• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Organisasi sebagai Prediktor terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Guru di SMA Negeri 2 Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Budaya Organisasi sebagai Prediktor terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Guru di SMA Negeri 2 Tanjung"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA

GURU DI SMA NEGERI 2 TANJUNG

OLEH

VANNY AYU PUTRI 802014063 TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA

GURU DI SMA NEGERI 2 TANJUNG

Vanny Ayu Putri Sutarto Wijono

Program StudiPsikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Dalam peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Komponen sumber daya manusia yang paling berperan dalam pendidikan di sekolah adalah guru. Guru merupakan bagian terpenting dari penyelenggaraanpendidikan. Penyelenggaraan pendidikan yang baik akan nampak dari produktivitas bahkan sampai kepada organizational citizenship behavior (OCB) dari guru sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB). Penelitian dilakukan pada guru SMA Negeri 2 Tanjung, dengan sampel sebanyak 52 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Hasil reliabilitas skala budaya organisasi menunjukkan Ϭ = 0,868, sedangkan untuk skala organizational citizenship behavior (OCB) menunjukkan Ϭ = 0,908. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB).

(9)

ii

Abstract

In increasing the quality of education is determined by the readiness of the human resources involved in the educational process. The human resources component of the most influential in the school of education is a teacher. The teacher is the most important part of organizing education. Organizing a good education would seem to even up the productivity of organizational citizenship behavior (OCB) of himself. This research aims to know the influence of the culture of the Organization against the organizational citizenship behavior (OCB). Doing research on teacher SMA Negeri 2 Tanjung, with samples as many as 52 people consisting of men and women. The results of the reliability scale organizational culture show Ϭ = 0.868, while for the scale of organizational citizenship behavior (OCB) shows Ϭ = 0.908. The results of this study showed there was the significant impact on organizational culture and organizational citizenship behavior (OCB).

(10)

1

PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan zaman dan teknologi pada saat ini yang semakin modern berdampak dengan organisasi-organisasi maupun perusahaan. Organisasi merupakan sistem aktivitas yang dikoordinasikan secara sadar yang dilakukan oleh dua orang atau beberapa orang (Robert dan Angelio, 2014). Sementara itu, menurut KBBI organisasi disebut sebagai kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian dikumpulkan untuk tujuan tertentu, sehingga sebuah organisasi seharusnya memperhatikan sumber daya manusia yang merupakan asset penting bagi perusahaan karena mereka berkontribusi untuk mensukseskan organisasi tersebut (Shaleh, Zahari, Said, Ali. 2016). Kemudian sumber daya yang potensial harus mampu mengatasi perkembangan dan kemajuan teknologi untuk menghasilkan produk maupun jasa yang up to date

untuk kebutuhan organisasi atau perusahaan (Kemala dan Ika, 2015). Oleh karena itu sumber daya memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting di dalam organisasi, oleh sebab itu SDM dalam organisasi harus dikembangkan kompetensi dan kapabilitasnya suatu organisasi tersebut adalah bergerak dibidang pendidikan (Jalismen, 2015).

Pendidikan adalah tempat untuk tahapan pengembangan kemampuan perilaku-perilaku manusia, dan proses penggunaan hampir diseluruh pengalaman kehidupan (Muhibbin Syah, 2010). Dalam peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Komponen sumber daya manusia yang paling berperan dalam pendidikan di sekolah adalah guru, sehingga setiap usaha peningkatan

(11)

2

mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dari segi jumlah maupun mutunya ( Jalismen, 2015).

Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Bab 1 pasal 1 tentang guru dan dosen, disebutkan guru adalah pendidik profesional, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Pendidikan anak usia dini meliputi jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Marzuki, 2012). Seorang guru yang profesional dituntut adanya sejumlah persyaratan, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi dan kompetensi keilmuan, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, memepunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesi serta selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus. Dengan adanya undang-undang tersebut menuntut para guru untuk meningkatkan profesionalitas dan melakukan pengembangan diri melalui pelatihan, pemulisan karya ilmiah, dan sebagainya. Para guru juga dituntut untuk tidak hanya sebagai pendidikan yang harus mampu menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi juga ikut membantu menerapkan nilai-nilai-nilai-nilai moral bagi siswa.

Pada kesempatan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian kepada guru di SMA Negeri 2 Tanjung, Kabupaten Tabalong. Kalimantan Selatan. Guru merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan pendidikan. Karena inti dari kegiatan pendidikan adalah belajar mengajar yang membutuhkan peran dari guru di dalamnya.Ada beberapa kasus yang terjadi

(12)

3

3

terkait dengan Organization Citizenship Behavior (OCB) yang diidentifikasi melalui beberapa fenomena di SMA Negeri 2 Tanjung.

Beberapa fenomena yang terkait dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) tersebut diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan 4 guru di bulan Januari 2018. Hasilnya menunjukkan bahwa ada seorang guru yang mengerjakan tugas diluar tanggung jawabnya, ada juga guru yang dengan senag hati melakukan pendampingan terhadap guru-guru yang mengalami “gaptek”. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru menyadari bahwa dia tetap akan konsisten dalam menolong koleganya ketika dia menganggap koleganya tidak dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Hal tersebut disebabkan oleh adanya guru tidak hanya mengerjakan tugas pokoknya saja namun juga mau melakukan tugas ekstra seperti mau bekerja sama, tolong menolong, memberikan saran, berpartisipasi secara aktif, memberikan pelayanan ekstra kepada pengguna layanan serta mau menggunakan waktu kerjanya dengan efektif (Ahdiyana, 2010). Dengan kata lain, OCB dapat meningkatkan produktifitas dari karyawan (Kusumajati, 2014). Ada suatu organisasi yang kurang peduli ketika koleganya mengalami tugas-tugas yang berat. Sementara itu masih ada guru yang kurang peka terhadap kesulitan koleganya dan membiarkan koleganya berusaha sendiri. Atas dasar fenomena-fenomena tersebut dapat dikatakan ada masalah yang terkait dengan OCB.

Oleh sebab itu, penulis menganggap penting meneliti OCB di sekolah tersebut. Ada beberapa teori yang dapat mendukung pentingnya dilakukan penelitian. Hasil temuan George (dalam Kelana, 2009) menyatakan pentingnya OCB bagi keberhasilan sebuah organisasi. Karena pada dasarnya organisasi

(13)

4

tidak dapat mengantisipasi seluruh pelaku organisasi hanya dengan mengandalkan deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal saja. OCB dianggap vital terhadap eksistensi organisasi (Murphy, Athanasou & King, 2002). Organ et al., (2006) mengemukakan bahwa OCB meliputi sikap perilaku karyawan yang dilakukan dengan sukarela, tulus, senang hati tanpa harus diperintah dan dikendalikan oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan dengan baik (dalam Pantja Djati, 2009). Menurut Robbins (2006) contoh perilaku yang termasuk kelompok OCB adalah membantu rekan kerja yang membutuhkan bantuan tanpa menunggu instruksi dari atasan, sukarela melakukan kegiatan ekstra di tempat kerja atas kemauan sendiri, menghindari konflik dengan rekan kerja, melindungi properti organisasi, menghargai peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi pada situasi yang kurang ideal atau menyenangkan di tempat kerja, serta tidak membuang-buang waktu di tempat kerja.

Sementara itu, Podsakoff, Mackenzie, Paine, dan Bachrach (2000) menjelaskan bahwa OCB memberikan kontribusi bagi organisasi berupa peningkatan produktivitas rekan kerja, peningkatan produktivitas manajer, menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasi secara keseluruhan, membantu memelihara fungsi kelompok, menjadi sangat efektif untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan kelompok kerja, meningkatkan stabilitas organisasi untuk menarik dan mempertahankan karyawan terbaik, meningkatkan stabilitas organisasi, meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Kartz (dalam Robert & Hogan, 2002) menekankan bahwa perilaku-perilaku kooperatif dan saling

(14)

5

5

membantu yang beradadi luar persyaratan formal sangat penting bagi berfungsinya suatu organisasi. Kemudian menurut Widyastuti dan Palupiningdyah (2015) menyatakan bahwa munculnya OCB dapat menjadi gambaran adanya kepuasan kerja yang dirasakan karyawan dalam organanisasi. Perilaku tambahan di luar deskripsi pekerjaan dalam organisasi sering juga disebut sebagai perilaku kewarganegaraan dalam organisasi atau

Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Selain itu, menurut Widyanto, J.S dan Kartika (2013), karyawan dengan OCB yang tinggi berdampak terhadap kinerja karyawan dan kepuasannya.Semakin tinggi OCB maka semakin meningkat kinerja dan kepuasannya, begitu juga sebaliknya semakin rendah OCB maka semakin rendah kinerja dan kepuasan karyawan. Menurut Devi dan Adnyani (2015) mengungkapkan bahwa karyawan dengan OCB tinggi mampu meningkatkan motivasi berprestasi yang tinggi dan membantu karyawan bekerja lebih efisien dari segi waktu maupun tenaga. Jika permasalahannya ini tidak terselesaikan dengan baik, maka akan berdampak pada organisasi baik secara positif maupun negatif. Penelitian Ningsih dan Arsanti (2014) mengatakan bahwa karyawan dengan OCB positif akan menjaga kesuksesan sebuah organsisasi tempat dimana karyawan tersebut bekerja. Menurut Sesen, Soran dan Caymaz (2014) mengatakan bahawa perilaku OCB yang positif akan memberikan nilai yang baik sebagai penentu keberhasilan dan peningkatan produktivitas serta kesejahteraan individu dan organisasi.

Selain dampak positif, OCB juga memiliki dampak negatif terhadap organisasi. Secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

(15)

6

diungkapkan Erthur (dalam Ince dan Gul, 2011) perilaku OCB yang negatif akan menurunkan citra organisasi. Selain itu, menurut Fatima, Ud-Din, Khan, Hasan dan Hoti (2015) mengungkapkan bahwa perilaku OCB yang negatif akan memunculkan berbagai dampak yaitu permasalahan-permasalahan personal antara rekan kerja, tidak ada tanggung jawab secara etis dan tidak efektifnya sebuah organisasi.

Kondisi-kondisi yang dijelaskan di atas dapat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sementara itu Organ dan Sloat (dalam Zurasaka 2008) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi OCB diantaranya adalah, budaya dan iklim organisasi, kepribadian dan suasana hati, persepsi terhadap dukungan organisasional, persepsi terhadap kualitas hubungan atau interaksi atasan bawahan, masa kerja serta jenis kelamin. Kemudian dari Organ (1995) dalam Novliadi (2008) juga menekankan faktor budaya organisasi sebagai kondisi awal utama yang dapat memicu terjadinya OCB pada kayawan. Oleh sebab itu, budaya organisasi menjadi menarik untuk diteliti di SMA Negeri 2 Tanjung, karena budaya organisasi memiliki bagian yang sama penting di dalam bentuk perilaku OCB karyawan Brown dan Trevino (dalam Yates, 2014). Ada beberapa hasil temuan yang ada pengaruh antara budaya organisasi terhadap OCB. Ghashghaeinia dan Hafezi (2015) menjelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara indeks budaya organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Hal ini juga didukung oleh Atal, Mehrabi, Hosseinpur dan Khorasani (2014) mengatakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara budaya organisasi dengan OCB. Budaya organisasi sebagai

(16)

7

7

kondisi awal yang utama dapat memicu terjadinya OCB pada karyawan sehingga budaya organisasi dapat berperan besar dalam mempengaruhi terciptanya OCB yang baik pada setiap individu. Hal ini didukung oleh Koesmono (2005) yang mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan bagian OCB yang tak terpisahkan dari organisasi itu sendiri. Berdasarkan hasi-hasil dari penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk memilih variabel budaya organisasi. Karena budaya organisasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi OCB, sehingga penulis ingin melihat secara langsung adanya pengaruh budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung.

Rumusan Masalah

Apakah budaya organisasi menjadi predictor terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh budaya organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung.

Hipotesis

Budaya organisasi sebagai prediktor terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB)pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung.

(17)

8

LANDASAN TEORI

A. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Sementara itu Organ, Podsakoff dan Mackenzie (2006) mengungkapkan bahwa OCB adalah sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggota organisasi, yang sifatnya konstruktif, dihargai oleh perusahaan tapi tidak secara langsung berhubungan dengan produktivitas individu. Contohnya meliputi bantuan pada teman kerja untuk meringankan beban kerja mereka, tidak banyak istirahat, melaksanakan tugas yang tidak diminta, dan membantu orang lain untuk menyelesaikan masalah. Lebih lanjutnya, Organ (dalam Lievens dan Anseel, 2004) mendefinisikan Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebagai perilaku individu yang bebas, tidak terkait secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi. Dengan demikian, apabila pekerja memiliki OCB yang tinggi maka akan diikuti pula dengan tingginya perilaku extra role nya. Ketika mereka mampu bekerja lebih dari tugas formal, maka organisasi dapat lebih mudah dalam mengendalikan perilaku mereka, karena OCB merupakan perilaku yang tidak diharuskan oleh persyaratan peran atau deskripsi jabatan, bersifat bebas dan sukarela, serta merupakan pilihan (Podsakoff, dkk,2000). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku OCB tidak selalu muncul sebagai perilaku tetap karyawan dalam bekerja dengan kata lain OCB sebagai perilaku individual yang bersifat bebas, yang tidak secara langsung dan eksplisit mendapat penghargaan dari sistem imbalan formal, dan secara keseluruhan mendorong keefektifan fungsi-fungsi organisasi.

(18)

9

9

2. Aspek-aspek organizational Citizenship Behavior (OCB)

Podsakoff et al., (2000) terdapat lima aspek-aspek Organizational Citizenship Behavior (OCB) antara lain sebagai berikut :

a. Altruism, perilaku karyawan dalam menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalm situasi yang sedang dihadapi baik mengenai tugas dalam organisasi maupun masalah pribadi orang lain. Aspek ini mengarah kepada memberi pertolongan yang bukan merupakan kewajiban yang ditanggungnya.

b. Conscientiousness, perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha melebihi yang diharapkan perusahaan. Perilaku sukarela yang bukan merupakan kewajiban atau tugas karyawan. Dimensi ini menjangkau jauh ke depan dari panggilan tugas.

c. Sportmanship, perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan yang kurang ideal dalam organisasi tanpa mengajukan keberatan. Seseorang yang mempunyai tingkatan yang tinggi sportmanship akan meningkatkan iklim yang positif diantara karyawan, karyawan akan lebih sipan dan bekerja sama dengan orang lain sehingga akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan.

d. Courtesy, menjaga hubungan baik dengan rekan kerjanya agar terhindar dari masalah-masalah interpersonal. Seseorang yang memiliki dimensi ini adalah orang yang menghargai dan memperhatikan orang lain.

e. Civic Virtue, perilaku yang mengindikasikan tanggung jawab tanggung jawab pada kehidupan organisasi ( mengikuti perubahan dalam organisasi, mengambil inisiatif untuk merekomendasikan bagaimana operasi atau

(19)

10

prosedur-prosedur organisasi dapat diperbaiki, melindungi sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi). Dimensi ini mengarah pada tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada seseorang untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang ditekuni.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Sementara itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

Organizational Citizenship Behavior (OCB) Menurut Organ (1995) dan Sloat (1999) dalam Zurasaka (2008) antara lain :

1) Budaya dan iklim organisasi.

Menurut Organ (1988) terdapat bukti kuat yang mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu kondisi awal yang utama sehingga dapat memicu munculnya perilaku OCB. Sektor non profit memiliki berbedaan dengan sektor profit dibeberapa aspek kebudayaan seperti tujuan, nilai, kompensasi, tugas atau kewajiban, dan gaya kepemimpinan (Brower and Sharder, 2000; Amstrong 1952; Rainey 1994, dalam Vigata et. Al, 2004). Pembagian organisasi berdasarkan tujuan dari organisasi profit dan non profit, dimana masing-masing memiliki budaya dan iklim organisasi yang berbeda, sehingga hal ini mempengaruhi perilaku OCB yang muncul di kedua jenis organisasi tersebut.

2) Kepribadian dan suasana hati.

Kepribadian dapat mempengaruhi perilaku pekerja secara kelompok dan individu. George dan Brief (1992) berpendapat bahwa kemauan seseorang untuk membantu orang lain juga dipengaruhi oleh mood. Kepribadian

(20)

11

11

merupakan suatu karakteristik yang relatif tetap, sedangkan mood dapat berubah-ubah. Suasana hati yang positif akan meningkatkan peluang seseorang untuk membantu orang lain. Meskipun suasana hati di pengaruhi oleh kepribadian, namun hal ini juga dipengaruhi oleh faktor situasi yang terjadi pada lingkungan organisasi.

3) Persepsi terhadap dukungan organisasional.

Shore dan Wayne (1993) mengemukakan karyawan yang mempersepsikan bahwa mereka didukung oleh organisasi akan memberikan timbal balik terhadap organisasi dengan memunculkan perilaku OCB.

4) Persepsi terhadap kualitas hubungan/ interaksi atasan bawahan.

Miner (1988) mengemukakan bahwa interaksi antar atasan-bawahan yang berkualitas tinggi akan memberikan dampak seperti meningkatkan kepuasan pekerjaan, produktifitas, dan kinerja karyawan.

5) Masa kerja

Greenberg dan Baron (2000) mengemukakan bahwa karakteristik personal seperti masa kerja dan jenis kelamin berpengaruh terhadap OCB. Karyawan yang telah lama bekerja di dalam suatu organisasi akan memiliki keterdekatan dan keterikatan yang kuat terhadap organisasi tersebut.

6) Jenis kelamin

Konrad et al. (2000) mengemukakan bahwa perilaku-perilaku kerja seperti menolong orang lain, bersahabat dan bekerjasama dengan orang lain lebih menonjol dilakukan oleh wanita daripada pria. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih mengutamakan pembentukan

(21)

12

relasi (relation identities) dari pada pria (Gabriel dan Gardner, 1999) dan lebih menunjukkan perilaku menolong dari pada pria (Bridges, 1989: George et al., 1998). Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup menyolok antara pria dan wanita dalam melakukan perilaku menolong dan interaksi sosial di tempat mereka bekerja.

B. Budaya Organisasi

1. Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2002) budaya organisasi merupakan suatu sistem dari makna atau arti bersama yang dianut para anggotanya yang membedakan organisasi dari organisasi lainnya. Dari beberapa definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai, sikap, dan perilaku dari setiap individu dalam suatu organisasi yang dapat mencerminkan karakteristik sehingga menajadi pembeda dari organisasi satu dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi juga menjadi salah satu faktor yang penting bagi organisasi, organisasi yang memiliki budaya yang kuat dapat menarik perhatian seorang individu untuk terus bergabung di dalam organisasi tersebut. Budaya organisasi yang kuat dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi karena budaya organisasi dapat membantu organisasi untuk mengarahkan karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

2. Dimensi Budaya Organisasi

Dimensi budaya organisasi menurut Robbins (2002) sebagai berikut : a. Inovasi dan pengambilan resiko (innovation and risk taking)

(22)

13

13

Tingkatan dimana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.Selain itu bagaimana organisasi menghargai tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide karyawan.

b. Perhatian yang rinci (attention to detail)

suatu tingkatan dimana para karyawan diharapkan memperhatikan kecermatan (precision), analisis dan perhatian kepada rincian.

c. Orientasi hasil (outcome orientation)

Tingkatan dimana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil.

d. Orientasi pada manusia (people orientation)

Suatu tingkatan dimana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang organisasi.

e. Orientasi tim (team orientation)

Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja diorganisir di dalam tim bukan individu.

f. Keagresifan (aggressiveness)

Suatu tingkatan dimana orang-orang dalam suatu organisasi memiliki sifat agresif dan kompetitif.

g. Stabilitas (stability)

Siatu tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan di pertahankan status quo daripada pertumbuhan.

(23)

14

C. Budaya organisasi (X) sebagai prediktor terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y)

Menurut Trisia dan Sakapurnama (2014) bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Ini juga didukung oleh Atal, Mahrabi, Hosseinpur dan Khorasani (2014) yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara dua variabel adalah signifikan antara budaya organisasi dengan OCB. Purnama (2013) penelitian menunjukkan bahwa budaya orgnisasi dan kepuasan kerja dan komitmen organisasi memengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB), untuk estimasi parameter antara budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) menunjukkan hasil yang singnifikan dengan hasil positif CR = 2,928; CR ≥ 2,00 dengan tingkat signifikan 0,05 (5%) ini berarti adanya hubungan positif signifikan antara budaya organisasi dengan Organizational Citizebship Behavior

(OCB). Selanjutnya Satwika & Himam (2014) mengemukakan bahwa OCB, budaya organisasi karyawan berpengaruh sebayak 49,5% terhadap kinerja karyawan dengan F= 52,971 (p< 0.05). Lalu Khan & Rashid (2012) menyatakan bahwa budaya organisasi bepengaruh terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dengan (β= 0,226) dan nilai R (koefisien korelasi) antara OCB danempat variabel independen 0,679. Karena nilai R positif, hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan tinggi antara variabel dependen dan variabel bebas. Dari hasil penelitian Sufya (2015) menunjukkanbahwa ada pengaruh signifikan antara budaya

(24)

15

15

organisasi dengan OCB secara statistik signifikan dengan F=3,128. df1=4, df2= 191 dan sig. Fchange= 0,016.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian secara kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian dengan hasil data yang berbentuk angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011). Pendekatan ini dipilih karena peneliti mengolah data dalam bentuk angka-angka ke dalam analisis statistik. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang yang mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto S, 2003). Pendekatan penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Alasan menggunakan pendekatan ini adalah untuk memperoleh gambaran umum yang lebih objektif dan terukur. Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental, sebab tidak ada perlakuan khusus pada subjek penelitian.

Variabel- variabel yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah : a. Variabel X : Budaya Organisasi

b. Variabel Y : organizational citizenship behavior (OCB)

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 2 Tanjung yang berjumlah 52 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

(25)

16

menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik pengambilan sampel adalah sampling jenuh (saturation sampling). Menurut Sugiyono (2001) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Oleh karena itu, jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan (Arikanto, 2012).

C. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penulis melaksanakan pengumnpulan sata dengan menyebarkan angket pada tanggal 5-6 Juni 2018. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 52 orang. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan try out terpakai, dimana subjek yang digunakan dalam try out sekaligus digunakan dalam penelitian.

D. Instrumen Alat Ukur

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi, yaitu instrumen yang dipakai untuk mengukur atribut psikologis (Azwae, 1999). Terdapat dua skala yang akan digunakan yaitu skala budaya organisasi dan skala Organizational Citizenship Behavior

(OCB).

Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Untuk mengukur Organizational Citizenship Behavior (OCB) peneliti menggunakan alat ukur dari Organizational Citizenship Behavior Scale

(OCBS) milik Podsakoff, Mackenzie, Moornam & Fetter (2000). Kemudian diaplikasikan oleh peneliti. Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB)

(26)

17

17

menggunakan skala Likert yang menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur perilaku individu dengan merespon 5 titik pilihan pada setiap butir pertanyaan, sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Likert 1932). Disini peneliti hanya mengukur prilaku individu dengan menggunakan respon dari 4 pilihan pada setiap butir pernyataan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan tidak sangat setuju. Terdapat 38 aitem pernyataan yang diadaptasi dari butiran aitem pada alat ukur Organizational Citizenship Behavior (OCB) didesain untuk mengukur kelima dimensi OCB yaitu altruism, conscientiouness, sportmanship, courtesy, civic virtue

(Podsakoff, Mackenzie, Moornam & Fetter, 2000). Penilaian yang digunakan adalah semakin tinggi nilai yang diperoleh oleh subjek maka semakin tinggi

Organizational Citizenship Behavior (OCB). Setelah dilakukan pengujian diskriminasi aitem terdapat 5 aitem yang gugur (9, 13, 22, 30,38). Dan dari uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach diperoleh hasil Ϭ = 0,908.

Skala budaya organisasi

Untuk mengukur budaya organisasi peneliti menggunakan alat ukur Organization Culture Quessionnaire (Jaghargh,Ghorbanpanah & Nabavi, 2012),yang telah diadaptasi oleh peneliti. Alat ukur ini terdiri dari 6 dimensi yaitu inovasi dan pengambilan resiko (innovation and risk taking), perhatian yang rinci (attention to detail), orientasi hasil (outcome orientation), orientasi pada manusia (people orientation), orientasi tim (team orientation) dan keagresifan (aggressiveness) dengan total aitem 26. Dalam skala budaya organisasi menggunakan skala Likert yang menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur perilaku individu dengan merespon 5 titik pilihan pada setiap

(27)

18

butir pertanyaan, sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Likert 1932). Disini peneliti hanya mengukur perilaku individu dengan menggunakan respon dari 4 pilihan pada setiap butir pernyataan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan tidak sangat setuju. Setelah dilakukan pengujian diskriminasi aitem terdapat 3 aitem yang gugur (9,13,22). Dan dari uji reabilitas dengan Alpha Cronbach diperoleh hasilϬ = 0,868.

E. Teknik Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana yang bertujuan untuk menguji sejauh mana pengaruh antara variabel penyebab (X) terhadap variabel akibat (Y). Faktor penyebab pada umumnya lambangkan dengan X atau disebut juga prediktor sedangkan variabel akibat dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan respon. Sehingga dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya organisasi (X) sebagai prediktor terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Y).Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan metode statistik melalui komputer dengan bantuan program SPSS versi 16.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif variabel penelitian

Analisis deskriptif ini untuk menganalisis Budaya organisasi Sebagai Prediktor terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).

(28)

19

19

Budaya organisasi di SMA Negeri 2 Tanjung

Dari hasil perhitungan maka diperoleh tingkat budaya organisasi yang digolongkan menjadi empat kategori, yaitu :

Tabel 1 : katagorisasi pengukuran skala budaya organisasi

Kategori Interval Frekuensi Presentase Mean Sangat tinggi 74,75 ≤ x < 92 33 63,5 % 76,90 Tinggi 57,5≤ x < 74,75 19 36,5 % Rendah 40,25 ≤ x < 57,5 0 Sangat rendah 23 ≤ x < 40,25 0 Jumlah 52 100 % SD = 7.14, MAX = 92, MIN = 63

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa guru yang berada pada kategori tinggi berjumlah 19 orang dengan presentase 36,5%, dan 33 orang pada kategori sangat tinggi dengan presentase 63,5%. Berdasarkan data diatas juga dapat dilihat bahwa guru di SMA Negeri 2 Tanjung rata memiliki budaya organisasi yang sangat tinggi yaitu 76,90, dengan standart defiasi 7,14. Skor guru bergerak dari skor minimum 63 dan skor maksimum 92.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Guru di SMA Negeri 2 Tanjung

Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh tingkat Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru yang di golongkan menjadi empat kategori, yaitu:

(29)

20

Tabel 2 : katagorisasi hasil pengukuran skala Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Kategori Interval Frekuensi Presentase Mean Sangat tinggi 107,25 ≤ x < 132 26 50 % 108,60 Tinggi 82,5 ≤ x < 107,25 26 50 % Rendah 57,57 ≤ x < 82,5 0 Sangat rendah 33 ≤ x < 57,75 0 Jumlah 52 100 % SD = 10.13, MAX = 132, MIN = 88

Berdasarkan tebel diatas, dapat dilihat bahwa guru yang berada pada kategori tinggi sebanyak 26 orang dengan presentase sebesar 50 % dan 26 orang pada kategori sangat tinggi dengan presentase 50%. Berdasarkan data diatas juga dapat dilihat bahwa guru rata-rata Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang tinggi yaitu 108,60, dengan standart defiasi 10,13. Skor guru bergerak dari skor minimum 88 dan skor maksimum 132.

(30)

21

21

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Tabel 3 : Hasil Uji Normalitas Budaya Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Berdaraskan pada tabel diatas, terlihat bahwa variabel budaya organisasi dan

Organizational Citizenship Behavior (OCB) memiliki nilai signifikan p > 0,05. Variabel budaya organisasi memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,748 dengan probabilitas sebesar 0,631 (p > 0,05). Sedangkan variabel Organizational Citizenship Behavior (OCB) memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,723 dengan probabilitas / nilai signifikasi 0,672 ( p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa variabel budaya organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) memiliki daya yang berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ocb budayaorganisasi

N 52 52

Normal Parametersa Mean 1.0860E2 76.9038

Std. Deviation 1.01272E1 7.13527

Most Extreme Differences Absolute .100 .104

Positive .100 .104

Negative -.052 -.063

Kolmogorov-Smirnov Z .723 .748

Asymp. Sig. (2-tailed) .672 .631

(31)

22

2. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4 : hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.174 2.102 -.558 .579 budayaorganisasi .038 .027 .195 1.403 .167

a. Dependent Variable: res2

Berdasarkan t abel di atas diketahui bahwa nilai signifikasi variabel budaya organisasi 0,167 > 0,05 artinya tidak terjadi heteroskedasitisitas pada variabel X (Budaya Organisasi).

(32)

23

23

3. Uji Linearitas

Tabel 4 : Hasil Uji Linearitas Budaya Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. ocb * budayaorganisasi Between Groups (Combined) 5111.969 24 212.999 48.511 .000 Linearity 4969.085 1 4969.085 1.132E 3 .000 Deviation from Linearity 142.884 23 6.212 1.415 .192 Within Groups 118.550 27 4.391 Total 5230.519 51

Hasil uji linieritas diperoleh F liniarity sebesar 1,415 dan nilai signifikasi sebesar 0,192 ( p > 0,05), maka berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa variabel budaya organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) bersifat linier.

4. Analisis Regresi

Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung, maka pengolahan data dilakukan dengan menggunkan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan SPSS 16.0. Hasil analisis sebagai berikut :

(33)

24

Hasil Analisis Regresi Linier Budaya Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Tabel 5 : Hasil Analisis Regresi Budaya Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Berdasarkan hasil uji regresidiketahui bahwa R Square adalah 0,950 yang berarti 95 %. Dengan kata lain 95% konstribusi variabel budaya organisasi mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sedangkan sisa nya 5 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Kemudian diketahui hasil nilai Fhitung = 950,352 dengan nilai signifikasi 0.000,

sehingga nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (950,352 > 4,034) maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung. Sedangkan tingkat probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.209 3.466 .637 .527 budayaorganisasi 1.383 .045 .975 30.828 .000

(34)

25

25

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Merujuk pada data yang disajikan dalam tabel Coefficients bagian dari tabel 5, diketahui bahwa Thitung = 30,828 dengan tingkat signifikasi 0,05 dan derajat

kebebasan (dk) n-2 yaitu 52-2=50 dengan menggunakan uji dua pihak sehingga nilai ttabel = 2,0086. Karena thitung lebih besar dari ttabel (30,828 > 2,0086) maka

dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB).

5. Uji Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dalam bab II yakni sebagai berikut : “Budaya organisasi sebagai prediktor terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung”. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap

organizational citizenship behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi dan organizational citizenship behavior (OCB) diterima. Artinya terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB).

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian yakni budaya organisasi sebagai prediktor

organizational citizenship behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung diterima. Hasil pengujian hipotesis memperoleh nilai F budaya organisasi dan

(35)

26

organizational citizenship behavior (OCB) sebesar R= 950,352 dengan tingkat signifikasi 0,000 diterima pada taraf signifikasi 5% (< 0,05). Ada beberapa kemungkinan adanya pengaruh budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang pertama para guru merasa bahwa tindakan tolong menolong kepada sesama rekan kerja sangatlah penting, ketika rekan kerja mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, sehingga para guru yang lain akan melakukan pekerjaan yang tidak hanya sesuai dengan tugas pokoknya saja namun juga tugas-tugas yang di luar jod desc. Sehingga para guru menganggap penting bahwa budaya organisasi menjadi salah satu faktor yang penting dalam

organizational citizenship behavior (OCB) di lingkungan sekolah SMA Negeri 2 Tanjung. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siders et.al. (2001) menyatakan bahwa organizational citizenship behavior (OCB) dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu fakto yang berasal dari dalam diri karyawan (internal) dan faktor yang berasal dari luar karyawan (ekternal), faktor yang berasal dalam diri karyawan misalnya moral, rasa puas, sikap positif. Untuk faktor yang berasal dari luar misalnya sistem manajemen, sistem kepemimpinan, dan budaya organisasi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Organ et.al (2006) menyatakan bahwa

organizational citizenship behavior (OCB) meliputi sikap perilaku karyawan yang dilakukan dengan sukarela, tulus, senang hati tanpa perlu diperintah dan dikendalikan oleh perusahaan (dalam Pantja Djati, 2009).

Kemungkinan selanjutnya adalah para guru bersedia bekerja sama dan saling membantu dengan rekan kerja untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Robbins (2006) menyatakan bahwa contoh perilaku yang termasuk dalam organizational citizenship behavior (OCB) adalah

(36)

27

27

membantu rekan kerja yang membutuhkan bantuan tanpa menunggu instruksi dari atasan, sukarela melakukan kegiatan ekstra di tempat kerja atas kemauan sendiri, mengindari konflik dengan rekan kerja, melindungi properti organisasi, menghargai peraturan yang berlaku di organisasi, toleransi pada situasi yang kurang ideal atau menyenagkan di tempat kerja, serta tidak membuang-buang waktu di tempat kerja.

Hasil penelitian ini sudah membuktikan bahwa ada pengaruh, yang juga didukung oleh Satwika & Himam (2014) mengemukakan bahwa OCB, budaya organisasi karyawan berpengaruh sebayak 49,5% terhadap kinerja karyawan dengan F= 52,971 (p < 0.05). kemudian dari Purnama (2013) penelitian menunjukkan bahwa budaya orgnisasi dan kepuasan kerja dan komitmen organisasi memengaruhi organizational citizenship behavior (OCB), untuk estimasi parameter antara budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) menunjukkan hasil yang singnifikan dengan hasil positif CR = 2,928; CR ≥ 2,00 dengan tingkat signifikan 0,05 (5%) ini berarti adanya pengaruh positif signifikan antara budaya organisasi denganorganizational citizebship behavior (OCB).

Hasil analisis regresi yang diperoleh berdasarkan data Model Summary

diketahui bahwa budaya organisasi memberikan sumbangan efektif sebesar 95 % terhadap terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Hal ini menunjukkan walaupun terhadap organizational citizenship behavior (OCB) sebagian besar dipengaruhi budaya organisasi, namun masih ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhi organizational citizenship behavior (OCB). Greenberg dan Baron (2000) mengemukakan bahwa karakteristik personal seperti masa kerja

(37)

28

dan jenis kelamin berpengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB).

Menurut Organ (1988) terdapat bukti kuat yang mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu kondisi awal yang utama sehingga dapat memicu munculnya perilaku OCB. Sektor non profit memiliki berbedaan dengan sektor profit dibeberapa aspek kebudayaan seperti tujuan, nilai, kompensasi, tugas atau kewajiban, dan gaya kepemimpinan (Brower and Sharder, 2000; Amstrong 1952; Rainey 1994, dalam Vigata et. Al, 2004). Pembagian organisasi berdasarkan tujuan dari organisasi profit dan non profit, dimana masing-masing memiliki budaya dan iklim organisasi yang berbeda, hal ini mempengaruhi perilaku OCB yang muncul di kedua jenis organisasi tersebut. Sehingga diharapkan budaya organisasi yang pditerapkan pada guru dapat berpengaruh positif terhadap kemajuan disetiap individunya, dalam hal ini beperngaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung.

Berdasarkan koefisien regresi dari variabel budaya organisasi dan

Organizational Citizenship Behavior (OCB). Menunjukkan terdapat pengaruh positif yang berarti semakin tinggi skor budaya organisasi maka semakin tinggi pula Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung begitu sebaliknya semakin rendah skor budaya organisasi maka semakin rendah pula Organizational Citizenship Behavior (OCB). Yohanes Robert (2018) mengemukakan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebesar 95 %. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Siders et.al (2001) menyatakan bahwa Organizational

(38)

29

29

Citizenship Behavior (OCB) dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri karyawan (internal) dan faktor yang berasal dari luar (ekternal). Faktor yang berasal dalam diri karyawan misalnya moral, rasa puas, sikap positif, dan faktor yang berasal dari luar karyawan misalnya sistem manajemen, sistem kepemimpinan, dan budaya organisasi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Organ et, al (2006) menyatakan bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB) meliputi sikap perilaku karyawan yang dilakukan dengan sukarela, tulus, senang hati tanpa perlu diperintah dan dikendalikan oleh perusahaan ( dalam Pantja Djati, 2009).

Sehingga penelitian ini menunjukkan jika budaya organisasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB) pada guru di SMA Negeri 2 Tanjung.

SARAN

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah dapat memberikan kesempatan pada setiap guru dengan memanfaatkan budaya organisasi yang sudah baik agar Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat berkembang dengan lebih baik. Hasil ini dapat dicapai dengan mengadakan sharing dan diskusi.

(39)

30

2. Bagi guru

Setiap guru memanfaatkan dirinya untuk meningkatkan kualitasnya dengan cara mengikuti pelatihan, sharing, diskusi, maupun simulasi sehingga dapat menciptakan budaya organisasi yang kondusif, terkhususnya dalam bidang pendidikan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Maka jika peneliti lain tertarik untuk melakukan penelitian yang serupa diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dalam membahas masalah yang diungkap dalam penelitian. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat membuat penelitian yang jauh lebih luas. Dengan memperluas ruang populasi maupun menambah variabel yang belum disertakan. Sehingga hasil yang diperoleh bisa lebih bervariasi dan beragam sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih menyeluruh dan diharapkan dapat membuat penelitian yang jauh lebih luas. Dengan memperluas ruang populasi maupun menambah variabel yang belum disertakan. Sehingga hasil yang diperoleh bisa lebih bervariasi dan beragam sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih menyeluruh.

Daftar Pustaka

Ahdiyana, M. (2010). Dimensi organizational citizenship behavior (ocb) dalam kinerja organisasi. Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta,10(1), 1-10.

Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta

(40)

31

31

Azwar, S. (2004). Validitas dan reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2006). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brower, H.H., & Shrader, C.B. (2000). Moral reasoning and ethical climate:

not-for- profit vs. for-profit boards of directors, Journal of Business Ethics, 26, 147- 167.

Borman, W. C., & Motowidlo, S. J. (1997). Task performance and contextualperformance: the meaning for personnel selection research. humanperformance, 10(2), 99-109.

Dewa Ayu W. S. Devi dan I Gusti A. D. Adnyani (2015). Pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap komitmen organizational citizenship behavior(ocb) pada pt. maharani prema sakti Denpasar. E- Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 4(12), 1693- 5241. Dian Anggraini Kusumajati (2014). Organizational citizenship behavior (ocb)

karyawan pada perusahaan.character building development center, BINUS University.

Dr. Vivek Sharma dan Dr. Sangeeta Jain (2014). A scale for measuring organizational citizenship behavior in manufacturing sector, Institute of Management Studies Devi Ahilya University.

Fatima, A., Ud-Din, S. S., Khan, S., Hassan., & Hoti, H. A. K. (2015).Journal of Economics, Business and Management, 3(9).

George, J. & Brief, A. (1992). Feeling Good - Doing Good: Aconceptual analysis of the mood at work – organizationalspontaneity relationship. Psychology Bulletin, 76, 310-329.

Ghashghaeinia, A., & Hafwzi, S. (2015). Relationship between organizational culture and organizational citizenship behavior among personal of Islamic Azad University Of Fars. Journal Of Applied Environmental and Biological Sciences, 5 (11S), 131- 138.

Greenberg & Baron, R., A. (2008). Perilaku dan budaya organisasi.Bandung: Refika Aditama.

Ince, M., & Gul, H. (2011). The effect of employee’s perceptions oforganizational justice on organizational citizenship behavior: AnApplication in Turkish Public Institutions. International Journal ofBusiness and Management, 6(6).

(41)

32

Jalismen Meihen. (2015). Pengaruh budaya organisasi dan etika terhadap organizational citizenship behavior (ocb) guru sma negeri di Sipora kabupaten Kepulauan Mentawai, Jurnal Manajemen Pendidikan.6(2).

Katz, D. (1964). The motivational basis of organizational behaviour. Behavior Science 9, 131-133.

Kelana, L. (2009). Pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap organizational citizenship behavior (ocb).Sinergi, 11(1), 59- 75.

Kemala Sari, Ika Hajrani. (2015).Pengaruh karakteristik budaya organisasi terhadap organizational citizenship behavior ( studi kasus rumah sakit umum citra bunda medical center Padang), Journal of Ecomonics and Aconomics Education, 3(2), 228-236.

Konrad, A. M.,Ritchie, J. E., Lieb, P., & Corrigall, E. (2000). Sex differencesand similarities in job attribute preferences: a meta-analysis.Psychological Bulletin,126(593-641).

Lievens, F., & Anseel, F. (2004). Confirmatory faktor analysis andinvariance of an organizational citizenship behaviour acrosssamples in a dutch-speaking context. Journalof Occupational and Organizational Psychology, 2, 5-10.

Margono. (2004).Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Marzuki. (2012) Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran di

sekolah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.

Miner, John B. (1988), Organizational behavior: performance and productivityfirst edition,Random House Business Division, New York

Murphy, G., Athanasou, J., & King, N. (2002) Job satifaction and organizational citizenship behavior : astudy of Australian human service professionals. Journal Of Managerial Psychology, Emerald,17(4),287- 297.

Nawawi, Hadari. (1989) . Organisasi sekolah dan pengelolaan kelas, Jakarta: MasAgung.

Ningsih, F. R., & Arsanti, T. A. (2014). Pengaruh job satisfaction terhadapocb dan turnover intention. Benefit Jurnal Manajemen DanBisnis, 18(1).

Novliadi, F. (2006). Organizational citizenship behavior karyawanditinjau dari persepsi terhadap kualitas interaksi atasan bawahan dan

(42)

33

33

persepsi terhadap dukungan organisasional.Program Studi Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera Utara.

Organ, D. W., Podsakoff, P. M., & MacKenzie, S. B. (2006). Organizational citizenship behavior: its nature, antecedents, and consequences,Sage Publications.

Podsakoff, P., M., Ahearne, M., & MacKenzie, S., B. (1997). Organizational citizenship behavior and the quantity and quality of work group performance. Journal of Applied Psychology, 82(2), 262- 270.

Podsakoff, P. M., Mac Kenzie, S. B., Paine, J. B., & Bachrach, D. G.(2000). Organizational citizenship behavior: a critical review oftheoretical empirical literature and suggestions for future research.Journal of Management, 26(3), 513–563.

Ridwan dan Tita Lestari, 2001. Dasar-dasar statistika, Bandung: Alfabeta. Robbins, S.P.(2002). Prinsip-prinsip perlaku organisasi. Edisi kelima.Penerbit

Erlangga: Jakarta.131

Robbins, S. P. (2003). Organizational behavior: concepts, controversies,and applications, 10th ed, Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ. Robbins, S. P. (2006). Perilaku organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT

Indeks Kelompok Gramedia.

Robbins, S. P., & Timothy A. J. (2009). Organizational Behavior,13Three Edition. USA: Pearson International Edition, Prentice-Hall. Robert, Kreitner & Angelo Kinicki. (2014). Perilaku organisasi

(organizational behaviour). Jakarta: Salemba Empat.

Shaleh, S.M; Zahari, A,S,M; Said, Nur, S.M; Ali, S.R.O. (2016). The influence ofwork motivation on organizational commitment in the workplace. Journalof Applied Environmental and Biological Sciences,6(5), 139-143

Schein, E. H. ( 2010). Organizational culture and leadership.FourthEdition. Jossey-Bass. A Wiley Imprint, Market Street. San Fransisco CA.

Sesen, H., Soran, S., & Caymaz, E. (2014). Dark side of organizationalcitizenship behavior (ocb): testing a model between ocb, socialloafing and organizational commitment.

(43)

34

Shore, L. M., & Wayne, S. J. (1993). Commitment of employee behavior: comparison of affective commitment and continuance commitment withpercieved organizational support. Journal of Applied Psychology, 78(5),774-780

Sugiyono. (2005). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta

Van Dyne, L., Graham, J. W., & Dienesch, R. M. (1995). Organizationalcitizenship behavior: construct redefinition, measurement andvalidation. Academy of Management Journal, 37, 765-802.

Widyanto, R., J. S., & Kartika, E. W. (2013). Pengaruh kepuasan kerja terhadap organizational citizenship behavior(ocb) melalui komitmen organisasional karyawan cleaning service di ISS Surabaya.Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, 1(1), 1-15. Widyastuti, Noni, & Palupiningdyah. (2015). Pengaruh kepuasan dan motivasi

kerja terhadap kinerja karyawan dengan organizational citizenship behavior (ocb) sebagai variabel intervening, Management Analysis Journal,4(1), 1-11.

Yates, L, A. (2014). Exploring the relationship of ethnical leadership with job satisfaction, organizational coommitment and organizational citizenship behavior, The Journal of Values- Based Leadership, 7(1).

Yohanes Robert P.H (2018). Pengaruh budaya organisasi dengan organizational citizenship behavior (ocb) dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada PT.Jatim Indo Lestari,

program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra.

Zurasaka, A. (2008). Teori-teori perilaku organisasi. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Gambar

Tabel 1 : katagorisasi pengukuran skala budaya organisasi
Tabel  2  :  katagorisasi  hasil  pengukuran  skala  Organizational  Citizenship
Tabel  3  :  Hasil  Uji  Normalitas  Budaya  Organisasi  dan  Organizational
Tabel 4 : hasil Uji Heteroskedastisitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tampilan antarmuka dalam sistem pakar berbasis web untuk pembagian harta warisan menurut hukum Islam terdiri dari:. Antarmuka Beranda

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009:59). Jadi, hipotesis merupakan

Batuan metamorf atau malihan adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf sendiri) yang mengalami perubahan

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman shalat,( Semarang : Pustaka Rizki Putra ,t.. Imam Hambali berpendapat tidak mewajibkan shalat jumat bila bertepatan dengan hari raya namun tetap

Mengalami kenaikan berat badan ketika dilakukan intervensi dengan menggunakan metode kangguru selama 3 hari berturut-turut. Metode penelitian menggunakan deskriftif

Tari sining adalah salah satu tari tradisi masyarakat Gayo yang pernah punah, namun dimulai pada tahun 2016 dengan melakukan penelitian komprehensif mendalam mengacu kepada

Data tabel 5 yang menunjukkan data demografi subyek peneltian terhadap kultur bakteri positif dalam penelitian ini memperlihatkan pasien kelompok umur kurang dari 60 tahun

Perkembangan titik panas atas hotspot pada hari ini pukul 17.00 WIB berdasarkan pantauan citra satelit Terra/Aqua (BMKG) total Sumatera Nihil, Riau : Nihil, dan