• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi Deli Hindu Sabba Di Medan 1913-1942

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Organisasi Deli Hindu Sabba Di Medan 1913-1942"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kedatangan Bangsa India ke Sumatera Timur tidak terlepas dari investasi

modal perkebunan bangsa Eropa yang marak berkembang di kawasan Pantai Timur

Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus

Nienhuys (1863) yang mendapat konsesi tanah dari Sultan Deli yaitu Mahmud

Perkasa Alamsyah untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya ternyata sangat

baik sebagai bahan pembungkus cerutu. Pada saat itu diperoleh keuntungan yang

relatif besar, sehingga datanglah para investor asing lainnya ke Sumatera Timur.

Kemudian, Nienhuys membentuk maskapai tembakau yang bersifat Perseroan

terbatas (Naamloze Vernootschap/NV) dengan nama Deli

Maatschapping/Maskapai-Deli pada tahun 1869.1

Jika melihat lebih kebelakang, Bangsa India sudah datang jauh sebelum

perkebunan dibuka. G.J.J. Deutz menemukan batu bertulis dari Lobu Tua (kira-kira

12 kilometer dari Barus) pada tahun 1872. Pada tahun 1932, K.A. Nilakanta Sastri,

seorang guru besar ahli purbakala di Madras berhasil menerjemahkannya. Batu

bertulis dengan angka tahun 1088 itu menurut penafsiran Nilakanta Sastri berasal dari

sebuah serikat dagang orang-orang Tamil berjumlah 1.500 orang yang tinggal

1

(2)

menetap di Barus untuk berdagang.2

Seiring dengan perkembangan industri perkebunan yang dirintis oleh

Nienhuys kebutuhan akan tenaga kerja juga meningkat, sehingga didatangkan

buruh-buruh Cina dan India dalam jumlah besar. Etnis Cina dan India pada mulanya

didatangkan dari Penang, Singapura dan India Selatan melalui perantara.

Pengusaha-pengusaha perkebunan juga memanfaatkan tenaga kerja dari Jawa melalui program

transmigrasi yang dilaksanakan Pemerintah Kolonial Belanda. Sejak saat itulah

tenaga-tenaga buruh yang bekerja di perkebunan terdiri dari etnis Cina, India,dan

Jawa.

Mereka bermukim di Barus dan Kalasan, dan

menyebut daerah ini dengan Kalasapura. Hal ini memberi kesan bahwa mereka telah

membentuk perkampungan sendiri. Seperti lazimnya terjadi di kota-kota pusat

perdagangan, para saudagar asing hidup berkelompok-kelompok membentuk

perkampungan-perkampungan menurut daerah asal atau bangsanya. Pada umumnya

tempat tinggal mereka terpisah dari permukiman penduduk setempat.

3

Kemashuran Tanah Deli sebagai kawasan yang menghasilkan banyak devisa

telah tersiar ke daerah-daerah lain baik di dalam maupun luar negeri. Istilah “Het Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, imigran lain juga terus

berdatangan ke kota ini untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan

pekerjaan yang tersedia.

2 K.A. Nilakanta Sastri, A Tamil Merchant-guild In Sumatera, Bandoeng: A.C.NIX &

Co,1932, hlm. 2

3

(3)

Dollar Landsch” atau tanah yang banyak menghasilkan uang melekat pada Deli. Stigma-stigma ini menggambarkan Tanah Deli banyak menarik minat para pendatang

untuk mengadu nasib. Pendatang yang berasal dari luar daerah berasal dari Tapanuli

Selatan (Mandailing dan Sipirok), Sumatera Barat (Minangkabau), Banjar, Sunda,

Banten, Jawa, dan lain-lain, sedangkan pendatang yang berasal dari luar Nusantara

berasal dari Cina, Arab, India.

Imigran dari India yang datang untuk berdagang antara lain adalah

orang-orang yang berasal dari India Selatan dan juga orang-orang Bombay serta Punjabi. Di Masa

kolonial buruh-buruh Tamil biasanya dipekerjakan sebagai tukang angkat air,

membetulkan parit dan dibidang infrastruktur serta transportasi. Ketika bekerja di

perkebunan, orang-orang India ini selalu disuruh untuk membuat jalan-jalan yang

menghubungkan lokasi perkebunan dengan lokasi-lokasi yang lainnya. Sementara

itu, orang-orang Punjabi yang beragama Sikh biasanya bekerja sebagai penjaga

keamanan, pengawal di istana dan kantor-kantor, serta penjaga toko. Orang Punjabi

yang bekerja di perkebunan juga bertugas sebagai penjaga malam, pengantar surat,

dan juga memelihara ternak sapi untuk memproduksi susu.4

Di awal abad XX secara perlahan terjadi peralihan mata pencaharian, dari

awalnya bekerja sebagai kuli di perkebunan beralih menjadi pedagang, supir

pengangkutan barang dagangan, karyawan swasta dan pemerintahan. Hal ini

mengakibatkan sebagian etnik Tamil mulai berpindah ke kota-kota yang dekat

4

(4)

dengan sentra perdagangan dan pusat kota.5 Di antara pendatang etnis Tamil yang

merantau di tanah Deli ada juga yang berpenghasilan cukup mapan sehingga menarik

minat masyarakat di negeri asal mereka untuk mencoba merantau ke Sumatera Timur.

Sebagian dari para pendatang ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik

sehingga ketika tiba di Deli ia tidak bekerja sebagai buruh melainkan pegawai

kantoran atau yang pada waktu itu lebih populer dengan istilah kerani pada

kantor-kantor perkebunan.6

Di awal abad XX, orang-orang India ini menyadari bahwa mereka

memerlukan suatu wadah yang dapat menghubungkan dengan sesama bangsa India

baik yang sudah tinggal menetap di Medan ataupun yang baru datang. Pada 1 Juli

1913 dibentuklah sebuah perkumpulan yang bernama Deli Hindu Sabba yang

disahkan oleh Gubernur Sumatera Timur.7

Deli Hindu Sabba tidak hanya diperuntukkan bagi etnis Tamil saja. Semua

yang berbangsa India di Medan dapat bergabung, baik beragama Hindu ataupun

Islam. Pendiri organisasi ini adalah Ranasamy Sarma, Sedhu Ramasamy, Inder

Singh, Ponesamy Pillay, Delip Sing, dan lain-lain, di ketuai oleh Ponesamy Pillay. Deli Hindu Sabba memiliki arti yaitu, Deli

adalah tempat mereka bermukim, Hindu menyatakan identitas agama, dan kata Sabba

yang berarti persatuan. Jadi Deli Hindu Sabba berarti persatuan masyarakat Hindu

yang tinggal di Deli.

5

Siwa Kumar, “Pluralitas Tamil di Kota Medan” Etnografi Etnik Tamil Hindu Di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia”,Skripsi, belum diterbitkan, Medan:Antropologi FISIP USU,2008, hlm. 23.

6

Saifuddin Mahyuddin, Biografi D.Kumarasamy,Medan:Yayasan Sai Ganesha,2014, hlm. 10.

7

(5)

Organisasi ini dibentuk untuk mengupayakan peningkatan kehidupan masyarakat

Hindu yang ada di Medan baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, agama,

dan kebudayaan. Pada awal pembentukan Deli Hindu Sabba pergerakannya dirasakan

terlalu lambat oleh masyarakat Hindu karena kurangnya kecakapan sosok pemimpin.

Pembentukan awal organisasi ini, anggotanya terdiri dari kaum tua yang terikat

dengan budaya yang sudah ada sehingga sulit untuk melakukan

pembaharuan-pembaharuan.

Deli Hindu Sabba menjadi lebih hidup ketika dipimpin oleh D. Kumarasamy

pada tahun 1931. Tujuan awal dari Deli Hindu Sabba dapat dilaksanakan secara nyata

oleh D. Kumarasamy. D. Kumarasamy telah lama begabung di Deli Hindu Sabba dan

memiliki banyak ide, namun ia tidak memiliki wewenang dalam pelaksanaannya

karena tidak menjabat sebagai ketua, dan pada awal pembentukan Deli Hindu Sabba

ide-ide dari kaum muda tidak begitu diterima.

Kegiatan-kegiatan dari organisasi ini mulai bermunculan. Dari mendirikan

sekolah bahasa Tamil, seksi keputrian yang diberi nama “Mother Paguthi”, cabang

olahraga, dan lain-lain. D. Kumarasamy mampu menarik minat anak-anak muda

masyarakat Hindu untuk bergabung dalam Deli Hindu Sabbha. Bahkan anak-anak

yang berusia 8 tahun dapat mengikuti pendidikan di Deli Hindu Sabba. Segala bentuk

(6)

Organisasi ini seutuhnya bersifat sosial dan tidak memiliki sedikitpun unsur politik di

dalamnya.8

Organisasi ini pada dasarnya bertujuan untuk memodernkan pemikiran

orang-orang India yang bisa dikatakan masih kolot melalui pendidikan. Dengan alasan

demikian maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang organisasi ini,

dan memilih judul “ORGANISASI DELI HINDU SABBA DI MEDAN 1913-Topik ini menarik untuk dikaji karena Deli Hindu Sabba merupakan

organisasi pertama di Medan yang dibentuk oleh Etnis Tamil. Deli Hindu Sabba

merupakan sebuah apresiasi rasa kesadaran dari masyarakat Hindu yang sama-sama

tinggal di Deli. Wadah ini berfungsi untuk mensejahterahkan kehidupan masyarakat

India yang bermukim di Medan dan meningkatkan rasa solidaritas sesama orang

India. Banyak kegiatan-kegiatan lahir dari organisasi ini. Selain itu, terdapat beberapa

pembaharuan yang dilakukan yang di kemudian hari semakin memudahkan

kehidupan masyarakat India, seperti menyederhanakan tata cara adat pernikahan

Tamil dan menghapuskan peraturan dilarang menikah terhadap para wanita yang

sudah janda. Organisasi ini juga mendirikan sekolah Tamil pertama di Medan, di

mana semua anak-anak India yang tinggal di Medan bisa mengikuti sekolah ini baik

beragama Hindu ataupun Islam. Sekolah ini menggunakan bahasa pengantar Tamil

dan kemudian berkembang menggunakan bahasa Inggris. Sekolah ini bertujuan agar

masyarakat India tidak lupa terhadap bahasa ibunya. D. Kumarasamy berusaha untuk

tetap menjaga budaya bahasa Tamil agar tidak punah.

(7)

1942”. Rentang waktu yang dimulai dari tahun 1913 yaitu dimana organisasi ini

didirikan pada 1 Juli 1913 di Medan dan penulis membatasi hingga tahun 1942

karena pada tahun tersebut terjadi kemunduran di dalam organisasi yang dipicu oleh

tidak adanya regenerasi tokoh sepeninggal D. Kumarasamy dan kemunduran semakin

terlihat ketika Jepang menguasai Nusantara.

1.2 Rumusan Permasalahan

Rumusan masalah merupakan hal yang paling mendasar dalam sebuah

proposal penulisan. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang

dilakukan dalam penulisan tersebut. Bagian dalam rumusan masalah ini merupakan

upaya untuk menyatakan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya oleh

penulis. Maka sesuai dengan judul “ORGANISASI DELI HINDU SABBA DI

MEDAN 1913-1942” dibuatlah suatu batasan pokok masalah penulisan dirangkum

dalam beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Apa latarbelakang berdirinya Organisasi Deli Hindu Sabba di Medan?

2. Bagaimana perkembangan Organisasi Deli Hindu Sabba di Medan dari tahun

1913-1942?

(8)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai dari penulisan Organisasi Deli Hindu

Sabba adalah

1. Mengetahui latar belakang didirikannya Organisasi Deli Hindu Sabba,

2. Mendeskripsikan perkembangan dan kegiatan yang dilakukan oleh

Organisasi Deli Hindu Sabba,

3. Menemukan faktor-faktor penyebab kemunduran Organisasi Deli Hindu

Sabba.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah

1. Untuk menambah referensi kajian historiografi sejarah Etnis di Sumatera

Timur,

2. Bagi masyarakat umum, penulisan ini dapat memberi pengetahuan baru

tentang keberadaan dan eksistensi Bangsa India di Medan,

3. Untuk mempertajam kemampuan penulis dalam melakukan penulisan

karangan ilmiah.

1.4Tinjauan Pustaka

Saifuddin Mahyudin dalam bukunya yang berjudul Biografi D. Kumarasamy

(2014). Dalam buku ini dijelaskan bagaimana awal mulanya Deli Hindu Sabba

dibentuk dan kegiatan-kegiatan yang belangsung selama berdirinya organisasi ini.

Buku ini juga sangat membantu penulis dalam memahami peran dan fungsi Deli

(9)

itu di buku ini juga dijelaskan mengenai tokoh D. Kumarasamy yang berhasil

mengembangkan Deli Hindu Sabba ditangannya. Bagaimana ia melakukan

pembaharuan-pembaharuan yang menyangkut kehidupan masyarakat Hindu agar

menuju kearah yang lebih modern.

Tuanku Luckman Sinar Basarsyah dalam bukunya yang berjudul Orang India

Di Sumatera Utara(2008).Buku ini membahas tentang masyarakat India yang bermukim di Sumatera Utara. Bagaimana kedatangan Imigran dan buruh Tamil ke

Residensi Sumatera Timur pada abad ke 19 juga dijelaskan dalam buku ini. Dalam

buku ini juga dibahas beberapa etnis selain Tamil seperti yang bermukim di Sumatera

Utara, dan juga membahas beberapa kegiatan penting masyarakat Tamil di Medan.

Karl Pelzer dalam bukunya yang berjudul Toean Keboen dan Petani Politik

Kolonial dan Perjuangan Agraria (1983). Membahas sedikit tentang orang-orang India yang menjadi kuli di perkebunan tembakau. Bagaimana kuli-kuli India di

datangkan dan bagaimana pekerjaan mereka di Sumatera Timur.

Siwa Kumar dalam skripsinya yang berjudul Pluralitas Tamil Di Kota Medan

(2008). Skripsi ini membahas bagaimana kehidupan masyarakat Tamil di kota

Medan. Dimulai dari sejarah kedatangan masyarakat Tamil, sistem budaya, sistem

religi dan sistem pelapisan sosial dibahas dalam skripsi ini.

A.Mani dalam paper yang berjudul Indian Settlement and Religious

Accommodation in North Sumatera; A Reconnaissance(1981). Paper ini membahas tentang kedatangan bangsa India yang berkaitan langsung dengan perkebunan. Dalam

(10)

A.Mani juga menjelaskan bagaimana perkembangan Deli Hindu Sabba dan juga

membahas tokoh D. Kumarasamy.

1.5Metode Penelitian

Untuk menghasilkan karya sejarah yang bersifat ilmiah,maka penulis harus

mengikuti metode dalam penulisan sejarah.Metode sejarah adalah proses menguji dan

menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.9

• Heuristik

Dalam metode

sejarah ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu:

Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode penulisan

kepustakaan danstudi arsip, serta melakukan penulisan lapangan melalui wawancara.

Dalam pengumpulan data melalui studi arsip, penulis mengunjungi Pusat Arsip

Nasional Republik Indonesia di Jalan Amrepa Raya, Cilandak, Jakarta Selatan. Studi

arsip ini penulis lakukan mengingat periode Organisasi Deli Hindu Sabba di masa

kolonial, sehingga memungkinkan untuk mendapatkandata disini. Di Arsip Nasional

penulis tidak menemukan secara spesifik data yang berkaitan dengan Deli Hindu

Sabba. Arsip yang berkaitan dengan keberadaan bangsa India sangat minim

jumlahnya. Arsip-arsip yang berhasil ditemukan hanya yang berkaitan tentang

pekerjaan saat menjadi kuli di perkebunan.

Dalam studi pustaka penulis mencoba untuk mencari ke Perpustakaan

Nasional Indonesia. Di sini penulis menemukan beberapa literatur yang dicari.

9

(11)

Penulis merasa terbantu dengan ditemukannya buku-buku yang penulis inginkan

mengingat sangat minim buku-buku yang berkaitan dengan Sejarah India yang

diterbitkan di Indonesia. Penulis juga mencoba mengakses surat kabar Deli Courant

dan menemukan beberapa artikel yang berkaitan dengan topik yang ditulis.

Setelah kembali di Medan, penulis mengunjungi Taman Baca Masyarakat

Tengku Luckman Sinar. Penulis merasa sangat terbantu dengan adanya Taman

Bacaan ini, karena terdapat beberapa literatur yang berkaitan dengan Deli Hindu

Sabba yang menjadi koleksi di taman bacaan. Koleksi yang penulis peroleh antara

lain,C, Kondapi,Indians Overseas, A guide to source materials in the India Office

Records for the study of Indian emigration 1830-1950, New Delhi: Tanpa Penerbit, 1951, T. Luckman Sinar, Orang India di Sumatera Utara, Medan: Forkala, 2008, dan

A. Mani, “Indian Settlement and Religious Accommodation in North Sumatera; A

Reconnaissance”, in Wisconsin Paper, University of Wisconsin-Madison,1981.

Selain melakukan studi kepustakaan dan studi arsip, penulis juga melakukan

studi lapangan dengan teknik wawancara untuk mengumpulkan informasi yang

dibutuhkan. Narasumber yang penulis wawancarai rata-rata berkaitan dengan

organisasi Deli Hindu Sabba. Mengingat jarak tahun yang cukup jauh,

mengakibatkan para anggota Deli Hindu Sabba yang direncanakan sebagai informan

hanya tinggal beberapa orang saja, mereka itu antara lain S. Kanapathy, Yahya

Rowter dan D. Uthirabathy. Jumlah narasumber yang penulis wawancarai sepuluh

orang. Narasumber terdiri dari beragam jenis pekerjaan yang berkaitan dengan topik

(12)

• Kritik

Setelah mengumpulkan sumber-sumber saatnya memasuki tahapan Kritik.

Dengan metode Kritik, baik metode kritik intern maupun ekstern, nantinya penulis

akan dapat menentukan keabsahan dan kekuatan data-data yang diperoleh sesuai

dengan kejadian yang sebenarnya terjadi.10

• Interpretasi

Oleh karena itu perlu dilakukan kritik,

baik kritik ekstern maupun intern. Kritik ekstern mencakup seleksi dokumen. Apakah

dokumen tersebut perlu digunakan atau tidak dalam penulisan. Kemudian juga

menyoroti tampilan fisik dokumen, mulai dari ejaan yang digunakan, jenis kertas,

stempel, atau apakah dokumen tersebut telah dirubah atau masih orisinil.

Tahapan selanjutnya ialah interpretasi, pada tahapan ini data yang diperoleh

akan dianalisis sehingga melahirkan tulisan baru yang sifatnya objektif dan ilmiah

dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya

sumber yang ada membuat interpretasi menjadi sangat sulit dilakukan. Untuk itu

dibutuhkan analisis mendalam serta interpretasi yang tajam dari penulis.

• Historiografi

Tahapan terakhir ialah tahapan penulisan atau historiografi. Dalam tahapan

ini penulis harus memperhatikan aspek kronologis. Metode yang dipakai dalam

penulisan ini adalah deskriptif-naratif, yaitu menggambarkan setiap kronologis

peristiwa serta aspek-aspek yang mempengaruhi jalanya peristiwa yang diteliti

10

(13)

dengan melalui analisis yang mendalam kemudian menceritakannya dengan

menggunakan perspektif sejarah.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Skripsi dibagi kedalam lima bab. Bab pertama berisikan

penguraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan metode

penulisan.

Bab dua membahas bagaimana proses kedatangan Bangsa India Ke Sumatera

Timur. Pembahasan dalam bab ini akan dimulai dengan keadaan Negara India yang

menganut sistem kasta yang memecah belah manusia berdasarkan profesinya.

Selanjutnya bagaimana proses kedatangan bangsa India ke Nusantara. Di sini penulis

membaginya ke dalam tiga fase, yaitu ketika datang sebagai pedagang di Lobu Tua,

kedua ketika menjadi kuli perkebunan dan ketika bangsa India yang datang tanpa ada

ikatan dengan perekrutan tenaga kerja dan datang untuk berdagang.

Dalam bab tiga terfokus dalam organisasi Deli Hindu Sabba yang dibentuk

oleh masyarakat Tamil di Kota Medan. Bab ini mencakup dari awal didirikannya

beserta kegiatan-kegiatan yang dibentuk oleh organisasi ini. Pada bab ini juga dibahas

peran pemimpinnya dalam membentuk kembali setelah sempat mengalami

kevakuman.

Bab empat membahas tentang kemunduran Organisasi Deli Hindu Sabba.

Beberapa faktor penyebab kemunduran Deli Hindu Sabba antara lain peran yang

(14)

Deli Hindu Sabba tidak ada lagi pengurus yang mampu menjalankan organisasi.

Selain itu faktor kultural dan sifat yang kolot dari sebagian masyarakat India serta

masuknya Jepang semakin membuat organisasi tersebut mengalami kemunduran.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan keterasingan (alienasi) yang dialami oleh kuli di perkebunan Deli tidak terlepas dan sistem kapitalisme dan liberalisme ekonomi di

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol yang berbunyi tidak terdapat determinasi yang signifikan pola kepemimpinan Hindu, etos kerja, dan

Floodway tersebut direncanakan menghubungkan Sungai Deli dengan Sungai Percut dengan panjang + 3.800 m, dengan tujuan agar debit Sungai Deli yang besar dapat

Kemudian pada bulan Maret 2016 penulis melaksanakan Penelitian skripsi di kawasan mangrove Desa Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dengan judul “Struktur Komunitas Makrozoobenthos

Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap untuk pekerja dan keluarganya

Sumber- sumber konflik tersembunyi pada penganut Sikh dengan Hindu disebabkan karena kurangnya komunikasi dan tidak adanya pertukaran informasi keagamaan dan budaya antara

Sumber- sumber konflik tersembunyi pada penganut Sikh dengan Hindu disebabkan karena kurangnya komunikasi dan tidak adanya pertukaran informasi keagamaan dan budaya antara

Penulis menemukan bahwa tujuh bagian kuil Hindu India yang dituturkan dalam Vāstuśāstra – yakni Upapīṭha, Adhiṣṭhāna, Pada, Prastara, Gala, Śikhara, dan Stūpi –