BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang A.
Definisi HIV
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain.
PENULARAN HIV / AIDS
AIDS bukan penyakit, AIDS tidak menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.
Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.
baik akan melahirkan remaja dengan moral yang baik pula. Bagi seorang individu moral merupakan landasan dalam perilaku. Tinggi rendahnya orientasi moral seseorang berpengaruh terhadap perilakunya, termasuk perilaku seksnya. Berperilaku seks yang tidak sesuai dengan moral akan menimbulkan perasaan bersalah pada diri si pelaku.
Di samping itu, meningkatnya kasus perilaku reproduksi di kalangan remaja, karena mereka tidak mengerti kalau perilaku tersebut merupakan perilaku yang melanggar norma adat. Hal ini terjadi karena sosialisasi tentang norma dengan maslah perilaku reproduksi sangant kurang. Kecenderungan seperti ini banyak ditemukan di daerah perkotaan. Keadaan tersebut adalah salah satu faktor yang mungkin menyebabkan remaja mempunyai kesempatan untuk melakukan hubungan seks pranikah di rumah mereka sendiri. Peranan anggota keluarga lain seperti paman, bibi, kakek, nenek, saudara sepupu dan sebagainya dalam suatu keluarga, tidak hanyadapat menjadi tempat mengadu bagi anak-anak bermasalah, tetapi juga dapat menjadi pengawas dalam suatu keluarga. Keberadaan mereka dapat mengontrol perilaku remaja. Dengan kata lain remaja yang tinggal dalam keluarga batih mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk melakukan hubungan seks pranikah, terlebih bila kedua orang tuanya berkerja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penaggulangan HIV aids maka kami
menuliskan Rumusan masalah berikut :
1.2.1 Apa dafenisi HIV/AIDS dan proses penularannya ?
1.2.2 Bagaimana Proses Penyebaran AIDS di dunia Hingga masuk ke
Indonesia ?
1.2.3 Bagaimana penanggulangan AIDS Di Indonesia ?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Mengetahui apa dampak dari HIV dan penyebarannya
1.3.2 Mengetahui penyebabnya dan gejala HIV/AIDS
1.3.3 Mengetahui Bagaimana penanggulangan dan pencegahannya
1.3.4 Sebagai bahan pemenuhan tugas Kajian HIV/AIDS
1.4 Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, saya menggunakan metode Kepustakaan/Literatur , yaitu memperoleh materi pembahasan daribuku, studi kasus dan studi melalui media elektronik.
Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ada empat cara penularan HIV. Pertama, melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa perlindungan atau menggunakan kontrasepsi (kondom). Cara kedua, HIV dapat menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur, jarum tindik dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.
AIDS MELANDA DUNIA
Menurut laporan terakhir dari Departemen Kesehatan, telah tercatat 258 pengidap HIV dan AIDS di Indonesia dari 15 provinsi yang melaporkan. Pada tahun 1987 Negara kita telah mengenal penyakit tersebut salah satu contoh yaitu ada beberapa orang telah dicurigai terkena penyakit tersebut. 1991 hingga 1992 telah terjadi penularan virus secara dua kali lipat. 1993 Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Azwar Anas
Pada tahun 1982 GRID diubah menjadi AIDS (aquired immunodefyciency syndrome).
Pada tahun 1983 orang-orang yang terkena HIV dilarang untuk menyumbangkan darahnya. Sedangkan tahun 1984 virus HIV berhasil disolasi oleh tim riset A.S. dan dipimpin oleh Dr.Robert C.Gallo dari Institut Kanker Nasional. 1985 telah diadakan Kongres Internasional AIDS di Georgia.
Kongres Internasional AIDS 2 diadkan pada tahun 1986. Kongres Internasional AIDS ketiga diadakan pada tahun 1987 dan FDA memberi izin untuk menggunakan zidovudine atau AZT sebagai obat pertama AIDS. 1988 kongres Internasional AIDS keempat dilaksanakan di Swedia. 1989 Kongres Internasional AIDS kelima dilaksanakan di Canada. 1990 Kongres Internasional AIDS keenam
Kongres Internasional AIDS yang ketujuh pada tahun 1991 dan obat AIDS yang kedua yaitu dideoxynosime. Pada akhir tahun 1992 CDC mengumumkan angka kejadian AIDS sejumlah 249.199 ksus dan 171.890.
1993, definisi AIDS mencakup 3 penyakit yaitu TBC paru, pneumonia bakteri rekurens dan kanker inpasif dan orang yang terinfeksi HIV serta CD4 dalam darah yang kadarnya kurang dari 200 permilimeter kubik darah. 1994 CDC memperkirakan bahwa penderita AIDS berkisar antara 415.000 hingga 535.000 orang, dan total kematian akibat AIDS antara 330.000 hingga 385.000.
KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT KELAMIN
Badan kesehatan sedunia atau WHO berpendapat bahwa penularan AIDS hanya dapat dicegah bila semua negara didunia ikut serta secara aktif melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap AIDS. Pada tanggal 1 Pebruari 1987 dibentuk suatu wadah dengan nama SPA atau special programme on AIDS, yang kemudian diubah namanya menjadi GPA atau Global programme on AIDS, yang artinya suatu program mencakup semua negara didunia. Wadah ini disahkan berdirinya oleh sidang WHA ( World Health Assembly ) ke-40 pada bulan Mei 1987 dan disahkan pula oleh sidang UNGA ( United Nation General Assembly ) ke-42 pada bulan Oktober 1987 di Jenewa ( Swiss ).
( pandemi ), dan telah dianggap sebagai kedaruratan seluruh dunia ( atau “Worlwide global emergency” ).
2. Pandemi ini dapat dihentikan dan penularanya dapat dicegah, walapun obat maupun vaksin antinya sampai saat ini belum ditemukan. 3. Penyuluhan kesehatan kepada petugas kesehatan maupun masyarakat umum, dan golongan resiko tinggi, masih merupakan upaya penting dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.
4. Pencegahan dan pemberantasan AIDS memerlukan upaya dan keterlibatan (“Commitment” ) jangka panjang dan berkesinambungan.
5. Pencegahan dan pemberantasan AIDS perlu diintegrasikan melalui primary Health Care (Pelayanan kesehatan tingkat awal) dalam sistem pelayanan kesehatan yang ada (baik Puskesmas, poliklinik, pos kesehatan, unit pelayanan kesehatan terdepan). B. Tujuan dari progran ini adalah :
1.Mencegah penularan HIV
2.Pemberian nasehat ( Counseling ) kepada mereka penghidap HIV. 3.Mempersatukan upaya nasional dan internasional dalam pencegahan dan pemberantasan AIDS.
C. Komponen utama GPA ( = Global Programme on AIDS ) adalah : 1. bantuan teknis dan keuangan program nasional pencegahan dan pemberantasan AIDS.
2. Kerjasama dan pertukaran informasi mengenai IADS di bawa koordinasi dan pimpinan GPA Internasional.
D. Beberapa pandangan (Perspektif) megenai masalah AIDS : 1. Besar masalah sebenarnya belum pesti. (Jumlah penderita maupun angka kematian AIDS).
2. Penularan HIV di masyarakat akan terus berlangsung dan tak dapat dielakkan. 3. Dimensi akhir akibat AIDS Belum diketahui
4. Diperkirakan dalam 5 Tahun mendatang, obat atau vaksin anti AIDS belum diketemukan.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian HIV dan gejala
(AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker dan lain-lain.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 5-7 tahun.
3.2
Gambaran Klinis HIV/AIDS
1. Tumor.
penyularan berat badan (disebut “B symptoms”). Prognosis kurang baik, walaupun sembuh dengan khemoterapi tinggi, kambuh lagi sesudah 1 tahun. 2. Infeksi oportunistik ( Kesempatan mendapat infeksi ).
a. Manifestasi pada paru-paru dapat berupa infeksi oportunistik, infiksi bukan oportunistik maupun bukan infeksi. 50 % berupa gejala pertama. Manisfestasi paru ini dapat berupa “ pneumonia “ ( dikenal sebagai paru-paru basah ), PCP = Pneumonia Pneumocystis carinii denagn gejala klinis : • Sesak nafas sejak lama atau langsung berat, batuk kering, tidak dapat menarik nafas dalam, demam ( tidak tinggi ), 70 % sembuh pada pengobatan pertama, kekambuhan 20 % ; harapan hidup 9 bulan sampai 1 tahun, jarang sampai 2 tahun.
• Dapat pula berupa Cytomegalo Virus ( CMV ), yang hidup diparu-paru secara komensil ( 50 % ) dengan gejala sesak nafas, batuk, biasanya bersama dengan PCP.
Atau dapat berupa Mycobacteria ( infeksi jamur ) yang sulit di sembuhkan, biasanya muncul pada stadium akhir. b. Pada saluran pencernahan dan hati ( ;iver ), dengan gejala tidak enak diulu hati dan tidak ada nafsu makan. Dapat pula gejala tidak enak dimulut dan kerongkongan, tidak mau makan, sukar menelan dan rasa nyeri diulu hati. Gejala lain diare ( sering buang air besar, mencret ), gangguan penyerapan makanan dalam usus, pengurangan berat badan, karena diare yang terus-menerus, bertahan, kolik perut ( mulas ), tinja lembek sampai encer, hingga
kekurangan cairan.
3. Manifistasi pada saraf, denga infiksi HIV :
10 % manifestasi saraf ; 75 % ada penyakit saraf. Dapat berupa encefalitis ( infeksi otak ), miningitis ( infeksi selaput otak ), infeksi selaput jala mata ( retinitis ), dan gangguan saraf tepi ( neoropati perifer ). Gejala encepalitisnya dapat berupa :
peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respon berbicara lambat, lupa ( ©2004 Digitized by USU digital library 3 kejadian baru ), berlanjut dengan demensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan besar ( incontinentia urinae ). Gejala encefalitisnya dapat berupa :
Kebigungan, lupa ( amnesia ), lamban berfikir hilang kemampuan konsentrasi, litih, tidak nafsu seksual hilang, keseimbangan badan, tungkai lemah, ataxia ( gerakan anggota tubuh tidak berarah ), tulisan kacau, peninggian refleks-refleks ( hyperreflexia ). Gejala mental, antara lain : marah-marah, suka gaduh, respons berbicara lambat, lupa ( kejadian baru ), berlanjut dengan dimensia ( bodoh ), berlanjut tergeletak, dan beser ( incontinentia urinae ). Gejala meningitisnya berupa keletihan, deman, berat badan menurun, sakit kepala, mau muntah, kaku kuduk, dan fotofobia ( tidak tahan melihat cahaya ). Infeksi toxoplasma, jamur, TBC, tomor lain, dengan gejala klinik letih dan bingung, kejang, lumpuh sebagai tubuh, sampai ataxia, disfungsi batang otak dll. 4. Retinitis ( infeksi selaput jala mata = retina ). Gejala klinis dapatberupa: penyempitan lapangan pandang, kabur, nyeri dalam mata, perdarahan dalam mata, bisa sampai bisa menyebabkan kebutaan.
3.3 Proses penularan HIV/AIDS dan perkembangannya
Yang diketahui sampai saat ini sebangai sember penyakit AIDS adalah
virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus ). Sebagai pembawa penyakit
( vehikulum ) diketahui adalah : berbagai cairan tubuh, seperti sperma, cairan alat
pada penderita yang mengandung HIV dari air susu ibu, air mata, air liur, air
ludah, tapi tidak terbukti dapat menularkan.
A
1. Transmisi suksual
Cara hubungan suksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan resiko
tertinggi bagi penularan HIV. Karena mukosa rectum dan anus ( pelapisan ) yang
sangat tipis dan mudah luka dan mendapat infeksi HIV.
2. Cara hubungan oro-ginital merupakan resiko tingkat kedua sesedah ano-genital.
( terrmasuk menelan sperma dari mitra seks pengidap HIV ).
3. Tingkat resiko ketiga adalah hubungan genito-genital ( hetero suksual ). Hasil
sebuah penelitian membuktikan bahwa resiko penularan suami pengidap HIV
kepada istrinya adalah 22 % dan dari isteri pengidap HIV kepada suaminya
adalah8 %.
2. Transmisi non- seksual
1. Transmisi perenteral, penggunaan alat suntik atau alat tusuk lainya yang sudah
tertular dengan virus HIV. Contoh paling populer adalah : para penyalah guna
narkotika dengan suntik, terutama dinegara maju, di Asia terkenal di Thailand.
Selain itu juga penggunaan alat suntik oleh para medis untuk banyak
orang, atau diperguanakan berkali-kali dan sudah tertular virus HIV. Juga pada
penggunaan alat tindik, baik daun teliga, hidung maupun di tempat lain, sedang
alatnya sudah tertular virus HIV Resiko tertular dengan alat tusuk seperti ini,
Institute for Health ) Amerika Serikat, dari sejumlah 973 orang yang tertusuk
dengan jarum suntik yang sudah tertular dengan virus HIV, hanya 4 orang yang
tertular dengan virus HIV.
2. Hal yang lain perlu diperhatikan adalah tertular dari darah transfusi, dari donor
yang sudah tertular virus HIV. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diman
prevalensi HIV sedemikian tingginya, setiap donor darah sudah harus diskrin
bebas virus HIV. Di Indonesia hal ini masih belum diperlulakan, karena relevansi
HIV masih rendah. Resiko tertular infeksi HIV melalui transfusi darah adalah
lebih dari 90 %.
3. Resiko transplasental, dari ibu hamil kepada anaknya 50 %.
Transmisi yang belum terbukti. Antara lain : walapun HIV telah dapat diisolasikan
dari air susu ibu, namun belum terbukti penularanya. Dari air liur ( ludah), dapat
diisolasi virus HIV, kemungkinan infeksi terjadi kalau saat berciuman dengan
pengidap HIV, luka dibibir atau mukosa mulut.
Transmisi lain ynag belum terbukti adalah : Transmisi lewat air mata, lewat air
seni ( urine ), maupun transmisi sosial , seperti serumah, satu kelas disekolah dll.
Transmisi melalui serangga penggigit manusia, antara lain nyamuk, kutui busuk,
tidak terbukti. Walaupun cara-cara yang disebutkan tadi belum terbukti
merupakan transmisi infeksi virus HIV, namun dianjurkan agar :
1. Ibu pengidap HIV agar tidak menyusukan anaknya.
2. Mengurangi kontraminasi dengan saliva ( air liur, ludah), baik sewaktu “
( merangsang jantung sewaktu serangan mogok jantung ), atau dikala berciuman
( sebainya jangan berciuman mulut-mulut dengan pengidap HIV ), dan juga
hati-hati pada penderita sakit jiwa yang pengidap HIV yang suka menggigit ( anak
penderita sakit jiwa ).
3. untuk dokter ahli mata harus berhati-hati terhadap air mata pasien pengidap
HIV.
ASPEK KEJIWAAN PENDERITA AIDS.
Begitu seseorang mengakui ia menderita AIDS ( atas pemberitahuan
dokter ), penderita mengalami scock. Bisa putus asa ( karena shock berat ).
Penderita mengalami “ depressi berat “. Dengan berkembangnya penyakit, makin
lama makin berat, timbul berbagai infeksi opotunistik, penderita makin tersiksa.
Biaya pengobatan tambah besar, macam penyakit tambah banyak, obat yang di
beri harus tambah banyak dan tambah keras, dengan berbagai efek samping, ysng
memperparah keadaan penderita. Masyarakat sekitar turut pula memperburuk
keadaan kejiwaan penderita, dengan segala macam isu dan ejekan yang
dilontarkan.
Adanya rasa takut pada AIDS. Orang yang melakukan kegiatan yang
dinyatakan sebagai resiko tinggi tertular AIDS, sepertii para homoseksual, atau
mereka yang suka gonta-ganti pasangan seksualnya, maupun yang propesinya
denagn aktivitas seksual dan termasuk resiko tinggi, tentu saja sesudah mendengar
informasi tentang AIDS jadi takut. Orang yang takut ini, menjadi panik, gelisah,
menjadi sakit karena dinyatakannya sendiri ia sakit. Padahall sebenarnya ia belum
tertular AIDS. Hal seperti ini disebut : “ PSEUDO AIDS “ atau “ AIDO PHOBIA
“. Gejala-gejalanya menyerupai AIDS pada fase ringan. Orang ini kawatir dirinya
menderita AIDS, malahan percaya bahwa dirinya sudah menderita AIDS, karena
apa yang didengarnya tentang gejala AIDS, dirasakanya ada pada dirinya. Oleh
sebab itu, yang penting adalah menjauhi semua kegiatan yang tidak normal,
berlaku wajar, dan kalua memeng merasa telah tertular, sebaiknya memeriksakan
diri kepada dokter untuk menyakinkan diri sendiri.
Demikian makalah ini, untuk mempertinggi kewaspadaan kita terhadap AIDS.
Semoga setelah mendapat informasi tentang AIDS ini, kita lebih meningkatkan
kewaspadaan, lebih terbuka, tetapi tidak menjadi menderita “ PSEUDO AIDS “
atau “ AIDO PHOBIA “
Karena AIDS bukan penyakit, AIDS tidak menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.
Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru tampak pada tahap AIDS.
(kondom). Cara kedua, HIV dapat menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur, jarum tindik dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.
Kemungkinan penularan HIV melalui empat cara diatas tidak sama, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini
4.4 Responsibility (Panos, London, 1999) serta sumber-sumber lain. Pengolahan data oleh penulis.
Data diatas menunjukkan kemungkinan penularan paling besar bila seseorang mendapat tranfusi dengan darah yang sudah terinfeksi HIV 89,5% akan terinfeksi, antara 15-30% ibu hamil yang positif akan menularkan virus pada anak yang dikandungnya. Kemungkinan penularan ini dapat ditekan sampai 8% dengan penanganan dokter ahli dan pemakaian obat-obat khusus saat hamil (Mutiara, 873,15-21 1997), dan kemungkinan cukup besar tertular sampai 10% perkontak, terdapat pada kalangan pecandu narkotik suntikan.
Ada satu kondisi lagi yang kondusif untuk penularan HIV/AIDS bila seseorang sudah terkena satu penyakit kelamin, penyakit kelamin yang dikenal umum adalah sifilis, gonore / GO, herpes dan chlanydia. Penderita penyakit diatas bisa membuat seorang rentan terhadap penularan HIV karena penyakit yang sudah ada padanya bisa menyebabkan infeksi saluran reproduksi, HIV bisa masuk dengan mudah melalui bagian yang sudah sakit.
TAHAP DAN GEJALA HIV / AIDS
terinfeksi. Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T semakin berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit.
Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam aliran darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu berkisar antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang negativ karena tes yang menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan, tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia dapat menularkan HIV kepada orang lain. Tahap kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejala-gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif bisa menularkan HIVnya pada orang lain. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe yang menetap dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai dengan kondisis seseorang yang sel T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen masuk) pada dirinya sudah berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam penyakit, terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi oportunistik ini juga sudah sering muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan dikatakan dalam kondisi AIDS apabila sel T – 4 didalam darahnya masih diatas 200 / microliter.
berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga bulan.
PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI DUNIA
Setelah kasus pertama HIV /AIDS ditemukan pada tahun 1981, dewasa ini telah merupakan pandemi, menyerang jutaan penduduk disetiap negara didunia dan menyerang pria, wanita serta anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitar 10-12 juta orang dewasa dan anak-anak didunia telah terinfeksi dan setiap hari sebanyak 5000 orang tertular virus HIV. Menurut estimasi, pada tahun 2000 sekarang sekitar 10 juta penduduk akan hidup dengan AIDS, 8 juta diantaranya akan mati. Pada saat itu laju infeksi pada wanita akan jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi HIV 90% akan terjadi di negara berkembang terutema di Asia, negara yang paling parah terkena antara lain : Thailand diperkirakan antara 500 ribu dan 800 ribu penduduknya telah terinfeksi, India sudah mencapai rata-rata antara 2-5 juta, di Bombay sudah 50% pekerja seks dan 22,5% perempuan hamil sudah terinfeksi virus HIV. Sementara itu negara-negara maju telah berhasil menekan laju infeksi HIV di negaranya. Untuk lebih jelasnya dapatb dilihat tabel estimasi epidemi HIV / AIDS didunia (juni 1998).
Kawasan Jumlah
Amerika Utara Karibia
Amerika Latin
860.000
310.000
Eropa Barat
Eropa Timur dan Asia Tengah
Afrika Utara dan Timur Tengah
Sahara Afrika
Asia Selatan dan Asia Tenggara
Asia Timur dan Pasifik
Australia dan Selandia Baru
480.000
190.000
210.000
21.000.000
5.800.000
420.000
12.000
Total 30.582.000
Sumber : Report on the Global HIV/AIDS Epidemic, Juni 1998, UNAIDS/WHO.
Tahun 2000 penanganan AIDS diseluruh dunia akan menghabiskan dana 514 milliar dollar AS. Setiap hari 7500 penduduk dunia terinfeksi HIV, lebih dari separo yang terinfekssi rata-rata berusia dibawah 25 tahun.
Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut pemerintah menganggap perlu melakukan satu tindakan pencegahan dan penanggulangan AIDS baik secara nasional ataupun regional dan global dengan berdasarkan kemanusiaan dan keadilan, sehingga akhirnya dibentuk suatu komisi penaggulangan AIDS. Komisi penaggulangan AIDS ini ditetapkan dengan keppres NO. 36 tahun 1994.
SITUASI DAN MASALAH HIV DI INDONESIA
penderita AIDS (sampai dengan 31 Agustus 1999). Serupa dengan pola penyebaran dinegara lain, di Indonesiapun mulainya diantara orang-orang homo seks, kemudian muncul pada sekelompok kecil orang-orang yang berperilaku resiko tinggi seperti pecandu obat narkotika dan para tuna susila. Sasaran umum pembangunan jangka panjang kedua (PJP-II) sebagaimana dinyatakan dalam GBHN 1993 adalah terciptanya kwalitas manusia dan kwalitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. Penyebaran HIV / AIDS dalam masyarakat bukan semata-mata hanya masalah kesehatan saja, tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, etis, agama dan hukum, bahkan dampaknya secara nyata cepat atau lambat menyentuh semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Hal ini mengancam upaya bangsa untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia.
Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas manusia yang diharapkan, perlu peningkatan upaya penaggulangan HIV / AIDS, yang melibatkan semua sektor pembangunan nasional melalui program yang terarah, terpadu dan menyeluruh.
Untuk itu disusunlah strstegi nasional penanggulangan HIV / AIDS yang komprehensif, menyeluruh dan multi sektorel, guna mewujudkan satu gerak langkah dalam penaggulangan AIDS tersebut dan yang berdasarkan Keputusan Presiden NO. 36 tahun 1994 tentang komisi penanggulangan AIDS.
Tujuan Penanggulangan HIV/AIDS adalah untuk :
1. Mencegah penularan virus HIV.
3. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk penanggulangan HIV/AIDS.
STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan Presiden nomor 36 Tahun 1994.
Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.
Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.
1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah.
2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia.
3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV.
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya.
7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent), sebelum dan sesudahnya harus diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan.
8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat. 9. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS
berkewajiban memberikan pelayanan tanpa diskriminasi. 10. 3 Aspek Kepedulian :
11. Lingkup Program Utama :
Program
1. Pengamanan sumberdaya manusia.
2. Penggerakan, perorangan, keluarga, masyarakat untuk pencegahan, penyebaran dan penanggulangan HIV/AIDS.
3. Pelayanan, perawatan, pengobatan.
1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE). 2. Pencegahan.
3. Penelitian dan Kajian. 4. Monitoring dan Evaluasi.
Sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS, terutama :
1. Wanita Tuna Susila (WTS).
2. Karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik. 3. Waria.
4. Narapidana. 5. Kelompok gay.
6. Penderita penyakit menular seksual.
1. Donor darah. 2. Ibu hamil.
3. Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI). 4. Pelajar/mahasiswa.
5. Karyawan.
Upaya Kebijakan Untuk Mencegah Penyebaran HIV :
- Agama sebagai benteng.
- Kartu bebas AIDS.
STRATEGI YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS ANTARA LAIN :
1. melakukan promosi kondom bagi WTS atau pekerja sex lainnya dengan cara memberikan penjelasan tentang fungsi dan cara pemakaiannya.
2. Membangun tempat-tempat rehabilitasi khusus untuk orang-orang yang menderita penyakit AIDS.
3. Gencar melakukan pentuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMU), Perguruan Tinggi jika perlu sampai ke Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan para pembimbing sekolah.
5. Merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah positif dalam rangka pencegahan dan penyebarluasan AIDS.
6. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.
7. Berusaha agar pengidap HIV dan golongan resiko tinggi (WTS) dibekali keterampilan tertentu agar mampu bekerja di bidang lain dalam kehidupnnya.
8. Membentuk kelompok kerja teknis komunikasi, informasi, dan idukasi khusus untuk menagani HIV/AIDS.
Sebab-sebab tertular atau terkena HIV/AIDS antara lain :
1. banyak persepsi yang keliru tentang pemahaman penyakit HIV/AIDS dikalangan masyarakat.
2. Kurang adanya pendekatan orang tua terhadap anak-anaknya yang menginjak remaja sehingga mereka terjerumus pada pergaulan bebas. 3. Kurangnya pengetahuan sex dan seringnya berganti-ganti pasangan
dengan orang yang sudah terinfeksi HIV.
4. Banyaknya tempat-tempat rawan yang dapat menimbulkan penularan HIV diantaranya panti pijat, diskotik, tempat lokalisasi dan lain-lain.
5. Maraknya bisnis esek-esek dikalangan masyarakat tanpa perasaan malu melakukan hal tersebut.
- Skrining darah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan keseluruhan, Dapat di simpulkan
dari makalah di atas adalah :
cara menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam arti tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
2. Penanggulangan HIV di Indonesia telah berjalan dengan berkesinambungan dengan program-program pemerintah yang pro terhadap penanggulangan dan penanganan penderita AIDS
3. Penyebaran HIV/AIDS paling banyak terjadi dari proses seksual dan melalui jarum suntik ataupun property tattoo.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran :
1. Kepada pemuda/i agar supaya menjaga kesehatan dengan menghindari seks
bebas dang anti-ganti pasangan secara berkala.
2. Lebih memperkuat jiwa spiritual agar supaya terhindar dari infeksi
HIV/AIDS.
3. Kepada penulis selanjutnya agar supaya melengkapi data dan analisis
dalam penyajian pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
http://asmisiangka.blogspot.com/2013/11/makalah-pencegahan-hiv-dan-aids.html Di akses 2 oktober 2014,20.00