208
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan
Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu
Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA semester I tahun pelajaran 2013/2014 dan bertujuan untuk menentukan berapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA melalui metode kerja kelompok. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VI tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data adalah observasi dan pemberian tes. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dikategorikan cukup dengan persentase 50%, mengalami peningkatan pada siklus II dengan kategori sangat baik dengan persentase 88,89%. Hasil belajar pada pra tindakan yaitu daya serap klasikal 64,66% dan ketuntasan belajar klasikal 46,66%. Hasil belajar pada tindakan siklus I yaitu daya serap klasikal 69,33% dan ketuntasan belajar klasikal 60%. Hasil belajar pada tindakan siklus II daya serap klasikal 80,67% dan ketuntasan belajar klasikal 90%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Omu.
Kata kunci: Pembelajaran IPA; Metode Kerja Kelompok dan Hasil Belajar
I. PENDAHULUAN
Tinggi rendahya kualitas sumber daya manusia, tergantung dari kualitas pendidikan itu sendiri, semakin baik kualitas pendidikan maka semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Karena itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia maka perlu diterapkan metode pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien. Keberhasilan guru dalam penyampaikan materi dapat dilihat dari hasil belajar atau prestasi peserta didik. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dalam jangka waktu tertentu dan diukur dalam bentuk nilai. (Sudjana, 1989).
209 kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Mengajar yang hanya menggunakan metode ceramah akan mempersulit siswa memahami konsep dalam pelajaran IPA, sehingga siswa kurang bergairah dalam kegiatan pembelajaran dan bersikap pasif. Siswa hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain, sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang dimilikinya seperti mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan pemahaman yang dicapai siswa bersifat instrumental. (Djamarah dan Bahri, 2008).
Melihat potensi yang beragam yang dimiliki oleh setiap siswa, maka metode kerja kelompok mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam penguasaan konsep-konsep yang sulit, melalui kelompok koperatif lebih mudah dipahami karena adanya tutor teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Oleh karena itu salah satu metode guru yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA adalah dengan penggunaan metode kerja kelompok. Melalui metode kerja kelompok peserta didik dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Kerja kelompok dapat diartikan belajar yang dilakukan secara bersama-sama, saling membantu antara satu dan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. (Isjoni, 2012).
210 Pengukuran hasil belajar menurut Sudjana (2002) ialah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa setelah menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar- mengajar).
Menurut Purwanto (2007) hasil belajar adalah “kemampuan yang dicapai, dikerjakan, dan dilakukan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai murid dalam mata pelajaran, baik kualitas maupun jumlah pelajaran selama periode yang diberikan diukur dengan menggunakan tes yang telah di standarisasikan”. Menurut Djamarah dan Bahri (2006) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Djamarah dan Bahri (2006) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotorik. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah Psikomotorik, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinansi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu“ dan ”berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sehingga tidak tepatlah jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan metode ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. (Depdiknas, 2003).
211 pembelajaran adalah “Cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Jadi metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Tujuan proses pembelajaran adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan.
Metode kerja kelompok adalah suatu format belajar mengajar yang menitik beratkan pada terjadinya interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Metode kerja kelompok merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda atau dengan kata lain metode kerja kelompok adalah metode pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam satu kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Damyanti dan Modjiono (1992) mengemukakan bahwa metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Penerapan metode kerja kelompok bertujuan untuk : (a) memupuk kemauan dan kemampuan kerja sama diantara peserta didik, (b) meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual para peserta didik dalam proses belajar mengajar yang disediakannya dan (c) meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara seimbang.
212 mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampailan berdiskusi; 4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar; 5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi; 6) Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
Kegiatan pembelajaran sains yang dilaksanakan di SDN Omu menggunakan metode ceramah yang sangat monoton sehingga aktivitas belajar siswa sangat minim. Metode ceramah yang mungkin dianggap para guru adalah metode yang paling praktis, mudah, dan efisien dilaksanakan tanpa persiapan. Berdasarkan Hasil observasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa rata-rata kelas pada mata pelajaran IPA semester I Tahun ajaran 2013/2014 masih tergolong ke dalam kategori rendah yaitu dari 25 siswa hanya berkisar 12 (48.6 %) siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata kelas 60 sedangkan ketuntasan minimal (KKM) adalah 70.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan Penetitian Tindakan Kelas guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Omu. Oleh sebab itu, Penelitian Tindakan Kelas ini diberi judul “Upaya meningkatkan hasil belajar IPA dengan metode kerja kelompok siswa kelas VI SDN Omu”. Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menentukan berapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN OMU pada mata pelajaran IPA melalui metode kerja kelompok.
II. METODE PENELITIAN
213 dengan subyek penelitian seluruh siswa kelas VI tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 30 orang yaitu 19 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Dikatakan data kualitatif karena pernyataan dalam observasi menggunakan kata-kata penanda kualitas; seperti; sangat baik, baik, cukup, dan kurang dan data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru berupa angka-angka. Pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga cara yaitu: 1) Tes (tes awal dan tes akhir). Tes awal diberikan sebelum melakukan tindakan dan tes akhir diberikan saat akhir tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa dan tingkat keberhasilan setiap siklus; 2) Observasi aktivitas pembelajaran di kelas dilakukan oleh peneliti dan pengamat yang telah ditentukan sebelumnya. Pelaksanaan observasi baik pada guru/peneliti dan kepada siswa dilakukan dengan cara mengisi format observasi yang telah disiapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung; 3) Catatan penelitian, digunakan selama kegiatan pembelajaran, untuk mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran.
214 observasi (pengamatan). Data yang telah disajikan selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi. Hasil penafsiran dan evaluasi dapat berupa penjelasan tentang perbedaan antara rencana tindakan dengan pelaksanaan tindakan, persepsi peneliti dan guru sebagai teman sejawat terhadap pelaksanaan tindakan dan perlunya perubahan tindakan sebagai alternatif tindakan yang tepat; 3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi yaitu memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data serta memberikan penjelasan. Selanjutnya dilakukan kegiatan verifikasi, yaitu menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokan makna-makna yang muncul dari data.
Teknik analisa data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:
1) Daya Serap Individu
Skor Perolehan Siswa
Daya Serap Individu = x 100% Skor Maksimal
2) Ketuntasan Belajar klasikal
Jumlah Siswa Yang Tuntas
Ketuntasan Belajar Klasikal = x 100% Jumlah Seluruh Siswa
3) Daya Serap Klasikal
Jumlah Skor Seluruh Siswa
Daya Serap Klasikal = x 100% Jumlah Skor Maksimal Soal
4) Nilai Rata-Rata
Skor perolehan seluruh siswa
215 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan dari pelaksanaan tes pra tindakan adalah nilai rata-rata siswa 64,66 dan daya serap klasikal 64,66% serta persentase ketuntasan klasikal hanya mencapai 46,66%. Dari 30 siswa yang mengikuti tes awal, 19 orang siswa belum tuntas atau daya serap tiap-tiap siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN Omu yaitu 70%. Penilaian proses ini dikategorikan kurang berhasil karena masih banyak siswa yang berada pada kategori kurang.
Hasil tes pra tindakan terhadap kemampuan siswa kelas VI SDN Omu dalam mengikuti pembelajaran dengan materi Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan, ditemukan kesimpulan sebagai berikut :
a. Siswa belum dapat memahami Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan dengan baik.
b. Siswa belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan baik.
c. Siswa belum dapat berinteraksi bersama guru dan temannya dengan baik. Berdasarkan hasil tes pra tindakan, peneliti bersama guru kelas VI membicarakan hasil pengamatan yang didapatkan dan kemudian membicarakan
rencana perbaikan tindakan pembelajaran. Tindakan ini di rencanakan terdiri dari
2 (dua) siklus, dan dalam setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam
pelaksanaannya Peneliti bertindak sebagai guru dan guru kelas VI bertindak
sebagai pengamat.
216
solusi terbaik dalam memperbaiki kekurangan yang di dapatkan. Hasil diskusi
bersama para guru, peneliti mendapatkan solusi bahwa ia harus lebih berperan
aktif dalam mengarahkan dan membimbing siswa dalam bekerja kelompok.
Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran berada pada kategori cukup dengan persentase nilai rata-rata 50%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran belum berhasil dengan baik. Walaupun demikian, hasil ini sudah mengalami peningkatan di banding observasi pra tindakan, dimana pada tahap observasi pra tindakan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran berada pada kategori kurang.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan menggunakan metode kerja kelompok pada materi Ciri-ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.
Secara ringkas hasil analisis tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Tes Siklus I
No Aspek Perolehan Hasil
1. Skor tertinggi 100 (2 orang)
2. Skor terendah 50 (6 orang)
3. Nilai rata-rata 69,33
4. Banyak siswa yang tuntas 18 orang
5. Persentase ketuntasan belajar klasikal 60%
6. Persentase daya serap klasikal 69,33%
Berdasarkan hasil evaluasi pada pembelajaran siklus I, nilai rata-rata siswa mencapai 69,33 dan daya serap klasikal 69,33% serta ketuntasan belajar klasikal 60%. Berdasarkan indikator keberhasilan yang ditetapkan, bahwa suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika rata-rata 80% siswa telah tuntas secara individual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan pembelajaran siklus I belum berhasil.
217 siklus II dan disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Setelah melakukan perbaikan terhadap kekurangan yang terjadi pada kegiatan belajar
mengajar pada siklus I, maka pada siklus II ini terjadi peningkatan aktivitas siswa
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dimana persentase aktivitas siswa mencapai 88,89% atau berada dalam kategori sangat baik. Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus II dengan menerapkan metode kerja kelompok,
kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes. Secara ringkas hasil analisis tes siklus II dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Tes Siklus II
No Aspek perolehan Hasil
1. Skor tertinggi 100 (6 orang)
2. Skor terendah 60 (2 orang)
3. Nilai rata-rata 80,67
4. Banyak siswa yang tuntas 27 orang
5. Persentase ketuntasan belajar klasikal 90%
6. Persentase daya serap klasikal 80,67%
Berdasarkan hasil evaluasi pada pembelajaran siklus II, kemampuan siswa kelas VI SDN Omu sudah menunjukkan hasil yang baik dengan nilai rata-rata siswa mencapai 80,67 dan daya serap klasikal 80,67% serta ketuntasan belajar klasikal 90%. Hasil ini memberi penjelasan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas sudah memperoleh hasil yang diinginkan walaupun masih terdapat 3 orang siswa yang belum tuntas dalam pembelajarannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan pembelajaran siklus II sudah berhasil. Hasil tersebut sudah memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu daya serap individu sekurang-kurangnya 70%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika persentase daya serap klasikal sekurang-kurangnya 75% serta suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika rata-rata 80% siswa telah tuntas secara individual.
218
Pelaksanaan tes pra tindakan dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebelum menggunakan metode kerja kelompok. Berdasarkan hasil tes pra
tindakan diketahui bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi Ciri-Ciri Khusus Beberapa Jenis Hewan. Hal tersebut
disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru, sedangkan siswa lebih
sering berperan sebagai pendengar. Selain itu juga guru tidak menggunakan media
pendukung dalam menyampaikan pembelajaran. Akibatnya banyak siswa yang
tidak tertarik, mudah lupa, dan tidak dapat menanamkan konsep pembelajaran
yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh faktor sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (Hamdani, 2011).
Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 (dua) Siklus. Setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan. Siklus I difokuskan pada materi Ciri-Ciri Khusus
Beberapa Jenis Hewan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Pada
tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 69,33 dan daya serap klasikal
69,33% serta ketuntasan belajar klasikal 60%. Berdasarkan hasil pengamatan
tindakan siklus I dapat diidentifikasikan bahwa penggunaan metode kerja
kelompok dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
walaupun belum tuntas namun sudah ada peningkatan dibandingkan pada tahap
pra tindakan.
Tindakan siklus II juga dilaksanakan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Kegiatan pembelajaran secara umum telah berjalan dengan baik dan menunjukkan peningkatan. Pemahaman dan tingkat penguasaan konsep materi
219 metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran lebih baik bila dibandingkan dengan sebelumnya; 3) hasil analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I mengalami peningkatan; 4) ketercapaian indikator dari beberapa aspek penilaian membuktikan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indiktor keberhasilan atau indikator kinerja yang dipersyaratkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) yaitu daya serap individu sekurang-kurangnya 70%, suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika persentase daya serap klasikal sekurang-kurangnya 75% dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika rata-rata 80% siswa telah tuntas secara individual.
Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena semakin meningkatnya
aktivitas dan perhatian siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa terjadi karena
siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran yang bervariasi. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. (Gazali dalam Slameto, 2010).
220 Penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran sangat baik karena: 1) Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; 2) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah; 3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampailan berdiskusi; 4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar; 5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi; 6) Dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. (Roestiyah, 1998).
IV. PENUTUP
Kesimpulan
a. Penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan guru. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran semakin baik ditandai dengan terjadinya perubahan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengamatan guru dan peneliti pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan lembar observasi. Aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori cukup dengan persentase 50% dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan kategori sangat baik dengan persentase 88,89%. Aktivitas peneliti dalam pelaksanaan siklus I dikategorikan baik dengan persentase 63,88% dan pada siklus II berada pada kategori sangat baik dengan persentase 94,44%.
221
kesimpulan bahwa penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN Omu.
Saran
a. Bagi guru IPA khususnya dan guru kelas pada umumnya diharapkan dapat
menggunakan metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran disekolah
guna meningkatkan hasil dan minat belajar siswa.
b. Guru diharapkan selalu bertindak kreatif dalam menggunakan berbagai metode
dan media pembelajaran, sehingga siswa selalu berminat dan aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dimyati dan Mudjiono. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Djamarah dan Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
_________________. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamdani, M. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Isjoni. (2012). Cooperative Learning dan Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah N.K. (1998). Metode Belajar Kerja Kelompok. [Online]. Tersedia: http://krizi.wordpress.com/2011/09/13/metode-belajar-kerja-kelompok.[19 Juli 2014].
Slameto. (2010). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana,N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.
222 ________. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algasindo
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.