• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Dukungan Dan Pengetahuan Keluarga Dengan tingkat Kepatuhan Kontrol Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan Kota Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Tingkat Dukungan Dan Pengetahuan Keluarga Dengan tingkat Kepatuhan Kontrol Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan Kota Surakarta"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT DUKUNGAN DAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN KONTROL GULA DARAH PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAYENGAN KOTA SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

ANIS FEBRIYANI

J210130004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

HUBUNGAN TINGKAT DUKUNGAN DAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGANTINGKAT KEPATUHAN KONTROL GULA DARAH PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAYENGAN KOTA SURAKARTA

Abstrak

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia. Pada penyakit DM pemeriksaan kadar gula darah sangat diperlukan untuk dapat menentukan jenis pengobatan serta modifikasi diet. Pasien diabetes melitus yang telah melakukan kontrol gula darah secara rutin akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik dan akan mempunyai resiko komplikasi yang sangat rendah. Pada pemeriksaan ini sangat diperlukan peran keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat dukungan dan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus.

Jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian deskriptif korelatif, pendekatan cross sectional. Variabel independen adalah dukungan dan pengetahuan keluarga penderita diabetes melitus. Variabel dependen kepatuhan kontrol gula darah penderita diabetes melitus. Populasi adalah semua pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan Kota Surakarta sebanyak 487 orang. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus slovin dan teknik sampling random sampling, jumlah sampel 83 responden. Alat ukur dengan kuesioner. Analisis data dengan univariat dan bivariat dengan chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan mayoritas dukungan keluarga baik, pengetahuan penderita diabetes millitus sebagian besar baik. Kepatuhan kontrol gula darah pasien sebagaian besar baik. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan nilai p value 0,003 < 0,05. Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan nilai p value 0,001 < 0,05, Hasil penelitian menjadi masukan tentang pentingnya .Dukungan keluarga dan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus.

Kata kunci : Dukungan keluarga, Pengetahuan Keluarga, Kepatuhan kontrol gula darah Diabetes mellitus

Abstract

Diabetes Mellitus is a disease characterized by hyperglycemia. In the DM disease examination of blood sugar levels are needed to be able to determine the type of treatment as well as diet modification. Diabetes mellitus patients who have regular blood sugar control will have a better quality of life and will have a very low risk of complications. At this examination is very necessary family role. This

(6)

study aims to determine the relationship level of support and family knowledge with the level of blood sugar control compliance in people with diabetes mellitus. Quantitative research type, descriptive correlative research design, cross sectional approach. Independent variable is support and knowledge of family of diabetes melitus. Dependent variable compliance control blood sugar diabetus patients. The population is all patients with diabetes mellitus in the Working Area of Jayengan City Health Center Surakarta as many as 487 people. Determination of the number of samples using slovin formula and sampling random sampling technique, the number of samples of 83 respondents. Measuring tool with questionnaire. Analysis of data with univariate and bivariate with chi square. The results showed that families with diabetes melitus in Jayengan Community Health Center Area the majority of good family support, knowledge of diabetes millitus sufferers are mostly good. Compliance of patient's blood sugar control is mostly good. There is a relationship between family support with the level of blood sugar control compliance in people with diabetes melitus In the Working Area Puskesmas Jayengan p value 0,003 <0,05. There is a relationship between family knowledge with the level of blood sugar control compliance in people with diabetes melitus In the Working Area of Jayengan Health Center value p value 0.001 <0.05, The results of the study into the importance of. Family support and family knowledge with the level of blood sugar control compliance in diabetics Melitus.

.

Keywords: Family support, Family Knowledge, Compliance of blood sugar control Diabetes mellitus

1. PENDAHULUAN

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.Diabetes ini merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan gagal ginjal dan kebutaan pada orang yang baru menginjak usia dewasa. Prevalensi penderita gagal ginjal kronik dengan sebab diabetes sejumlah 100.892 dengan presentase 33,2% (Joachim & Lingappa, 2012).

Penyakit diabetes melitus benar-benar menjadikan masalah yang sangat besar dalam kesehatan dunia pada era kesejahteraan saat ini. Dalam prevelensi ini terus terjadi peningkatkan terutama pada Negara-negara yang berkembang,

(7)

menjelang tahun 2010, angka penderita diabetes melitus mencapai 239,3 juta dan diduga akan terus menerus menigkat hingga angka 300 juta pada tahun 2025 (Arisman, 2011).

World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah pasien diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 akan mengalami peningkatan sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebanyak 75,9% penderita diabetes melitus yang mempunyai kadar glukosa darah yang tidak terkontrol. Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 menunjukkan bahwa diabetes melitus masuk dalam urutan kedua setelah hipertensi dengan prosentase sebesar 16,35% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014).

Menurut WHO, apabila dilihat dari kehidupan manusia 60% kematian yang terjadi diseluruh dunia dan diakibatkan oleh penyakit yang tidak menular dan salah satunya merupakandiabetes melitus.Berdasarkan data dari WHO tahun 2011 penderita diabetes melitus didunia 200 juta jiwa yang menderita penyakit diabetes melitus. Indonesia menempati urutan keempat terbesar dengan jumlah penderita diabetes melitus dideritanya.

Pemeriksaan kadar gula darah sangat diperlukan untuk dapat menentukan jenis pengobatan serta modifikasi diet. Pemeriksaan gula darah terdapat dua macam untuk dapat mengetahui ada dan tidaknya masalah pada gula darah. Pada pemeriksaan pertama gula darah secara langsung setelah berpuasa sepanjang malam yang sering disebut dengan (pasting blood glucose test). Pada pemeriksaan kedua yaitu penilaian kemampuan tubuh dalam menangani kelebihan gula darah sesuai yang diminum cairan berkadar glukosa tinggi yang diperiksa dengan menggunakan test toleransi glukosa oral (oral glucose tolerance test) (Arisman, 2011).

Studi peneliti sudah membuktikan pada pasien diabetes melitus yang telah melakukan kontrol gula darah secara rutin akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik dan akan mempunyai resiko komplikasi yang sangat rendah (Mcculloch, 2009). Untuk itu, kontrol kadar gula darah bagi penderita DM sangatlah penting dimana dapat membantu menentukan penanganan medis

(8)

yang tepat sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi yang berat dan membantu penderita menyesuaikan atau mengatur pola makan, aktivitas fisik dan juga kebutuhan kadar insulin untuk memperbaiki kadar gula darah sehari-hari (Benjamin, 2010). Sehingga perlunya dukungan dari keluarga terhadap pasien Diabetes Melitus dalam melakukan kunjungan kontrol gula darah.Penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2011) di RSUP Fatmawati Jakarta didapatkan hasil bahwa dukungan keluarga (dimensi emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi) dengan kualitas hidup, menunjukkan semakin tinggi nilai dukungan keluarga semakin tinggi nilai kualitas hidup pasien DM (Yusra, 2011).

Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatakan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan (Setiadi, 2008).Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan empati, kepedulian, perhatian, cinta, kepercayaan, rasa aman dan selalu mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol.

Pengetahuan juga menjadi faktor penting terhadap kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabete melitus.Teori Green dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor pendukung (predisposing factor) terbentuknya perilaku seseorang.Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.Penyebab ketidakpatuhan pasien DM dalam kontrol gula darah adalah tidak memahami dan salah memahami tentang manfaat diet, olahraga, dan obat, oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan keluarga yang dapat memberikan informasi tentang kontrol gula darah. Pengetahuan keluarga yang

(9)

baik tentang kapan dan bagaimana melaksanakan kontrol gula darah akan membantu seseorang untuk selalu berperilaku patuh terhadap terapi tersebut. Pengetahuan keluarga pasien DM tentang penyakit dan terapinya sangat penting, semakin baik pemahaman pasien maka pasien semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya (Shoback, 2011). Keluarga perlu memberikan informasi guna meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengendalian penyakitnya. Menggunakan pendekatan berpusat pada pasien dengan mengidentifikasi banyak hambatan untuk kontrol gula darah seperti ketidaktahuan dokter dari pasien bahwa mereka ketakutan, keyakinan, harapan dan keterbatasan pendekatan biomedis ke pasien yang kurang patuh (Janes., et.all, 2013).

Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penderita penyakit yang sering dikunjungi diwilayah Puskesmas Jayengan Kota Surakarta, menurut data yang ada di Puskesmas Jayengan Surakarta jumlah pengunjung dan jumlah penderita yang sudah terdiagnosis penyakit Diabetes Melitus pada bulan januari 2015 hingga bulan desember 2015 sebanyak 487 penderita, maka disana termasuk banyak pengunjung yang memeriksakan kesehatanya ke wilayah kerja Puskesmas Jayengan Surakarta. Dengan jumlah sebanyak 487 penderita diabetes melitus berkisar umur 23 tahun hingga 80 tahun, dan di wilayah Puskesmas Jayengan Surakarta mayoritas pegawai sipil, buruh, ibu rumah tangga, wiraswasta dan angka yang paling banyak didaerah tersebut yaitu pada penderita diabetes melitus pada ibu rumah tangga paling tinggi.

Sedangkan menurut survey yang ada data yang ada di Puskesmas Jayengan Kota Surakarta jumlah pengunjung dan jumlah penderita pada bulan januari 2016 hingga bulan September sebanyak 87 orang pengunjung dan sudah terdiagnosis diabetes melitus. Dari jumlah data yang ada pada tahun 2015 dan 2016 sampai bulan September mengalami penurunan. Berdasarkan data yang diperoleh dari petugas kesehatan Puskesmas Jayengan Kota Surakarta terdapat cukup banyak pasien diabetes melitus yang tidak melakukan kontrol gula darah secara rutin sekitar 25% dari total penderita diabetes melitus tidak rutin dalam melakukan kontrol gula darah. Dari hasil

(10)

wawancara 10 Orang penderita diaetes melitus tidak rutin untuk kontrol gula darah 5 diantaranya tidak ada yang mengantar untuk kontrol gula darah, dan kurangnya dukungan dari keluarga. Penderita diabetes melitus 3 diantaranya mengaku enggan ungtuk mengontrolkan kadar gula darahnya kepuskesmas, dan 2 penderita diabetes melitus tidak mempermasalahkan tentang kadar gula darah tersebut.

Pengunjung penderita diabetes melitus pada tahun 2016 bulan sepetember berkisar pada usia 23 tahun hingga usia 78 tahun, dan profesi pengunjung sebagai ibu rumah tangga, wiraswasta dan pegawai swasta. Adapun pengunjung yang dirujuk kerumah sakit dan adapula yang rawat jalan, maka dari itu, dari peneliti menemukan masalah dan yang harus diteliti dan diselesaikan tentang kepatuhan kontrol gula darah pada pasien diabetes melitusdan dukungan dari keluarga untuk menjalankan kepatuhan kontrol gula darah di wilayah kerja Puskesmas Jayengan Kota Surakarta

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif, desain penelitian deskriptif korelatif, pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan dan pengetahuan keluarga penderita diabetes melitus.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan kontrol gula darah penderita diabetes melitus. Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan Kota Surakarta sebanyak 487 orang. Penentuan jumah sampel menggunakan rumus slovin dan teknik sampling Random Sampling, jumlah sampel 83 responden. Alat ukur dengan kuesioner yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabititas. Kuesioner dukungan keluarga medofikasi dari Friedman (2010) jumlah kuesioner 14 soal. Kuesioner pengetahuan keluarga modifikasi dari Notoatmodjo (2008) yang terdiri dari 13 soal dan kuesioner kepatuhan kontrol gula darah modifikasi dari Fox & Kilvert (2010) terdiri dari 14 soal. Analisis data univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan chi square.

(11)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL PENELITIAN

3.1.1 Dukungan keluarga penderita diabetes mellitus Tabel 1

Dukungan Keluarga Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan

Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%) Mean±SD

Kurang (0-41) 28 33.7 44,01±6,97

Baik (42-56) 55 66.3

Total 83 100,0

Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 83 responden sebagian besar memiliki dukungan keluarga baik yaitu 55 responden (66,3%), sisanya 28 responden (33,7%) memiliki dukungan keluarga kurang baik, dengan rata-rata nilai dukungan keluarga 44,01±6,97.

3.1.2 Pengetahuan penderita diabetes melitus Tabel 2

Gambaran pengetahuan penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Mean±SD

Kurang (0-9) 17 20.5 10,33±1,43

Baik (10-13) 66 79.5

Total 83 100

Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 83 responden sebagian besar memiliki memiliki pengetahuan baik yaitu 66 responden (79,5%) dan sisanya 17 responden (20,5%) memiliki pengetahuan kurang, dengan rata-rata nilai pengetahuan 10,33±1,43

(12)

3.1.3 Kepatuhan kontrol gula darah

Tabel 3

Gambaran kepatuhan kontrol gula darah di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan

Kepatuhan kontrol gula darah

Frekuensi (n) Persentase (%) Mean±SD

Kurang (0-41) 24 28.9 44,55±5,10

Baik (42-56) 59 71.1

Total 83 100

Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 83 responden sebagian besar memiliki memiliki kepatuhan kontrol gula darah baik yaitu 59 responden (71,1%) dan sisanya 24 responden (28,9%) memiliki kepatuhan kontrol gula darah kurang, dengan rata-rata nilai kepatuhan kontrol gula darah 44,55±5,10.

3.1.4 Hubungan tingkat dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus.

Tabel 4

Hubungan Tingkat Dukungan Dengan Tingkat Kepatuhan Kontrol Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah

Kerja Puskesmas Jayengan

Dukungan keluarga

Kepatuhan kontrol gula darah Total p value Kurang Baik n % n % n % Kurang 14 50,0 14 50,0 28 100 0.003 Baik 10 18,2 45 81,8 55 100 Total 24 28,9 59 71,1 83 100

Hasil analisis bivariat dengan chi square berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa responden dengan dukungan keluarga kurang memiliki kepatuhan kontrol gula darah kurang dan baik masing-masing 14

(13)

responden (50,0%), sedangkan responden dengan dukungan keluarga baik mayoritas memiliki kepatuhan kontrol gula darag baik sejumah 45 responden (81,1%). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p value 0,003 < 0,05 sehingga ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan

3.1.5 Hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus.

Tabel 5

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatuhan Kontrol Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah

Kerja Puskesmas Jayengan

Pengetahuan keluarga

Kepatuhan kontrol gula darah Total p value Kurang Baik n % n % n % Kurang 11 64,7 6 35,3 17 100 0.001 Baik 13 19,7 53 80,3 66 100 Total 24 28,9 59 71,1 83 100

Hasil analisis bivariat dengan chi square berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa responden dengan pengetahuan keluarga kurang memiliki kepatuhan kontrol gula darah kurang yaitu 11 responden (64,7%), sedangkan responden dengan pengetahuan keluarga baik mayoritas memiliki kepatuhan kontrol gula darag baik sejumah 53 responden (80,3%). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p value 0,001 < 0,05 sehingga ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan

(14)

3.2 PEMBAHASAN

3.2.1 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga responden sebagian besar dalam kategori baik yaitu 66,3% dengan rata-rata nilai dukungan keluarga 44,01±6,97. Responden tersebut memiliki dukungan keluarga yang baik karena anggota keluarga memberikan penguatan satu sama lain pada pasien diabetus millitus, memberikan kenyaman secara fisik dan psikologis yang mengalami diabetes mellitus. Teori menurut Friedman (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah kemampuan anggota keluarga memberikan penguatan satu sama lain juga kemampuan menciptakan suasana saling memiliki. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Hasil kuesioner sebagian besar responden menjawab kuesioner memberikan dukungan informasional yaitu menyediakan makanan yang sesuai diet saya. Hal tersebut berdampak responden menjadi lebih lebih tenang dan merasa diperhatikan. Sesuai dengan teori Friedman (2010) yang menyatakan manfaat dari dukungan informasional adalah dapat menahan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbang sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat/arahan, usulan, saran atau masukan ,petunjuk, dan memberikan informasi penting yang sangat dibutuhkan oleh pasien.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Prabowo dan Hastuti tahun 2015 hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar dengan nilai X2 hitung sebesar 19,581 (p (0.00 < 0.05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,7% memiliki dukungan keluarga kurang. Hal ini dapat dikarenakan pendidikan keluarga yang rendah sesuai karakteristik responden terdapat 16,9% responden dengan pendidikan dasar, responden dengan pendidikan yang rendah cenderung

(15)

memiliki pengetahuan dan pemahaman yang kurang tentang perawatan pasien diabetes melitus sehingga kurang dapat memberikan dukungan bagi keluarga.

3.2.2 Pengetahuan keluarga

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar memiliki memiliki pengetahuan baik yaitu 79,5% dengan rata-rata nilai pengetahuan 10,33±1,43. Responden dengan pengetahuan baik mayoritas berpendidikan SMA sejumlah 39 responden sehingga dengan pendidikan yang dimiliki cukup mudah untuk menerima informasi. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat mempengaruhi seseorang memotivasi sikap dan berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Notoadmodjo, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian Retnaningtyas (2015) bahwa sebagian besar responden yaitu pasien diabetes millitus memiliki pengetahuan dan sikap cukup

Pengetahuan keluarga yang termasuk kategori kurang yaitu 20,5%. Responden yang berpengetahuan kurang adalah responden dengan pendidikan dasar sejumlah 14 responden dan tidak sekolah 4 responden sehingga cukup sulit dalam menerima informasi yang diberikan hal ini menyebabkan pemahaman yang kurang dan memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya adalah pendidikan, dimana diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Dewi dan Wawan, 2009).

3.2.3 Kapatuhan Kontrol gula darah pada pasien diabetes melitus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki memiliki kepatuhan kontrol gula darah baik yaitu 71,1%, dengan rata-rata nilai kepatuhan kontrol gula darah 44,55±5,10 Kepatuhan dalam kategori baik berarti responden rajin dalam melakukan pemantauan gula darah, hal

(16)

ini sangat baik karena akan mencegah terjadinya peningkatkan gula darah karena selalu terkontrol dengan baik.

Kontrol fisiologis kadar glukosa darah bergantung pada hati yang mengektrasi glukosa, mensistesis glikogen, dan melakukan glikogenolisis (Price & Wilson 2006). Kadar glukosa plasma sangat ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan jumlah yang meninggalkannya.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hendro (2016) bahwa terdapat hubungan kepatuhan berobat pada pasien diabetes melitus dengan peningkatan gula darah. Pendapat lain menurut Brunner & Suddarth (2002), beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, adalah: usia, jenis kelamin, status social ekonomi dan pendidikan ataupun disebabkan karena penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi 3.2.4 Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol gula darah pada

penderita diabetes melitus

Hasil analisis bivariat dengan chi square menunjukkan bahwa responden dengan dukungan keluarga kurang memiliki kepatuhan kontrol gula darah kurang dan baik masing-masing 50,0%, sedangkan responden dengan dukungan keluarga baik mayoritas memiliki kepatuhan kontrol gula darag baik sejumah 81,1%. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p value 0,003 < 0,05 sehingga ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik dukungan keluarga semakin patuh daam kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus, hal ini dapat dikarenakan dukungan keluarga yang kuat akan menambah motivasi lansia dengan diabetes mellitus untuk hidup lebih baik sehingga lebih patuh daam kontrol gula darah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa keluarga merupakan tempat berlindung yang paling nyaman bagi lansia. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu

(17)

menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher, 2009).

Hasil penelitian juga didapatkan bahwa terdapat 50,0% responden dengan dukungan keluarga kurang tetapi memiliki kepatuhan pemeriksaan gula darah baik. Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain yang memepengaruhi kepatuhan pasien diabetes kilitus melakukan kontrol gula darah seperti pengetahuan pasien sendiri yang berpengaruh terhadap kesadaran untuk pemeriksaan gula darah.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Husna (2014) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan terapi obat (p value 0,015), terapi nutrisi medis (p value 0,028), dan aktivitas fisik (p value 0,023). Pengetahuan tentang penyakit dan prinsip-prinsip terapi obat merupakan faktor terpenting yang berkontribusi terhadap kepatuhan pengobatan diabetes

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Alfiah dan Isfandiari (2014), Hasil penelitian diketahui bahwa proporsi penderita diabetes melitus yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 55,9% sedangkan proporsi penderita Diabetes Melitus yang melakukan pengendalian kadar gula darah dengan baik berjumlah 17 responden, dan terdapat hubungan dukungan keluarga dan pengendalian kadar gula darah dengan gejala komplikasi mikrovaskuler.

3.2.5 Hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus

Hasil analisis bivariat dengan chi square menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan keluarga kurang memiliki kepatuhan kontrol gula darah kurang yaitu 64,7%, sedangkan responden dengan pengetahuan keluarga baik mayoritas memiliki kepatuhan kontrol gula darag baik sejumah 80,3%. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai p value 0,001 < 0,05 sehingga ada hubungan antara pengetahuan keluarga

(18)

dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan keluarga semakin patuh daam kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus, hal ini dapat dikarenakan pengetahuan yang dimiliki keluarga akan berpengaruh terhadap motivasi dan perawatan pasien dengan diabetes melitus sehingga lebih patuh daam kontrol gula darah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa American Diabetes Association (ADA) mengatakan bahwa perencanaan pengelolaan diabetes harus dibicarakan sebagai terapetik individual antara pasien dan keluarganya, dan pasien harus menerima perawatan medis secara terkoordinasi dan integrasi dari tim kesehatan, sehingga keluarga menyadari pentingnya keikutsertaan dalam perawatan penderita DM agar kadar gula darah penderita dapat terkendali dengan baik.

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Husna (2014) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan terapi obat (p value 0,015), terapi nutrisi medis (p value 0,028), dan aktivitas fisik (p value 0,023). Pengetahuan tentang penyakit dan prinsip-prinsip terapi obat merupakan faktor terpenting yang berkontribusi terhadap kepatuhan pengobatan diabetes

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat dukungan dan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus dapat disimpulkan bahwa : Keluarga penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan mayoritas dukungan keluarga baik. Keluarga penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan sebagian besar memiliki kepatuhan kontrol gula darah baik. Pasien penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan sebagian besar memiliki memiliki pengetahuan baik Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus

(19)

Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan nilai p value 0,003 < 0,05. Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan nilai p value 0,001 < 0,05

Penelitian ini menjadikan masukan bagi Ilmu Keperawatan sebagai sumber bahan masukan keilmuan, agar dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan terutama diabetes melitus. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini menjadi masukan untuk mengetahui informasi tentang pentingnya dukungan keluarga dan pengetahuan keluarga dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus. Bagi Peneliti lain, menambah referensi penelitian selanjutnya agar meneliti faktor lain yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah K.W dan Isfandiari. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dan Pengendalian Kadar Gula Darah dengan Gejala Komplikasi Mikrovaskuler.Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2 Nomor 1.

Arifin dan Santi D. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.Jurnal Keperawatan Respati. Vol. II Nomor 2.

Arisman. 2011. Diabetes Melitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.

Benjamin, 2010. Derm Notes Dermatology Clinical I Pocket Guide. Philadelphia: F.A. Davis Company. 98-100.

Bilous.2012. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Diabetes.Jakarta : Dian Rakyat.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014. Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2014. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek.Jakarta : EGC.

Fox, C., & Kilvert, A. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Depok: Penebar Plus.

(20)

Guyton, 2010, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Edisi 3). Alih Bahasa Petrus Andrianto. Jakarta: EGC.

Handayani (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dandukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Bhakti Husada Purwakarta. Journal Of Holistic and Health Sciences Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2017, 50-62.

Hendro. 2016. Hubungan Kepatuhan Berobat Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Di Puskesmas Sagerat Kota Bitung. Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)

Henrikson J. E., Bech-Nielsen H., 2009.Blood Glucose Levels. Available from: http://www.netdoctor.co.uk/healthadvice/facts/diabetesbloodsugar. htm [Accesed 24 Desember 2016].

Hu J, Wallace D, McCoy T, Amirehsani K. A Family-Based Diabetes Intervention for Hispanic Aduls and Treir Family Members.Diabetes Educ. 2014 Jan-Feb;40(1):48-59.

Janes R, Tichener J, Pere J, Pere R, Senior J. Understanding Barriers to Glyceamic Control from The Patient’s Perspective. J Prim Health Care. 2013 Jun 1;5(2):114-22.

Joachim & Lingappa. 2012. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC.

Khairir R, Suroto dan Rizani. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Ketaatan Pola Makan Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Besar Banjarbaru.Jurnal Skala Kesehatan.Volume 5 No. 2. Maulana, M. 2009. Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis Menangani

Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta: Katahati.

Mcculloch, D., 2009. Patient Information: Self-Blood Glucose Monitoring In Diabetes Melitus. Available from :http://www.uptodate.com/contents/

patient-information-self-blood-glucosemonitoring-in-diabetes-melitus [Accessed 18 Desember 2016].

Marie R et al, 2012. The Impact Of Family Behaviors and Communications Pattern on Chronic Illnes Outcome: a systematic review. J Behav Med. 2012 April ; 35(2): 221–239. 

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Semarang: PB PERKENI.

Prabowo dan Hastuti. 2015. Hubungan Pendidikan Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Journal Akper GSH Wonogiri .

Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.

(21)

Retnaningtyas. 2015. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan diit diabetes mellitus pada lanjut usia di Kelurahan Gayam Kecamatan Sukoharjo. http://eprints.ums.ac.id

Rifki, N.N. 2009.Penatalaksanaan diabetes dengan pendekatan keluarga, dalam Sidartawan, S. Perdana, S., dan Imam, S. Penatalaksaan diabetes terpadu. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Shoback, edited by David G Gordner, Dolores. 2011. Greenspon’s basic & Clinical endocrinology (edisi 9th) New York. McGrow-Hill medical Chapste ; 17(2): 143–155

Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC.

Trikkalinou, A., Papazafiropoulou, A. K., & Melidonis, A. (2017). Type 2 diabetes and quality of life. World Journal of Diabetes, 8(4), 120–129. Waspadji. 2010. Diabetes Mekanisme Dasar dan Pengelolaannnya yang

Rasional, dalam Sidartawan, S, Pradana S., dan Imam, S. Penatalaksanaan diabetes terpadu. Jakarta: FKUI.

Yusra, A. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Gambar

Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 83 responden sebagian besar  memiliki memiliki kepatuhan kontrol gula darah baik yaitu 59 responden  (71,1%) dan sisanya 24 responden (28,9%) memiliki kepatuhan kontrol  gula darah kurang, dengan rata-rata nilai kepatuhan

Referensi

Dokumen terkait

manajemen konflik adalah cara yang dilakukan pimpinan dalam menafsirkan atau. memperhitungkan konflik (Hendricks,

Diangkat dari cerita sejarah rakyat Indonesia, pembuatan game “Roro Jonggrang: The Legend of Prambanan Temple” berbasis html5 ini dikemba ngkan menggunakan javascript

In our research, we used point data of convenience living facilities developed by address geocoding of digital telephone directory and point data of future

Tujuan penelitian adalah (1) Mendeskripsikan unsur-unsur struktural sandiwara yang meliputi premise, karakter, dan plot dalam naskah sandiwara radio Rajapati karya

Apabila Bapak/Ibu tidak hadir atau tidak dapat menunjukan dokumen yang dimaksud sampai batasan waktu tersebut diatas, maka perusahaan Bapak/Ibu dianggap mengundurkan diri

Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2013 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta atas semua

Metode yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif yaitu menekankan pada penguraian serta penafsiran data yang dikaitkan dengan kaidah-kaidah hukum

NAJMUZ ZAMAN, D1215033, POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Provinsi