• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2009"

Copied!
328
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Perkara

Nomor:

25/KPPU-I/2009

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut

“Komisi”) yang memeriksa dugaan pelanggaran Pasal 5 dan Pasal 21 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU No. 5 Tahun 1999”) berkaitan dengan Penetapan Harga Fuel Surcharge Dalam Industri Jasa Penerbangan Domestik yang dilakukan oleh:

(1) Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero), berkedudukan di Gedung

Manajemen Garuda Indonesia Lantai 3 Area Perkantoran Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng 19120, Indonesia;--- (2) Terlapor II, PT Sriwijaya Air, berkedudukan di Jalan Pangeran Jayakarta

Nomor 68 Blok C 15-16, Jakarta Pusat 10730, Indonesia; --- (3) Terlapor III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), berkedudukan di

Gedung Merpati, Jalan Angkasa Blok B.15, Kavling 2-3, Jakarta Pusat 10720, Indonesia; --- (4) Terlapor IV, PT Mandala Airlines, berkedudukan di Jalan Tomang Raya

Kavling 33-37, Jakarta Barat 11440, Indonesia;--- (5) Terlapor V, PT Riau Airlines, berkedudukan di Jalan Jenderal Sudirman Nomor

438 Pekanbaru, Riau 28125, Indonesia; --- (6) Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Services, berkedudukan di Boutique

Office Park, Benyamin Suaeb Blok A11/12, Kemayoran, Jakarta Pusat 10630, Indonesia; --- (7) Terlapor VII, PT Lion Mentari Airlines, berkedudukan di Lion Air Tower,

(2)

(8) Terlapor VIII, PT Wings Abadi Airlines, berkedudukan di Lion Air Tower,

Jalan Gajah Mada Nomor 7, Jakarta Pusat 10130, Indonesia; --- (9) Terlapor IX, PT Metro Batavia, berkedudukan di Jl. Ir. H. Juanda No. 15,

Jakarta Pusat 10120, Indonesia; ---(10) Terlapor X, PT Kartika Airlines, berkedudukan di Wisma Intra Asia, Jalan Prof.

Dr. Soepomo, S.H. Nomor 58, Jakarta Selatan 12870, Indonesia; --- (11) Terlapor XI, PT Linus Airways, terakhir diketahui berkedudukan di Grand

Boutique Centre, Jalan Mangga Dua Raya Blok C Nomor 4, Jakarta Utara 14430, Indonesia; --- (12) Terlapor XII, PT Trigana Air Service, berkedudukan di Komplek Puri Sentra

Niaga, Jalan Wiraloka Blok D 68-69-70, Kalimalang, Jakarta Timur 13620, Indonesia;(--- (13) Terlapor XIII, PT Indonesia AirAsia, berkedudukan di Office Management

Building, 2nd Floor, Soekarno-Hatta International Airport Jakarta 19110, Indonesia;

---telah mengambil Putusan sebagai berikut:

Majelis Komisi: ---

Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;--- Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan (selanjutnya disebut

“LHPP”);---

Setelah membaca Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan (selanjutnya disebut “LHPL”); Setelah membaca Tanggapan/Pembelaan/Pendapat para Terlapor; --- Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut “BAP”); ---

TENTANG DUDUK PERKARA

(3)

yang diduga melakukan pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 terkait dengan pemberlakuan fuel surcharge oleh maskapai penerbangan; --- 2. Menimbang bahwa setelah melakukan kegiatan monitoring terhadap pelaku usaha, Sekretariat Komisi menyimpulkan adanya kejelasan dan kelengkapan dugaan pelanggaran yang disusun dalam bentuk Resume Monitoring; --- 3. Menimbang bahwa setelah melakukan Kegiatan Pemberkasan terhadap Resume

Monitoring, Sekretariat Komisi menyusun dan menyampaikan Berkas Laporan Dugaan Pelanggaran kepada Komisi untuk dilakukan Gelar Laporan; --- 4. Menimbang bahwa berdasarkan Rapat Gelar Laporan, Komisi menilai Laporan

Dugaan Pelanggaran layak untuk dilakukan Pemeriksaan Pendahuluan; --- 5. Menimbang bahwa selanjutnya Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor

118/KPPU/PEN/IX/2009 tanggal 28 September 2009 tentang Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 terhitung sejak tanggal 28 September 2009 sampai dengan tanggal 06 November 2009 (vide bukti A1); --- 6. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, Komisi

menerbitkan Keputusan Komisi Nomor 221/KPPU/KEP/IX/2009 tanggal 28 September 2009 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 (vide bukti A2); --- 7. Menimbang bahwa selanjutnya Sekretaris Jenderal Sekretariat Komisi

menerbitkan Surat Tugas Nomor 970/SJ/ST/IX/2009 tanggal 28 September 2009 yang menugaskan Sekretariat Komisi untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan (vide bukti A3); --- 8. Menimbang bahwa Tim Pemeriksa telah menyampaikan Petikan Penetapan

(4)

10. Menimbang bahwa berdasarkan rekomendasi Tim Pemeriksa, selanjutnya Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor: 136/KPPU/PEN/XI/2009 tanggal 09 November 2009 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 25/KPPU/I/2009 terhitung sejak tanggal 09 November 2009 sampai dengan tanggal 05 Februari 2010(vide bukti A45); --- 11. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi

menerbitkan Keputusan Komisi Nomor 247/KPPU/KEP/XI/2009 tanggal 09 November 2009 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 25/KPPU-I/2009 (vide bukti A46); - 12. Menimbang bahwa selanjutnya Sekretaris Jenderal Sekretariat Komisi

menerbitkan Surat Tugas Nomor 1174/SJ/ST/XI/2009 tanggal 09 November 2009 yang menugaskan Sekretariat Komisi untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Lanjutan (vide bukti A47); --- 13. Menimbang bahwa Tim Pemeriksa telah menyampaikan Petikan Penetapan

Pemeriksaan Lanjutan dan Salinan LHPP kepada para Terlapor (vide bukti A48 s/d A60); --- 14. Menimbang setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 25/KPPU-I/2009,

Tim Pemeriksa Lanjutan menilai perlu dilakukan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, maka Komisi menerbitkan Keputusan Komisi No. 60/KPPU/KEP/II/2010 tanggal 08 Februari 2010 tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara 25/KPPU-I/2009 terhitung sejak tanggal 08 Februari 2010 sampai dengan 23 Maret 2010 (vide bukti A76); --- 15. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan,

Komisi menerbitkan Keputusan No. 61/KPPU/KEP/II/2010 tanggal 08 Februari 2010 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 25/KPPU-I/2010 (vide bukti A77); --- 16. Menimbang bahwa selanjutnya Sekretaris Jenderal Sekretariat Komisi

(5)

17. Menimbang bahwa Tim Pemeriksa telah menyampaikan Petikan Penetapan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan kepada para Terlapor (vide bukti A80 s/d A92); --- 18. Menimbang bahwa dalam proses Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan

Lanjutan serta perpanjangannya, Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan dari para Terlapor, para Saksi dan Pemerintah; --- 19. Menimbang bahwa identitas dan keterangan Terlapor dan para Saksi, telah dicatat dalam BAP yang telah diakui kebenarannya serta masing-masing telah ditandatangani oleh yang bersangkutan (vide bukti B1 s/d B35); --- 20. Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan,

Tim Pemeriksa telah mendapatkan, meneliti dan menilai sejumlah surat dan atau dokumen, BAP serta bukti-bukti lain yang telah diperoleh selama pemeriksaan dan penyelidikan; --- 21. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa

membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan yang memuat fakta-fakta sebagai berikut (vide bukti A121): --- 21.1 Tentang Profil dan Pangsa Pasar Para Terlapor; ---

(1) Bahwa berikut disampaikan profil singkat para Terlapor dalam perkara ini: ---

Tabel 1

Profil PT Garuda Indonesia (Persero)

Nama perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) (GA) -

Terlapor I

Tahun berdiri 1950

Pemegang saham (2008) + persentase saham Pemerintah RI (96%) PT Angkasa Pura I (1,52%) PT Angkasa Pura II (2,48%)

Direksi (2008) Direktur Utama: Emirsyah Satar

Direktur: Agus Priyanto, Achirina, Ari Sapari, Elisa Lumbantoruan, Eddy Purwanto, Hadinoto Soedigdo

Komis’oaris (2008) Komisaris Utama: Hadiyanto

Komisaris: Abdul Gani, Adi Rahman Adiwoso, Wendy Aritenang, Sahala Lumban Gaol.

(6)

penumpang masing-masing B747-400 (405 seats): 3 pesawat A330-300 (293 seats): 6 pesawat B737-800 NG (180 seats): 4 pesawat B737-400 (124 seats): 19 pesawat B737-300 (104 seats): 14 pesawat B737-500 (92 seats): 5 pesawat

Jumlah rute domestik 72 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) PLM, PLM-JKT, JOG, JOG-JKT, JKT-SOC, SOC-JKT, JKT-SRG, SRG-JKT, MES-BTJ, BTJ-MES, SUB-DPS, DPS-SUB

Rincian rute domestik (1 - 2 jam) PKU, PKU-JKT, PDG, PDG-JKT, JKT-BTH, BTH-JKT, JKT-PNK, PNK-JKT, JKT-BDJ, BDJ-JKT, JKT-SUB, SUB-JKT, JKT-DPS, DPS-JKT, JKT-PKY, PKY-DPS-JKT, JKT-AMI, AMI-DPS-JKT, BIK-DJJ, DJJ-BIK, DJJ-TIM, TIM-DJJ, JOG-DPS, DPS-JOG, DPS-UPG, UPG-DPS, UPG-MDC, BPN-MDC, MDC-BPN, BPN-UPG, UPG-BPN.

Rincian rute domestik (2 s/d 3 jam) MES, MES-JKT, BPN, BPN-JKT, JKT-BTJ, BTJ-JKT, JKT-UPG, UPG-JKT, UPG-BIK, BIK-UPG, BPN-DPS, DPS-BPN.

Rincian rute domestik ( 3 s/d 4 jam) JKT-MDC, MDC-JKT, JKT-BIK, BIK-JKT, DJJ-UPG, UPG-DJJ, DPS-TIM, TIM-DPS.

Rincian rute domestik (> 3 jam) JKT-DJJ, JKT, JKT-TIM, TIM-JKT, DJJ-DPS, DPS-DJJ, TIM-UPG, UPG-TIM.

Keterangan Merupakan BUMN yang didirikan untuk

mendapatkan keuntungan dan memberikan kontribusi terhadap penerimaan Negara juga memiliki kewajiban yang terkait dengan kemanfaatan umum (public service obligation), yaitu dengan melayani rute-rute penerbangan sesuai kebutuhan masyarakat umum meskipun tidak selalu menguntungkan secara komersial.

Merupakan penerbangan dengan kategori pelayanan dengan standard maksimum (full service) mulai dari prejourney,pre-flight, in-flight, post flight dan post journey. (vide bukti C1.1)

Tabel 2

Profil PT Sriwijaya Air

Nama perusahaan PT Sriwijaya Air (SJ) - Terlapor II

Tahun berdiri 2003

Pemegang saham (2008) + persentase saham Hendry Lie (40.04%) Candra Lie (31.99%)

Johannes Bundjamin (19.81%) Andy Halim (5.16%)

(7)

Fandy Lingga (1%) (vide C2.1)

Direksi Direktur Utama: Chandra Lie

Direktur:, Harwick Budiman Lahunduitan, Gabriella, Bambang Haryono, Toto Nursatyo, Eddy Suwanto (vide bukti C2.2)

Komisaris Komisaris Utama: Hendry Lie

Komisaris: Soenaryo Yosopratomo, Andy Halim, Johannes Bundjamin, Fandy Lingga (vide bukti C2.2)

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

23 pesawat

Boeing 737-200 (125 seats) Boeing 737-300 (141 seats) Boeing 737-400 (166 seats)

Jumlah rute domestik 88 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) CGK-TKG, TKG-CGK, PGK-PLM, PLM-PGK, BPN-BDJ, BDJ-BPN, BPN-PLW, PLW-BPN, BTH-DJB, DJB-BTH, CGK-TJQ, TJQ-CGK, BTJ-MES, MES-BTJ, MES-PKU, PKU-BTJ-MES, CGK-PLM, PLM-CGK, CGK-SRG, SRG-CGK, UPG-PLW, PLW-UPG, KDI-UPG, UPG-KDI, SUB-SRG, SRG-SUB.

Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) CGK-SOC, SOC-CGK, CGK-PGK, PGK-CGK, BDJ-SUB, SUB-BDJ, BPN-TRK, TRK-BPN, BDO-SUB, SUB-BDO, CGK-BKS, BKS-CGK, CGK-DJB, DJB-CGK, BTH-MES, MES-BTH, BPN-UPG, UPG-BPN, SUB-BPN, BPN-SUB, CGK-SUB, SUB-CGK, CGK-MLG, MLG-CGK, GTO-UPG, UPG-GTO, CGK-PNK, PNK-CGK, PDG-MES, MES-PDG, CGK-TNJ, TNJ-CGK, CGK-BTH, BTH-CGK, CGK-PKY, PKY-CGK, UPG-SUB, SUB-UPG, CGK-BDJ, BDJ-CGK, CGK-PDG, PDG-CGK, CGK-PKU, PKU-CGK, UPG, AMQ, AMQ-UPG.

Rincian rute domestik ( 2 s/d 3 jam) BPN-CGK, CGK-BPN, KOE-SUB, SUB-KOE, CGK-MES, MES-CGK, UPG-CGK, CGK-UPG, SUB-MDC, MDC-SUB, SUB-AMQ, AMQ-SUB, CGK-MDC, MDC-CGK, CGK-AMQ, AMQ-CGK.

Tabel 3

Profil PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

Nama perusahaan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) (MZ) -

Terlapor III

Tahun berdiri 1962

(8)

Direksi Direktur Utama: Bambang Bhakti Direktur Niaga: Tharian

Direktur Operasi: Nikmatullah Taufiquzzaman Direktur Teknik: Hotlan Siagian

Dirkeu & Adm: Robby Eduardo Quento

Komisaris Komisaris Utama: H. Muhammad Said Didu

Komisaris: Danang Soty Baskoro, Abhy Widya, Adi Rahman Adiwoso, Eddy Suryanto Hariyadhi Dwi Hardono

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

22 pesawat (9 pesawat jet, 2 pesawat fokker dan 11 propeller)

Boeing 737-400 (160 seats): 1 Boeing 737-300 (134 seats): 5 Boeing 737-200 (117 seats): 3 Fokker 100 (108 seats): 2 CN 235 (38 seats): 1 Cassa 212 (24 seats): 3 DHC-6 (18 seats): 4 MA-60 (56 seats): 2

Jumlah rute domestik 268 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) JET: DPS-AMI, AMI-DPS, KOE-MOF, TKG-CGK, CGK-TKG, MOF-TMC, MOF-WGP, TMC-MOF, MOF-KOE, WGP-TMC-MOF, BMU-DPS, DPS-BMU, KDI-UPG, MKW-SOQ, SOQ-MKW, UPG-KDI, DPS-SUB, SUB-DPS.

PROPELLER: RTG-ENE, AMI-DPS, DPS-AMI, BIK-ZRI, DBO-LUV, LUV-DBO, ZRI-BIK, TTE-LAH, LAH-TTE, GTO-UOL, PSJ-PLW, UOL-GTO, PLW-PSJ, ENE-KOE, EWE-TIM, KOE-ENE, LWE-KOE, MES-SBQ, MKQ-WNX, MKW-NTI, SBQ-MES, TIM-EWE, WNX-MKQ, NTI-MKW, FKQ-KNG, KOE-LWE.

(9)

PLW-UOL, MDC, TTE, TTE-MDC, MKQ-ZEG, UOL-PLW, NTI-SOQ, DJJ-LII, LII-DJJ, SOQ-NTI, GTO-PSJ, MDC-WDA, NBX-LII, WDA-MDC, PSJ-GTO, KNG-MKW, LII-NBX, MKQ-TMH, TMH-MKQ, ZEG-MKQ, KNG-SOQ, LUW-MDC, MDC-LUW, MDC-MNA, MNA-MDC, SOQ, KNG, TLI-TRK, TRK-TLI, DPS-LBJ, LUW-PLW, PLW-LUW, LBJ-DPS, DJJ-TMH, TMH-DJJ, EWE-MKQ, KSX-KOE, MKQ-EWE, KOE-KSX

Rincian rute domestik (2 s/d 3 jam) JET: BDO-DPS, DPS-BDO, SUB-WGP, WGP-SUB, CGK-UPG, SOQ-UPG, CGK, UPG-SOQ, SUB-KDI, KDI-SUB, SUB-KOE, KOE-SUB, SUB-PLW, PLW-KOE-SUB, CGK-BMU, BMU-CGK, JOG-KDI, KDI-JOG, MKW-UPG, UPG-MKW, DJJ-MDC, KUL-SUB, MDC-DJJ, SUB-KUL, SUB-LUW, LUW-SUB, UPG-BIK, CGK-TMC, TMC-CGK, JOG-PLW, PLW-JOG, SUB-DIL, DIL-SUB, BIK-UPG, TIM-UPG, SUB-MOF, MOF-SUB, JOG-LUW, LUW-JOG, CGK-WGP, WGP-CGK, UPG-TIM.

PROPELLER: ENE-DPS, DPS-ENE, AMQ-LUV, LUV-AMQ, AMQ-SXK, SXK-AMQ, MDC-PLW, PLW-MDC,

Rincian rute domestik ( > 3 jam) JET: CGK-KDI, KDI-CGK, SUB-MDC, MDC-SUB, CGK-KOE, KOE-CGK, CGK-PLW, PLW-CGK, JOG-MDC, MDC-JOG, SUB-TTE, TTE-SUB, CGK-LUW, LUW-CGK, CGK-DIL, DIL-CGK, JOG-TTE, TTE-JOG, UPG-DJJ, AMI-KUL, KUL-AMI, SUB-SOQ, SOQ-SUB, CGK-MOF, MOF-CGK, CGK-MDC, MDC-CGK, JOG-SOQ, SOQ-JOG, SUB-MKW, MKW, SUB, CGK-TTE, TTE-CGK, SUB-BIK, BIK-SUB, JOG-MKW, MKW-JOG, JOG-BIK, BIK-JOG, CGK-SOQ, SOQ-CGK, SUB-TIM, TIM-SUB, JOG-TIM, TIM-JOG, CGK-MKW, MKW-CGK, CGK-BIK, BIK-CGK, SUB-DJJ, DJJ-SUB, CGK-TIM, TIM-CGK, JOG-DJJ, DJJ-JOG, CGK-DJJ, DJJ-TIM-CGK, JOG-MKQ, MKQ-JOG, CGK-MKQ, MKQ-CGK.

Keterangan Merupakan BUMN yang berperan dalam

pengembangan potensi ekonomi dan transportasi wilayah terpencil di Indonesia melalui operasional penerbangan perintis sejumlah 112 rute.

Sistem operasional penerbangan: Long Haul Multi Leg

Operating cost dan maintenance cost relatif tinggi karena menggunakan pesawat tua.

Tabel 4

Profil PT Mandala Airlines

(10)

Tahun berdiri 1969

Pemegang saham (2009) + persentase saham PT Cardig International Aviation (51%) Indigo Indonesia Investment S.a.r.l. (49%)

Direksi Direktur Utama: Diono Nurjadin

Direktur: Steve Wilks, Michael Hamelink, Wan Hasmar, Cor Blokzijl, Ai Ling Ng

Komisaris Komisaris Utama: Nurhadjono Nurjadin

Komisaris: Joseph Dharmabrata, Sukardi, William Augustus, Jozsep Janos Varadi, Lim Liang Song

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

11 pesawat

Airbus A320 (180 seats) Airbus A319 (144 seats)

Jumlah rute domestik 50 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) JAKARTA – SEMARANG, SEMARANG-JAKARTA, SURABAYA-DENPASAR, DENPASAR-SURABAYA, PEKANBARU-BATAM, BATAM-PEKANBARU

Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) JAKARTA–PADANG, PADANG-JAKARTA, JAKARTA – PEKANBARU, PEKANBARU-JAKARTA, JAKARTA – BATAM, BATAM-JAKARTA, JAKARTA – SURABAYA, SURABAYA-JAKARTA, JAKARTA – DENPASAR, DENPASAR-JAKARTA, JAKARTA – JOGJAKARTA, JOGJAKARTA-JAKARTA, JAKARTA – BENGKULU, BENGKULU-JAKARTA, JAKARTA PONTIANAK, PONTIANAK-JAKARTA, JAKARTA – JAMBI, JAMBI-JAKARTA, JAKARTA PANGKALPINANG,

PANGKALPINANG-JAKARTA, MEDAN- PADANG, PADANG-MEDAN, SURABAYA-BALIKPAPAN, BALIKPAPAN-SURABAYA, SURABAYA – BANJARMASIN,

BANJARMASIN-SURABAYA, SURABAYA – KUPANG, KUPANG-SURABAYA,

JOGJAKARTA – BALIKPAPAN,

BALIKPAPAN-JOGJAKARTA, SURABAYA – KUPANG, KUPANG-SURABAYA,

JOGJAKARTA – BALIKPAPAN,

BALIKPAPAN-JOGJAKARTA, JOGJAKARTA – BANJARMASIN,

BANJARMASIN-JOGJAKARTA, JOGJAKARTA – DENPASAR, DENPASAR-JOGJAKARTA, TARAKAN-BALIKPAPAN, BALIKPAPAN-TARAKAN.

(11)

Tabel 5

Profil PT Riau Airlines

Nama perusahaan PT Riau Airlines (RAL) - Terlapor V

Tahun berdiri 2002

Pemegang saham (2009) + persentase saham Pemprov Riau (50.6%) Pemkab Natuna (7.1%) Pemkab Bengkalis (6.0%) Pemkab Kerinci (4.5%) Pemkab Nias (4.5%) Pemko Dumai (4.1%) Pemda Rokan Hulu (4.1%) Pemkab Kampar (3.8%)

Pemkab Kuantan Singingi (2.4%) Pemkab Lingga (2.3%)

Pemko Pekanbaru (2.0%) Pemkab Pelalawan (1.8%) Pemko Batam (1.5%)

Pemkab Indragiri Hilir (1.8%) Pemkab Rokan Hilir (0.8%) Pemko Tanjung Pinang (0.8%) Pemprov Bengkulu (0.8%) Pemprov Bangka Belitung (0.8%) Pemprov Lampung (0.8%) Pemkab Indragiri Hulu (0.4%)

Direksi Direktur Utama: Teguh Triyanto

Direktur Produksi: Maman Syaifurohman Direktur Keuangan: Fizan Noor Djailani Direktur Komersial: Revan Mezano

Komisaris Komisaris Utama: Drs. Hj. Wan Syamsur Yus

Komisaris: Thamrin Nasution

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

7 pesawat

Fokker 50 (50 seats): 5 pesawat Bae AVRO RJ (111 seats): 2 pesawat

Jumlah rute domestik 32 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) PEKANBARU – TJ. PINANG PP, PEKANBARU – BATAM PP, PEKANBARU – DUMAI PP, PEKANBARU – MALAKA PP, PEKANBARU – MEDAN PP, PEKANBARU – SINGKEP PP, BATAM - TJ. PINANG PP, BATAM-SINGKEP PP, TJ. PINANG – NATUNA PP, TJ. PINANG – SINGKEP PP, TJ. PINANG – MATAK PP, GUNUNG SITOLI – MEDAN PP,

Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) NATUNA – BATAM PP

(12)

CENGKARENG – DUMAI PP, TJ. PINANG – CENGKARENG PP

Keterangan Merupakan perusahaan daerah (BUMD) yang

didirikan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah Sumatera (benefit oriented). Merupakan satu-satunya perusahaan yang melakukan penerbangan antar pulau di Kepulauan Riau (rute perintis).

Biaya operasional masih disubsidi oleh Pemerintah Daerah.

Tabel 6

Profil PT Travel Express

Nama perusahaan PT Travel Express (XN) - Terlapor VI

Tahun berdiri 2003

Pemegang saham (terakhir) + persentase saham Tommy Limbunan (50%) Shirly Goenawang (50%)

Direksi Tommy Limbunan

Komisaris Shirly Goenawang

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

Boeing 737-200 (125 seats): 2 pesawat Dornier D328 (32 seats): 4 pesawat

Jumlah rute domestik 68 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) MANOKWARI – JAYAPURA PP

Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) SORONG-MANOKWARI PP

Rincian rute domestik ( 2 s/d 3 jam) JAKARTA – MAKASSAR PP, JAKARTA – TERNATE PP, SURABAYA – MAKASSAR PP, MAKASSAR-SORONG PP JAKARTA-SORONG PP, JAKARTA – MANOKWARI PP, JAKARTA – JAYAPURA PP, SURABAYA – SORONG PP, SURABAYA – MANOKWARI PP, SURABAYA – JAYAPURA PP, SURABAYA – TERNATE PP, MAKASSAR – MANOKWARI PP, MAKASSAR – JAYAPURA PP, MAKASSAR – TERNATE PP, SORONG – JAYAPURA PP, SORONG-JAKARTA PP, MANOKWARI- SORONG-JAKARTA PP, JAYAPURA – JAKARTA PP, SORONG- SURABAYA PP, MANOKWARI – SURABAYA PP, JAYAPURA-SURABAYA PP.

Keterangan Fokus beroperasi di daerah Indonesia bagian timur.

(13)

Tabel 7

Profil PT Lion Mentari Airlines

Nama perusahaan PT Lion Mentari Airlines (JT) –

Terlapor VII

Tahun berdiri 1999 , beroperasi tahun 2000

Pemegang saham (terakhir) + persentase saham Rusdi Kirana (45%) Kusnan Kirana (55%)

Direksi Rusdi Kirana

Komisaris Kusnan Kirana

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

49 pesawat

Boeing 747-400 : 2 pesawat

Boeing 737-900 ER (220 seats): 32 pesawat Boeing 737-400 (158 seats): 9 pesawat Boeing 737-300 (149 seats): 2 pesawat MD-90 (161 seats): 4 pesawat

Jumlah rute domestik (Per 15 Januari 2009) 98 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) CGK-JOG, JOG-CGK, CGK-PGK, PGK-CGK, CGK-PLM, PLM-CGK, CGK-SOC, SOC-CGK, CGK-SRG, SRG-CGK, JOG-SUB, SUB-JOG, MES-BTJ, BTJ-MES, PKU-BTH, BTH-PKU, SUB-AMI, AMI-SUB, SUB-DPS, DPS-SUB, UPG-KDI, KDI-UPG, UPG-PLW, PLW-UPG, MES-PKU, PKU-MES.

Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) CGK-BDJ, BDJ-CGK, CGK-BKS, BKS-CGK, CGK-BTH, BTH-CGK, CGK-DJB, DJB-CGK, CGK-DPS, DPS-CGK, CGK-PDG, PDG-CGK, CGK-PKU, PKU-CGK, CGK-PNK, PNK-CGK, CGK-SUB, SUB-CGK, DPS-UPG, UPG-DPS, JOG-DPS, DPS-JOG, BDJ, BDJ-SUB, SUB-BPN, BPN-SUB, SUB-UPG, SUB, AMQ, AMQ-UPG, GTO, GTO-UPG, UPG-MDC, MDC-UPG.

Rincian rute domestik (2 s/d 3 jam) CGK-AMI, AMI-CGK, CGK-AMQ, AMQ-CGK, CGK-BPN, BPN-CGK, CGK-BTJ, BTJ-CGK, CGK-DJJ, DJJ-CGK, CGK-GTO, GTO-CGK, CGK-KDI, KDI-CGK, CGK-KOE, KOE-CGK, CGK-MDC, MDC-CGK, CGK-MES, MES-CGK, CGK-PLW, PLW-CGK, CGK-UPG, UPG-CGK, DPS-MDC, MDC-DPS, SUB-AMQ, AMQ-SUB, SUB-BTH, BTH-SUB, SUB-KDI, KDI-SUB, SUB-KOE, KOE-SUB, SUB-PLW, PLW-SUB, UPG-DJJ, DJJ-UPG.

Keterangan PT Lion Mentari Airlines merupakan perusahaan

(14)

Tabel 8

Profil PT Wings Abadi Airlines

Nama perusahaan PT Wings Abadi Airlines (IW) –

Terlapor VIII

Tahun berdiri 2002, beroperasi 2003

Pemegang saham (terakhir) + persentase saham Kusnan Kirana (50%) Rusdi Kirana (50%)

Direksi Direktur: Achmad

Komisaris Komisaris Utama: Kusnan Kirana

Komisaris: Rusdi Kirana

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

12 pesawat

ATR72-500: 3 pesawat MD-80: 6 pesawat DHC8-300: 3 pesawat

Jumlah rute domestik 74 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) AMBON-FAK-FAK, FAK-FAK-AMBON, AMBON-NABIRE, NABIRE-AMBON,

FAK-Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) AMBON-TUAL, TUAL-AMBON, SORONG, SORONG-AMBON,

(15)

MANOKWARI-AMBON, SEMARANG-DENPASAR, DENPASAR-SEMARANG, SURABAYA-PALU,

PALU-SURABAYA, SURABAYA-BANDUNG, BANDUNG-SURABAYA.

Keterangan PT Wings Abadi Airlines merupakan perusahaan

yang terafiliasi dengan PT Lion Mentari Airlines.

Tabel 9

Profil PT Metro Batavia

Nama perusahaan PT Metro Batavia (7P) - Terlapor IX

Tahun berdiri 2001, mulai beroperasi 2002

Pemegang saham (terakhir) + persentase saham Yudiwan Tansari (72,7%) Alice (6%)

Irene Yudiawan (6%) Liauw Tjhai Djun (13,6%)

Direksi Direktur Utama: Yudiawan Tansari

Direktur: Alice

Komisaris Komisaris Utama: Liauw Tjhai Dun

Komisaris: Irene Yudiawan

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

36 pesawat

Boeing 737-200 (120 seats) Boeing 737-300 (144 seats) Boeing 737-400 (168 seats) Airbus A-319 (144 seats) Airbus A-320 (180 seats) Airbus A-330 (293 seats)

Jumlah rute domestik 132 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) CGK-JOG, JOG-CGK, CGK-PGK, PGK-CGK, CGK-PLM, PLM-CGK, CGK-SRG, SRG-CGK, CGK-TKG, TKG-CGK, CGK-MLG, MLG-CGK, BDJ-BPN, BPN-BDJ, BPN-TRK, TRK-BPN, BTH-PKU, PKU-BTH, BTH-PDG, PDG-BTH, PDG-MES, MES-PDG, PLW-BPN, BPN-PLW, SUB-AMI, AMI-SUB, SUB-JOG, JOG-SUB, SUB-PKY, PKY-SUB, SUB-PLW, PLW-SUB, UPG-KDI, KDI-UPG.

(16)

SUB-PNK, SUB-BPN, BPN-SUB, SUB-TRK, TRK-SUB, SUB-UPG, UPG-SUB, UPG-GTO, GTO-UPG.

Rincian rute domestik (2 s/d 3 jam) CGK-AMQ, AMQ-CGK, CGK-AMI, AMI-CGK, CGK-BPN, BPN-CGK, CGK-DJJ, DJJ-CGK, CGK-KDI, KDI-CGK, CGK-KOE, KOE-CGK, CGK-MDC, MDC-CGK, CGK-MES, MES-CGK, CGK-MKW, MKW-CGK, CGK-UPG, UPG-CGK, CGK-GTO, GTO-CGK, CGK-TTE, TTE-CGK, CGK-LUW, LUW-CGK, CGK-SOQ, SOQ-CGK, SOQ-MKW, MKW-SOQ, SUB-MDC, MDC-SUB, SUB-MES, MES-SUB, SUB-PNK, PNK-SUB, SUB-LUW, LUW-SUB, SUB-GTO, GTO-SUB, PNK, PNK-UPG, DJJ, DJJ-UPG, UPG-LUW, LUW-UPG, UPG-SOQ, SOQ-UPG. (vide bukti C9.7)

Tabel 10

Profil PT Kartika Airlines

Nama perusahaan PT Kartika Airlines (KAE) - Terlapor X

Tahun berdiri 2000

Pemegang saham (2008) + persentase saham Yayasan Kartika Eka Paksi PT Intan Asia Corpora PT Karunia Yohanes Mulia Kim Yohanes Mulia

Direksi (2008) Direktur: Odang Kariana (non aktif per 1 Maret

2010)

Komisaris (2008) Komisaris Utama: Kim Yohanes Mulia

Komisaris: Abdul Wachid, Armien Soegito

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

2 pesawat

Boeing 737-200 (124 seats)

Jumlah rute domestik 16 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) BTH-DJB, DJB-BTH, BTH-PLM, PLM-BTH, MDC-TTE, TTE-MDC

Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) CGK-BTH, BTH-CGK, BTH-MES, MES-BTH, BTH-PKP, PKP-BTH, UPG-MDC, MDC-UPG

(17)

Tabel 11

Profil PT Linus Airways

Nama perusahaan PT Linus Airways - Terlapor XI

Tahun berdiri 2005

Keterangan Tidak beroperasi sejak 27 April 2009.

Telah dicabut seluruh Ijin Operasinya oleh Departemen Perhubungan pada tanggal 1 Juni 2009.

Apabila dalam jangka waktu satu tahun tidak beoperasi, maka Departemen Perhubungan dapat mencabut Surat Ijin Usaha Penerbangan PT Linus Airways.

Selama pemeriksaan perkara berlangsung, Tim Pemeriksa tidak pernah mendengar keterangan maupun memperoleh dokumen dari PT Linus Airways.

Tabel 12

Profil PT Trigana Air Service

Nama perusahaan PT Trigana Air Service (TGN) –

Terlapor XII

Tahun berdiri 1990

Pemegang saham (terakhir) + persentase saham Triputra Yusni Prawiro (50%) Capt. Rubijanto Adisarwono (50%)

Direksi Direktur Utama: Capt. Rubijanto Adisarwono

Wakil Direktur: Erwin Asmar

Direktur: Capt. Imam Hadikartiwa, Aries Munandar, Capt. Beni Sumaryanto, LH. Freddy Chan, Eko B. Gunarto

Komisaris Triputra Yusni Prawiro

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

Scheduled Flight :10 pesawat ATR 42 (50 seats): 7 pesawat ATR 72 (72 seats): 3 pesawat Cargo dan charter: 9 pesawat Fokker F27 (4250 kgs): 2 pesawat

Twin Otter DHC-6 (18 seats, 1500 kgs): 3 pesawat DHC-4 Caribou (3900 kgs): 1 pesawat

Hercules L-382 (19.500 kgs): 1 pesawat Cessna 206B (5 seats, 400 kgs): 2 pesawat

Jumlah rute domestik 40 rute

(18)

Berau, Tarakan, Samarinda-Nunukan, Samarinda-Balikpapan, Samarinda-Tj. Selor, Berau-Samarinda, Berau-Tarakan, Berau-Tj. Selor, Berau-Nunukan, Balikpapan-Nunukan, Balikpapan-Tarakan, Balikpapan-Tj. Selor, Balikpapan-Kota Baru, Balikpapan-Banjarmasin, Kota Baru-Balikpapan, Kota Baru-Banjarmasin, Banjarmasin-Kota Baru, Banjarmasin-Balikpapan, Tj. Berau, Tj. Balikpapan, Tj. Selor-Samarinda, Tj. Selor-Tarakan, Tj. Selor-Nunukan, Ternate-Buli, Buli-Ternate, Mataram-Denpasar, Denpasar-Mataram.

Rincian rute domestik (1 - 2 jam) Berau-Balikpapan, Balikpapan-Berau, Sanana-Ternate, Ternate-Sanana, Langgur-Ambon, Ambon-Langgur, Ambon-Saumlaki, Saumlaki-Ambon

Keterangan Saat ini tidak memiliki pesawat jet, semua pesawat

propeller yang melayani rute-rute perintis di daerah Indonesia bagian timur.

Tabel 13

Profil PT Indonesia Air Asia

Nama perusahaan PT Indonesia Air Asia (QZ) –

Terlapor XIII

Tahun berdiri 1999, beroperasi 2005

Pemegang saham (2008) + persentase saham Pin Harris (20%) Sendjaja Widjaja (21%) AA International Limited (49%) PT Persindo Nusaperkasa (10%)

Direksi (2008) Direktur Utama: Dharmadi

Direktur: Titus Iskandar, Widijastoro Nugroho, Poedjiono, Moeharjanto Sasono, Perbowoadi

Komisaris (2008) Komisaris Utama: Pin Harris

Wakil Komisaris Utama: Sendjaja Widjaja

Komisaris: Anthony Francis Fernandes, Kamarudin bin Meranun, Johny Gerard Plate

Jenis dan jumlah pesawat serta kapasitas penumpang masing-masing

Airbus A320 (180 seats) : 9 pesawat Boeing 737-300 (145 seats): 5 pesawat

Jumlah rute domestik 12 rute

Rincian rute domestik (0 s/d 1 jam) CGK-JOG, JOG-CGK

Rincian rute domestik (1 s/d 2 jam) CGK-SUB, SUB-CGK, DPS-BDO, BDO-DPS, CGK-DPS, DPS-CGK

Rincian rute domestik ( 2 s/d 3 jam) CGK-MES, MES-CGK, BDO-MES, MES-BDO

Keterangan Penerbangan dengan kategori pelayanan low cost

(19)

(2) Bahwa berikut rincian jumlah penumpang masing-masing para Terlapor:---

Tabel 14

Jumlah penumpang masing-masing Terlapor Tahun 2004-2009

Maskapai Penerbangan 2004 2005 2006 2007 2008 20091

PT Garuda Indonesia (Persero)

6,297,351 6,987,870 6,956,437 7,371,046 7,665,390 7,991,395 PT Sriwijaya Air 690,344 2,345,885 3,139,529 3,577,413 4,272,876 5,324,187 PT Merpati Nusantara Airlines

(Persero) 2,511,213 1,843,094 1,701,137 2,653,853 2,477,173 2,601,754 PT Mandala Airlines 2,187,454 2,373,413 1,678,920 1,731,979 3,449,218 2,848,825

PT Riau Airlines 97,480 182,337 232,248 305,456

PT Travel Express 265,659 324,104 201,504 256,951 267,371 243,999

PT Lion Mentari Airlines 4,927,834 5,447,769 6,638,264 6,536,276 9,147,942 9,398,234 PT Wings Abadi Airlines 118,362 1,784,728 2,021,888 2,351,703 2,328,508 3,217,218 PT Metro Batavia 1,510,589 1,974,748 3,971,214 5,314,485 4,771,272 6,466,793

PT Kartika Airlines 97,765 263,093 89,312 239,636 235,410

PT Trigana Air Service 627,979 736,027 702,718 763,647

PT Indonesia Air Asia 10,243 701,367 1,505,715 1,768,025 1,503,672 2,313,859

(3) Bahwa berikut adalah pangsa pasar atau market share para Terlapor tersebut di atas berdasarkan persentase jumlah penumpang: ---

Tabel 15

Pangsa Pasar di antara Para Terlapor Tahun 2004-2008

Maskapai Penerbangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

PT Garuda Indonesia (Persero)

34.00% 29.26% 24.15% 22.63% 20.68% 19.16%

PT Sriwijaya Air 3.73% 9.82% 10.90% 10.98% 11.53% 12.76%

PT Merpati Nusantara Airlines

(Persero) 13.56% 7.72% 5.91% 8.15% 6.68% 6.24%

PT Mandala Airlines 11.81% 9.94% 5.83% 5.32% 9.31% 6.83%

PT Riau Airlines 0.00% 0.00% 0.34% 0.56% 0.63% 0.73%

PT Travel Express 1.43% 1.36% 0.70% 0.79% 0.72% 0.58%

PT Lion Mentari Airlines 26.61% 22.81% 23.05% 20.07% 24.69% 22.53%

PT Wings Abadi Airlines 0.64% 7.47% 7.02% 7.22% 6.28% 7.71%

PT Metro Batavia 8.16% 8.27% 13.79% 16.32% 12.88% 15.50%

PT Kartika Airlines 0.00% 0.41% 0.91% 0.27% 0.65% 0.56%

1Data jumlah penumpang tahun 2004 s/d 2008 diperoleh dari Departemen Perhubungan. Jumlah

(20)

Maskapai Penerbangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

PT Trigana Air Service 0.00% 0.00% 2.18% 2.26% 1.90% 1.83%

PT Indonesia Air Asia 0.06% 2.94% 5.23% 5.43% 4.06% 5.55%

Total 100% 100% 100% 100% 100% 100%

21.2 Tentang Kronologis Pemberlakuan Fuel Surcharge; ---

(4) Bahwa berdasarkan Hasil Risalah Rapat tentang Pengenaan Fuel Surcharge tanggal 5 Februari 2008 antara Departemen Perhubungan c.q. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Sekret aris INACA dan 11 (sebelas) maskapai penerbangan, pengertian fuel surcharge didefinisikan sebagai suatu tambahan biaya yang dikenakan oleh perusahaan penerbangan karena harga avtur di lapangan melebihi harga avtur pada perhitungan biaya pokok; --- (5) Bahwa berdasarkan keterangan dari Departemen Perhubungan, belum ada dasar

hukum diberlakukannya fuel surcharge, namun terdapat peraturan yang mengatur tentang pungutan terkait dengan tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi dan komponen tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi yaitu: --- a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 8 Tahun 2002 tentang

Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi (selanjutnya disebut “KM 8 Tahun 2002”);--- b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 9 Tahun 2002 tentang Tarif

Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi (selanjutnya disebut “KM 9 Tahun 2002”);--- (6) Bahwa Pasal 1 ayat (3) KM 9 Tahun 2002 berbunyi: “Tarif penumpang angkutan

niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran wajib dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dari PT Jasa Raharja (Persero), asuransi tambahan lainnya yang dilaksanakan secara sukarela dan tarif jasa pelayanan penumpang pesawat udara yang dikenakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku”; --- (7) Bahwa Pasal 1 ayat (4) KM 9 Tahun 2002 berbunyi: “Setiap pungutan yang akan

(21)

Perhubungan”;---(8) Berdasarkan ketentuan tersebut, INACA telah mengirimkan surat-surat kepada Menteri Perhubungan, antara lain: --- a. Surat Nomor: INC-1001/A/16/X/2004 tanggal 22 Oktober 2004 perihal

Permohonan Pengenaan Surcharge Atas Kenaikan BBM Penerbangan; --- b. Surat Nomor: INC-1001/A/28/V/2005 tanggal 12 Mei 2005 perihal

Kelangsungan Usaha Perusahaan Penerbangan Nasional; --- c. Surat Nomor: INC-1001/A/31/VI/2005 tanggal 7 Juni 2005 perihal Usulan

Pengenaan Fuel Surcharge;--- d. Surat Nomor: INC-1001/A/39/X/2005 tanggal 11 Oktober 2005 perihal

Permohonan Izin Pengenaan Fuel Surcharge Atas Kenaikan Harga BBM;--- (9) Bahwa pengajuan usulan pemberlakuan fuel surcharge oleh INACA tersebut

didasari pada kondisi melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, sehingga harga avtur yang dijual oleh PT Pertamina mengalami kenaikan sedangkan daya beli masyarakat menurun sehingga tingkat isian penumpang pesawat terbang domestik (load factor) mengalami penurunan;--- (10) Bahwa menanggapi surat-surat dari INACA tersebut, Ditjen Perhubungan Udara

telah menyampaikan surat kepada Menteri Perhubungan yaitu Ref. Surat Nomor: AU/6076/DAU.1705/04 perihal permohonan pengenaan fuel surcharge atas kenaikan BBM penerbangan;--- (11) Bahwa selanjutnya Ditjen Perhubungan Udara mengirimkan surat kepada INACA

melalui Ref. Surat Nomor: AU/5581/DAU.1952/05 tanggal 31 Oktober 2005 perihal pengenaan fuel surcharge atas kenaikan harga avtur. Dalam menyetujui pengenaan fuel surcharge atas kenaikan harga avtur tersebut, Ditjen Perhubungan Udara meminta INACA untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut: --- a. Berdasarkan hasil evaluasi Ditjen Perhubungan Udara, bahwa harga jual

rata-rata saat ini masih di bawah tarif batas atas, sehingga kenaikan harga avtur masih memungkinkan harga jual sampai dengan setinggi-tingginya sama dengan tarif batas KM 9 Tahun 2002; --- b. Pangsa biaya avtur yang dijadikan patokan untuk masing-masing rute

(22)

c. Harga avtur yang dijadikan patokan untuk pengenaan fuel surcharge adalah harga bulan Juni 2005 (harga avtur patokan tarif referensi); --- d. Pengenaan fuel surcharge dapat dipahami dan sudah berlaku di penerbangan

internasional sebagai akibat kenaikan avtur, namun perlu dipertimbangkan pelaksanaannya dengan cermat secara bersama; --- e. Pengenaan fuel surcharge tersebut tidak diberlakukan kepada calon

penumpang yang sudah melakukan transaksi pembelian tiket; --- f. Pengenaan fuel surcharge diberlakukan pada seluruh perusahaan angkutan

udara niaga berjadwal dan sepenuhnya merupakan tanggung jawab perusahaan yang bersangkutan; --- g. INACA sebagai asosiasi perusahaan angkutan udara niaga harus sanggup

dan mampu melakukan pengawasan terhadap pemberlakuan fuel surcharge tersebut;--- (12) Bahwa INACA akhirnya mengeluarkan Berita Acara Persetujuan Pelaksanaan

Fuel Surcharge (Ref. Berita Acara Nomor 9100/53/V/2006 tanggal 4 April 2006 yang ditandatangani oleh Ketua Dewan INACA, Sekretaris Jenderal INACA dan 9 (sembilan) perusahaan angkutan udara niaga yaitu PT Mandala Airlines, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), PT Dirgantara Air Service, PT Srwijaya Air, PT Pelita Air Service, PT Lion Mentari Air, PT Batavia Air, PT Indonesia Air Transport, PT Garuda Indonesia (Persero);--- (13) Bahwa berdasarkan Berita Acara Persetujuan Pelaksanaan Fuel Surcharge

tersebut, pelaksanaan fuel surcharge mulai diterapkan pada tanggal 10 Mei 2006 dengan besaran yang diberlakukan pada setiap penerbangan dikenakan rata-rata Rp 20.000,- (duapuluh ribu rupiah) per penumpang;--- (14) Bahwa menanggapi laporan INACA mengenai penerapan fuel surcharge yang

akan diberlakukan mulai tanggal 10 Mei 2006, atas nama Menteri Perhubungan, Direktur Jenderal Perhubungan Udara melalui Surat Nomor: AU/2563/DAU-0857/06 tanggal 9 Mei 2006, menyampaikan kepada INACA untuk mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: --- a. Pengenaan fuel surcharge tersebut tidak diberlakukan kepada calon

(23)

b. INACA harus mempunyai patokan harga avtur sebagai dasar perhitungan besaran fuel surcharge dan tata cara serta mekanisme penerapan fuel surcharge; --- c. Pengenaan fuel surcharge disarankan diberlakukan pada seluruh perusahaan

angkutan udara niaga berjadwal dan sepenuhnya merupakan tanggung jawab perusahaan yang bersangkutan;--- d. Perusahaan angkutan udara niaga berjadwal yang menerapkan fuel surcharge

agar dapat melaksanakan dengan cermat dan seksama dalam memberikan pemahaman kepada calon penumpang supaya tidak menimbulkan permasalahan di lapangan; --- e. INACA sebagai asosiasi perusahaan angkutan udara niaga harus mampu

melakukan pengawasan terhadap pemberlakuan fuel surcharge tersebut; --- f. INACA agar melaporkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

setiap terjadi perubahan besaran fuel surcharge, termasuk apabila ada perubahan lainnya yang terkait dengan fuel surcharge; --- (15) Bahwa besaran fuel surcharge sebesar Rp 20.000,- (dua puluh ribu) tersebut

dibuat dengan berpatokan pada harga avtur rata-rata yang naik ke posisi Rp 5.600/liter sejak 1 Mei 2006; --- (16) Bahwa setelah INACA menetapkan fuel surcharge sebesar RP 20.000,- (duapuluh

ribu rupiah) yang mulai berlaku sejak 10 Mei 2006, KPPU mengadakan pertemuan dengan INACA pada tanggal 16 Mei 2006, kemudian memberikan masukan kepada INACA dengan mengirimkan Surat Nomor 207/K/V/2006 tanggal 30 Mei 2006, yang intinya agar INACA mencabut penetapan mengenai fuel surcharge dan mengembalikan kewenangan penetapan fuel surcharge kepada masing-masing maskapai penerbangan;--- (17) Bahwa selanjutnya berdasarkan Notulen Rapat No. 9100/57/V/2006, INACA

(24)

(18) Bahwa Pemerintah c.q. Departemen Perhubungan c.q. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui Surat Nomor: AU/830/DAU.150/08 tanggal 15 Februari 2008 perihal Surat Edaran Pemberlakuan Besaran Fuel Surcharge Pada Penumpang Angkutan Udara Niaga Dalam Negeri Kelas Ekonomi, meminta laporan kepada para perusahaan angkutan udara niaga berjadwal untuk melaporkan secara tertulis setiap perubahan besaran fuel surcharge yang diberlakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Laporan tersebut dilampiri dasar perhitungan termasuk harga avtur yang dipergunakan sebagai referensi; --- (19) Bahwa pada tanggal 4 Agustus 2008, Departemen Perhubungan c.q. Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara mengirimkan surat kepada para perusahaan angkutan udara niaga berjadwal melalui Surat Nomor: AU/4603/DAU.1056/08 perihal Formula Penetapan Fuel Surcharge yang menindaklanjuti hasil pertemuan pada tanggal 07 Juli 2008 yang membahas mengenai kesepakatan formula perhitungan fuel surcharge dengan metode zoning yang terbagi menjadi 5 zona berdasarkan waktu tempuh yaitu zona 1 (< 1 jam), zona 2 (1 s/d 2 jam), zona 3 (2 s/d 3 jam), zona 4 (3 s/d 4 jam), zona 5 (> 4 jam); --- (20) Bahwa pada saat perkara ini berlangsung, Pemerintah c.q. Departemen

Perhubungan sedang melakukan Revisi atas KM No. 8 Tahun 2002 dan KM No. 9 Tahun 2002.;--- (21) Bahwa berdasarkan Risalah Rapat tentang Pembahasan Tindak Lanjut Revisi KM

8 Tahun 2002 dan KM 9 Tahun 2002 tentang Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri Kelas Ekonomi tanggal 4 Februari 2010, diperoleh informasi antara lain sebagai berikut:--- a. Dasar perhitungan harga avtur adalah sebesar Rp 10.000,-/liter yang diambil

berdasarkan harga pasar avtur terakhir Rp 7.459,-/liter, untuk mengantisipasi kenaikan harga avtur di masa yang akan datang; --- b. Formulasi perhitungan revisi besaran tarif batas atas berdasarkan pada jenis

(25)

c. Dalam penentuan asumsi yang dipakai dalam formulasi perhitungan tarif batas atas baik load factor, harga avtur dan nilai tukar rupiah terhadap dollar dan lain-lain telah disesuaikan oleh pemerintah dengan kondisi yang ada dan dibandingkan dengan formulasi perhitungan dari badan usaha angkutan udara; --- d. Kenaikan tarif batas atas sebesar 5% s/d 10% dari biaya operasi pesawat,

dimana 10% adalah beban yang dikenakan kepada masyarakat;--- (22) Bahwa konsekuensi jika Revisi KM No. 9 Tahun 2002 tersebut diberlakukan,

maka fuel surcharge sudah tidak ada lagi karena asumsi harga avtur sudah diubah yaitu sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per liter yang sudah diperhitungkan dalam perhitungan tarif batas atas tersebut; --- (23) Bahwa sampai saat laporan ini dibuat, Revisi KM No. 8 Tahun 2002 dan Revisi

KM No. 9 Tahun 2002 tersebut belum ditanda-tangani oleh Menteri Perhubungan sehingga belum berlaku secara efektif;--- 21.3 Tentang Formula Perhitungan Harga Tiket; ---

(24) Bahwa berdasarkan Pasal 2 KM 8 Tahun 2002, yang dimaksud dengan Tarif Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam negeri kelas ekonomi merupakan tarif jarak yang didasarkan pada perkalian tarif dasar, jarak terbang serta dengan memperhatikan faktor daya beli; --- (25) Bahwa berdasarkan Pasal 126, Pasal 127 dan Pasal 128 UU 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan, komponen tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi terdiri dari tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi dan biaya tuslah/tambahan (surcharge). Hasil perhitungan komponen-komponen tersebut merupakan batas atas tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri yang ditetapkan oleh Menteri. Namun untuk tarif penumpang pelayanan non ekonomi angkutan udara niaga berjadwal ditentukan berdasarkan mekanisme pasar; --- (26) Bahwa formula perhitungan harga tiket yang diterapkan oleh masing-masing

maskapai penerbangan yang menjadi Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai berikut: ---

(26)

Formula Perhitungan Harga Tiket Para Terlapor

Maskapai Penerbangan Formula Perhitungan Harga Tiket

PT Garuda Indonesia (Persero) Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + FS

PT Sriwijaya Air Basic fare + PPN + IWJR (Rp 10.000,-) + FS

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + Administration Fee (Rp 5000,-) FS

PT Mandala Airlines Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + FS + Biaya administrasi (Rp 4.000,-)

PT Riau Airlines Basic Fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) (sekarang)

PT Travel Express Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + FS

PT Lion Mentari Airlines Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + Insurance + FS

PT Wings Abadi Airlines Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + Insurance + FS

PT Metro Batavia Basic fare + PPN + IWJR (Rp 5.000,-) + FS

PT Kartika Airlines Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + FS

PT Linus Airways N/A

PT Trigana Air Service Basic fare + PPN + IWJR (Rp 11.000,-) + FS

PT Indonesia Air Asia Basic fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + FS (10 Mei 2006 s/d 11 November 2008)

Basic Fare + PPN + IWJR (Rp 6.000,-) + Convenience Fee (sekarang)

(27) Bahwa dalam menetapkan basic fare, masing-masing Terlapor menerapkan pricing strategy berdasarkan sub classes2, dimana besar kecilnya basic fare ditentukan oleh waktu pembelian tiket. Semakin dekat waktu pembelian tiket dengan jadwal keberangkatan, maka harga tiket yang dijual relatif semakin mahal; --- (28) Bahwa sub classes yang diberlakukan oleh masing-masing maskapai penerbangan

yang menjadi Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai berikut:---

2Subclasses merupakan diferensiasi harga dalam suatu penerbangan yang dikelompokkan dalam

(27)

Tabel 17

Kategorisasi Sub Classes oleh Para Terlapor

Maskapai Penerbangan Jumlah Sub Classes Inisial SubClasses (Ekonomi) (termahal Æ termurah)

PT Garuda Indonesia (Persero) 8 Y, M, L, K, N, Q, B, V

PT Sriwijaya Air 18 Y, S, W, B, H, K, L, M, N, Q,

T, V, G, E, X, R, P, E

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

10 Y, S, W, B, H, K,

L, M, N, Vi C3.11)

PT Mandala Airlines 12 W, S, H, L, N, P, T, U, V, R, J,

A, I

PT Riau Airlines 18 Y, Z, N, A, B, C, D, E, F, G, H,

P, Q, L, R, S, T, V

PT Travel Express 21 JOW, OOW, UOW, ZOW,

FOW, GOW, COW, IOW, NOW, YOW, HOW, KOW, LOW, MOW, SOW, WOW, TOW, VOW, QOW, XOW,

POW

PT Lion Mentari Airlines 14 Y, A, G, W, S, B, H, K, L, M,

N, Q, T, V

PT Wings Abadi Airlines 14 Y, A, G, W, S, B, H, K, L, M,

N, Q, T, V

PT Metro Batavia 16 Y, D, H, M, L, B, Q, V, T, S, R,

X, N, P, W, Z

PT Kartika Airlines 16 C, D, W, Z, R, I, S, M, L, H, K,

T, G, B, V, Q

PT Linus Airways N/A N/A

PT Trigana Air Service 16 YA, YB, YC, YD, YE, YF, YG,

YH, YI, YJ, YK, YL, YM, YN, YO, YP

PT Indonesia Air Asia N/A N/A

(29) Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 17 dan 19 UU tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PPN yang dipungut oleh maskapai penerbangan adalah 10% (sepuluh persen) dikali dasar pengenaan pajak (DPP) yaitu seluruh biaya yang diminta/dibebankan oleh perusahaan penerbangan kepada konsumen; --- (30) Bahwa berdasarkan praktek yang dilakukan oleh maskapai penerbangan selama

(28)

(31) Bahwa IWJR (Iuran Wajib Jasa Raharja) adalah asuransi yang wajib dibayar oleh penumpang melalui maskapai penerbangan untuk disetorkan kepada PT Asuransi Jasa Raharja; --- (32) Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (1) UU No. 33 tahun 1964 tentang Dana

Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, tiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta-api, pesawat terbang, perusahaan penerbangan nasional dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional, wajib membayar iuran melalui pengusaha/pemilik yang bersangkutan untuk menutup akibat keuangan disebabkan kecelakaan penumpang dalam perjalanan; --- (33) Bahwa Fuel Surcharge menjadi salah satu komponen tambahan dalam perhitungan

harga tiket sejak 10 Mei 2006. Pada saat pemeriksaan lanjutan berlangsung, terdapat 2 (dua) maskapai yang sudah tidak menerapkan Fuel Surcharge, yaitu PT Riau Airlines dan PT Indonesia Air Asia (sejak November 2007). Namun PT Riau Airlines tidak dapat membuktikan tidak pernah menerapkan fuel surcharge; --- 21.4 Tentang Formula Perhitungan Fuel SurcGharge;---

(34) Bahwa sejak mulai diberlakukannya fuel surcharge pada bulan Mei 2006, Pemerintah c.q. Departemen Perhubungan tidak memberikan formula resmi untuk dijadikan acuan oleh maskapai penerbangan, namun menyerahkannya kepada INACA untuk melakukan perhitungan; --- (35) Bahwa setelah INACA melakukan perhitungan sendiri dan menentukan besaran

fuel surcharge sebesar RP 20.000,- pada tanggal 10 Mei 2006, KPPU memberikan saran kepada INACA untuk membatalkan kesepakatan tersebut karena berpotensi melanggar hukum persaingan usaha; --- (36) Bahwa atas dasar saran KPPU tersebut, Pemerintah dan INACA kemudian

menyerahkan kebijakan perhitungan fuel surcharge kepada masing-masing maskapai penerbangan;--- (37) Bahwa pada 15 Februari 2008, Departemen Perhubungan mengeluarkan Surat

(29)

AU/1386/DAU.260/08 tanggal 03 Maret 2008, disampaikan bahwa formula perhitungan fuel surcharge adalah sebagai berikut: ---

Fuel Surcharge = ((A) – (B)) x (C) per km

Note:

A : Harga Avtur setelah Pajak

B : Harga Dasar Avtur yang dipergunakan dalam perhitungan C : Rata-rata Konsumsi Avtur per km

(38) Bahwa berdasarkan hasil perhitungan Tim Monitoring KPPU, setidaknya formula perhitungan fuel surcharge adalah sebagai berikut: ---

FS = V* delta Harga Q*70%

Note:

V : volume avtur maskapai dalam satuan waktu Delta harga: harga saat ini – harga saat penetapan tarif Q : jumlah kapasitas maskapai

(39) Bahwa formula perhitungan fuel surcharge masing-masing maskapai penerbangan yang menjadi Terlapor dalam perkara ini adalah sebagai berikut:---

Tabel 18

Formula Perhitungan Fuel Surcharge Para Terlapor (confidential)

Maskapai Penerbangan

Formula Perhitungan Fuel Surcharge

PT Garuda Indonesia (Persero)

(30)

Maskapai Penerbangan

Formula Perhitungan Fuel Surcharge

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

PT Mandala Airlines

PT Riau Airlines

PT Travel Express

PT Lion Mentari Airlines

PT Wings Abadi Airlines

PT Metro Batavia

(31)

Maskapai Penerbangan

Formula Perhitungan Fuel Surcharge

PT Linus Airways

PT Trigana Air Service

PT Indonesia Air Asia

(40) Bahwa perhitungan fuel surcharge yang diterapkan oleh masing-masing maskapai dibagi berdasarkan zona waktu tempuh penerbangan yaitu antara 0 s/d 1 jam, antara 1 s/d 2 jam, antara 2 s/d 3 jam, antara 3 s/d 4 jam dan antara 4 s/d 5 jam; -- (41) Bahwa sebagian besar maskapai penerbangan hanya memiliki rute-rute yang

termasuk dalam 3 zona pertama yaitu antara 0 s/d 1 jam, antara 1 s/d 2 jam, dan antara 2 s/d 3 jam;--- (42) Bahwa menurut PT Garuda Indonesia (Persero), perhitungan fuel surcharge

dipengaruhi oleh asumsi tipe pesawat yang digunakan, load factor, harga avtur, konsumsi avtur, kurs Rupiah terhadap US Dollar, PPN dan daya beli masyarakat;- (43) Bahwa menurut PT Garuda Indonesia (Persero), dalam menaikkan Fuel Surcharge,

tidak pernah melebihi angka Rp 30.000,- Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan daya beli masyarakat dimana pasar tidak menghendaki seringnya perubahan fuel surcharge dalam harga, dan harga yang dapat diterima pasar adalah maksimum Rp 20.000,- s/d Rp 30.000,- untuk sekali perubahan. Jika lebih dari angka tersebut, akan menyebabkan terjadinya penurunan trafik.1.1); ---- (44) Bahwa menurut PT Sriwijaya Air, perhitungan fuel surcharge ditentukan oleh

waktu penerbangan, harga fuel, jenis pesawat, dan load factor (vide bukti B4); ---- (45) Bahwa menurut PT Merpati Airlines (Persero), perhitungan fuel surcharge

(32)

(46) Bahwa menurut beberapa maskapai penerbangan, komponen penentu perhitungan fuel surcharge adalah harga avtur, konsumsi avtur, kurs Rupiah terhadap US Dollar, load factor, dan daya beli masyarakat; --- 21.5 Tentang Avtur, Harga Avtur dan Konsumsi Avtur; ---

(47) Bahwa Aviation Turbine Fuel (AVTUR) atau secara internasional lebih dikenal dengan nama Jet A-1 adalah bahan bakar untuk pesawat terbang jenis jet atau turbo jet (baik tipe jet propulsion atau propeller). Avtur diproduksi sendiri di kilang-kilang PERTAMINA;--- (48) Bahwa di samping sebagai sumber energi penggerak mesin pesawat terbang,

bahan bakar penerbangan juga berfungsi sebagai cairan hidrolik di dalam sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin bagi beberapa komponen sistem pembakaran. Hanya terdapat satu jenis bahan bakar jet-yakni tipe kerosene (minyak tanah), yang digunakan untuk keperluan penerbangan sipil di seluruh dunia. Oleh karenanya sangatlah penting bagi perusahaan penyedia bahan bakar penerbangan untuk memastikan bahan bakar yang disediakannya bermutu tinggi dan sesuai dengan standar internasional;--- (49) Bahwa avtur adalah bahan bakar dari fraksi minyak tanah yang dirancang sebagai

bahan bakar pesawat terbang yang menggunakan mesin turbin atau mesin yang memiliki ruang pembakaran eksternal (External Combustion Engine). Kinerja/kehandalan Avtur terutama ditentukan oleh karakteristik kebersihannya, pembakaran, dan performanya pada temperatur rendah. Berdasarkan spesifikasi tersebut, avtur harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, seperti memiliki titik beku (freeze point) maksimum -47°C dan titik nyala (flash point) minimum 38°C (100° F); --- (50) Bahwa produsen avtur di Indonesia adalah PT Pertamina (Persero) yang memiliki

pangsa pasar penjualan avtur dan avgas di Indonesia sebesar 99% (sembilan puluh sembilan persen) yang melayani 54 (lima puluh empat) Depot Pengisian Pesawat Udara (selanjutnya disebut ”DPPU”) di Indonesia; --- (51) Bahwa seluruh maskapai penerbangan yang menjadi Terlapor dalam perkara ini

(33)

(52) Bahwa distribusi avtur dari PT Pertamina (Persero) ke maskapai penerbangan secara singkat adalah sebagai berikut: avtur yang telah diproduksi dari kilang, diangkut (shipping) ke receiving facilities, kemudian dipompa ke tangki di bandara, lalu dialirkan melalui hidrant, dan selanjutnya dipompa ke dalam tangki pesawat; --- (53) Bahwa mekanisme pembelian avtur oleh maskapai penerbangan adalah dengan

menggunakan sistem deposit sebelum melakukan pembelian. Jika depositnya telah habis, maka maskapai penerbangan harus melakukan topping up. Pada umumnya, maskapai penerbangan memberikan deposit untuk pembelian avtur selama 3 (tiga) hari ke depan;--- (54) Bahwa harga avtur yang dibayarkan oleh maskapai penerbangan adalah harga

yang diterima sampai avtur diisi di pesawat (sudah termasuk biaya distribusi dan pajak); --- (55) Bahwa PT Pertamina (Persero) mengeluarkan posting price avtur untuk periode 2

(dua) mingguan yaitu setiap tanggal 1 dan 15 setiap bulannya sejak Januari 2009. Sebelumnya, posting price dilakukan sebulan sekali; --- (56) Bahwa harga avtur yang diberikan oleh PT Pertamina (Persero) kepada masing-masing maskapai penerbangan tergantung harga yang berlaku pada DPPU di bandara tempat pesawat melakukan pengisian avtur; --- (57) Bahwa harga avtur di masing-masing DPPU Pertamina berbeda-beda, tergantung

dari supply chain. Jika DPPU lebih dekat dengan channel distribution, maka harganya akan lebih murah; --- (58) Bahwa selain lokasi DPPU, faktor yang mempengaruhi harga pembelian avtur

adalah volume pembelian dan diskon kepatuhan membayar; --- (59) Bahwa harga avtur yang ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero) dipengaruhi oleh

harga minyak dunia yang mengacu pada MOPS3; --- (60) Bahwa seiring dengan peningkatan harga minyak dunia, persentase kenakan biaya

bahan bakar (fuel) semakin meningkat dibandingkan dengan total cost. Misalnya untuk PT Garuda Indonesia, biaya fuel untuk tahun 2008 adalah 43% (empat

3

(34)

puluh tiga persen) dari total biaya, dan 30% (tiga puluh persen) dari total biaya pada tahun 2009. (vide bukti B1); --- (61) Bahwa harga avtur rata-rata yang dipublikasikan oleh PT Pertamina (Persero)

sejak tahun 2006 s/d 2009 adalah sebagai berikut: ---

Tabel 19

Harga Avtur Rata-rata Per Bulan Periode Mei 2006 s/d Oktober 2009

Bulan/Tahun Harga Avtur Rata-rata

(35)

Bulan/Tahun Harga Avtur Rata-rata

(62) Bahwa pergerakan harga avtur tersebut dapat disajikan dalam bentuk Grafik sebagai berikut: ---

Grafik 1

Pergerakan Harga Avtur Mei 2006 sd September 2009

-(63) Bahwa dalam menghitung konsumsi avtur yang akan digunakan, standar minimum fuel yang perlu diperhitungkan oleh masing-masing maskapai penerbangan berdasarkan IATA Standards and Recommended Practices adalah taxi fuel, trip fuel (takeoff, climb, en-route, descent, approach and landing), holding fuel, alternate fuel (take off, en-route, ETOPS, destination), contigency fuel, reserve fuel, additional fuel (MEL required, balast, other), and tanker fuel; --- (64) Bahwa konsumsi avtur rata-rata per jenis pesawat untuk masing-masing maskapai

(36)

Tabel 20

Konsumsi Avtur Rata-Rata Para Terlapor (confidential)

Maskapai Penerbangan Jenis Pesawat yang menjadi acuan perhitungan FS

Asumsi Konsumsi Avtur Rata-rata

PT Garuda Indonesia (Persero)

PT Sriwijaya Air

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

PT Mandala Airlines

PT Riau Airlines

PT Travel Express

PT Lion Mentari Airlines

PT Wings Abadi Airlines

PT Metro Batavia

PT Kartika Airlines

PT Linus Airways

PT Trigana Air Service

PT Indonesia Air Asia

21.6 Tentang Load Factor ; ---

(37)

factor, maka fuel surcharge yang dikenakan untuk masing-masing penumpang akan semakin kecil; --- (66) Bahwa asumsi load factor berdasarkan formula Pemerintah adalah sebesar 70%

(tujuh puluh persen);--- (67) Bahwa berikut perbandingan antara average load factor tahun 2006, 2007 dan

2008 dengan asumsi load factor yang digunakan oleh masing-masing maskapai dalam melakukan perhitungan fuel surcharge: ---

Tabel 21

Asumsi Perhitungan Load Factor Para Terlapor (confidential)

Maskapai Penerbangan Average Real Load Factor (2006, 2007,

2008)

Asumsi Load Factor dalam Perhitungan Fuel

Surcharge

PT Garuda Indonesia (Persero)

PT Sriwijaya Air

PT Merpati Nusantara Airlines (Persero)

PT Mandala Airlines

PT Riau Airlines

PT Travel Express

PT Lion Mentari Airlines

PT Wings Abadi Airlines

PT Metro Batavia

PT Kartika Airlines

PT Linus Airways

PT Trigana Air Service

PT Indonesia Air Asia

21.7 Tentang Pergerakan Fuel Surcharge; ---

(38)

Tabel 22

Perhitungan Fuel Surcharge berdasarkan Formula Departemen Perhubungan

Bulan 0 s/d 1 jam 1 s/d 2 jam 2 s/d 3 jam Mei-06 101000 132000 164000

Jun-06 101000 132000 164000 Jul-06 101000 132000 164000

Agust-06 101000 132000 164000

Sep-06 101000 132000 164000 Okt-06 101000 132000 164000 Nop-06 101000 132000 164000 Des-06 101000 132000 164000 Jan-07 119000 155000 194000 Feb-07 119000 155000 194000 Mar-07 119000 155000 194000 Apr-07 119000 155000 194000 Mei-07 119000 155000 194000 Jun-07 119000 155000 194000 Jul-07 119000 155000 194000

Agust-07 119000 155000 194000

Sep-07 119000 155000 194000 Okt-07 119000 155000 194000 Nop-07 119000 155000 194000 Des-07 119000 155000 194000 Jan-08 119000 155000 194000 Feb-08 119000 155000 194000 Mar-08 119000 155000 194000 Apr-08 119000 155000 194000 Mei-08 119000 155000 194000 Jun-08 119000 155000 194000 Jul-08 119000 155000 194000

Agust-08 119000 155000 194000

Sep-08 228000 232000 289000 Okt-08 228000 232000 289000 Nop-08 228000 232000 289000 Des-08 168000 218000 272000 Jan-09 137000 179000 223000 Feb-09 123000 159000 199000 Mar-09 117000 152000 189000 Apr-09 132000 171000 214000 Mei-09 122000 157500 197000 Jun-09 119900 154400 193300 Jul-09 117800 151300 189600

Agust-09 115700 148200 185900

(39)

(69) Bahwa berikut tabel perkembangan besaran fuel surcharge masing-masing Terlapor sejak Mei 2006 s/d Desember 2009 untuk penerbangan 0 s/d 1 jam: ---

Tabel 23

Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor untuk Penerbangan antara 0 s/d 1 jam

Bulan GA (1) SJ (1) MZ (1) RI (1) JT (1) 7P (1) RAL (1)4 XN (1) IW (1) KAE (1) TGN (1)5 QZ (1)

Mei-06 20,000 20000 20,000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 Jun-06 20,000 20000 20,000 20000 20000 20000 30000 30000 20000 20000 30000 20000 Jul-06 20,000 20000 20,000 20000 20000 20000 30000 30000 20000 20000 30000 20000 Agust-06 30,000 30000 30,000 30000 30000 20000 30000 30000 30000 20000 30000 30000 Sep-06 30,000 30000 30,000 30000 30000 20000 30000 30000 30000 20000 30000 40000 Okt-06 40,000 40000 40,000 30000 40000 30000 40000 40000 40000 20000 40000 40000 Nop-06 40,000 40000 40,000 30000 40000 30000 40000 40000 40000 20000 40000 40000 Des-06 40,000 40000 40,000 30000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Jan-07 40,000 40000 40,000 30000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Feb-07 40,000 40000 40,000 30000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Mar-07 40,000 40000 40,000 30000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Apr-07 40,000 40000 40,000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Mei-07 40,000 40000 40,000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 65000 Jun-07 40,000 40000 40,000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 80000 Jul-07 40,000 40000 40,000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 100000 Agust-07 50,000 60000 50,000 40000 60000 30000 70000 70000 60000 40000 70000 110000 Sep-07 60,000 60000 66,000 60000 60000 30000 80000 80000 60000 80000 80000 140000 Okt-07 80,000 80000 88,000 80000 100000 30000 80000 80000 100000 80000 80000 160000 Nop-07 80,000 100000 110,000 80000 80000 100000 110000 110000 80000 80000 110000 n/a Des-07 140,000 150000 110,000 80000 125000 140000 165000 165000 125000 150000 165000 n/a Jan-08 160,000 150000 110,000 100000 160000 160000 165000 165000 160000 170000 165000 n/a Feb-08 160,000 150000 150,000 130000 160000 160000 200000 200000 160000 170000 200000 n/a Mar-08 160,000 140000 150,000 150000 190000 190000 200000 200000 190000 170000 100000 n/a Apr-08 175,000 170000 150,000 160000 190000 190000 200000 200000 190000 170000 100000 n/a Mei-08 190,000 190000 175,000 160000 190000 190000 225000 225000 190000 190000 100000 n/a Jun-08 220,000 190000 225,000 185000 190000 190000 270000 270000 190000 230000 100000 n/a Jul-08 270,000 230000 250,000 185000 190000 190000 270000 270000 190000 270000 100000 n/a Agust-08 270,000 230000 275,000 185000 190000 190000 270000 270000 190000 270000 100000 n/a Sep-08 240,000 190000 275,000 225000 180000 180000 270000 270000 180000 270000 100000 n/a Okt-08 220,000 190000 280,000 225000 180000 180000 240000 240000 180000 270000 100000 n/a Nop-08 220,000 190000 280,000 180000 180000 180000 240000 240000 180000 235000 100000 n/a

4

Oleh karena Terlapor tidak memberikan data, maka data fuel surcharge bulan Mei 2006 s/d September 2008 (untuk penerbangan 0 s/d 1 jam, 1 s/d 2 jam dan 2 s/d 3 jam) diasumsikan sama dengan PT Travel Express karena size perusahaan dianggap sama.

5

(40)

Bulan GA (1) SJ (1) MZ (1) RI (1) JT (1) 7P (1) RAL (1)4 XN (1) IW (1) KAE (1) TGN (1)5 QZ (1)

Des-08 220,000 190000 280,000 180000 180000 180000 240000 240000 180000 220000 100000 n/a Jan-09 200,000 170000 230,000 180000 170000 180000 240000 240000 170000 180000 150000 n/a Feb-09 180,000 170000 230,000 180000 170000 180000 240000 240000 170000 180000 150000 n/a Mar-09 180,000 170000 230,000 170000 170000 180000 240000 240000 170000 180000 150000 n/a Apr-09 180,000 170000 230,000 170000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 150000 n/a Mei-09 180,000 170000 230,000 170000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 150000 n/a Jun-09 200,000 170000 230,000 170000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 150000 n/a Jul-09 200,000 170000 230,000 170000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 160000 n/a Agust-09 200,000 170000 230,000 170000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 160000 n/a Sep-09 200,000 170000 230,000 170000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 160000 n/a Okt-09 200,000 170000 230,000 180000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 160000 n/a Nop-09 200,000 170000 230,000 180000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 160000 n/a Des-09 200,000 170000 230,000 180000 160000 170000 240000 240000 160000 180000 160000 n/a

(70) Bahwa berikut tabel perkembangan besaran fuel surcharge masing-masing Terlapor sejak Mei 2006 s/d Desember 2009 untuk penerbangan 1 s/d 2 jam: ---

Tabel 24

Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor untuk Penerbangan antara 1 s/d 2 jam

Bulan GA (2) SJ (2) MZ (2) RI (2) JT (2) 7P (2) RAL (2) XN (2) IW (2) KAE (2) TGN (2) QZ (2)

Mei-06 20,000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 Jun-06 20,000 20000 20000 20000 20000 20000 30000 30000 20000 20000 30000 20000 Jul-06 20,000 20000 20000 20000 20000 20000 30000 30000 20000 20000 30000 20000 Agust-06 30,000 30000 30000 30000 30000 20000 30000 30000 30000 20000 30000 30000 Sep-06 30,000 30000 30000 30000 30000 20000 30000 30000 30000 20000 30000 40000 Okt-06 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 40000 40000 40000 20000 40000 40000 Nop-06 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 40000 40000 40000 20000 40000 40000 Des-06 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Jan-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Feb-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Mar-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Apr-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Mei-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 65000 Jun-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 80000 Jul-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 100000 Agust-07 50,000 60000 60000 60000 60000 30000 70000 70000 60000 40000 70000 90000

(41)

Bulan GA (2) SJ (2) MZ (2) RI (2) JT (2) 7P (2) RAL (2) XN (2) IW (2) KAE (2) TGN (2) QZ (2)

Jan-08 175,000 160000 160000 150000 175000 160000 165000 165000 175000 200000 165000 n/a Feb-08 175,000 160000 160000 175000 175000 160000 200000 200000 175000 200000 200000 n/a Mar-08 175,000 160000 160000 175000 230000 190000 200000 200000 230000 200000 200000 n/a Apr-08 200,000 190000 190000 200000 230000 190000 200000 200000 230000 200000 200000 n/a Mei-08 230,000 210000 210000 200000 230000 190000 225000 225000 230000 220000 200000 n/a Jun-08 270,000 230000 230000 200000 230000 190000 270000 270000 230000 250000 200000 n/a Jul-08 340,000 270000 270000 255000 230000 230000 270000 270000 230000 290000 200000 n/a Agust-08 340,000 270000 270000 255000 230000 230000 270000 270000 230000 290000 200000 n/a Sep-08 310,000 230000 230000 220000 220000 220000 240000 270000 220000 290000 200000 n/a Okt-08 290,000 230000 230000 220000 220000 220000 240000 240000 220000 290000 200000 n/a Nop-08 290,000 230000 230000 220000 220000 220000 240000 240000 220000 275000 200000 n/a Des-08 290,000 230000 230000 220000 220000 220000 240000 240000 220000 255555 200000 n/a Jan-09 270,000 230000 230000 210000 210000 220000 240000 240000 210000 220000 300000 n/a Feb-09 250,000 230000 230000 210000 210000 220000 240000 240000 210000 220000 300000 n/a Mar-09 250,000 230000 230000 210000 210000 220000 240000 240000 210000 220000 300000 n/a Apr-09 250,000 230000 230000 210000 210000 200000 240000 240000 210000 220000 360000 n/a Mei-09 250,000 230000 230000 210000 210000 200000 240000 240000 210000 220000 360000 n/a Jun-09 270,000 230000 230000 210000 210000 200000 240000 240000 210000 220000 360000 n/a Jul-09 270,000 230000 230000 210000 210000 200000 240000 240000 210000 220000 360000 n/a Agust-09 270,000 230000 230000 225000 210000 200000 240000 240000 210000 220000 360000 n/a Sep-09 270,000 230000 230000 225000 210000 200000 240000 240000 210000 220000 360000 n/a Okt-09 270,000 230000 230000 225000 210000 200000 240000 240000 210000 220000 360000 n/a Nop-09 270,000 230000 230000 225000 210000 200000 240000 240000 210000 175000 360000 n/a Des-09 270,000 230000 230000 225000 210000 200000 240000 240000 210000 175000 360000 n/a

(71) Bahwa berikut tabel perkembangan besaran fuel surcharge masing-masing Terlapor sejak Mei 2006 s/d Desember 2009 untuk penerbangan 2 s/d 3 jam: ---

Tabel 25

Pergerakan Fuel Surcharge Para Terlapor untuk Penerbangan antara 2 s/d 3 jam

Bulan GA (3) SJ (3) MZ (3) RI (3) JT (3) 7P (3) RAL (3) XN (3) IW (3) KAE (3) TGN (3) QZ (3)

(42)

Bulan GA (3) SJ (3) MZ (3) RI (3) JT (3) 7P (3) RAL (3) XN (3) IW (3) KAE (3) TGN (3) QZ (3)

Jan-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Feb-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Mar-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Apr-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 40000 Mei-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 65000 Jun-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 80000 Jul-07 40,000 40000 40000 40000 40000 30000 50000 50000 40000 40000 50000 100000 Agust-07 50,000 60000 50000 60000 60000 30000 70000 70000 60000 40000 70000 90000 Sep-07 60,000 60000 66000 60000 60000 30000 80000 80000 60000 80000 80000 140000 Okt-07 80,000 80000 88000 60000 120000 30000 80000 80000 120000 80000 80000 160000 Nop-07 80,000 100000 110000 60000 120000 100000 110000 110000 120000 160000 110000 n/a Des-07 180,000 150000 165000 130000 145000 180000 165000 165000 145000 160000 165000 n/a Jan-08 200,000 180000 165000 200000 175000 180000 165000 165000 175000 220000 165000 n/a Feb-08 200,000 180000 200000 200000 175000 270000 200000 200000 175000 220000 200000 n/a Mar-08 200,000 180000 200000 225000 230000 270000 120000 200000 230000 220000 200000 n/a Apr-08 225,000 210000 200000 225000 230000 270000 120000 200000 230000 220000 200000 n/a Mei-08 270,000 230000 225000 225000 230000 270000 120000 225000 230000 240000 200000 n/a Jun-08 320,000 270000 275000 255000 230000 270000 120000 270000 230000 270000 200000 n/a Jul-08 410,000 310000 350000 255000 230000 270000 284000 270000 230000 310000 200000 n/a Agust-08 410,000 310000 375000 255000 230000 260000 284000 270000 230000 310000 200000 n/a Sep-08 380,000 270000 375000 255000 220000 260000 160000 270000 220000 310000 200000 n/a Okt-08 360,000 270000 310000 255000 220000 260000 160000 240000 220000 310000 200000 n/a Nop-08 360,000 270000 310000 255000 220000 260000 160000 240000 220000 300000 200000 n/a Des-08 360,000 270000 310000 245000 220000 260000 160000 240000 220000 275000 200000 n/a Jan-09 340,000 270000 310000 245000 210000 260000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Feb-09 320,000 270000 280000 245000 210000 260000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Mar-09 320,000 270000 280000 245000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Apr-09 320,000 270000 280000 245000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Mei-09 320,000 270000 280000 245000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Jun-09 340,000 270000 280000 245000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Jul-09 340,000 270000 280000 255000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Agust-09 340,000 270000 280000 255000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Sep-09 340,000 270000 280000 255000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Okt-09 340,000 270000 310000 255000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Nop-09 340,000 270000 310000 255000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a Des-09 340,000 270000 310000 255000 210000 250000 160000 240000 210000 250000 200000 n/a

Gambar

Tabel 19
Grafik 1
Tabel 21
Tabel 23
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menganalisis secara jelas tentang subtansi yang dijadikan objek oleh KPPU dalam menjalankan perannya sebagai policy

Pemeriksaan Pendahuluan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pendahuluan terhadap laporan dugaan pelanggaran untuk menyimpulkan perlu atau tidak

(2) Tim Pemeriksa Lanjutan menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan berikut surat, dokumen atau alat bukti lainnya kepada Komisi untuk memutuskan telah terjadi atau

pemeriksaan lanjutan Perkara 15/KPPU-L/2010, point (17) huruf b, “...Seharusnya Panitia tidak menggugurkan karena perbedaan kuantitas dalam daftar kuantitas dan harga,

mempertimbangkan Putusan KPPU yang menyatakan Terlapor II dan Terlapor III telah melakukan persekongkolan dalam memenangkan Tender Give Away Haji Tahun 2007, dan menunggu

Mengenai hal ini, Terlapor II merasa wajib untuk menyampaikan bahwa Terlapor II menghargai usaha pemeriksaan yang dilakukan KPPU berkaitan dengan tender ini karena dengan

diuraikan pada butir 2.1.1 dikategorikan sebagai tindakan diskriminasi karena DISJAYA tidak memberikan kesempatan kepada perusahaan lain dalam pasar bersangkutan yang sama

Tugas KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 35 huruf a, b, c, d dan Pasal 4 Keppres 75/1999 telah dilakukan oleh KPPU yaitu melakukan penilaian terhadap