• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelaksanaan Program Kesejahteraan Karyawan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Udiklat Tuntungan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelaksanaan Program Kesejahteraan Karyawan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Udiklat Tuntungan Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Program Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah balas jasa lengkap (materi dan non materi yang

diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebijaksanaan. Tujuannya untuk

mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar

produktifitasnya meningkat (Dinae Nilsen:2005).

Kesejahteraan adalah dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut

kepada karyawan.Terutama pembayarannya kepada mereka yang sakit, uang bantuan

untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan dirumah

sakitdan pensiun. Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada

karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan yang dikemukakan

oleh Hasibuan (2001:182) adalah: “Pemberian kesejahteraan akan menciptakan

ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal terhadap perusahaan

sehingga labour turn over relatif rendah”. Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup,

maka mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan

ketenangan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin.

Dilain pihak kesejahteraan sosial atau jaminan sosial bentuk pemberian

(2)

oleh perusahaan kepada karyawan untuk selama masa pengabdiannya ataupun setelah

berhenti karena pensiun, lanjut usia dalam usaha memenuhi kebutuhan materi

maupun non materi kepada karyawan dengan tujuan untuk memberikan semangat

atau dorongan kerja kepada karyawan. Menurut Andre. F. Sikulu menyatakan bahwa:

Kesejahteraan karyawan adalah balas jasa yang diterima oleh pekerja dalam bentuk

selain upah atau gaji langsung.

Pengertian yang dikemukakan oleh Selo Sumarjan yang dikutip oleh

Sudarwan Danim (2008:34) dalam bukunya “Transformasi Sumber Daya Manusia”

bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia yang kita inginkan dibedah atas dasar

kualitas fisik (kesehatan, kekuatan jasmani, keterampilan dan ketahanan) dan kualitas

non fisik (kecerdasan, kemandirian, ketekunan, kejujuran dan akhlak). Menurut

Sudarwan Danim dalam bukunya “Transformasi Sumber Daya Manusia” beliau

mengatakan bahwa indikator dari kualitas sumber daya manusia adalah sebagai

berikut:

1. Kualitas fisik dan kesehatan meliputi:

a. Memiliki kesehatan yang baik serta kesegaran jasmani

b. Memiliki postur tubuh yang baik yang disebabkan oleh peningkatan gizi

yang baik.

c. Memiliki tingkat kehidupan yang layak dan manusiawi.

2. Kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan) meliputi:

(3)

b. Memiliki tingkat ragam dan kualitas pendidikan serta keterampilan yang relevan

dengan memperhatikan dinamika lapangan kerja baik yang ditingkat lokal,

nasional maupun internasional.

c. Memiliki penguasaan bahasa, meliputi bahasa nasional, bahasa ibu (daerah) dan

sekurang-kurangnya satu bahasa asing.

d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sesuai dengan tuntutan industrialisasi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. PLN (Persero) memiliki para ahli

pelatihan(training specialist), ahli pengembangan program kurikulum (curriculum

development program specialist), instruktur dan pembimbing yang berpengalaman

(experienced councelling), serta para pakar atau ahli di berbagai bidang dalam bisnis

industri perlistrikan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. PLN (Persero) didukung oleh sarana

dan prasarana laboratorium / praktek / simulasi yang lengkap dan modern. Selain itu,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. PLN (Persero) juga menyediakan paket atau

modul pendidikan dan pelatihan reguler sesuai dengan kebutuhan untuk

peningkatan kinerja perusahaan, serta memberikan jasa tes psikologi, aptitude test

dan asessment centre dalam seleksi SDM.

(4)

Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau

organisasi pada pegawainya hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong

tercapainya tujuan perusahaan yang efektif. Program kesejahteraan karyawan

sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak

melanggar peraturan pemerintah.

Menurut Hariandja (2002:279), program kesejahteraan karyawan dapat

disebut juga dengan kompensasi tidak langsung, baik dapat dinilai dengan uang

maupun yang tidak dinilai dengan uang. Dengan demikian, apabila program

kesejahteraan karyawan dilaksanakan secara tepat dan benar, maka para karyawan

akan memperoleh kepuasan kerja dan akan termotivasi untuk mencapai

tujuan-tujuan perusahaan.

a. Program Kesejahteraan Ekonomis Karyawan

Program ini dirancang dan diselenggarakan untuk melindungi keamanan

ekonomi para karyawan. Bentuk-bentuk program ini antara lain:

1. Pensiun. Pemberian pensiun berarti bahwa perusahaan memberikan sejumlah uang

tertentu berkala kepada karyawan yang telah berhenti bekerja setelah mereka bekerja

dalam waktu yang lama atau setelah mencapai batas usia tertentu.

2. Asuransi. Program ini bisa berbentuk asuransi jiwa, asuransi kesehatan, atau

asuransi kecelakaan. Disini perusahaan bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan

(5)

3. Pemberian Kredit. Pemberian kredit yang dibutuhkan karyawan bisa diorganisir

oleh manajemen, bisa pula oleh karyawan itu sendiri dengan mendirikan

perkumpulan atau koperasi simpan pinjam.

b. Program Rekreasi

Dalam menyusun program ini yang menjadi masalah bagi pihak manajemen

adalah apakah program ini diserahkan kepada pemilihan individu masing-masing

ataukah disponsori oleh perusahaan karena menyangkut masalah

biaya, efektivitas dan sikap karyawan. Program rekreasi dikelompokkan ke dalam:

1. Kegiatan Olahraga. Kegiatan olahraga bisa dimaksudkan untuk sekedar

memelihara kesehatan atau bisa juga untuk mengejar prestasi.

2. Kegiatan Sosial. Kegiatan sosial dapat dilakukan, misalnya dengan darma wisata

bersama-sama atau membentuk kelompok-kelompok khusus seperti drama, musik,

dan sebagainya.

c. Pemberian Fasilitas

Bentuk-bentuk kegiatan ini antara lain:

1. Penyediaan kafetaria. Dimaksudkan untuk mempermudah para karyawan yang

ingin makan atau tidak sempat pulang. Diharapkan dengan penyediaan kafetaria ini

(6)

2. Perumahan. Sulitnya memperoleh tempat tinggal yang layak di kota-kota membuat

banyak karyawan yang menghadapi masalah untuk memilih tempat tinggal. Untuk

mengatasi masalah tersebut perusahaan atau organisasi kadang-kadang menyediakan

fasilitas perumahan berupa rumah dinas, asrama atau hanya memberikan tunjangan

perumahan.

3. Fasilitas Pembelian. Disini perusahaan menyediakan toko perusahaan dimana

karyawan dapat membeli berbagai barang, terutama barang-barang yang dihasilkan

perusahaan dengan harga yang lebih rendah.

4. Fasilitas Kesehatan. Penyediaan fasilitas kesehatan erat kaitannya dengan

pembuatan program pemeliharaan kesehatan karyawan, juga karena adanya peraturan

pemerintah yang mengatur keamanan dan kesehatan karyawan dalam

menjalankan pekerjaannya. Fasilitas kesehatan ini bisa berupa poliklinik yang

lengkap dengan dokter dan perawatnya atau sekedar memberikan tunjangan

kesehatan yang bisa digunakan untuk berobat pada dokter yang ditunjuk perusahaan.

5.Penasihat Keuangan. Pemberian fasilitas ini dimaksudkan agar para karyawan tidak

kesulitan dalam mengatur keuangannya.

6. Fasilitas Pendidikan. Fasilitas ini disediakan dengan maksud membantu para

karyawan yang ingin meningkatkan pengetahuan mereka. Fasilitas yang disediakan

biasanya berupa perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh para karyawan yang

(7)

Dewasa ini karyawan dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang

penting dan perlu dikelola serta dikembangkan untuk mendukung kelangsungan

hidup perusahaan. Perusahaan juga dihadapkan pada tantangan besar untuk

memenangkan persaingan, sehingga dibutuhkan taktik dan strategi yang akurat.

Dalam pemilihan taktik dan strategi, perusahaan tidak saja memerlukan analisis

perubahan lingkungan eksternal seperti demografi, sosial budaya, politik, teknologi

dan persaingan, tetapi juga perlu menganalisis faktor internal perusahaan.

Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam

usaha mendukung dan meraih sasaran yang ditetapkan.

Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai menurut Malayu S.P.

Hasibuan (2000:187) adalah :

1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan.

2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta

keluarganya.

3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas pegawai.

4. Menurunkan tingkat absensi dan labour turn over.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk kedalam

kesejahteraan karyawan dapat dapat berupa uang bantuan seperti bantuan untuk

perawatan untuk karyawan yang sakit serta perawatannya, bantuan uang untuk

tabungan, pembagian saham, asuransi dan pensiun. Kesejahteraan buruh/pekerja

(8)

rohaniah, baik didalam maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung atau

tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas kerja dalam lingkungan kerja yang

aman dan sehat.

Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan–tunjangan dan

peningkatan kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja

pegawai tetapi didasarkan kepada keanggotaanya sebagai bagian dari organisasi serta

pegawai sebagai seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat

menjalankan kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik.

Timbul pertanyaan apa saja persamaan dan perbedaan antara kompensasi

langsung (gaji/upah) dengan kesejahteraan karyawan (kompensasi tidak langsung)

itu. Persamaannya :

1. Gaji/upah dan kesejahteraan karyawan adalah sama-sama merupakan pendapat

bagi karyawan.

2. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan bertujuan sama yakni untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan keterkaitan karyawan.

3. Gaji/upah dan kesejahteraan adalah biaya bagi perusahaan.

4. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan dibenarkan oleh peraturan legal, jadi bisa

dimasukan dalam neraca finansial perusahaan tersebut.

Perbedaannya :

1. Gaji/upah adalah hak karyawan untuk menerimanya dan menjadi kewajiban

(9)

2. Gaji/upah wajib dibayar perusahaan sedangkan kesejahteraan diberikan hanya

atas kebijaksanaan saja, jadi bukan kewajiban perusahaan atau sewaktu-waktu

dapat ditiadakan.

3. Gaji/upah harus dibayar dengan financial (uang/barang), sedangkan

kesejahteraan diberikan dengan financial dan non financial (fasilitas).

4. Gaji/upah waktu dan besarnya tertentu, sedangkan kesejahteraan waktu dan

besarnya tidak tentu.

Hal-hal diatas mendorong manajer yang berkreatif memberikan balas jasa

dengan secara langsung dan tidak langsung untuk tindakan berjaga-jaga, jika

sewaktu-waktu perusahaan mengalami kesulitan karyawan tetap bersikap loyal.

Kesejahteraan yang diberikan hendaknya bermanfaat dan mendorong untuk

tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat serta tidak melanggar

peraturan legal pemerintah. Tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai

berikut :

Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada karyawan.

1. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta

keluarganya.

2. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas kerja bagi karyawan.

3. Menurunkan tingkat absensi dan turn over karyawan.

(10)

5. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.

6. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.

7. Mengefektifkan pengadaan karyawan.

8. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas

manusia.

9. Mengurangi kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan perusahaan.

10. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.

Telah dikemukakan bahwa program kesejahteraan karyawan dapat diberikan

secara materi maupun non material. Kesejahteraan karyawan secara material

berkaitan langsung dengan prestasi karyawan dan dapat diberikan berupa

kompensasi, seperti uang transport, uang makan, uang pensiun, tunjangan hari raya,

uang jabatan, bonus, uang pendidikan, uang pengobatan, pakaian dinas, uang cuti

dan uang kematian. Sedangkan kesejahteraan karyawan secara non material dapat

berupa pemberian fasilitas dan pelayan bagi karyawan seperti fasilitas yang

disediakan oleh pihak perusahaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program kesejahteraan terdiri dari

dua komponen utama yaitu : kompensasi yang berkaitan langsung dengan prestasi

kerja karyawan serta kompensasi yang tidak berkaitan langsung dengan prestasi kerja

karyawan tetapi diberikan oleh pihak perusahaan kepada karyawan yang dipandang

(11)

Pemberian kesejahteraan karyawan sangat berarti dan bermanfaat bagi

perusahaan dan karyawan. Bagi karyawan pemberian kesejahteraan bermanfaat untuk

menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara perusahaan dengan

karyawan, meningkatkan semangat kerja karyawan, disiplin kerjadan sikap loyalitas

karyawan terhadap perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan dapat meningkatkan

produktifitas kerja, efisiensi kerja, efektifitas kerja dan meningkatkan laba. Program

kesejahteraan karyawan sangat penting demi terwujudnya tujuan perusahaan, namun

program kesejahteraan karyawan harus disusun berdasarkan peraturan yang ada,

berdasarkan asas keadilan dan kelayakan dan berpedoman pada kemampuan

perusahaan.

Bentuk lainnya dari program kesejahteraan karyawan didalam perusahaan

dapat berupa dana bantuan pendidikan, bantuan keuangan dan bantuan sosial. Seperti

yang dikemukakan bahwa dalam usaha mendorong produktifitas serta ketenangan

kerja pada karyawannya, perusahaan memberikan jasa-jasa tertentu kepada

karyawannya pembayaran diluar upah dan gaji serta berbagai manfaat sampingan.

Umumnya diberikan jasa-jasa tersebut antara lain bantuan pendidikan, bantuan

keuangan dan bantuan sosial.

Dari uraian-uaraian diatas bahwa pemberian kesejahteraan bertujuan untuk

mendorong produktifitas serta ketenangan kerja pada perusahaan. Apabila perusahaan

memiliki tenaga kerja yang mampu dan cakap, namun jika tidak ada dorongan kepada

(12)

meningkatkan semangatnya perlu adanya suatu dorongan semangat kerja yang salah

satunya dengan kesejahteraan bagi karyawan dan pada akhirnya tujuan dan harapan

dari perusahaan dapat terwujud.

Penghargaan terhadap karyawan bentuknya bermacam-macam namun dapat

dikelompokan kedalam empat kelompok :

1. Pembayaran untuk waktu tidak bekerja.

2. Perlindungan ekonomis terhadap bahaya.

3. Pelayanan karyawan.

4. Pembayaran yang dituntut oleh hukum.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa program kesejahteraan

bertujuan untuk mendorong para karyawan agar dapat bekerja seoptimal mungkin

untuk menghasilkan apa yang diharapkan oleh perusahaan.

2.1.2 Pengertian Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan terjemahan dari kata morale yang artinya moril

atau semangat juang. Chaplin (2006:56) berpendapat morale (moril) adalah sikap

atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang

kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik.

Nitisemito (1996) mengatakan bahwa semangat kerja adalah melakukan pekerjaan

secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.

(13)

kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk

mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Pendapat lain mengatakan bahwa semangat kerja merupakan perasaan yang

memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih

baik (Kuswadi, 2004:15). Sastrohadiwiryo (200:67) mengatakan semangat kerja

dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental atau perilaku individu tenaga kerja dan

kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga

kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan.

Davis (2000:43) menyatakan bahwa semangat kerja adalah kesediaan

perasaan maupun perilaku yang memungkinkan seseorang menghasilkan kerja lebih

banyak dan lebih baik. Semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang

terdapat dalam suatu organisasi dan terungkap dalam sikap individu maupun

kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk didalamnya lingkungan,

kerjasama dengan orang lain yang secara optimal sesuai dengan kepentingan dan

tujuan perusahaan.

Gondokusomo (2005) menyebutkan semangat kerja sebagai sikap partisipasi

pekerja dalam mencapai tujuan oraganisasi yang harus dilakukan dengan dorongan

yang kuat, antusias dan bertanggung jawab terhadap prestasi serta konsekuensi

(14)

Menurut Winardi (2004), semangat kerja mengandung pengertian ketiadaan

konflik, perasaan senang, penyesuaian pribadi secara baikdan tingkat keterlibatan ego

dalam pekerjaan, sementara menurut Kosen (2003:45) kondisi yang ditimbulkan oleh

sikap kerja dari para anggota usaha organisasi. Denim, S (2004:32) menyimpulkan

sebagai kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai

tujuan tertentu adalah pengertian dari semangat kerja. Kosen (2003:39) berpendapat

semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja. Carlaw (2003:33) menyatakan

bahwa semangat kerja yang tinggi adalah karyawan yang bekerja dengan berenergi,

antusias dan memiliki rasa kebersamaan.

Semangat kerja merupakan bentuk nyata dari komitmen yang ditunjukkan

dengan semangat, antusiasme dan kepercayaan pada kebijakan organisasi, program

dan tujuan organisasi. Semangat kerja ditunjukkan dengan apa yang individu dan

kelompok dan lakukan untuk memperlihatkan ketertarikan, pemahaman dan

identifikasi diri terhadap keutuhan dan kesuksesan kelompok kerja. Berdasarkan

pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap individu

dalam bekerja yang menunjukan rasa kegairahan, antusias, bertanggungjawab dan

komitmen dalam melaksanakan tugas agar mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

semangat kerja adalah kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja yang

(15)

dengan giat dan konsekuen sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja.

Jos Masdani (Anoraga:2006), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

semangat kerja ada dua yaitu :

a. Faktor kepribadian dan kehidupan emosional karyawan yang bersangkutan.

b. Faktor luar, yang terdapat dari lingkungan rumah dan kehidupan keluarganya serta

faktor lingkungan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah :

a. Job Security. Pekerjaan yang dipegang karyawan tersebut merupakan pekerjaan

yang aman dan tetap jadi bukan pekerjaan atau jabatan yang mudah digeser dan

lain-lain. Adanya kemungkinan bahwa karyawan dapat dirumahkan, diberhentikan atau

digeser, merupakan faktor pertama yang mengurangi ketenangan kegairahan kerja

karyawan.

b. Kesempatan untuk mendapat kemajuan (Opportunities for advancement).

Perusahaan yang memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk mengembangkan

diri dapat mendorong karyawan lebih bersemangat dalam bekerja dan menyelesaikan

tugasnya.

c. Kondisi kerja yang menyenangkan. Suasana lingkungan kerja yang harmonis, tidak

(16)

lingkungan kerja mudah memberi rasa segan bagi karyawan untuk datang ke tempat

kerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang menyenangkan memberi rasa segan bagi

karyawan untuk membolos.

d. Kepemimpinan yang baik. Pimpinan yang baik tidak menimbulkan rasa takut pada

karyawan, tetapi akan menimbulkan rasa hormat dan menghargai.

e. Kompensasi, gaji, imbalan. Faktor ini sangat mempengaruhi semangat kerja

karyawan. Bagi seorang karyawan yang baru akan memasuki suatu perusahaan, maka

imbalan yang baru akan diterima diperbandingkan dengan imbalan yang mungkin

diterima pada perusahaan lain. Bagi karyawan yang sudah lama bekerja pada suatu

perusahaan, imbalan yang telah diterimanya diperbandingkan dengan karyawan yang

lain. Perbedaan imbalan yang menyolok baik antar karyawan maupun antar

perusahaan dapat menggoyahkan semangat kerja karyawan.

2. Aspek-aspek Semangat Kerja

Menurut Sugiyono ( Utomo, 2002 ), aspek-aspek semangat kerja karyawan

dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :

a. Disiplin yang tinggi. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan

bekerja giat dan dengan kesadaran mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam

perusahaan.

b. Kualitas untuk bertahan. Menurut Alport orang yang mempunyai semangat kerja

tinggi, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul

(17)

kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik. Hal ini dapat

meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.

c. Kekuatan untuk melawan frustasi. Seseorang yang mempunyai semangat kerja

tinggi tidak memiliki sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam

pekerjaannya.

d. Semangat berkelompok. Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir

sebagai “ kami “ daripada sebagai “ saya “. Mereka akan saling tolong menolong dan

tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan karyawan pihak

manajemen harus senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang mendorong karyawan

bekerja dengan produktif, salah satunya yaitu memperhatikan kepuasan kerja

karyawan. Dengan memperhatikan faktor kepuasan kerja karyawan maka karyawan

dalam bekerja akan senantiasa disertai dengan perasaan senang dan tidak terpaksa

serta mempunyai semangat kerja yang tinggi.

Semangat kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnosis dan

pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat kerja agak sukar

diukur karena sifatnya abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari kondisi

fisik, sikap, perasaan dan sentimen karyawan. Untuk mengetahui adanya semangat

kerja yang rendah dalam perusahaan dapat dilihat dari beberapa indikasi.

Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui faktor penyebabnya dan

(18)

(1996), indikasi yang menunjukkan kecenderungan umum rendahnya semangat kerja

adalah rendahnya produktivitas, tingkat absensi yang tinggi, labour turn over yang

tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan di mana-mana, tuntutan yang

sering kali terjadi dan pemogokan. Berdasarkan indikasi yang menunjukkan

kecenderungan rendahnya semangat kerja, maka karakteristik semangat kerja

karyawan dapat diketahui dari tiga indikator, yaitu:

1. Disiplin

Disiplin merupakan suatu keadaan tertib karena orang-orang yang tergabung

dalam suatu organisasi tunduk dan taat pada peraturan yang ada serta melaksanakan

dengan senang hati. Disiplin dapat diukur dengan cara, yaitu kepatuhan karyawan

pada kehadiran dalam bekerja, kepatuhan karyawan pada jam kerja, kepatuhan

karyawan pada perintah dari atasan, taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku,

berpakaian yang baik dan sopan di tempat kerja, menggunakan identitas atau tanda

pengenal organisasi, penggunaan dan pemeliharaan bahan, penggunaan peralatan dan

perlengkapan kantor dengan hati-hati dan bekerja dengan mengikuti cara yang

ditentukan oleh organisasi.

2. Kerja Sama

Kerja sama diartikan sebagai tindakan kolektif seseorang dengan orang lain

yang dapat dilihat dari kesediaan para karyawan untuk bekerja sama dengan

(19)

untuk saling membantu di antara teman-teman sekerja dan dengan atasan sehubungan

dengan tugas-tugasnya dan adanya keaktifan dalam kegiatan organisasi.

3. Kepuasan Kerja

Kepuasan mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap produktivitas

kerja. Setiap karyawan mempunyai dorongan untuk bekerja karena kerja adalah pusat

dari kehidupan dan kerja dalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk

mengerjakan suatu pekerjaan. Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap karyawan

terhadap pekerjaannya, situasi kerja, serta kerja sama antara pimpinan dan sesama

karyawan.

2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Patanayak (2002) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

semangat kerja, yaitu:

1. Perasaan kebersamaan, karyawan memiliki rasa saling memiliki dan peduli antara

anggota kelompok kerja.

2. Kejelasan tujuan atau objektif yang diraih, karyawan memiliki beban kerja yang

jelas dan tujuan yang jelas.

3. Pengharapan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan, Memiliki

kepercayaan bahwa pekerja dapat dilakukan sesuai tujuan yang diinginkan

(20)

4. Rasa kerja dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan. Tugas yang

diberikan akan dilaksanakan dengan saling berpartisipasi antar anggota kelompok

kerja.

5. Memiliki pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan, Pemimpin sering

berhubungan langsung dengan para karyawan, memberikan motivasi yang

membangun dan mengarahkan bawahan agar bekerja lebih produktif.

2.1.3 Pengaruh Program Kesejahteraan Terhadap Semangat Kerja Karyawan

Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan

rasa tanggug jawab terhadap kegiatannya (Hariandja : 2006). Semangat kerja juga

diartikan sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaan secara cepat dan

lebih baik menyelesaikan suatu kegiatan (Gomes, Faustino : 2003). Semangat kerja

merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan

yang lebih banyak dan lebih baik (Kuswadi, 2004).

Semangat kerja juga merupakan suatu sikap individu atau kelompok terhadap

kesukarelaannya untuk bekerjasama agar mencurahkan kemampuanya secara

menyeluruh. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa semangat

kerja adalah kemauan dari setiap individu atau kelompok untuk saling bekerja sama

dengan giat, disiplin dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan

yang telah ditetapkan.

(21)

b) Ketepatan pegawai datang/pulang kerja

c) Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan atau

acara dalam instansi

2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Agung (2008) dengan skripnya yang berjudul “Peranan

Kesejahteraan Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Dan Prestasi Kerja Pegawai

Pada PT. Arjaka Indotrans Jakarta Bidang Eksport & Import (AN-6)”. Penelitian ini

bertujuan untuk Pengaruh Kesejahteraan Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin dan

Prestasi Kerja Pegawai pada PT. Arjaka Indotrans Jakarta Bagian Eksport dan

Import berdampak pada kedisiplinan kerja para pegawai itu sendiri. Menurut Drs.

Malayu SP ( 2007:18 ) dalam bukunya Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah,

mendefnisikan : "Disiplin adalah Kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

peraturan instansi dan norma-norma sosial yang berlaku".

Pada umumnya disiplin kerja pegawai dipengaruhi oleh besar kecilnya gaji

dan upah suatu instansi/perusahaan, merupakan sasaran utama bagi pencari kerja

sebelum mereka memperhitungkan jenis pekerjaan dan resikonya. Jelas disini bahwa

yang memberikan upah dan gaji yang besar merupakan peluang untuk menarik calon

tenaga kerja disamping suasana kerja. Dengan adanya pelamar yang banyaknya

(22)

Kuswandi (2004) Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap Kesejahteraan

Karyawan (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Medan). Teknik

pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan kuesioner.

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif.

2.3 Kerangka Konseptual

Kesejahteraan adalah dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut

kepada karyawan. Terutama pembayarannya kepada mereka yang sakit, uang bantuan

untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan dirumah

sakit dan pensiun. Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada

karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan yang dikemukakan

oleh Hasibuan (2001:182) adalah : “Pemberian kesejahteraan akan menciptakan

ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal terhadap perusahaan

sehingga labour turn over relatif rendah. ”Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup,

maka mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan

ketenangan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin.

Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan-tunjangan dan peningkatan

kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi

didasarkan kepada keanggotaanya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai

sebagai seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat menjalankan

(23)

Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai menurut Malayu

S.P. Hasibuan (2000:187) adalah :

1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan.

2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta

keluarganya.

3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas pegawai.

4. Menurunkan tingkat absensi dan labour turn over

Adapun kerangka konseptual dalam penyusunan skripsi dapat digambarkan

dalam model sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dilihat dari keterangan pada Gambar 2.1 Program Kesejahteraan Karyawan

dari suatu perusahaan yang akan berpengaruh pada Semangat Kerja dan Prestasi

Kerja. Variabel Program Kesejahteraan Karyawan yang bersifat ekonomis

mempunyai pengaruh yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap variabel

semangat kerja, variabel Program Kesejahteraan karyawan yang bersifat fasilitatif

mempunyai pengaruh yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap variabel

semangat kerja dan prestasi kerja. PROGRAM

KESEJAHTERAAN (X)

(24)

2.4 Hipotesis

Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno Hadi (2007:45) adalah tentang

pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya

hanya dengan sekali jalan.

Dari pernyataan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis

adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu

mungkin benar mungkin salah. Adapun hipotesis diajukan adalah “ada pengaruh

pelaksanaan program kesejahteraan karyawan terhadap semangat kerja karyawan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dari 5 (lima) penyedia barang yang memenuhi syarat teknis kemudian dilakukan evaluasi harga sebagaimana dimaksud dalam dokumen pengadaan berdasarkan hasil koreksi aritmatik

ebon Sirih No.14 Jakarta Pusat dan melalui situs ww Penjelasan (Aanwijzing) Pelelangan Umum ulang kerjaan Sewa Tenda dan Kelengkapannya di Sekr 12.

• Set iap t ransaksi keluar dari kas harus dit ulis: Tanggal t ransaksi, jenis t ransaksi di Kas, kode bukt i, uraian t ransaksi, sumber dana, nama kegiat an sekolah, komponen

Perancangan sistem pada bagian penggajian ini akan menghasilkan output yang sangat berguna baik bagi karyawan, perusahaan maupun bagi pengolah data itu sendiri. Sistem ini

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil IV - 1 Demikianlah Renja tahun anggaran 2013 ini dibuat sebagai evaluasi terhadap kinerja dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Dengan pendekatan tersebut, dibuatlah program yang berbasiskan pengetahuan medis, untuk mendiagnosa penyakit yang terjadi di saluran pernafasan dengan lima gejala umum yaitu

Dalam perancangan database ini , query dimanfaatkan untuk melihat tentang informasi yang dibutuhkan , misalnya untuk melihat informasi pembelian, penjualan maupun untuk

Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 merupakan puncak dari. pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan 2011 – 2015