• Tidak ada hasil yang ditemukan

013 207 221 Penyelidikan geologi Panas Bumi daerah Cubadak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "013 207 221 Penyelidikan geologi Panas Bumi daerah Cubadak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAERAH PANAS BUMI CUBADAK,

KABUPATEN PASAMAN, SUMATERA BARAT

Dudi Hermawan, M.Nurhadi, Soetoyo, Yuano Rezky

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Daerah panas bumi Cubadak secara administratif berada di wilayah Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat atau secara geografis terletak antara 99o 55’ 46,18 ” – 100o 03’ 23,77 ” bujur timur dan 0o 15’ 54,18 ” – 0o 22’ 37,89 ” lintang utara.

Secara regional daerah Cubadak terletak pada zona depresi Cubadak yang berbentuk terban (graben) akibat aktivitas sesar besar Sumatera yang memanjang berarah baratlaut-tenggara. Morfologi tersusun oleh perbukitan terjal, perbukitan bergelombang, perbukitan landai, dan pedataran.

Komponen stratigrafi terdiri dari batuan malihan dan batuan sedimen yang berumur Pra-Tersier, batuan terobosan yang berumur Tersier, batuan sedimen batuan vulkanik yang berumur Kuarter, dan endapan permukaan berupa aluvium yang berumur Resen. Dari hasil analisis pentarikhan (dating) pada batuan lava Bukit Godombong menunjukan umur 1,1 ± 0,2 juta tahun (pada Kala Plistosen).

Struktur geologi yang berkembang di daerah Cubadak berupa sesar-sesar normal diantaranya sesar Rantau Panjang dan sesar Andilan yang membentuk depresi Cubadak, sesar Cubadak yang mengontrol kemunculan mata air panas Cubadak dan sesar Botung yang mengontrol kemunculan mata air panas Sawah Mudik, serta sesar-sesar mendatar yang memotong dan mengakibatkan pergeseran pada batuan dan struktur yang sudah terbentuk sebelumnya.

Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, dengan temperatur 37,2-74,8 °C, terdapat bualan gas, terbentuk karena dikontrol oleh struktur-struktur sesar.

(2)

PENDAHULUAN

Letak Indonesia yang berada pada pertemuan beberapa jalur lempeng besar dunia menyebabkan Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam. Salah satu diantaranya adalah potensi sumber daya panas bumi. Potensi ini masih belum diberdayakan secara optimal karena kurangnya data dan informasi mengenai keadaan geologi permukaan dan bawah permukannya. Untuk mengatasi masalah tersebut Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi dalam tahun anggaran 2009 melaksanakan penyelidikan panas bumi terpadu yang meliputi metode geologi, geokimia dan geofisika di daerah panas bumi Cubadak, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Adapun yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah penyelidikan panas bumi dengan menggunakan metode geologi. Penyelidikan geologi ini bertujuan untuk mengetahui indikasi batuan perangkap panas, konfigurasi batuan, struktur/patahan, yang berperan terhadap

pemunculan manifestasi panas bumi dan pembentukan sistem panas bumi.

Secara geografis daerah panas bumi Cubadak terletak antara 99o 55’ 46,18 ” – 100o 03’ 23,77 ” bujur timur dan 0o 15’ 54,18 ” – 0o 22’ 37,89 ” lintang utara yang secara administratif termasuk Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat, berjarak sekitar 200 km dari ibu kota provinsi, yaitu Kota Padang yang mencakup wilayah Kecamatan Dua Koto (gambar 1).

Tataguna lahan daerah penyelidikan menurut data Departemen Kehutanan, yaitu Tataguna Hutan Kesepakatan, 1999, terbagi menjadi hutan lindung, cagar alam Rimbo Panti serta areal penggunaan lain.

METODOLOGI

Metode geologi mempunyai tiga tahapan yang meliputi studi literatur, penyelidikan lapangan serta pengolahan data dan analisis laboratorium. Cara kerja lapangan dengan melakukan pengamatan, penyelidikan dan pengukuran langsung terhadap gejala-gejala geologi, kemudian memplotnya di peta kerja dan mencatatnya di buku lapangan. Dalam kegiatan lapangan ini dilakukan pemerian batuan secara megaskopis untuk penyusunan satuan batuan dan penyebarannya. Selain itu dilakukan pengambilan sampel batuan secara selektif berupa batuan segar maupun batuan yang telah terubah oleh proses hidrotermal untuk dianalisis di laboratorium.

GEOLOGI

Geologi Regional

(3)

Formasi Kuantan yang berumur Permo-Karbon (Rock, N.M.S. dkk tahun 1983).

Morfologi

Berdasarkan pengamatan bentang alam dan tingkat kemiringan lerengnya, maka morfologi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi empat satuan morfologi (gambar 2), yaitu: satuan perbukitan terjal, perbukitan bergelombang, perbukitan landai dan pedataran.

Morfologi perbukitan terjal menempati bagian timur dan selatan daerah penyelidikan yang meliputi sekitar 28% luas daerah penyelidikan. Umumnya berupa perbukitan memanjang berelif kasar, berlereng terjal (21% - 55%) dengan elevasi antara 250 – 1250 meter di atas permukaan laut. Satuan ini tersusun oleh batuan malihan, sedimen dan batuan vulkanik berupa lava dan aliran piroklastik.

Morfologi perbukitan bergelombang menempati bagian utara dan selatan daerah penyelidikan, yaitu sekitar 37% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri atas perbukitan dengan kemiringan lereng antara 14% - 20% dan berada pada elevasi antara 675 - 1200 meter di atas permukaan laut. Satuan morfologi ini disusun oleh batuan malihan, sedimen dan batuan vulkanik berupa lava dan aliran piroklastik.

Morfologi perbukitan landai menempati bagian utara, barat dan tengah daerah penyelidikan, yaitu sekitar 28% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri atas perbukitan dengan kemiringan lereng antara 3% - 7% dan berada pada elevasi

antara 675 - 900 meter di atas permukaan laut. Satuan morfologi ini disusun oleh batuan vulkanik berupa lava dan aliran piroklastik, batuan sedimen dan endapan permukaan.

Morfologi pedataran terdapat di bagian baratlaut memanjang sampai bagian tengah penyelidikan, menempati areal sekitar 7% dari luas daerah penyelidikan. Daerah ini berada pada ketinggian antara 625 hingga 675 m di atas permukaan air laut dengan kemiringan lereng antara 0% - 2%. Satuan ini terhampar sepanjang aliran Sungai Batang Pasaman. Satuan ini tersusun oleh satuan batuan sedimen (endapan danau) dan endapan permukaan (aluvium).

Stratigrafi

Stratigrafi daerah Cubadak disusun berdasarkan hubungan relatif antara masing-masing satuan batuan. Penamaannya didasarkan kepada pusat erupsi, mekanisme, dan genesa pembentukan batuan.

Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, batuan di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan ke dalam 14 satuan batuan, yang terdiri dari tiga satuan batuan malihan, dua satuan batuan sedimen, tujuh satuan batuan vulkanik, satu satuan batuan terobosan, dan satu endapan permukaan (aluvium).

(4)

Kristalin (Pgk), Intrusi Bukit Rao (Tir), Aliran Piroklastik Cubadak (Qpc), Lava Bukit Godang (Qlg), Lava Bukit Godombong (Qlgd), Lava Bukit Bangkok (Qlb), Lava Bukit Tampatbulakan (Qlt), Lava Bukit Tombangpinang (Qltp), Lava Bukit Sedang (Qls), Endapan Danau (Qed), dan Aluvium (Qal).

Satuan Batusabak (Pbs), merupakan satuan batuan tertua di daerah penyelidikan tersebar di bagian utara dan barat daerah penyelidikan dengan luas sekitar 10% dari luas daerah penyelidikan. Satuan batuan ini terdiri dari dominan batusabak, meta batulempung dan kuarsit. Batuan ini telah mengalami kegiatan tektonik yang berulangkali sehingga banyak ditemukan struktur cermin sesar dan kekar-kekar. Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional (Rock, N.M.S. dkk., tahun 1983), batuan ini merupakan batuan malihan dari Formasi Kuantan yang berumur Permo-Karbon.

Satuan Meta Andesit (Pma), tersebar di bagian timur daerah penyelidikan dengan luas sekitar 2% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini merupakan batuan vulkanik yang paling tua yang ada di daerah penyelidikan berupa aliran lava yang berkomposisi andesit. Batuannya sebagian besar telah mengalami deformasi yang intensif, berupa kekar-kekar. Satuan batuan ini terpotong oleh struktur-struktur sesar yang berarah baratlaut-tenggara dan sesar berarah barat-timur yang diindikasikan dengan ditemukannya struktur cermin sesar. Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional (Rock, N.M.S.

dkk., tahun 1983), batuan meta andesit ini termasuk dalam Formasi Vulkanik Panti yang berumur Permo – Trias.

Satuan Meta Batugamping (Pmg),

tersebar di bagian timur daerah penyelidikan, meliputi areal sekitar 2% dari luas daerah penyelidikan. Satuan batuan ini disusun oleh batugamping yang telah mengalami deformasi menjadi marmer. Singkapan batuan yang relatif masih segar terdapat di daerah Petok yang secara megaskopis terlihat berwarna abu-abu tua, masif, terdapat kekar-kekar yang banyak diisi oleh kalsit. Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional (Rock, N.M.S. dkk., tahun 1983), batuan meta batugamping tersebut termasuk dalam Formasi Silungkang yang berumur Permo – Trias.

Satuan Batugamping Kristalin (Pgk), tersebar di bagian timur daerah penyelidikan, dengan luas sekitar 3% dari luas daerah penyelidikan. Singkapan yang baik terdapat di pinggir jalan raya Cubadak-Panti. Secara megaskopis berwarna putih sampai abu-abu kecoklatan, masif, banyak ditemukan kekar-kekar yang diisi urat-urat kalsit. Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional (Rock, N.M.S. dkk., tahun 1983), batugamping kristalin ini termasuk dalam Formasi Silungkang yang berumur Permo – Trias.

(5)

terobosan berjenis granodiorit yang menerobos satuan meta batugamping. Pengamatan megaskopis di lapangan, berwarna abu-abu keputihan, tekstur faneritik, disusun oleh mineral kuarsa, muskovit dan plagioklas. Menurut kesebandingan dengan peta geologi regional (Rock, N.M.S. dkk., tahun 1983), batuan terobosan ini termasuk dalam Formasi Ulai yang berumur Tersier (Eosen-Oligosen).

Satuan Aliran Piroklastik Cubadak (Qpc), tersebar di bagian tengah, selatan, timurlaut dan tenggara daerah penyelidikan, dengan luas sekitar 15% dari luas daerah penyelidikan. Batuannya berkomposisi tuf berukuran tuf-lapili, fragmen batuan andesit-basalt dan scoria

berukuran pasir-kerikil yang cukup padu,

sticky, setempat terdapat endapan laharik. Satuan ini mengisi depresi Cubadak dan Panti dan mengikuti celah yang dibentuk jalur sesar. Di bagian tengah daerah penyelidikan satuan ini telah tertutupi endapan danau dan aluvium. Hal ini didukung dengan adanya singkapan yang menunjukkan kontak antara batuan tuf dengan endapan danau di atasnya. Satuan batuan ini diperkirakan sebagai aliran piroklastik hasil erupsi celah (fissure eruption) sepanjang sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara. Berdasarkan hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Kuarter (Pliosen), menutupi struktur sesar yang ada di daerah penyelidikan yang diperkirakan berumur Plio-Plistosen.

Satuan Lava Bukit Godang (Qlg), tersebar di bagian baratdaya daerah penyelidikan, dengan luas sekitar 16% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri dari lava dengan komposisi diorit sampai andesit-dasitik. Secara megaskopis, diorit berwarna abu-abu muda, tekstur faneritik, disusun oleh mineral feldspar, piroksen dan kuarsa, tersingkap di sekitar Bukit Godang. Andesit berwarna abu-abu tua, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, di beberapa tempat terdapat xenolith berukuran mencapai 10 cm, berkomposisi andesitik. Dari hasil pentarikhan (dating) menggunakan metode jejak belah (fission track) menunjukkan bahwa umur satuan ini adalah 1,2 ± 0,2 juta tahun atau pada Kala Plistosen.

Satuan Lava Bukit Godombong (Qlgd), tersebar di bagian tenggara memanjang mengikuti punggungan sampai ke tengah daerah penyelidikan dengan luas sekitar 16% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri dari lava dengan komposisi basalt. Secara megaskopis, batuan ini berwarna abu-abu kehitaman, keras, tekstur afanitik. Dari hasil pentarikhan (dating)

menggunakan metode jejak belah (fission track) menunjukkan bahwa umur satuan ini adalah 1,1 ± 0,2 juta tahun atau pada Kala Plistosen.

(6)

fenokris terdiri dari plagioklas dan piroksen. Berdasarkan hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen.

Satuan Lava Bukit Tampatbulakan (Qlt), tersebar di bagian timurlaut daerah penyelidikan dengan luas sekitar 4,8% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri dari lava dengan komposisi dasit. Secara megaskopis, batuan ini berwarna abu-abu muda, tekstur porfiritik, fenokris terdiri dari plagioklas dan piroksen. Berdasarkan hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen.

Satuan Lava Bukit Tombangpinang

(Qltp), tersebar di bagian utara daerah penyelidikan dengan luas sekitar 5% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri dari lava dengan komposisi andesit-basaltis. Secara megaskopis, batuan ini berwarna abu-abu kehitaman, tekstur afanitik-porfiritik, keras, fenokris terdiri dari plagioklas, piroksen dan mineral mafic. Berdasarkan hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen.

Satuan Lava Bukit Sedang (Qls), terletak di bagian utara daerah penyelidikan tersingkap pada di Bukit Sedang dengan luas sekitar 0,2% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri dari lava dengan komposisi obsidian. Secara megaskopis, batuan ini berwarna hitam dengan komposisi dominan silika. Satuan ini diperkirakan menerobos satuan endapan danau yang dibuktikan dengan

ditemukannya kontak dengan batuan endapan danau di kaki Bukit Sedang. Berdasarkan hubungan relatif dengan satuan batuan lainnya, satuan ini diperkirakan berumur Plistosen.

Satuan Endapan Danau (Qed), tersebar di bagian baratlaut memanjang sampai ke tengah daerah penyelidikan dengan luas sekitar 21% dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri dari perselingan antara batulempung dengan batupasir dan konglomerat dengan komponennya merupakan material rombakan dari batuan di sekelilingnya seperti fragmen-fragmen batusabak dan kuarsit. Sekitar 200 m di sebelah baratlaut mata air panas Cubadak dijumpai larutan hidrotermal dengan komposisi kuarsa (kalsedon) yang merupakan produk dari fluida hidrotermal yang melalui celah struktur kemudian mengalami pendinginan dengan cepat. Larutan hidrotermal ini diperkirakan berhubungan dengan aktivitas hidrotermal di masa lampau. Berdasarkan kedudukannya dalam stratigrafi serta sejarah tektonik daerah ini, satuan ini terbentuk mengisi zona depresi di bagian tengah dan baratlaut daerah penyelidikan dan proses pengendapannya mulai berlangsung dari Zaman Kuarter (Plistosen) sampai Holosen. Sebagian menutupi satuan aliran piroklastik Cubadak (Qpc) yang sama-sama berada dalam zona depresi.

Satuan Aluvium (Qal), merupakan

(7)

lepas berupa lempung, pasir, bongkahan andesit, basalt, kuarsit, dan batusabak. Penyebarannya di sepanjang tepi Sungai Batang Pasaman menempati morfologi pedataran yang secara keseluruhan menempati areal sekitar 3% dari luas daerah penyelidikan. Proses pengendapan material-material tersebut masih berlangsung sampai sekarang.

Struktur Geologi

Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, analisis peta DEM (digital elevation mode) dan peta topografi, serta gejala-gejala struktur di permukaan seperti pemunculan mata air panas, kelurusan lembah dan puggungan, kekar-kekar, bidang sesar, dan zona hancuran batuan, maka di daerah penyelidikan teramati beberapa struktur sesar, yaitu :

Sesar normal berarah baratlaut-tenggara, yaitu sesar Rantau Panjang dan sesar Andilan yang membentuk depresi Cubadak, serta sesar Cubadak yang mengontrol kemunculan mata air panas Cubadak.

Sesar normal berarah baratdaya-timurlaut, yaitu sesar Batuampar, sesar Kuraba dan sesar Botung yang mengontrol kemunculan mata air panas Sawah Mudik.

Sesar mendatar berarah baratlaut-tenggara yang memotong dan mengakibatkan pergeseran pada batuan dan struktur yang sudah terbentuk sebelumnya.

MANIFESTASI PANAS BUMI

Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan terdiri dari mata air panas

yang tersebar di dua daerah, yaitu di daerah Cubadak dan Sawah Mudik.

Mata air panas Cubadak, merupakan komplek mata air panas dengan temperatur berkisar antara 68,4 - 74,8 0C, pH antara 6.35 - 6.84 (netral), dan debit berkisar antara 1 – 2 l/det. Mata air panas ini terletak di Desa Cubadak muncul dari endapan aluvium yang terdapat di Sungai Dolok Sosopan

Mata air panas Sawah Mudik, terdapat di daerah Sawah Mudik yang berada di sebelah selatan manifestasi mata air panas Cubadak, muncul di areal pesawahan. Mata air panas bertemperatur 37,1°C dengan pH sebesar 6.64, temperatur udara 23,1 °C dan debit 0,5 l/detik

HEAT LOSS

Nilai heat loss atau hilang panas adalah suatu nilai yang menyatakan jumlah energi panas yang dilepaskan secara alami. Nilai ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk

assessment atau penilaian suatu daerah panas bumi. Makin besar nilai ini makin tinggi potensi panas bumi yang terkandung. Dari hasil perhitungan pada manifestasi yang ada di daerah penyelidikan didapat nilai hilai heat loss 791,7 kW. (tabel 1).

HIDROLOGI

(8)

daerah limpasan air permukaan (run-off water area). Tempat munculan air bisa terjadi di permukaan dan bawah permukaan. Daerah resapan terletak di daerah-daerah yang berelevasi tinggi, berupa perbukitan di daerah penyelidikan, daerah munculan air tanah terletak di daerah berelevasi rendah, berupa pedataran dan tekuk lereng, sedangkan daerah limpasan terletak di pedataran yang berupa daerah sekitar sungai besar.

Daerah resapan air (recharge area) mencakup wilayah sekitar 65 % dari luas daerah penyelidikan, yaitu berada pada morfologi perbukitan terjal dan sebagian pada perbukitan bergelombang. Pada areal ini air hujan (meteoric water) meresap ke bumi melalui zona permeabilitas ( feed-zone). Selanjutnya air akan terakumulasi menjadi air tanah dalam dan air tanah dangkal (catchment/reservoir area) dan daerah akumulasi air tanah.

Daerah munculan air tanah mencakup 28 % dari luas daerah penyelidikan. Air hujan (meteoric water) yang turun di daerah resapan air (re-charged area) tersebut meresap ke bumi melalui zona permeabilitas batuan, sebagian besar masuk ke bumi dan terkumpul menjadi air tanah dalam dan dangkal. Selanjutnya pada lokasi berelevasi rendah, yang termasuk ke dalam morfologi pedataran akan muncul berupa mata air panas dan air dingin.

Pada daerah sekitar sungai merupakan daerah limpasan (run-off water area). Aliran air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di permukaan tanah dan

membentuk sungai. Aliran air di sungai secara gravitasi mengalir dari elevasi tinggi ke rendah, seperti halnya Sungai Batang Pasaman dan Sungai Dolok Sosopan.

DISKUSI

Batuan tertua yang ada di daerah penyelidikan adalah batusabak berumur Permo-Karbon yang menempati bagian utara dan barat daerah penyelidikan. Penyebaran batuan vulkanik yang terdiri dari aliran lava dan aliran piroklastik mendominasi daerah penyelidikan yang tersebar di bagian barat dan selatan - timurlaut. Aliran lava dan aliran piroklastik tersebut merupakan produk vulkanik yang diperkirakan berumur Kuarter (Plistosen) dan membentuk morfologi perbukitan yang ada di daerah penyelidikan.

Aktivitas tektonik daerah penyelidikan diperkirakan telah terjadi sejak zaman Pra-Tersier hingga sekarang yang menyebabkan di daerah penyelidikan banyak ditemukan struktur-struktur sesar berupa sesar normal dan sesar mendatar yang berarah baratlaut-tenggara, baratdaya-timurlaut dan utara-selatan yang bersamaan dengan pembentukan sesar besar Sumatera. Pada kala Eosen-Oligosen aktivitas tektonik memicu terjadinya terobosan magma ke permukaan melalui zona lemah yang menghasilkan batuan terobosan berkomposisi granodiorit di Bukit Rao.

(9)

membentuk daerah depresi Cubadak. Aktivitas tektonik ini juga memicu kegiatan vulkanik di daerah penyelidikan yang menghasilkan aliran piroklastik dan lava. Aliran piroklastik ini merupakan produk dari letusan atau erupsi celah (fissure eruption) yang terjadi sepanjang jalur sesar selama Kuarter Awal (Plistosen) dan mengisi hampir seluruh bagian dari zone depresi (cekungan). Produk vulkanik lainnya yang kemudian terbentuk pada Zaman Kuarter adalah aliran lava yang juga tersebar dari barat hingga timur daerah penyelidikan. Bersamaan dengan pembentukan depresi Cubadak, terjadi pengendapan endapan danau yang merupakan material rombakan dari batuan di sekelilingnya yang mengisi zona depresi di bagian baratlaut dan tengah daerah penyelidikan dan sebagian menutupi satuan aliran piroklastik Cubadak yang sama-sama berada dalam zona depresi. Kegiatan pengendapannya mulai berlangsung dari Zaman Kuarter (Plistosen) sampai Holosen. Selanjutnya, proses erosi yang berlangsung sampai saat ini menghasilkan endapan aluvium seperti yang banyak terdapat di sepanjang sungai Batang Pasaman dan sungai Dolok Sosopan.

Pembentukan sistem panas bumi di daerah Cubadak diperkirakan berkaitan dengan aktivitas vulkanik erupsi celah (fissure

eruption) yang masih menyimpan sisa

panas dari dapur magma. Sisa panas tersebut berperan sebagai sumber panas yang memanasi air bawah permukaan yang kemudian naik melalui celah-celah/rekahan dan terperangkap dalam reservoir panas bumi.

Daerah Cubadak yang berada pada zona depresi dengan banyak struktur geologi (kekar dan sesar) yang berkembang menjadikan daerah ini memiliki kemampuan untuk meloloskan air permukaan (meteoric water) ke bawah permukaan. Sebagian air meteorik tersebut kemudian berinteraksi dengan fluida magmatik dan gas-gas vulkanik yang berasal dari tubuh magma dan terjadi rambatan panas yang menghasilkan fluida panas. Fluida panas yang terbentuk kemudian terakumulasi dalam lapisan reservoir, yang berdaya lulus tinggi (permeable). Lapisan reservoir di daerah panas bumi Cubadak diduga terdapat pada satuan batusabak yang kaya akan rekahan dan bersifat permeabel. Sifat permeabel itu sendiri diakibatkan oleh rekahan yang terbentuk akibat aktifitas struktur sesar yang ada.

Interaksi antara fluida panas yang tersimpan di reservoir dengan batuan di atasnya (sekitarnya) menghasilkan batuan penudung (cap rock) yang bersifat kedap air (impermeable). Batuan penudung inilah yang menyebabkan pergerakan fluida panas yang terdapat di lapisan reservoir tertahan untuk sampai ke permukaan. Lapisan batuan ini diduga telah mengalami ubahan dan terdapat pengkayaan kandungan mineral seperti lempung (clay) sehingga bersifat konduktif.

(10)

pemanasan oleh batuan penghantar panas secara konveksi, konduksi atau radiasi, dan selanjutnya muncul ke permukaan berupa mata air panas (Gambar 5).

KESIMPULAN

Proses pembentukan sistem panas bumi di daerah panas bumi Cubadak dimulai dengan adanya panas dari sisa panas (dapur magma) yang muncul akibat aktivitas aktivitas vulkanik yang berupa erupsi celah. Erupsi celah ini melahirkan tubuh-tubuh intrusi muda di lingkungan graben Cubadak, yang sisa panasnya menopang aktivitas sistem panas bumi sehingga terbentuknya reservoir di daerah panas bumi Cubadak. Dari data geologi yang didapat, daerah panas bumi Cubadak cukup menarik untuk dikembangkan, karena pembentukan sistem panas buminya diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas vulkanik muda berumur Kuarter (1,1 ± 0,2 juta tahun atau Kala Plistosen).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada para Pejabat Pusat Sumber Daya Geologi dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan tulisan ini, yang telah memberi kemudahan dalam mengakses data yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

• Akbar., N., 1972, Inventarisasi dan penyelidikan pendahuluan gejala panasbumi di daerah Sumatera Barat, bagian proyek survey energi geothermal,

Dinas vulkanologi, Direktorat Geologi, Bandung.

• Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. General Geology

Of Indonesia And Adjacent

Archipelagoes. Government Printing

Office. The Hague. Netherlands.

• Rock, N.M.S., dkk. 1983, Peta Geologi Regional Bersistem Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

• Tim Survei Terpadu, 2007, Survey Terpadu Daerah Panas Bumi Bonjol, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.

(11)

Tabel 1. Nilai heat loss manifestasi panas bumi Cubadak

No. Kelompok Manifestasi Besarnya Kehilangan Panas

(kilo Watt)

1 Mata air panas Cubadak 762,3

2 Mata air panas Sawah Mudik 29,4

Total 791,7

(12)
(13)
(14)
(15)

Gambar

Gambar 1. Peta indeks lokasi penyelidikan
Gambar 2. Peta morfologi daerah panas bumi Cubadak,  Kab.Pasaman,
Gambar 3. Peta geologi daerah panas bumi Cubadak,  Kab.Pasaman,
Gambar 4. Hidrogeologi daerah panas bumi Cubadak,  Kab.Pasaman,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Satuan lava Bukit Bakar, Vulkanik tua dan Bukit Kili, merupakan batuan reservoir, hal ini didukung oleh banyaknya zona-zona struktur seperti sesar, kekar-kekar, dan kontak

substitusi oksigen 18 dari batuan dengan oksigen 16 dari fluida panas pada saat terjadi interaksi fluida panas dengan batuan sebelum muncul ke permukaan, berarti kemungkinan

Manifestasi panas bumi yang muncul berupa fumarol, mata air panas, dan batuan ubahan di daerah Candradimuka (lereng selatan Gunung Lawu) dengan temperatur antara 93 - 94 0 C,

Metode geologi digunakan untuk mengetahui sebaran batuan, mengenali gejala tektonik, dan karakteristik fisik manifestasi panas bumi. Pemetaan morfologi, satuan

bagian depresi vulkanik Mbeliling, pada pembentukan kawah Sano Nggoang yang berbentuk ellipsoid dan di sekitar Golo Leleng yang membentuk setengah lingkaran, diduga

Dengan hasil analisa laboratorium batuan dan memperlihatkan zona anomali rendah terletak di bagian utara yang ditempati oleh batuan granit, sedangkan yang berada di bagian

Sedangkan di bagian selatan didominasi batuan produk Bilungala dan batuan vulkanik Pinogoe berumur Tersier Atas-Kuarter Bawah (Andesit, piroklastik). 3) Terdapat dua sistem

Akan tetapi batuan ubahan ini termasuk ubahan fosil, karena tidak ditunjang oleh sistem yang masih aktif di sekitarnya, sistem yang membentuk manifestasi ini sudah