• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemrograman Programmable Logic Controller (PLC) Pada Mesin Finger Joint

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemrograman Programmable Logic Controller (PLC) Pada Mesin Finger Joint"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Programmable Logic Controller ( PLC )

NEMA (The National Electrical Manufacturers Association) mendefinisikan PLC sebagai piranti elektronika digital yang menggunakan memori yang bisa diprogram sebagai penyimpan internal dari sekumpulan instruksi dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi tertentu, seperti logika, sekuensial, pewaktuan, perhitungan, dan aritmetika, untuk mengendalikan berbagai jenis mesin ataupun proses melalui modul I/O digital dan atau analog. PLC banyak digunakan pada aplikasi-aplikasi industri, misalnya pada pabrik minuman, pabrik kertas, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, hampir semua aplikasi memerlukan kontrol listrik atau elektronik lainnya (Putra, 2004: 3).

2.1.1 Pengenalan PLC

PLC mempunyai karakter kontrol yang sifatnya bertahap, yakni proses itu berjalan sequence untuk mendapatkan kondisi akhir yang diinginkan. Controller

ini menerima input dan menghasilkan output sinyal-sinyal listrik untuk mengendalikan suatu sistem.

Konsep dari PLC adalah sebagai berikut:

1 Programmable: kemampuannya dalam membuat program yang ingin dirancang dan kemampuannya dalam hal memori program yang telah dibuat. 2 Logic: kemampuannya dalam memproses input secara aritmetik (ALU), yaitu melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi dan negasi.

3 Controller: kemampuannya dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

(2)

Ada berbagai macam jenis dan spesifikasi PLC, tergantung kebutuhan sipemakai. Salah satu contoh bentuk fisik dari PLC ini ditunjukkan seperti Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2. 1 PLC Type Siemens Simatic S7

2.1.2 Bagian-Bagian PLC

Ada terdapat bagian – bagian dari PLC, yaitu : CPU, Terminal Supply,

Terminal Pentanahan Fungsional, Terminal Keluaran, Terminal Masukan, Indikator PC, Terminal pentanahan pengaman, Indikator masukan (Indikator, Indikator keluaran, Memori PLC, Peripheral Port, Exspanssion I /O (Frans, Skripsi, 2009: 8-11).

2.2.3.1 CPU

CPU adalah otak dalam PLC, merupakan tempat mengolah program sehingga sistem kontrol yang telah didesain akan bekerja seperti yang telah diprogramkan. CPU ini juga menangani komunikasi dengan piranti eksternal,

interkoneksi antar bagian-bagian internal PLC, eksekusi program, dan lain – lain.

(3)

memberikan petunjuk-petunjuk pada orang yang melaksanakan program. Perangkat CPU dipasang pada rak-rak atau panel-panel standard dengan spesifikasi sebagai berikut :

Perangkat CPU tersebut terdiri dari : a. Modul Catu Daya

b. Modul Kontrol Logik c. Modul Kontrol Aritmatik d. Modul Kontrol I/O

e. Modul Memori

f. Modul Input dan Output Pembantu

2.2.3.2 Terminal Supply

Adalah terminal untuk memberi tegangan supply ke PLC

2.2.3.3 Terminal Masukan

Adalah terminal yang menghubungkan ke rangkaian input PLC.

2.2.3.4 Terminal Keluaran

Adalah terminal yang menghubungkan ke rangkaian output PLC.

2.2.3.5 Terminal Pentanahan Fungsional

Adalah terminal pertanahan yang harus diketanahkan jika menggunakan tegangan sumber AC.

2.2.3.6 Indikator PC

Indikator yang memperlihatkan atau menampilkan status operasi atau mode dari PC.

2.2.3.7 Terminal pentanahan pengaman

Adalah terminal pengaman pentanahan untuk mengurangi resiko kejutan listrik.

2.2.3.8 Indikator masukan

(4)

2.2.3.9 Indikator keluaran

Indikator keluaran atau indikator output menyala saat terminal keluaran ON.

2.2.3.10Memori PLC

a. IR (Internal Relay)

IR berfungsi untuk menyimpan status keluaran dan masukan PLC. Daerah IR terbagi atas tiga macam area, yaitu area masukan, area keluaran dan area kerja.

b. SR (Special Relay)

SR memiliki fungsi-fungsi khusus seperti untuk pencacah, interupsi dan status flags.

c. AR (Auxilary Relay)

AR terdiri dari flags dan bit untuk tujuan-tujuan khusus. Dapat menunjukkan kondisi PLC yang disebabkan oleh kegagalan sumber tegangan, kondisi spesial I/O, kondisi input atau output unit, kondisi CPU PLC, kondisi memori PLC.

d. LR (Link Relay)

Berfungsi untuk data link pada PLC link system. Tukar-menukar informasi antara dua PLC atau lebih dalam suatu sistem kontrol yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan artinya untuk menggunakan banyak PLC.

e. HR (Holding Relay)

Holding Relay berfungsi untuk mempertahankan kondisi kerja rangkaian PLC yang sedang dioperasikan apabila terjadi gangguan pada sumber tegangan dan akan menyimpan kondisi kerja PLC walaupun sudah dimatikan.

f. TR (Temporary Relay)

Berfungsi untuk penyimpanan sementara kondisi logika program pada ladder diagram yang mempunyai titik percabangan khusus.

g. DM (Data Memory)

(5)

2.2.3.11Peripheral Port

Penghubung antara CPU dengan PC atau peralatan peripheral lainnya,

2.2.3.12Exspanssion I /O

Penghubung CPU ke exspanssion I/O unit.

2.1.3Bahasa Pemograman

Terdapat banyak pilihan bahasa untuk membuat program dalam PLC. Masing-masing bahasa mempunyai keuntungan dan kerugian tergantung dari sudut pandang kita sebagai user/pemogram. Pada umumnya terdapat 2 bahasa pemograman sederhana dari PLC, yaitu pemograman diagram ladder dan bahasa instruction list. (mnemonic code). Diagram Ladder adalah bahasa yang dimiliki oleh setiap PLC (Frans, Skripsi, 2009: 18).

2.1.4Diagram Ladder

Instruksi tangga atau ladder instruction adalah instruksi-instruksi yang terkait dengan kondisi-kondisi di dalam diagram tangga. Instruksi-instruksi tangga, baik yang independen maupun kombinasi atau gabungan dengan blok instruksi berikut atau sebelumnya, akan membentuk kondisi eksekusi.

Diagram ladder menggambarkan program dalam bentuk grafik. Diagram ini dikembangkan dari kontak-kontak relay yang terstruktur yang menggambarkan aliran arus listrik. Dalam diagram ladder terdapat dua buah garis vertikal dimana garis vertikal sebelah kiri dihubungkan dengan sumber tegangan positip catu daya dan garis sebelah kanan dihubungkan dengan sumber tegangan negatip catu daya.

(6)

hal tersebut dapat digambarkan pada diagram ladder gambar 2.2. Peraturan secara umum di dalam menggambarkan program ladder diagram adalah :

 Daya mengalir dari rel kiri ke rel kanan

Output koil tidak boleh dihubungkan secara langsung di rel sebelah kiri.

 Tidak ada kontak yang diletakkan di sebelah kanan output coil

 Hanya diperbolehkan satu output koil pada ladder line (Frans, Skripsi, 2009: 19).

Dengan diagram ladder, kondisi di atas direpresentasikan menjadi Gambar 2. 2 di bawah ini.

Gambar 2. 2Diagram Ladder

Di antara dua garis vertikal ini, dipasang kontak-kontak yang menggambarkan kontrol dari switch, sensor atau output. Satu baris dari diagram disebut dengan satu rung. Input menggunakan symbol (kontak normally open) dan (kontak normally close). Output mempunyai simbol () yang terletak paling kanan.

2.2.3.13Instruksi-instruksi diagram ladder

(a) LOAD (LD) dan LOAD NOT (LD NOT)

(7)

Gambar 2. 3 Contoh Instruksi LD dan LD Not

(b) AND dan AND NOT

Bila terdapat dua atau lebih kondisi yang dihubungkan secara seri pada garis instruksi yang sama, maka instruksi pertama LD atau LD NOT

dan kemudian sisanya menggunakan instruksi AND atau AND NOT. Diagram ladder untuk instruksi di atas ditunjukkan pada Gambar 2.4 di bawah ini.

(8)

garis instruksi yang sama, maka kondisi pertama terkait dengan instruksi

LD atau LD NOT dan kemudian sisanya berkaitan dengan instruksi OR

atau OR NOT.

Gambar diagram ladder untuk kondisi paralel ditunjukkan seperti pada Gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2. 5 Contoh Instruksi OR dan OR NOT

(d) OUT

Cara yang paling mudah untuk mengeluarkan hasil kombinasi kondisi eksekusi adalah dengan menyambung langsung dengan keluaran melalui instruksi OUTPUT (OUT). Instruksi ini digunakan untuk mengontrol bit operan yang bersangkutan berkaitan dengan kondisi eksekusi apakah ON atau Off.

Diagram ladder untuk instruksi OUT ditunjukkan seperti pada Gambar 2.6 di bawah ini.

(9)

(e) END

Instruksi terakhir yang harus dituliskan atau digambarkan dalam diagram tangga adalah instruksi END. Jika suatu diagram tangga atau program PLC

tidak dilengkapi instruksi END, maka program tidak dapat dijalankan. Bentuk digram ladder untuk instruksi END ditunjukkan seperti Gambar 2.7 di bawah ini (Frans, Skripsi, 2009: 20-22).

Gambar 2. 7 Contoh intruksi END

2.2.3.14Prinsip – Prinsip Diagram Ladder PLC

Dengan menunjukkan hubungan antara satu rangkaian kontrol dengan ladder diagram untuk lebih mudah mempresentasikannya. Pada kedua gambar di bawah ini menunjukkan cara kerja yang sama walaupun dalam bentuk penggambaran yang berbeda. Yang mana 2.8a merupakan penggambaran start-stop motor secara diagram kontrol dan 2.8b menunjukkan penggambaran start-stop motor secara diagram ladder (Frans, Skripsi, 2009: 23).

(10)

start stop safety

Thermal Over

Load Motor

(b)

Gambar 2. 8 a ) Rangkaian Kontrol Start–Stop Motor b ) Diagram Ladder Start- Stop Motor

2.1.5Eksekusi Program

Saat eksekusi program dijalankan, unit CPU didalam PLC akan men-scan program dari atas ke bawah, memeriksa semua kondisi dan mengerjakan semua instruksi terkait ke arah bawah.

Dengan demikian penting untuk menempatkan instruksi-instruksi sesuai urutan yang seharusnya, sehingga program bisa bekerja atau berjalan sesuai dengan yang dikehendaki. Dan CPU selalu mengerjakan instruksi dari kiri ke kanan sebelum kembali lagi ke titik cabang kemudian mengerjakan pada garis instruksi berikutnya dan seterusnya (Frans, Skripsi, 2009: 25).

2.1.6Personal Computer

Ada 2 cara memasukkan program ke PLC, yaitu : a.Dengan Programming Console

Karena tidak menggunakan Programming Console pada Tugas Akhir ini untuk memasukkan program ke PLC, maka penjelasan cara memasukkan program ke PLC yang dijelaskan adalah menggunakan Personal Computer

b.Dengan Personal Computer

Personal Computer berfungsi untuk memasukkan perintah atau program secara berurutan, yaitu dengan menggambarkan diagram ladder pada computer. Diagram ladder di gambar pada file FC1, dan ladder fungsi END di gambar pada file OB1. Untuk koneksi ke PLC, komputer harus menggunakan

(11)

mengkoneksi ke PLC. Berikut ini adalah Gambar 2.10 yang menunjukkan skema cara mengkoneksi komputer ke PLC.

Gambar 2. 9 Skema cara mengkoneksi komputer ke PLC

Kemudian, langkah berikutnya adalah ON kan komputer, lalu pilih program software PLC SIEMENS. Setelah program terbuka, klik toolbar

Simulation On/Off” seperti terlihat pada Gambar 2.11 dibawah ini.

Gambar 2. 10 Tampilan software PLC Siemens pada PC

(12)

Gambar 2. 11 Tampilan proses simulation on/off

(13)
(14)

Gambar 2. 13 Pemrograman Diagram Ladder pada file OB1

Kemudian langkah berikutnya adalah mengklik toolbar download pada file FC1 dan OB1 seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.15 dan Gambar 2.16 di bawah ini. Tujuannya adalah untuk mengkoneksi file ini ke program simulation On/Off

(15)

Gambar 2. 15 Proses klik toolbar download pada file OB1

(16)

Gambar 2. 17 Tampilan program RUN (monitor On) pada file OB1.

Selanjutnya PLC dapat dioperasikan sesuai dengan program diagram

ladder yang telah diberikan. Fungsi dan kegunaan dari PLC dapat dikatakan hampir tidak terbatas. Tapi dalam prakteknya dapat dibagi secara umum dan khusus. Secara umum fungsi dari PLC adalah sebagai berikut :

a. Kontrol Random

Dalam hal ini, PLC difungsikan hanya untuk keperluan beban random. Artinya, pengoperasian pada masing–masing beban tidak berpengaruh satu sama lain.

b. Kontrol Sekuensial

PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), di sini PLC menjaga agar semua step/langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.

c. Kontrol Interlock

PLC juga dapat digunakan untuk pemrosesan teknik secara interlock. Artinya, di sini PLC berperan agar dalam setiap step pada proses interlock

(17)

PLC secara terus menerus memonitor suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut ke operator.

2.1.7Masukan - Masukan PLC

Kecerdasan sebuah sistem tergantung pada kemampuan sebuah PLC

untuk membaca sinyal dari berbagai macam jenis sensor dan piranti-piranti masukan lainnya. Untuk bisa melakukan perubahan pada memori status masukan tersebut, dibutuhkan sumber tegangan untuk memicu masukan.

Pada Gambar 2.19 berikut menunjukkan hubungan rangkaian internal dari sensor jenis keluaran sinking dengan masukan PLC yang bersifat sourcing

(memberikan arus). Keluaran sensor ini adalah transistor jenis NPN. Dalam keadaan normal, tegangan yang mencatu basis transistor output ini bernilai nol volt sehingga transistor berada dalam keadaan off. Jika terjadi perubahan pada besaran yang dideteksinya, maka akan timbul tegangan basis yang besarnya sama dengan tegangan pada input PLC yang menyebabkan transistor menjadi ON. Dengan demikian, arus diijinkan mengalir dari output sensor sinking

(kolektor transistor) ke kaki emitornya (sehingga sensor ini dikenal dengan nama sinking sensor/penyerap arus). Pada kondisi ini, PLC akan bekerja, kemudian arus akan mengalir ke PLC (Frans, Skripsi, 2009: 25).

Tr NPN

(18)

2.1.8Keluaran PLC

Sistem tidaklah akan lengkap jika tidak ada fasilitas keluaran, beberapa alat atau piranti yang banyak digunakan adalah motor, solenoida, relai, lampu indikator dan sebagainya. PLC menggunakan keluaran berupa relai, dengan adanya relai ini, menghubungkan dengan piranti eksternal menjadi lebih mudah.

Pada Gambar 2.20 ditunjukkan gambar rangkaian internal rangkaian relai sebagai keluaran dari PLC (Frans, Skripsi, 2009: 26).

Gambar 2. 19 Relai Sebagai Keluaran Pada PLC

2.2 Finger Joint

2.2.1Umum

Sambungan antara balok kayu yang satu dengan yang lainnya pada umumnya menggunakan pen & lubang. Pada kayu dengan ukuran kecil, konstruksi ini kurang optimal. Oleh sebab itu, finger joint memiliki prinsip dasar yang sama dengan sambungan gerigi.

(19)

saat ini. Sambungan finger joint seperti pertemuan jari jemari kita. Banyaknya 'jari' dan garis sambungan memberikan permukaan bidang lem yang lebih luas sehingga konstruksi lebih kuat. Proses kontruksinya cepat dan mudah, panjang 'pen' tidak perlu terlalu panjang sehingga tidak banyak membuang kayu. Ini sebuah kelebihan paling besar pada finger joint. Konstruksi ini begitu disukai oleh para produsen furniture dengan skala kapasitas produksi menengah ke atas.

Pada finger joint, terdapat juga kelemahan pada konstruksi ini. Kelemahannya adalah bila proses pembuatan konstruksi tidak presisi dan terdapat banyak pecah pada ujungnya sehingga pada saat sambungan direkatkan akan terlihat celah di antara ujung sambungan. Pada proses yang baik celah tersebut akan terisi dengan lem. Selain itu, adanya garis pada sambungan arah memanjang. Garis ini akan nampak apabila tekanan yang diberikan pada saat perakitan tidak cukup kuat untuk menahan kedua bidang finger joint.

2.2.2 PeralatanPada Mesin Finger Joint

Peralatan yang ada pada mesin finger joint adalah sebagai berikut:

1. Motor AC 3 Fasa

(20)

Gambar 2. 20 Konstruksi Motor Listrik 3 Fasa

Prinsip Kerja Motor Listrik 3 Fasa

Apabila sumber tegangan 3 fase dipasang pada kumparan stator, akan timbul medan putar dengan kecepatan seperti rumus berikut :

Ns = 120 f/P

dimana:

Ns = Kecepatan Putar f = Frekuensi Sumber P = Kutub motor

Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada batang konduktor dari rotor akan timbul GGL induksi. Karena batang konduktor merupakan rangkaian yang tertutup maka GGL akan menghasilkan arus (I). Adanya arus (I) di d alam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yan g dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator. GGL induksi timbul karena terpoton gn ya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar GGL induksi tersebut timbul, diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).

(21)

S= (ns- nr)/ ns

Bila nr = ns, GGL induksi tidak akan timbul dan arus tidak mengalir pada batang konduktor (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau asinkron.

Hubungan antara beban, kecepatan dan torsi (torque)

Gambar di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara torque - kecepatan dengan arus pada motor induksi 3 phase:

- Motor mulai menyala ternyata terdapat arus start yang tinggi akan tetapi torque-nya rendah.

- Saat motor mencapai 80% dari kecepatan penuh, torque-nya mencapai titik tertinggi dan arusnya mulai menurun.

- Pada saat motor sudah mencapai kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torque dan stator turun ke nol.

(22)

2. Pneumatik

Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak, keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan. Perkataan pneumatik berasal bahasa Yunani “ pneuma “ yang berarti “napas” atau “udara”. Jadi pneumatik berarti terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat.

Silinder Pneumatik

Silinder pneumatik adalah katup yang digunakan untuk menggerakkan beban berat. Memiliki 2 type, single action dan double action. Single action dimana pergerakan batang silinder pneumatik setengahnya dilakukan oleh pegas, sedangkan double action dua pergerakan keluar dan kedalam sama2 dilakukan oleh pneumatic.

Gambar 2. 22 Silinder Pneumatik

Sistem single action, input di bagian belakang pneumatic akan mendorong batang keluar. Jika udara pneumatic off maka batang kembali kebelakang dengan pegas

Gambar 2. 23 Pneumatik Sistem Single Action

Sistem double action, dua input pneumatic digunakan untuk mendorong batang keluar dan kedalam

(23)

Komponen pneumatik beroperasi pada tekanan 8 s.d. 10 bar, tetapi dalam praktik dianjurkan beroperasi pada tekanan 5 s.d. 6 bar untuk penggunaan yang ekonomis. Beberapa bidang aplikasi di industri yang menggunakan media pneumatik dalam hal penangan material adalah sebagai berikut :

a. Pencekraman benda kerja b. Penggeseran benda kerja c. Pengaturan posisi benda kerja d. Pengaturan arah benda kerja Penerapan pneumatik secara umum : a. Pengemasan (packaging)

b. Pemakanan (feeding) c. Pengukuran (metering)

d. Pengaturan buka dan tutup (door or chute control) e. Pemindahan material (transfer of materials)

f. Pemutaran dan pembalikan benda kerja (turning and inverting of parts) g. Pemilahan bahan (sorting of parts)

h. Penyusunan benda kerja (stacking of components)

i. Pencetakan benda kerja (stamping and embosing of components) Susunan sistem pneumatik adalah sebagai berikut :

a. Catu daya (energi supply) b. Elemen masukan (sensors) c. Elemen pengolah (processors) d. Elemen kerja (actuators)

Persaingan antara peralatan pneumatik dengan peralatan mekanik, hidrolik atau elektrik makin menjadi besar. Dalam penggunaannya sistem pneumatik diutamakan karena beberapa hal yaitu :

a. paling banyak dipertimbangkan untuk beberapa mekanisasi, b. dapat bertahan lebih baik terhadap keadaan-keadaan tertentu

(24)

pada mekanisasi yang sesuai dengan tujuan sudah diakui oleh cabang-cabang industri yang lebih banyak lagi. Pneumatik mulai digunakan untuk pengendalian maupun penggerakan mesin-mesin dan alat-alat.

3. Solenoid Valve

Solenoid valve pneumatic adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan plunger yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC. Solenoid valve pneumatic atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang keluaran, lubang masukan, lubang jebakan udara (exhaust) dan lubang Inlet Main. Lubang Inlet Main, berfungsi sebagai terminal / tempat udara bertekanan masuk atau supply (service unit), lalu lubang keluaran (Outlet Port) dan lubang masukan (Outlet Port), berfungsi sebagai terminal atau tempat tekanan angin keluar yang dihubungkan ke pneumatic, sedangkan lubang jebakan udara (exhaust), berfungsi untuk mengeluarkan udara bertekanan yang terjebak saat plunger bergerak atau pindah posisi ketika solenoid valve pneumatic bekerja.

Gambar 2. 25 Gambar Solenoid Valve

(25)

pneumatic ini mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.

Gambar 2. 26 Gambar Konstruksi Solenoid Valve Berikut keterangan gambar Solenoid Valve Pneumatic:

1. Valve Body

2. Terminal masukan (Inlet Port) 3. Terminal keluaran (Outlet Port) 4. Manual Plunger

5. Terminal slot power suplai tegangan 6. Kumparan gulungan (koil)

7. Spring 8. Plunger

9. Lubang jebakan udara (exhaust from Outlet Port) 10.Lubang Inlet Main

11.Lubang jebakan udara (exhaust from inlet Port) 12.Lubang plunger untuk exhaust Outlet Port 13.Lubang plunger untuk Inlet Main

(26)

Dibawah ini dapat dilihat cara kerja plunger selenoid valve pneumatic dalam menyalurkan udara bertekanan kedalam tabung pneumatik (silinder pneumatik kerja tunggal)

Gambar 2. 27 Proses Kerja Solenoid Valve

4. Cara Kerja Sistem Pneumatic

(27)

Kompressor diaktifkan dengan cara menghidupkan penggerak mula umumnya motor listrik. Udara akan disedot oleh kompresor kemudian ditekan ke dalam tangki udara hingga mencapai tekanan beberapa bar. Untuk menyalurkan udara bertekanan ke seluruh sistem (sirkuit pneumatik) diperlukan unit pelayanan atau service unit yang terdiri dari penyaring (filter), katup kran (shut off valve) dan pengatur tekanan (regulator).

Service unit ini diperlukan karena udara bertekanan yang diperlukan di dalam sirkuit pneumatik harus benar-benar bersih, tekanan operasional pada umumnya hanyalah sekitar 6 bar. Selanjutnya udara bertekanan disalurkan dengan bekerjanya solenoid valve pneumatic ketika mendapat tegangan input pada kumparan dan menarik plunger sehingga udara bertekanan keluar dari outlet port melalui selang elastis menuju katup pneumatik (katup pengarah/inlet port pneumatic). Udara bertekanan yang masuk akan mengisi tabung pneumatik (silinder pneumatik kerja tunggal) dan membuat piston bergerak maju dan udara bertekanan tersebut terus mendorong piston dan akan berhenti di lubang outlet port pneumatic atau batas dorong piston.

5. Limit Switch

(28)

Gambar 2. 29 Limit Switch

Limit switch adalah salah satu sensor yang akan bekerja jika pada bagian actuator nya tertekan suatu benda, baik dari samping kiri ataupun kanan, mempunyai micro switch dibagian dalamnya yang berfungsi untuk mengontakkan atau sebagai pengontak, gambar batang yang mempunyai roda itu namanya actuator lalu diikat dengan sebuah baud, berfungsi untuk menerima tekanan dari luar, roda berfungsi agar pada saat limit switch menerima tekanan , bisa bergerak bebas, kemudian mempunyai tiga lubang pada body nya berfungsi untuk tempat dudukan baud pada saat pemasangan di mesin.

Ketika actuator dari Limit switch tertekan suatu benda baik dari samping kiri ataupun kanan sebanyak 45 derajat atau 90 derajat ( tergantung dari jenis dan type limit switch ) maka, actuator akan bergerak dan diteruskan ke bagian dalam dari limit switch, sehingga mengenai micro switch dan menghubungkan kontak-kontaknya, pada micro switch terdapat kontak jenis NO dan NC seperti juga sensor lainnya, kemudian kontaknya mempunyai beban kerja sekitar 5 A, untuk dihubungkan ke perangkat listrik lainnya, dan begitulah seterusnya, selain itu limit switch juga mempunyai head atau kepala tempat dudukan actuator pada bagian atas dari limit switch dan posisinya bisa dirubah-rubah sesuai dengan kebutuhan. Contoh-contoh penggunaan limit switch adalah sebagai berikut :

• Digunakan untuk sensor door open/close.

• Digunakan untuk sensor cylinder up/down.

• Digunakan untuk sensor Safety cover (emergency stop).

(29)

6. Sensor Photo Electric Switch

Penginderaan fotoelektrik menggunakan sinar cahaya untuk mendeteksi ada atau tidaknya obyek. Teknologi ini merupakan alternatif yang ideal untuk sensor jarak induktif ketika penginderaan jarak yang dibutuhkan lebih panjang atau ketika item yang akan dirasakan adalah non logam. AUTONICS 4 jenis tujuan secara umum produk sensor fotoelektrik baris dirancang dengan teknologi canggih yang dikombinasikan dengan teknologi optik dan listrik, secara garis besar dipilih dalam berbagai bidang industri untuk fungsi optimal, kualitas, fleksibilitas aplikasi dan kehandalan serta harganya kompetitif dengan perusahaan industri.

Prinsip kerja sensor Photoelectric

Sensor ini menggunakan elemen peka cahaya untuk mendeteksi objek dan terdiri dari emitor (sumber cahaya) dan penerima.

(30)

Sensor photo electric switch bekerja dengan prinsip seperti transistor sebagai saklar. Energi cahaya akan diubah menjadi suatu sinyal listrik. Adanya suatu reflector yang berfungsi untuk memantulkan cahaya yang dipancarkan oleh Photoelectric.

Karakteristik yang dimiliki adalah sebagai berikut : a. Beroperasi pada catu tegangan : 12 Volt – 24 Volt DC. b. Arus yang dikonsumsi maksimal 20 miliampere c. Sumber cahaya yang digunakan adalah LED merah d. Memiliki penguat sendiri (diatur dengan potensiometer) f. Waktu respon yang dimiliki 1 milidetik On dan 1 milidetik Off

Keluaran sensor yaitu kaki 2 dapat langsung dihubungkan dengan terminal masukan PLC .

LED didalam rangkaian ini berfungsi sebagai indikator apakah sensor dalam keadaan aktif atau tidak.Rangkaian sensor ini dicatu dengan 15 Volt. Sensor ini akan memberikan logika ‘1’ (tegangan 0 Volt Vdc) saat aktif dan memberikan logika ‘0’ (tegangan 15 Vdc) saat tidak aktif. Sinyal ini yang akan diproses oleh PLC.

Gambar 2. 32 Rangkaian Sensor Photo Electric Switch Yang Di Hubungkan ke Terminal Masukan PLC

(31)

- Thru-beam :

Pada type ini transmitter dan Receiver terpisah dalam 2 unit, bila obyek menghalangi cahaya dari transmitter ke receiver maka keluaran dari sensor ini akan berubah sesuai dengan switching dari sensor tersebut.

- Reflex :

Pada tipe ini transmitter dan receiver berada dalam 1 unit, dan di butuhkan sebuah reflector untuk memantulkan cahaya dari transmitter ke receivernya. Bila obyek menghalangi cahaya yg diterima receiver, maka keluaran dari sensor akan berubah sesuai dengan switchingnya. Tipe ini tidak bisa digunakan untuk mendeteksi obyek yg mengkilap, karena pantulan cahaya dari transmitter oleh obyek yg mengkilap dapat mengacaukan kerja sensor tersebut.

- Polarized Reflex:

Merupakan pengembangan dari tipe reflex, sehingga tipe ini bisa digunakan untuk mendeteksi obyek yg mengkilap.

- Diffuse:

Pada tipe ini transmitter dan receiver berada dalam 1 unit. Apabila receiver menerima cahaya dari transmitter yg di pantulkan oleh obyek , maka keluaran dari sensor akan berubah sesuai dengan jenis switchingnya.

- Diffuse with background suppression :

Tipe ini merupakan pengembangan dari tipe diffuse, sensor ini dapat digunakan untuk mendeteksi obyek dengan latar belakang. Jarak deteksi pada system ini dapat diatur sehingga hanya pantulan dari obyeknya yang mengubah keluaran dari sensor.

7. Magnetic Sylinder Sensor

(32)

Gambar 2. 33 Peletakan Sensor Magnetic Sylinder

Gambar 2. 34 Bentuk Fisik Sensor Magnetic Sylinder

(33)

8. Sensor Proximity

Di sensor Proximity ini di bagi lagi menjadi dua type yaitu inductive Proximity dan Capacitive Proximity.

- Inductive Proximity

Bekerja berdasarkan perubahan induktansi apabila ada obyek metal yg berada dalam daerah kerjanya. Hanya dapat mendetkesi benda yg terbuat dari metal. Dengan jarak deteksi maksimum 6 cm. Jarak deteksi di pengaruhi dari jenis metal obyeknya .(misal jarak deteksi untuk besi berbeda dengan untuk tembaga).

Gambar 2. 36 Sensor Induktif Proximity - Capacitive Proximity

(34)

Gambar 2. 37 Sensor Kapasitif Proximity

Gambar 2. 38 Connection Diagram Sensor Proximity

2.2.3 Peralatan Dan Proses Kerja Masing – Masing Peralatan Pada

Mesin Finger Joint

Berbagai macam gabungan dan kombinasi peralatan yang saling berhubungan satu sama lain bekerja menjadi satu kesatuan pada finger joint machine akan dijelaskan secara berurutan. Gambar di bawah ini menunjukkan

(35)

Gambar 2. 39 Finger Joint Tampak Keseluruhan

Berikut adalah mesin – mesin yang ada pada Finger Joint : 1. Mesin Infeed

Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin Mesin Infeed 1:

a. Konveyor

b. Solenoid Valve c. Silinder Pneumatic d. Photo Electric Switch

2. Mesin Finger Shape Joint 1

Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin

Finger Shape Joint 1 :

(36)

3. Mesin Infeed 2 (Transfer wood from Finger Shape Joint 1 to Finger Shape Joint 2)

4. Mesin Finger Shape Joint 2

Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin

Finger Shape Joint 2 :

a. Infeeding 2 b. Solenoid Valve c. Silinder Pneumatic 2 d. Photo Electric Switch

e. Cutting Feeding 2 d. Photo Electric Switch e. Infeeding Joint

f. Power Feeding Roller

6. Mesin FingerJoint

Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin

Finger Joint adalah :

a. Silinder Pneumatic 3

Silinder Pneumatic Top : pada area Cutter 3 Silinder Pneumatic Bottom : pada area Cutter 3 Silinder Pneumatic Top

(37)

Silinder Pneumatic Top Press Jointing b. Cutter 3

c. Hydraulic Pump

2.2.3.1 Mesin Infeed

Mesin Infeed adalah conveyor yang berfungsi sebagai input pada kayu yang akan di kirim ke mesin finger shape joint 1.

Gambar 2. 40 Mesin Infeed 2.2.3.2 Mesin Finger Shape Joint 1

Mesin Finger Shape Joint 1 adalah mesin yang berfungsi membentuk

finger di satu sisi ujung kayu. Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin Finger Shape Joint 1 :

a. Infeeding

(38)

Gambar 2. 41 Infeeding b. Silinder Pneumatic

Terdapat 4 buah silinder pneumatic pada mesin Finger Shape Joint 1, yaitu:

9. silinder pneumatic top.

2. silinder pneumatic side.

3. silinder pneumatic pembatas. 4. silinder pneumatic pendorong.

Silinder pneumatic top dan side bekerja untuk menge-press kayu – kayu yang sudah berada pada posisinya untuk di press. Untuk mengkondisikan kayu pada posisi yang tepat untuk siap di press, di sinilah peranan sensor

(39)

Gambar 2. 42 Silinder Pneumatic c. Cutting Feeding

Cutting Feeding pada mesin ini berfungsi menggerakkan Infeeding dan

silinder pneumatic side dan top bergeser menuju dan melewati cutter. Cutting feeding bekerja putar balik, bergerak ke kanan dan ke kiri.

Gambar 2. 43 Cutting Feeding

d. Cutter

(40)

Gambar 2. 44 Cutter e. Shaper

Shaper adalah mesin yang berfungsi membentuk finger pada ujung kayu.

(41)

Pada proses awal ( proses I ) pada situasi gambar di bawah ini, mesin

infeed mendorong kayu menuju infeeding. Sampai di infeeeding, kayu di dorong sampai mengenai silinder pneumatic pembatas dan tepat di bawah silinder pneumatic top. Di saat itu, photo electric switch menyensor kayu – kayu tersebut. Tujuannya adalah untuk memastikan posisi ujung dari kayu – kayu tersebut sudah sejajar dan tepat di bawah silinder pneumatic top. Setelah sensor tersebut memastikan posisi kayu sudah tepat, maka sensor memberi sinyal untuk meng-Off-kan infeeding dan meng-On-kan silinder pneumatic side dan top. Kemudian silinder pneumatic side dan top bekerja menge-press kayu - kayu tersebut. Pada kondisi ini, kayu – kayu telah siap untuk di finger. Di saat sebelumnya, pada kondisi stand by, Cutter dan Shaper dalam kondisi ON ( beroperasi ).

Gambar 2. 46 Mesin Finger Shape Joint 1 Proses I

Pada kondisi menge-press kayu, cutting feeding bergerak ke kanan melewati cutter (cutter memotong ujung kayu) dan shaper ( shaper membentuk

(42)

Gambar 2. 47 Mesin Finger Shape Joint 1 Proses II

Setelah itu, silinder pneumatic side dan top membuka press pada kayu,

silinder pneumtic pendorong beroperasi mendorong kayu keluar disertai dengan

infeeding bekerja reverse hingga kayu menuju konveyor perantara (proses III). Setelah kayu sampai di mesin outfeed, cutting feeding putar balik menuju posisi / tempat semula sampai menyentuh limit switch 1 dan sejajar dengan mesin

(43)

Gambar 2. 48 Mesin Finger Shape Joint 1 Proses III

Gambar 2. 49 Mesin Finger Shape Joint 1 Tampak Samping

(44)

Gambar 2. 50 Hasil Finger Kayu Pada Mesin Finger Shape Joint 1

2.2.3.3 Mesin Infeed 2 (Transfer wood from Finger Shape Joint 1 to Finger Shape Joint 2)

Mesin Infeed 2 adalah Belt Conveyor yang berfungsi sebagai perantara untuk mentransfer kayu dari Finger Shape Joint 1 ke Finger Shape Joint 2.

Gambar 2. 51 Belt Conveyor Perantara (Mesin Infeed 2 Untuk Mentransfer Kayu dari Finger Shape Joint 1 ke Finger Shape Joint 2

2.2.3.4 Mesin Finger Shape Joint 2

Mesin Finger Shape Joint 2 adalah mesin yang berfungsi membentuk pasangan finger pada sisi ujung kayu lainnya untuk lanjutan yang telah dibuat oleh mesin Finger Shape Joint 1.

Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin

Finger Shape Joint 2 :

a. Infeeding 2

(45)

Gambar 2. 52 Infeeding 2 b. Silinder Pneumatic 2

Terdapat 4 buah silinder pneumatic 2 pada mesin Finger Shape Joint 1, yaitu:

1. silinder pneumatic top 2.

2. silinder pneumatic side 2.

3. silinder pneumatic pembatas 2. 4. silinder pneumatic pendorong 2.

Silinder pneumatic top dan side bekerja untuk menge-press kayu – kayu yang sudah berada pada posisinya untuk di press. Untuk mengkondisikan kayu pada posisi yang tepat untuk siap di press, di sinilah peranan sensor

(46)

Gambar 2. 53 Silinder Pneumatic 2 c. Cutting Feeding 2

Cutting Feeding 2 berfungsi menggerakkan infeeding dan silinder pneumatic 2 bergeser menuju dan melewati cutter dan shaper. Cutting Feeding dapat beroperasi putar balik, seperti bergerak ke kiri dan ke kanan untuk kebutuhan prosesnya.

(47)

d. Cutter 2

Cutter 2 adalah mesin yang bekerja meratakan ujung kayu – kayu dengan memotong sisi ujung kayu sebelum dibentuk finger.

Gambar 2. 55 Cutter 2

e. Shaper 2

(48)

Gambar 2. 56 Shaper 2 f. Lem

Lem berfungsi untuk merekatkan dan melengkatkan finger kayu yang satu dengan finger kayu yang lainnya. Pemberian Lem pada finger – finger dari kayu – kayu terletak setelah shaper 2.

Gambar 2. 57 Lem

(49)

Sampai di infeeeding 2, kayu di dorong sampai mengenai silinder pneumatic pembatas 2 dan tepat di bawah silinder pneumatic top 2. Di saat itu, photo electric switch 2 menyensor kayu – kayu tersebut. Tujuannya adalah untuk memastikan posisi ujung dari kayu – kayu tersebut sudah sejajar dan tepat di bawah silinder pneumatic top. Setelah sensor tersebut memastikan posisi kayu sudah tepat, maka sensor memberi sinyal untuk meng-Off-kan infeeding dan meng-On-kan silinder pneumatic side dan top. Kemudian silinder pneumatic side dan top bekerja menge-press kayu - kayu tersebut. Pada kondisi ini, kayu – kayu telah siap untuk di finger. Di saat sebelumnya, pada kondisi stand by, Cutter dan

Shaper dalam kondisi ON ( beroperasi ).

Gambar 2. 58 Mesin Finger Shape Joint 2 Proses I

(50)

Gambar 2. 59 Mesin Finger Shape Joint 2 Proses II

Setelah itu, silinder pneumatic side 2 dan top 2 membuka press pada kayu,

silinder pneumtic pendorong 2 beroperasi mendorong kayu keluar disertai dengan infeeding 2 bekerja reverse hingga kayu menuju konveyor perantara (proses III). Setelah kayu sampai di mesin outfeed 2 (mesin infeed 3), cutting feeding putar balik menuju posisi / tempat semula sampai menyentuh limit switch 1 dan sejajar dengan mesin infeed 2

(51)

Hasil pasangan finger kayu pada mesin finger shape joint 2 terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. 61 Hasil Pasangan Finger Kayu Pada Mesin Finger Shape Joint 2

2.2.3.5 Mesin Infeed 3

Mesin Infeeed 3 adalah belt conveyor yang berfungsi untuk menerima output kayu dari Mesin Finger Shape Joint 2 yang kemudian di kirim ke Mesin

Jointing Feeding.

Gambar 2. 62 Mesin Infeed 3

Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin

Finger Joint adalah :

a. Infeeding 3

(52)

yang ada di sebelah kiri area konveyor bekerja perlahan mendorong kayu ke kanan. Di saat bersamaan, fan yang ada di area sebelah kanan bekerja. Fan ini berfungsi untuk mengipas debu – debu atau partikel – partikel kecil yang masih menempel pada kayu agar tidak mengganggu proses dari penyatuan kayu selanjutnya dan juga untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Di ujung area kanan, terdapat juga sensor yang mendeteksi kayu jatuh satu persatu, sehingga membuat kerja motor interlock on off terhadap kayu yang jatuh di konveyor berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan kerja motor off saat kayu jatuh ke konveyor berikutnya, kemudian saat kayu terdorong ke proses berikutnya, sampai sensor tidak mendeteksi kayu pada konveyor tersebut, motor kembali on, dan demikian seterusnya sampai tidak ada lagi kayu pada area tersebut, maka motor bekerja reverse dan kembali ke semula. Lalu dari infeeding 3, kayu menuju ke infeeding 4 (In Feeding Joint).

(53)

Gambar 2. 64 Infeeding 4 (In Feeding Joint)

b. Power Feeding Roller

Mesin ini beroperasi mendorong kayu – kayu yang datang dari mesin

infeeding 4 perlahan masuk menuju jointing feeding sekaligus merapatkan

(54)

Gambar 2. 65 Power Feeding Roller Tampak Samping

Gambar 2. 66 Power Feeding Roller Tampak Depan

2.2.3.6 Mesin Finger Joint

Mesin Finger Joint adalah mesin yang berproses menyambungkan kayu finger yang satu dengan yang lainnya menjadi suatu kayu yang utuh dengan ukuran panjang yang telah di setting. Peralatan khusus pada mesin ini adalah fungsi press. mesin tersebut bisa diatur akar penekanan pada benda kerja cukup sehingga hasil sambungan menjadi baik. Peralatan – peralatan yang memiliki peranan penting yang ada pada mesin Finger Joint adalah :

a. Silinder Pneumatic 3 Top

Silinder Pneumatic ini paling dekat dengan Power Feeding Roller.

Ketika menyentuh limit switch yang ada pada ujung Jointing Feeding, Power Feeding Roller akan berhenti beroperasi sesaat. Saat itu, mesin press dari

(55)

Gambar 2. 67 Silinder Pneumatic 3 Top sebelum beroperasi menge-press

(56)

b. Cutter 3 dan Silinder Pneumatic 3 Bottom

Cutter 3 pada kondisi stand by, kemudian Silinder Pneumatic 3 Bottom Feeding Cutter 3 bekerja mendorong cutter 3 ke atas. Cutter 3 memotong batas panjang kayu terakhir karena telah terukur panjang kayu – kayu yang mau disatukan. Setelah di potong, Silinder Pneumatic 3 Bottom kembali ke semula, dan Silinder Pneumatic 3 Top membuka kembali, kemudian kayu – kayu yang mau disatukan tadi di dorong ke samping untuk proses selanjutnya, yaitu fingerjointing.

Gambar 2. 69 Cutter 3 dan Silinder Pneumatic 3 Bottom Feeding Cutter 3

c. Silinder Pneumatic 4 Top

Pada kondisi stand by, 3 Silinder Pneumatic 4 Top bekerja (On). Saat

Silinder Pneumatic 3 Bottom Feeding Cutter 3 bekerja (On), di saat bersamaan

(57)

Gambar 2. 70 Silinder Pneumatic 4 Top

d. Silinder Pneumatic 5 Side

Silinder Pneumatic 5 Side bekerja saat kayu telah di potong dan

Silinder Pneumatic 5 Side bekerja mendorong kayu ke finger jointing untuk selanjutnya kayu di jointing

(58)

e. Silinder Pneumatic 6 Top & Side

Selanjutnya Silinder pneumatic ini bekerja mendorong kayu agar lebih rapi dan lurus sebelum ke tahap jointing.

Gambar 2. 72 Silinder Pneumatic 6 Top & Side

f. Silinder Pneumatic 7 Top Press Jointing

Kemudian, Proses Finger Jointing di mulai dengan kerja Silinder Pneumatic 7 Top Jointing bekerja meng-press kayu dari atas. Tujuannya adalah untuk merekatkan kayu dari sisi atas kayu tersebut.

(59)

g. Sylinder Hydraulic

Sylinder Hydraulic bekerja menge-press kayu – kayu tersebut dari sisi – sisi ujungnya.. Tujuannya adalah untuk menyambungkan kayu – kayu yang telah stand by untuk di persatukan. Setelah proses pressing selesai, lalu mesin press dari Sylinder Hydraulics kembali ke semula, dan Silinder Pneumatic 7 Top Jointing terangkat ke atas, untuk melepas pressing pada kayu – kayu tersebut. Kemudian kayu – kayu tadi telah menjadi satu kesatuan yang utuh, lalu kayu tersebut di dorong keluar oleh Silinder Pneumatic untuk proses selanjutnya.

(60)

2.2.4 Konstruksi Mesin Finger Joint

Berikut adalah gambar konstruksi mesin finger joint:

A

C B

D E F

Gambar 2. 75 Konstruksi Mesin Finger Joint

Keterangan gambar : A. Mesin Infeed

B. Mesin Finger Shape Joint 1

C. Mesin Infeed 2

D. Mesin Finger Shape Joint 2

E. Mesin Infeed 3

(61)

Gambar di bawah ini adalah penjelasan nama dan letak masing – masing peralatan dari mesin infeed dan mesin finger shape joint 1 .

a.o1

Gambar 2. 76 Mesin Infeed Dan Mesin Finger Shape Joint 1

A. Mesin Infeed

Tabel 2. 1 Input Mesin Infeed

INPUT Peralatan Simbol

a.i1

Tabel 2. 2 Output Mesin Infeed

OUTPUT Peralatan Simbol

a.o1 Konveyor 1 M1

(62)

a.o5 Silinder Pneumatic (Limiter 2)

L2

B. Mesin Finger Shape Joint 1

Tabel 2. 3 Input Mesin Finger Joint 1

No. Gambar Peralatan Simbol

b.i1 Sensor 3

No. Gambar Peralatan Simbol

b.o1 Konveyor 3 M5F

b.o2 Cutting Feeding 1 CF1

b.o3 Cutter 1 M3

b.o4 Shaper 1 M4

b.o5 Silinder Pneumatic Top SP2 b.o6 Silinder Pneumatic Side SP1 b.o7 Silinder Pnumatic

(Limiter Side)

SP3 b.o8 Silinder Pneumatic

(Pusher Side)

SP4

(63)

c.o1

No. Gambar Peralatan Simbol

c.i1 Sensor 5

No. Gambar Peralatan Simbol

c.o1

c.02 Konveyor 4 M6

c.o3 Silinder Pneumatic (Limiter 3)

L3 c.o4 Silinder Pneumatic

(Limiter 4)

L4

D. Mesin Finger Shape Joint 2

Tabel 2. 7 Input Mesin Finger Shape Joint 2

No. Gambar Peralatan Simbol

(64)

Switch)

d.i3 Limit Switch 3 LS3

d.i4 Limit Switch 4 LS4

Tabel 2. 8 Output Mesin Finger Shape Joint 2

No. Gambar Peralatan Simbol

d.o1 Konveyor 5 M9F

d.o2 Cutting Feeding 2 CF2

d.o3 Cutter 2 M7

d.o4 Shaper 2 M8

d.o5 Silinder Pneumatic Top

(Lem)

SP9 d.o6 Silinder Pneumatic Side SP5 d.o7 Silinder Pneumatic Top SP6 d.o8 Silinder Pnumatic

(Limiter Side)

SP7 d.o9 Silinder Pneumatic

(Move Side)

SP8

(65)

e.o1

e.o2 e.o3

e.o4 e.o5

e.o6 e.i2

e.i3

e.i1

e.o8 e.o9

e.o7 e.o10

f.i1 f.o1

(66)

E. Mesin Infeed 3

Tabel 2. 9 Input Mesin Infeed 3

No. Gambar Peralatan Simbol

e.i1 Sensor 9

No.Gambar Peralatan Simbol

e.o1 Konveyor 6 M10

e.o2 Konveyor 7 M11

e.o3 Motor Pendorong M12F

Motor Pendorong M22F e.o4 Silinder Pneumatic SP10

e.o5 Konveyor M13

e.o6 Silinder Pneumatic Top L5

e.o7 Motor Fan M14

Power Feeding Roller M17

Power Feeding Roller M18

Silinder Pneumatic Top SP11

(67)

F. Mesin Finger Joint

Tabel 2. 11 Input Mesin Finger Joint

No. Gambar Peralatan Simbol

f.i1

Tabel 2. 12 Output Mesin Finger Joint

No. Gambar Peralatan Simbol

f.o1

Silinder Pneumatic Top SP17

Silinder Pneumatic Top SP18

Silinder Pneumatic Top SP19

(68)

Gambar

Gambar 2. 36 Sensor Induktif Proximity
Gambar 2. 40 Mesin Infeed
Gambar 2. 41 Infeeding
Gambar 2. 42 Silinder Pneumatic
+7

Referensi

Dokumen terkait

D1570 dsv_ch1_fr_p5 Menyimpan aktivasi parameter chemical 1 untuk proses final rinse D1571 dsv_ch2_fr_p5 Menyimpan aktivasi parameter chemical 2 untuk proses final rinse D1572

Peralatan yang dibuat dalam tugas akhir ini merupakan peralatan untuk simulasi yang terdiri dari tiga plant simulasi pengontrolan suatu proses yaitu dimana

Sistem lengkap dari rancangan alat ini terdiri dari bagian input sebagai sensor, pengendali sebagai alat kontrol dan aktuator sebagai penggerak. Pada bagian input berupa limit

Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya selama mengikuti pendidikan S1 di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Konsentrasi Teknik Konversi Energi

Mesin finger joint adalah mesin yang berproses membentuk finger – finger di ujung – ujung dari kayu – kayu yang masuk ke dalam mesin tersebut dan selanjutnya finger kayu

Putar kanan-kiri adalah motor yang arah putar rotor dapat diatur putar kanan atau kiri. Contoh lift, escalator, mesin

Limit switch adalah salah satu sensor yang akan bekerja jika pada bagian aktuatornya tertekan suatu benda, baik dari samping kiri ataupun kanan, mempunyai

Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya selama mengikuti pendidikan S1 di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Konsentrasi Teknik Konversi Energi