata (sering pada anak asia)

4) Observasi penempatan, gerakan dan warna kelopak mata 5) Inspeksi konjungtiva palpebra.

J. Telinga

1) Pinna : inspeksi penempatan dan kesejajaran

2) Ukur tinggi pinna dengn menarik garis imajiner dari orbit luar mata ke oksipital tengkorak

3) Ukur sudut pinna dengan menarik garis horisontal imajiner dan sejajarkan pinna setelah tanda ini ( berada dalam sudut 100 dari garis vertikal.

4) Perhatikan adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus. 5) Inspeksi higiene telinga (bau, rabas, warna)

K. Hidung

1) Vestibula Anterior: tengadahkan kepala kebelakang, dorong ujung telinga keatas, dan sinari lubang didung dengan sinar kilat untuk mendeteksi perforasi septum

(15)

L. Mulut

1. Bibir: perhatikan warna, tekstur dan lesi sebelumnya

2. Minta anak untuk membuka mulut, dengan tangan diangkat keatas disamping kepala, minta keliarga menjaga tangan anak dan immobilisasi kepala

3. Dapat dilakuakn didepancermin, dan libatkan anak dalam pemeriksaan

4. Hindarkan penggunaan spatel lidah bila tidak diperlukan.

5. Gunakan lampu senter untuk mendapatkan penyinaran yang baik 6. Observasi membran mukosa: merah muda terang, berkulaiu, halus,

sama, dan lembab

7. Ginggiva: kuat, merah muda, kekuningan, berbintik-bintik.

8. Gigi: jumlah sesuai dengan usia, putih, oklusi rahang atas dan bawah baik

9. Lidah: tekstur kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai bibir, tidak ada lesi atau massa dibawah lidah.

M. Dada

1) Inspeksi ukuran, bentuk,kesimetrisan, gerakan dan perkembangan payudara

2) Lokalisasi ruang intercista

3) Puting biasanya pada intercosta ke-4 4) Ujung igi ke-11 teraba pada lateral 5) Ujung igi ke-12 teraba pada posterior 6) Ujung skapula pada iga atau intercosta ke-8

N. Paru

(16)

2) Dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tang datar apd punggung dan dada engan ibu jari digaris tengah sepanjang tepi kostal bawah

3) Taktil fremitus: palpasi pada rongga torak dan minta anak untuk emngatakan “777” atau “eee”.

4) Perkusi kedua sisi dada pada ruang intercosta

a. Pekak pada garis midklavikular kanan intercosta kelima (hepar) b. Pekak dari intercosta kedua-kelima diatas batas strernum kiri

sampai garis midklavikular (jantung)

c. Timpani pada intercosta kelia kiri bawah (lambung)

5) Auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas, nada, kualitas, durasi relatis dari inspirasi dan ekspirasi. Anjurkan anak untuk napas dalam dengan meminta anak meniup bola kapas yang berada di telapak tangan

a. Bunyi napas vesikuler: dengarkan seluruh permukaan paru kecuali area intraskapular atas dan manubrium bawah, inspirasi lebih keras, lebih panjang, dan bernada lebih tinggi dari ekspirasi

b. Bunyi napas Bronkovesikuler: twerdengar pada area intraskapular atas dan manubrium, inspirasi dan ekspirasi hampir sama.

c. Bunyi napas Bronkhial: terdengar hanya diarea atas trakhea dekat takik suprasternal, ekspirasi lebih panjang, lebih keras, dan nada lebih tinggi dari pada inspirasi

O. Jantung

1) Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan palpasi, kemudian auskultasi

(17)

3) Inspeksi jantung dengna anak pada posisi semi fowler, observasi dinding dada dari sebuah sudut. Dinding dada simetris

4) Palpasi untuk menentukan lokasi impuls apikal (ictus kordis) yaitu impuls jantung paling lateral. Ictus cordis berada di lateral midklavikula sinistra dan intercosta ke-4 pada anak < 7 tahun. Pada anak 7 tahun ictus cordis teraba pada garis midklavikula sinistra intercosta ke-5.

5) Palpasi kulit untuk waktu pengisian kapiler 6) Auskultasi bunyi jantung

a. Dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan bersandar b. Gunakan stetoskop bagian diafragma dan bel dada

c. Kaji kualitas (jelas dan jernih), intensitas (kuat tetapi tidak mantap), frekuensi (sama dengan nadi radialis), irama (teratur dan datar).

d. Area aortik: ruang intercosta ke-2 dekstra para sternal. S2 terdengar lebih keras daripada S1

e. Area pulmonik: ruang intercosta ke-2 snistra para sternal. Pemecahan dari S2 yang terdengar paling baik (normalnya melebar pada inspirasi)

f. Titik Erb: ruang intercosta ke-3 dan ke-2 sinistra para sternal. Daerah murmur fungsional yang paling sering

g. Area apikal atau mitral: ruang intercosta ke-5, garis midklavikula sinistra 9 ruang itercosta ke-3 sampaike-4 dan lateral pada garis midklavikula sinistra pada bayi). S1 terdengar paling keras, pemecahan S1 dapat didengarkan.

P. Abdomen

1) Inspeksi diikuti dengan auskultasi, perkusi, dan palpasi yang dapat merubah bunyi abnormal normal.

(18)

3) Palpasi mungkin tidak nyaman untuk anak. Tempatkan anak pada posisi terlentang dengan kaki fleksi pada panggul dan lutut.alihkan perhatian anak dengan pernyataan seperti “saya akan menebak apa yang kamu makan dengan memegang perutmu”. Minta anak mempalpasi dengan menempatkan tangannya sendiri diatas tangan perawat yang memeriksa.

4) Minta anak menempatkan tangannya pada abdomen dengan jari meregang dan palpasi diantara jari-jari.

5) Inspeksi kontur, ukuran, dan tonus (tinus kuat, muskular pada pria remaja).

6) Kaji kondisi kulit (halus dan rapi)

7) Kaji gerakan abdomen. Pada anak dibawah 7-8 tahun meningkat pada inspirasi dan selaras dengan gerakan dada. Pada anak yang lebih besar gerakan pernapasan kurang.

8) Inspeksi umbilikus akan adanya herniasi, fistula, higiene, dan rabas.

9) Kaji adanya hernia; inguinalis (urutkan jari kelingking ke cincin inguinalis eksternal didasar skrotum, minta anak untuk batuk0, femoralis (tempatkan jari diatas kanalis femoralis, cari dengan meletakkan jari telunjuk diatas nadi femoralis dan jari tengah di kulit menghadap garis tengah).

10) Auskultasi bisig usus pulsasi aortik

a. Bising usus: bunyi gemerincing logam pendek seperti kumur-kumur, klik, atau terdengar menggeram setiap 10-30 detik b. Pulsasi aortik: terdengar pada epigastrium, sedikit kekiri ke

garis tengah. 11) Perkusi abdomen

(19)

a. Hepar: 1-2 jari dibawah marjin kostal kanan pada bayi dan anak kesil

b. Limpa : 1-2 cm dibawah maerjin kostal kiri pada bayi dan anak kecil

13) Palpasi nadi femoralis: tempatkan ujung 2-3 jari ditengah antara puncak iliaka dan simpisis pubis

14) Timbulkan reflek abdomen: regangkan kulit dari samping ke garis tengah pada setiap kuadran. Umbilikus bergerak kearah kuadran yang ditekan.

Q. Genitalia

1) Pemriksaan genitalia sama seperti pemeriksaan organ sebelumnya, jelaskan prosedur dan maknanya

2) Hargai privasi klien.

3) Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan sarung tangan. 4) Penis: inspeksi ukuran

a. Glans dan batang: inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan, lesi, inflamasi

b. Prepsium: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas c. Meatus uretra: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas d. Skrotum: inspeksi ukuran, lokasi, kulit, dan distribusi rambut.

Mungkin tampak besar pada bayi, tergantung bebas dari peinium dibelakang penis, satu kantung tergantung lebih rendah dari yang lain, kulit kendur keriput, biasanya merah dan kasar pada remaja.

e. Testis: palpasi kantung skrotum dengan menggunakan ibu jari dan ajri telunjuk. Badan ovoid kecil panjangnya kira2 1,5-2 cm, berukuran ganda selama pubertas.

(20)

a. Mons pubis: bantalan lemak diatas simpisis pubis, pada remaja tertutup rambut, distribusi rambut biasanya adalah triangular b. Klitoris: terletak pada ujung anterior labia minora tertutup oleh

lipatan kecil kulit (prepusium) 6) Labia: palpasi adanya massa

a. Labia mayora: dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada komisura posterior, permukaan dalam merah muda dan lembab b. Labia minora: dua lipatan kulit interior pada labia mayora, biasanya dapat dilihat sampai pubertas, menonjol pada bayi baru lahir.

7) Metus uretra: inspeksi terhadap lokasi, seperti bentuk V dengan meregangkan kearah bawah dari litoris ke perinium

8) Orifisium vaginalis: pemeriksaan interna biasanya tidak dilakukan, inspeksi terhadap lubang sebelumnya. Terletak apada posterior meatus uretra, dapat tertutup oleh memran berbentuk sabit atau sirkuler (himen), rabas biasanya jernih atau sirkuler.

9) Anus

a. Inspeksi penampilan umum, kondisi kulit b. Bokong: lipatan padat, lipatan gluteal simetris

c. Reflek anal: munculkan dengan mengerutkan atau meregangkan area perianal dengan perlahan. Kontraksi cepat sfingter anal eksterna, tidak ada protusi rekstum.

R. Punggung dan Ekstremitas

1) Inspeksi kurvatura dan kesimetrisan tulang belakang. Pada bayi baru lahir berbentuk C atau bulat. Kurva sekunder servikal terbentuk kira-kira pada usia 3 bulan. Lordosis merupakan hal yang normal pada anak kecil tapi berkurang sesuai usia.

2) Uji adanya skoliosis. Bahu, skapula, dan puncak iliaka simetris 3) Observasi mobilitas tulang belakang. Fleksibel, rentang gerak

(21)

4) Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran (sama), suhu, warna, nyeri tekan, mobilitas, jumlah jari tepat, kuku merah muda.

5) Inspeksi posisi telapak kaki, uji apakah ada deformitas kaki apd saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan leh peegangan keluar

6) Inspeksi cara berjalan. Minta anak berjalan pada garis lurus

7) Kaji reflek plantar: usap telapak kai lateral dari tumit kedepan ke ibu jari kaki melewati haluks. Fleksi ibu jari kaki pada anak diatas usia 1 tahun.

8) Kaji kekuatan otot:

a. Lengan: minta anak mengangkat tangan sambil melawan tekanan dari tangan anda

b. Kaki: minta anak duduk dengan kaki menggantung, lanjutkan seperti pada tangan.

c. Telapak tangan: Minta anak meremas jari anda sekencang mungkin.

(22)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap perawat perlu memahami tentang perkembangan keperawatan anak, filososi keperawatan anak, dan peran perawat anak sehingga mereka dapat memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan benar.

3.2 Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2007

Hidayat. Aziz Alimul A. Pengantar ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. 2008

Wong Donna L. Hockenberry Marilyn. Wilson David. Winkelstein L Morilyn. Schwartz Patricia. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2008

Referensi

Dokumen terkait

­ Telentangkan  anak  di  atas  papan  pengukur  dengan  posisi  kepala  menempel  pada  bagian  papan  yang  datar  dan  tegak  lurus  (papan  yang 

Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat

Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang dirawat dirumah sakit, sangat diperlukan kerjasama antara orang tua dan tim kesehatan dan asuhan pada anak

Tuberkulosis pada anak cukup penting dengan alasan bahwa tuberkulosis pada bayi dan anak akan lebih mudah berlanjut menjadi TBC paru yang lebih berat dan dapat

Difteria adalah suatu infeksi akut yang mudah menular,sangat berbahaya pada anak –anak terutama menyerang saluran pernafasan bagian atas,penularannya melalui

Setelah menyelesaikan mata ajar keperawatan anak tahap profesi ini, mahasiswa program profesi mampu memberi asuhan keperawatan pada anak berbagai tingkat usia (bayi baru lahir

dengan informasi yang diberikan diberikan informasi 17 28 Oktober 2015 5 10.00 Memberi dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap memantau pertumbuhan

Sebagaimana dalam melaksanakan upaya keperawatan pada pasien hakekatnya tidak membedakan apakah pasien seorang dewasa, anak atau bayi baru lahir, karena tatalaksana