• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KINERJA DAN TARIF MODA ANGKUTAN PENYEBERANGAN SUNGAI (Studi Kasus : Tanjung Sarang Elang Labuhan Bilik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KINERJA DAN TARIF MODA ANGKUTAN PENYEBERANGAN SUNGAI (Studi Kasus : Tanjung Sarang Elang Labuhan Bilik)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KINERJA DAN TARIF MODA ANGKUTAN PENYEBERANGAN SUNGAI (Studi Kasus : Tanjung Sarang Elang – Labuhan Bilik)

Riveldi Alhafizh1, Ir. Jeluddin Daud, M.Eng2

1

Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email : veldieafiezh@yahoo.co.id

2

Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

ABSTRAK

Angkutan penyeberangan yang berupa kapal kayu, masih dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan masyarakat Labuhan bilik yang beraktifitas ke daerah Kecamatan Panai Hulu.Berdasarkan hasil pengamatan sementara, angkutan penyeberangan kapal kayu ini belum beroperasi secara optimal karena beberapa masalah, seperti tingkat pelayanan yang belum optimal dan ketetapan tarif yang belum sesuai, sehingga merugikan pihak penumpang. Hal ini menjadi alasan untuk dilakukannya penelitian agar terciptanya sistem transportasi sungai yang baik. Hasil analisa kinerja menunjukkan untuk headway rata-rata 9,79 menit, load factor rata-rata 33,24%, frekuensi perjalanan rata-rata 6,72 kend/jam, sedangkan untuk tingkat operasional rata-rata 4,84 menit. Tingkat keselamatan belum memenuhi aturan yang ada sehingga membahayakan penumpang maupun operator. Hasil analisis tarif, biaya operasional sebesar Rp. 141.692.422 /tahun, tarif jarak penumpang orang Rp. 3813,48 ≈ Rp. 4000, dan tarif jarak roda dua sebesar Rp. 12.523,21 ≈ Rp.12.500. Berdasarkan hasil analisa dapat dikatakan pada sebagian indikator kinerja baik, dan untuk tarif yang beralaku masih lebih besar dibanding dengan hasil analisis, yang berarti merugikan pihak penumpang.

Kata kunci : Kinerja, Angkutan Penyeberangan, Tarif ABSTRACT

Ferry transport in the form of wooden ships, still needed for Labhuan Bilik people in Panai Hulu. Based of observations, ferry transport timber ship is not operating optimally due to some problems, such as levels of service are not optimal and fare decision is not appropriate, so that to harm of the passengers. This is the reason for doing research in order to create a good river transportation system. Analyzed results showed an average of headway 9.79 minutes, an average of load factor 33.24 %, the average trip frequency 6.72 veh / hour, while the average level of operating is 4.84 minutes. Not meet the safety level of existing rules that endanger passengers and operators. Results of analyzed rates, operational costs Rp. 141 692 422 / year, rates the distance passengers Rp. 3813.48 ≈ Rp. 4000, and two wheelbase Rp.12523.21 ≈ Rp.12.500. Based on the analyzed results can be said an good performance, and that rate is still greater than analyzed result, that means losses for the passengers.

(2)

PENDAHULUAN

Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang dengan ruang kegiatan lainnya, sebagai suatu kegiatan memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ketempat lainnya. Lebih lanjut didefinisikan bahwa transportasi adalah suatu perpindahan barang atau penumpang dari satu lokasi kelokasi lainnya, yang membuat barang atau penumpang tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi dilokasi yang baru.

Penataan sistem transportasi yang terpadu baik di wilayah perkotaan, pedesaan, maupun antar kota dan kota, kota dan desa, serta desa dengan desa yang selaras dengan pendekatan wilayah tersebut sangat menentukan sekali bagi tercapainya pembangunan nasional. Segala kegiatan pemerintahan, perdagangan , perindustrian, pendidikan dan sebagainya yang berkembang sedemikian besarnya menuntut tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang menjadi tulang punggung pertumbuhan atau perkembangan wilayah daerah.

Transpotasi air juga merupakan alternatif yang sangat baik dan efektif untuk daerah-daerah yang banyak dialiri air, seperti sungai, danau maupun laut. Dalam hal ini juga perlu dilakukan penataan sistem transportasi air yang terpadu, mengingat ada beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara yang masih sangat bergantung pada transportasi air ini sebagai mobilitas dalm menjalankan kegiatan sosial dan lain-lain.

Di Kabupaten Labuhan Batu terdapat 2 kecamatan yang dipisahkan oleh perairan, kedua kecamatan ini masih mengandalkan transportasi air untuk melancarkan kegiatan mereka sehari-hari. Labuhan Bilik yang berada di Kecamatan Panai Hulu dan Sei berombang yang berada di Kecamatan Panai Hilir, kedua kecamatan ini merupakan bagian dari Kabupaten Labuhan Batu yang jaraknya cukup jauh dari ibu kota kabupaten. Namun kecamatan Panai Hilir sedikit lebih beruntung dikarenakan telah adanya akses jembatan yang menghubungkannya dengan kecamatan lain, sementara itu Kecamatan Panai Hulu yang ber ibu kota Labuhan Bilik masih mengandalkan angkutan penyeberangan sungai untuk dapat menuju kecamatan tersebut. Hal ini dikarenakan Kecamatan Panai Hulu ini dipisahkan oleh muara sungai barumun dan sungai bilah, belum tersedianya akses jembatan yang menghubungkan dengan kecamatan ini mengaharuskan menggunakan angkutan penyeberangan dari Tanjung Sarang Elang yang berada di Kecamatan Panai Tengah. Adapun angkutan penyeberangan yang digunakan merupakan kapal motor kayu berjenis long boat yang berkapasitas 20 orang penumpang.

Angkutan penyeberangan yang berupa kapal kayu ini masih dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan masyarakat Labuhan Bilik yang beraktifitas kedaerah Kecamatan Panai Hulu begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil pengamatan sementara, angkutan penyeberangan kapal kayu ini belum beroperasi secara optimal karena beberapa masalah, seperti tingkat pelayanan yang belum optimal dan ketetapan tarif yang belum sesuai.

Tingkat pelayanan yang belum optimal tersebut meliputi, factor muat, frekuensi pelayanan, waktu tunggu dan headway, waktu tempuh serta kecepatan perjalanan. Sedangkan untuk tarif, permasalahan yang muncul adalah besaran tarif yang diberlakukan masih belum sesuai dengan kemampuan dan standar yang berlaku. Hal ini merupakan permasalahan yang cukup penting untuk dibahas, agar terciptanya angkutan penyeberangan yang aman dan tidak merugikan pihak operator maupun penumpang

(3)

TINJAUAN PUSTAKA Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan transportasi air terutama ditopang oleh biaya perjalanan per satuanberat yang sangat murah. Namun hal ini berimplikasi kepada rendahnya kecepatan operasi dan pelayanan did lam pelabuhan, dimana proses di dalam pelabuhan (untuk barang) bisa mencapai hitungan harian bahkan miingguan tergantung kapasitas dan kapabilitas fasilitas pelayanan yang tersedia di pelabuhan.

Persyaratan Minimal Untuk Penumpang

Persyaratan minimal untuk penumpang terdiri dari : 1. Persyaratan pelyananan kenyamanan penumpang.

2. Persyaratan konstruksi kapal untuk keselamatan penumpang Persyaratan Minimal Untuk Kecepatan Kapal

Persyaratan untuk kecepatan kapal terdiri dari 2 kategori, yaitu :

1. Kapal berkecepatan sedang, harus mampu melayani taryek/lintas dengan kecepatan maksimal sampai dengan 18 knot/jam.

2. Kapal berkecepatan cepat, jarus mampu melayani trayek/lintas dengan kecepatan diatas 18 knot/jam.

Persyaratan Minimal Pemuatan Kendaraan

Kapal penyeberangan yang mengangkut kendaraan, harus memenuhi perlengkapan dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Pintu rampa

2. Ruang untuk kendaraan, dengan jarak samping kiri dan kanan harus 60 cm dan jarak muka belakang adalah 30 cm.

Kinerja Pelayanan Kapal

Kinerja pelayanan kapal merupakan hal yang harus diperhatikan, karena banyak hal yang sangat mempengaruhi kepuasan dan keselamatan penumpang kapal tersebut.

Load Factor atau Faktor Muat

Faktor muat atau load factor didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah penumpang dengan kapasitas tempat duduk pada suatu satuan waktu tertentu.

Lf = ( Pgz / Td ) x 100% Dimana:

Lf = Load Factor (%)

Pgz = Jumlah penumpang yang diangkut pada suatu zona Td = Kapasitas tempat duduk

Frekuensi Perjalanan

Frekuensi pelayanan adalah jumlah perjalanan kapal dalam satuan waktu tertentu yang dapat diidentifikasikan sebagai frekuensi tinggi atau rendah. Frekuensi berbanding terbalik dengan waktu antara (headway). Semakin besar frekuensi pelayanan, maka headway semakin kecil, sehingga waktu tunggu yang diperlukan oleh pengguna jasa angkutan speedboat semakin pendek (Nusa Sebayang, 2007).

(4)

Menurut (Rudi Yuniarto Adi, 2008) Frekuensi yaitu jumlah keberangkatan kendaraan angkutan yang melewati pada satu titik tertentu (bus stop) dalam satuan waktu, sistem frekuensi dalam (kend/jam)

Waktu tunggu dan Headway

Waktu tunggu adalah lamanya waktu diperlukan oleh calon penumpang untuk menunggu kendaraan yang akan mengangkutnya. Waktu tunggu merupakan fungsi dari headway pelayanan angkutan umum dan headway pelayanan angkutan umum memiliki hubungan terbalik dengan frekuensi pelayanan dalam satuan waktu tertentu.

Secara matematis waktu tunggu dapat dirumuskan sebagai berikut WT = 0.5 x Hw

Dimana : WT = Waktu tunggu Hw = Headway

Headway adalah rentang waktu antara keberangkatan satu kapal dengan kapal lain yang berurutan dibelakangnya pada rute yang sama. Headway dapat diperoleh dengan formula:

Hw = 60/fr Dimana : Hw = Headway

Fr = Frekuensi

Waktu tempuh dan kecepatan perjalanan

Waktu tempuh menunjukkan lamanya waktu yang dipergunakan untuk menempuh satu kali perjalanan (satu rit) termasuk waktu yang digunakan untuk singgah, sedangkan untuk kecepatan perjalanan diperoleh dengan membagi panjang rute dan waktu tempuh Tarif Angkutan Penyeberangan

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No 58 tahun 2003, tarif angkutan penyeberangan ditetapkan untuk penumpang, kendaraan penumpang beserta penumpangnya dan kendaraan barang beserta muatannya. Dalam hal ini tarif jarak adalah jenis yang digunakan untuk penumpang, kendaraan penumpang dan kendaraan barang beserta isinya.

Tarif jarak dihitung berdasarkan jarak lintasan yang dilalui, mulai dari pelabuhan pemberangkatan sampai dengan pelabuhan tujuan dikalikan dengan tarif dasar. Sementara untuk mencari tarif dasar, digunakan rumus :

Tarif dasar = Total biaya opersaional (tahun) / SUP (tahun) Biaya Operasional Kendaraan

Salah satu kebijakan penentuan tarif adalah penentuan tarif berdasarkan biaya operasional. Penetapan tarif ini dilakukan dengan menghitung biaya operasi satuan yang dinyatakan per ton-kilometer untuk angkutan barang dan per penumpang-kilometer untuk angkutan penumpang. Untuk memudahkan perhitungan biaya operasi satuan ini, dibuat pengelompokkan biaya yang sesuai dengan sifatnya, yaitu biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost ), biaya umum (common cost), dan biaya khusus (special cost). Termasuk dalam kelompok biaya tetap, antara lain adalah biaya penyusutan kendaraan, bangunan dermaga, dan biaya tetap lainnya. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan bakar,

(5)

tenaga kerja, asuransi, peralatan, dan biaya lain-lain yang erat hubungnnya dengan kegiatan operasi. Sedang biaya umum terdiri dari biaya yang tidak dapat dialokasikan ke tiap jasa angkutan yang terjadi karena adanya penggunaan fasilitas yang sama. Biaya khusus terjadi karena diberikan pelayanan khusus atas barang-barang dalam pengiriman.

Biaya operasi kendaraan adalah biaya yang secara ekonomis terjadi karena dioperasikannya suatu kendaraan/armada pada kondisi normal untuk suatu tujuan tertentu (Sri Widari, 2010). Sesuai Standart Direktorat Perhubungan Darat RI, biaya operasi kendaraan (angkutan) dapat dibagi menjadi dua, Biaya langsung dan biaya tidak langsung. METODOLOGI PENELITIAN

LokasiPenelitian

Studi ini mengambil lokasi di sepanjang jalur transportasi angkutan sungai speedboat dari Dermaga Tanjung sarang Elang menuju Labuhan Bilik Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan Data primer dan Data sekunder : a. Data primer

Pengumpulan data primer menggunakan survey statis, survey dinamis dan wawancara untuk mendapatkan datanya. Survei statis digunakan untuk mendapatkan Headway, Waktu tempuh, Waktu perjalanan dan frekuensi perjalanan. Survei dinamis digunakan untuk mendapatkan Load factor dan waktu singgah dan wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang tariff dan BOK.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi/organisasi atau perorangan, yang meliputi peta lokasi studi, aturan tariff dan jumlah aramada.

Waktu pelaksanaan survey

Pelaksanaan survey untuk mendapatkan data primer dilakukan pada hari senin dan rabu mewakili hari kerja, serta minggu mewakili hari libur. Untuk waktu survey dimulai pada pukul 07.00 – 09.00 wib dan 16.00 – 18.00 wib mewakili jam sibuk, serta pukul 11.00 – 13.00 wib mewakili jam tidak sibuk.

Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan : jam sebagai alat pengukur, alat tulis, formulir survey secukupnya.

Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kapal motor kayu yang beroperasi sebagai angkutan penyeberangan pada dermaga Tanjung Sarang Elang menuju Dermaga Labuhan bilik. Kapal motor kayu ini memuat penumpang dan barang (termasuk kendaraan roda dua). Analisis dan pengolahan data

Analisis data untuk kinerja dan tariff menggunakan metode analisa dengan rumus kinerja yang ada, yang kemudian hasil pengolahan data disesuaikan dengan rekomendasi dan standar yang digunakan oleh pemerintah maupun organisasi lainnya.

(6)

ANALISIS DAN HASIL Waktu Antara

Data waktu tiba kendaraan pada titik pengamatan diolah sehingga diperoleh selang waktu kendaraan pada suatu trayek. Hasil yang diperoleh berupa waktu antara (headway) kapal pada saat jam sibuk dan jam tidak sibuk dapat dilihat pada Tabel IV.2 dan IV.3 dibawah ini.

Tabel IV.2 Headway pada jam sibuk (peak)

NO RUTE KAPAL Jam Sibuk

(peak)

Headway ( menit ) Headway

Rata-rata Senin Rabu minggu

1 Tj. Sarang Elang-Labuhan Bilik 07.00 - 09.00 9.67 9.69 10.27 9.88 16.00 - 18.00 9.62 9.50 8.27 9.13

Sumber : analisa data

Tabel IV.3 Headway pada jam tidak sibuk (off peak) NO RUTE KAPAL

Jam tidak sibuk (off

peak)

Headway (menit) Headway

Rata-rata Senin Rabu Minggu

1 Tj. Sarang Elang - Labuhan Bilik

11.00 -

13.00 10.91 9.83 10.33 10.36

Faktor Muat atau Load Factor

Faktor muat atau load factor didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah penumpang dengan kapasitas tempat duduk pada suatu satuan waktu tertentu. Hasil perhitungan untuk load factor dapat dilihat pada tabel IV.4 dan tabel IV.5 dibawah ini.

Tabel IV.5 Load Factor Pada Jam tidak Sibuk (Off peak)

N

O RUTE KAPAL

Jam tidak sibuk (off

peak)

Load Factor (%) Load Factor Rata-rata (%) Seni n Rabu Mingg u 1 Tj. Sarang Elang - Labuhan Bilik 11.00 - 13.00 28.3 3 26.1 5 26.54 27.01

Sumber : analisa data

NO RUTE KAPAL

Jam Sibuk (peak)

Load Factor (%) Load

Factor rata-rata

(%) Senin Rabu Minggu

1 Tj. Sarang Elang-Labuhan Bilik 07.00 - 09.00 41.15 37.50 27.08 35.24 16.00 - 18.00 37.14 28.08 47.19 37.47

(7)

Frekuensi Perjalanan

Frekuensi perjalanan angkutan penyeberangan Tj. Sarang Elang – Labuhan Bilik dapat dilihat pada tabel IV.6 dan IV.7

Tabel IV.6 Frekuensi Perjalanan Pada Jam Sibuk

NO RUTE KAPAL Jam Sibuk (peak) Frekuensi Perjalanan (Kend/Jam) Frekuensi Rata-rata (Kend/Jam) Senin Rabu minggu

1 Tj. Sarang Elang-Labuhan Bilik 07.00 - 09.00 6 7 6 6.33 16.00 - 18.00 8 6.5 8 7.50

Tabel IV.7 Frekuensi Perjalanan Pada jam Tidak Sibuk

NO RUTE KAPAL Jam tidak sibuk (off peak) Frekuensi Perjalanan (kend/Jam) Frekuensi Rata-rata (kend/jam) Senin Rabu Minggu

1 Tj. Sarang Elang - Labuhan Bilik 11.00 - 13.00 6 6.5 6.5 6.33

Sumber : analisa data

Tingkat Operasional (waktu tunggu)

Tingkat operasional angkutan penumpang umum ditinjau dari waktu menunggu rata-rata angkutan umum oleh penumpang.Ketersediaan angkutan umum yang beroperasi merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan operasional angkutan umum.Waktu menunggu rata-rata merupakan fungsi dari headway berdasarkan jarak atau waktu dimana waktu menunggu rata-rata maksimum adalah sebesar setengahheadway. Data tingkat operasional dapat dilihat pada IV.8 dan IV.9 dibawah ini

Tabel IV.8 Tingkat Operasional Pada jam sibuk (peak)

NO RUTE

KAPAL

Jam Sibuk (peak)

Tingkat Operasional (menit) Tingkat Operasional

rata-rata Senin Rabu minggu

1 Tj. Sarang Elang-Labuhan Bilik 07.00 - 09.00 4.83 4.84 5.13 4.93 16.00 - 18.00 4.81 4.75 4.13 4.56

(8)

Tabel IV.9 Tingkat Operasional Pada Jam Tidak Sibuk (off peak) NO RUTE KAPAL Jam tidak sibuk (off peak)

Tingkat Operasional (menit)

Tingkat Operasional

Rata-rata Senin Rabu Minggu

1 Tj. Sarang Elang - Labuhan Bilik 11.00 - 13.00 5.45 4.91 4.75 5.04

Sumber : analisa data

Waktu Tempuh

Waktu tempuh merupakan waktu yang dibutuhkan satu armada untuk mencapai titik tujuan, dalam penelitian ini armada penyeberangan membutuhkan waktu rata-rata sekitar 7 menit untuk mencapai tujuan dengan jarak 1,8 Km dan kecepatan 15,424 Km/jam

Biaya Operasional Kendaraan

Sedangkan untuk nilai Satuan Unit Produksi dapt dihitung dengan mengetahui terlebih dahulu jumlah penumpang orang dan roda dua yang diangkut armada penyeberangan pada lokasi penelitian, tabel IV.13 dibawah ini merupakan jumlah penumpang orang dan roda dua rata-rata yang dapat diangkut armada pada masa survey.

Tabel IV.13 Jumlah Penumpang dan Roda Dua

No JENIS MUATAN HARI Jumlah

Rata-Rata Senin Rabu Minggu

1

Penumpang

Orang 279 246 281 806 268.67

2 Roda Dua 24 17 23 64 21.33

Sumber : analisa data

N0 KLASIFIKASI BIAYA JUMLAH

A BIAYA OPERASI LANGSUNG 1 Biaya Tetap

1 Biaya penyusutan Rp. 5.250.000

2 Biaya bunga Modal Rp. 4.290.000

3 Biaya asuransi Rp. 1.125.000

2 Biaya tidak tetap

1 Biaya bahan bakar minyak Rp. 79.794.000 2 Biaya Minyak Pelumas Rp. 7.891.422 3 Biaya Repair Maintenance and Supply Rp. 12.660.000 4 Biaya Gaji Operator Rp. 30.000.000 B BIAYA OPERAI TIDAK LANGSUNG

1 Biaya Administrasi Rp. 682.000

(9)

Berdasarkan tabel jumlah penumpang diatas nilai Satuan Unit Produksi dapat dihitung, nilai Satuan Unit Produksi dapat dilihat pada tabel IV.14 dibawah ini :

Tabel IV.14 Tabel Nilai Satuan Unit Produksi

No JENIS MUATAN Rata-rata/Tahun NILAI SUP JUMLAH 1 Penumpang Orang 91616.47 0.73 66880.023 2 Roda dua 7273.53 2.8 20365.884

Sumber : analisa data

Jadi berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh dari hasil analisa, tarif dasar angkutan penyeberangan dapat dihitung,

Tarif dasar penumpang orang = 141,692,422 / 66880.023 = Rp. 2118,60

Tarif dasar Roda dua = 141,692,422 / 20365.884 = Rp. 6957,34

Untuk tarif jarak berlaku dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar dengan jarak lintasan yang dilalui dari dermaga pemberangkatan sampai dermaga tujuan, jadi tarif jarak yang berlaku pada lokasi penelitian adalah :

Tarif Penumpang Orang = (Rp. 2118,60 x 1.8 Km) = Rp. 3813,48 ≈ Rp. 4000 Tarif Roda dua = (Rp. 6957,34 x 1.8 Km)

= Rp. 12.523,21 ≈ Rp.12.500

Hasil perhitungan di atas merupakan tarif jarak yang seharusnya berlaku pada angkutan penyeberangan yang dikelola oleh Koperasi Kasika Pitih yang beroperasi melayani penyeberangan dari dermaga Tanjung Sarang Elang menuju Labuhan Bilik dengan jarak 1.8 Km. Masih terdapat selisih tarif hasil perhitungan dengan tarif yang berlaku pada saat ini sebesar Rp. 1000 untuk tarif penumpang orang dan Rp. 2500 rupiah untuk roda dua.

KESIPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil survey dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang menyangkut kinerja dan tarif moda angkutan sungai di dermaga Tanjung Sarang Elang – Labuhan Bilik antara lain sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan, terdapat 34 unit angkutan penyeberangan yang beroperasi dilokasi studi, hasil survey yang didaptkan nilai headway terendah adalah 9,13 menit dan paling tinggi 10,88 menit. Ini menunjukkan bahwa headway masih tergolong kategori sedang.

2. Untuk nilai Load factor, angkutan penyeberangan ini masih sangat buruk, karena masih jauh dari standar yang ditetapkan pemerintah pada PP No.41 tahun 2003 yaitu 70%, nilai load factor tertinggi hasil survey hanya 37,47%.

3. Frekuensi perjalanan angkutan penyeberangan di lokasi penelitian diambil berdasarkan 2 jam sibuk dan 1 jam tidak sibuk, hasil survey didapatkan frekuensi

(10)

6,33 kend/jam pada jam sibuk pagi, 7,50 kend/jam sore hari dan 6,33 kend/jam pada jam tidak sibuk. Hasil ini masih dalam kategori baik.

4. Tingkat operasional atau yang biasa disebut waktu tunggu, berdasarkan hasil penelitian tingkat operasional angkutan penyeberangan bisa dikategorikan baik, dengan nilai terendah 4,56 menit dan tertinggi 5,04 menit.

5. Hasil survey di lokasi studi, kecepatan angkutan penyeberangan di lokasi ini sebesar 8,328 knot atau 15,424 Km/jam, ini membuktikan kecepatan ini masih dalam kategori baik.

6. Tingkat keselamatan kapal angkutan penyeberangan di lokasi studi belum memenuhi aturan yang ada, sehingga membahayakan bagi penumpang maupun operator.

7. Biaya operasional moda angkutan penyeberangan sungai jurusan Tanjung Sarang Elang – Labuhan Bilik berdasarkan hasil penelitian sebesar RP. 141,692,422/Tahun

Saran

1. Perlu adanya intervensi dari Pemerintah Daerah (PEMDA) melalui Dinas Perhubungan (DISHUB) Bagian Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) dalam manajemen perangkutan sungai di wilayah studi tersebut.

2. Harus terus dilakukan evaluasi dan koordinasi oleh instansi terkait agar kinerja angkutan penyeberangan sungai bisa lebih baik.

3. Bagi pemerintah daerah, perlu kiranya dilakukan peninjauan ulang terhadap tarif yang berlaku, agar penumpang tidak dirugikan oleh pihak operator.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Yuniarto, Rudi, (2008), Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Bus Sedang Jurusan Bukit Kencana – Mangkang, Simposium FSTP XI, Universitas Diponegoro, Semarang: 1-18.

Dirjen Perhubungan Darat Nomor 005 Tahun 1994, Tentang Petunjuk Teknis Persyaratan Pelayanan Minimal Kapal Sungai,Danau dan Penyeberangan, Jakarta.

Dirjen Perhubungan Darat Nomor 687 Tahun 2002, Tentang Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Angkutan Umun Di Wilayah Perkotaan Dengan Trayek Tetap dan Teratur, Jakarta.

Hendarto, Sri (2001), Dasar-dasar Transportasi, Diktat Kuliah, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2001, Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan, Jakarta

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 58 Tahun 2003, Tentang Mekanisme Penentapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Angkutan Penyeberangan, Jakarta.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004, Tentang penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau, Jakarta

Mandaku, Hanok, (2012), Studi Pengembangan Sistem transportasi penyeberangan Pulau Seram – Ambon, Jurnal ARIKA, Universitas Pattimura, Ambon, Vol.06 (1): 10-17. Morlok, Edward, (1995), Pengantar Teknik Perencanaan Transportasi. Terjemahan

oleh Hainim, Erlangga, Jakarta.

Panjaitan, Daniel, (2010), Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan penyeberangan di Danau toba, Tugas Akhir, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(11)

Subaganata, Bagus, (2012),Analisis Tarif angkutan kapal layar motor di pelabuhan laut kuala pembuang kabupaten seruyan (Studi kasus kapal 34 GT ), Jurnal Penelitian Dosen Fakultas Teknik Universitas Guna Darma Ali, Kuala Pembuang, Kab. Seruyan,Vol. 1: 21-34.

Sitepu, Ganding, (2009), Analisis Biaya Operasional Kapal Penyeberangan di Wilayah Pulau Tertinggal, Jurnal Penelitian Enjiniring, Makasar, Vol. 12 (2): 119-128.

Sebayang, Nusa, (2007), Studi Evaluasi Kinerja Pelayanan dan Tarif Moda Angkutan Sungai

SpeedBoat Studi Kasus Jalur angkutan sungai kecamatan kurun ke kota palangkaraya, kalimantan tengah, Jurnal SPECTRA, Institut Teknologi Nasional, Malang, Vol. 10 (5):

77-90.

Sormin, Tonggo, (2011), Analisis kinerja Angkutan Perkotaan (Studi kasus Kec. Sunggal Kab Deli Serdang), Tugas Akhir, Universitas Sumatera Utara, Medan

Warpani, Suwardjoko, (1990), Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB, Bandung

Widari, Sri, (2010), Analisis Tarif Angkutan pedesaan Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) (Studi kasus Kabupaten Gayo Lues Namgro aceh Darusalam), Tugas Akhir, Universitas Sumatera Utara, Medan

Gambar

Tabel IV.3 Headway pada jam tidak sibuk (off peak)  NO  RUTE KAPAL
Tabel IV.7 Frekuensi Perjalanan Pada jam Tidak Sibuk
Tabel IV.13 Jumlah Penumpang dan Roda Dua

Referensi

Dokumen terkait

Karena itulah pada anggaran dasar dinyatakan bahwa Apssi sebagai organisasi didirikan pada tanggal 30 Juni 2010 di Jakarta, Selanjutnya Kongres perdana baru

Sebagai penyakit kronis, dimana membutuhkan pengobatan yang rutin selama enam bulan membuat penderita menjadi bosan sehingga timbul ketidakpatuhan dalam proses pengobatan.Alasan

Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan Bupati/Walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh Bauran Pemasaran yaitu Produk, Harga, Tempat, dan Promosi terhadap volume penjualan sepeda motor pada PT.. Sarana Niaga

1) Fungsi Keagamaan, keluarga perlu memberikan dorongan kepada seluruh anggotanya agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur

Halaman dari website yang dibuat ini merupakan sistem yang digunakan untuk pengendalian portal otomatis dan pemantauan pengguna kartu RFID yang masuk dan keluar

Sementara itu, Kabid Reksos pada Dinas Sosial dan Tenaga kerja Kota Lhokseumawe Nur Dahlina mengatakan bahwa pengemis yang telah didata tersebut akan diserahkan ke Dinas

Bank Garansi adalah merupakan jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak, baik perorangan, perusahaan atau badan / lembaga lainnya dalam bentuk