• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn. K dengan Prioritas Masalah Perilaku Kekerasan di RSJD. Provinsi Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn. K dengan Prioritas Masalah Perilaku Kekerasan di RSJD. Provinsi Sumatera Utara Medan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Perilaku

Kekerasan

Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

lain maupun lingkungan ( Stuart & Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009 ). Perilaku

kekerasan sangat berhubungan dengan kemarahan. Kemarahan adalah suatu

perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang

meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Perilaku kekerasan atau agresif

merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara

fisik maupun psikologis ( Berkowitz, dikutip dari Harnawati, 1993 dalam Fitria,

2010 ).

Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian ( Stuart &

Sundeen, 1998 dalam Fitria, 2010 ). Suatu keadaan di mana individu mengalami

yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (

Towsend, 1998 dalam Fitria, 2010 ). Dan suatu keadaan di mana klien mengalami

perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang

lain, dan barang – barang ( Maramis, 1998 dalam Fitria, 2009 ). Perilaku

kekerasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan

fisik ( Ketner et al, 1995 dalam Fitria, 2009 ).

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat kita lihat dari beberapa sudut pandang

diantaranya yaitu ; Fisik : mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal,

rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal :

mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara dengan nada keras,

kasar, dan ketus. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang

(2)

mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang

mengeluarkan kata – kata bernada sarkasme. Spiritual : merasa diri berkuasa,

merasa diri benar, keragu – raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.

Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.

Serta pada Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan

seksual.

Rentang Respon

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agrersif kekerasan

Gambar Rentang Respons Perilaku Kekerasan Sumber : Purba, dkk ( 2008 )

a. Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan

memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.

b. Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi

akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya

hambatan dalam proses pencapaian.

c. Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi dimana individu tidak mampu

mengungkapkan perasaan.

d. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk

bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang

tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai

kekerasan.

e. Kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan. Apabila marah tidak terkontrol sampai respons maladaptif (

kekerasan ) maka individu dapat menggunakan perilaku kekerasan. Individu

merasa perilaku kekerasan merupakan cara yang dirasakan dapat

menyelesaikan. Perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (

mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh ), psikologis ( emosional,

marah, mudah tersinggung, dan menentang ), spritual ( merasa dirinya sangat

(3)

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai

atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku

tersebut. Ada 4 faktor yang mencakup perilaku tersebut, yaitu : tujuan untuk

melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi

korban, dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku individu. Morrison (

1993 dalam Purba, dkk, 2008 ) menambahkan bahwa perilaku kekerasan seperti

perilaku mencederai orang lain dapat berupa ancaman melukai diri sendiri ;

perilaku merusak lingkungan berupa seperti perabot rumah tangga, membanting

pintu ; ancaman verbal berupa kata – kata kasar, nada suara yang tinggi dan

bermusuhan.

2.1.1 PENGKAJIAN

Faktor Predisposisi

Faktor – faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan

adalah faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural ( Dalami & Suliswati, 2009 ).

1. Faktor biologis

a. Instinctual drive theory ( teori dorongan naluri )

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu

dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

b. Psycomatic theory ( teori psikomatik )

Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap

stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem

limbvik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun

menghambat rasa marah.

2. Faktor psikologis

a. Frustasion aggresion theory ( teori agresif frustasi )

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi

frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal

atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku

agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku

(4)

b. Behaviororal theory ( teori perilaku )

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia

fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada

saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah

atau luar rumah. Semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi

perilaku kekerasan.

c. Existensial theory ( teori eksistensi )

Bertindak sebagai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif

maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

3. Faktor sosial kultural

a. Sosial environment theory ( teori lingkungan )

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara diam (

pasif agresif ) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku

kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima.

b. Social learning theory ( teori belajar sosial )

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui

proses sosialisasi.

Faktor Presipitasi

Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat

unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stresor

yang berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain –

lain. Sedangkan stresor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan

orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan

lain – lain. Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah

pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat

membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif

(5)

adalah mekanisme pertahanan ego seperti diplacement, sublimasi, proyeksi,

depresi, denial dan reaksi formasi.

Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

1. Menyerang atau menghindar

Pada keadaan ini respons fisiologi timbul karena kegiatan sistem syaraf

otonom reaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan

darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi

HCL meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva

meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat, disertai ketegangan

otot seperti ; rahang terkatup, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan

disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asertif

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan

kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku

asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan rasa

marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan

dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.

3. Memberontak

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku

untuk menarik perhatian orang lain.

4. Perilaku Kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukkan kepada diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan.

2.1.2 ANALISA DATA

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji

Perilaku Kekerasan Subjektif :

Klien mengancam.

(6)

Klien menyalahkan dan menuntut. Klien meremehkan.

Objektif :

Mata melotot / pandangan tajam. Tangan mengepal.

Rahang mengatup.

Wajah memerah dan tegang. Postur tubuh kaku.

Suara keras.

2.1.3 RUMUSAN MASALAH

Resiko Tinggi Mencederai Diri, Orang lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi

Regimen Terapeutik Inefektif

Harga Diri Rendah Isolasi Sosial Kronis

Koping Individu Inefektif

Berduka Disfungsional

(7)

Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Perilaku kekerasan.

2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi.

4. Harga diri rendah kronis.

5. Berduka disfungsional.

6. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.

7. Koping individu inefektif.

Faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan,

antara lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.

2. Stimulus lingkungan.

3. Konflik interpersonal.

4. Status mental.

5. Putus obat.

6. Penyalahgunaan narkoba / alkohol.

2.1.4 PERENCANAAN

Tindakan keperawatan untuk klien

Tujuan :

a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

b. Klien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan.

c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya.

d. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya.

e. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.

f. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spritual,

(8)

Tindakan :

No. Kemampuan / Kompetensi

A Kemampuan Merawat Pasien

1.

( SP1 )

1. Mengidentifikasi penyebab PK.

2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK.

3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan.

4. Mengidentifikasi akibat PK.

5. Menyebutkan cara mengontrol PK.

6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I.

2.

( SP2 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

3.

( SP3 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Melatih paien mengontrol PK dengan cara verbal.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

4.

( SP4 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Melatih mengontrol PK dengan cara spritual.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

5.

( SP5 )

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B Kemampuan Merawat Keluarga

1.

( SP1 )

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien.

2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

PK.

3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK.

2.

( SP2 )

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK.

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

PK.

(9)

( SP3 ) minum obat ( discharge planning ).

(10)

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus

PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

2.2.1 PENGKAJIAN

BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 34 Tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Security

Alamat : Desa Pertempuran Dsn. III P. Batu

Tanggal Masuk RS : 14 Juni 2013

No. Register : 02.58.37

Ruangan / Kamar : Sibual - buali

Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Skizofrenia

I. KELUHAN UTAMA

Klien masuk ke Rumah Sakit Jiwa karena sering memukul, marah,

mengamuk dan bahkan melempar adik dan pamannya di rumah, akibat

permintaan klien tidak disetujui oleh keluarga yaitu klien ingin bertani dan

(11)

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative / Palliative

1. Apa penyebabnya

Klien stres karena apa yang diinginkannya tidak dibolehkan oleh

keluarganya.

2. Hal – hal yang memperbaiki keadaan

Jika keluarga mengizinkan memberi lahan orang tua mereka untuk

ditanam cabai atau bertani oleh klien.

B. Quantity / Quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan stres berada di rumah sakit jiwa.

2. Bagaimana dilihat

Jika dilihat, klien tampak mondar – mandir seperti orang bingung atau

gelisah.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan dulu pernah mengalami halusinasi pendengaran,

namun tidak lama dan tidak terlalu mengganggu.

B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan bahwa keluarganya menyerahkan ke Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan melalui IGD kemudian dirawat.

C. Pernah dirawat / dioperasi

Klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu

Medan di ruang Sorik Merapi pada tahun 2011.

D. Lama dirawat

Klien mengatakan pernah dirawat selama ± 1 bulan.

E. Alergi

Klien mengatakan tidak menderita alergi apapun.

F. Imunisasi

(12)

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Klien mengatakan bahwa ayahnya mengalami Gagal Ginjal.

B. Saudara kandung

Klien mengatakan tidak ada saudara kandungnya yang sakit.

C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan di keluarganya.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan hanya dia lah yang mengalami gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal.

F. Penyebab meninggal

Klien mengatakan bahwa ayahnya meninggal akibat penyakit yang

diderita yaitu Gagal Ginjal.

V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien menilai dirinya biasa – biasa saja.

B. Konsep diri :

- Gambaran diri :

Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya karena ciptaan

Tuhan.

- Ideal diri :

Klien ingin cepat sembuh dan cepat pulang.

- Harga diri :

Klien merasa kurang dihargai oleh orang semenjak dirawat di RSJ.

- Peran diri :

Klien berperan sebagai anak kandung pertama dari tiga bersaudara.

- Identitas :

Klien tamatan SMA memiliki ijazah kemudian langsung kerja menjadi

(13)

C. Keadaan emosi

Klien mengatakan sulit mengontrol emosinya jika mengingat masalah

dengan keluarga.

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti :

Klien mengatakan orang tua dan adik – adiknya lah yang berarti.

- Hubungan dengan keluarga :

Klien anak kandung pertama dari tiga bersaudara.

- Hubungan dengan orang lain :

Klien sering berinteraksi dengan orang lain dan mengikuti kegiatan di

masyarakat seperti gotong – royong dan ronda malam.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan

orang lain.

E. Spritual :

- Nilai dan keyakinan :

Klien beragama kristen protestan dan yakin adanya Tuhan.

- Kegiatan ibadah :

Klien jarang mengikuti ibadah Gereja.

VI. STATUS MENTAL

Tingkat kesadaran yang dialami klien compos mentis, dapat berorientasi,

penampilan rapi, jika berbicara cepat, keras, seperti tergesa – gesa dengan

menunjukkan wajah merah, namun masih sesuai. Dilihat dari alam perasaan, klien

tampak lesu seperti putus asa, tetapi dalam perbincangan klien menunjukkan

ekspresi rasa ingin marah, tegang, dan tengan mengepal. Interaksi kooperatif dan

kontak mata ada. Klien pernah mengalami gangguan persepsi halusinasi

pendengaran, proses pikir dengan berbicara sesuai dengan apa yang dialami,

penuh dengan obsesi dan memiliki ide yang terkait. Tidak ada waham yang

dialami, kemampuan memori klien masih dapat mengingat kejadian dulu dan

(14)

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Klien tampak biasa saja, hanya sedikit gelisah dan mondar – mandir di

ruangan.

B. Tanda – tanda vital

- Suhu tubuh : 36o C

- Tekanan darah : 120 / 80 mmHg

- Nadi : 80 kali /menit

- Pernafasan : 24 kali /menit

- Skala nyeri : -

- TB : 175 cm

- BB : 70 kg

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala

- Bentuk : bentuk bulat sedikit lonjong.

- Ubun – ubun : posisi tepat dan normal.

- Kulit kepala : keadaan kulit kepala bersih.

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata dan

rambut bersih.

- Bau : rambut tidak berbau.

- Warna rambut : hitam.

Wajah

- Warna kulit : hitam.

- Struktur wajah : struktur lengkap.

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : mata lengkap dan simetris.

- Palpebra : normal.

- Konjungtiva dan sklera : tidak dijumpai tanda anemia.

- Pupil : kontraksi isokor ( +/+ ).

- Cornea dan iris : tidak terdapat kelainan, iris : cokelat.

(15)

- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan.

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi : bentuk simetris, tidak ada

kelainan.

- Lubang hidung : bersih, dan tidak ada sekret / benda asing.

- Cuping hidung : tidak ada tanda kelainan.

Telinga

- Bentuk telinga : bentuk telinga normal.

- Ukuran telinga : ukuran telinga normal.

- Lubang telinga : tidak terdapat penumpukan serumen atau cairan

yang keluar.

- Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran bagus, klien dapat

membedakan suara.

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : bentuk simetris, mukosa kering.

- Keadaan gusi dan gigi : gusi kering, klien menggunakan 4 gigi

palsu di bagian depan, ada karies.

- Keadaan lidah : lidah sedikit kotor.

- Orofaring : reflek menelan bagus.

Leher

- Posisi trachea : posisi tachea simetris.

- Thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

- Suara : suara normal.

- Kelenjar limfe : tidak ada kelainan.

- Vena jugularis : tampak ketika klien berbicara.

- Denyut nadi karotis : teraba.

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan : kulit sedikit kering.

- Kehangatan : kulit terasa hangat.

- Warna : hitam.

(16)

- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan.

Pemeriksaan thoraks / dada

- Inspeksi thoraks ( normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest,

flail chest, kifos koliasis ) : thoraks normal.

- Pernafasan ( frekuensi, lama ) : 24 kali /menit.

- Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan.

Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi ( bentuk, benjolan ) : bentuk normal, dan tidak terlihat

benjolan.

- Auskultasi : peristaltik normal.

- Palpasi ( tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien ) : tidak ada

nyeri tekan, benjolan ( - ), ascites ( - ).

- Perkusi ( suara abdomen ) : tympani.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

A. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan /hari : 3 kali/hari.

- Nafsu / selera makan : klien sangat nafsu makan.

- Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri.

- Alergi : tidak ada alergi makanan.

- Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah.

- Tampak makan memisahkan diri : klien makan bersama teman di

ruangan.

- Waktu pemberian makan : pagi 08.15 WIB, siang 12.30 WIB, dan

malam 17.30 WIB.

- Jumlah dan jenis makanan : satu porsi nasi dan sayur.

- Waktu pemberian cairan / minum : setelah makan dan saat haus.

- Masalah makan dan minum ( kesulitan, menelan, mengunyah ) : tidak

(17)

B. Perawatan diri / personal hygiene

- Kebersihan tubuh : klien mandi 2 – 3 kali /hari.

- Kebersihan gigi dan mulut : klien menyikat gigi 1 – 2 kali /hari.

Namun pada pemeriksaan mulut masih terdapat karies pada gigi dan

mukosa mulut kering.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan bersih.

C. Pola kegiatan / aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian

dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :

Klien melakukan kegiatan seperti makan dilakukan sesuai dengan

ketentuan aturan di rumah sakit, kemudian untuk mandi, eliminasi,

dan ganti pakaian dilakukan secara mandiri.

- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat / sakit :

Klien mengatakan tidak pernah beribadah selama dirawat.

D. Pola eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : 1 – 2 kali /hari.

- Karakter feses : normal.

- Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat perdarahan.

- BAB terakhir : pagi.

- Diare : tidak ada diare.

- Penggunaan laktasif : tidak ada penggunaan laktasif.

2. BAK

- Pola BAK : 2 kali atau lebih /hari.

- Karakter urine : normal.

- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : tidak ada nyeri atau kesulitan.

- Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : tidak ada.

- Penggunaan diuretik : tidak ada penggunaan diuretik

(18)

E. Mekanisme koping

Koping adaptif yang dapat dilakukan klien adalah teknik relaksasi,

sementara pada koping maladaptif, klien sering mabuk – mabukkan, bahkan

sampai mau menghancurkan barang – barang di rumahnya.

2.2.2 ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan

1.

2.

3.

4.

Ds : Klien mengatakan ingin berkelahi,

bahkan mengatakan jengkel dengan

pamannya ketika dilarang untuk bertani.

Do : Klien mengeluarkan suara keras

dan wajah memerah.

Ds : Klien mengatakan semenjak

permasalahan itu, klien tidak semangat

untuk beraktivitas dan melanjutkan

pekerjaannya.

Do : klien tampak menolak terhadap

kemampuan dirinya sendiri.

Ds : Klien mengetakan merasa malas

untuk gabung dengan teman –

temannya, karena takut ada yang

memancing emosinya.

Do : Klien terlihat sering menyendiri,

kecuali saat makan.

Ds : Klien mengatakan jika bermasalah,

klien sering mabuk – mabukan.

Do : -

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

(19)

2.2.3 RUMUSAN MASALAH

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Mekanisme Koping Individu Inefektif

Diagnosa Keperawatan

I. Perilaku Kekerasan

II. Harga Diri Rendah

III. Isolasi Sosial

(20)

2.2.4 PERENCANAAN

Hari /

Tanggal

No. Dx Perencanaan Keperawatan

Senin /

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Tujuan :

Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku

kekerasan dengan beberapa cara ( fisik, verbal, spritual

dan obat ).

SP1 dan SP2 : Klien dapat membina hubungan saling

percaya, dapat mengidentifikasi penyebab, tanda – tanda,

jenis yang dilakukan, akibat, serta cara mengontrol

perilaku kekerasannya dengan cara fisik.

SP3 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya

dengan cara verbal.

SP4 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya

dengan cara melakukan kegiatan spritual sesuai

kepercayaannya.

SP5 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya

dengan minum obat.

SP1 : Klien dapat mengungkapkan kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki.

SP1 : Klien dapat mengungkapkan penyebab, keuntungan

dan kerugian Isos, dan mampu memulai dengan

berkenalan kepada satu teman.

Klien dapat mempertahankan koping adaptif.

Rencana Tindakan Rasional

SP1 dan SP2 :

-Bina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

-Kepercayaan dari klien

merupakan hal yang

mutlak serta akan

(21)

Selasa /

18-6-2013

I

-Identifikasi penyebab PK,

tanda gejala PK, PK yang

dilakukan, akibat PK.

-Bantu klien mempraktekkan

cara mengontrol PK dengan

Fisik I dan II.

-Anjurkan klien untuk

mengulangi ketika rasa

ingin marah timbul.

SP3 :

-Evaluasi kegiatan

mengontrol PK yang sudah

diajarkan.

-Latih klien mengontrol PK

dengan cara verbal.

-Anjurkan klien untuk

melakukannya setiap hari

kegiatannya.

SP4 :

-Evaluasi kegiatan

mengontrol PK yang sudah

diajarkan.

-Latih klien mengontrol PK

dengan cara melakukan

kegiatan spritual.

-Anjurkan klien untuk

melakukannnya setiap hari.

melakukan pendekatan

dan tindakan keperawatan

kepada klien.

-Menentukan mekanisme

koping yang dimiliki

klien dalam menghadapi

masalah serta sebagai

langkah awal dalam

menyusun strategi

berikutnya.

-Mengingatkan kembali

cara mengontrol PK yang

diajarkan.

-Menurunkan destruktif

yang akan mencederai

klien dan lingkungan

sekitar.

-Menurunkan rasa amarah

klien dan mengingatkan

(22)

Rabu /

-Evaluasi kegiatan

mengontrol PK yang sudah

diajarkan.

-Jelaskan cara mengontrol

PK dengan minum obat.

-Anjurkan klien untuk

melakukannya rutin sesuai

waktu.

SP1 :

-Identifikasi kemampuan

dan aspek posirif yang

dimiliki klien.

-Bantu klien menilai

kemampuannya yang masih

dapat digunakan.

-Bantu klien memilih

kegiatan yang akan dilatih

sesuai kemampuan.

-Latih sesuai kemampuan

yang dipilih

-Beri pujian yang wajar

terhadap keberhasilan klien.

-Anjurkan klien untuk tetap

melakukan kegiatan yang

diajarkan.

SP1 :

-Identifikasi penyebab Isos.

-Diskusi dengan klien

-Menyukseskan program

pengobatan klien.

-Melakukan pendekatan

dan tindakan keperawatan

klien.

-Mengingatkan kembali

dengan kemampuan yang

masih dapat dilakukan.

-Memotivasi klien untuk

tetap melakukan kegiatan

yang sesuai.

-Membiasakan klien agar

(23)

IV.

tentang keuntungan dan

kerugian jika berinteraksi

atau tidak berinteraksi

dengan orang lain.

-Ajarkan klien cara

berkenalan dengan satu

orang.

-Anjurkan klien untuk tetap

melakukan kegiatan yang

diajarkan.

-Identifikasi alasan klien

memilih koping inefektif.

-Jelaskan kerugian yang

didapatkan.

-Ajarkan koping efektif

dalam mengatasi masalah.

dan memiliki banyak

teman.

-. Mengetahui tindakan

keperawatan yang akan

dilakukan.

- Menurunkan resiko

terjadinya masalah

(24)

2.2.5 IMPLEMENTASI

Hari / Tanggal

No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi ( SOAP )

-Membina hubungan saling

percaya dengan

menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

-Mengidentifikasi penyebab

PK, tanda gejala PK, PK

yang dilakukan, akibat PK.

-Membantu klien

mempraktekkan cara

mengontrol PK dengan Fisik

I ( Tarik nafas dalam ) dan

Fisik II ( Pukul kasur dan

bantal ).

-Menganjurkan klien untuk

mengulangi ketika rasa ingin

marah timbul.

SP3 :

-Mengidentifikasi kegiatan

mengontrol PK yang sudah

diajarkan.

-Melatih klien mengontrol PK

dengan cara verbal.

-Menganjurkan klien untuk

melakukannya setiap hari

kegiatannya.

S :

- Klien menjelaskan

dan memberitahu

biodata.

-Klien menceritakan

masalah sampai klien

dibawa ke rumah

sakit.

-Klien mengatakan

cukup lega bisa

mempraktekkan cara

tersebut ketika

marah.

O : Klien terlihat sedikit

tenang setelah diajarkan

cara mengontrol PK.

A : Masalah sebagian

teratasi.

P : Intervensi

dilanjutkan.

S : Klien mengatakan

sudah melakukan yang

diajarkan cara fisik I dan

II dan mengatakan ini

sudah pernah dilakukan,

tapi tetap keluarga tidak

mengizinkan.

O : Klien terlihat

(25)

Kamis /

20-6-2013

I.

I.

SP4 :

-Mengevaluasi kegiatan

mengontrol PK yang sudah

diajarkan.

-Melatih klien mengontrol PK

dengan cara melakukan

kegiatan spritual.

-Menganjurkan klien untuk

melakukannnya setiap hari.

SP5 :

-Mengevaluasi kegiatan

mengontrol PK yang sudah

diajarkan.

-Menjelaskan cara mengontrol

PK dengan minum obat.

-Menganjurkan klien untuk

melakukannya rutin sesuai

waktu.

menuruti saat diajarkan

cara mengontrol verbal.

A : Masalah sebagian

teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan.

S : Klien mengatakan

sudah melakukan cara

verbal, dan mengatakan

kalau dirinya tidak

pernah beribadah, tetapi

akan mencobanya.

O : -

A : Masalah sebagian

teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan.

S : Klien mengatakan

sudah melakukan

kegiatan spritual, dan

mengatakan sudah

paham dengan obat –

obatan, karena sudah

sering dilakukan.

O : Klien minum obat

sesuai waktu yang sudah

ditentukan di Rumah

Sakit.

(26)

Jum’at /

kemampuan dan aspek

posirif yang dimiliki klien.

-Membantu klien menilai

kemampuannya yang masih

dapat digunakan.

-Membantu klien memilih

kegiatan yang akan dilatih

sesuai kemampuan.

-Melatih sesuai kemampuan

yang dipilih

-Memberi pujian yang wajar

terhadap keberhasilan klien.

-Menganjurkan klien untuk

tetap melakukan kegiatan

yang diajarkan.

SP1 :

-Mengidentifikasi penyebab

Isos.

-Mendiskusikan dengan klien

tentang keuntungan dan

kerugian jika berinteraksi

atau tidak berinteraksi

dengan orang lain.

-Mengajarkan klien cara

berkenalan dengan satu

orang.

P : Intervensi dihentikan

untuk masalah PK.

S : Klien mengatakan

bisa menyapu dan

mengepel.

O : Klien terlihat mampu

melakukan kegiatan

yang sesuai kemampuan

nya.

A : Masalah sebagian

teratasi.

P : Intervensi

dilanjutkan.

S : Klien mengatakan

malas bergabung dengan

temannya, takut kalau

nanti ada yang

memancing emosinya.

O : Klien tampak selalu

menyendiri.

A : Masalah sebagian

teratasi.

P : Intervensi

(27)

IV.

-Menganjurkan klien untuk

tetap melakukan kegiatan

yang diajarkan.

-Mengidentifikasi alasan klien

memilih koping inefektif.

-Menjelaskan kerugian yang

didapatkan.

-Mengajarkan koping efektif

dalam mengatasi masalah.

S : Klien mengatakan

sulit menghilangkan

kebiasaannya dengan

mabuk – mabukkan.

O : Klien terlihat

mengerti dan mau

mengubah kebiasaan

buruknya.

A : Masalah sebagian

teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan.

2.2.6 EVALUASI

a. Klien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku

kekerasan, perilaku kekerasan yang dilakukan, dan akibat dari perilaku

kekerasan yang dilakukan.

b. Klien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara

teratur sesuai jadwal :

1) Secara fisik

2) Secara sosial / verbal

3) Secara spritual

4) Dengan terapi psikofarmaka

c. Klien dapat mengungkapkan, menilai, melatih serta melakukan

kemampuan dan aspek yang dimiliki.

Gambar

Gambar Rentang Respons Perilaku Kekerasan Sumber : Purba, dkk ( 2008 )
Gambar Pohon Masalah Perilaku Kekerasan ( Fitria, 2009 ).

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, each of such array element can be represented as a “Point” geometry, with the azimuth angle value (X) at a given elevation angle (Y), while at the same time storing the

membantu Inspektur merumuskan bahan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan oleh Perangkat

Semua ketentuan yang merupakan pelaksanaan statuta yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 083/O/2004 tentang Statuta Universitas

Bahwa dalam rangka menuntaskan wajib belajar sembilan tahun Departemen Pendidikan Nasional menyediakan pelayanan pendidikan alternatif melalui sekolah menengah

Bagian Administrasi Pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan perumusan bahan penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas

Skripsi ini berjudul “Kehidupan Sosial -Ekonomi Buruh Kebun Tanjung Kasau Tahun 1970- 2005”, ini merupakan sebuah kajian sejarah perburuhan yang mengkaji mengenai

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia, atau selanjutnya penulis sebut sebagai lansia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis

Tujuan dari makalah ini adalah mengembangkan suatu model matematik untuk menentukan ukuran batch dan buffer stock yang harus disediakan pema- sok, dimana kondisi