BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Perilaku
Kekerasan
Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan ( Stuart & Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009 ). Perilaku
kekerasan sangat berhubungan dengan kemarahan. Kemarahan adalah suatu
perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara
fisik maupun psikologis ( Berkowitz, dikutip dari Harnawati, 1993 dalam Fitria,
2010 ).
Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian ( Stuart &
Sundeen, 1998 dalam Fitria, 2010 ). Suatu keadaan di mana individu mengalami
yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (
Towsend, 1998 dalam Fitria, 2010 ). Dan suatu keadaan di mana klien mengalami
perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang
lain, dan barang – barang ( Maramis, 1998 dalam Fitria, 2009 ). Perilaku
kekerasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik ( Ketner et al, 1995 dalam Fitria, 2009 ).
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat kita lihat dari beberapa sudut pandang
diantaranya yaitu ; Fisik : mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal :
mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, dan ketus. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang
mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata – kata bernada sarkasme. Spiritual : merasa diri berkuasa,
merasa diri benar, keragu – raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
Serta pada Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan
seksual.
Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agrersif kekerasan
Gambar Rentang Respons Perilaku Kekerasan Sumber : Purba, dkk ( 2008 )
a. Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.
b. Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi
akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya
hambatan dalam proses pencapaian.
c. Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi dimana individu tidak mampu
mengungkapkan perasaan.
d. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang
tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai
kekerasan.
e. Kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Apabila marah tidak terkontrol sampai respons maladaptif (
kekerasan ) maka individu dapat menggunakan perilaku kekerasan. Individu
merasa perilaku kekerasan merupakan cara yang dirasakan dapat
menyelesaikan. Perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (
mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh ), psikologis ( emosional,
marah, mudah tersinggung, dan menentang ), spritual ( merasa dirinya sangat
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut. Ada 4 faktor yang mencakup perilaku tersebut, yaitu : tujuan untuk
melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi
korban, dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku individu. Morrison (
1993 dalam Purba, dkk, 2008 ) menambahkan bahwa perilaku kekerasan seperti
perilaku mencederai orang lain dapat berupa ancaman melukai diri sendiri ;
perilaku merusak lingkungan berupa seperti perabot rumah tangga, membanting
pintu ; ancaman verbal berupa kata – kata kasar, nada suara yang tinggi dan
bermusuhan.
2.1.1 PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
Faktor – faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural ( Dalami & Suliswati, 2009 ).
1. Faktor biologis
a. Instinctual drive theory ( teori dorongan naluri )
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b. Psycomatic theory ( teori psikomatik )
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem
limbvik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah.
2. Faktor psikologis
a. Frustasion aggresion theory ( teori agresif frustasi )
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal
atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku
agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku
b. Behaviororal theory ( teori perilaku )
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada
saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah
atau luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
c. Existensial theory ( teori eksistensi )
Bertindak sebagai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif
maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
3. Faktor sosial kultural
a. Sosial environment theory ( teori lingkungan )
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (
pasif agresif ) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima.
b. Social learning theory ( teori belajar sosial )
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
Faktor Presipitasi
Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stresor
yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain –
lain. Sedangkan stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan
orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan
lain – lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif
adalah mekanisme pertahanan ego seperti diplacement, sublimasi, proyeksi,
depresi, denial dan reaksi formasi.
Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respons fisiologi timbul karena kegiatan sistem syaraf
otonom reaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi
HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat, disertai ketegangan
otot seperti ; rahang terkatup, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan
disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan
dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku Kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukkan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.
2.1.2 ANALISA DATA
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Perilaku Kekerasan Subjektif :
Klien mengancam.
Klien menyalahkan dan menuntut. Klien meremehkan.
Objektif :
Mata melotot / pandangan tajam. Tangan mengepal.
Rahang mengatup.
Wajah memerah dan tegang. Postur tubuh kaku.
Suara keras.
2.1.3 RUMUSAN MASALAH
Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang lain, dan Lingkungan
Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi
Regimen Terapeutik Inefektif
Harga Diri Rendah Isolasi Sosial Kronis
Koping Individu Inefektif
Berduka Disfungsional
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Perilaku kekerasan.
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.
4. Harga diri rendah kronis.
5. Berduka disfungsional.
6. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
7. Koping individu inefektif.
Faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan,
antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.
2. Stimulus lingkungan.
3. Konflik interpersonal.
4. Status mental.
5. Putus obat.
6. Penyalahgunaan narkoba / alkohol.
2.1.4 PERENCANAAN
Tindakan keperawatan untuk klien
Tujuan :
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan.
c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
f. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spritual,
Tindakan :
No. Kemampuan / Kompetensi
A Kemampuan Merawat Pasien
1.
( SP1 )
1. Mengidentifikasi penyebab PK.
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK.
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan.
4. Mengidentifikasi akibat PK.
5. Menyebutkan cara mengontrol PK.
6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I.
2.
( SP2 )
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3.
( SP3 )
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih paien mengontrol PK dengan cara verbal.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4.
( SP4 )
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih mengontrol PK dengan cara spritual.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
5.
( SP5 )
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B Kemampuan Merawat Keluarga
1.
( SP1 )
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya
PK.
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK.
2.
( SP2 )
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
PK.
( SP3 ) minum obat ( discharge planning ).
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
2.2.1 PENGKAJIAN
BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 34 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Security
Alamat : Desa Pertempuran Dsn. III P. Batu
Tanggal Masuk RS : 14 Juni 2013
No. Register : 02.58.37
Ruangan / Kamar : Sibual - buali
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Skizofrenia
I. KELUHAN UTAMA
Klien masuk ke Rumah Sakit Jiwa karena sering memukul, marah,
mengamuk dan bahkan melempar adik dan pamannya di rumah, akibat
permintaan klien tidak disetujui oleh keluarga yaitu klien ingin bertani dan
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative / Palliative
1. Apa penyebabnya
Klien stres karena apa yang diinginkannya tidak dibolehkan oleh
keluarganya.
2. Hal – hal yang memperbaiki keadaan
Jika keluarga mengizinkan memberi lahan orang tua mereka untuk
ditanam cabai atau bertani oleh klien.
B. Quantity / Quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan stres berada di rumah sakit jiwa.
2. Bagaimana dilihat
Jika dilihat, klien tampak mondar – mandir seperti orang bingung atau
gelisah.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dulu pernah mengalami halusinasi pendengaran,
namun tidak lama dan tidak terlalu mengganggu.
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan bahwa keluarganya menyerahkan ke Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provsu Medan melalui IGD kemudian dirawat.
C. Pernah dirawat / dioperasi
Klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu
Medan di ruang Sorik Merapi pada tahun 2011.
D. Lama dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat selama ± 1 bulan.
E. Alergi
Klien mengatakan tidak menderita alergi apapun.
F. Imunisasi
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Klien mengatakan bahwa ayahnya mengalami Gagal Ginjal.
B. Saudara kandung
Klien mengatakan tidak ada saudara kandungnya yang sakit.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan di keluarganya.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan hanya dia lah yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal.
F. Penyebab meninggal
Klien mengatakan bahwa ayahnya meninggal akibat penyakit yang
diderita yaitu Gagal Ginjal.
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien menilai dirinya biasa – biasa saja.
B. Konsep diri :
- Gambaran diri :
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya karena ciptaan
Tuhan.
- Ideal diri :
Klien ingin cepat sembuh dan cepat pulang.
- Harga diri :
Klien merasa kurang dihargai oleh orang semenjak dirawat di RSJ.
- Peran diri :
Klien berperan sebagai anak kandung pertama dari tiga bersaudara.
- Identitas :
Klien tamatan SMA memiliki ijazah kemudian langsung kerja menjadi
C. Keadaan emosi
Klien mengatakan sulit mengontrol emosinya jika mengingat masalah
dengan keluarga.
D. Hubungan sosial :
- Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang tua dan adik – adiknya lah yang berarti.
- Hubungan dengan keluarga :
Klien anak kandung pertama dari tiga bersaudara.
- Hubungan dengan orang lain :
Klien sering berinteraksi dengan orang lain dan mengikuti kegiatan di
masyarakat seperti gotong – royong dan ronda malam.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.
E. Spritual :
- Nilai dan keyakinan :
Klien beragama kristen protestan dan yakin adanya Tuhan.
- Kegiatan ibadah :
Klien jarang mengikuti ibadah Gereja.
VI. STATUS MENTAL
Tingkat kesadaran yang dialami klien compos mentis, dapat berorientasi,
penampilan rapi, jika berbicara cepat, keras, seperti tergesa – gesa dengan
menunjukkan wajah merah, namun masih sesuai. Dilihat dari alam perasaan, klien
tampak lesu seperti putus asa, tetapi dalam perbincangan klien menunjukkan
ekspresi rasa ingin marah, tegang, dan tengan mengepal. Interaksi kooperatif dan
kontak mata ada. Klien pernah mengalami gangguan persepsi halusinasi
pendengaran, proses pikir dengan berbicara sesuai dengan apa yang dialami,
penuh dengan obsesi dan memiliki ide yang terkait. Tidak ada waham yang
dialami, kemampuan memori klien masih dapat mengingat kejadian dulu dan
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Klien tampak biasa saja, hanya sedikit gelisah dan mondar – mandir di
ruangan.
B. Tanda – tanda vital
- Suhu tubuh : 36o C
- Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
- Nadi : 80 kali /menit
- Pernafasan : 24 kali /menit
- Skala nyeri : -
- TB : 175 cm
- BB : 70 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala
- Bentuk : bentuk bulat sedikit lonjong.
- Ubun – ubun : posisi tepat dan normal.
- Kulit kepala : keadaan kulit kepala bersih.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata dan
rambut bersih.
- Bau : rambut tidak berbau.
- Warna rambut : hitam.
Wajah
- Warna kulit : hitam.
- Struktur wajah : struktur lengkap.
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : mata lengkap dan simetris.
- Palpebra : normal.
- Konjungtiva dan sklera : tidak dijumpai tanda anemia.
- Pupil : kontraksi isokor ( +/+ ).
- Cornea dan iris : tidak terdapat kelainan, iris : cokelat.
- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan.
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : bentuk simetris, tidak ada
kelainan.
- Lubang hidung : bersih, dan tidak ada sekret / benda asing.
- Cuping hidung : tidak ada tanda kelainan.
Telinga
- Bentuk telinga : bentuk telinga normal.
- Ukuran telinga : ukuran telinga normal.
- Lubang telinga : tidak terdapat penumpukan serumen atau cairan
yang keluar.
- Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran bagus, klien dapat
membedakan suara.
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : bentuk simetris, mukosa kering.
- Keadaan gusi dan gigi : gusi kering, klien menggunakan 4 gigi
palsu di bagian depan, ada karies.
- Keadaan lidah : lidah sedikit kotor.
- Orofaring : reflek menelan bagus.
Leher
- Posisi trachea : posisi tachea simetris.
- Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
- Suara : suara normal.
- Kelenjar limfe : tidak ada kelainan.
- Vena jugularis : tampak ketika klien berbicara.
- Denyut nadi karotis : teraba.
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan : kulit sedikit kering.
- Kehangatan : kulit terasa hangat.
- Warna : hitam.
- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan.
Pemeriksaan thoraks / dada
- Inspeksi thoraks ( normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest,
flail chest, kifos koliasis ) : thoraks normal.
- Pernafasan ( frekuensi, lama ) : 24 kali /menit.
- Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan.
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi ( bentuk, benjolan ) : bentuk normal, dan tidak terlihat
benjolan.
- Auskultasi : peristaltik normal.
- Palpasi ( tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien ) : tidak ada
nyeri tekan, benjolan ( - ), ascites ( - ).
- Perkusi ( suara abdomen ) : tympani.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI
A. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan /hari : 3 kali/hari.
- Nafsu / selera makan : klien sangat nafsu makan.
- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri.
- Alergi : tidak ada alergi makanan.
- Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah.
- Tampak makan memisahkan diri : klien makan bersama teman di
ruangan.
- Waktu pemberian makan : pagi 08.15 WIB, siang 12.30 WIB, dan
malam 17.30 WIB.
- Jumlah dan jenis makanan : satu porsi nasi dan sayur.
- Waktu pemberian cairan / minum : setelah makan dan saat haus.
- Masalah makan dan minum ( kesulitan, menelan, mengunyah ) : tidak
B. Perawatan diri / personal hygiene
- Kebersihan tubuh : klien mandi 2 – 3 kali /hari.
- Kebersihan gigi dan mulut : klien menyikat gigi 1 – 2 kali /hari.
Namun pada pemeriksaan mulut masih terdapat karies pada gigi dan
mukosa mulut kering.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan bersih.
C. Pola kegiatan / aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :
Klien melakukan kegiatan seperti makan dilakukan sesuai dengan
ketentuan aturan di rumah sakit, kemudian untuk mandi, eliminasi,
dan ganti pakaian dilakukan secara mandiri.
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat / sakit :
Klien mengatakan tidak pernah beribadah selama dirawat.
D. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 – 2 kali /hari.
- Karakter feses : normal.
- Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan.
- BAB terakhir : pagi.
- Diare : tidak ada diare.
- Penggunaan laktasif : tidak ada penggunaan laktasif.
2. BAK
- Pola BAK : 2 kali atau lebih /hari.
- Karakter urine : normal.
- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : tidak ada nyeri atau kesulitan.
- Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : tidak ada.
- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik
E. Mekanisme koping
Koping adaptif yang dapat dilakukan klien adalah teknik relaksasi,
sementara pada koping maladaptif, klien sering mabuk – mabukkan, bahkan
sampai mau menghancurkan barang – barang di rumahnya.
2.2.2 ANALISA DATA
No. Data Masalah Keperawatan
1.
2.
3.
4.
Ds : Klien mengatakan ingin berkelahi,
bahkan mengatakan jengkel dengan
pamannya ketika dilarang untuk bertani.
Do : Klien mengeluarkan suara keras
dan wajah memerah.
Ds : Klien mengatakan semenjak
permasalahan itu, klien tidak semangat
untuk beraktivitas dan melanjutkan
pekerjaannya.
Do : klien tampak menolak terhadap
kemampuan dirinya sendiri.
Ds : Klien mengetakan merasa malas
untuk gabung dengan teman –
temannya, karena takut ada yang
memancing emosinya.
Do : Klien terlihat sering menyendiri,
kecuali saat makan.
Ds : Klien mengatakan jika bermasalah,
klien sering mabuk – mabukan.
Do : -
Perilaku Kekerasan
Harga Diri Rendah
Isolasi Sosial
2.2.3 RUMUSAN MASALAH
Perilaku Kekerasan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Isolasi Sosial
Mekanisme Koping Individu Inefektif
Diagnosa Keperawatan
I. Perilaku Kekerasan
II. Harga Diri Rendah
III. Isolasi Sosial
2.2.4 PERENCANAAN
Hari /
Tanggal
No. Dx Perencanaan Keperawatan
Senin /
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Tujuan :
Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku
kekerasan dengan beberapa cara ( fisik, verbal, spritual
dan obat ).
SP1 dan SP2 : Klien dapat membina hubungan saling
percaya, dapat mengidentifikasi penyebab, tanda – tanda,
jenis yang dilakukan, akibat, serta cara mengontrol
perilaku kekerasannya dengan cara fisik.
SP3 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
dengan cara verbal.
SP4 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
dengan cara melakukan kegiatan spritual sesuai
kepercayaannya.
SP5 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
dengan minum obat.
SP1 : Klien dapat mengungkapkan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
SP1 : Klien dapat mengungkapkan penyebab, keuntungan
dan kerugian Isos, dan mampu memulai dengan
berkenalan kepada satu teman.
Klien dapat mempertahankan koping adaptif.
Rencana Tindakan Rasional
SP1 dan SP2 :
-Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
-Kepercayaan dari klien
merupakan hal yang
mutlak serta akan
Selasa /
18-6-2013
I
-Identifikasi penyebab PK,
tanda gejala PK, PK yang
dilakukan, akibat PK.
-Bantu klien mempraktekkan
cara mengontrol PK dengan
Fisik I dan II.
-Anjurkan klien untuk
mengulangi ketika rasa
ingin marah timbul.
SP3 :
-Evaluasi kegiatan
mengontrol PK yang sudah
diajarkan.
-Latih klien mengontrol PK
dengan cara verbal.
-Anjurkan klien untuk
melakukannya setiap hari
kegiatannya.
SP4 :
-Evaluasi kegiatan
mengontrol PK yang sudah
diajarkan.
-Latih klien mengontrol PK
dengan cara melakukan
kegiatan spritual.
-Anjurkan klien untuk
melakukannnya setiap hari.
melakukan pendekatan
dan tindakan keperawatan
kepada klien.
-Menentukan mekanisme
koping yang dimiliki
klien dalam menghadapi
masalah serta sebagai
langkah awal dalam
menyusun strategi
berikutnya.
-Mengingatkan kembali
cara mengontrol PK yang
diajarkan.
-Menurunkan destruktif
yang akan mencederai
klien dan lingkungan
sekitar.
-Menurunkan rasa amarah
klien dan mengingatkan
Rabu /
-Evaluasi kegiatan
mengontrol PK yang sudah
diajarkan.
-Jelaskan cara mengontrol
PK dengan minum obat.
-Anjurkan klien untuk
melakukannya rutin sesuai
waktu.
SP1 :
-Identifikasi kemampuan
dan aspek posirif yang
dimiliki klien.
-Bantu klien menilai
kemampuannya yang masih
dapat digunakan.
-Bantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih
sesuai kemampuan.
-Latih sesuai kemampuan
yang dipilih
-Beri pujian yang wajar
terhadap keberhasilan klien.
-Anjurkan klien untuk tetap
melakukan kegiatan yang
diajarkan.
SP1 :
-Identifikasi penyebab Isos.
-Diskusi dengan klien
-Menyukseskan program
pengobatan klien.
-Melakukan pendekatan
dan tindakan keperawatan
klien.
-Mengingatkan kembali
dengan kemampuan yang
masih dapat dilakukan.
-Memotivasi klien untuk
tetap melakukan kegiatan
yang sesuai.
-Membiasakan klien agar
IV.
tentang keuntungan dan
kerugian jika berinteraksi
atau tidak berinteraksi
dengan orang lain.
-Ajarkan klien cara
berkenalan dengan satu
orang.
-Anjurkan klien untuk tetap
melakukan kegiatan yang
diajarkan.
-Identifikasi alasan klien
memilih koping inefektif.
-Jelaskan kerugian yang
didapatkan.
-Ajarkan koping efektif
dalam mengatasi masalah.
dan memiliki banyak
teman.
-. Mengetahui tindakan
keperawatan yang akan
dilakukan.
- Menurunkan resiko
terjadinya masalah
2.2.5 IMPLEMENTASI
Hari / Tanggal
No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi ( SOAP )
-Membina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
-Mengidentifikasi penyebab
PK, tanda gejala PK, PK
yang dilakukan, akibat PK.
-Membantu klien
mempraktekkan cara
mengontrol PK dengan Fisik
I ( Tarik nafas dalam ) dan
Fisik II ( Pukul kasur dan
bantal ).
-Menganjurkan klien untuk
mengulangi ketika rasa ingin
marah timbul.
SP3 :
-Mengidentifikasi kegiatan
mengontrol PK yang sudah
diajarkan.
-Melatih klien mengontrol PK
dengan cara verbal.
-Menganjurkan klien untuk
melakukannya setiap hari
kegiatannya.
S :
- Klien menjelaskan
dan memberitahu
biodata.
-Klien menceritakan
masalah sampai klien
dibawa ke rumah
sakit.
-Klien mengatakan
cukup lega bisa
mempraktekkan cara
tersebut ketika
marah.
O : Klien terlihat sedikit
tenang setelah diajarkan
cara mengontrol PK.
A : Masalah sebagian
teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
S : Klien mengatakan
sudah melakukan yang
diajarkan cara fisik I dan
II dan mengatakan ini
sudah pernah dilakukan,
tapi tetap keluarga tidak
mengizinkan.
O : Klien terlihat
Kamis /
20-6-2013
I.
I.
SP4 :
-Mengevaluasi kegiatan
mengontrol PK yang sudah
diajarkan.
-Melatih klien mengontrol PK
dengan cara melakukan
kegiatan spritual.
-Menganjurkan klien untuk
melakukannnya setiap hari.
SP5 :
-Mengevaluasi kegiatan
mengontrol PK yang sudah
diajarkan.
-Menjelaskan cara mengontrol
PK dengan minum obat.
-Menganjurkan klien untuk
melakukannya rutin sesuai
waktu.
menuruti saat diajarkan
cara mengontrol verbal.
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.
S : Klien mengatakan
sudah melakukan cara
verbal, dan mengatakan
kalau dirinya tidak
pernah beribadah, tetapi
akan mencobanya.
O : -
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.
S : Klien mengatakan
sudah melakukan
kegiatan spritual, dan
mengatakan sudah
paham dengan obat –
obatan, karena sudah
sering dilakukan.
O : Klien minum obat
sesuai waktu yang sudah
ditentukan di Rumah
Sakit.
Jum’at /
kemampuan dan aspek
posirif yang dimiliki klien.
-Membantu klien menilai
kemampuannya yang masih
dapat digunakan.
-Membantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih
sesuai kemampuan.
-Melatih sesuai kemampuan
yang dipilih
-Memberi pujian yang wajar
terhadap keberhasilan klien.
-Menganjurkan klien untuk
tetap melakukan kegiatan
yang diajarkan.
SP1 :
-Mengidentifikasi penyebab
Isos.
-Mendiskusikan dengan klien
tentang keuntungan dan
kerugian jika berinteraksi
atau tidak berinteraksi
dengan orang lain.
-Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan satu
orang.
P : Intervensi dihentikan
untuk masalah PK.
S : Klien mengatakan
bisa menyapu dan
mengepel.
O : Klien terlihat mampu
melakukan kegiatan
yang sesuai kemampuan
nya.
A : Masalah sebagian
teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
S : Klien mengatakan
malas bergabung dengan
temannya, takut kalau
nanti ada yang
memancing emosinya.
O : Klien tampak selalu
menyendiri.
A : Masalah sebagian
teratasi.
P : Intervensi
IV.
-Menganjurkan klien untuk
tetap melakukan kegiatan
yang diajarkan.
-Mengidentifikasi alasan klien
memilih koping inefektif.
-Menjelaskan kerugian yang
didapatkan.
-Mengajarkan koping efektif
dalam mengatasi masalah.
S : Klien mengatakan
sulit menghilangkan
kebiasaannya dengan
mabuk – mabukkan.
O : Klien terlihat
mengerti dan mau
mengubah kebiasaan
buruknya.
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.
2.2.6 EVALUASI
a. Klien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan, perilaku kekerasan yang dilakukan, dan akibat dari perilaku
kekerasan yang dilakukan.
b. Klien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara
teratur sesuai jadwal :
1) Secara fisik
2) Secara sosial / verbal
3) Secara spritual
4) Dengan terapi psikofarmaka
c. Klien dapat mengungkapkan, menilai, melatih serta melakukan
kemampuan dan aspek yang dimiliki.