• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

351 JSBPSDM 1(4a)(2020), 351-358.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/

Meningkatkan kemampuan membilang melalui kegiatan bermain ular tangga

pada anak usia 5-6 Tahun (Kelompok B2) di TK Al Insyirah Maros

Siti Syamsiah

TK Al Insyirah Kabupaten Maros Email: sitisyamsiahsitisyamsiah@gmail.com

ABST RAK

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas bercerita dalam meningkatkan kemampuan membilang anak. Adapun secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk; (1) Mengetahui kemampuan membilang anak TK Al-Insyirah Maros, dan (2) Mengetahui bagaimana kegiatan bermain ular tangga dalam menigkatkan kemampuan membilang anak setelah pelaksaaan pembelajaran diterapkan di TK tersebut. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan September – Oktober 2020 dengan tempat penelitian di kelompok B TK Al-Insyirah Maros. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa bahwa pengembangan kemampuan membilang pada anak yang dilaksanakan dengan kegiatan bermain ular tangga dengan langkah-langkah yang telah ditentukan untuk melihat kemampuan anak sesuai indikator kemampuan membilang yaitu: (1) Membilang/menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 20 dan (2) Membilang dengan menunjuk benda. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini.

Kata Kunci: Membilang, Permainan, Ular Tangga, Tindakan, Pembelajaran

© 2020 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sangat penting untuk meletakkan pondasi awal pembentukan karakter pada anak. Menurut NAEYC (National Assosiation Education for Young Children) dalam Sofia Hartati (2005: 7), anak usia dini adalah sekelompok individ u yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun. Namun demikian dalam kerangka pelaksanaan pendidikan anak usia dini, UU RI no 20 th 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyiratkan bahwa anak usia dini ialah anak yang berada pada rentang masa usia lahir sampai usia enam tahun. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) di mana perkembangan kecerdasan berkembang pesat. Para peneliti membuktikan bahwa 50% kemampuan belajar anak ditentukan dalam 4 tahun pertamanya, dan 30%-nya sebelum usianya mencapai 8 tahun (Gordon Dryden & Jeannette Vos, 1999). Menurut Harun Rasyid, dkk (2009: 64) anak usia dini merupakan usia emas (the golden age) yang sangat potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi multi kecerdasan yang dimiliki anak.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi salah satu bagian penting untuk menerima stimulus positif saat anak dalam masa golden age. Dalam pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan pentingnya kedudukan PAUD dalam dunia pendidikan2. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa PAUD merupakan salah satu wadah yang dapat membantu membina anak agar lebih siap untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.

Peningkatan kemampuan membilang 1-20 pada anak merupakan salah satu kemampuan dasar yang dipersiapkan, bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya,

(2)

352 menemukan bermacam-macam alternatif kelompok masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti. Peran guru sangat diperlukan, untuk itu sebagai guru harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan membilang 1-20 di sekolah sesuai dengan kreativitasnya. yang menyenangkan bagi anak-anak. Pemberian stimulus harus dilakukan dengan tepat oleh orang tua dan guru. Salah satu stimulus yang dapat diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak adalah dengan cara bermain sambil belajar. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang penting bagi anak usia dini. Melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan khususnya perkembangan kognitif.

Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan(Slamet Lestari, 2012). Dalam hal ini peran guru dan orang tua sama-sama penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Guru Saat ini kegiatan membilang yang biasa dilakukan di lembaga pendidikan taman kanak-kanak sebagian besar yaitu dengan membilang pada gambar di LKS yang disediakan oleh guru. bahkan ada juga yang hanya dikenalkan dengan tulisan angka di papan tulis. Model kegiatan membilang seperti ini kurang efektif apabila diterapkan pada anak usia dini.

Untuk menanamkan kecintaan terhadap matematika sejak dini, maka dibutuhkan kegiatan bermain dengan menggunakan alat permainan edukatif yang

sesuai dan tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Pemilihan alat permainan yang sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan anak ini diharapkan dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak khususnya dalam mengenalkan lambang bilangan dan lambang bilangan.

Salah satu kegiatan bermain yang dapat dijadikan sarana untuk mengenalkan lambang bilangan pada anak adalah kegiatan bermain ular tangga. Permainan ular tangga merupakan jenis permainan yang menarik untuk anak. Menurut A. Husna M. (2009: 145) ular tangga adalah permainan yang menggunakan dadu untuk menentukan berapa langkah yang harus dijalani bidak. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua orang atau lebih. Yusep Nur Jatmika (2012: 103) menambahkan bahwa permainan ular tangga yang didesain khusus untuk anak TK biasanya memiliki jumlah karakter tampilan gambar papan yang lebih komplet. Bagi anak usia TK, permainan ini sangat bermanfaat, khususnya untuk merangsang anak tersebut belajar matematika, yaitu saat menghitung langkah dan titik-titik yang terdapat pada dadu (Yusep Nur Jatmika, 2012: 104).

Pendidik dapat mengajarkan lambang bilangan melalui kegiatan bermain sambil belajar dengan menggunakan permainan ular tangga ini. Permainan ular tangga merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan cara membilang pada anak. Kegiatan membilang permulaan anak harus melalui beberapa tahapan, yaitu mampu mengenal angka, menyebutkan angka, dan mengurutkan angka yang pada akhirnya anak akan mampu melakukan membilang secara sederhana dengan benar (Tiara Raysia, 2016). Dalam hal ini guru harus bisa melakukan kegiatan mengajar membilang pada anak sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Menurut Sriningsih permainan ular tangga dapat diberikan untuk anak usia 5-6 tahun dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan seperti kognitif ,bahasa dan sosial13. Stimulus yang dapat diberikan pada keterampilan kognitif–matematika yang terstimulasi yaitu agar anak dapat menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang dan lambang bilangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan ular tangga dapat membantu mengoptimalkan kemampuan membilang pada anak.

Sedangkan yang terjadi di lapangan peneliti menemukan bahwa kemampuan membilang anak belum cukup baik. Hal tersebut dilihat dari proses belajar di kelas kelompok Bl TK Insyirah Maros dimana 60% anak-anak belum bisa melakukan kegiatan membilang . Guru kelompok B2 melakukan kegiatan membilang hanya dengan menggunakan media yang ada di dalam kelas, contohnya 1 pensil ditambah dengan 1 pensil menjadi 2 pensil. Anak kelompok B2 juga belum bisa menyebutkan urutan angka dan membilang 1-20. Selain itu ada juga anak-anak yang bisa menyebutkan angka namun belum bisa menunjukkan angka yang disebutkan. Dari masalah tersebut maka akan kesulitan jika mengajak anak untuk melakukan kegiatan membilang dengan menggunakan angka. Guru kelas kelompok B2 juga belum pernah menerapkan kegiatan

(3)

353 membilang dengan menggunakan media permainan ular tangga. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas bercerita dalam meningkatkan kemampuan membilang anak. Adapun secara lebih khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui kemampuan membilang anak TK Al-Insyirah Maros

2. Mengetahui bagaimana kegiatan bermain ular tangga dalam menigkatkan kemampuan membilang anak setelah pelaksaaan pembelajaran diterapkan di TK tersebut.

KEMAMPUAN MEMBILANG

Membilang merupakan salah satu kegiatan yang perlu diperkenalkan dalam pembelajaran di TK. Pada dasarnya mengenalkan konsep bilangan merupakan langkah awal mengenalkan anak terhadap matematika. Fungsi matematika sebenarnya bukan sekedar untuk berhitung, tetapi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, utamanya aspek kognitif. Di samping itu matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kecerdasasan anak, khususnya kecerdasan yang oleh Gardner dalam Slamet Suyanto (2005: 55) disebut Logica-mathematics. Slamet Suyanto (2005: 55) mengemukakan bahwa kecerdasan Logica-mathematics menyangkut kemampuan seseorang menggunakan logika dan matematika. Kecerdasan ini meliputi kemampuan menggunakan bilangan, operasi bilangan, dan logika matematika seperti jika....maka, lebih besar-lebih kecil, dan silogisme. Jadi pada dasarnya mengenalkan konsep bilangan sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan

Logica-mathematics pada anak.

Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak-anak usia tiga, empat dan lima tahun ialah pengembangan kepekaan pada bilangan. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak-anak berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung menghitung. Menghitung ini menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan (NCTM dalam Seefeldt, Carol & Barbara A. Wasik, 2008: 392 ). Salah satu konsep penting yang perlu di pelajari di TK adalah mengenalkan konsep bilangan melalui kegiatan membilang.

Membilang atau menghitung adalah suatu metode matematika yang biasanya digunakan untuk mengetahui jumlah objek atau untuk menolak jumlah objek yang diinginkan (dimulai dengan satu untuk objek satu dan diteruskan dengan fungsi injeksi dari jumlah objek yang tinggal ke nomor asli yang dimulai dengan dua), atau untuk mencari nomor ordinal obyek dalam objek-objek yang tersusun, atau mencari sesuatu objek-objek dengan nomor ordinal yang khusus. Membilang juga digunakan (terutamanya oleh anak-anak) untuk menunjukkan pengetahuan tentang nama angka dan sistem nomor. (Wikipedia, ensiklopedia bebas, 2013).

Menurut John A.Van De Walle (2008: 126) membilang adalah memberitahu berapa banyak anggota di dalam sebuah himpunan. Ketika membilang himpunan benda-benda, kata terakhir ketika berhenti membilang menyatakan banyaknya anggota himpunan tersebut. Sedangkan Menurut Nining Sriningsih (2008: 35), mengenal konsep bilangan pada anak usia dini yaitu Kemampuan anak mengurutkan bilangan,berhitung, menjumlahkan, dan menghubungkan. Bilangan yang digunakan untuk membilang menghitung mulai dari 1, satu-satu secara berurutan) merupakan bilangan asli (Sudaryanti, 2006: 1).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kemampuan adalah, kecakapan, kekuatan. Sedangkan Wikipedia (2013) mendefinisikan kemampuan sebagai kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugasdalam suatu pekerjaan, kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Sedangkan pengertian membilang dalam KBBI adalah menghitung dengan menyebut satu per satu untuk mengetahui berapa anyaknya.

Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membilang adalah kapasitas seorang individu untuk menghitung dengan menyebut satu persatu jumlah benda secara urut. Membilang juga digunakan untuk menunjukkan pengetahuan tentang nama angka dan sistem nomor. Dalam kegiatan membilang untuk anak usia dini biasanya menggunakan bilangan asli. KONSEP BERMAIN

(4)

354 Bermain bagi anak merupakan bagian penting dalam membantu mendorong tumbuh kembang mereka. Secara umum bermain merupakan gambaran tampilan motivasi intrinsik yang memberikan makna dan menarik bagi mereka sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku anak (Brodrova & Leong dalam Harun Rasyid, dkk, 2009: 76).

Menurut Lev Vigotsky dalam Sugiyanto (1994: 10) bermain akan membantu perkembangan bahasa dan berpikir. Struktur mental terbentuk melalui penggunaan tanda-tanda serta alat-alat dan bermain dapat membantu pembentukan struktur tersebut. Bermain juga membebaskan anak dari ikatan atau hambatan yang di dapat dari lingkungan anak. Sedangkan menurut Rogers C.S dan Sawyers dalam Sofia Hartati (2005: bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan, dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting dalam dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk mengembangkan kreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri, mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya maupun hal-hal yang baru.

Seifert dan Hoffnung dalam Harun Rasyid, dkk (2009: 81) memaknai bermain jika permainan itu memiliki enam unsur, yaitu: a) bermanfaat bagi anak, b) berorientasi pada proses aktifitas, c) menyenangkan anak, d) berbeda dari realitas, e) mempunyai aturan yang fleksibel dan anak terlibat secara langsung. Jadi kesimpulannya bermain adalah kegiatan bebas anak yang tidak perlu dipaksakan karena terjadi secara alamiah pada anak untuk membantu memahami dan mengungkapkan dunianya baik dalam taraf berpikir maupun perasaan.

MET ODE PENELIT IAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan September – Oktober 2020 dengan tempat penelitian di kelompok B TK Al-Insyirah Maros. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu: Menyusun rencana tindakan, Melaksanakan tindakan, Melakukan observasi, dan Membuat analisis dilanjutkan refleksi (Djajadi, 2019). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara atau diskusi, catatan lapangan dan dokumentasi.

Data dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Penarikan kesimpulan merupakan pengambilan keputusan dengan didukung bukti yang valid dan konsisten. Dalam penelitian ini setelah pepenyajian daya kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi.

HASIL PENELIT IAN DAN PEMBAHASAN Siklus 1

Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah anak sudah dapat membilang/menyebut urutan bilangan 1 -20 dan membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda sampai 10). Hasil yang ditunjukkan anak selama kegiatan berlangsung pada siklus 1 ini dapat dilihat pada diagram berikut:

(5)

355 Gambar 1. Diagram Hasil penilaian Observasi siklus 1 pada kemampuan membilang Dari diagram hasil penelitian observasi pada siklus 1, ada anak yang belum dapat membilang 1-10 pada dadu demikian pula membilang jumlah dadu. Sehingga masih sangat kurang anak yang berkembang kemampuan membilangnya . Yaitu hanya 17 % anak yang berkembang dan masih 83% anak yang belum berkembang. Ini disebabkan karena guru belum mempersipakan bentuk permainan ular tangga yang menarik untuk anak sehingga anak sering mengacau saat bermain. Sehingga capaian perkembangan anak pada siklus ini dikatakan belum berhasil.

Dari hasil observasi dilakukan refleksi yang mana hal ini guru diharapkan dapat lebih kreatif dalam menyajikan permainan dan lebih tegas dalam membuat Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan pada siklus 2 terhadap permasalahanpermasalahan yang masih ada. Dimana guru dapat menyusun rencana pembelajaran dengan metode yang telah ditetapkan sehingga kemampuan membilang meningkat.

Siklus 2

Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi dan data yang diambil sama halnya pada siklus 1 Hasil yang ditunjukkan anak selama kegiatan berlangsung pada siklus 2 ini dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 2. Diagram Hasil penilaian Observasi siklus II pada kemampuan membilang Dari diagram hasil penelitian observasi pada siklus II, anak-anak terlihat mulai meningkat. Sehingga kita dapat lihat pekembangan anak saat ini yaitu masih 33% anak sudah berkembang sesuai harapan 67% anak sudah berkembang. Untuk siklus II ini capaian perkembangan anak mengalami peningkatan yang sangat tajam dan sehingga dapat dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan anak membilang melalui kegiatan bermain ular tangga di TK Al-Insyirah masuk kategori cukup baik. Kemampuan membilang melalui kegiatan

(6)

356 bermain ular tangga ini dapat dinilai melalui beberapa aspek yaitu bagaimana kemampuan anak dalam membilang urutan bilangan 1-10 pada dadu.

Kemudian saat permainan berlangsung, dapat dilakukan penilaian bagaimana anak membilang titik-titik pada dadu, apakah anak mampu membilang titik-titik pada dadu yang keluar setiap giliran anak bermain dengan tepat atau tidak. Kemampuan membilang anak juga dapat dinilai saat anak menghitung langkah pion sesuai jumlah titik pada dadu, apakah anak mampu menghitung langkah pion dan menjalankan pion pada bidak sesuai angka yang diperoleh pada dadu.

Kemampuan membilang melalui kegiatan bermain ular tangga pada anak TK Al-Insyirah kelompok B mencapai persentase 67% dan dapat dikategorikan kedalam predikat cukup baik. Kemampuan membilang anak melalui kegiatan bermain ular tangga ini tentunya dipengaruhi banyak faktor, dan dari kesemuanya itu dapat dikategorikan ke dalam faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal lebih terkait dengan faktor dari dalam diri anak sendiri, kemampuan membilang ini juga dipengaruhi oleh kemampuan kognitif anak. Anak yang memiliki kemampuan kognitif yang baik akan mudah menyerap informasi sehingga anak lebih mudah untuk menguasai suatu kompetensi, sama halnya dengan kemampuan membilang.

Menurut Carol Seefeldt & Barbara A Wasik (2008: 392) beberapa anak usia empat tahun akan belajar nama-nama bilangan tetapi tidak mampu menilai lambang-lambangnya. Sama halnya ketika bermain ular tangga, ketika anak mampu membilang urutan bilangan 1-10, akan tetapi ketika diminta untuk membilang titik-titik pada dadu anak kerap kali mengalami kekeliruan karena mengulang kembali hitungan titik yang sudah dihitung sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa anak mampu menyebutkan bilangan namun belum memahami kuantitas yang mewakili bilangan tersebut. Anak hanya menghafal urutan angka, tanpa mengerti bahwa setiap angka itu bisa mewakili jumlah benda. Piaget mengatakan bahwa anak pada usia ini berada pada tahap praoperasional sehingga untuk menstimulasi perkembangan anak hendaknya menggunakan benda-benda konkret. Permainan ular tangga ini dapat digunakan untuk mengenalkan konsep membilang melalui menghitung dadu dan menghitung langkah pion untuk anak usia 5 tahun. Dalam mengkonstruk pengetahuan anak yang kurang berpengalaman dalam bermain permainan ini dibutuhkan bantuan dari orang lain seperti guru maupun teman sebaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Vygotsky mengenai konsep scaffolding bahwa bantuan orang lain memegang peranan penting dalam membantu perkembangan anak.

Sedangkan menurut Shopian dalam Carol&Barbara (2008), anak-anak yang berusia lima tahun mengembangkan lebih baik tentang bilangan dan nama bilangan. Hal inipun juga dipengaruhi oleh pengalaman anak dalam mengenal bilangan. Seperti halnya ketika bermain ular tangga, anak yang sering melakukan permainan ini akan lebih baik kemampuannya dalam hal membilang daripada anak yang belum pernah sama sekali bermain permainan ular tangga. Selain faktor kemampuan kognitif dari diri anak, kondisi fisik juga dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan membilang. Anak yang bermain ular tangga dalam kondisi yang sehat akan lebih maksimal daripada anak yang dalam kondisi kurang sehat. Serta kondisi psikis anakpun ikut mempengaruhi kemampuan membilang anak melalui kegiatan bermain ular tangga. Anak yang merasa senang akan lebih dapat menikmati setiap permainan ini, sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal daripada anak yang kurang tertarik ataupun berada dalam suasana kurang senang. Selain faktor internal, kemampuan anak dalam hal membilang juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya stimulasi. Stimulasi sangat penting untuk menunjang kemampuan anak. Stimulasi yang ingin dipaparkan disini adalah stimulasi yang dilakukan oleh setiap guru dalam setiap proses pembelajaran. Pada saat penelitian, stimulasi ini tidak hanya didapat ketika anak sedang bermain ular tangga, namun dalam kegiatan sehari-harinya stimulasi yang terkait dengan kemampuan membilang pada anak ini sering dilakukan seperti bernyanyi lagu-lagu yang mengenalkan dengan angka, kemudian rutinitas menyebutkan angka setiap berbaris maupun setelah berdoa, adapula guru yang selalu mengingatkan anak tentang tanggal hari ini, serta dilingkungan bermain pun banyak dijumpai Alat Permainan Edukatif yang mengenalkan anak tentang angka dan matematika, selain ular tangga adapula kartu angka, dakon, puzzle angka, pohon angka dll. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor internal dari diri anak, maupun faktor lingkungan eksternal sangat berpengaruh pada kemampuan membilang pada anak. Dari data yang

(7)

357 diperoleh dapat ditarik kesimpulan pula bahwa permainan ular tangga ini cocok dimainkan oleh anak usia 5-6 tahun

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan Membilang Melalui Kegiatan Bermain Ular Tangga pada Anak Usia 5-6 Tahun (Kelompok B2) Di Taman Kanak-Kanak Al Insyirah Maros” dapat disimpulkan bahwa pengembangan kemampuan membilang pada anak yang dilaksanakan dengan kegiatan bermain ular tangga dengan langkah -langkah yang telah ditentukan untuk melihat kemampuan anak sesuai indikator kemampuan membilang yaitu: (1) Membilang/menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 20 dan (2) Membilang dengan menunjuk benda. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini.

DAFT AR PUSTAKA

AMartuti. (2008). Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ade Holis. (2016). Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 9(01), 23-37.

Adi D.Tilong. (2014). 40 Aktivitas Perangsang Otak Kanan Dan Kiri. Jogjakarta: DIVA PRESS. Agung Triharso. (2011). Permainan Edukatif dan Kreatif Anak Usia Dini. Jogjakarta: ANDI. Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Ananda Ismail. (2008). Education Games Menjadi Cerdas Dan Ceria Dengan Permaianan Edukatif. Jogjakarta: Pilar Media.

Dadan Suryana. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini dan Aspek Perkembangan. Jakarta: Kencana. Deborah Marr, Sharon Cermak, Ellen S. Cohn & Anne Henderson. (2004). The Relationship

between Fine-Motor Play and Fine-Motor Skilss, NHSA Dialog: A Research-to-Practice Journal for the Early Childhood Field.

Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, (Bandung: Mizan, 2009). Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al Karim dan Terjemahannya, Semarang: Karya Toha Putra, 2009.

Diane E. Papalia, Sally, Ruth. (2010). Human Development. Jakarta: Kencana.

Djajadi, Muhammad. (2019). Pengantar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Djemari Mardafi. (2008). Teknik Penyusunan Instrument Tes Dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Offset.

Elizabet Hurlock. (2001). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Fatimah Ibda. (2010). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Jurnal Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry.

(8)

358 Hansen, Kristine. (2016). The Relationship Betwen Teacher Perceptions of Pupil Attractiveness

Gambar

Gambar 2. Diagram Hasil penilaian Observasi siklus II pada kemampuan membilang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif dan statistic inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan

*) sesuai dengan PENERIMAAN PINJAMAN pada tabel RENCANA ARUS KAS untuk tahun pertama Bab 8.3 Rencana Arus Kas (Cash – Flow).. TOTAL NILAI KEBUTUHAN MODAL INVESTASI *).. *)

Hal ini disebabkan pergerakan dinding penahan tanah dalam kondisi aktif tidak dapat bergerak sejauh saat pada kondisi pasif.. Berikut adalah jarak pergerakan

RSU Bangkatan Binjai merupakan rumah sakit tipe C, yang menggunakan KIUP secara manual sehingga perlu adanya sistem yang dapat mempermudah penggunaan KIUP agar

Berkaitan dengan kerjasama antara pasar modern dengan usaha kecil menengah, meskipun sudah ada upaya untuk mensinergikan antara pasar tradisional dengan pasar modern

Guru Kondrat Siregar pindah pada tahun 1927 dari Janji Mauli dan digantikan. oleh guru Salman Harahap dari

SHQHOLWLDQ LQL PDXSXQ KDVLO SHQHOLWLDQ 1RYDOLQD PHQJLQGLNDVLNDQ DGDQ\D NRQVLVWHQVLNHEHUDGDDQORNXV23& \DQJ WHUSDXW GHQJDQ NDUDNWHU MXPODK SHPEXOXK ODWHNV GDQ SURGXNVL

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi