• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakter Kemiskinan Pada Masyarakat Miskin Di Desa Babakan Dramaga Bogor Berdasarkan Maqashid Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Karakter Kemiskinan Pada Masyarakat Miskin Di Desa Babakan Dramaga Bogor Berdasarkan Maqashid Syariah"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTER KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

MISKIN DI DESA BABAKAN DRAMAGA BOGOR

BERDASARKAN MAQASHID SYARIAH

KARTIKA NADYA HAQIQA

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakter Kemiskinan Pada Masyarakat Miskin Di Desa Babakan Dramaga Bogor Berdasarkan Maqashid Syariah adalah benar karya saya dengan arahan Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MAEc dan Ibu Laily Dwi Arsyianti SE, MSc, serta belum pernah dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dari asal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Kartika Nadya Haqiqa

(4)

ABSTRAK

KARTIKA NADYA HAQIQA. Analisis Karakter Kemiskinan pada Masyarakat Miskin di Desa Babakan Dramaga Bogor Berdasarkan Maqashid Syariah. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan LAILY DWI ARSYIANTI.

Kemiskinan masih menjadi masalah yang dihadapi negara-negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan tersebut, berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga sosial. Keberhasilan program penanggulangan kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh karakter miskin daerahnya. Mengetahui karakter miskin pada masyarakat miskin di suatu daerah akan membantu dalam perencanaan program penanggulangan kemiskinan yang tepat dan sesuai kondisi daerah. Penelitian tentang karakter miskin ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu ekonomi konvensional dengan teori budaya kemiskinan dan ekonomi Islam dengan

maqashid syariah. Komunitas miskin pada suatu daerah dianalisis bagaimana karakter miskinnya dan pencapaian maqashid syariahnya. Kemudian dengan menggunakan metode analisis Structural Equation Modeling (SEM) dianalisis bagaimana pengaruh maqashid syariah terhadap karakter miskin tersebut. Lokasi penelitian pada Desa Babakan Dramaga Bogor menunjukan hasil karakter yang menonjol pada komunitas miskin di Desa Babakan adalah sikap ekonomi tidak berpikir panjang dan poin maqashid syariah yang berpengaruh terhadap karakter miskin masyarakat adalah poin agama, akal, keturunan, dan harta.

Kata kunci: karakter miskin, kemiskinan, maqashid syariah, structural equation modeling

ABSTRACT

KARTIKA NADYA HAQIQA. Character Poor Analysis of Poor Society in Babakan Dramaga Bogor Village Based on Maqashid Sharia.Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM and LAILY DWI ARSYIANTI.

Poverty remains a problem faced by countries around the world, including in Indonesia. To overcome the problem of poverty, various programs have been carried out by government and social institutions. The success of the poverty alleviation program is influenced by the poor character of the area. Knowing the character of the poor in poor communities in an area will assist in the planning of poverty reduction programs are right for local conditions. Research on the character of the poor is done by two approaches, namely conventional economic theory with economic poverty culture and Islamic economic with maqashid sharia. Poor communities in an area analyzed how poor character and achievement maqashid sharia. Then using the method of analysis of Structural Equation Modeling (SEM) analyzed the influence of sharia maqashid against the poor character. Location research on Babakan Dramaga Bogor Village show results prominent character in poor communities in the village of Babakan is not thinking long economic attitudes and points maqashid Islamic influence on the character of poor communities are the points of religion, intellect, lineage, and treasure.

(5)

ANALISIS KARAKTER KEMISKINAN PADA MASYARAKAT

MISKIN DI DESA BABAKAN DRAMAGA BOGOR

BERDASARKAN MAQASHID SYARIAH

KARTIKA NADYA HAQIQA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Karakter Kemiskinan Pada Masyarakat Miskin Di Desa Babakan Dramaga Bogor Berdasarkan Maqashid Syariah” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini menjadi syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dalam Program Studi Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis karakter miskin dan untuk mengetahui pencapaian maqashid syariah pada masyarakat miskin di Desa Babakan Dramaga.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MAEc dan Ibu Laily Dwi Arsyianti SE, MSc, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini dan Bapak Dr Irfan Syauqi Beik, SP, MScEc selaku dosen pembimbing akademik. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga penulis, suamiku tercinta Qiyamuddin Robbani,

Aba Margaharta Iskandar, Ibu Narni Farmayanti, Abi Arief Munandar, Ummi Rina Ningsih, Aa Muhammad Mikael Tohaga, Muhammad Maroghi Yoshi, Mary Haqiqa Izumi, Salma Mustaqimah, Ghina Zahra Afifah dan Pramono Widagdo selaku teman satu bimbingan, Putri Eka Ayuni Subagyo, Ahmad Fauzi, Fauziah Adzimatinur, Nur Farita, Peni Fitria, Hevi Metalika, Muhjah Fauziah yang telah membantu dalam pengumpulan kuesioner, keluarga Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor khususnya angkatan 47, KAMMI IPB, Cave Academy, dan seluruh teman atas segala doa dan dukungannya.

Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat untuk masyarakat luas.

Bogor, Desember 2014

(9)

DAFTAR TABEL………viii

DAFTAR GAMBAR………viii

DAFTAR LAMPIRAN………viii

PENDAHULUAN……….……...1

Latar Belakang ……….……….1

Perumusan Masalah……….……..3

Tujuan Penelitian………...…3

Manfaat Penelitian……….4

TINJAUAN PUSTAKA………..4

Kemiskinan………4

Maqashid Syariah………..……5

Kemiskinan dalam Islam………...….……...6

Penelitian Terdahulu………..……7

Kerangka Pemikiran………..……7

METODE PENELITIAN………....…....8

Lokasi dan Waktu Penelitian………...………..……8

Jenis dan Sumber Data………..….…9

Metode Pengambilan Sampel………...……….…9

Metode Analisis Data……….…9

HASIL DAN PEMBAHASAN………..………17

Deskripsi Data Hasil Kuesioner………...……17

Karakteristik Umum Responden………..………17

Uji Validitas Dan Reliabilitas………..…19

Gambaran Umum Variabel Maqashid syariah dan Karakter Miskin………..…19

Pencapaian Maqashid Syariah Pada Masyarakat Miskin di Desa Babakan……25

Faktor Maqashid Syariah Yang Menjadi Pengaruh Karakter Miskin …………26

SIMPULAN DAN SARAN………...……33

Simpulan………..……33

Saran………..……..34

DAFTAR PUSTAKA………34

LAMPIRAN………..………36

(10)

DAFTAR TABEL

1 Skala Likert………10

2 Variabel Penelitian……….………12

3 Karakter Penilaian Indikator………..………13

4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………...…17

5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...……18

6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan………18

7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan………..……18

8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan……….…19

9 Hasil Uji Quality CriteriaModel Reflektif………27

10 Hasil Analisis Inner Model………..…..30

DAFTAR GAMBAR 1 Grafik Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia……….………1

2 Kerangka Pemikiran Penelitian………8

3 Model Umum Penelitian……… 12

4 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariahpoin Agama…...… 20

5 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid syariah poin Jiwa………... 21

6 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid syariahpoin Akal……...… 22

7 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid syariahpoin Keturunan…..23

8 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah poin Harta………..24

9 Hasil Penilaian terhadap Karakter Miskin Masyarakat Babakan……...…25

10 Hasil Pencapaian Maqashid syariah………..… 26

11 Model Awal Penelitian……….……..28

12 Model Akhir Penelitian……….…. 29

13 Hasil Bootstrapping……….….. 31

14 Urutan Faktor Pengaruh Karakter Miskin………..… 32

DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas………...……… 36

2 Hasil Total Skor Indicator Dan Persentase Maqashid syariah……..…… 38

3 Hasil output SEM-PLS (loading factor, quality criteria, cross loading, dan path coefficients) ………... 39

4 Sampel Penelitian………...…... 41

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 28 066 550 jiwa atau 11.37% dari total penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia sejak tahun 1970-2013.

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013 (diolah)

Gambar 1 Grafik jumlah penduduk miskin di Indonesia

Pada tahun 1970, jumlah penduduk miskin Indonesia sebesar 70 juta jiwa atau 60% dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk miskin ini mengalami penurunan sampai tahun 1996. Tahun 1996 sampai dengan 1998, penduduk miskin di Indonesia meningkat, dari 34,01 juta jiwa (11,3%) pada tahun 1996 menjadi 49,50 juta jiwa (24,2%) pada tahun 1998. Hal ini disebabkan krisis finansial yang melanda wilayah Asia pada tahun 1997 dan krisis ekonomi yang menimpa negara Indonesia di tahun 1998. Jumlah penduduk miskin di Indonesia kemudian menurun kembali sampai tahun 2013, kecuali pada tahun 2005 ke tahun 2006 yang mengalami peningkatan sejumlah 4,2 juta jiwa.

Upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin di Indonesia sangat dipengaruhi oleh karakteristik suatu daerah. Kemiskinan seperti yang tertuang dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025, tidak hanya dipahami sebagai ketidak

(12)

mampuan dalam hal ekonomi, tetapi juga menyangkut kegagalan dalam memenuhi hak dasar dan adanya perbedaan perlakuan seseorang atau kelompok masyarakat dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Dalam teori budaya kemiskinan yang diperkenalkan oleh Lewis (1970) menyebutkan bahwa kemiskinan disebabkan oleh adat atau budaya yang berkembang di suatu daerah yang membelenggu individu atau komunitas tersebut.

Identifikasi karakter miskin di masing-masing wilayah dapat membantu dalam perencanaan program penanggulangan kemiskinan yang tepat dan sesuai dengan kondisi daerah. Lokasi yang akan menjadi tempat penelitian adalah Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Angka keluarga pra sejahtera atau Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kecamatan Dramaga cukup tinggi. Berdasarkan Badan Pemberdaya Masyarakat Desa tahun 2014, di Kecamatan Dramaga terdapat 6 659 RTM. Nilai ini jauh lebih tinggi di bandingkan rata-rata RTM Kabupaten Bogor yaitu sebesar 4 893 RTM. Menurut Ade Iqram, ketua PNPM Desa Babakan (2009-2014), Desa Babakan menyumbang 512 RTM dari total rumah tangga yang berada di Desa Babakan sebanyak 1 975 keluarga. Desa Babakan juga dipilih sebagai lokasi penelitian karena termasuk dua dari sepuluh desa terluas di Kecamatan Dramaga dengan luas 3.34km2 setelah desa terluas yaitu Desa Petir

yang luasnya 4.48km2. Namun demikian, Desa Babakan memiliki kepadatan penduduk 407 jiwa/km2 lebih tinggi dari Desa Petir, yaitu 3307 jiwa/km2 pada Desa Babakan dan kepadatan Desa Petir 2900 jiwa/km2.

Dalam penelitian ini, pengukuran untuk melihat karakteristik miskin di Desa Babakan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Pada ekonomi konvensional, digunakan pendekatan teori budaya kemiskinan untuk mengukur karakter miskin masyarakat Desa Babakan. Menurut Lewis (1970), terdapat budaya atau karakter yang dapat ditemui pada masyarakat miskin, diantaranya sikap ekonomi tidak berpikir panjang, kehamilan muda atau di luar nikah, sikap hidup pasif, dan aspirasi rendah. Pada ekonomi Islam, dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi karakter miskin berdasarkan ekonomi konvensional dengan melihat pencapaian maqashid syariah masyarakat Desa.

Hal utama yang diperhatikan dalam Islam adalah maslahah. Maslahah

(13)

Perumusan Masalah

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang perlu mendapat perhatian oleh semua kalangan masyarakat. Kemiskinan merupakan suatu ancaman sosial dan keberagamaan umat manusia (Chamsyah 2006). Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi, yaitu 6 659 RTM. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah rata-rata RTM Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 4 893 RTM.

Pemerintah maupun lembaga-lembaga sosial berupaya dalam menekan laju pertumbuhan angka kemiskinan. Keberhasilan upaya tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik miskin suatu daerah. Karakteristik miskin suatu daerah berbeda dengan karakteristik miskin di daerah lainnya. Mengetahui karakteristik miskin masing-masing daerah dapat membantu dalam penyusunan program penanggulangan yang lebih tepat dan sesuai dengan kondisi daerahnya. Untuk mengetahui karakteristik miskin tersebut, dilakukan pengukuran dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekonomi konvensional yang mengacu pada teori budaya kemiskinan atau karakter miskin, dan ekonomi Islam yang dilihat dari sisi

maqashid syariah.

Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian karena banyaknya rumah tangga miskin yang terdapat di Desa Babakan. Menurut ketua PNPM Desa Babakan (2009-2014), Ade Iqram, terdapat 512 rumah tangga miskin dari 1 975 rumah tangga yang ada di Desa Babakan. Desa Babakan juga merupakan termasuk dua desa terbesar di Kecamatan Dramaga dan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Dimana rumah tangga miskin Kecamatan Dramaga juga memiliki RTM di atas rata-rata RTM Kabupaten Bogor.

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter miskin pada masyarakat Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dilihat dari budaya kemiskinan dan pencapaian

maqashid syariah pada desa tersebut?

2. Apakah ada pengaruh maqashid syariah terhadap budaya kemiskinan pada masyarakat Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor?

3. Faktor-faktor maqashid syariah apa saya yang mempengaruhi karakter miskin masyarakat Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dilihat dari budaya miskin?

.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pendahuluan dan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan:

1. Menjabarkan karakteristik pada masyarakat miskin di Desa Babakan Dramaga Bogor berdasarkan budaya kemiskinan dan maqashid syariah. 2. Menganalisis hubungan maqashid syariah dan budaya kemiskinan pada

masyarakat miskin di Desa Babakan.

(14)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada akademisi ekonomi syariah, pengambil kebijakan, dan lembaga sosial masyarakat untuk dapat mengetahui karakter masyarakat miskin dan cara penanggulangannya yang tepat khususnya di tempat penelitian ini berlangsung.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil studi kasus di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Populasi penelitian ini adalah rumah tangga miskin di Desa Babakan Dramaga Kabupaten Bogor yang berjumlah 512 kepala keluarga.

Screening responden pada penelitian ini yaitu: 1)masyarakat yang pernah mendapatkan bantuan berupa tunjangan hidup baik dari pemerintah, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan atau 2)masyarakat dengan pendapatan dibawah nishab zakat, yaitu sebesar Rp2 244 000 pada Juli 2014. Responden yang mendapatkan bantuan berupa tunjangan hidup menunjukan responden tersebut tidak mampu atau pra sejahtera atau dengan kata lain miskin, dan responden dengan pendapatan di bawah nishab zakat menunjukan bahwa responden tersebut tergolong muzaki (golongan miskin). Penelitian ini difokuskan meneliti karakter miskin masyarakat dan mencari faktor-faktor maqashid syariah apa saja yang menjadi pengaruh karakter miskin pada masyarakat miskin di desa tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Kemiskinan

Ada berbagai macam bentuk dan definisi kemiskinan yang dijelaskan oleh Damanhuri (2010), diantaranya:

1. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan kondisi kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Ukuran yang dipakai oleh Bank Dunia, apabila 40% penduduk miskin memperoleh kurang dari 12% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah ketimpangan buruk, antara 12 hingga 17% adalah ketimpangan sedang, antara 17 hingga 22%adalah relatif merata, dan di atas 22% adalah merata. Selain itu bisa juga dengan Rasio Gini Pendapatan yang nilainya antara 0hingga 1, dimana lebih kecil atau sama dengan 0.3 adalah merata, antara 0.3 hingga 0.4 adalah kemerataan sedang, antara 0.4 hingga 0.5 adalah relatif timpang, dan diatas 0.5 adalah ketimpangan yang sangat buruk.

2. Kemiskinan Absolut

(15)

hidup dan bekerja. Jadi, ukurannya adalahdengan menghitung jumlah penduduk miskin yang berada di bawah “garis kemiskinan”. Di Indonesia, ukuran yang dipakai oleh BPS adalah sama dengan atau di bawah 2100 kalori.

Dalam praktiknya, garis kemiskinan absolut yang dimiliki negara-negara kaya lebih tinggi daripada negara miskin. Hal ini pernah diungkapkan oleh Ravallion (1998;26) yang mengungkapkan mengapa, misalnya angka kemiskinan resmi (official figure) pada awal tahun 1990-an mendekati 15% di Amerika Serikat dan juga mendekati 15% di Indonesia(Negara yang jauh lebih miskin). Artinya, banyak dari mereka yang dikategorikan miskin di Amerika belum tentu miskin menurut standar Indonesia.

3. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi struktur, tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan. Salah satu contoh adalah kemiskinan karena lokasi tempat tinggal yang terisolasi.

4. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang atau sebuah komunitas. Misalnya sikap malas, etos kerja rendah, tak siap berkompetisi, sikap menerabas dan ambil cara gampangan kalau perlu dengan melanggar hukum/korupsi, dan lain seterusnya.

Definisi kemiskinan menurut Bank Dunia

Bank Dunia membagi menjadi dua kriteria dalam menilai kemiskinan: a. USD 1 per kapita per hari

Ini merupakan ukuran bagi kemiskinan absolut. Masyarakat yang pengeluarannya di bawah USD 1 per hari, digolongkan sebagai masyarakat miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.

b. USD 2 per kapita per hari

Masyarakat dengan pengeluaran di bawah USD 2, digolongkan sebagai masyarakat miskin.

Definisi kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik mendefinisikan kemiskinan melalui dua komponen, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKMN). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita sehari. Sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan adalah kebutuhan minimum untuk papan, sandang, kesehatan, dan pendidikan.

Maqashid Syariah

Secara bahasa maqashid syariah memiliki arti tujuan hukum syariat. Pada dasarnya, syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW merupakan rahmat bagi seluruh alam (Al-Anbiya: 107). Tujuan umum maqashid syariah menurut Imam al-Syatibi dalam kitab al-muwafaqat, menerangkan bahwasannya maqashid syariah

(16)

menjadi tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan yang hakiki yang berorientasi kepada terpelliharanya lima perkara, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya ulum ad-din juga menerangkan bahwa

maqashid syariah adalah untuk kemaslahatan hidup manusia. Maslahah atau kemaslahatan merupakan tujuan akhir dari diciptakannya aturan-aturan Ilahi, baik itu mengandung manfaat atau menghilangkan kerusakan.

Pandangan Islam tentang Kemiskinan

Islam memandang kemiskinan sebagai sunnatullah. Kemiskinan yang ditimpakan kepada manusia bukan bertujuan untuk menghinakan atau merendahkan manusia, namun hadir untuk menguji keimanan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 155:

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan…”

Namun demikian, Islam tetap memperhatikan kaum miskin. Bukti perhatian Islam terhadap kaum miskin adalah dengan pemberian hak untuk mendapatkan zakat. Kaum miskin masuk ke dalam 8 golangan mustahik (orang yang berhak mendapatkan zakat), sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat At -Taubah [9] ayat 60:

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana.”

(17)

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Adianti (2005) mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di DKI Jakarta: Studi komparatif di permukiman kumuh dan tidak kumuh. Penelitiannya mengkaji mengenai kemiskinan di DKI Jakarta secara spasial pada RW kumuh dan RW tidak kumuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik rumah tangga miskin yaitu, status kepala keluarga wanita, besaran anggota keluarga lebih dari enam orang, kepala rumah tangga bekerja disektor jasa dan informal, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah SD, sebagaian luas rumah rumahtangga miskin kurang dari 8 m2 berlantai

tanah dan tidak memiliki akses terhadap jamban.

Penelitian Anggraeni (2012) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di provinsi Sumatra Selatan dengan metode SAR menjelaskan bahwa faktor yang mempengauhi kemiskinan di Sumatra Selatan adalah angka melek huruf dan penerimaan pajak, serta adanya kemungkinan faktor wilayah mempengaruhi kemiskinan karena wilayah yang berdekatan memiliki angka kemiskinan yang relative sama.

Mohammed dan Razak (2008) dalam jurnal yang berjudul The Performance Measures of Islamic Banking Based on Maqasid Framework menjelaskan metode operasionalisasi konsepnya Sakaran (Sakaran’s concept operationalization method). Metode ini digunakan dalam menjabarkan ide yang digunakan dalam pengukuran kinerja Bank Islam dalam bingkai maqashid. Cara kerja metode ini adalah dengan cara penjabaran konsep dalam bentuk dimensi, lalu dimensi dijabarkan lagi dalam bentuk elemen yang menjelaskan dimensi tersebut. Sehingga urutan metode ini adalah konsep-dimensi-elemen. Tiga unsur tersebut menjadi poin penting dalam metode operasionalisasi konsep Sakaran.

Tidak berbeda jauh dengan metode yang dipakai oleh Mohammed dan Razak (2008), Laldin dan Furqani (2013) menjelaskan tentang maqashid syariah dan

wasa’il. Maqashid syariah dinilai sebagai tujuan dari target yang akan dicapai, dan

wasa’il adalah cara atau elemen yang menghubungkan agar maqashid syariah

tersebut tercapai. Wasa’il disini dapat disetarakan dengan elemen dalam metode operasionalisasi konsep, yang menjadi konsepnya adalah maqashid syariah itu sendiri dan dimensinya adalah kelima poin dari maqashid syariahnya (agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta).

Kerangka Pemikiran

Kemiskinan masih menjadi masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pemerintah dan organisasi non pemerintah berupaya dalam menangani masalah kemiskinan. Keberhasilan program penanggulangan kemiskinan dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat miskin di suatu daerah . Masyarakat miskin di masing-masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Mengetahui karakteristik daerah dapat membantu dalam penyusunan program penanggulangan kemiskinan yang tepat dan sesuai kondisi daerahnya.

(18)

Bogor. Banyaknya RTM pada Kecamatan Dramaga yaitu sebesar 6 659 rumah tangga dan rata-rata RTM Kabupaten Bogor sebesar 4 893 rumah tangga. Dari 10 desa yang ada di Kecamatan Dramag, Desa Babakan menyumbang RTM yang besar yaitu 512 RTM.

Pengukuran karakter miskin pada dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu pendekatan ekonomi konvensional dengan teori budaya kemiskinan dan ekonomi Islam dengan pendekatan maqashid syariah.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat miskin di Desa Babakan Dramaga Bogor, Jawa Barat. Tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive

Desa Babakan angka kemiskinannya tinggi

Analisis karakter miskin Desa Babakan

Ekonomi Konvensional Ekonomi Islam

Faktor-faktor karakter miskin berdasarkan maqashid syariah

Kesimpulan

Rekomendasi penanggulangan kemiskinan Desa Babakan Maqashid Syariah

 Agama

 Jiwa

 Akal

 Keturunan

 Harta

Karakter miskin

 Sikap ekonomi tidak berpikir panjang

 Kehamilan muda dan diluar nikah

 Sikap hidup pasif

(19)

sampling) dengan alasan IPB Dramaga Bogor terletak di Desa Babakan. Waktu penelitian ini berlangsung selama bulan Juli samapai dengan bulan November 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk menunjang penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner yang diajukan kepada warga miskin atau warga yang pernah mendapatkan bantuan, yang tinggal di Desa Babakan Dramaga. Data sekunder dikumpulkan dari literatur-litelatur yang dapat menunjang penelitian ini seperti Al-Qur’an, Al-Hadist, buku, jurnal, penelitian terdahulu, data dari Badan Pusat Statistik.

Metode Pengambilan Sampel dan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah 512 rumah tangga miskin di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 105 orang dengan jumlah indikator 21. Menurut Chou dalam Laten (2012), jumlah sampel yang diambil dari populasi sebesar 5 kali jumlah variabel indikator. Menurut Firdaus et al. (2008), persyaratan jumlah responden untuk analisis SEM sebaiknya antara 100-200 orang. Hal ini bertujuan agar dapat menggambarkan keadaan karakter masyarakat miskin yang sebenarnya.

Teknik pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah

purposive sampling. Menurut Riduwan (2010) purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Pertimbangan pengambilan sampel atau screening dalam penelitian adalah penduduk di Desa Babakan yang pernah mendapatkan bantuan dan atau penduduk yang pendapatannya tidak mencapai nishab zakat, Rp2 244 000 per Juli 2014. Data warga yang pernah mendapat bantuan dapat diperoleh dari ketua RT masing-masing daerah. Sedangkan warga dengan pendapatan dibawah nishab zakat namun tidak tercantum dalam daftar penerima bantuan, dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu pertama, kemiskinan relatif yang dilihat dari fisik luar atau rumah, kemudian wawancara singkat tentang pendapatannya. Apabila diketahui pendapatannya kurang dari nishab zakat, maka wawancara dilanjutkan dan apabila memenuhi batas nishab zakat, maka wawancara selesai sampai ditahap identitas pendapatan.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis data deskriptif dan Partial Least Square-Structure Equetion Model(PLS-SEM) dengan menggunakan software smartPLS versi 2.0. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2010 untuk tabulasi dan SPSS 16 untuk uji validitas dan reliabilitas.

Analisis Deskriptif

(20)

membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti (Riduwan 2009). Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menjelaskan keadaan demografi masyarakat Desa Babakan. Analisis ini juga digunakan untuk menjelaskan hasil dari kuesioner yang telah disebar. Hasil dari kuesioner penelitian, dibuat dalam tabel-tabel sederhana dan dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama.

Skala Likert

Skala likert dalam penelitian ini digunakan untuk memberi penilaian (skor) terhadap pernyataan dalam angket penelitian. Setiap skala likert diberikan indikator penjabaran untuk memudahkan responden dalam menjawab serta kejelasan perbedaan setiap indikator untuk mengurangi bias. Jumlah skala likert yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah lima, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju (Tabel 1). Penggunaan skala likert ini bertujuan untuk mengukur sikap dan pendapat masyarakat. Menurut Riduwan (2010), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang gejala atau kejadian sosial.

Tabel 1 Skala Likert

Nilai Skala likert Keterangan

1 Sangat Tidak Setuju Indikator A

2 Tidak Setuju Indikator B

3 Ragu-ragu Indikator C

4 Setuju Indikator D

5 Sangat Setuju Indikator E

Uji Validitas

Validitas adalah kemampuan alat ukur yang mampu mengukur dengan tepat gejala-gejala sosial tertentu (Rianse 2009). Pengujian validitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa tepat instrument pertanyaan mengukur variable yang diteliti. Jumlah responden dalam uji validitas ini 30 orang dengan 21 butir pertanyaan. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan

software SPSS versi 16. Hasil uji validitas dapat dilihat pada hasil output SPSS pada table Correted Item-Total Correlation. Kaidah keputusan validitas: (1) jika

thitungttabelmaka tidak valid dan (2) jika thitung>ttabel maka valid. Nilai ttabelpada uji validitas dengan n sebanyak 30 adalah sebesar 0,361 dengan taraf kesalahan 5%.

Uji Reliabilitas

Reliabilitas atau keandalan adalah keterpercayaan, stabilitas, konsistensi, prediktabilitas, dan akurasi dari suatu ukuran (Silalahi 2009). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini bertujuan untuk menentukan reliabilitas alat ukur (pertanyaan) dalam mengukur variabel. Alat analisis yang digunakan dalam menguji reliabilitas pada kuesioner penelitian ini adalah SPSS versi 16 dengan metode Alpha Cronbach.Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada hasil output SPSS tabel

(21)

(2) jika alpha >rtabel maka reliabel. Nilai rtabel dengan n sebanyak 30, sama dengan nilai ttabel, yaitu sebesaar 0,361.

Analisis Structural Equetion Modeling (SEM)

Menurut Sholihin dan Ratmono (2013) Structural Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu jenis analisis multivariat dalam ilmu sosial. Analisis multivariat merupakan aplikasi metode statistika untuk menganalisis beberapa variabel penelitian secara simultan atau serempak. Seiring perkembangannya, SEM dibagi dalam dua jenis, (1) covariance-based SEM (CB-SEM) dan (2) variance-based SEM atau Partial Least Square (SEM-PLS). CB-SEM lebih dikenal dengan nama software analisisnya, seperti Lisrel, AMOS, EQS, dan sebagainya. Adapun

software yang dapat digunakan untuk metode SEM-PLS diantaranya Smart PLS, PLS Graph, dan Visual PLS.

Berdasarkan tujuan penggunaannya, CB-SEM digunakan untuk konfirmasi, yaitu menguji hipotesis dari teori dan konsep yang sudah ada, sedangkan SEM-PLS digunakan untuk eksplorasi, yaitu memprediksi pola data dengan keterbatasan teori dan tidak terpenuhinya kaidah SEM yang berbasis kovarian. Menurut Pirouz (2006) dalam Mustafa dan Wijaya (2012), kelebihan dari SEM-PLS ini mampu mengatasi permasalahan keterbatasan Ordinary Least Squares (OLS) regression ketika data dihadapkan permasalahan seperti ukuran data kecil, adanya missing values, data tidak normal, dan adanya multikolinieritas.

Tahapan dalam melakukan analisis dengan metode SEM-PLS ada dua tahapan, yaitu:

(1) Mengevaluasi Model Pengukuran Relatif (Outer Model)

a. Reliabilitas konsistensi internal: Composite reliability dan cronbach alpha lebih besar dari 0.7 tetapi untuk penelitian eksploratoris 0.5-0.6 masih dapat diterima.

b. Validitas konvergen: loading indikator diharapkan lebih besar dari 0.5. c. Validitas diskriminan: (1) akar kuadrat Average Variance Extracted

(AVE) lebih besar daripada korelasi antarkonstruk, (2) loading indikator ke konstruk yang diukur lebih besar daripada loading ke konstruk lain (cross-loading rendah).

(2) Mengevaluasi Model Struktural (Inner Model)

a. Nilai koefisien determinan (R-squared) untuk variable endogen dalam model struktural dapat diinterpretasikan: 0.67 = Subtansial, 0.33 = moderat, 0.19 = lemah.

b. Estimasi for path coefficients, merupakan nilai koefisien jalur atau besarnya hubungan pengaruh konstruk laten. Dilakukan dengan prosedur

Bootstrapping.

(22)

Gambar 3 Model Umum Penelitian

Tabel 2 Variabel Penelitian

Variabel Laten Kode Variabel Indikator Sumber

Maqashid Syariah dimensi perlindungan terhadap Agama

MA1 Menjalankan shalat 5 waktu

Shidiq S. 2011. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana MA2 Membaca Al-Qur'an

MA3 Mempelajari ilmu agama MA4 Berdakwah

Maqashid Syariah dimensi perlindungan terhadap Jiwa

MJ1 Terpenuhi kebutuhan pribadi MJ2 Mengonsumsi makan bergizi MJ3 Makan di restoran

Maqashid Syariah dimensi perlindungan terhadap Akal/Pikiran

MP1 Pendidikan formal MP2 Minat membaca buku MP3 Pendidikan informal Maqashid Syariah

dimensi perlindungan terhadap Keturunan

MK1 Tidak berpacaran MK2 Keluarga harmonis

MK3 Pesta pernikahan/walimahan

Maqashid Syariah dimensi perlindungan terhadap Harta

MH1 Penghasilan layak MH2 Bersedekah MH3 Menabung

MH4 Memiliki barang mewah

Karakter Masyarakat miskin

KM1 Sikap ekonomi tidak berpikir panjang

Teori Budaya kemiskinan Oscar Lewis KM2 Kehamilan muda atau di luar

nikah

(23)

Tabel 3 Karakter Penilaian Indikator

No Kode Indikator Karakter Penilaian Landasan

1 MA1 Menjalankan

muslimin bersepakat bahwa

meninggalkan shalat lima

waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”

“Sesungguhnya Allah mengangkat

derajat suatu kaum dengan Kitab ini (Al-Qur`an) dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan

mengamalkan Alquran).” (HR

Muslim).

3 MA3 Mempelajari ilmu agama

frekuensi mengikuti pengajian

Barangsiapa yang dikehendaki Allah

dengan kebaikan maka Allah

menjadikannya ia pandai mengenai agama dan ia diilhami PetunjukNYa

“Kamu adalah umat yang terbaik yang

dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma’ruf, dan mencegah

dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah

orang-orang yang fasik” (TQS. Al-Imran :

Kebutuhan pokok manusia adalah sandang, pangan dan papan.

memelihara jiwa dalam tingkat hajiyat (Shidiq 2011)

7 MJ3 Makan di restoran

frekuensi makan di restoran

memelihara jiwa dalam tingkat tahsiniyat (Shidiq 2011)

(24)

9 MP2

‘Iqra’ (bacalah) denqan menyebut

nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari

segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan

Tuhanmu lah yang Paling Pemurah, sang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia Mengajarkan kepada manusia apa sang tidak

diketahuinya. (Q. Al ‘Alaq: 1-5)

10 MP3 Pendidikan

setiap muslim laki-laki maupun

muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil

Barr)

“Dan janganlah kamu mendekati zina;

sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan

yang buruk” (Al-Isra:32)

12 MK2 Keluarga

"Mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik pribadinya, dan sebaik-baik pribadi ialah seorang

yang paling baik terhadap

istri/suaminya"

(HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi).

13 MK3

Anas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah berdiam selama tiga malam di daerah antara Khaibar dan Madinah untuk bermalam bersama Shafiyyah (istri baru). Lalu aku mengundang kaum muslimin menghadiri walimahnya. Dalam walimah itu tak ada roti dan daging. Yang ada ialah beliau menyuruh membentangkan tikar kulit. Lalu ia dibentangkan dan di atasnya diletakkan buah kurma, susu kering,

Beruntunglah orang yang menyerahkan diri (masuk Islam), dan dikaruniakan kepadanya rezki yang cukup, serta merasa cukup dengan apa yang telah Allah Swt berikan

Allah Tabaraka wata’ala berfirman (di dalam hadits Qudsi): “Hai anak Adam,

infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah

(25)

16 MH3 Menabung

frekuensi

menabung dalam satuan hari

Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan membutuhkannya. (HR. Muslim dan Ahmad)

17 MH4 Memiliki

Rasulullah saw menggunakan pedang emas dalam berperang.

memperhatikan apa yang telah

diperbuatnya untuk hari esok” (Al

-dinilai dari ada atau tidaknya tetangga yang hamil di luar nikah

Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatwa

32/109: “Menikahi perempuan pezina

adalah haram sampai ia bertaubat, apakah yang menikahinya itu adalah yang menzinahinya atau selainnya. Inilah yang benar tanpa keraguan.”

20 KM3 Sikap hidup pasif

keterlibatannya dalam kegiatan kemasyarakatan

Bersodaqah pahalanya sepuluh,

memberi hutang (tanpa bunga)

pahalanya delapan belas,

menghubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan

silaturrahmi (dengan keluarga)

pahalanya dua puluh empat. (HR. Al Hakim)

21 KM4 Aspirasi rendah

dinilai dari cita-cita yang dimiliki dan usaha dalam mencapainya

“..Allah tidak akan mengubah suatu

nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh Allah

MahaMendengar, Maha Mengetahui”

(Al-Anfal: 53)

Batasan dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 1. Umur

Umur merupakan perhitungan usia responden sejak lahir yang dihitung dengan satuan tahun

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan identitas gender responden dengan pilihan laki-laki atau perempuan.

3. Agama

Agama merupaka keyakinan yang dianut respond an dalam penelitian ini hanya diteliti responden yang menganut agama Islam.

(26)

Status pernikahan merupakan status hubungan suami-istri responden yang dalam penelitian ini hanya hanya menggunakan status menikah, cerai mati, dan cerai hidup.

5. Usia Menikah

Usia menikah adalah usia ketika responden pertama kali menikah. 6. Usia Hamil Anak Pertama

Usia hamil anak pertama merupakan usia ketika responden (apabila responnya perempuan) atau pasangan responden (apabila respondennya laki-laki) pertama kali mengandung anak pertama.

7. Status Kepala Rumah Tangga

Status kepala rumah tangga merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap biaya tanggungan keperluan rumah tangga.

8. Status Rumah

Status rumah merupakan status kepemilikan rumah, dalam penelitian ini status rumah yang digunakan adalah pribadi, mengontrak, tinggal bersama orang tua atau warisan orang tua.

9. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan usaha seseorang dalam mendapatkan penghidupan untuk keluarganya.

 Buruh: orang yang bekerja pada orang lain yang diberi upah

 Pegawai: orang yang bekerja disuatu instansi yang diberi honor

 Pedagang: orang yang menjual barang dagangan usahanya sendiri

 Jasa: orang yang bekerja menawarkan jasa tenaga

 Pemulung: orang yang mencari barang yang sudah dibuang untuk dijualnya kembali

 Menganggur: orang dengan usia produktif yang aktif mencari pekerjaan namun belum mendapatkannya.

 Ibu Rumah Tangga: wanita usia produktif yang tidak aktif mencari pekerjaan.

10.Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan jumlah orang yang kehidupannya ditanggung oleh kepala keluarga.

11.Lama Pendidikan

Lama pendidikan merapakan hitungan lamanya responden dalam sekolah formal yang dihitung dengan satuan tahun.

12.Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah uang (rupiah) yang didapatkan rumah tangga dalam sebulan.

13.Pengeluaran

Pengeluaran merupakan jumlah uang (rupiah) yang dikeluarkan rumah tangga dalam sebulan.

14.Restoran: rumah makan yang menjual aneka menu makanan dijual di tempat terpisah dari rumah pemilik usaha dan berlokasi di luar Desa Babakan 15.Barang mewah: dinilai dari kepemilikan hand phone (HP) dan tipenya.

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Hasil Kuesioner

Jumlah responden yang diwawancarai pada penelitian ini adalah 105 responden. Dari 105 data yang terkumpul hanya 102 data yang dianalisis. Ketiga data lainnya tidak dimasukan dalam analisis karena tidak layak (jawaban responden yang inkonsistensi) dan termasuk pencilan. Data yang menjadi pencilan adalah data ke-102, 104, dan 105.

Dari hasil analisis data menggunakan SEM, didapat 4 variabel laten yang signifikan, yaitu variabel maqashid syariah poin agama, akal, keturunan, dan harta. Keempat variabel signifikan tersebut, data ke-102 dan 105 menjadi pencilan karena memiliki perbedaan rata-rata nilai variabel akal yang cukup jauh, yaitu sebesar 1.26. Rata-rata nilai variabel poin akal pada data 102 dan 105 sebesar 3.33 dan rata-rata keseluruhan nilai variabel akal 2.07. Kondisi responden ke-102 adalah orang yang aktif mengikuti pelatihan atau seminar dan keadaan responden ke-105 adalah seorang pendidik agama walau ia seorang penjual soto mie di grobak pada siang harinya. Sehingga kedua responden ini memiliki nilai variabel maqashid syariah poin akal yang lebih tinggi dari rata-ratanya. Pada data ke-104 menjadi pencilan karena memiliki rata-rata nilai variabel agama 2, sementara rata-rata nilai variabel agama secara keseluruhan sebesar 3.40. Keadaan responden ke-104 ini hampir tidak pernah melakukan sholat dan tidak suka mengikuti majlis taklim atau pengajian.

Karakteristik Umum Responden

Masyarakat Desa Babakan yang menjadi responden dalam penelitian memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik umum yang membedakannya antara lain : usia, jenis kelamin, pendidikan, kepala rumah tangga, pekerjaan, dan pengeluaran per bulan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner, maka karakteristik responden sebagai berikut:

Usia

Keragaman usia responden pada penelitian ini hampir rata pada jenjang usia 30 samapai 59. Hal ini menunjukkan usia tidak menjadi faktor kemiskinan pada Desa Babakan. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

20-29 12 11.76

30-39 25 24.51

40-49 22 21.57

50-59 22 21.57

60-69 11 10.78

>70 10 9.80

Total 102 100.00

(28)

Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden pada penelitian ini didominasi oleh perempuan, yaitu sebanyak 85 orang atau 83.33% dari total responden. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 17 16.67

Perempuan 85 83.33

Total 102 100

Tingkat Pendidikan

Responden pada penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sebanyak 35 orang atau 34.31% tidak tamat sekolah dasar dan tidak ada satu pun responden yang melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Rata-rata lama pendidikan responden pun hanya 6.76 tahun. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Terakhir (Lama pendidikan)

Jumlah

(Orang) Persentase (%) Tidak tamat SD (1-5 tahun) 35 34.31

SD (6-8 tahun) 29 28.43

SMP (9-11 tahun) 17 16.67

SMA (12 tahun) 21 20.59

Total 102 100.00

Pekerjaan

Pekerjaan responden didominasi oleh buruh. Buruh disini meliputi buruh bangunan, buruh angkut, dan buruh kebersihan. Mereka bekerja ketika ada yang membutuhkan jasa mereka, sehingga pendapatan setiap bulannya tidak menentu bahkan terkadang tidak ada pemasukan selama berbulan-bulan. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Buruh 43 42.16

Pegawai 13 12.75

Dagang 25 24.51

Jasa 17 16.67

Pemulung 4 3.92

(29)

Pengeluaran Per Bulan

Rata-rata pengeluaran respon untuk kebutuhan sehari-hari selama sebulan sebesar Rp1 386 597. Pengeluaran terbesarnya sebesar Rp3 284 000 dan pengeluaran terkecilnya sebesar Rp200 000. Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan

Jumlah Pengeluaran per

bulan Jumlah (Orang) Persentase (%)

≤500000 rupiah 13 12.75

510000-1000000 rupiah 18 17.65

1010000-1500000 rupiah 24 23.53

1510000-2000000 rupiah 27 26.47

>2010000 rupiah 20 19.61

Total 102 100.00

Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil akhir perhitungan uji validitas untuk semua indikator kuesioner memperlihatkan semua pernyataan valid (sah). Kevalidan ini diperlihatkan dengan nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar daripada t tabel sebesar 0.361 untuk �= 5% dengan n= 30 orang. Hasil uji reliabel untuk semua indikator kuesioner juga menunjukkan semua kuesioner reliabel. Hal ini ditunjukan dengan nilai Alpha Cronbach untuk semua kuesioner lebih besar dari nilai r tabel untuk α= 5% dengan n= 30 orang sama dengan nilai t tabel yaitu 0.361. Hasil lengkap uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambaran Umum Variabel Maqashid Syariah dan Karakter Miskin

Ada lima variabel maqashid syariah dalam penelitian ini, yaitu maqashid syariah: poin agama (MA), poin jiwa (MJ), poin akal (MP), poin keturunan (MK), dan poin harta (MH). Kelima variabel tersebut masing-masing memiliki indikator penilaian yang menggambarkan variabel maqashid syariah. Adapun karakter miskin mengacu pada penelitian Oscar Lewis mengenai Budaya Miskin. Karakter miskin yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sikap ekonomi tidak berpikir panjang, kehamilan muda atau diluar nikah, sikap hidup pasif, dan aspirasi rendah. Berikut hasil penilaian variabel maqashid syariah dan karakter miskin masyarakat Desa Babakan.

Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah Poin Agama

(30)

Gambar 4 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah poin Agama Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden belum memperhatikan sholat 5 waktu dengan baik, bahkan masih sering meninggalkan sholat wajib. Sebesar 42% responden meninggalkan sholat 1-2 kali dalam sehari, 7% responden meninggalkan sholat 3 kali dalam sehari, dan 2% meninggalkan sholat 4 kali dalam sehari. Responden juga masih banyak yang terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an sebesar 36%. Sebesar 47% responden rutin mengikuti majlis ilmu keagamaan (pengajian) minimal 1 kali dalam seminggu dan sebesar 49% responden suka memberikan nasihat terkait keagamaan (berdakwah) ke keluarganya. Masyarakat miskin di Desa Babakan memiliki semangat menuntut ilmu agama yang tinggi namun kurang dalam pengamalannya, terutama ibadah sholat.

Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah Poin Jiwa

Maqashid syariah poin jiwa disini lebih melihat pada sisi pemenuhan kebutuhan pangan keluarga responden. Hal ini dimaksudkan jiwa (nyawa) mereka tidak terancam karena kelaparan. Pemenuhan kebutuhan jiwa responden tidak hanya dilihat apakah terpenuhi atau tidak, namun juga bagaimana mereka memenuhinya.

Pada variabel maqashid syariah poin jiwa terdapat 3 indikator yang menjadi penilaian yaitu: terpenuhinya kebutuhan pokok pribadi (MJ1), mengonsumsi makanan bergizi (MJ2), dan frekuensi makan di restoran (MJ3). Kebutuhan pokok pribadi, dilihat dari bagaimana kebutuhan pokok individu di keluarga responden terpenuhi, apakah pas-pasan, cukup, lebih dari cukup, atau merasa kurang terpenuhi kebutuhan pokoknya. Makanan bergizi dilihat dari menu makanan sehari-hari yang dimakan oleh keluarga responden. Melihat menu makanannya apakah ada sayur, daging, buah-buahan, atau lebih banyak mengonsumsi makanan instan seperti mie. Poin ketiga, frekuensi makan di restoran dilihat dari seberapa banyak responden bersama keluarganya pergi ke restoran. Hal ini untuk melihat cara pemenuhan jiwa responden pada tingkat tahsiniyat atau tersier.

18

Variabel Maqashid Syariah Poin Agama

(31)

Gambar 5 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah poin Jiwa

Gambar 5 menunjukkan bahwa pada MJ1, sebanyak 40% responden hidup dalam keadaan pas-pasan atau pendapatan hanya cukup untuk kebutuhan pokok pribadi keluarga. Menurut penuturan beberapa responden, mereka tidak sampai kekurangan makanan dimana tidak ada makanan sama sekali dalam sehari, namun mereka menghemat dan menerima kondisi makan seadanya. Walau demikian, pada MJ2 dapat dilihat makanan yang dikonsumsi responden justru makanan yang bergizi. Sebesar 41% atau 42 orang menu makanan sehari-harinya minimal sayur dan daging (ikan asin dan ayam). Responden jarang mengonsumsi mie instan atau menu siap saji lainnya karena harga yang mahal. Pada MJ3, sebanyak 49% atau 50 responden tidak pernah makan di restoran sama sekali. Selain karena para responden terbiasa memasak sendiri makanan untuk keluarganya, mereka beranggapan bahwa dengan makan di luar akan membuat boros anggaran pengeluaran keluarga.

Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah Poin Akal

Maqashid syariah poin akal disini untuk melihat pendidikan responden. Pada poin akal ini, terdapat 3 indikator yang menjadi penilaian, yaitu: tingkat pendidikan formal (MP1), minat membaca buku (MP2), dan pendidikan informal (MP3). Pendidikan formal dilihat dari lamanya responden menempuh pendidikan formal dan ijazah terakhir yang diperoleh responden. Minat membaca buku dilihat dari intensitas responden membaca buku yang dihitung dengan satuan hari. Sedangkan pendidikan informal dilihat dari banyaknya program pelatihan softskill yang diikuti responden seperti kursus keterampilan, seminar-seminar, workshop, dan lain-lain.

21 15

6

26 41

9 40

34

9

13 8

27

0 2

49

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

MJ1 MJ2 MJ3

Variabel Maqashid Syariah Poin Jiwa

(32)

Gambar 6 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah poin Akal

Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat pada gambar 6, bahwa tingkat pendidikan responden sangat rendah. Sebanyak 35% atau 36 orang tidak tamat sekolah dasar. Mereka hanya bersekolah formal paling lama 5 tahun bahkan ada yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal sama sekali. Menurut penuturan responden, dikehidupan semasa kecilnya, sekolah-sekolah jarang dan walaupun ada harus menempuh jarak yang jauh. Mereka yang tidak mendapat pendidikan formal dengan baik, rata-rata berasal dari keluarga yang orang tuanya tidak mampu. Rendahnya variabel akal juga dapat dilihat pada MP2, yaitu sebesar 71% atau 72 orang yang jarang membaca buku. Pada MP3, dapat diketahui bahwa 45% atau 46 orang tidak pernah mengikuti pendidikan informal sama sekali, baik pelatihan maupun kursus.

Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah Poin Keturunan

Maqashid syariah poin keturunan ini untuk melihat karakteristik warga miskin Desa Babkan dalam hal pernikahan. Hal ini penting untuk diteliti, karena pada teori budaya kemiskinan disebutkan bahwa salah satu karakter miskin adalah hamil muda atau di luar nikah.

Pada variabel maqashid syariah poin keturunan ini, terdapat 3 indikator yang menjadi penilaian, yaitu proses menuju pernikahan yang baik (MK1), keharmonisan keluarga (MK2), dan acara pernikahan (MK3). Proses menuju pernikahan ini untuk melihat apakah proses yang dijalankan sesuai dengan aturan Islam atau tidak. Keharmonisan keluarga dilihat dari intensitas pertengkaran anggota keluarga dan ada tidaknya kekerasan dalam rumah tangga. Acara pernikahan dinilai dari bagaimana pesta pernikahan (walimah) diadakan. Pesta pernikahan menunjukan pemenuhan maqashid syariah poin keturunan responden pada tingkat tersier.

Indikator Maqashid Syariah Poin Akal

(33)

Gambar 7 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah poin Keturunan

Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa sebanyak 59% atau 60 responden berpacaran sebelum menikah dengan waktu lebih dari 3 bulan. Keadaan keluarga responden cenderung kepada keluarga yang harmonis, walau terkadang suka terjadi pertengkaran keluarga sebanyak 45% (MK2). Data MK3 menunjukkan bahwa diadakan pesta pernikahan yang besar-besaran, yaitu sebanyak 37% atau 38 orang. Hasil keseluruhan penelitian pada poin keturunan ini menunjukan bahwa aturan Islam dalam berketurunan kurang diindahkan pada budaya di masyarakat miskin Desa Babakan.

Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah Poin Harta

Maqashid syariah poin Harta disini untuk melihat keadaan ekonomi responden. Penilaian terhadap poin harta menjadi sangat penting dalam meneliti ini karena menyangkut kemiskinan yang sesungguhnya, yaitu miskin dalam hal harta. Namun demikian, sesungguhnya penilaian poin harta bukan hanya semata seberapa banyak harta yang dimiliki oleh responden, namun bagaimana responden dalam menerima dan mengelola keadaan hartanya.

Pada variabel maqashid syariah poin harta, terdapat 4 indikator yang menjadi penilaian, yaitu: memiliki penghasilan yang layak (MH1), frekuensi infak (MH2), frekuensi menabung (MH3), dan barang mewah yang dimiliki (MH4). Penghasilan yang layak dilihat dari kecukupan penghasilan per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup satu keluarga responden. Infak dilihat untuk bagaimana responden dalam menyisihkan sebagian rezekinya di jalan Allah, yang dinilai dari intensitas pengeluaran infaknya bukan besarnya infak. Frekuensi menabung dinilai dari intensitas responden dalam menabung yang dihitung dengan satuan hari. Pada MH4, yaitu kepemilikan barang mewah, yang dilihat dalam hal ini adalah barang-barang canggih dan mahal yang dimiliki oleh responden seperti handphone yang dilihat berdasarkan tipenya, laptop, tablet, dan perhiasan dari emas.

8

Variabel Maqashid Syariah Poin Keturunan

(34)

Gambar 8 Hasil Penilaian terhadap Variabel Maqashid Syariah poin Harta

Berdasarkan gambar 8, variabel maqashid syariah poin harta pada masyarakat Desa Babakan cenderung menengah ke bawah. Pada indikator MH1, sebanyak 39% atau 40 orang merasa pendapatan keluarga per bulan pas-pasan dengan kebutuhan keluarga, hal ini dikarenakan pekerjaan kepala rumah tangga mereka yang buruh dan kerja serabutan, sehingga pendapatan mereka rendah dan tidak menentu. Pada MH2 juga menunjukkan sebesar 43% frekuensi infak yang jarang, dan 38% pada MH4 menunjukkan responden tidak memiliki barang mewah berupa handphone. Indikator MH3 menunjukkan sebesar 32% respon memiliki frekuensi menabung yang cukup sering. Kebanyakan dari responden yang menabung adalah menabung di arisan atau sekolah anak.

Hasil Penilaian terhadap Karakter Miskin Masyarakat Desa Babakan

Variabel yang digunakan dalam menilai karakter miskin masyarakat ada 4, yaitu sikap ekonomi yang tidak berpikir panjang (KM1), terjadi kehamilan muda atau di luar nikah (KM2), sikap hidup yang pasif (KM3), dan aspirasi masyarakat yang rendah (KM4).

Gambar 9 menunjakan bahwa masyarakat Babakan memiliki karakter miskin yang kuat pada sikap ekonomi yang tidak berpikir panjang (KM1) dan terjadi kehamilan dini atau diluar nikah (KM2). Pada KM3, hasil penilaian terhadap sikap hidup masyarakat adalah masyarakat masih suka ikut dalam kegiatan kemasyarakatan walaupun tidak menjadi pengurus organisasi di desanya dan di KM4 menunjukkan bahwa masyarakat kurang memiliki aspirasi dalam hidupnya atau hidup mengalir saja tanpa memiliki tujuan atau cita-cita. Responden yang memiliki cita-cita pun, banyak yang putus asa dalam menggapai impiannya, dikarenakan tidak dapat menempuh pendidikan formal yang tinggi.

Indikator jawaban dari setiap penilaian dapat dilihat pada kuesioner responden, Lampiran 5.

Variabel Maqashid Syariah Poin Harta

(35)

Gambar 9 Hasil Penilaian terhadap Karakter Miskin Masyarakat Babakan

Pencapaian Maqashid Syariah Pada Masyarakat Miskin di Desa Babakan

Persentase hasil pencapaian maqashid syariah diperoleh dari skor variabel yang diperoleh berdasarkan kuesioner dibagi total maksimal skor variabel. Berdasarkan penilaian ini diperoleh hasil pencapaian maqashid syariah tertinggi berturut-turut adalah harta, agama, keturunan, jiwa, dan akal. Harta mendapat nilai pencapaian tertinggi yaitu 79.6%. Pencapaian tertinggi poin harta tidak berarti pendapatan masyarakat Desa Babakan yang tinggi, karena rata-rata pengeluaran per bulan masyarakat miskin Desa Babakan hanya Rp1 386 597 bahkan ada yang pengeluarannya hanya Rp200 000 per bulan. Namun disebabkan oleh sikap masyarakat Desa Babakan yang menerima keadaan hartanya.

Pencapaian tertinggi maqashid syariah selanjutnya adalah agama. Agak mirisnya, responden yang 100% agamanya Islam, hanya 36.3% yang sudah menjalankan sholat wajib 5 waktu dengan penuh, selebihnya masih ada yang meninggalkan sholat mulai dari yang hanya 1 kali meninggalkan sholat dalam sehari sampai ada yang tidak sholat sama sekali seharinya. Selebihnya kemampuan membaca Al-Qur’an dan kemauan berdakwah atau memberikan nasehat terkait keagamaan mengikuti usaha mereka dalam menjaga sholatnya. Namun pada mereka terdapat budaya pengajian yang baik, sebesar 75.5% masyarakat aktif mengikuti pengajian rutin minimal sekali dalam seminggu.

Aspek keturunan dilihat dari kualitas keluarganya. Kualitas keluarga ini dilihat mulai dari proses menuju pernikahan, seperti berpacaran atau tidak sebelum menikah, lalu proses pernikahannya, dan keharmonisan keluarga. Berdasarkan hasil kuesioner didapati banyak keluarga yang mengadakan pesta pernikahan besar-besaran dan sebagian besar memiliki keluarga yang harmonis.

Rankin keempat pencapaian maqashid syariah adalah jiwa. Aspek jiwa dilihat dari pencapaian kebutuhan badan atau kesehatan tubuh. Hal yang menjadi perhatian disini adalah tercukupinya kebutuhan pokok responden, kemampuan responden dalam memenuhi makanan bergizi, dan kemampuan responden dalam mempertersierkan perolehan makanan atau frekuensi makan di restoran. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa tidak ada yang tidak terpenuhinya

(36)

kebutuhan pokok pribadi, lauk yang dimakan sebagian besar keluarga responden adalah sayur mayur dan daging. Kebanyakan daging yang dimakan adalah ikan asin dan ayam.

Pencapaian terendah maqashid syariah adalah akal atau aspek pendidikan. Sesuai dengan kenyataan lapangan, pada masyarakat miskin Desa Babakan banyak yang putus sekolah. Sebanyak 55.9% responden tidak pernah mengenyam sekolah sama sekali dan tidak tamat sekolah dasar,juga tidak ada satu pun responden yang mencapai pendidikan perguruan tinggi. Ditambah kemauan membaca buku yang rendah dan jarang yang pernah mengikuti pendidikan informal, maka aspek pemenuhan akal mereka sangat memprihatinkan.

Gambar 10 Hasil Pencapaian Maqashid Syariah

Faktor Maqashid Syariah Yang Menjadi Pengaruh Karakter Miskin

Analisis SEM PLS ini bertujuan untuk melihat variabel maqashid syariah apa sajakah yang mempengruhi karakter miskin masyarakat Desa Babakan . Ada 2 sub model dalam analisis SEM PLS, yaitu model pengukuran (measurement model) atau sering disebut outer model dan model struktural (structural model) atau disebut juga inner model. Outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya sedangkan inner model menggambarkan hubungan variabel laten.

Pada penelitian ini terdapat 6 buah variabel laten, yaitu Maqashid Syariah poin Agama (MA), Maqashid Syariah poin Jiwa (MJ), Maqashid Syariah poin Akal (MP), Maqashid Syariah poin Keturunan (MK), Maqashid Syariah poin Harta (MH), dan Karakter Miskin (KM). Masing-masing variabel laten memiliki beberapa variabel manifest (indikator) seperti yang sudah dijalaskan pada bab sebelumnya.

79.6

0%

67.6

5%

64.1

0%

60.6

0%

41.4

0%

(37)

Analisis Outer Model

Sebelum melakukan analisis outer model terlebih dahulu dilakukan uji terhadap quality criteria model reflektif. Kriteria yang digunakan sebagai parameter antara lain : loading factor, Average Variance Extracted (AVE), cross loading, akar kuadrat AVE, Cronbach’s Alpha, dan Composite Reliability. Hasil uji pada tabel 9 menunjukkan bahwa model ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.

Tabel 9 Hasil Uji Quality Criteria Model Reflektif

No Parameter Keterangan Rule of Thumb Hasil Estimasi

1 Loading

(38)

≥ 0.7 untuk

confirmatory research

KM = 0.6430

6 Composite

Reliability Reliabilitas

≥ 0.6 masih

diterima untuk

exploratory research

MA = 0.7611 MJ = 0.7594 MP = 0.7759

MK = 0.7426

MH = 0.7752 KM = 0.8077

Gambar 11 Model Awal Penelitian

Gambar 11 di atas menunjukkan model awal penelitian. pada model ini terdapat 21 indikator dari keseluruhan variabel laten, dengan rincian MA, MH, dan KM masing-masing memiliki 4 buah indikator dan indikator MJ, MP, MK berjumlah masing-masing 3 buah. Setelah dilakukan estimasi dengan kriteria

(39)

Gambar 12 Model Akhir Penelitian

Nilai loading factor menunjukkan kekuatan indikator dalam merefleksikan variabel latennya. Pada variabel maqashid syariah poin agama, indikator berdakwah (MA4) memiliki nilai loading factor terbesar, yaitu 0.73. Hal ini menunjukkan indikator berdakwah pada masyarakat Desa Babakan yang paling dominan menyumbang karakter atau budaya miskin mereka pada variabel laten maqashid syariah poin agama. Dimensi dakwah ini secara sederhananya dalam kehidupan adalah saling nasehat-manasehati antar sesama, terutama dalam lingkungan keluarga yaitu orang tua ke anak.

Pada variabel maqashid syariah poin jiwa, frekuensi makan di restoran memiliki nilai loading factor terbesar, yaitu 0.97. Hal ini menegaskan bahwasanya salah satu karakter atau budaya miskin yang berkembang pada masyarakat Desa Babakan adalah jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali makan di restoran. Mereka cenderung berhemat dalam pemenuhan kebutuhan jiwanya dengan mencukupkan diri mengonsumsi masakan rumah dan tidak berhasrat memperindah perolehan makanannya di restoran Kenyataan ini sesuai fakta di lapangan bahwa masyarakat miskin di Desa Babakan banyak yang belum pernah makan di restoran. Taraf pemenuhan kebutuhan akan jiwa mereka belum sampai mencapai pemenuhan tersier. Namun hal ini dapat dinilai bagus dalam agama dan dapat menjadi tidak bagus dalam perekonomian bidang perkembangan bisnis makanan.

Pada variabel maqaih syariah poin akal, indikator frekuensi membaca buku (MP2) memiliki nilai loading factor terbesar, yaitu 0.83. Artinya, frekuensi membaca buku ini mendominasi variabel maqashid syariah poin akal dalam menyumbang karakter miskin masyarakat Desa Babakan. Berdasarkan kuesioner didapat data bahwa sebanyak 71% responden jarang membaca buku. Frekuensi membaca buku yang jarang menjadi budaya yang berkembang pada warga miskin di Desa Babakan.

(40)

kebanyakan pertengkaran disebabkan oleh pendidikan anak dan pemenuhan kebutuhan keluarga yang serba kekurangan.

Terakhir, pada maqashid syariah poin harta, indikator dengan nilai loading terbesar dimiliki oleh MH2, yaitu frekuensi berinfak dengan perolehan nilai sebesar 0.74. Frekuensi berinfak pada masyarakat miskin di Desa Babakan memiliki intensitas yang hampir jarang. Hal ini sesuai dengan keadaan mereka yang seharusnya menjadi mustahik, atau menerima bantuan.

Variabel karakter miskin memiliki indikator yang nilai loading factor

berada diatas 0.70 semua. Artinya seluruh indikator dalam karakter miskin merefleksikan karakter miskin dengan sama baiknya semua. Diantara indikator tersebut, KM1 atau sikap ekonomi yang tidak berpikir panjang memiliki nilai

loading factor tertinggi, yaitu sebesar 0.78. Hal ini menunjukkan dominansi karakter miskin pada masyarakat Desa Babakan adalah sikap ekonomi yang tidak berpikir panjang, atau dapat diartikan sebagai tidak memilikinya perencanaan keuangan yang baik untuk hidup di masa depan.

Analisis Inner Model

Terdapat 2 parameter yang digunakan dalam analisis inner model, yaitu R2 (koefisien determinanasi) variabel laten endogen dan hasil estimasi path coeffisients(T-value dan nilai koefisien). Tabel 10 menunjukkanhasil R2 untuk variabel KM sebesar 0.427. Hal ini memaparkan bahwa variabilitas KM dapat dijelaskan oleh variabilitas maqashid syariah (MA, MJ, MP, MK, MH) sebesar 42.7%.

Tabel 10 Hasil Analisis Inner Model

No Parameter Keterangan Rule of Thumb Hasil Estimasi

(41)

MK -> KM = 0.1702

MH ->KM = 0.1896

Hasil analisis inner model dapat digunakan untuk melihat poin-poin maqashid syariah apa sajakah yang menjadi faktor terhadap terbentuknya karakter miskin masyarakat. Kelima poin maqashid syariah memiliki nilai signifikansi yang terukur pada nilai T-statistik, dimana nilai T-statistik > 1.96 menunjukkan signifikan terhadap karakter miskin. Nilai T-statistik diperoleh melalui metode bootstrapping, hasil bootstrapping dapat dilihat pada Gambar 12. Berdasarkan nilai T-statistik terdapat 4 poin maqashid syariah yang signifikan, yaitu agama (2.02), akal (4.74), keturunan (2.13), dan harta (2.06), serta terdapat 1 poin maqashid syariah yang tidak signifikan, yaitu jiwa (0.20).

Besarnya nilai pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen dapat dilihat dari nilai koefisien pada tiap jalur (path coeffisients). MA memiliki pengaruh positif terhadap KM dengan nilai sebesar 0.153. Dapat diinterpretasikan bahwa agama berpengaruh 15,3% terhadap karakter miskin. Variabel MP, MK, dan MH pun memiliki pengaruh yang positif terhadap KM, nilai koefisiennya berturut-turut 0.387, 0.170, dan 0.190. Hal ini menunjukkan akal atau pendidikan memiliki pengaruh sebesar 38.7% terhadap karakter miskin, begitu pun dengan keturunan atau kualitas keluarga memiliki pengaruh sebesar 17.0%, dan harta memiliki pengaruh 19.0% terhadap karakter miskin. Secara urut dari nilai pengaruh terbesar ke terkecil dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13 Hasil Bootstrapping

Gambar

Gambar 1 Grafik jumlah penduduk miskin di Indonesia
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 2 Variabel Penelitian
Tabel 3 Karakter Penilaian Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Limbah kandang sapi potong dan kotoran sapinya adalah bahan baku utama pupuk organik (kompos). Namun, pembuatan pupuk organik berbahan baku limbah kandang masih

Persoalan kondisi kesehatan Ibu Suili dan Bapak Sarma yang terganggu akibat beberapa penyakit yang dideritanya merupakan permasalahan yang juga penting dan sering

[r]

of electrical stimulus intensity on the speed of response and efficacy of bilateral electroconvulsive therapy (ECT) in the treatment of schizophrenia.. Methods: Sixty-two patients

[r]

Lebih lanjut, mikrokontroler merupakan sistem komputer yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dengan PC (Personal Computer) yang

pembelajaran, pemonitoran kehadiran, pencetakan rekapitulasi kehadiran, dan pembuatan surat pemberitahuan kehadiran dosen. c) Dokumen prosedur Perubahan Perkuliahan

FUNGSI Sebagai Alokasi Ruang Dasar Penyusunan Indikasi Program Utama Dasar Pemberian Izin Pemanfaatan Ruang DASAR PERUMUSAN Kebutuhan Ruang utk Pengembangan