• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian Loading Ramp di Pabrik Negeri Satu PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian Loading Ramp di Pabrik Negeri Satu PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian loading ramp di Pabrik Negeri Lama Satu PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu. Adapun alasan dilakukan penelitian di perusahaan ini adalah :

1. Telah mendapat izin dari pihak PT. Hari Sawit Jaya

2. Belum pernah diadakan penelitian tentang kecelakaan kerja pada pekerja bagian loading rampdi tempat tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

(2)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pengolahan stasiun loading ramp di Pabrik Negeri Lama Satu PT. Hari Sawit Jaya sebanyak 30 orang. Pekerja

bagian loading ramp yang terdiri dari 8 orang di sortasi buah, 8 orang di pintu loading ramp, 8 orang menarik dan mendorong lori, 2 orang teknisi di stasiun

loading ramp, dan 2 orang asisten beserta mandor. 3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel penelitian yaitu pekerja pengolahan stasiun loading ramp di Pabrik Negeri Lama Satu PT. Hari Sawit Jaya sebanyak 30 orang (total sampling).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner serta wawancara kepada pekerja pengolahan stasiun loading ramp pabrik kelapa sawit PT. Hari Sawit Jaya dengan menggunakan kuesioner sebagaimana yang tertera pada lampiran 1 yang diadaptasi dari skripsi mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UINSH Jakarta yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Ringan Di PT. Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014 3.4.2. Data Sekunder

(3)

3.5. Definisi Operasional

1. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang dialami oleh responden yang menimbulkan luka/cidera selama 6 bulan terakhir saat melakukan pekerjaan. 2. Usia adalah lama waktu hidup pekerja yang dihitung dari lahir sampai tahun

2017.

3. Lama kerja adalah lamanya responden bekerja di pabrik bagian loading ramp PT. Hari Sawit Jaya.

4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja lapangan kerja tentang kecelakaan kerja, kebijakan K3 dan SOP.

5. Sikap adalah respon dari pekerja/responden terhadap kecelakaan kerja, SOP, kebijakan K3 dan pencegahan kecelakaan kerja yang ada di lingkungan kerja. 6. Kepatuhan terhadap prosedur adalah tindakan pekerja untuk melaksanakan

atau tidak melaksanakan peraturan atau prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

7. Kebijakan manajemen (reward and punishment) adalah imbalan, balasan atau hukuman yang diberikan apabila pekerja melaksanakan atau tidak melaksanakan peraturan dan prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

8. Sosialisasi K3 adalah pemberian informasi, pemberian petunjuk mengenai keselamatan dan kesehatan kerja melalui media cetak di tempat kerja.

(4)

10. Housekeeping adalah kondisi ketatarumahtanggaan yang ada di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel penelitian, yaitu :

1. Kecelakaan Kerja

0 = Apabila responden menjawab ya; maka dikategorikan pernah

1 = Apabila responden menjawab tidak; maka dikategorikan tidak pernah Keterangan : pernah = sudah menjalani/mengalami

2. Lama kerja

0 = Baru, jika jawaban dari pertanyaan lama kerja ≤ median 1 = Lama, jika jawaban dari pertanyaan lama kerja > median

Nilai median digunakan karena berdasarkan analisis data tidak terdistribusi normal.

3. Usia

0 = Muda, jika jawaban dari pertanyaan usia ≤ median 1 = Tua, jika jawaban dari pertanyaan usia> median

Nilai median digunakan karena berdasarkan uji normalitas data terbukti tidak terdistribusi normal.

4. Pengetahuan

(5)

1 = Pengetahuan tinggi, jika jawabannya tepat benar dari pertanyaan pengetahuan > mean

Keterangan : Jawaban dari setiap pertanyaan yang jawabannya tepat benar akan diberi skor 1 dan jika jawaban tidak tepat maka akan diberi skor 0.

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

5. Sikap

Menggunakan empat alternatif tanggapan dari setiap pernyataan kuesioner. Empat alternatif jawaban yang dikemukakan serta bobotnya yaitu sangat setuju (3), setuju (2), tidak setuju (1), sangat tidak setuju (0).

0 = Skor negatif, jika skor jawaban dari pertanyaan ≤ mean 1 = Skor positif, jika skor jawaban dair pertanyaan > mean

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

6. Kepatuhan terhadap prosedur

0 = Tidak patuh, jika responden menjawab tidak pada salah satu pertanyaan 1 = Patuh, jika menjawab ya pada semua pertanyaan

7. Kebijakan Manajemen (Reward and Punishment)

Tiap pertanyaan yang menjawab tidak pernah mendapat skor (0),kadang-kadang (1), selalu (2).

(6)

1 = Reward and punishment tinggi, jika skor jawaban dari pertanyaan Reward and punishment>mean

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

Keterangan : Kadang-kadang = adakalanya, sekali-sekali dilakukan

Selalu = Senantiasa, selamanya, sering, terus-menerus, tidak pernah tidak.

8. Sosialisasi K3

0 = Sosialisasi rendah,jika skor jawaban dari pertanyaan sosialisasi K3≤ mean 1 = Sosialisasi tinggi,jika skor jawaban dari pertanyaan sosialisasi K3 >mean Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

9. Pengawasan

Tiap pertanyaan yang menjawab tidak pernah mendapat skor (0), kadang-kadang (1), selalu (2).

0 = Pengawasan rendah,jika skor jawaban dari pertanyaan pengawasan≤ mean

1 = Pengawasan tinggi,jika skor jawaban dari pertanyaan pengawasan > mean

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

Keterangan : Kadang-kadang = adakalanya, sekali-sekali dilakukan

(7)

pernah tidak. 10. Housekeeping

Tiap pertanyaan yang menjawab tidak pernah mendapat skor (0), kadang-kadang (1), selalu (2).

0 = Housekeeping tidak kondusif,jika skor jawaban dari pertanyaan housekeeping ≤ mean

1 = Housekeeping kondusif,jika skor jawaban dari pertanyaan housekeeping> mean

Nilai mean digunakan karena berdasarkan uji normalitas terbukti data terdistribusi normal.

Keterangan : Kadang-kadang = adakalanya, sekali-sekali dilakukan

Selalu = Senantiasa, selamanya, sering, terus-menerus, tidak pernah tidak.

3.7. Teknik Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Editing meliputi hasil wawancara dan kuesioner atau pengamatan dari lapangan. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan kembali serta perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut, yaitu :

(8)

b. Apakah jawabannya relevan dan relevan dengan pertanyaan yang ada. 2. Coding (Pemberian Kode)

Setelah semua kuesioner yang diedit, selanjutnya adalah dilakukan pemberian “kode” sesuai dengan kategorinya yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Data Entry (Entri Data)

Data yang akan dimaksukkan adalah jawaban-jawaban dari masing responden yang telah diubah dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) kemudian dimasukkan ke dalam program attau software yang digunakan yaitu SPSS for Windows.

4. Data Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap responden telah selesai dimasukkan, maka perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya dan proses pembetulan atau koreksi ini disebut dengan pembersihan data (data cleaning).

5. Tabulating (Tabulasi)

(9)

3.7.2. Analisis Data a. Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel penelitian untuk memberikan gambaran umum terhadap data hasil penelitian. Penggambaran tersebut mengenai gambaran distribusi frekuensi dan presentasi dari setiap variabel yang diamati kemudian disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, maupun grafik. Variabel yang diteliti adalah variabel dependen dan independen. Variabel independen yang diuji adalah faktor pekerja (usia, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap prosedur), faktor manajemen (kebijakan manajemen (reward and punishment), sosialisasi K3, pengawasan), dan faktor lingkungan

(housekeeping), sedangkan variabel dependen adalah kecelakaan kerja. b. Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk medapatkan informasi ada tidaknya hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini dengan uji Chi Square dengan melihat hubungan antara variabel kategorik independen dengan variabel kategorik dependen. Tingkat kepercayaan pada penelitian ini sebesar 95% dengan nilai α 0,05. Jika Pvalue> 0,05, maka Ho

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Profil Perusahaan

Negeri lama Group adalah perkebunan yang ada di kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari Kebun Negeri Lama Selatan (KNS) yaitu 4.686 Ha (Certified area), Kebun Negeri Lama Central (KNC) yaitu 3.136Ha (Certified area), Kebun Negeri Lama Utara (KNU) yaitu 3.896 Ha (Certified area), Kebun Aek Kuo (KAK) yaitu 2.003 Ha (Certified Area), KCP – Biogass PND yaitu Kapasitas Gas Engine 1576 kW/ 180 ton Kernel/hari dan terdiri dari 2 pabrik yaitu Pabrik Negeri Lama Satu (PNS) dengan kapasitas olah ijin/terpasang 45/45 ton berdiri tahun 1997 dan Pabrik Negeri Lama Dua (PND) dengan kapasitas olah ijin/terpasang 60/45 ton berdiri tahun 2002. Kebun ini bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm Kernel).

4.1.2 Gambaran Umum Proses Produksi

(11)

A.Pengangkutan Tandan Buah Segar (stasiun loading ramp)

Pengangkutan TBS dari TPH ke PMKS dengan memakai truk dan traktor kemudian dilakukan penimbangan di jembatan timbang untuk mengetahui jumlah ton TBS yang diterima di pabrik. Setelah penimbangan, dilakukan sortasi TBS di lantai sortasi yaitu untuk mengetahui fraksi TBS yang akan diolah. Selanjutnya TBS dimasukkanke dalam lori berkapasitas 7,2 – 7,5 ton TBS.

B.Perebusan TBS (stasiun stelilizer)

Lori yang telah diisi TBS ditarik/didorong untuk dimasukkan ke dalam ketel rebusan. Sistem perebusan adalah perebusan tiga puncak dengan waktu selama 85 menit yang terdiri atas empat tahap yaitu :

1. Persiapan perebusan 2. Puncak I selama 11 menit 3. Puncak II selama 11 menit 4. Puncak III selama 58 menit.

C.Penebahan dan pengadukan buah (Thresser)

(12)

D.Pengadukan

Di dalam digester, brondolan dilumatkan dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar, sehingga daging buah terlepas dari nut. Pada proses pelumatan buah ini, minyak dibebaskan dan secara kontinyu keluar melalui lubang digester. Suhu pengadukan antara 90 – 95 ºC dan tidak boleh > 100ºC untuk menghindari terjadinya emulsi yang dapat menyulitkan pemisahan pada klarifikasi. Selain itu dapat mengurangi efektivitas pelumatan pisau digester.

E.Pengempaan dan ekstraksi minyak

Pada proses pengempaan, minyak diekstraksi dari massa adukan. Alat kempa berupa kempa hidrolis atau kempa ulir yang bertekanan sekitar 1.000 psi. Massa yang keluar dari digester secara bertahap dan melalui pisau pelempar dimasukkan ke dalam press (mesin pengempa). Putaran tekanan screw ditahan oleh cone, massa diperas dan melalui lubang-lubang strainer minyak dipisahkan dari serabut dan nut.

F. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit (klarifikasi)

Minyak dari crude oil tank dipompakan ke stasiun klarifikasi untuk proses selanjutnya yaitu proses pemurnian minyak dan proses pengambilan minyak dari sludge oil.

G.Pengolahan inti (kernel)

Campuran ampas dan nut yang keluar dari screw press (cake press) diproses untuk mendapatkan cangkang dan inti sawit. Di dalam cake breaker conveyor, press cake dicacah, sehingga dapat terlepas dan mudah dipisahkan antara nut dan

(13)

fibre cyclone dan diangkut oleh conveyor sebagai bahan bakar ketel uap,

sedangkan nut akanmasuk ke dalam nut polishing drum. Nut keluar dari nut polishing drum selanjutnya masuk ke dalam nut silo oleh hisapan nut transport fan. Kemudian nut diumpankan ke ripple mill untuk dipecah menjadi cangkang dan inti.

H.Pengolahan dan pemanfaatan limbah

Dari kegiatan pabrik, akan dihasilkan limbah padat dan cair. Limbah cair PMKS diolah di suatu instalasi yang disebut Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) karena limbah cair yang dihasilkan di PMKS yang mempunyai BOD 25.000 ppm perlu diolah agar kadar BOD sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Proses pengolahan limbah cair terbagi atas beberapa tahap yaitu : 1. Pendinginan limbah cair sampai dengan suhu + 40 oC di cooling pond.

2. Proses pengasaman dan pembiakan bakteri anaerob di acidification/seeding pond. pH air limbah yang keluar setelah proses ini adalah 6 – 8, sehingga

proses selanjutnya dapat berjalan dengan baik.

3. Proses penguraian senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana di primary anaerobic pond. Proses ini ditandai dengan adanya gelembung-gelembung gas methane dan CO2 sebagai hasil dari proses fermentasi secara anaerob. BOD air limbah yang diharapkan setelah proses ini adalah < 5.000 ppm.

4. Proses penguraian senyawa-senyawa sederhana menjadi senyawa terlarut di secondary anaerobic pond. Pada proses ini gelembung-gelembung gas metane

(14)

5. Proses aerasi yaitu penambahan oksigen terlarut ke dalam air limbah di aeration pond sehingga BOD diharapkan turun menjadi <100 ppm.

6. Proses pengendapan lumpur yang terkandung dalam air limbah di sedimentation pond.

Air limbah yang dialirkan ke badan air adalah air limbah yang berasal dari sendimentation pond.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1 Gambaran Umum Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Distribusi kecelakaan kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 dapat dilihat dari tabel 4.1. berikut. Tabel 4.1. Distribusi Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari

Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

No. Kecelakaan Kerja Jumlah Presentase

1. Ya 10 33,3

2. Tidak 20 66,7

Total 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja dalam 6 bulan terakhir sebanyak 10 orang (33,3%) dan yang tidak mengalami kecelakaan kerja dalam 6 bulan terakhir sebanyak 20 orang (66,7%).

(15)

Distribusi responden pada faktor pekerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja di Pabrik NegeriLama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

No. Faktor Pekerja Jumlah Presentase

1. Usia

5. Kepatuhan Terhadap SOP

Tidak Patuh 18 60,0

Patuh 12 40,0

Total 30 100,0

1. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Usia

(16)

2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Lama Kerja

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori baru bekerja lebih banyak yaitu berjumlah 18 orang (60,0%) dan yang termasuk dalam kategori lama bekerja berjumlah 12 orang (40,0%).

3. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pengetahuan

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori pengetahuan rendah berjumlah 13 orang (43,3%) dan yang termasuk dalam kategori pengetahuan tinggi berjumlah 17 orang (56,7%).

4. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Sikap

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori sikap negatif lebih banyak yaitu berjumlah 17 orang (56,7%) dan yang termasuk dalam kategori sikap positif berjumlah 13 orang (43,3%).

5. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kepatuhan Terhadap Prosedur Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori tidak patuh lebih banyak yaitu berjumlah 18 orang (60,0%) dan yang termasuk dalam kategori patuh berjumlah 12 orang (40,0%).

4.2.3 Gambaran Umum Faktor Manajemen di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

(17)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Manajemen di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

No. Faktor Manajemen Jumlah Presentase

1. Kebijakan Manajemen (Reward and

Punishment)

1. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Kebijakan Manajemen (Reward and Punishment)

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa responden yang menjawab bahwa kebijakan manajemen (reward and punishment) rendah sebanyak 15 orang (50%) dan responden yang menjawab kebijakan manajemen (reward and punishment) tinggi sebanyak 15 orang (50%).

2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Sosialisasi K3

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa responden yang menjawab sosialisasi K3 rendah sebanyak 14 orang (46,7%) dan responden yang menjawab sosialisasi K3 tinggi sebanyak 16 orang (53,3%).

(18)

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang menjawab rendahnya pengawasan yaitu sebanyak 21 orang (70%), dan responden yang menjawab pengawasan tinggi sebanyak 9 orang (30%).

4.2.4 Gambaran Umum Faktor Lingkungan di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Distribusi responden pada faktor lingkungan kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

No. Faktor Lingkungan Kerja Jumlah Presentase

1. Housekeeping

Tidak Kondusif 14 46,7

Kondusif 16 53,3

Total 30 100,0

1. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Housekeeping

Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat bahwa responden yang menjawab bahwa lingkungan kerja tidak kondusif sebanyak 14 orang (46,7%) dan responden yang menjawab lingkungan kerja kondusif sebanyak 16 orang (53,3%).

4.3. Analisis Bivariat

(19)

Hubungan faktor pekerja dengan kejadian kecelakaan kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut.

Tabel 4.5. Hubungan Faktor Pekerja dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Faktor Pekerja Kecelakaan Kerja Total P Value

Ya Tidak

1. Hubungan Usia dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

(20)

(13,3%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kecelakaan kerja (P value 0,020).

2. Hubungan Lama Kerja dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa dari 18 orang responden yang termasuk dalam kategori baru bekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 9 orang (50,0%) dan dari 12 orang responden yang termasuk dalam kategori lama bekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 1orang (8,3%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kecelakaan kerja (P value 0,024).

3. Hubungan Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa dari 13 orang responden yang termasuk dalam kategori pengetahuan rendah lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 8 orang (61,5%) dan dari 17 orang responden yang termasuk dalam kategori pengetahuan tinggi yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (11,8%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja (P value 0,007).

4. Hubungan Sikap dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

(21)

kecelakaan kerja sebanyak 9 orang (52,9%) dan dari 13 orang responden yang termasuk dalam kategori sikap positif yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 1 orang (7,7%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kecelakaan kerja (P value 0,017).

5. Hubungan Kepatuhan Terhadap Prosedur dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa dari 18 orang responden yang termasuk dalam kategori tidak patuh terhadap prosedur, yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 9 orang (50,0%) dan dari 12 orang responden yang termasuk dalam kategori patuh terhadap prosedur yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 1 orang (8,3%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan terhadap prosedur dengan kecelakaan kerja (P value 0,024).

(22)

Tabel 4.6. Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Faktor Manajemen Kecelakaan Kerja Total P Value

Ya Tidak

1. Hubungan Kebijakan Manajemen (Reward and Punishment) dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa dari 15 orang responden yang menjawab rendahnya kebijakan manajemen (reward ang punishment), lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 8 orang (53,3%) dan dari 15 orang responden yang menjawab tingginya kebijakan manajemen (reward and punishment) yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 2 orang

(23)

2. Hubungan Sosialisasi K3 dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa dari 14 orang responden yang menjawab rendahnya sosialisasi K3, lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 8 orang (57,1%) dan dari 16 orang responden yang menjawab tingginya sosialisasi K3 yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (12,5%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sosialisasi K3 dengan kecelakaan kerja (P value 0,019). 3. Hubungan Pengawasan dengan Kecelakaan Kerja di PT Hari Sawit Jaya

Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa dari 21 orang responden yang menjawab rendahnya pengawasan, yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 10 orang (53,3%) dan dari 9 orang responden yang menjawab tingginya pengawasan, yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 0 orang (0,0%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengawasan dengan kecelakaan kerja (P value 0,013).

4.3.3 Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

(24)

Tabel 4.7. Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

Faktor Lingkungan Kerja

Kecelakaan Kerja Total P Value

Ya Tidak

N % N % N %

Housekeeping

Tidak Kondusif 8 57,1 6 42,9 14 100,0 0,019

Kondusif 2 12,5 14 87,5 16 100,0

1. Hubungan Housekeeping dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017

(25)

BAB V PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan difokuskan akan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja bagian loading ramp di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

Berdasatkan hasil uji chi-square bahwa faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah usia, lama kerja, pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap prosedur, kebijakan manajemen (reward and punishment), sosialisasi K3, pengawasan dan housekeeping.

5.1 Kejadian Kecelakaan Kerja

(26)

rusaknya peralatan. Sedangkan 30 kecelakan yang berakibat rusaknya peralatan muncul setelah adanya 600 kejadian near miss. Kecelakaan ringan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pekerja, faktor manajemen dan faktor lingkungan kerja. Penelitian tersebut sesuai dengan teori dari ILO (1998) yang menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah faktor pekerja, faktor manajemen dan faktor lingkungan kerja (Siregar, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pekerja yang memiliki kategori usia muda lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang memiliki kategori usia tua, pekerja yang termasuk dalam kategori baru bekerja lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja dari pada pekerja yang termasuk dalam kategori lama bekerja, pekerja yang memiliki pengetahuan rendah lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang memiliki pengetahuan tinggi, pekerja yang memiliki sikap negatif dalam bekerja lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang memiliki sikap positif dalam bekerja, pekerja yang tidak patuh terhadap prosedur saat bekerja lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang patuh terhadap prosedur saat bekerja. Pekerja yang menjawab rendahnya kebijakan manajemen (reward and punishment) lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada

pekerja yang menjawab tingginya kebijakan manajemen (reward and punishment), pekerja yang menjawab rendahnya sosialisasi K3 lebih banyak yang

(27)

pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang menjawab tingginya pengawasan. Pekerja yang menjawab tidak kondusifnya housekeeping lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang menjawab kondusifnya housekeeping.

PT Hari Sawit Jaya adalah perusahaan yang telah memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di area pabrik, hal tersebut terlihat pada adanya kebijakan K3. Kebijakan tersebut dibuat agar setiap pekerja dapat bekerja dengan aman, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dan sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku sehingga dapat mencegah kecelakaan kerja di area tempat kerja. Perusahaan juga harus semakin memperhatikan tentang program keselamatan yang meliputi pelatihan K3, pengawasan, behavior audit, dan invetigasi insiden. Program tersebut dapat meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan setiap pekerja untuk bekerja secara aman dan sesuai dengan prosedur kerja yang ada diperusahaan, membuat peraturan dan prosedur kerja yang lebih jelas dan tegas, serta housekeeping yang kondusif dengan cara rutin melakukan inspeksi housekeeping dan identifikasi bahaya di tempat kerja.

5.2 Hubungan Faktor Karakteristik Pekerja dengan Kecelakaan Kerja 5.2.1 Hubungan Usia Dengan Kecelakaan Kerja

(28)

chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,020 ≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukannya hubungan bermakna antara usia dengan kecelakaan kerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2008) yang menyatakan bahwa pekerja usia muda memiliki kecenderungan terjadinya kecelakaan kerja. Pekerja yang berumur muda masih baru dan memiliki semangat yang tinggi untuk menunjukkan hasil kerja yang maksimal dalam meningkatkan peluang karir yang lebih baik, oleh karena itu pekerja berusia muda menjaga kinerja dan produktivitas dengan menghindari kecelakaan ringan. Namun pekerja berumur muda pun sering mengalami kecelakaan kerja karena kecerobohan dan sikap tergesa-gesa (Siregar, 2014). Pada penelitian Hernawati (2008) hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kecelakaan kerja dengan P value = 0,05. Dan terlihat bahwa paling banyak pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah pekerja yang berusia ≤ 36 tahun.

(29)

ada pekerja yang tidak mengikuti work instruction secara rutin hal ini dikarenakan pekerja telat mengikuti work instruction, dan kurang mengertinya akan pengarahan yang diberikan oleh asisten pabrik sehingga hal tersebut yang kemungkinan menyebabkan pekerja mengalami kecelakaan kerja di area pabrik.

Upaya pengendalian kecelakaan kerja yang dapat dilakukan berupa pemberian reward kepada pekerja yang rutin mengikuti work instruction setiap sebelum bekerja dan memberikan punishment kepada pekerja yang tidak mengikuti work instruction sebelum bekerja, serta melakukan training atau pelatihan keselamatan kerja untuk setiap pekerja yang ada.

5.2.2 Hubungan Lama Kerja Dengan Kecelakaan Kerja

Suma’mur (2009) dalam Pratama (2015) menyatakan bahwa pengalaman seseorang untuk mengenal bahaya di tempat kerja akan semakin membaik seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja, sehingga pekerja lama akan lebih mengenal titik-titik bahaya pada tempat kerja mereka yang pada akhirnya dapat meminimalkan terjadinya kesalahan (error) yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

(30)

kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukannya hubungan bermakna antara lama kerja dengan kecelakaan kerja.

Menurut Suma’mur (1998) dalam Dauly (2010) masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dauly (2010) dimana hasil bivariat penelitian tersebut diperoleh p value sebesar 0,007 < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi.

Pekerja yang baru bekerja akan merasa takut untuk melanggar peraturan keselamatan yang ada, sehingga akan mengikuti dan melaksanakan pekerjaan sesuai prosedur. Pekerja yang baru juga akan berusaha bekerja secara maksimal dan sesuai peraturan untuk meningkatkan karir bekerja dan kualitas diri. Akan tetapi pekerja baru pun tidak luput dari kecelakaan ringan karena minimnya pengetahuan terkait dengan kondisi pekerjaan (Siregar, 2014).

(31)

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Kecelakaan Kerja

Menurut Green (1980) dalam Hidayat (2004), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam memotivasi seseorang dalam bertindak. Menurut ILO (1998) dalam Siregar (2014) pengetahuan yaitu pemahaman pekerja mengenai tipe-tipe risiko yang terdapat di tempat kerja, sumber pajanan dan faktor-faktor berbahaya yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan atau cedera, sesuai dengan tugasnya. Semakin rendahnya pengetahuan seseorang, maka akan semakin tinggi tindakan tidak aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Semakin positif perilaku yang dilakukan akan mampu menghindari kejadian yang tidak diinginkan (Siregar, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5dari 10 orang responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang termasuk dalam kategori pengetahuan rendah lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang termasuk dalam kategori pengetahuan tinggi. Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,007≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukannya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja.

(32)

kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6 bulan terakhir, sedangkan dari 33 responden yang pengetahuannya kurang, ada 33 responden (100%) pula yang pernah mengalami kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Hasil POR (95% CI) menunjukkan nilai 1,700 artinya responden yang pengetahuan tentang K3 kurang lebih beresiko mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan responden yang pengetahuan tentang K3 baik tidak berisiko mengalami kecelakaan kerja. Ini artinya pengetahuan nelayan tentang K3 berpengaruh atas kejadian kecelakaan kerja. Penelitian ini juga sejalan dengan penilitian Siregar (2014) dimana terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja di PT. Aqua Golden Mississipi Bekasi dengan p < 0,000. Pengetahuan yang diukur dalam penelitian tersebut adalah pemahaman respondenterhadap penyebab kecelakaan kerja dan kebijakan K3.

Pekerja yang memiliki pengetahuan rendah akan cenderung mengabaikan bahaya disekitarnya dan tidak melakukan pekerjaan sesuai prosedur karena ketidaktahuan akan risiko yang akan diterima. Pekerja yang memiliki pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja akan cenderung bekerja terburu-buru dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaan dengan cepat guna menghemat waktu dan waktu istirahat menjadi lebih cepat (Siregar, 2014). Dari kutipan tersebut dinyatakan bahwa rendahnya pengetahuan akan keselamatan dan kesehatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja ringan dan kecelakaan kerja yang lebih fatal.

(33)

pelatihan yang rutin. Akan tetapi sebaiknya perusahan memberikan test terkait materi pelatihan sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan kepada seluruh pekerjan hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat mengukur apakah pelatihan yang dilakukan efektif atau tidak (Siregar, 2014).

5.2.4 Hubungan Sikap Dengan Kecelakaan Kerja

Sikap merupakan konsepsi yang bersifat abstrak tentang pemahaman perilaku manusia. Menurut Notoadmodjo (2010) sikap adalah respon yang tidak teramati secara langsung yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5dari 10 orang responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang termasuk dalam kategori sikap negatif lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang termasuk dalam kategori sikap positif. Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,017≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukannya hubungan bermakna antara sikap dengan kecelakaan kerja.

(34)

lebih beresiko mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan responden yang sikap tentang K3 baik tidak berisiko mengalami kecelakaan kerja.

Menurut Azwar (2005) dalam Siregar (2014) pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan media informasi. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan perusahaan dengan menghadirkan beberapa pekerja yang berprestasi sebagai model yang patut ditiru oleh pekerja lain. Dengan adanya pemodelan tersebut diharapkan dapat memperngaruhi sikap positif pekerja.

5.2.5 Hubungan Kepatuhan Terhadap Prosedur Dengan Kecelakaan Kerja Menurut geller (2011) dalam Siregar (2014) kepatuhan adalah satu bentuk perilaku yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5dari 10 orang responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang termasuk dalam kategori tidak patuh terhadap prosedur lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang termasuk dalam kategori patuh terhadap prosedur. Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,024≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan terhadap prosedur dengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukannya hubungan bermakna antara kepatuhan terhadap prosedur dengan kecelakaan kerja.

(35)

dengan kecelakaan kerja dimana P value 0,000. Menurut penelitian Arifin (2005) kepatuhan menjalankan prosedur berhubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tidak patuh responden maka akan semakin tinggi kecelakaan kerja, dan sebaliknya semakin semakin patuh responden maka akan semakin rendah kecelakaan kerja.

Menurut Green (2005) dalam Siregar (2014) bentuk perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 hal yaitu predisposing factor (pengetahuan, sikap, ketrampilan), enabling factor (peraturan keselamatan, fasilitas keselamatan), reinforcing factor (teman kerja, pengawas, keluarga, dan pemberian reward and

punishment). Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningakatkan kepatuhan terhadap prosedur adalah dengan dilaksanakannya pelatihan/training kepada pekerja yang ada untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pekerja agar bekerja dengan aman dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan. Pelatihan yang rutin dan work instruction yang dihadiri secara rutin juga akan meningkatkan kemauan untuk menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Perusahaan juga harus meningkatkan peran pengawas yang ada di area kerja agar melakukan pemeriksaan terhadap pekerja dan fasititas keselamatan secara rutin.

5.3 Hubungan Faktor Manajemen dengan Kecelakaan Kerja

5.3.1 Hubungan Kebijakan Manajemen (Reward and Punishment) Dengan Kecelakaan Kerja

(36)

penghargaan, sedangkan punishment adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, bisa berupa teguran, penundaan kenaikan gaji, dan penurunan jabatan. Menurut ILO (1998) reward and punishmentmerupakan salah satu kebijakan manajemen yang dapat mengurangi

terjadiya kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6dari 10 orang responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang menjawab rendahnya kebijakan manajemen (reward and punishment) lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang menjawab tingginya kebijakan manajemen (reward and punishment). Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,020≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebijakan manajemen (reward and punishment) dengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti

dengan ditemukannya hubungan bermakna antara kebijakan manajemen (reward and punishment) dengan kecelakaan kerja.

Menurut Siregar (2014) pekerja yang mengatakan reward and punishment tinggi akan lebih berhati-hati dalam bertindak karena mereka merasa perusahaan akan memberikan penghargaan jika mereka bertindak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada serta untuk menghindari hukuman yang mungkin akan diterima jika melanggar prosedur dan peraturan yang ada. Pekerja yang menjawab reward tinggi, pekerja akan lebih patuh terhadap prosedur dan peraturan

(37)

pekerja juga sadar akan mendapat imbalan positif baik berupa penghargaan dan materi jika patuh terhadap prosedur yang ada demikian juga dengan yang menjawab punishment tinggi. Akan tetapi perilaku ini mungkin akan menghilang jika reward and punishment yang dijanjikan oleh manajemen tidak berlaku. Sebaliknya pekerja yang mengatakan reward and punishment rendah akan cenderung kurang berhati-hati dalam bertindak karena merasa bahwa perusahaan tidak memberikan penghargaan ataupun hukuman jika melakukan pekerjaan sesuai atau tidak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada. Pekerja yang menjawab rewardrendah merasa tidak ada timbal balik yang sesuai dari manajemen sehingga mereka akan berperilaku sesuai kemauannya tanpa berpedoman terhadap prosedur dan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. Pekerja akan menganggap tidak ada untungnya jika patuh terhadap prosedur dan peraturan yang ada, dan menganggap tidak ada ruginya jika tidak patuh terhadap prosedur dan peraturan yang ada.Ketidakpatuhan ini dapat menyebabkan pekerja untuk berperilaku tidak aman sehingga dapat menimbulkan dan meningkatkan kecelakaan ringan bahkan kecelakaan yang lebih berat.

5.3.2 Hubungan Sosialisasi K3 Dengan Kecelakaan Kerja

(38)

kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukannya hubungan bermakna antara sosialisasi K3 dengan kecelakaan kerja.

Menurut ILO (1998) dalam Siregar (2014) sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian dari propaganda atau kampanye K3 yang merupakan salah satu jenis kependidikan selain pendidikan dan pelatihan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Arifin (2005) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara sosialisasi K3 dengan terjadinya kecelakaan kerja.

Setiap pekerja mengalami pengawasan yang berbeda dan memiliki pendapat yang berbeda dikarenakan karakteristik setiap pekerja berbeda-beda. Pekerja yang telah menjawab bahwa sosialisasi K3 tinggi akan merasa telah mendapatkan informasi mengenai keadaan di lingkungan kerja, beserta keselamatan dan kesehatan kerja yang telah diterapkan di perusahaan. Pekerja yang memiliki pegetahuan akan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik akan mampu membedakan dan mengenali bahaya apa saja yang ada di area tempat kerjanya, sehingga hal itu juga secara tidak langsung akan membuat pekerja mematuhi prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tetapi terkadang pekerja yang mengatakan sosialisasi K3 tinggi hanya mengetahui bahwa adanya sosialisasi K3 di perusahaan tanpa memahami secara jelas isi dari sosialisasi tersebut.

(39)

bahaya dan resiko yang ada di area kerjanya, sehingga hal ini juga akan mempengaruhi pekerja bekerja sesuai kemauannya sendiri dan tidak akan mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Perilaku dari pekerja ini akan dapat meningkatkan kecelakaan kerja mulai dari kecelakaan kerja ringan bahkan kecelakaan yang lebih berat.

Sosialisasi K3 yang telah dilakukan di Pabrik Negeri Lama Satu PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu bermacam-macam yaitu safety briefing tentang work instruction setiap sebelum bekerja. Tetapi berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa sosialisasi yang disampaikan melalui media cetak memang masih kurang, terdapat beberapa rambu tanda peringatan yang mulai pudar, adanya Job Safety Analysis yang ditempelkan di setiap area kerja, tetapi Job Safety Analysis yang ditempelkan sudah tidak dapat dibaca, tulisannya buram karena terkena minyak, dan sulit dipahami oleh setiap pekerja yang mengetahui bahwa adanya Job Safety Analysis yang telah ditempel padahal JSA akan mampu membantu pekerja untuk bahaya dan risiko yang ada di area kerja masing-masing. Tidak adanya poster-poster yang dapat mengingatkan dan memotivasi pekerja untuk bekerja secara aman dan sesuai prosedur.

(40)

bulannya untuk mengingatkan dan memotivasi setiap pekerja yang ada untuk berkerja secara aman dan sesuai dengan prosedur dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

5.3.3 Hubungan Pengawasan Dengan Kecelakaan Kerja

Dalam penelitian Tampubolon (2015) pengawasan merupakan fungsi yang dalam manajemen kegiatan agar kegiatan yang dilakukan berjalan sesuai yang diharapkan. Pengawasan juga memiliki tujuan untuk menciptakan budaya K3 yang dapat mengurangi kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6dari 10 orang responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang menjawab rendahnya pengawasan lebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang menjawab tingginya pengawasan. Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,013≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasandengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti dengan ditemukannya hubungan bermakna antara pengawasan dengan kecelakaan kerja.

(41)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siregar (2014) dimana dari hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengawasan dengan kecelakaan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah pengawasan akan semakin tinggi kecelakaan ringan, dan sebaliknya semakin tinggi pengawasan maka akan semakin rendah kecelakaan ringan. Bird and Germain (1996) dalam Siregar (2014) mengatakan bahwa gagalnya upaya keselamatan kerja umumnya disebabkan oleh sistem kerja antara manusia, beban serta komponen lingkungan yang menghasilkan masalah besar sebagai akibat kurang bagusnya sistem pengawasan di industri.

(42)

Pekerja yang mengatakan bahwa tingginya pengawasan akan merasa setiap pekerjaan yang dilakukan selalu diawasi oleh pihak perusahaan, sehingga pekerja akan bekerja aman dan mengikuti setiap prosedur yang telah diarahkan oleh pengawasa sebelum bekerja. Pekerja akan lebih fokus saat bekerja karena takut akan teguran atau sanksi yang nantinya akan diberikan oleh pengawas untuk setiap kesalahan yang dilakukan, sehingga pekerja akan cenderung bekerja sesuai dengan prosedur yang ada. Sebaliknya jika pekerja yang telah mengatakan bahwa rendahnya pengawasan akan merasa bekerja tanpa ada yang mengawasi dan merasa bekerja tidak dibawah tekanan dari pihak perusahaan, sehingga pekerja akan bekerja semaunya saja, ceroboh dan mengabaikan bahaya, risiko dan peraturan serta prosedur yang ada di lingkungan kerja. Pengawasan yang rendah akan berdampak akan ketidakpatuhan terhadap prosedur kerja dan peraturan yang telah ditetapkan perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kecelakaan kerja ditempat kerja. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan jumlah pengawas dan peran pengawas. Pengawas yang baik seharusnya lebih tegas dan disiplin dan mengingatkan pekerja untuk bekerja seuai prosedur kerja yang telah ditetapkan perusahaan.

5.4 Hubungan Faktor Lingkungan Kerja dengan Kecelakaan Kerja 5.4.1 Housekeeping

(43)

dan nyaman dapat membantu mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Housekeeping dianggap sebagai kegiatan pencegahan sekaligus sebagai upaya

pengendalian. Prinsip umum housekeeping bukan sekedar membersihkan tempat kerja melainkan juga mengupayakan penempatan peralatan yang tepat, sesuai dan benar, mengutamakan proses kerja berlangsung aman dan agar kegiatan dapat berlangsung optimal, efisien dan efektif serta pencegahan kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7dari 10 orang responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja, dapat dilihat bahwa pekerja yang menjawab tidak kondusifnya housekeepinglebih banyak yang pernah mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja yang menjawab kondusifnya housekeeping. Berdasarkan hasil uji chi-square pearson di atas, diperoleh nilai P Value= 0,019≤ 0,05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara housekeepingdengan kecelakaan kerja. Dengan demikian, hipotesis terbukti

dengan ditemukannya hubungan bermakna antara housekeeping dengan kecelakaan kerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2014) dimana hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara housekeeping dengan kecelakaan kerja ringan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tidak kondusif housekeeping maka akan semakin tinggi keelakaan ringan dan sebaliknya semakin kondusif housekeeping maka akan semakin rendah kecelakaan ringan.

(44)

lantai yang licin dan permukaan jalan yang bolong di area pabrik yang dimana itu akan dapat membahayakan pekerja yang lewat, sisa dari buah yang jatuh dan tidak masuk kedalam lori tidak langsung dibersihkan ke tempat sampah, hanya dibuang kesela-sela lintasan lori, hal tesebut dilakukan untuk mempercepat pekerjaan kembali menarik lori. Tidak adanya jadwal rutin untuk pembersihan sampah yang ditetapkan oleh pihak manajemen, sehingga sampah dibuang sementara ke lintasan lori apabila sampah buah sudah mengganggu saat menarik lori.

Housekeeping yang kondusif dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja

(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraiakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada hubungan antara variabel faktor pekerja (usia, lama kerja, pengetahuan, sikap, dan kepatuhan terhadap prosedur) dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian loading ramp di Pabrik Negeri Lama SatuPT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

2. Ada hubungan antara variabel faktor manajemen (kebijakan manajemen (reward and punishment), sosialisasi K3, dan pengawasan ) dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian loading ramp di Pabrik Negeri Lama SatuPT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

3. Ada hubungan antara variabel faktor lingkungan kerja (housekeeping) dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian loading ramp di Pabrik Negeri Lama SatuPT Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

6.2. Saran

1. Bagi Perusahaan

(46)

b. Memperbaiki Job Safety Analysis (JSA) agar lebih mudah dipahami dan diingat oleh pekerja dan ditempelkan ditempat yang aman dan dibaca semua pekerja yang ada.

c. Membuat rambu-rambu tanda peringatan bahaya serta poster yang dapat memotivasi setiap pekerja untuk membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja saat bekerja.

d. Meningkatkan pengawasan agar lebih disiplin dan tegas dan mengingatkan pekerja untuk bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

e. Melakukan motivasi kepada setiap pekerja dengan memberikan reward and punishement agar pekerja dapat bekerja dengan aman dan

sesuai dengan prosedur serta menghadirkan dan memberikan reward untuk pekerja yang patut ditiru oleh pekerja lain. Dengan adanya pemodelan tersebut diharapkan pekerja dapat termotivasi untuk meningkatkan sikap positif pekerja.

f. Meningkatkan perhatian akan kerapian dan keamanan housekeeping di tempat kerja dengan cara melakukan inspeksi housekeeping, sebagai contoh membuat jadwal rutin membersihkan lingkungan kerja dan membersihkan sampah yang ada di sekitar area kerja yang dapat menyebabkan tergelincir jika tidak dibersihkan, membersihkan genagan air dan minyak, dan sebagainya.

(47)

mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai contoh, tali sling yang sudah terkelupas harus segera diganti, serta memodifikasi hook besi kelori yang dapat memperkecil hook terlempat saat lori ditarik.

2. Bagi pekerja

a. Pekerja lebih aktif lagi jika tidak mengerti mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Jika adanya hal yang mengganggu pekerjaan seperti alat pelindung yang rusak, peralatan produksi yang rusak secepatnya dilaporkan kepada asisten pabrik agar segera diganti. b. Pekerja aktif menanyakan mengenai Job Safety Analysis untuk mengetahui bahaya dan risiko apa saja yang ada di tempat kerja. Jika JSA sudah tidak jelas dibaca dan tidak diupdate harus segera dilaporkan.

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Kecelakaan Kerja di Pabrik Negeri Lama Satu PT Hari
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pekerja di Pabrik
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Manajemen di Pabrik
tabel 4.4. berikut.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dibuatlah sebuah film yang berjudul Keygen dengan sebuah animasi 3D sebagai efek khususnya yang kemudian animasi 3D tersebut dilakukan implementasi metode motion

Tatap Muka Penugasangas tersrtuktur Kegiatan manditi tidak terstruktur Jenis Tagihan Bentuk Instrumen Contoh Instrumen 5.4 Menentukan nilai pecahan dari suatu

Dalam penelitian ini tahap analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengujian. Analisis dan pengujian akan dilakukan menggunakan tool 123ahp.com. Proses

27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan mengatur bahwa perseroan terbatas yang melakukan penggabungan bahwa dalam setiap rancangan penggabungan

Dengan adanya SMO menggunakan facebook dapat mendukung metode SEO yang telah berjalan, sehingga diharapkan kedua metode ini dapat mencapai hasil yang maksimal dalam

Workgroup R and D Department menggunakan Access point wireless agar dapat terkoneksi ke jaringan.. Jumlah maksimum host yang dapat terkoneksi ke

Find the generalized PDF of

40 Tahun 2007 dan implikasinya dalam Praktek Akuisisi Perusahaan, Penggabungan, dan Peleburan Usaha di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.. Prodjodikoro, Wirjono,1992,