• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah TBC ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah TBC ANAK"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TBC ANAK

Oleh : Stella Widjaja

2007 10 038 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

(2)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “TBC pada anak”, suatu permasalahan yang banyak terjadi pada anak yang masih banyak sampai sekarang karena tertular orang dewasa.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah TBC pada anak yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan pemahaman lebih dan penanggulangannya.

Demikian makalah ini saya buat, semoga bermanfaat.

Jakarta, 29 Juli 2009

(3)

DAFTAR ISI

Judul………...………...i Kata pengantar……….………ii Daftar isi………..………..…..………...iii Bab I. Pendahuluan………..………1 A. Latar Belakang………1 B. Tujuan………..1

Bab II. Isi………...………..2

1. Pemeriksaan……….………2 2. Diagnosis TBC Anak………..……….3 3. DD……….………..5 4. WD………..7 5. Definisi………7 6. Epidemiologi………...………7 7. Etiologi………...……….8 8. Patogenesis………..………9

9. Faktor Penghambat Dalam Pemberantasan TBC………...………10

10. Perbedaan TBC Anak dan Dewasa………...………...10

11. Klasifikasi TBC Anak………...………...10

12. Klinis……….………...11

13. Komplikasi………...11

14. Tatalaksana Pengobatan TBC Anak………..…..11

15. Pencegahan Tuberkulosis Anak………..14

16. Intervensi Siklus Infeksi Tuberkulosis Anak………..17

17. Prognosis……….18

Bab III. Kesimpulan……….…19

(4)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi infeksi tuberkulosis di negara berkembang termasuk Indonesia masih tinggi. Tuberkulosis pada anak cukup penting dengan alasan bahwa tuberkulosis pada bayi dan anak akan lebih mudah berlanjut menjadi TBC paru yang lebih berat dan dapat terjadi TBC ekstra paru; infeksi tuberkulosis atau sakit tuberkulosis menunjukkan adanya penularan di lingkungannya dan tuberkulosis pada anak yang tidak ditangani akan menjadi sumber infeksi dimasa yang akan datang. Adanya kontak serumah dengan individu yang menularkan merupakan faktor risiko untuk infeksi atau sakit tuberkulosis pada bayi dan anak. Di Indonesia data tentang hal tersebut masih terbatas. Adanya infeksi tuberkulosis dapat ditelusuri dari adanya kontak serumah dengan penderita TBC dewasa dengan BTA (+).

B. Tujuan

Penulisan ini bertujuan agar angka penderita TBC dapat ditekan. Selain itu, tujuan lainnya yaitu agar penderita TBC dapat terdeteksi sedini mungkin, dirawat dengan pengelolaan yang sesuai supaya komplikasinya dapat dicegah. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya tulisan ini, masyarakat dapat mengetahui TBC secara lebih mendalam, komplikasinya, dapat melakukan langkah-langkah pencegahan, dan langkah-langkah pengelolaan. Diharapkan juga agar semua orang dapat lebih mewaspadai penyakit TBC. Semoga tulisan ini berguna dalam menambah wawasan para pembaca.

(5)

BAB II. ISI

1. PEMERIKSAAN A. Anamnesis -. Keluhan awal.

Keluhan awal akut mungkin disebabkan adanya gangguan fisiologis akut. -. Gejala yang menyertai.

a. Nyeri dada yang disertai sesak kemungkinan emboli paru, infark miokard, atau penyakit pleura.

b. Batuk yang disertai sesak, khususnya sputum purulen mungkin disebabkan oleh infeksi napas atau proses radang kronik.

c. Demam dan menggigil mendukung adanya suatu infeksi.

d. Hemoptisis mengisyaratkan ruptur kapiler/vaskular, misalnya karena emboli paru, tumor, atau radang saluran napas.

-. Terpajan keadaan lingkungan/ obat tertentu : allergen – bronkospasme; debu, asap, dan bahan kimia yang menimbulkan iritasi jalan napas berakibat terjadi nya bronkospasme pada pasien yang sensitive; obat yang dimakan/injeksi dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang menyebabkan sesak; riwayat pajanan dengan penderita yang infeksius.1

B. Pemeriksaan Sistemik

• Nadi normal pada anak :

Usia Rata-rata Kisaran

1-2 tahun 110 70-150

2-6 tahun 103 68-138

6-10 tahun 95 65-125

• Frekuensi napas : berkisar antara 20-40 kali/menit.

(6)

• TB : kurang lebih 100 cm. 2

C. Pemeriksaan Fisik

-. Inspeksi : saat bernapas ada bagian yang tertinggal atau tidak, ada tonjolan atau tidak, dan sebagainya.

-. Palpasi : meningkatnya fremitus menandakan adanya konsolidasi. -. Perkusi : normal adalah sonor; hipersonor ditemukan pada hiperinflasi paru; dan redup ditemukan pada konsolidasi paru/efusi pleura.

-. Auskultasi : berkurangnya intensitas saluran napas pada kedua bidang paru menunjukkan adanya obstruksi saluran napas; ronki kasar dan nyaring sesuai dengan obstruksi parsial/penyempitan saluran napas; ronki basah halus terdengar pada parenkim paru yang berisi cairan. 1

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : bilas lambung , pemeriksaan dahak (jarang) → gram, BTA, biakan. Lavase lambung harus dilakukan 3 hari berturut-turut, dini hari, dan pasien berpuasa serta berbaring telentang. Kultur konvensional membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk pertumbuhan yang dapat dideteksi. Beberapa system yang lebih baru, seperti BACTEC, dapat memperpendek waktu hingga 10 hari. Penggunaan PCR untuk diagnosis masih dalam tahap percobaan, tetapi sepertinya menjanjikan keberhasilan. Jaringan kelenjar bening dapat diperoleh melalui biopsy, eksisi, atau melalui aspirasi jarum halus.3

Radiologi : foto thorax PA.1,3,4

(7)

2. DIAGNOSIS TBC ANAK

a. Test Tuberkulin

Ada 2 macam tuberkulin yang dipakai yaitu Old tuberkulin dan Purified protein derivate dengan cara Mantoux. Yaitu dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah.Reaksi dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan.4 Eritema tanpa

indurasi tidaklah bermakna. Tes positif bila indurasi >5mm/ lebih pada anak yang kontak dengan pasien infeksius, mereka yang terkena infeksi HIV/penyakit immunosupresan lain dan mereka yang foto thoraxnya menunjukkan tuberculosis. Indurasi >10 mm adalah positif pada sebagian besar grup anak yang mempunyai faktor risiko epidemiologi, seperti kemiskinan, lahir di Negara berprevalensi tinggi, dan tinggal di daerah yang prevalensi tuberkulosisnya tinggi. Bagi mereka yang tidak mempunyai faktor risiko, positif bila indurasinya >15mm. Pada anak yang mendapat imunisasi BCG, indurasi 10 mm/ > harus dipertimbangkan positif. 3

b. Keadaan umum anak

Curiga adanya TBC anak bila : - Sering panas

- Batuk yang tidak sembuh-sembuh - Nafsu makan menurun

- Berat badan tidak naik 4

c. Laboratorium hematologi

Tidak banyak membantu. Laju endap darah meninggi pada keadaan aktif dan kronik. Pada stadium akut bisa terjadi leukositosis dengan sel polimorfonuklear, yang meningkat selanjutnya limfositosis. Gambaran hematologik dapat membantu mengamati perjalanan penyakitnya. Gambaran darah yang normal, tidak / belum dapat menyingkirkan diagnosis tuberkulosis. 4

d. Foto Roentgen PA

Kelainan Roentgen akibat penyakit ini dapat berlokasi di mana saja dalam 3

(8)

paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer). Foto Rontgen thoraks tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik tunggal. 5

b. Pemeriksaan bakteriologis

Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi sulit pada bayi dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum (pada anak besar), bilasan lambung pagi hari atau dari cairan lain : LCS, cairan pleura, cairan pericardium. Pemeriksaan dapat dilakukan cara BTA, biakan, PCR, serologi, dan lain-lain.4

c. Pemeriksaan histopatologi

Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari kelenjar limfe.4

d. Pemeriksaan fungsi paru

Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis hebat. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TBC anak yang memerlukan tindakan operatif.4

e. Pemeriksaan terhadap sumber penularan

Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan pengobatan.4

3. D.D

- Penyakit paru karena MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis). Etiologi : MOTT kecuali M. leprae.

Klinis : gejala paru sama dengan yang disebabkan M. tuberculosis. Gejala yang ditimbulkannya bervariasi dan tidak spesifik, misalnya batuk produktif, sesak, malaise, lemah, dan batuk darah. Gejala-gejala konstitusional seperti demam, keringat malam, berat badan menurun kurang menonjol. Membedakan MOTT dengan M.tuberculosis :

1. Uji Niasin : (+) : warna kuning : M. tuberculosis. (-) : tidak berubah warna : MOTT.

(9)

2. Uji katalasa : (+) : ada gelembung busa : M. tuberculosis. (-) : tidak ada gelembung busa : MOTT. 3. Uji PNB : (+) : tumbuh : MOTT

(-) : tidak tumbuh : M. tuberculosis.1

-. Bronkitis kronik berulang.

Etiologi : Rhinovirus, RSV, Parainfluenza, Influenza, Adenovirus, Enterovirus, H. influenza, Strep. Pneumonia, Staph. aureus.

Definisi : gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3x dalam 3 bulan dengan atau tanpa gejala respiratorik lainnya.

Klinis : batuk produktif/kering, nyeri dada, kadang wheezing, dan gejala bertambah malam hari.

Untuk membedakannya dilakukan reaksi serologi, pewarnaan gram, dan deteksi laboratorium (bila penyebabnya bakteri biasanya ada leukositosis). 1

-. Pneumonia yang bukan disebabkan M.tuberculosis.

Etiologi : pada anak-anak biasanya : Virus : Parainfluenza, Influenza Virus, Adenovirus. Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia. Bakteri : Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosis.1

Definisi : Infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru.1,7

Klinis : demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal, batuk, takipneu, sesak napas, dan sianosis.1

-. Pertusis :

Etiologi : Bordetella pertusis.

(10)

Klinis : masa inkubasi 7-14 hari. Penyakit dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih yang terdiri dari 3 stadium :

1. Stadium kataralis

Stadium ini berlangsung 1-2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan. Stadium ini menyerupai influenza.

2. Stadium spasmodic

Berlangsung selama 2-4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka merah, dan sianotik. Batuk keras terus menerus. Diawali batuk 5-10 kali selama ekspirasi diikuti inspirasi mendadak dan panjang (whoop) lalu muntah.

3. Stadium konvalesensi

Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan serangan batuk berkurang, muntah berkurang, nafsu makan muncul kembali.1

4. W.D : TBC pada anak 5. DEFINISI

Penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 1-7

6. EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah

(11)

terbesar kasus TBC terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TBC di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.

Diperkirakan angka kematian akibat TBC adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TBC terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortalitas tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TBC yang muncul.

Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TBC setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian akibat TBC. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.6

7.

ETIOLOGI : M. t uberculos is

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit

melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein.6

(12)

8. PATOGENESIS

Inhalasi basil TBC → alveolus → fagositosis oleh makrofag

Basil TBC berkembang biak Destruksi basil TBC

Destruksi makrofag

Resolusi Pembentukan tuberkel Kel. limfe

Kalsifikasi Perkijuan Penyebaran hematogen

Kompleks Ghon pecah

Lesi sekunder paru Lesi di hepar, lien, ginjal, tulang, otak, dll.

(13)

Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan perjalanan penyembuhannya.6

9. FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PEMBERANTASAN TBC 1. Sosial Ekonomi

- Makanan yang kurang baik dalam kualitas dan kuantitas mengakibatkan daya tahan tubuh anak turun dan mudah terjadi infeksi.

- Obat yang mahal dan dibutuhkan waktu yang relatif lama. 2. Perumahan : kurangnya udara ventilasi, dan biasanya “over crowded” 3. Kurangnya pengetahuan kesehatan dan kurangnya pengertian mengenai

sifat dan cara penularan TBC.4

10. PERBEDAAN TBC ANAK DAN DEWASA

a. TBC anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan infra klavikuler.

b. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran kelenjar limfe regional.

c. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis. d. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang. 4

11. KLASIFIKASI TBC ANAK 1. TBC Primer

- Komplek Primer.

Di paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang yang disebut afek/fokus primer dari Gohn. Basil akan menjalar melalui saluran limfe dan terjadi limfangitis dan akan terjadi 9

(14)

limfadenitis regional. Pada lobus atas paru akan terjadi pada kelenjar limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan terjadi pada kelenjar limfe hiler.

- Komplikasi paru dan alat lain (sistemik). 2. TBC Post Primer

- Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang indolen aktif kembali).

- Re infeksi eksogen.4

12. KLINIS

Gejala umum tuberculosis anak :

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas / tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.

2. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive).

3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran napas akut), dapat disertai keringat malam.

4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple. 5. Batuk lama lebih dari 30 hari.

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

Gejala spesifik sesuai organ yang terkena : TBC kulit/skrofuloderma, TBC tulang dan sendi (gibbus; pincang), TBC otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TBC mata (konjunktivitis fliktenularis, tuberkel koroid), dll.7

13. KOMPLIKASI

Dapat terjadi penyebaran secara limfogen/ hematogen yang akan mengakibatkan TBC milier, meningitis TBC, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TBC tulang dan sendi. 4

14. TATALAKSANA PENGOBATAN TBC ANAK

A. Tujuan pengobatan TBC anak

(15)

- Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat.

- Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps dengan jalan pengobatan:  Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3

macam obat : INH, Rifampisim dan Pirazinamid.

 Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi untuk mencegah terjadinya relap: menggunakan 2 macam obat : INH & Rifampicin.

- Mencegah terjadinya resistensi kuman TBC.4

B. Prinsip Pengobatan TBC Anak

- Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap obat.

- Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan masalah kadar kepatuhan pasien.

- Obat diberikan secara teratur tiap hari.4

C. Obat TBC Anak

Regimen dasar pengobatan TBC adalah kombinasi INH dan Rifampicin selama 6 bulan dengan Pirazinamid pada 2 bulan pertama. Pada TBC berat dan ekstrapulmonal biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan (ditambah Etambutol dan Streptomisin), dilanjutkan dengan INH dan Rifampicin selama 4-10 bulan sesuai perkembangan klinis.

Pada meningitis TBC, perikarditis, TBC milier, dan efusi pleura diberikan kortikosteroid, yaitu prednison (PRED) 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2-6 minggu. 7

OBAT SEDIAAN DOSIS

(mg/kg BB) DOSIS MAKS ESO INH Tablet 100 mg Tablet 300 mg Sirup 10 mg/ml 5 – 15 300 mg Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitif Rifampicin Kapsul/ kaplet 10 - 15 600 mg Urine/sekret merah,

(16)

(RIF) 150,300,450,600 Sirup 20 mg/ml

hepatitis, mual, flulike reaction Pirazinamid (PZA) Tablet 500 mg 25 – 35 2 g Hepatitis, hipersensitif Etambutol (EMB)

Tablet 500 mg 15 – 20 2,5 g Neurilis optika, gangguan visus /warna, gangguan saluran cerna

Streptomisin (SM)

Injeksi 15 - 40 1 gram Ototoksis, nefrotokis

Tabel 1. Obat anti tuberculosis untuk anak. 4

D. Regimen Pengobatan TBC Anak

2 bln 6 bln 9 bln 12 bln INH RIF PZA EMB SM PRED

Grafik 1. Regimen pengobatan TBC anak4

E. Pemantauan Hasil Pengobatan

a. Pengawasan terhadap respon pengobatan. Perhatikan perbaikan klinik, aktivitas, nafsu makan, kenaikan berat badan. Bila ada tuberkulosis ekstra pulmonal diamati perbaikan yang terjadi. Respon klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai diagnostik. Respon yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal. Nafsu makan membaik, berat badan meningkat

(17)

dengan cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak merasa sakit. Respon yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase intensif).

b. Pengawasan terhadap komplikasi.

c. Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi pada anak. Neuritis perifer, gangguan Nervus VIII, gangguan penglihatan, gejala hepatotoksik.

d. Pengamatan terhadap perbaikan gambaran laboratorium darah. Pemeriksaan kimia darah atas indikasi.

e. Pengamatan terhadap perbaikan radiologik dilakukan pada akhir pengobatan.

f. Mencari sumber infeksi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya.4

15. PENCEGAHAN TUBERKULOSIS ANAK

1. Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang ditujukan terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa TBC anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya menjadi TBC dewasa dan akan menjadi sumber penularan.

2. Vaksinasi BCG.

Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin yang mengandung kultur strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC. Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 – 80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active tuberculosis dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak-anak yang hasil uji tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampin. Selain itu, vaksin

(18)

BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi. Sebelum dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC. Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering-bekukan untuk injeksi berupa suspensi. Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah disediakan secara terpisah. Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 – 8oC serta terlindung

dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal. Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Untuk infants atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg).

2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 ml (0,1mg).

Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 – 15 tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak umumnya dilakukan pada usia 12 -15 tahun.

Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan pada kulit seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain (perlu ada interval waktu setidaknya 3 minggu). Vaksin BCG juga tidak diberikan untuk :

(19)

1. Pasien dengan gangguan imunitas (immunosuppressed) seperti pasien HIV, pasien yang mengkonsumsi obat-obat kortikosteroid (immunosuppressan), atau baru saja menerima transplantasi organ.

2. Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang menunjukkan efek bahaya dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita hamil dan menyusui.

Beberapa adverse reaction yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG antara lain:

Nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada saat injeksi.

• Kelebihan dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin positif.

• Sakit kepala, demam, dan timbul reaksi alergi

Beberapa contoh vaksin BCG yang tersedia di Indonesia adalah : Vaksin BCG kering (Bio Farma) dan BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark). 4

3. Kemoprofilaksis primer maupun sekunder.

a. Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji tuberculin negative), tetapi kontak dengan penderita TBC aktif. Obat yang digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan.

b. Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor risiko menjadi TBC aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau imuosupresan lain, penderita dengan keganasan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau infeksi baru TNC, konversi uji tuberculin kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan adalah INH 5-10mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan. 7

(20)

4. Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan. 5. Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini. 6. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan.4

16. INTERVENSI SIKLUS INFEKSI TUBERKULOSIS ANAK

Tujuan akhir tuberkulosis kontrol adalah menghilangkan atau memberantas penyakit tuberkulosis. Dari sudut tuberkulosis anak maka dapat diadakan intervensi siklus infeksi sebagai berikut :

1. Pencegahan primer : - Vaksinasi.

- Menghindari penyakit / sumber penyakit. - Profilaksis infeksi (kemoprofilaksis primer). 2. Profilaksis penyakit (kemoprofilaksis sekunder). 3. Pengobatan penyakit.

4. Mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan gizi, menghindarkan sumber penyakit. 4 ANAK SEMBUH RE INFEKSI Kuman BTA (+) ANAK INFEKSI TUBERKULIN (+) (3) (4) (1) Tuberkulosis dewasa 16

(21)

Gambar 2. Siklus Infeksi Tuberkulosis Anak4

17. PROGNOSIS

Semakin dini deteksi, penanganannya, kerja sama yang baik dari pasien, semakin baik prognosisnya. Begitu sebaliknya.

(22)

BAB III. KESIMPULAN

Tuberkulosis anak selain mempunyai problematik sendiri juga merupakan akibat dari tuberkulosis dewasa. Dengan demikian tuberkulosis anak merupakan parameter yang penting berhasil tidaknya pemberantasan sumber penularan. Tuberkulosis anak merupakan bibit tuberkulosis dewasa dan dengan sendirinya merupakan sumber penularan pada masa dewasa.

Dalam pengelolaan TBC anak harus diingat bahwa TBC primer merupakan penyakit sistemik. Komplikasi dapat terjadi terutama dalam 1 – 1,5 tahun perjalanan penyakit, kadang baru dalam 5 tahun.

Kesukaran dalam diagnosis TBC anak karena gejala klinik dan radiologik tidak khas, sedang pemeriksaan bakteriologis tidak banyak dapat diharapkan.

Vaksinasi BCG yang langsung dikerjakan dan memberi reaksi yang cepat dalam 7 hari pertama (terjadi indurasi) harus dicurigai adanya infeksi tuberkulosis yang aktif. Jadi vaksinasi BCG secara massal selain untuk memberikan imunitas bisa digunakan sebagai uji tapis walaupun bersifat terbatas.

Pengobatan TBC memerlukan ketekunan dan waktu yang lama sehingga kadang membosankan penderita.

Pemberantasan TBC akan berhasil baik bila secara simultan disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat.4

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, eds. “Pulmonologi”

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006. 2. Santoso M. “Tumbuh Kembang” Buku Panduan Keterampilan Medik

No.3. Jakarta : FK Ukrida, 2008.

3. Rudolph A. “Pulmonologi” Buku Ajar Pediatri Edisi 20. Jakarta: EGC, 2007.

4. Sunarjo D. Tuberkulosis Pada Anak. SMF ANAK BRSD RAA.SOEWONDO PATI, 2007.

5. Rasad S. “Tuberkulosis Paru” Radiologi Diagnostik 2. Jakarta : FKUI, 2008.

6. Aditama Y. “Tuberkulosis” Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006.

7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, eds. “Pulmonologi Anak” Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta : Media Aesculapius, 2008.

[Type text]

Gambar

Tabel 1. Obat anti tuberculosis untuk anak.  4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Mengetahui hubungan Pemberian Vaksinasi BCG Dengan Kejadian TBC Paru pada Anak Di RSUD Jombang Periode Januari - Desember 2009. Metode: Observasi analitik dengan

pencegahan TBC dengan Kejadian TBC berulang pada anak di Wilayah Kerja. Puskesmas Grogol

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang pengetahuan pencegahan TBC dengan kejadian TBC pada anak namun secara

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua tentang penyakit tuberkulosis paru dengan kejadian TB pada anak di

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA ANAK UMUR 0 - 4 TAHUN ( STUDI KASUS DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG 2007 ).. Tuberkulosis paru

Masih banyak ditemukan resep obat antituberkulosis anak dengan kombi- nasi beberapa obat dalam racikan puyer yang tidak sesuai standar program pemberantasan tuberkulosis (TB)

Bila anak ada ri8ayat dengan penderita TB de8asa yang aktif, uji tuberkulin positif, tapi tidak didapatkan gejala, maka anak 3ukup mendapat profilaksis !-;, terutama

Sistem pakar untuk menangani penyakit TBC pada anak ini dirancang untuk memberikan fasilitas diagnosa penyakit anak yang memiliki gejala seperti TBC dengan menggunakan