21 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kecurangan Akademik
1. Definisi Kecurangan Akademik
Menurut Burton (Woolfolk, 1995) kecurangan berkaitan dengan situasi tertentu berbeda halnya dengan perilaku tidak jujur yang biasa dilakukan oleh seseorang, siswa yang melakukan kecurangan dalam kelas matematika maka cenderung akan melakukan kecurangan juga di kelas lain, namun terdapat kemungkinan bahwa mereka tidak berbohong kepada temannya ataupun mengambil permen di toko. Lambert, Hogan dan Barton (2003) mengatakan bahwa kecurangan akademik adalah suatu tindak kecurangan yang dilakukan oleh para siswa dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, dengan menggunakan berbagai cara yang tidak diperbolehkan dalam akademik untuk dapat memperoleh suatu pencapaian. Kibber (Ercegovac & Ricahdson, 2004) mendefinisikan kecurangan akademik merupakan bentuk kecuranagan dan plagiarisme yang melibatkan para siswa, baik yang memberi atau menerima bantuan yang tidak sah dalam menyelesaiakn tugas-tugas akademik.
McCabe dan Trivano (McCabe, Feghali & Abdallah, 2008) mengatakan bahwa kecurangan akademik merupakan tindakan yang sangat sering terjadi di kalangan pelajar mulai dari pendidika dasar hingga perguruan tinggi, perilaku tersebut didasari oleh berbagai faktor pemicu para pelajar untuk melakukan tindakan kecurangan akademik. Purnamasari (2013) berpendapat bahwa
22
kecurangan akademik merupakan suatu permasalahan dalam dunia pendidikan yang bisa tejadi kapan saja. Lambert dkk (Sagoro, 2013) juga menyatakan bahwa kecurangan akademik sangat sulit untuk didefinisikan secara jelas. Kecurangan akademik merupakan salah satu tindakan yang bertentangan dengan etika. Kecurangan akademik dapat terjadi ketika mahasiswa melakukan berbagai cara yang tidak baik untuk mencapai tujuan dan keberhasilan. Kecurangan akademik dapat dilakukan mahasiswa khususnya dalam proses pembelajaran. Definisi ini menjelaskan tentang permasalahan kecurangan akademik yang terjadi pada dunia pendidikan. Jones (Herdian & Astorini, 2017) mengatakan bahwa ketidak jujuran akademik mencakup perbuatan menyontek, menipu, plagiarisme, dan pencurian ide baik dipublikasikan ataupun tidak dipublikasikan.
Lambert dkk (Syahrina & Ester, 2016) juga mengatakan bahwa perilaku kecurangan akademik dapat didefinisikan secara luas sebagai tindakan-tindakan curang atau usaha-usaha siswa untuk menggunakan cara, alat, atau sumber-sumber yang tidak di perijinkan dalam pengerjaan tugas akademik. Samani dan Haryanto (Farikoh & Suseno, 2015) mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang dalam dunia pendidikan baik berupa tindakan menyontek, mencontoh pekerjaan teman, atau mencontoh dari buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari.
Berdasarkan dari beberapa definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwasannya kecurangan akademik adalah suatu tindakan tidak terpuji dan memiliki dampak yang negatif untuk para pelajar dimasa sekolah ataupun dimasa depan. Kecurangan akademik dapat terjadi oleh siapapun baik yang menerima
23
ataupun yang memberikan bantuan secara tidak sah atau dianggap perilaku yang melanggar dalam menyelesaiakn tugas-tugas akademik. Kecurangan akaemik memiliki arti sangat luas yang dianggap sebagai suatu cara atau usaha menggunakan alat atau bahan yang tidak diijinkan selama menyelesaiakn tugas akademik.
2. Aspek-aspek Kecurangan Akademik
Lambert (Farikoh & Suseno, 2015) menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek yang mencakup perilaku tindak kecurangan akademik yaitu :
a. Kecurangan dalam ujian.
Menggunakan alat atau bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan akademik. Seperti melakukan copy paste hasil dari internet, membuat catatan kecil pada kertas atau menuliskannya di atas meja dan sejenisnya.
b. Pemalsuan.
Memalsukan informasi, refrensi atau hasil dari karya orang lain.
c. Bantuan dari luar.
Membantu atau memfasilitas untuk melakukan tindakan kecurangan akademik.
24
Mengambil hasil kerja orang lain dan mengakui bahwa itu adalah hasil kerja sendiri.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah dipaparkan diatas bahwa kecurangan terbagi atas empat kategori, seperti kategori pertama yaitu kecurangan yang terjadi ketika ujian, yang dimana tindakan kecurangan tersebut dilakukan ketika proses ujian berlangsung dengan menggunakan cara-cara yang dilarang, seperti membuat catatan kecil pada anggota tubuh ataupun secarik kertas untuk digunakan ketika ujian, bahkan mengirimkan sinyal kepada teman yang lain. Kategori kedua adalah pemalsuan yang dimana kecurangan ini dilakukan ketika siswa menyelesaikan tugas yang dimana tugas tersebut tidak diselesaiakan sendiri. Memperoleh bantuan dari luar juag termasuk dalam tindak kecurangan akademik seperti memperoleh soal ujian lebih dulu sebelum hari ujian, atau meminta oranglain untuk menyelesaikan tugasnya. Kategori terakhir adalah plagiarism, yang diamana siswa mengambil hasil dari media cetak ataupun media online tanpa mencantumkan sumbernya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Akademik
Purnamasari (2013), menjelaskan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didaptakan bahwa kecurangan akademik terjadi terhadap faktor:
25
Efikasi diri dalam lingkungan akademik disebut sebagai efikasi diri akademik. Eikasi diri akademik didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan dan kompetensinya dalam menyelesaiakan tugas, mencapai tujuan dan menghadapi berbagai tantangan akademik.
b. Perkembangan Moral
Perubahan penalaran yang terjadi dalam menentukan benar dan salah suatu tindakan berdasarkan pmikiran, perilaku dan perasaan yang dimana sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan moral seseorang.
c. Religi
Akhlak dapat menunjukkan seberapa baik seseorang dalam bertingkah laku, karena seseorang berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agama yang telah di peroleh, salahsatunya bagaimana individu bersosialisasi dengan dunianya teruta terhadap sesame manusia.
Berdasarkan faktor-faktor pemicu kecurangan akademik yang telah di paparkan diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan akademik dapat terjadi ketika tiga faktor efikasi diri, moral, dan religi tidak terpenuhi. Maka para siswa akan dengan mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan kecurangan akademik.
26 1. Definisi Efikasi Diri
Menurut Bandura (1997) kepercayaan atas kemampuan diri merupakan dasar utama suatu tindakan, individu menjadikan kemampuan atas dirinya sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan. Bandura (1997) juga mengatakan efikasi diri merupakan suatu kemampuan diri untuk memutuskan dan mangambil tindakan yang di perlukan untuk mencapai suatu pencapaian, seseorang yang mempercayai akan kemampuan dirinya memiliki efek yang berbeda. Menurut Bandura (1997) pemikiran seperti itu membuat individu memilih untuk menghadapinya, ada banyak upaya yang telah mereka lakukan, berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, dan sebagaimana mereka dapat menghadapi setiap persoalan hidup yang ada. Park dan Kim (Dwitantiyanov dkk, 2010) menyebutkan efikasi diri sangat penting bagi pelajar untuk mengontrol motivasi untuk mencapai harapan-harapan akademik.
Suharsono dan Istiqomah (2014) juga mengatakan bahwa efikasi diri merupakan suatu keyakinan seseorang akan kemampuan untuk berhasil dalam situasi sosial tertentu, efikasi diri memegang peran utama bagaimna seseorang mencapai tujuan, tugas dan tantangan. Kusrieni (2014) mengatakan bahwa efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari hari, karena efikasi diri yang dimiliki oleh setiap individu sangat berpengaruh dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk berbagai pikiran tentang kejadian yang akan dihadapi.
27
Baron dan Greenberg (Rahmawati dkk, 2014) menjelaskan bahwa efikasi diri sebagai suatu keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik dan efikasi diri lebih bersifat lebih spesifik dan terbatas dibandingkan dengan kepercayaan diri dan harga diri. Suroso (2014) juga menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada seberapa besar keyakinan seseorang pada kemampuannya melakukan sejumlah aktivitas belajar dan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas belajar dan juga efikasi diri merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang didasarkan atas kesadaran diri terhadap pentingnya pendidikan, nilai dan harapan pada hasil yang akan dicapai pada kegiatan belajar. Bandura (Shara, 2016) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan akan kemampuan diri individu untuk menentukan dan melaksanakan berbagai tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pencapaian.
Berdasarkan devinisi yang telah dijelaskan diatas bahwa efikasi diri merupakan suatu keyakinan dalam diri setiap individu. Efikasi diri berperan sebagai keyakinan pada diri individu dalam menentukan suatu pilihan, dan membuat keputusan. Individu dengan efikasi diri yang kuat dapat dengan mudah dalam menentukan suatu pilihan dan pengambilan keputusan, untuk menjalankan masa depan.
2. Aspek-aspek Efikasi Diri
Bandura (1997) menjelaskan bahwa perbedaan efikasi diri individu berbeda-beda hal tersebut terdapat dalam tiga dimensi yaitu :
28 a. Magnitude
Berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapi. Penerimaan dan keyakinan seseorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, bisa jadi seseorang hanya terbatas pada tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas.
b. Generality
Generality merupakan perasaan kemampuan yang
ditunjukkan individu pada kontek tugas yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkah laku, kognitif dan afektifnya.
c. Strength
Merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam pemenuhan tugas. Individu yang memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahannya meskipun banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Pengalaman memiliki pengaruh terhadap efikasi diri yang diyakini sesesorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinan individu itu pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan teguh dalam usaha untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi.
29
Berdasarkan dari aspek efikasi diri yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa indicator tersebut memliki hubungan yang saling melengkapi dalam membangun efikasi diri pada seseorang. Magnitude yang berperan sebagai keyakinan diri bahwa mampu dalam menyelesaiakan suatu tugas. Generality berperan sebagai kemampuan pada diri seseorang dalam menghadapi persoalan melalui kognitif tingkah laku dan efektifitasnya. Dan terakhir adalah strength yaitu keyakinan diri seseorang yang berperan sebagai kekuatan dalam menhadapi berbagai masalah.
C. Hubungan Antara Efikasi Diri dan Kecurangan Akademik
Efikasi diri merupakan suatu keyakinan diri individu dalam menghadapi da mengatasi setiap permasalahan untuk mencapai suatu tujuan. Seperti yang dikatakan Bnadura (1997) kepercayaan atas kemampuan diri merupakan merupakan dasar utama dalam mengambil suatu tindakan sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan.
Menurut Bandura (1997) terdapat tiga aspek efikasi diri atau keyakinan diri atas kemampuan yang dimiliki. Aspek pertama adalah level yang diamana berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapi. Keyakinan dalam menghadapi suatu tugas pada tiap orang adalah berbeda dalam tiap tingkatan kemampuannya. Salah satu penyebab terjadinya kecurangan akademik dalam penelitian yang di lakukan oleh Rahmawati,
30
Hardjono dan Nugroho (2014) mengatakan bahwa karena adanya tuntutan dari sekolah untuk memahami semua pelajaran yang di berikan guru agar mendapatkan nilai yang lebih baik, dan adanya batas minimum dalam perolehannya, tidak sedikit siswa mengikuti les atau pelajaran tambahan lainnya untuk mencapai hal tersebut, namun tidak sedikit siswa juga melakukan tindakan kecurangan untuk memperolehnya. Seperti melakukan melakuakan copy paste pengambilan bahan di internet untuk menyelesaiakan tugas dan sebagainya.
Aspek kedua adalah generality diamana individu dapat menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaiakan tugas dengan konteks yang berbeda-beda, baik melalui tingkah laku, kognitif dan afektifnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widianto dan Sari (2017) mengatakan bahwa kecurangan akademik terjadi karena adanya tekanan, peluang dan kemampuan dalam melakukannya, dari hasil penelitian yang telah di lakukan bahwa perilaku kecurangan akademik dipengaruhi secara bersamaan oleh variabel-variabel efikasi diri seperti tekanan, adanya peluang dan kemampuan untuk melakukan tindak kecurangan akademik.
Selanjutnya aspek strength yaitu keyakinan seseorang atas kemampuan yang dimiliki berkaitan dengan ketahanan dan kecekatan individu dalam menyelesaiakan suatu tugas. Ketika keyakinan yang dimiliki kuat dalam menyelesaiakan tugas maka akan tetap terus bertahan meskipun dalam perjalanan penyelesaiannya menemukan banyak
31
hambatan dan tantangan. Namun jika individu memiliki ketahanan diri yang lemah juga kurangnya minat dan kemauan untuk berusaha lemah maka tidak menutup kemungkinan untuk melakukan tindakan kecurangan akademik. Seperti yang dikatakan oleh Sierra dan Hyman (Nasohah & Wirtasari, 2012) mengatakan bahwa keputusan seseorang untuk melakukan kecurangan akademik di pengaruhi oleh ketahanan diri yang lemah dan memang adanya niat sehingga memunculkan pemicu yang kuat untuk melakukan kecurangan tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik tidak akan terjadi selama keyakinan atas kemampuan pada diri kita untuk mengatasi berbagai tantangan dalam menyelesaiakn tugas akademik itu di pengaruhi oleh efikasi atau keyakinan yang ada pada diri kita.
Prihastriyanti dan Sawitri (2018) menjelaskan bahwa siswa di sekolah pada dasarnya mengahdapi beberapa hambatan, salah satu hambatannya berkaitan dengan akademik, oleh karena itu efikasi diri dalam dunia akdemik sangatlah diperlukan. Salah satu permasalahan dalam dunia akademik adalah kecurangan, seperti yang dijelaskan oleh Nasohah dan Warastari (2012), bahwa kecurangan akademik bukanlah masalah yang baru dalam dunia pendidikan, gambaran yang paling sering ditemukan dalam dunia pendidikan adalah kecurangan ketika ujian, seperti melihat jawaban teman atau membuka catatan ketika ujian, dan menyalin hasil kerja teman dalam menyelesaiakn tugas.
32
Kirana dan Lestari (2017), menjelaskan dalam penelitiannya bahwa dalam lingkup akademik, kejujuran merupakan salah satu kualitas individu yang diharapkan dapat terbentuk pada diri siswa. Pada awalnya, aktivitas-aktivitas akademik dirancang untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan siswa. Respons yang ditunjukkan terhadap aktivitas akademik tersebut merupakan sebuah sikap. Sikap yang ditunjukkan secara konsisten, akan membentuk karakter individu, kenyataan yang ada saat ini adalah siswa melakukan ketidakjujuran sebagai sebuah kehidupan di sekolah yang tidak bisa dihindari, seperti meminta jawaban ketika ujian berlangsung, menyalin tugas teman, membuka catatn ketika ujian berlangsung.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini terdapat hubungan negatif antara efikasi diri dan kecurangan akademik. Semakin tinggi tingkat efikasi diri yang dimiliki siswa, maka akan semakin rendah tingkat kecurangan akademik.