Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
PENENTUAN JENIS TANAMAN DAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP GERAKAN
NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
(Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan LindungPusuk Buhit Kabupaten Samosir)
SKRIPSI
Oleh:
JENNY VERAWATI SIBURIAN 041201007 / MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
PENENTUAN JENIS TANAMAN DAN TINGKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP GERAKAN
NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
(Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan LindungPusuk Buhit Kabupaten Samosir)
Oleh
Jenny Verawati Siburian 041201007/ Manajemen Hutan
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Judul Skripsi : Penentuan Jenis Tanaman dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (Studi kasus Pada Masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)
Nama : Jenny Verawati Siburian
Nim : 041201007
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Pindi Patana, S.Hut., M.Sc
DR. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S
Nurdin Sulistiyono, S.Hut., M.Si Ketua Anggota
Mengetahui :
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
ABSTRAK
JENNY VERAWATI SIBURIAN. PENENTUAN JENIS TANAMAN DAN
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir). Dibawah bimbingan PINDI PATANA dan NURDIN SULISTYONO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat, tingkat partisipasi masyarakat dan penentuan prioritas jenis tanaman pada kegiatan Gerhan di Dusun Sitao-Tao, Kabupaten Samosir. Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di Dusun Sitao-Tao dalam kegiatan Gerhan termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan metode AHP, jenis tanaman yang diprioritaskan menurut keempat responden ahli dalam penelitian ini adalah beringin (Ficus benjamina). Kendala yang dihadapi dalam kegiatan Gerhan di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit yaitu perlakuan yang salah terhadap bibit dalam proses pengangkutan maupun perbanyakan bibit yang mengakibatkan banyak tanaman yang mati, keterlambatan pemberian upah, adanya pihak yang bertindak merugikan dan kegiatan evaluasi kerja yang belum dilakukan secara maksimal.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
ABSTRACT
JENNY VERAWATI SIBURIAN. DETERMINING THE TYPE OF
PLANTS AND LEVEL OF COMMUNITY PARTICIPATION
MOVEMENT AGAINTS NATIONAL FOREST AND LAND REHABILITATION (case studies on communities in the area of Forest Protected Pusuk Buhit kabupaten Samosir). Under supervision of Pindi Patana and Nurdin Sulistiyono.
This study aimed to identify socio-economic community, the level of community participation and the determination of the type of plant that will be prioritized in Gerhan activities in the Sitao-Tao’s village, Samosir’s Religion. Research conducted with purposively methods sampling and Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Analysis method used is descriptive analysis.
Result of research indicate that the level of community participation in the Sitao-Tao’s village in Gerhan activities are include in the medium category. Based on the method of AHP, the priority of plant species is beringin (Ficus benjamina). Obstacles faced in the activities in the forest area Gerhan Protected Pusuk Buhit that is the wrong treatment of the seeds in the process of transposition and multipation of seeds resulted in many plants that die, the delay of wages, the parties act harmful activities and the evaluation work that has not made the most of.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
RIWAYAT HIDUP
Jenny Verawati Siburian dilahirkan di Binjai, Sumatera Utara pada tanggal 14 Mei 1986, anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda M. Siburian (almarhun) dan Ibunda D. Sidauruk. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 9 Binjai, pada tahun 2001 lulus dari SLTPN 3 Binjai, pada tahun 2004 lulus dari SMU St. Thomas 4 Binjai, dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Departeman Kehutanan, Program Studi Manajemen Hutan.
Selama kuliah penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Taman Nasional Batang Gadis, Mandailing Natal pada bulan Juni 2006, dan melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani KPH Kedu Selatan Unit I Jawa Tengah, pada bulan Juni sampai Agustus 2008.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penentuan Jenis Tanaman dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)”.
Pada kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ayahanda M. Siburian (almarhum), Ibunda D. Sidauruk, saudara-saudara Penulis Togap Siburian dan Hengki Siburian serta keluarga besar Penulis atas segala cinta, doa dan dukungannya.
2. Bapak Pindi Patana, S.Hut., M.Sc dan Bapak Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si selaku Komisi Pembimbing atas kesabaran dan waktu yang diluangkan dalam memberikan bimbingan, saran untuk penyelesaian skripsi.
3. Ketua Departemen Kehutanan, Ketua Program Studi Manajemen Hutan dan seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Kehutanan atas segala bantuannya.
4. Bapak Kepala Desa Tanjung Bunga serta anggota masyarakat, atas segala bantuannya selama pelaksanaan penelitian.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Penulis berharap semoga bantuan dan kerjasama yang baik ini dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa dan somoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Agustus 2009
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian... 3
Manfaat Penelitian ... 4
Kerangka Pemikiran ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat ... 5
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) ... 6
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) ... 8
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 10
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
Populasi dan Sampel Penelitian ... 12
Pengumpulan Data ... 13
Pengolahan Data ... 14
KONDISI UMUM Kabupaten Samosir... 19
Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Masyarakat ... 25
Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 30
Penentuan Jenis Tanaman yang Diprioritaskan ... 36
Kendala-Kendala Gerhan di Areal Penanaman ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 51
Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 4
2. Langkah metode AHP ... 18
3. Vektor prioritas untuk kriteria. ... 45
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Nilai Random Consistency Index (IR) untuk penentuan Consistency
Ratio (CR) ... 17
2. Data kawasan hutan register dan inlijving di Kabupaten Samosir... 21
3. Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan register .... 22
4. Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan inlijving .. 22
5. Luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir ... 22
6. Kegiatan penghjiauan dan reboisasi kawasan hutan di Kabupaten Samosir ... 23
7. Distribusi responden berdasarkan umur ... 25
8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan... 26
9. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sampingan ... 27
10.Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam Kawasan hutan ... 29
11.Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik ... 29
12.Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden ... 30
13.Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program Gerhan ... 31
14.Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerhan ... 32
15.Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi Program Gerhan ... 34
16.Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat ... 36
17.Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) ... 37
18.Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) ... 38
19.Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) ... 39
20.Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria ... 42
21.Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria, sub kriteria dan alternatif ... 43
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Contoh kuisioner tingkat partisipasi ... 55
2. Contoh kuisioner penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan ... 58
3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Dusun Sitao-Tao yang terlibat Gerhan... 66
4. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan Gerhan ... 67
5. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan Gerhan ... 68
6. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam evaluasi kegiatan Gerhan ... 69
7. Pemberian nilai kriteri, sub kriteria dan alternatif masing-masing Tim Ahli (TA) ... 70
8. Penentuan prioritas tanaman Gerhan berdasarkan metode AHP ... 74
9. Vektor prioritas berdasarkan kombinasi nilai dari keempat responden ahli ... 79
10.Dokumentasi penelitian ... 85
11.Surat keterangan selesai penelitian ... 89
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 Pasal 1 ayat (3), Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kemudian dalam pasal 6 dijelaskan bahwa kawasan hutan memiliki 3 fungsi pokok yakni fungsi konservasi, lindung dan produksi. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pengaturan ini dimaksudkan, agar hutan lindung tetap terjaga dengan baik (Dephutbun, 1999).
Namun pada kenyataannya, hutan dalam fungsi lindung mengalami kerusakan yang sangat parah. Salah satu faktor penyebab kerusakannya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan tersebut mengakibatkan penurunan luas hutan dan keanekaragaman hayati yang awalnya tersedia dalam jumlah yang sangat besar. Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor alamiah ataupun buatan. Dari dampak yang timbul, kebakaran hutan merupakan kerusakan yang bersifat eksplosif. Artinya kerusakan selama kebakaran, terjadi dengan cepat dan sangat luas.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Indonesia bahkan negara lainnya telah mengalami dampak dari kebakaran hutan. Oleh karenanya perlu adanya suatu usaha ataupun tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan terutama akibat kebakaran.
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang telah dilakukan di beberapa wilayah di Indonesa diharapkan dapat mengembalikan fungsi dan produktivitas sumberdaya alam yang telah hilang. Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk menanggulangi bencana alam yang telah banyak terjadi selama ini. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) atau yang biasa disebut juga Gerhan dapat dikatakan menjadi sebuah produk yang dihasilkan dari kesadaran berbagai pihak terhadap kondisi yang terjadi saat ini.
Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit dengan luas 1.003 Ha, terletak di 2 kecamatan yakni Kecamatan Pagururan dan Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir. Kawasan hutan tersebut merupakan salah satu areal hutan yang dalam kondisi kritis akibat kebakaran yang terjadi dan dianggap perlu untuk dilakukan rehabilitasi. Oleh karenanya, tahun 2008 ini akan dilakukan program Gerhan dengan luasan kerja sekitar 300 Ha.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
partisipasi masyarakat yang berada di sekitar kegiatan Gerhan dianggap sangat perlu.
Dalam kegiatan Gerhan, tanaman yang digunakan terdiri dari beberapa jenis. Mengetahui jenis tanaman yang tepat sebagai tanaman yang diprioritaskan untuk digunakan dalam kegiatan rehabilitasi lahan tersebut juga merupakan hal yang penting untuk diketahui. Dua hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian ini.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit?
2. Jenis tanaman apa yang diprioritaskan dalam kegiatan Gerhan tersebut? 3. Kendala apa saja yang terdapat dalam kegiatan Gerhan di areal penanaman?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengukur tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam kegiatan rehabilitasi yang akan dilakukan agar dapat berhasil sesuai harapan bersama.
Kerangka Pemikiran
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. Kerusakan Hutan
Mengetahui jenis tanaman yang diprioritaskan
Wawancara berdasarkan kuisioner yang
disediakan Gerhan
Tingkat partisipasi masyarakat Wawancara
berdasarkan kuisioner yang
disediakan
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi Masyarakat
Sesuai dengan keahliannya masing-masing, para ahli memberikan defenisi partisipasi. Menurut Sukanto dalam Purba (2003), partisipasi adalah setiap proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam sosial tertentu. Partisipasi sosial (masyarakat) adalah derajat partisipasi individu atau anggota masyarakat dalam kehidupan sosial atau kehidupan masyarakat.
Menurut Mubyarto dalam Purba (2003), mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya suatu program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan sendiri. Sedangkan menurut Uphoff, Cohen dan Goldsmith dalam Purba (2003), mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan orang dalam jumlah yang banyak dalam situasi atau kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan mereka, misalnya pendapatan, keamanan dan kemandirian.
Lebih lanjut, Uphoff, Cohen dan Goldsmith dalam Purba (2003), menjelaskan bahwa terdapat empat jenis partisipasi, yaitu:
1. Partisipasi dalam pembuatan keputusan (decision making) 2. Partisipasi dalam pelaksanaan (implementation)
3. Partisipasi dalam mendapatkan keuntungan (benefit) 4. Partisipasi dalam evaluasi (evaluation)
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Margono dalam Purba (2003) menyatakan bahwa tanpa peran serta masyarakat, program pembangunan dinilai tidak berhasil. Partisipasi masyarakat desa sekitar hutan lebih lanjut akan menyebabkan keterlibatan masyarakat dalam mengikuti perubahan menjadi lebih nyata. Adanya partisipasi masyarakat menunjukkan adanya hubungan yang positif antara anggota masyarakat desa sekitar hutan di dalam mencapai keberhasilan dari tujuan yang diharapkan dan adanya perasaan ikut memiliki.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
Dalam UU RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, dinyatakan bahwa rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi hutan dan lahan dapat diimplementasikan pada semua kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional (Dehutbun, 1999).
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai (DAS). Rehabilitasi mengambil posisi dalam mengisi kesenjangan antara sistem perlindungan yang tidak dapat mengimbangi hasil dengan sistem budidaya hutan dan lahan, sehingga terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan dan lahan. Sistem RHL dicirikan oleh komponen sebagai berikut:
1. Komponen obyek rehabilitasi hutan dan lahan 2. Komponen teknologi
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Sistem RHL tersebut merupakan sistem yang terbuka, yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dengan penggunaan hutan dan lahan. Dengan demikian, pada prinsipnya RHL diselenggarakan atas inisiatif bersama para pihak. Ini berbeda dengan penyelenggaraan RHL, selalu melalui inisiatif pemerintah dan menjadi beban tanggungan pemerintah. Dengan kata lain, ke depannya RHL dilaksanakan oleh masyarakat dengan kekuatan utama dari masyarakat sendiri (Fathoni, 2003).
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)
Menurut Prakosa dalam Napitupulu et al (2008), dijelaskan bahwa pengurangan laju deforestasi selama ini telah banyak dilakukan, namun demikian laju deforestasi masih terus meningkat. Salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi laju degradasi lahan dan hutan adalah mencanangkan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) dan selanjutnya disebut Gerhan. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan merupakan gerakan moral secara nasional untuk menanam pohon di setiap kawasan hutan dan lahan kosong sebagai komitmen bangsa untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Napitupulu et al, 2008).
Program GNRHL ditetapkan berdasarkan SK Menko Kesra No. 18/KEP/MENKO/KESRA/X/2003 tanggal 3 Oktober 2003. Tujuan dari pembentukkan program tersebut adalah untuk mewujudkan perbaikan lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat (Nugroho, 2004).
Menurut Nugroho (2004), untuk mencapai tujuan tersebut, ruang lingkup GNRHL mencakup 2 kegiatan pokok, yaitu:
1. Kegiatan pencegahan kerusakan lingkungan melalui sosialisasi kebijakan perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan penegakan hukum.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada saat ini sedang berlangsung, namun demikian keberhasilannya masih perlu terus ditingkatkan melalui berbagai upaya pendukung. Banyak faktor yang dapat mendukung keberhasilan Gerhan seperti tersedianya bibit berkualitas, kondisi tanah yang sesuai untuk tanaman, waktu penanaman yang tepat dan pemeliharaan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mengkaji kondisi tanah dan memilih jenis yang sesuai (site matching) tumbuh di lokasi peruntukan (Napitupulu et al, 2008).
Dalam kegiatan Gerhan, pemilihan jenis merupakan salah satu kegiatan utama dalam penanaman. Kegiatan ini sesungguhnya termasuk dalam praktek silvikultur, namun mengingat banyak aspek lingkungan yang terlibat, maka aspek ekologi sangat menentukan keberhasilannya. Persyaratan ekologis pada dasarnya adalah mengkombinasikan antara persyaratan ekologis jenis terpilih dengan faktor-faktor ekologis lahan yang yang akan ditanami. Jawaban yang paling tepat untuk hal ini adalah jenis asli, karena jenis-jenis asli setempat adalah jenis terbaik yang sudah beradaptasi dalam waktu cukup lama dan sudah teruji kemampuannya menghadapai gangguan dan hambatan tumbuh dari alam. Prinsip umum yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon yang akan ditanam harus memenuhi tiga prinsip kelayakan, yaitu kelayakan ekologis, ekonomis dan sosial (Onrizal dan Cecep, 2005).
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
yang diharapkan dapat menjadi masukan dan diimplementasikan dalam program Gerhan ke depan. Dengan begitu, program Gerhan dapat menjadi program percontohan dalam mendukung pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari dan berkelanjutan serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan berkeadilan (Simbolon, 2003).
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut Tiryana dan Saleh (2003), AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini dapat menjelaskan suatu keadaan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan cara: a. Membagi-bagi ke dalam bagian-bagiannya
b. Mengatur kembali bagian-bagiannya tersebut ke dalam hierarki
c. Menetapkan suatu nilai numerik untuk setiap peubah tersebut melalui justifikasi penentuan tingkat kepantingannya
d. Melakukan sintesa untuk menentukan peubah mana yang mempunyai prioritas paling tinggi yang harus dikerjakan untuk memperoleh keluaran yang diharapkan
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
proses yang dapat membantu pengambil keputusan untuk menemukan jawaban terbaik yang memenuhi tujuan atau sasaran dari permasalahan yang dihadapi.
Dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan metode AHP, ada tiga prinsip yang harus dipahami, yakni:
a. Prinsip penyusunan hierarki (decomposition)
b. Prinsip penetapan prioritas (comparative judgement) c. Prinsip konsistensi logika (logical consistency)
Beberapa keuntungan metode AHP sebagai alat bantu pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Kesatuan, AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk persoalan-persoalan yang tidak terstruktur
b. Kompleksitas, AHP memadukan pendekatan deduktif dan induktif dalam pemecahan persoalan yang kompleks
c. Saling ketergantungan, AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran manusia untuk memilah-milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlaian dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat
d. Pengukuran, AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal yang kuantitatif dan kualitatif untuk menetapkan suatu kualitas
e. Konsistensi, AHP mampu melacak konsistensi logis dari pertimabangan-pertimbangan dalam menetapkan berbagai prioritas
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan Gerhan ini berlokasi di Peabang, Dusun Peabang, Desa Boho, Kecamatan Sianjur Mula-Mula seluas 100 Ha; Sijambur Nabolak, Dusun Sijambur Nabolak, Desa Siogung-Ogung, Kecamatan Pangururan seluas 75 Ha; Harangan Mulop, Dusun Aek Rangat, Desa Siogung-Ogung, Kecamatan Pangururan seluas 75 Ha serta daerah puncak gunung Pusuk Buhit seluas 50 Ha.
Lokasi penelitian ditujukan di Dusun Sitao-Tao, Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai pada Bulan Oktober 2008.
Populasi dan Sampel Penelitian
a. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan memperhatikan umur, pendidikan, luasan lahan, dan mata pencaharian. Menurut Soekartawi (1995), dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Metode purposive sampling ini digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu penelitian.
b.Mengetahui jenis tanaman yang diprioritaskan
Sampel yang digunakan dalam menentukan jenis tanaman yang diprioritaskan dalam kegiatan Gerhan adalah para ahli yang berjumlah 4 orang. Ahli yang dimaksud adalah mereka yang dianggap mengetahui cukup banyak tentang keberadan kawasan hutan lindung Pusuk Buhit yakni Staf Ahli Pengelolaan Hutan Aek Nauli, Staf Ahli Gerhan Dinas Kehutanan Samosir, Tokoh Akademisi dan Ketua Kelompok Gerhan.
Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara: 1. Kuisioner
Kuisioner merupakan suatu set pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh sampel dalam penelitian (responden).
2. Wawancara
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
pelaksana kegiatan Gerhan, dan pemerintah untuk mendukung kelengkapan dan keakuratan data yang telah diperoleh dari masyarakat (responden).
3. Observasi
Observasi atau survei langsung ke lapangan dilakukan untuk melihat kehidupan responden dan kondisi lahan yang menjadi lokasi kegiatan Gerhan.
4. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan dalam penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan berupa data umum yang ada pada instansi Pemerintah Desa, Dinas Kehutanan, Badan Pusat Statistik (BPS) dan lembaga-lembaga lain yang terkait.
Pengolahan Data
a. Karakteristik Masyarakat
Karakteristik masyarakat meliputi umur responden, tingkat pendidikan, luas lahan yang dikelola dan jenis mata pencaharian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner yaitu dengan menentukan persentase masing-masing karakteristik yang dominan kemudian dianalisis secara deskriptif.
b.Tingkat Partisipasi Masyarakat
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Menurut Daniel (2002), persentase partisipasi dihitung dengan menggunakan rumus:
Dimana:
P = Persentase partisipasi
ni = Jumlah sampel pada kategori-i (tinggi, sedang atau rendah) N = Jumlah seluruh sampel
Tingkat partisipasi masyarakat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: a. Tingkat partisipasi tinggi berada pada interval skor 66,68 – 100
b. Tingkat partisipasi sedang berada pada interval skor 33,34 – 66,67 c. Tingkat partisipasi rendah berada pada interval skor 0 – 33,33
c. Penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan
Dalam melakukan penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan, digunakan metode AHP. Tahapan-tahapan dalam mengolah data menggunakan metode AHP, antara lain:
1. Penyusunan hierarki permasalahan
Hierarki permasalah yang disusun harus mencerminkan hubungan antara tujuan (goal), kriteria, sub kriteria dan alternatif
2. Pembandingan berpasangan antar kriteria
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
a. Menentukan kriteria mana yang lebih penting dan seberapa kali lebih penting dibanding kriteria lainnya
b. Menyusunnya dalam bentuk matriks pembandingan berpasangan c. Pembandingan dilakukan dari baris terhadap kolom
3. Penentuan vektor prioritas
Penentuan vektor prioritas dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membagi setiap elemen pada masing-masing kolom dengan jumlah nilai dari kolom tersebut untuk menormalisasikannya
b. Menjumlahkan hasilnya pada masing baris dan membagi masing-masing jumlah tersebut dengan banyaknya elemen pada setiap baris
4. Penentuan tingkat konsistensi
a. Melihat kembali matriks pembandingan berpasangan antar kriteria (A) dan vektor prioritasnya
b. Mengalikan vektor prioritas tersebut dengan masing kolom dalam matriks A, kemudian menjumlahkannya dalam masing-masing baris
c. Hasil jumlah yang diperoleh di atas dibagi dengan nilai yang sesuai dengan vektor prioritasnya
d. Menghitung nilai rata-rata dari vektor untuk menentukan akar ciri terbesar ( maks)
maka = masing-masing hasil dari point 4c
banyak kolom (n)
e. Menentukan indeks konsistensi (CI= Consistency Indeks) CI = maka – n
n – 1
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
CR = CI
Random Consistency Index
Random Consistency Index = tergantung pada jumlah n
Tabel 1 Nilai Random Consistency Index (IR) untuk penentuan Consistency Ratio (CR)
N RI
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
g. Membuat kesimpulannya
5. Penentuan prioritas pada tingkat sub kriteria
Pembandingan berpasangan untuk penentuan vektor prioritas sama seperti pada tingkat kriteria
6. Penentuan tingkat konsistensi pada tingkat alternatif
Penentuan tingkat konsistensi pada tingkat alternatif sama seperti pada tingkat kriteria.
7. Sintesis
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
c. Mengalikan matriks prioritas alternatif (M) dengan vektor prioritas kriteria (V) untuk memperoleh vektor prioritas alternatif menyeluruh (P)
P = M x V
8. Matriks Gabungan
Matriks gabungan digunakan jika penilaian yang digunakan diperoleh dari beberapa responden (lebih dari 1). Oleh karenanya, untuk mendapatkan hasil rerataan yang akurat, maka digunakan nilai rata-rata geometris. Rata-rata geometris sama dengan akar pangkat banyaknya responden dari hasil kali nilai pakar ke-1 terhadap pakar ke-n. Langkah metode AHP disajikan pada Gambar 2.
Tkt. 1 tujuan utama
Tkt. 2 kriteria
Tkt. 3 sub kriteria
Tkt 4 Alternatif
Gambar 2 Langkah metode AHP.
Aspek
1. Kesesuaian Tempat Tumbuh
2. Fungsi Lindung 3. Ketahanan Terhadap
Panas
1. Disukai Masyarakat 2. Kesesuaian dengan
Adat
penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan
Aspek silvikultur
Hariara (Ficus
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
d.Kendala-kendala GN-RHL di areal penanaman
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir dibentuk dengan Undang-undang No.36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Samosir sebagai Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir dapat menjadi langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera
Kabupaten Samosir (Danau Toba) terletak pada 2° 01’ – 2° 04’ LU dan 87° - 99° BT. Total luas seluruhnya adalah 243.415 Ha yang terdiri dari luas perairan danau toba 110.260 Ha dan luas daratan Pulau Samosir 133.155 Ha. Secara umum, typologi Kabupaten Samosir adalah bergelombang, berbukit dan miring sampai terjal. Dari seluruh wilayah, hanya 8 % yang berwilayah datar (kemiringan 00 – 20) dan terletak pada dataran tinggi (antara 800–1.800 mdpl). Tipe iklim di Kabupaten Samosir adalah tipe E sampai C, hanya dataran Tele
(Kecamatan Harian) yang beriklim basah tipe B
Secara geografis dan administratif, batas-batas Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Simalungun
Sebelah Selatan : Kabupaten Taput dan Humbang Hasundutan Sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Kawasan hutan Kabupaten Samosir tersebar di dua daratan, yaitu daratan Samosir dan daratan Sumatera dengan luas keseluruhan 62.120,16 Ha atau sekitar 0,9% dari luas hutan Sumatera Utara yaitu seluas 7.243.746,66 Ha.
Kawasan hutan yang dimiliki Kabupaten Samosir terdiri dari kawasan hutan register seluas 42.765,11 Ha, kawasan hutan inlijving 11,650.05 Ha serta hutan rakyat seluas sekitar 15.705 Ha. Inlijving adalah Penyerahan tanah masyarakat kepada pemerintah Republik Indonesia untuk dijadikan kawasan hutan negara. Berdasarkan fungsinya, Kabupaten Samosir memiliki kawasan hutan dengan fungsi lindung dan produksi.
a. Hutan Lindung
Luas hutan lindung Kabupaten Samosir sampai tahun 2005 adalah 24,608.84 Ha, yang tersebar di daratan Sumatera sebanyak 81% (19,878.29 hektar) dan daratan Samosir 19% (4,730.55 Ha). Kawasan hutan lindung ini ditetapkan dari kawasan inlijving sekitar 11,650.05 Ha dan kawasan register seluas 12,958.79 Ha.
b. Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Samosir adalah seluas 24,688.42 Ha, yang berada di kawasan hutagalung register 41, Kecamatan Harian, dan termasuk ke dalam kelompok daratan Sumatera. Sedangkan hutan produksi terbatas seluas 5,117.90 Ha yang tersebar di kawasan Samosir register 43 dan 81, Kecamatan Ronggur Nihuta dan Palipi.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Lahan kritis yang terluas terdapat di kecamatan harian dan Sitio-tio masing-masing 10,357.00 Ha dan 3.165,00 Ha. Data kawasan hutan register dan inlijving di Kabupaten Samosir ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Data kawasan hutan register dan inlijving di Kabupaten Samosir No
Luas (Ha) Luas Menurut Fungsi Hutan (Ha) Luas Kawasan 9. Hasinggahan Sianjur
Mula-Mula
Sum Inj 974,00 - - 974,00 779,20
10 Baniara-Janji Martahan
13. Siharbangan Ronggur Nihuta
Sam Inj 171,25 - - 171,25 137,00
14. Sitatar-Batu Jagar
Palipi Sam Inj 671,90 - - 671,90 537,00
15. Tanjungan Parborasan
Simanindo Sam Inj 224,40 - - 224,40 179,52
16. Parmonangan Sihombing
Simanindo Sam Inj 272,00 - - 272,00 217,60
17 Dolok Panantanan
Palipi Sam Inj 175,00 - - 175,00 140,00
Jumlah 54.415,00 24.688,00 5.117,90 22.259,79 Sumber: Limbong, 2006.
Keterangan:
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Pada Tabel 3 dan 4, ditampilkan data tentang luas kawasan hutan berdasarkan keadaaan vegetasi pada kawasan hutan register dan inlijving.
Tabel 3 Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan register No. Nama Kawasan Luas Berdasarkan Vegetasi Jumlah
Hutan Jumlah 17.545,07 6.289,39 745,34 24.579,80 Sumber: Limbong, 2006.
Tabel 4 Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan inlijving
No. Nama
Kawasan
Luas Berdasarkan Vegetasi Jumlah Hutan Sumber: Limbong, 2006.
Pada Tabel 5 ditampilkan data tentang luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir.
Tabel 5 Luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir
No. Kecamatan Luas Hutan (Ha) Persentase (%)
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Rencana kegiatan penghijauan dan reboisasi terhadap kawasan hutan yang dalam kondisi kritis yang terdapat di Kabupaten Samosir telah beberapa kali dilakukan mulai tahun 1999 yang terus berlanjut hingga tahun 2003. Namun realisasi kegiatan tersebut tidak tidaklah seperti yang direncanakan. Dalam Tabel 6 di bawah ini, ditampilkan data penghijauan dan reboisasi di kawasan hutan Kabupaten Samosir mulai tahun 1999 hingga 2003.
Tabel 6 Kegiatan penghijauan dan reboisasi kawasan hutan di Kabupaten Samosir Tahun
Penghijauan Reboisasi
Rencana (Ha) Realisasi (Ha) Rencana (Ha) Reboisasi (Ha)
1999/2000 1.000 425 - -
2000/2001 2.000
2001/2002 3.000 - 300 -
2002/2003 4.000 60 500 50
2003/2004 1.302 687 5.105 2.779 Sumber: BPS dan BAPPEDA Kabupaten Samosir, 2003.
Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit
Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan. Dari ke-9 kecamatan tersebut, lokasi kegiatan Gerhan tahun 2008 yang terpusat di Kawasan Hutan Pusuk Buhit berada di 2 kecamatan yakni Kecamatan Sianjur Mula-Mula dan Kecamatan Pangururan.
Kecamatan Sianjur Mula-Mula memiliki luasan wilayah sekitar 140,24 Km2. Secara geografis dan administratif, batas-batas Kecamatan Sianjur Mula-Mula adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Silalahi Sabungan Kabupaten Dairi Sebelah Selatan : Kecamatan Harian
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Kecamatan Pangururan memiliki luasan wilayah sekitar 121,43 Km2. Secara geografis dan administratif, batas-batas Kecamatan Pangururan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Simanindo Sebelah Selatan : Kecamatan Palipi
Sebelah Barat : Kecamatan Sianjur Mula-Mula Sebelah Timur : Kecamatan Ronggar Nihuta
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Masyarakat
Umur Responden
Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan program Gerhan. Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan luas lahan yang dikelola.
Rata-rata umur responden antara 29 – 58 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur, ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan umur
No. Kelompok Umur
(tahun)
Frekuensi Proporsi (%)
1. 20 – 30 4 20
2. 31 – 40 6 30
3. 41 – 50 8 40
4. > 51 2 10
Jumlah 20 100
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Namun, pertambahan umur nantinya juga akan menunjukkan kemampuan fisik seseorang dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu secara maksimal. Pada umur tertentu, seseorang dapat bekerja dan mencapai titik optimal kemudian dengan bertambahnya umur maka kemampuan seseorang juga akan menurun.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden pada umumnya telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP (75 %). Meskipun begitu, masih terdapat responden yang hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD (5 %) dan sisanya tingkat SLTA (20 %). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan, selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Proporsi (%)
1. SD 1 5
2. SMP 15 75
3. SLTA 4 20
Jumlah 20 100
Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden tidak rendah karena hanya ada 1 responden saja yang tingkat pendidikan SD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharjito (2000), yang mengatakan bahwa pendidikan SD termasuk dalam tingkat pendidikan rendah.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djamali (2000), yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan sejalan dengan tingkat produktivitas dan efesiensi kerja. Di Dusun Sitao-Tao hanya terdapat 1 sekolah yakni sekolah tingkat dasar atau yang biasa disebut SD. Sedangkan untuk sekolah tingkat SMP dan SMA harus menuju ke Desa Tanjung Bunga atau ke Pangururan (ibukota kabupaten). Kondisi ini menyebabkan masyarakat usia sekolah, khususnya yang melanjut ke tingkat SMP dan SMA, malas untuk bersekolah karena jarak sekolah yang sangat jauh dari rumah dan memilih untuk berdiam diri di rumah ataupun membantu orang tua ke ladang. Namun kondisi tersebut berbeda dengan pemikiran para orang tua di dusun tersebut. Mereka sangat bersemangat menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi dengan harapan dapat merubah nasib dan kualitas hidup pada masa mendatang.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian responden merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada umumnya, mata pencaharian utama responden adalah petani (100 %) dengan pekerjaan sampingan yakni pedagang (85 %) dan wiraswasta (5 %). Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sampingan, ditunjukkan pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sampingan No. Jenis Mata Pencaharian Frekuensi Proporsi (%)
1. Pedagang 17 85
2. Wiraswasta 1 5
3. Tidak mempunyai pekerjaan sampingan
2 10
Jumlah 20 100
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Dusun Sitao-Tao dibuka pada tahun 1960 dan awalnya termasuk wilayah yang cukup subur dan terkenal dengan penghasil kopi. Petani kopi di Dusun Sitao-Tao hampir 99 % dari jumlah penduduknya atau mencapai keseluruhan masyarakat yang tinggal di dusun tersebut. Jenis tanaman yang dominan dibudidayakan oleh para responden adalah kopi robusta (Coffea robusta). Selain tanaman kopi, responden juga menanam tanaman musiman seperti cabai, singkong, tomat, dan beberapa tanaman musiman lainnya. Kondisi tanah yang subur dan hasil panen yang baik, menarik perhatian banyak masyarakat dari berbagai kecamatan bahkan kabupaten lainnya untuk mengelola lahan di daerah tersebut. Sistem pengelolaan yang biasa digunakan oleh masyarakat pendatang adalah ladang berpindah. Kebiasaan ini menyebabkan bertambahnya jumlah lahan yang terdegradasi dan bahkan menyebabkan kebakaran akibat pembukaan lahan dengan cara dibakar.
Melihat kondisi tersebut, mengandalkan pendapatan hanya dari bertani dirasa tidak cukup lagi oleh masyarakat termasuk para responden dalam penelitian ini. Jarak yang tidak begitu jauh antara Dusun Sitao-Tao menuju pusat pasar di kota Pangururan, menarik perhatian responden untuk melakukan pekerjaan sampingan sebagai pedagang dengan menjual langsung hasil panen ke pasar ataupun berjualan jenis barang lainnya. Aktivitas ini memunculkan peluang kerja baru bagi masyarakat yakni dengan melakukan penyewaan angkutan untuk membawa penumpang serta barang dagangan dari tempat tinggal mereka menuju ke pasar.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
membawa serta hasil panen mereka untuk dijual di pasar. Kebiasaan ini disebut juga dengan istilah maronan.
Luas Lahan yang dikelola
Luas lahan yang digarap atau dikelola oleh responden tidak
keseluruhannya adalah milik responden. Kekurangan lahan garapan menjadi alasan responden untuk menggarap lahan di dalam kawasan hutan di sekitar tempat tinggal mereka. Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan, ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10 Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan
No. Luas Lahan (Ha) Frekuensi Proporsi (%)
1. < 0,5 0 0
2. 0,5 – 1 15 75
3. > 1 5 25
Jumlah 20 100
Berdasarkan data Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar responden mengelola lahan yang berada di kawasan hutan dengan luasan 0,5 – 1 Ha (75 %). Luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan berbeda dengan luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik. Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik, ditunjukkan pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik
No. Luas Lahan (Ha) Frekuensi Proporsi (%)
1. < 0,4 6 30
2. 0,4 – 0,8 12 60
3. > 0,8 2 10
Jumlah 20 100
Sitao-Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Tao masuk ke dalam kawasan hutan. Luas kebun kopi tertinggi yang dimiliki masyarakat Dusun Sitao-Tao per KK adalah 2 Ha, sedang adalah 0,4 Ha dan terendah adalah 0,2 Ha. Responden dalam penelitian ini termasuk petani kopi dengan luasan kebun kopi berkategori sedang.
Berdasarkan Tabel 10 dan 11, dapat diketahui bahwa status lahan yang dikelola oleh responden dibedakan menjadi 3 yakni lahan di kawasan hutan dan lahan milik sendiri. Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden, ditunjukkam pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12 Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden
No. Status Lahan Luas lahan (Ha) Proporsi (%)
1. Kawasan hutan 20,2 68,9
2. Milik sendiri 9,1 31,1
Jumlah 29,3 100
Berdasarkan data pada Tabel 12, diketahui bahwa lahan yang banyak dimanfaatkan oleh responden adalah pada kawasan hutan (68,9 %) sedangkan untuk lahan garapan yang dimiliki sendiri seluas 9,1 ha (31,1 %). Tidak adanya status lahan yang disewa dikarenakan seluruh masyarakat yang tinggal di Dusun Sitao-Tao memiliki lahan sendiri meski hanya dalam luasan yang rendah. Sedangkan para pendatang yang melakukan ladang berpindah di daerah tersebut biasanya dengan memanfaatkan lahan milik saudara yang merupakan penduduk asli Dusun Sitao-Tao yang tidak dikelola. Namun akhirnya, peladang berpindah tersebut mencoba meluaskan lahan garapannya hingga ke kawasan hutan.
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
menjadi alasan mengapa pelaksana Gerhan selalu melewati dusun ini untuk menuju ke lokasi Peabang. Oleh karena itu pula, pelaksana Gerhan merekrut sebagian tenaga kerja dari Dusun Sitao-Tao untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan ini.
Tingkat partisipasi masyarakat yang dinilai dalam penelitian ini adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Gerhan.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Gerhan
Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program
Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program Gerhan
No. Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)
1. Tinggi 66,68 – 100 1 5
2. Sedang 33,34 – 66,67 10 50
3. Rendah 0 – 33,33 9 45
Jumlah 20 100
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Sebagian lainnya, jarang mengikuti pertemuan tersebut karena bertepatan dengan jam kerja mereka sehingga hanya mengharapkan informasi dari masyarakat lain yang ikut dalam pertemuan.
Pada umumnya, pertemuan yang diadakan tidak dilakukan secara rutin. Interaksi antara pelaksana program dengan masyarakat yang terjadi juga tidak secara langsung melainkan dijembatani oleh seseorang yang biasa disebut sebagai ketua kelompok kerja. Pelaksana program menunjuk salah seorang penduduk yang dianggap mampu untuk memimpin sekaligus mengawasi kelompok kerja dalam kegiatan Gerhan. Hal ini terjadi karena lokasi kegiatan Gerhan untuk waktu pelaksanaan yang sama, tidak terpusat di satu tempat saja meski masih dalam kawasan hutan lindung Pusuk Buhit. Meskipun begitu, ada beberapa kali diadakan pertemuan antara masyarakat dengan pelaksana program yakni saat pengenalan program gerhan, perekrutan pekerja, hingga kegiatan penyuluhan.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Gerhan
Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel 14 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan
No. Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)
1. Tinggi 66,68 – 100 12 60
2. Sedang 33,34 – 66,67 8 40
3. Rendah 0 – 33,33 0 0
Jumlah 20 100
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
sedang (40 %). Hal ini dikarenakan kegiatan dalam pelaksanaan merupakan kegiatan inti dalam program Gerhan. Selain karena merupakan kegiatan inti, tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Gerhan dirangsang oleh keuntungan yang akan diperoleh masyarakat. Sistem upah yang diberlakukan dalam program Gerhan tersebut berdasarkan luasan lahan yang akan menjadi tanggung jawab seorang pekerja dari persiapan, hingga penanaman dengan besaran upah Rp 600.000/Ha.
Bentuk rencana kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari 3 bagian yakni:
1. Kegiatan persiapan, dilaksanakan pada Bulan Maret hingga Bulan Agustus tahun 2008. Kegiatan ini mencakup pengangkutan bibit dari Dinas Kehutanan ke lokasi dekat areal penanaman, pembuatan pondok penanaman, pembuatan papan nama, pembersihan areal penanaman dan pembuatan jalur tanam.
2. Kegiatan Penanaman dilaksanakan pada Bulan September hingga Bulan November tahun 2008. Kegiatan ini mencakup pembuatan lubang tanam, pemasangan ajir, dan penanaman. Kegiatan penanaman dilakukan pada musim hujan dimaksudkan agar kebutuhan bibit terhadap air tercukupi.
3. Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan pada Bulan Januari tahun 2009. Kegiatan ini mencakup pemeliharaan tanaman tahun pertama dan kedua.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, kelompok kerja sebelumnya telah diberi pelatihan dan diberitahu tentang beberapa hal penting seperti teknik pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam, hingga penanaman.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
hariara (Ficus sycomorus )dan tudak-tudak (Ficus macrophylla). Semua jenis tanaman ini merupakan hasil pembibitan masyarakat yang ikut berpartisipasi. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Gerhan
Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi program Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 15.
Tabel 15 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi program Gerhan
No. Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)
1. Tinggi 66,68 – 100 1 5
2. Sedang 33,34 – 66,67 19 95
3. Rendah 0 – 33,33 0 0
Jumlah 20 100
Kegiatan evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan Gerhan yang telah dilaksanakan dan mengidentifikasi kendala-kendala yang telah terjadi selama kegiatan dilaksanakan. Evaluasi yang telah dilakukan hanya sebatas pertanggungjawaban para pekerja kepada ketua kelompok kerja tentang kegiatan yang telah dilaksanakan.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Pandangan positif dari masyarakat memberi dampak baik terhadap keberhasilan program Gerhan khususnya nasib tanaman yang telah ditanam Meskipun begitu, sudah seharusnya setiap kegiatan tetap dilakukan evaluasi kerja sebagai bahan koreksi untuk kegiatan yang sama pada masa mendatang.
Evaluasi kerja seharusnya tidak sekedar tentang target bibit yang sudah ditanam dan keberhasilan tumbuhnya saja tetapi juga dampak kegiatan tersebut terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini menjadi penting, karena kegagalan yang sering terjadi dalam program Gerhan khususnya di kawasan hutan lindung Pusuk Buhit disebabkan karena terjadinya kebakaran yang tidak terkendali. Isu yang beredar, kebakaran tersebut sebagian kecil saja yang diakibatkan karena alam sedangkan sebagian besarnya adalah faktor buatan. Faktor buatan yang dimaksud adalah tindakan manusia baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Ketidaksengajaan yang dimaksud adalah api yang tidak terkendali yang disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih memilih membuka lahan baru dengan cara dibakar atau untuk kepentingan pakan ternak. Sedangkan kesengajaan yang dimaksud adalah adanya masyarakat yang sengaja membakar tanaman Gerhan yang telah selesai ditanam yang disebabkan adanya kecemburuan sosial.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
bertempat tinggal berbatasan langsung dengan areal penanaman merasa kecewa sehingga tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan.
Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Masyarakat
Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 16 Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan No. Partisipasi Masyarakat Rata-Rata Kategori
1. Perencanaan 37,19 Sedang
2. Pelaksanaan 77,92 Tinggi
3. Evaluasi 52,5 Sedang
Jumlah 167,61
Rata-rata 55,87 Sedang
Berdasarkan data pada Tabel 16 di atas, diketahui bahwa rata-rata tingkat partisipasi masyarakat terhadap ketiga kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, termasuk dalam kategori sedang. Tingkat patisipasi masyarakat dalam ketiga kegiatan telah termasuk kategori sedang setidaknya diharapkan dapat menjadi jaminan akan kelangsungan dan keberhasilan program Gerhan selanjutnya.
Penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Tabel 17 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%) Perbandingan
Berdasarkan Tabel 17 di atas, diketahui bahwa persentase tertinggi menurut asumsi keempat responden ahli adalah aspek ekologi. Hal ini terlihat jelas dalam Tabel 17, yakni elemen ekologi jika dibandingkan dengan aspek ekonomi dan aspek sosial, aspek ekologi (100%) adalah pilihan tertinggi yang dipilih oleh keempat responden ahli. Begitu pula yang terlihat dengan aspek silvikultur yang dibandingkan dengan aspek ekonomi dan aspek sosial, aspek silvikultur (100%) adalah pilihan tertinggi yang dipilih oleh keempat responden ahli. Oleh karenanya, ketika aspek ekologi dibandingkan dengan aspek silvikultur, tiga dari empat responden ahli menganggap bahwa elemen yang dibandingkan memiliki nilai yang sama, dan hanya satu yang menganggap aspek ekologi lebih tinggi dibandingkan aspek silvikultur.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Tabel 18 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%)
Kriteria
Perbandingan Elemen pembanding
Harga Bagian yang dimanfaatkan
4 100 - - - -
Ekologi Kesesuaian tempat
Sosial Disukai masyarakat
Sesuai dengan adat
1 25 2 50 1 25
Silvikurtur Ketersediaan bibit
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Pemberian nilai dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang lain dalam persentase berdasarkan alternatif, seperti tampak pada Tabel 19.
Tabel 19 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase (%)
Kriteria Sub kriteria
Perbandingan Elemen pembanding
Ekonomi Pemasaran
Pinus Ekologi Kesesuaian
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009. Silvikultur Ketersediaan
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Selanjutnya adalah distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria, seperti tampak pada Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria masing-masing Tim Ahli (TA)
Kriteria Sub kriteria TA 1 TA 2 TA 3 TA 4 Rataan geometris
Vektor prioritas Ekonomi 0,080 0,095 0,114 0,125 0,102 0,104
Pemasaran 0,069 0,637 0,089 0,249 0,177 0,205 Harga 0,687 0,258 0,559 0,594 0,493 0,571 Bagian
yang dimanfaatkan
0,244 0,105 0,352 0,157 0,194 0,225
Ekologi 0,523 0,368 0,411 0,375 0,415 0,423
Kesesuaian tempat tumbuh 0,796 0,105 0,731 0,170 0,319 0,425 Fungsi lindung 0,121 0,258 0,081 0,443 0,183 0,244 Ketahanan panas 0,083 0,637 0,188 0,387 0,249 0,332 Sosial 0,043 0,169 0,064 0,125 0,087 0,089
Disukai masyarakat 0,500 0,833 0,500 0,333 0,513 0,557 Kesesuain adat 0,500 0,167 0,500 0,667 0,409 0,443 Silvikultur 0,354 0,368 0,411 0,375 0,376 0,384
Ketersediaan bibit 0,467 0,709 0,455 0,142 0,382 0,440 Tingkat kerusakan bibit 0,467 0,179 0,455 0,429 0,357 0,411 Kemudahan pemeliharaan 0,066 0,112 0,090 0,429 0,130 0,149
Tabel 20 di atas menunjukkan rata-rata dari nilai pembanding yang telah diberikan oleh responden ahli yang disebut dengan rataan geometris. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini, jumlah respoden ahli yang digunakan lebih dari satu sehingga harus dicari rataan geometrisnya agar diperoleh nilai rata-ratanya. Rataan geometris diperoleh dengan cara mengalikan nilai dari keempat responden ahli kemudian diakarkan dengan pangkat sesuai jumlah responden ahli.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Selanjutnya adalah distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria, sub kriteria dan alternatif, seperti tampak pada tabel 21.
Tabel 21 Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas kriteria, sub kriteria dan alternatif Ekologi Kesesuaian
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Tabel 21 di atas juga menunjukkan rata-rata dari nilai pembanding yang telah diberikan oleh responden ahli yang disebut dengan rataan geometris. Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa dalam aspek ekonomi dan silvikultur, jenis tanaman pinus memiliki nilai vektor prioritas tertinggi dibandingkan keempat jenis tanaman lainnya yang berasal dari marga ficus. Namun dalam aspek ekologi, jenis beringin memiliki nilai vektor prioritas tertinggi sedangkan pinus memiliki nilai vektor prioritas terendah.
Selanjutnya adalah distribusi prioritas tanaman berdasarkan sub kriteria, seperti tampak pada Tabel 22.
Tabel 22 Distribusi prioritas tanaman
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Tabel 22 merupakan nilai rataan geometris dari masing-masing alternatif berdasarkan sub kriteria. Pada Tabel 22, terlihat jelas bahwa pinus memiliki nilai rata-rata tertinggi.
Rataan geometris dan vektor prioritas dapat dihitung dengan cepat dengan menggunakan software expect choice. Vektor prioritas untuk kriteria (aspek ekonomi, ekologi, sosial dan silvikultur), ditunjukkan pada Gambar 3.
0
ekonomi ekologi sosial silvikultur 0.102
Gambar 3 Vektor prioritas untuk kriteria.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir), 2009.
Vektor prioritas untuk alternatif jenis tanaman (pinus, beringin, tudak-tudak, jabi-jabi,dan hariara), ditunjukkan pada Gambar 4.
0.17
Gambar 4 Vektor prioritas untuk alternatif jenis tanaman.
Berdasarkan Gambar 4, juga diketahui bahwa dari kelima alternatif jenis tanaman, diperoleh nilai vektor prioritas tertinggi yakni beringin (0,218). Kemudian pada urutan kedua hingga keempat secara berturut-turut adalah jabi-jabi (0,210), pinus (0,196), tudak-tudak (0,190) dan hariara (0,186). Penentuan prioritas tersebut berdasarkan pendapat responden ahli dalam penelitian ini.