• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung jawab notaris terhadap covernote (surat keterangan) atas pengurusan sertipikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung jawab notaris terhadap covernote (surat keterangan) atas pengurusan sertipikat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini disebabkan oleh laju

pembangunan dan meningkatnya kebutuhanakan tanah baik untuk kepentingan

industri, jasa maupun pemukiman penduduk seperti perumahan dan perkantoran. Hal

ini dikarenakan kegiatan pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang meningkat

setiap tahunnya serta tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya alam yakni

tanah yang terbatas.

Dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, maka masalah

tanah bukan saja permasalahan yuridis namun menyangkut masalah ekonomi, sosial

dan politik. Tanah merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar (primer)

dan penting dalam kehidupan dan pembangunan saat ini dan masa yang akan datang.

Hal tersebut menjadi sangat penting bagi orang atau badan hukum1menuntut adanya

kepastian hukum atas kepemilikan tanah dalam bentuk dokumen tertulis yang

diperoleh melalui pendaftaran tanah.

Di Indonesia masalah sumber daya alam diatur dalam Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 33 ayat (3) disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini rakyat diwajibkan mempergunakan air,

(2)

tanah dan kekayaan alam lainnya dengan sebaik-baiknya dan negara selaku badan

penguasa atas bumi, air, ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya berwenang untuk mengatur dalam rangka mencapai sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat Indonesia.Pemerintah dalam rangka menjamin kepastian hukum

yaitu dengan mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia

menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam hal ini

kepastiannya mengenai letak batas luas tanah, status tanah dan orang yang berhak

atas tanah, dan pemberian surat berupa sertipikat.

Aspek hukum atau aspek legalitas pada tanah sangat penting untuk

mengantisipasi timbulnya permasalahan hukum dikemudian hari. Aspek legalitas

selain sebagai kepemilikan juga untuk memberikan kepastian hukum pada para pihak

bahwa dia adalah pemilik sah atas tanah tersebut. Sertifikat, selain berfungsi sebagai

alat bukti kepemilikan atau penguasaan atas tanah, sertifikat juga memilki fungsi lain

yaitu sebagai syarat apabila kita ingin mendirikan bangunan berupa tempat tingal di

atas tanah yang kita miliki atau kita kuasai. Syarat dari penerbitan izin mendirikan

bangunan salah satunya adalah sertifikat tersebut. Hal lain, yaitu secara ekonomis,

sertifikat juga memiliki fungsi sebagai jaminan pembiayaan apabila kita

membutuhkan pinjaman dari bank.

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum maka pemegang hak

atas tanah yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah sedangkan untuk

melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan dengan aspek fisik dan yuridis

(3)

publisitas), sementara dalam mencapai tujuan tertib administrasi pertanahan maka

setiap bidang atau satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan dan

hapusnya hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun wajib di daftar.2

Ketentuan mengenai Pendaftaran tanah diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah Nomor : 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah selanjutnya disebut

PP 24/1997, yang mulai berlaku pada tanggal 8 Oktober 1997 sebagai pengganti

Peraturan Pemerintah Nomor : 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah, yang

sejak tahun 1961 mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah sebagaimana

diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA. Ketentuan pelaksanaan lebih lanjut diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 3

Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor : 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Ada tiga tujuan pendaftaran tanah yakni tujuan untuk memberikan kepastian

hukum dan perlindungan hukum yaitu sertipikat tanah,untuk menyediakan informasi

pertanahan yaitu SKPT (Surat Keterangan Pendaftaran Tanah) dan untuk tertib

administrasi pertanahan yaitu kemutakhiran data.3

Kegiatan Pelaksanaan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari

pemerintah yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum yang bersifat

rechtscadaster, artinya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya

mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya bukan untuk kepentingan lain

seperti halnya perpajakan.4

2

Mhd Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah,CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hal 169

3Ibid

(4)

Dalam Undang-Undang Pokok Agraria selanjutnya disebut UUPA,

pendaftaran tanah merupakan hal penting karena pendaftaran tanah merupakan awal

dari proses lahirnya sebuah bukti kepemilikan hak atas tanah. Pasal 19 UUPA

mewajibkan pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah

Republik Indonesia menurut ketentuan yang sudah diatur dengan peraturan

pemerintah.

Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 menyebutkan

bahwa :

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran

tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut Ketentuan-ketentuan

yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 Pasal 1 meliputi :

a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat.

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan

masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan

penyelenggaraannya menurut pertimbangan Menteri Agraria.

4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan

pendaftaran termaksud dalam ayat 1 di atas dengan ketentuan bahwa rakyat

(5)

Dengan adanya bukti hak atas tanah maka seseorang dapat mempertahankan

haknya dan mempergunakan hak tersebut sesuai dengan kepentingannya misalnya

dalam melakukan peralihan hak atas tanah tersebut maupun untuk keperluan

pemasangan hak tanggungan.

Hak atas kepemilikan tanah adalah “hak yang memberi wewenang kepada

pemiliknya untuk mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang

dihakinya. Ciri khasnya adalah si pemilik hak berwenang untuk mempergunakan atau

mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya”5

Ketentuan mengenai hak-hak atas tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 4 ayat (1) yang

menyebutkan bahwa :

“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2

ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah yang

dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri-sendiri maupun

bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum”.

Pasal 16 Ayat (1) UUPA menyebutkan macam-macam hak atas tanah yaitu6:

Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ialah : a. Hak Milik

b. Hak Guna Usaha c. Hak Guna Bangunan d. Hak Pakai

e. Hak Sewa

5

Effendi Perangin,Hukum Agraria Di Indonesia (Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum)Cetakan ke-3, CV. Rajawali, Jakarta, 1991, hal 229

(6)

f. Hak Membuka Tanah g. Hak Memungut Hasil Hutan

h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai disebut dalam Pasal 53.

Proses pemberian hak pada suatu permohonan hak atas tanah tidak hanya

dengan melihat segi prosedurnya saja. Suatu permohonan tidak cukup hanya

dianalisis dengan apakah si pemohon memenuhi syarat, diperiksa secara fisik, diukur,

permohonan terhadap hak atas tanah tersebut telah diumumkan, dan lain sebagainya

yang sifatnya prosedur, melainkan harus pula dikaji dari segi hukumnya. Pada

dasarnya pemberian hak atas tanah-tanah tersebut meliputi beberapa unsur, yaitu:

a. Subjek pemohon, dengan sasaran penelitian berupa data pribadi/warga negara.

b. Lokasi tanahnya yang menyangkut letak sebenarnya tanah yang diuraikan

serta batas-batas yang tegas sesuai dengan prinsipContradictoir Limitatief.

c. Bukti-bukti perolehan haknya secara beruntun dan sah menurut hukum.

Bukti hak atas tanah disebut dengan sertipikat7 adalah surat tanda bukti hak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah,

hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan

yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.

Jadi sertipikat merupakan sebuah dokumen yang diperoleh dari hasil

pendaftaran tanah yang merupakan realisasi dari tujuan Undang-Undang Pokok

Agraria dimana “kegiatan pendaftaran tanah akan menghasilkan tanda bukti hak atas

tanah yang disebut dengan sertipikat”.

(7)

Sertipikat menunjukkan bahwa pada bidang tanah tersebut diketahui letak

tanah, batas-batas tanah, luas tanah, bangunan dan jenis tanaman apa yang ada

diatasnya serta “untuk memperoleh kepastian mengenai status tanahnya, siapa

pemegang haknya dan ada atau tidak adanya pihak lain”.8

Hak yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum atas suatu benda atau

barang yang dipegang tidak selamanya ada padanya. Melainkan suatu saat hak

tersebut dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain. Peralihan dapat terjadi karena

adanya pemberian (hibah), jual-beli, tukar-menukar, pewarisan dan sebagainya.9Hak

atas tanah dapat dipindahkan atau dialihkan kepada pihak lain. Pemidahan atau

peralihan hak atas tanah tersebut harus dibuktikan dengan akta otentik.

Agar menjamin kepastian hukum terjadinya peralihan hak atas tanah

danbangunan, maka transaksi tersebut dilakukan dihadapan Notaris sebagai

pejabatumum yang berwenang membuat akta otentik. Menurut Pasal 1

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 jo 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris

adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan

lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.10

Di Indonesia keberadaan notaris sebagai pejabat publik yang berwenang

membuat akta otentik sebagai alat bukti tertulis. Perihal jabatan notaris dalam

perkembangannya diatur dalam Undang-Undang Nomor no.2 tahun 2014 jo 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut sebagai UUJN).

8Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia : “Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok

Agraria, Isi dan Pelaksanaannya”,Djambatan, Jakarta, 2005, hal 72 9

Maria S.W. Sumardjono dan Martin Samosir, Hukum Pertanahan Dalam Berbagai Aspek,

Bina Media, Medan, 2000, hal 21

(8)

Kehadiran jabatan notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud

membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang

bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum.

Selain menerbitkan bukti tertulis berupa akta aotentik notaris sebagai pejabat

umum juga membuat surat keterangan yang sering disebut sebagai covernote. Pada

lazimnya covernote merupakan surat yang menerangkan bahwa adanya proses yang

masih berjalan dalam pengurusan akta-akta yang belum selesai. Hal ini biasanya

terjadi dalam perjanjian kredit yang mana membutuhkan sertipikat sebagai objek

jaminan. Namun surat-surat tanah yang telah dijadikan salah satu kelengkapan dalam

perjanjian kredit tersebut belum dapat dipenuhi yang disebabkan oleh masih dalam

proses pembuatan sertipikat ataupun dalam proses pemecahan sertipikat, roya, balik

nama dll yang masih sedang berjalan.

Sehingga untuk memudahkan proses kelengkapan perjanjian kredit tersebut

maka notaris sebagai pejabat umum membuat covernote sebagai surat keterangan

yang menjelaskan kondisi yang berhubungan dengan proses pengurusan sertipikat

tersebut yang masih belum selesai.

Dalam tugas dan kewenangan notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris

dan peraturan tersebut tidak ada menerangkan bahwa Notaris dapat mengeluarkan

covernote untuk menjelaskan akta yang masih dalam proses pengurusan. Oleh sebab

itu, covernote bukan produk notaris berdasarkan Undang-Undang. Sebab tidak

(9)

jaminan. Namun dalam praktiknya sering ditemukan bahwa covernote digunakan

untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

Notaris yang mengeluarkan akta ataupun covernote tidak sembarang

memberikan keterangan mengenai proses pengurusan yang belum selesai. Covernote

tidak digunakan sebagai jaminan dan bukti agunan, melainkan sebagai pengantar bagi

pihak yang berkepentingan untuk memberikan kepercayaan dan memenuhi salah satu

syarat permohonan kredit yang dilakukan oleh klien notaris.

Notaris dalam menjalankan jabatannya harus memberikan penjelasan

mengenai akta peralihan hak serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi para

Pihak. Organisasi Profesi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI) telah

membentuk Kode Etik Profesi yaitu Kode Etik INI. Kode Etik INI bagi para Notaris

hanya sampai pada tatanan sanksi moral dan administratif.11 Notaris dalam

melakukan tugas jabatannya harus penuh tanggung jawab dengan menghayati

keseluruhan martabat jabatannya dan dengan keterampilannya melayani kepentingan

masyarakat yang meminta jasanya dengan selalu mengindahkan ketentuan

undang-undang, etika, ketertiban umum dan berbahasa Indonesia yang baik.

Notaris selaku pejabat umum dituntut untuk selalu bekerja secara professional

dengan menguasai seluk beluk profesinya menjalankan tugasnya, Notaris harus

menyadari kewajibannya bekerja mandiri, jujur, tidak memihak dan penuh rasa

tanggung jawab serta secara professional.12

11

Ikatan Notaris Indonesia,Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang dan Di Masa Datang, Jakarta, PT. Gramedia, 2008, hal 93-94

(10)

Notaris sebagai pejabat umum yang tugasnya melayani masyarakat

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan hukum nasional

dituntut untuk memiliki moral yang tinggi.Nilai moral merupakan kekuatan yang

mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur, oleh karena itu Notaris dituntut untuk

memiliki nilai moral yang kuat.

Wewenang membuat akta otentik ini hanya dilaksanakan oleh notaris sejauh

pembuatan akte otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.13

Yang menjadi kewenangan Notaris dalam menjalankan profesinya adalah :

1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian

dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau

yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta

otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,

memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau

orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

2. Notaris berwenang pula :

a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah

tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.

b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan dengan mendaftar

dalambuku khusus.

(11)

c. Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang

bersangkutan.

d. Melakukan pengesahan kecocokan dan fotokopi dengan surat aslinya

e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta

f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan

g. Membuat akta risalah lelang

Notaris membuat akta selain karena dikehendaki oleh undang-undang, juga

dikehendaki oleh pihak yang berepentingan untuk memastikan hak dan kewajibannya

demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan

sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.14

Notaris adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh negara untuk menyatakan

terjadinya hubungan hukum antara para pihak dalam suatu akta.Artinya bahwa akta

notaris itu berkaitan secara langsung dengan nilai martabat para pihak yang berjanji.

Janji yang telah dinyatakan dalam akta merupakan cerminan kehendak yang tulus dari

para pihak.15

Kewenangan notaris dalam hal memebuat akta otentik merupakan permintaan

para pihak, dan tidak bertentangan dengan pasal 1320 KUHPerdata yakni 4 syarat

sahnya persetujuan sebagai berikut :

a. Kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

14Ibid

15Putri A.R, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Indikator Tugas-Tugas Jabatan Notaris

(12)

c. Objek atau hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal

Atas dasar kewenangan tersebut maka notaris dituntut untuk menjalankan

tugas dan kewajibannya secara professional dalam memberikan jaminan hukum

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam praktik sehari-hari notaris memiliki

kepribadian yang baik dan menjunjung tinggi martabat jabatan notaris.

Notaris tidak terikat dengan hubungan hukum (perjanjian) yang telah

dilakukan oleh para pihak sebelumnya. Apabila terjadi sengketa di belakang hari

mengenai apa yang diperjanjikan dalam suatu akta notaris (hal-hal yang telah

disepakati para pihak),notaris tidak terlibat dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban

dan berada di luar hukum para pihak. Sengketa yang timbul akibat kesalahan notaris

baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan, maka notaris harus bertanggung

jawab baik secara moral maupun secara hukum.Akta yang dibuat notaris oleh

karenanya harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan agar tercapai sifat otentik

dari akta itu sebagaimana yang telah diatur dalam UUJN.

Dalam praktiknya, notaris terlibat dengan perkara hukum baiksebagai saksi

maupun sebagai tersangka. Keterlibatan notaris dalam perkara hukum disebabkan

adanya kesalahan pada akta yang dibuatnya, baik karena kesalahan notaris itu sendiri

maupun kesalahan para pihak atau salah satu pihak yang tidak memberikan

keterangan atau dokumen yang sebenarnya (tidak adanya iktikad baik dari para pihak

atau salah satu pihak) atau telah ada kesepakatan antara notaris dengan salah satu

(13)

UUJN mengatur bahwa ketika notaris dalam menjalankan tugas

jabatannyaterbukti melakukan pelanggaran, maka notaris dapat dikenai atau dijatuhi

sanksi. Sanksi tersebut berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan

notaris, dan sanksi-sanksi tersebut telah diatur sedemikian rupa, baik sebelumnya

dalam Peraturan Jabatan Notaris, dan sekarang dalam UUJN dan Kode Etik Notaris,

dan tidak mengatur adanya sanksi pidana terhadap notaris.16

Ketiadaan sanksi pidana dalam UUJN tidak mengakibatkan seorang notaris

terbebas dari pertanggungjawaban pidana dalam menjalankan jabatannya.Notaris

dalam menjalankan jabatannya melakukan penyimpangan yang memiliki aspek

pidana, maka terhadap notaris yang bersangkutan dapat dijatuhi sanksi pidana

berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menyatakan bagaimana

pentingnya peranan notaris dalam pengurusan sertipikat sebagai bukti kepemilikan

hak atas tanah maka penulis merasa perlu melakukan penelitian terhadap hal tersebut

dengan judul “TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP COVERNOTE

(SURAT KETERANGAN) ATAS PENGURUSAN SERTIPIKAT PERUMAHAN”

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas maka yang akan menjadi permasalahan adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana Fungsi dan Peranan Covernote notaris atas proses pengurusan

sertipikat?

16Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004

(14)

2. Bagaimana Tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum terhadap covernote

yang dibuat atas pengurusan sertipikat?

3. Bagaimana akibat hukum covernote yang dibuat oleh notaris terhadap

pihak-pihak yang berkepentingan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui fungsi dari covernote yang dibuat oleh notaris atas proses

pengurusan setipikat.

2. Untuk mengetahui tanggungjawab notaris sebagai pejabat umum terhadap

covernote yang dibuat atas pengurusan sertipikat.

3. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari penggunaan covernote

oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

dalam disiplin ilmu hukum yakni perkembangan ilmu hukum khususnya pada

bidang Agraria baik dari perundang-undangan maupun penerapan.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan

dalam praktik hukum pelaksanaan bidang pertanahan sekaligus jalan keluar bagi

permasalahan yang timbul dalam proses pengurusan sertipikat.

E. Keaslian Penelitian

Penulisan inidilakukan berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan

(15)

yang memiliki kerjasama dengan notaries terkait dengan pencairan kredit di

perbankan, terdapat juga penelitiansebelumnya yang dilakukan oleh :

1. Agustining, NIM : 087011001, Magister Kenotariatan dalam Program Studi

Pascasarjana Fakultas Hukum USU, dengan judul “Tanggungjawab Notaris

Terhadap Akta Otentik yang Dibuat dan Berindikasi Perbuatan Pidana” dan

permasalahan yang diteliti adalah :

a. Faktor apakah yang menyebabkan notaris diperlukan kehadirannya dalam

pemeriksaan perkara pidana?

b. Bagaimana tanggungjawab notaris sebagai pejabat umum terhadap akta

otentik yang dibuat dan berindikasi perbuatan pidana?

c. Bagaimana fungsi dan peranan Majelis Pengawas Daerah terhadap

pemanggilan notaris pada pemeriksaan perkara pidana?

2. Nurhimmi Falahiyati, NIM : 077011053, Magister Kenotariatan dalam Program

Studi Pascasarjana Fakultas Hukum USU, dengan judul “Kajian Hukum

Terhadap Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akad Pembiayaan Murabahah

dengan Jaminan Tanah Yang Belum Bersertifikat” dan permasalahan yang

diteliti adalah :

a. Bagaimana kekuatan hukum atas tanah belum bersertifikat sebagai objek

jaminandalam pembiayaanmurabahah?

b. Bagaimana resiko bank atas pembiayaan murabahah dengan jaminan tanah

(16)

c. Bagaimana peranan notaris dalam pembuatan akta jaminan dalam akad

pembiayaanmurabahahatas tanah yang belum bersertifikat?

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya khususnya pada Sekolah Pascasarjana Kenotariatan Universitas Sumatera

Utara,maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.Oleh karena itu

judul penelitian ini merupakan hasil karya asli berdasarkan azas-azas dan

perundang-undangan yang berlaku.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah seperangkat preposisi atau gagasan yang berisi konsep abstrak

atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar variabel

sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh

suatu variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar

variabel tersebut.17

Atau menjelaskan gejala spesifik atau proses sesuatu hal terjadi dan teori

harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan

ketidakbenarannya.18

Teori Hukum merupakan ilmu yang sangat luas. Cakupan ilmu hukum tidak

terbatas hanya pada lingkup hukum, norma,perundang-undangan semata tapi meliputi

17

Maria S.W. Sumardjono,Pedoman, Pembuatan Usulan Penelitian,Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal 12-13, bandingkan dengan Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta, 1989, hal.19

(17)

aspek antropologi, kultur, sosial, ideologi dan politik. Cakupan yang relatif luas

mengindikasikan bahwa hukum tidak dapat mudah dimengerti baik definisi maupun

substansinya.

Kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk bagaimana

mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan

menghubungkannya dengan hasil-hasil terdahulu.19

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teoritentang tanggung

jawab hukum oleh Hans Kelsen. “Satu konsep yang berhubungan dengan konsep

kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum. Bahwa seseorang

bertanggungjawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia

memikul tanggungjawab hukum, berarti bahwa dia bertanggungjawab atas suatu

sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Biasanya yakni dalam hal sanksi

ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya

sendiri.20

Fungsi penggunaan teori dalam penelitian ini adalah memberikan arahan atau

petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Penelitian ini berusaha

untuk memahami pelaksanaan pengurusan sertipikat melalui notaris sebagai kaidah

hukum yang ditentukan oleh perundang-undangan.

Setelah adanya UUPA Nomor 5 Tahun 1960 maka salah satu isinya adalah

tata cara pengurusan sertipikat tanah di Indonesia seperti dasar hukum pendaftaran

19Burhan Ashofa,Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hal 23

(18)

tanah objek pendaftaran tanah agar adanya penertiban tentang penggunaan tanah

sebab sering ditemukan pada masyarakat bahwa tidak tahu dan tidak paham tentang

penggunaan hak atas tanah yang mana perihal itu merupakan suatu perihal yang harus

diketahui dan memerlukan suatu pembuktian atau alat bukti yaitu sertipikat tanah

yang menyatakan tanah itu adalah benar-benar miliknya.

Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya

sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data dalam surat ukur dan

buku tanah yang bersangkutan.21

Proses pengurusan sertipikat perumahan diawali dengan pendaftaran hak atas

sebidang tanah atau rumah dimana pendaftaran tanah merupakan persoalan yang

sangat penting dalam UUPA. Pendaftaran tanah akan menghasilkan kepastian bukti

hak atas tanah yang merupakan alat yang mutlak ada, sebagai dasar status

kepemilikan tanah.

Aspek hukum yang terkandung dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di

dalamnya dapat dilihat dari cara pendaftaran tanah misalnya seperti pendaftaran tanah

dilakukan secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendapatan tanah untuk

pertama kalinya yang dilakukan serentak yang meliputi semua objek pendaftaran

tanah yang belum di daftar dalam wilayah desa/kelurahan. Pendaftaran secara

(19)

sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah buat pertama kalinya mengenai satu atau

beberapa objek secara individual massal.

Selanjutnya setelah proses pendaftaran tanah selesai dilakukan maka

dilakukan tahap berikutnya yaitu pengumpulan dan pengolahan data fisik meliputi

kegiatan pengukuran dan pemetaan sebagai berikut :

1. Pembuatan peta dasar pendaftaran

2. Penetapan batas bidang-bidang tanah

3. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta

pendaftaran tanah

4. Pembuatan daftar tanah

5. Pembuatan surat ukur

Proses berikutnya dilanjutkan dengan pembuktian hak dan pembukuannya

yakni sesuai yang tercantum dalam Pasal 23, Pasal 24 dan seterusnya. Setelah itu

diterbitkan sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis.

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi adalah

pendapat, pangkalan pendapat. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa

sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan

operationaldefinition.Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang

digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus.22

(20)

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus

didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil

penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sebagai berikut:

a. Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik

dan kewenangan lainnya mengenai sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini.23

b. Hak Notaris adalah menerima upah atau imbalan atas jasa layanan yang

diberikan kepada masyarakat tanpa terkecuali.

c. Tanggungjawab Notaris adalah membuat akta otentik, mengesahkan

surat-surat penting dalam bentuk legalisasi dan waarmeeking, mengeluarkan surat-surat

keterangan dalam bentuk covernote.

d. Covernote Notaris adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh seorang

notaris sebagai pejabat umum yang berisi penjelasan dan dilengkapi

tandatangan, cap, dan segelnya guna sebagai penjamin dan alat bukti yang

kuat.

e. Akta Notaris adalah akta otetntikyang dibuat oleh atau dihadapan notaris

menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan undang-undang24

f. Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah

secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

(21)

yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan

satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi

bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah

susun serta hak-hak tertentu yang membenaninya.

g. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah

wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang

masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.25

h. Hak Milik adalah Hak turun temurun, terkuat dan terpengaruh yang dapat

dimiliki orang atas tanah.26

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian dengan metode pendekatan yuridis

normatif yaitu penelitian yang mengacu kepada teori-teori, norma-norma, asas-asas

yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai landasan

normatif. Kemudian penulis deskripsikan dengan fakta-fakta terkait untuk

menemukan kebenaran baru.

Sifat Penelitian merupakan Deskriptif analitis,dengan yang berorientasi pada

pemecahan masalah karena penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung. Sifat

Deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan fakta yang berkembang

didalam masyarakat tentang Hak Tanggung Jawab Notaris Terhadap Surat

Keterangan (Covernote) atas pengurusan setipikat perumahan.

25Pasal 1 angka 20 PP Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, lihat juga Pasal 9 ayat 2 huruf c UUPA

(22)

2. Sumber Data

Data penelitian penulis peroleh dengan cara :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang berupa

dokumen-dokumen perundang-undangan yang masih berlaku berkaitan dengan Hak dan

Tanggung Jawab Notaris dalam Pengurusan Sertipikat.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari

penjelasan-penjelasan, dokumen pendukung terhadap bahan hukum primer.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara studi kepustakaan

(library research) yang di dukung penelitian praktik di lapangan dan dilengkapi

dengan menghimpun data pendukung dari bahan-bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder.

4. Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka penulis melakukan analisa data

dan mengevaluasi data tersebut secara kualitatif yaitu mengadakan pengamatan

terhadap data-data yang diperoleh dan menghubungkannya dengan

ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang penulis

teliti. Sehingga penulis dapat memperoleh gambaran dan kejelasan atas suatu

kebenaran untuk menjawab permasalahan dan dapat diambil kesimpulan mengenai

Tanggung Jawab Notaris Terhadap Covernote (Surat Keterangan) Atas Pengurusan

Sertipikat Perumahan baik ditinjau dari segi kasus faktual yang terjadi maupun

ditinjau dari Undang-Undang Nomor no.2 tahun 2014 jo 30 Tahun 2004 tentang

Referensi

Dokumen terkait

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa meliba&an pihak Universitas Sebelas Maret, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta

8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta gak-hak yang sifatntya sementara sebagai

Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan hak kepada pemegang saham perseroan yang mewakili sekurangnya sepuluh persen dari jumlah dari seluruh saham dengan hak suara yang

Bentuk perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran yang diatur dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu berupa pemberian hak kepada korban malpraktek

Kelalaian atas tindakan yang dilakukan oleh Notaris tentu saja merugikan pihak kreditur, yang sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia selanjutnya disebut

Disisi lain seorang Arbiter juga diberikan hak imunitas yang limitatif, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Arbitrase dan APS yang berbunyi sebagai berikut “Arbiter

Sanksi yang diberikan kepada Notaris akibat pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan Undang-Undang dapat dikategorikan sebagai sanksi Perdata dan sanksi Administratif.52

karena adanya keterangan palsu yang disampaikan oleh salah satu pendiri dan perjanjian tersebut telah dituangkan ke dalam akta Notaris, maka pihak yang dapat merasa dirugikan dapat