• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suhu Air dan Perendaman pada Dua Tingkat Kematangan Buah terhadap Perkecambahan Benih Sirsak (Annona muricata Linn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suhu Air dan Perendaman pada Dua Tingkat Kematangan Buah terhadap Perkecambahan Benih Sirsak (Annona muricata Linn)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sirsak

Sirsak (AnnonamuricataLinn) berasal dari wilayah Amerika tropis, meliputi Amerika Tengah dan Amerika Selatan, terutama di sekitar Peru, Argentina, hutan Amazon dan Kepulauan Karibia. Setelah bangsa Eropa datang ke benua Amerika, tanaman sirsak mulai diperkenalkan di berbagai negara di dunia. Sirsak berasal dari keluarga Annonaceae dan sekaligus merupakan spesies yang paling tropis dan memiliki ukuran yang paling besar diantara spesies yang lain (Love dan Paull, 2011).

Sirsak umumnya digunakan sebagai obat tradisional karena memiliki efek

farmakologi diantaranya seperti anti inflamasi, obat cacing, anti bakteri dan

sebagai antioksidan. Selain dimanfaatkan sebagai obat, tanaman ini juga memiliki

nilai ekonomi yang tinggi karena buah sirsak yang dikonsumsi memiliki

kandungan gizi yang cukup besar serta bagian tanaman yang lain seperti batang

pohon sirsak dapat dimanfaatkan sebagai kayu untuk bahan bangunan (Kedari dan

Khan, 2014).

Tanaman sirsak mempunyai akar tunggang dan akar cabang serta bulu akar yang tersebar ke semua arah, dari pusat pangkal batang ke ujung rambut akar. Akar tanaman sirsak tumbuh subur pada lapisan tanah atas (top soil) yang gembur (Love dan Paull, 2011).

(2)

danpermukaannya cukup kasar.Kulit pada batang sirsak tipis hingga agak tebal, berwarna hijau hingga kecokelatan (Pinto, 2005).

Daun sirsak biasanya berwarna hijau, halus, mengkilap, permukaan daunnyaberwarna hijau gelap,berbentuk elips atau bulat telur dan meruncing di kedua ujungnya.Daun berukuran antara (8-16) cm x (3-7) cm, dan helaian daun melekat pada tangkai daun yang berukuran 3-7 mm, dengan tepi lurus dan permukaannya agak licin (Love dan Paull, 2011).

(3)

dilakukan oleh semut hitam yang hidup pada pohon sirsak. Penyerbukan oleh semut tidak selalu menghasilkan buah dengan bentuk sempurna. Diperlukan penyerbukan buatan (bantuan manusia), agar buah sirsak berbentuk sempurna. Tanpa penyerbukan buatan, buah sirsak akan tumbuh bengkok dan tidak sempurna (Kedari dan Khan, 2014).

Sirsak menghasilkan buah yang berbentuk bulat telur, kerucut ataupun berbentuk hati. Buah sirsak berwarna hijau gelap saat mentah dan hijau muda saat matang. Kulit buah cukup tebal dan terdapat tonjolan di sekeliling permukaan kulit yang biasanya dikenal sebagai duri. Sirsak adalah buah terbesar dari keluarga

Annona, beratnya dapat mencapai hingga 9 sampai 10 kg dengan rata-rata 4 kg per buahnya. Daging buah berwarna putih, berserat dan sangat segar hampir menyerupai buah srikaya. Rasanya lebih asam dan kurang manis seperti kombinasi antara rasa nanas dan mangga (Pinto, 2005).

Biji sirsak tersusun dalam agregat buah berjumlah banyak, dalam masing-masing segmen buah terdapat biji berwana hitam atau kecokelat-cokelatan mengkilap, berbentuk pipih dengan ujung tumpul, berkulit keras, dengan ukuran panjang ± 1,5 cm, lebar ± 1 cm dan tebal ± 0,5 cm. Biji sirsak beracun dan dapat digunakan sebagi insektisida alami. Jumlah biji dalam satu buah sirsak bervariasi, berkisar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan biji yang tidak normal berwarna putih kecokelatan dan tidak berisi (Ramkhelawan, 2008).

(4)

dari permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 1.500 mm per tahun. Suhu udara yang dikehendaki tanaman sirsak berkisar antara 22-280

Perkecambahan Benih

C dan kelembaban udara (rH) sebesar 60-80%. Tanaman sirsak dapat beradaptasi luas terhadap berbagai jenis tanah pertanian, mulai dari tanah liat sampai berkerikil. Tanaman sirsak dapat tumbuh secara optimal pada tanah yang dalam dengan aerasi yang baik dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah menyatakan bahwa pH tanah yang terbaik untuk tanaman sirsak adalah 6 sampai 6,5 (Pinto, 2005).

Perkecambahan adalah tahap awal atau tahap transisi perkembangan tanaman sebelum akhirnya berkembang menjadi bibit. Tetapi dalam ekosistem alami, perkecambahan biji mungkin dibatasi oleh faktor intrinsik seperti dormansi biji atau faktor ekstrinsik seperti perubahan iklim ataupun organisme pengganggu tanaman. Kasus dormansi pada benih telah tersebar luas umumnya di daerah tropis kering. Benih dapat berkecambah saat direndam air namun keberadaan sel kedap dapat mencegah proses penyerapan air. Biji kedap air dikarenakan kulit biji yang tebal dan keras. Namun ada beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Di lingkungan, umumnya organisme seperti kutu dan mikroorganisme tanah dapat meningkatkan permeabilitas penyerapan air pada benih tanpa harus merusak embrio dengan cara mengikis kulit biji yang keras dengan dimakan ataupun kulit menjadi lunak (Mame et al., 2012)

(5)

fisiologis perkecambahan sudah dimulai sebelum penampakan akar (radikula) atau daun (plumula) keluar dari benih (Baskin dan Baskin, 2004).

Proses perkecambahan benih adalah suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih, tahap ketiga merupakan tahap di mana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh (Sutopo, 1993).

Terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman, yaitu tipe epigeal (epigeous) di mana munculnya radikuladiikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Tipe perkecambahan hipogeal (hypogeus) adalah munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah (Sutopo, 1993).

(6)

mempengaruhi perkecambahan adalah media, suhu, air, oksigen dan cahaya (Sadjad, 1980 ; Haryati, 2002).

Spesies Annona memiliki tipe perkecambahan epigeal (epigeous), yaitu munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah (Gambar 1). Kulit benih Annona harus dibiarkan lepas dengan sendirinya secara alami untuk menghindari resiko kerusakaan daun.

Sumber : Scheldeman (2002)

Gambar 1. Tipe dan fase perkecambahan pada benih spesies Annona

Setelah benih berkecambah, proses perkembangan hingga menjadi bibit akan membutuhkan waktu hingga dua sampai tiga bulan. Pada tahap ini pertumbuhan bibit pada spesies Annona khususnya sirsak akan semakin cepat terutama pada saat musim panas. Sedangkan bibit srikaya dan cherimoya akan tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan sirsak (Scheldeman, 2002).

Dormansi

Suatu benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya viable

(7)

lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansi (Sutopo, 1993).

Dormansi pada benih didefinisikan sebagai penyumbatan pada benih secara utuh dan benih akan berkecambah pada kondisi yang menguntungkan Dalam hal ini, dormansi tidak hanya berkaitan dengan tidak terjadinya proses perkecambahan tetapi juga terhadap bagian-bagian benih yang menentukan kondisi embrio agar dapat tumbuh. Dormansi dan perkecambahan ditentukan oleh interaksi antara potensi pertumbuhan embrio dan faktor pembatas yang terdapat pada jaringan sekitarnya (Lobo et al., 2007).

Perkecambahan tidak teratur disebabkan karena tingkat dan jenis dormansi yang berbeda. Namun demikian, masih ada perbedaan pendapat tentang keberadaan dormansi pada biji Annona serta perlakuan yang tepat untuk mengatasinya. Sebuah hipotesis yang mungkin menjelaskan bahwa tingkat kematangan biji saat diuji dan fakta bahwa dormansi dapat disebabkan oleh faktor lingkungan bukan faktor bawaan. Banyak dari perbandingan ini yang tidak memberikan penjelasan data tentang bagaimana benih ditangani dan kondisi penyimpanan benih sebelum dilakukan pengujian, maka langkah-langkah untuk mendukung kelangsungan hidup benih dan hasil dari perkecambahan mungkin tidaklah benar-benar sebanding (Pinto, 2005).

(8)

hanya perlu waktu untuk dapat tumbuh dan berkecambah. Selain embrio yang belum sempurna, mekanisme fisiologis juga menghambat perkecambahan biji (Baskin dan Baskin, 2004).

Biji yang memiliki dormansi morfologi, memiliki ukuran embrio yang kecil dan dapat dibedakan strukturnya serta kotiledon dan radikula. Embrio dalam biji yang memiliki dormansi morfologi secara fisiologis tidak aktif dan tidak memerlukan perlakuan pematahan dormansi untuk dapat berkecambah dengan demikian, benih hanya perlu waktu untuk dapat tumbuh pada ukuran penuh dan kemudian berkecambah (keluarnya radikula). Periode dormansi adalah waktu yang telah berlalu diantara benih yang segar dan munculnya radikula. Dalam kondisi yang tepat, embrio dalam biji baru matang dan mulai tumbuh (memanjang) dalam jangka waktu beberapa hari untuk 1-2 minggu dan biji-bijian berkecambah dalam waktu sekitar 30 hari.Benih dengan jenis dormansi morfofisiologis memiliki embrio yang berkembang dengan komponen dormansi fisiologis. Dengan demikian, dalam rangka agar benih dapat berkecambah benih tersebut memerlukan pretreatment untuk mematahkan dormansi pada benih. Dalam biji yang terdapat dormansi morfofisiologis, pertumbuhan embrio atau radikula memerlukan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan dengan biji yang terdapat dormansi morfologi(Baskin dan Baskin, 2004).

Kematangan Benih

(9)

belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 1993).

Secara biologis benih adalah bahan generatif dalam proses regenerasi tumbuhan, keberhasilan perkecambahan benih selain ditentukan oleh faktor internal yaitu kematangan pohon induk yang erat hubungannya dengan umur, juga ditentukan oleh aspek kemasakan fisiologis benih yang ditentukan oleh kondisi struktur, bentuk, dan ukuran benih. Embrio sebagai struktur utama di dalam benih memiliki bahan organik kompleks berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan hormon tumbuh yang akan tersimpan dalam keping lembaga (cotyledone) dan pada kondisi optimal benih-benih akan tumbuh setelah embrio benih terinduksi oleh kadar air dari lingkungan sehingga dapat menghasilkan kecambah yang normal (Sumarna, 2008).

Proses masak fisiologis pada buah dan biji biasanya terjadi secara bersamaan, sehingga waktu masaknya buah biasanya bersamaan dengan waktu masaknya biji. Tahap masak fisiologis pada buah terdiri dari proses fisiologis, biokimia dan dehidrasi (penurunan kadar air benih). Pada proses fisiologis dan biokimia terjadi peningkatan pembentukan cadangan makanan terutama karbohidrat, protein dan lemak serta hormon pengatur tumbuh (Suita dan Nurhasybi, 2008).

(10)

akan hancur sehingga berubah menjadi warna merah, kuning atau jingga (Darmawan et al., 2014)

Benih dapat berkecambah pada semua tingkat kemasakan, hanya saja terjadi perbedaan daya berkecambah antara tingkat kemasakan benih tersebut. Perbedaan itu antara lain disebabkan karena cadangan makanan yang terdapat pada benih yang belum masak masih belum cukup tersedia bagi pertumbuhan embrio, lain halnya pada benih yang telah masak. Benih yang telah masak fisiologis mempunyai cadangan makanan sempurna sehingga dapat menunjang pertumbuhan kecambah (Ningsih, 2012).

Pengaruh Suhu Air dan Lama Perendaman

Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Banyaknya air diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur (Sutopo, 1993).

(11)

Untuk mengatasi dormansi pada benih, berbagai cara dapat dilakukan baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik dapat dilakukan dengan cara mekanik atau non mekanik. Secara fisik mekanik antara lain dengan usaha menipiskan kulit benih dengan memakai ampelas dan gurinda, secara non mekanik antara lain dapat dilakukan dengan cara menyiram pada air mendidih, merendam dalam air dingin atau pemberian suhu yang rendah. Sedangkan dengan cara kimiawi dapat dilakukan dengan merendamnya dalam larutan KNO3 0,2%, GA3 atau H2SO4

Umumnya perlakuan yang dilakukan oleh petani untuk mengurangi dormansi pada benih khususnya dormansi fisiologis adalah dengan perlakuan perendaman air dingin. Kulit benih dapat menjadi lebih tipis akibat perlakuan perendaman air dingin. Pendinginan telah terbukti dapat meningkatkan perkecambahan benih di beberapa spesies. Perkecambahan yang meningkat dikaitkan dengan peningkatan sitokinin dan giberelin selama benih berada dalam kondisi dingin. Giberelin dikenal dapat mengaktifkan sintesis protein dan proses metabolisme lainnya yang diperlukan oleh embrio untuk berkecambah (Rusdy, 2015).

pekat (Sutopo, 1993).

Gambar

Gambar 1. Tipe dan fase perkecambahan pada benih spesies Annona

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian hasil dari nilai peramalan sebesar 106 pcs untuk periode Maret 2015, akan digunakan sebagai rekomendasi perhitungan untuk menentukan nilai pembelian atau

Invariant Moment merupakan sebuah metode dari Feature Extraction dimana metode ini dapat meng- ekstraksi nilai-nilai tertentu yang terdapat pada suatu citra tulisan tangan..

Epistemologi religius Newman lewat illative sense hendak mengembalikan gagasan Allah yang lebih personal, imajinatif, dan realistis – Allah yang hadir melalui pemahaman

Produk salah satu faktor yang memperngaruhi tingkat volume penjualan sebagai barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan apakah sesuai dengan tingkat kebutuhan

[r]

Oleh sebab itu, strategi pemasaran tidak bisa dibuat secara sembarangan, melainkan harus mampu memberi gambaran yang jelas dan terarah atas apa yang akan

Daya Saing Buah Lokal Menguat, Impor Buah Ke Sumut Anjlok.http://www.bisnis-sumatera.com/index.php/2013/05/daya-saing- buah-lokal-menguat-impor-buah-ke-sumut-anjlok/ diakses

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis induktif kualitatif dengan titik tolak teori-teori dalam tipo-morfologi arsitektur serta teori arsitektur vernakular