• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) “selingkuh” diartikan sebagai kebiasaan suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang, tidak jujur, curang, serong. Perselingkuhan merupakan salah satu perbuatan curang yang dilakukan dimana seseorang merusak kepercayaan dari pasangan hidupnya yang berdampak pada kekecewaan oleh pasangan yang telah merasa dikhianati. Perselingkuhan merupakan suatu kedekatan antara laki-laki dan perempuan secara emosional dimana didalamnya tidak terikat oleh pernikahan yang akan menimbulkan masalah ataupun konflik dalam pernikahan masing-masing pihak yang terlibat didalamnya.

Debbie Then (1998) memaparkan beberapa penelitian menunjukan bahwa dibanyak tempat di Amerika kurang lebih 25 - 90% lelaki telah mengkhianati isteri mereka. Penelitian yang sama juga menyatakan bahwa 30 - 60% perempuan pernah atau tengah melakukan hubungan gelap di luar nikah. Perbedaan presentase yang besar di atas terjadi karena jika bicara tentang perilaku seksual, kaum laki-laki cenderung melebih-lebihkan aktivitas mereka sementara para perempuan cenderung merendahkannya. Berapapun angka presentase yang benar, yang jelas jumlah hubungan gelap yang melibatkan mereka yang telah menikah ternyata besar. Menurut Great Australian Sex and Relationship Survey yang dilakukan oleh News Ltd (1996) ternyata 30 % perserta survei pernah terlibat dalam hubungan gelap jangka pendek, 25 % pernah mempunyai keterlibatan emosional jangka panjang dengan orang ketiga, 10 % peserta survei terlibat dalam hubungan gelap dan yang paling menarik 30 % peserta mengakui bahwa mereka pernah “naksir” seseorang dan berencana untuk berselingkuh.

(2)

Ada beberapa sifat buruk seorang isteri ataupun suami menurut Sarumpet (1973:56) sehingga pasangan melakukan perselingkuhan, walaupun ini hanya alasan yang dicari-cari.

Sifat buruk seorang isteri, menurut pandangan dari suami selingkuh adalah :

1. Sifat Malas, salah satu contohnya adalah keadaan rumah yang tidak bersih dan tidak teratur, makanan tidak menarik dan anak yang tidak terurus.

2. Pemarah. Seorang isteri pemarah akan mengalami kesukaran bukan dia saja yang ditimpa kerugian karena marahnya itu melainkan anak-anak dan suaminya bahkan orang-orang lain yang bergaul dengan dia.

3. Kebiasaan boros. Membelanjakan uang tanpa memperhitungkan keseimbangan dan mengeluarkan uang dengan membeli pakaian lux tanpa memperhitungkan kebutuhan seluruh keluarga sepanjang bulan adalah pemborosan.

4. Tidak melaksanakan tanggung jawab. Isteri yang mengerti tugasnya, akan mengatur keseimbangan makanan keluarga serta berusaha mencocokan masakannya dengan selera anak-anak dan suami.

5. Tidak mendidik anak. Mendidik anak adalah tugas yang paling mulia yang pernah diamanatkan Tuhan kepada ibu bapak. Pengaruh ibu terhadap anak-anak adalah yang terkuat di dunia ini itu karena akan terus hidup di hati anak.

Sedangkan sifat buruk seorang suami menurut pandangan isteri selingkuh adalah : 1. Mementingkan diri sendiri, suami seharusnya memikirkan lebih dahulu makanan

anak-anak dan isteri daripada untuk dirinya sendiri.

2. Terlalu kasar. Banyak isteri yang menderita batin karena suami terlalu kasar dan buas. Suara membentak sangat menyinggung perasaan seorang wanita

3. Malas. Banyak isteri yang menderita karena suami yang malas. Suami yang tidak mau bertanggungjawab membiayai rumah tangga. Suami yang belum mengetahui pikulan seorang suami dalam rumah tangga.

4. Bergaul terlalu bebas. Hal ini dapat merugikan nama baik suami tersebut, mengganggu kerukunan rumah tangga dan mencemarkan nama wanita yang digauli itu.

5. Tidak menghiraukan program rumah tangga. Banyak suami oleh sebab terlalu sibuk dengan tanggung jawab dan pergaulan sosial diluar, sehingga tidak sempat berpartisipasi dalam menjalankan roda rumah tangga.

(3)

Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Ni Luh Putu Suciptawati (2005) dan Sarumpet (1973) memaparkan beberapa penyebab dari perselingkuhan yaitu :

No Faktor Penyebab %

1 Tidak Adanya Ketentraman dalam Rumah Tangga 4-8

2 Faktor Ekonomi 8-16

3 Kurangnya Perhatian dan Kebutuhan Batin 10-20

4 Kurangnya Komunikasi 11-22

5 Faktor yang Lainnya 17-34

Beberapa alasan perselingkuhan di atas menjelaskan 1. Ambisi yang Tinggi dari Pasangan

2. Orang yang melakukan perselingkuhan sering kali memberi alasan bahwa tidak ada kecocokan antara satu dan yang lainnya sehingga menganggap tidak adanya rasa kenyamanan. Padahal pasangan dianggap baik jika bisa memperbaiki sifat dari pasangan hidupnya bukan menjadikan sikapnya untuk memperburuk keadaan yang ada. Faktor Ekonomi

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan dalam rumah tangga dikarenakan adanya rasa ketidakpuasan terhadap apa yang sudah dimiliki dan menginginkan untuk mendapatkan yang lebih. Penghasilan yang berlebih juga bisa membuat salah satu pihak sering menghabiskan waktunya diluar rumah tanpa pasangan resminya. Kurangnya Perhatian kepada Pasangan terhadap Kebutuhan Batin

Perselisihan yang disebabkan ketidakselarasan persetubuhan sering timbul oleh sebab nafsu seks suami tidak sama besarnya dengan nafsu seks isteri. Dalam hal ini baik suami maupun isteri harus mempelajari tinggi rendahnya dorongan seks partnernya. Masing-masing patut mengadakan penyesuaian diri. Masing-masing wajib berusaha untuk memberi kepuasan seksual kepada partnernya.

4. Kurangnya Komunikasi

Beberapa pasangan yang ada sering terlihat berusaha untuk menjauhi keadaan dari suatu masalah. Suami yang berakal budi akan memberikan kesempatan kepada isteri untuk memberikan pendapatnya dan sebaliknya. Memberikan tanggapan dengan nada yang rendah dan berbicara agak lambat

(4)

karena suara yang bernada tinggi merusak suasana ketentraman rumah tangga.Suara dapat menyakiti hati suami atau isteri.

5. Faktor yang lainnya

Faktor yang dimaksudkan pihak ketiga sebagai tempat bertukar pikiran dan mampu memberikan rasa kenyamanan dari permasalahan yang ada. Baik suami maupun isteri harus membatasi diri untuk tidak bergaul terlalu bebas dengan orang lain, apalagi jika perlakuan itu menyakiti hati partner sendiri. Selain pergaulan terlalu bebas menimbulkan kecurigaan dan cemburu, itu dapat menjerumuskan seseorang kepada orang yang melanggar sumpah serapah perkawinan. Banyaklah suami yang akhirnya melakukan pergaulan bebas dikarenakan bergaul terlalu bebas.

Adapun akibat-akibat yang disebabkan oleh perselingkuhan menurut Lindsay (2008) antara lain :

1. Perselingkuhan mempunyai dampak psikologis yang sangat negatif dan sangat menyakitkan yang pernah dirasakan seorang individu dewasa.

2. Mempunyai peringkat kedua setelah kesedihan akibat meninggalnya seorang anak.

3. Dampak psikologis ini akibat hilangnya harga diri, rasa hormat, rasa aman, kenyamanan dan kepercayaan yang telah bertahun-tahun dibangun serta rasa dilecehkan oleh pasangannya yang bersekongkol dengan orang ketiga.

4. Hubungan yang retak tidak mungkin menjadi utuh kembali.

Pandangan lain dari Adriana (2009) (dalam Weiner-Davis, 1992; Glass & Staeheli, 2003; Subotnik & Harris, 2005; Snyder, Baucom, & Gordon, 2008; Hargrave, 2008; & Gordon, 2008;) yang merupakan beberapa dampak perselingkuhan antara lain :

1. Terkejut dan tidak percaya.

Keengganan suami untuk terbuka tentang detil-detil perselingkuhan membuat istri semakin marah dan sulit percaya pada pasangan. Namun keterbukaan suami seringkali juga berakibat buruk karena membuat istri trauma dan mengalami mimpi buruk berlarut-larut.

(5)

Perselingkuhan berarti pula penghianatan terhadap kesetiaan dan hadirnya wanita lain dalam perkawinan sehingga menimbulkan perasaan sakit hati, kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam.

3. Membicarakan masalah perkawinan dengan suami.

Tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perceraian karena istri merasa tidak sanggup lagi bertahan setelah mengetahui bahwa cinta mereka dikhianati dan suami telah berbagi keintiman dengan wanita lain.

4. Memperbaiki kondisi perkawinan.

Mereka mengalami konflik antara tetap bertahan dalam perkawinan karena masih mencintai suami dan anak-anak dengan ingin segera bercerai karena perbuatan suami telah melanggar prinsip utama perkawinan mereka.

Rumah tangga bahagia merupakan dambaan setiap pasngan suami-isteri. Namun pada kenyataannya, jalannya tidak semulus seperti yang didamba. Perbedaan pandangan antara suami-isteri merupakan hal wajar dan tidak ada alasan takut mengahadapinya. Tapi, perselisihan terus-menerus dan cenderung tak berujung, sikap tidak mau saling mengalah, serta lebih mengedepankan emosi, merupakan satu hal yang tidak boleh ditolelir, apapun alasnnya. Disinilah diperlukan hati lapang dan pikiran terbuka. Sehingga segala bentuk kebijakan dan keputusan yang diambil benar-benar objektif dan menguntungkan semua pihak demi mempertahankan rumah tangga.

Masalah rumah tangga bisa bersumber dari mana saja, bisa dari suami, isteri, bahkan dari pihak ketiga. Karena itu, ketika rumah tangga diterpa masalah, bukan hanya suami yang dituntut untuk menyikapi dan mencari jalan keluar, isteripun harus ikut aktif dalam menyelesaikannya. Bahkan tidak jarang isteri dituntut untuk mengambil keputusan yang pasti dan tepat dalam menghadapi persoalan yang menghimpit keluarganya sehingga dia bisa menyelamatkan biduk rumah tangga yang dibangun bersama dan orang terdekatnya (Ghoffar, 2006:2).

Whitehead, seorang Psikolog AS yang meneliti tentang hubungan suami istri, beranggapan bahwa munculnya selingkuh (perselingkuhan) dikarenakan luapan kekecewaan terhadap tidak terpenuhinya harapan. Tingginya harapan akan

(6)

kebahagiaan justru menjatuhkan mereka ke dalam jurang kekecewaan, sehingga ketika harapan tidak tampak maka masing-masing mulai mencari pasangan baru yang dirasa lebih pas.

Selingkuh adalah segala bentuk perilaku yang yang mengarah pada hubungan yang melibatkan orang lain diluar pasangan sahnya dalam perkawinan (suami/istri) dengan memberi atau menerima perlakuan yang seharusnya diberikan pada pasangan yang sah yaitu membentuk perlakuan dengan hubungan seksual antara 2 (dua) orang.

Beberapa pakar juga berpendapat, selingkuh tidak hanya soal hubungan seksual. Ada keterlibatan asmara antara dua pasangan yang bukan pasangan resmi bisa dikatakan sebagai bentuk perselingkuhan, misalnya kissing, pengungkapan perasaan cinta dan komunikasi intensif yang melibatkan perasaan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian, hal ini diperlukan agar batasan masalah menjadi jelas sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian. Melalui pemaparan latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan perumusan masalah yang dijadikan sarana penelitian adalah bagaimana perilaku seksual yang dilakukan oleh pasangan“dating

couples” secara sosiologis, perilaku seksual yang dikaji tidak terbatas pada konsep touching, kissing, dan petting tetapi juga ingin melihat apa yang menjadi latar

belakang pasangan ini melakukan hal tersebut yang dikaji melalui pola-pola pertemuan, komitmen yang terjadi diantara kedua pasangan serta perasaan kasih sayang yang mereka wujudkan dalam kehidupan sehari-harinya.

1.3. Tujuan Penelitian:

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksual “dating couples” di Kota Medan dan latar belakang pasangan yang dikaji melakukan perilaku tersebut

(7)

1.4. Manfaat Penelitian

Gambaran tentang penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan menambah sumber pengetahuan serta dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang berminat mengkaji masalah-masalah yang berhubungan dengan perilaku “dating coupeles” di kafe remang-remang kota Medan dalam rangka menambah wawasan dan perbandingan dengan lokasi penelitian lainnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang sosiologi keluarga dan juga dapat menjadi sumbangan terutama yang berminat dan mempunyai perhatian terhadap pada perilaku “dating coupeles”. Di samping itu juga merupakan prasyarat bagi penyelesaian studi di perguruan tinggi, sesuai dengan disiplin ilmu yang digeluti.

1.5. Definisi Konsep 1.5.1. Perilaku Seksual

Herri Zan Pieter (2010) membagi aspek-aspek perilaku ke dalam beberapa bagian yaitu:

1. Pengamatan, dimana pengamatan adalah pengenalan objek dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau, dan mengecap. Kegiatan-kegiatan ini biasanya disebut dengan modalitas pengamatan.

2. Perhatian, Natoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perhatian adalah kondisi pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek dan merupakan kesadaran seseorang dalam aktivitas.

3. Tanggapan adalah gambaran dari hasil suatu penglihatan, sedangkan pendengaran dan penciuman merupakan aspek yang tinggal dalam ingatan. Tanggapan-tanggapan yang positif mendorong orang mengulangi perilakunya.

(8)

Sementara, tanggapan-tanggapan negatif mendorong orang untuk meninggalkan atau mengubah perilakunya.

4. Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan yang telah ada. Namun tidak selamanya tanggapan baru selalu sama dengan tanggapan-tanggapan sebelumnya.

5. Ingatan (memory). Segala macam kegiatan belajar melibatkan ingatan. Jika seseorang tidak dapat mengingat apa pun mengenai pengalamannya berarti dia tidak dapat belajar apapun. Dengan ingatan orang mampu merefleksikan dirinya. 6. Berpikir. Berpikir adalah aktivitas idealis menggunakan simbol-simbol dalam

memecahkan masalah berupa deretan ide dan bentuk bicara. Berpikir menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam belajar, berbahasa, berpikir, dan memecahkan masalah.

7. Motif. Motif adalah dorongan dalam diri yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motif tidak dapat diamati, namun dapat terlihat melalui bentuk-bentuk perilakunya.

Seksual berasal dari kata “sex” biasanya kita akan teringat dengan alat kelamin, jenis kelamin atau hubungan seks. Seksualitas artinya lebih luas, yaitu bagaimana seseorang laki-laki atau perempuan berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan. Termasuk juga bagaimana mereka berinteraksi dengan satu sama lain dan bagaimana mereka memegang tangan, merangkul, laki-laki membuka pintu buat perempuan dan mendahulukannya. Seksualitas juga bagaimana cara perempuan memandang laki-laki, memegang pundaknya dan menyandarkan kepala padanya, bagaimana mereka berdua saling mengungkapkan perasaan-perasaan, sampai dengan melakukan hubungan seksual. Relasi suami isteri di luar kamar tidur mempengaruhi relasi mereka di dalam kamar. Semua orang mempunyai seksualitas, baik yang sudah menikah maupun yang belum. Dalam hal ini, seksualitas dalam arti kata yang luas, bukan hubungan seks saja, tetapi bagaimana kita sebagai laki-laki atau perempuan berperilaku terhadap orang lain dengan perbedaan jenis kelamin lain (Maramis, 2006:196).

Dorongan seksual mempunyai dua aspek, yaitu aspek daya kemampuan dan aspek arah tujuan. Freud membagi lagi arah tujuan ini menjadi objek seksual dan

(9)

maksud seksual.Pada kedua aspek itu daya-kemampuan dan arah-tujuan, dapat saja terjadi gangguan yang ternyata tidak saling berhubung, yaitu gangguan pada satu aspek bukan karena ada gangguan pada aspek lain, umpanya homoseksualitas (gangguan arah tujuan) bukan karena hiperseksualitas (gangguan daya kemampuan) (Maramis, 2006:196).

Dorongan seksual yang berlebihan umumnya disebut hiperseksualitas terdapat pada pria dan wanita, biasanya pada akhir masa remaja atau pada dewasa muda; kalau karena ada gangguan primer, umpama gangguan afektif atau semensia, maka ini yang harus didiagnosis dan diobati. Pada kedua-duanya, pria dan wanita, mungkin keinginan atau dorongan seksual itu hanya kecil atau sebaliknya besar. Bilamana hal ini sudah patologis, sukar sekali dikatakan.Sebagai patokan dapat dipakai keluhan dari mereka sendiri atau dari partnernya, artinya bila mereka sendiri atau partnernya sudah merasa terganggu karenanya (Maramis, 2006:196).

Reiss (dalam Duvall & Miller 1985), membagi bentuk perilaku seks pranikah itu menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Bersentuhan (touching), antara lain berpegangan tangan, berpelukan.

2. Berciuman (kissing), batasan dari perilaku ini adalah mulai dari hanya sekedar kecupan (light kissing), sampai dengan (french kiss) yaitu adanya aktivitas atau gerakan lidah di mulut (deep kissing).

3. Bercumbu (petting), yaitu merupakan bentuk dari berbagai aktivitas fisik secara seksual, antara pria dan perempuan, yang lebih dari sekedar berciuman atau berpelukan yang mengarah kepada pembangkit gairah seksual, namun belum sampai berhubungan kelamin. Pada umumnya bentuk aktivitas yang terlibat dalam petting ini, melibatkan perilaku mencium, menyentuh atau meraba, menghisap, dan menjilat pada daerah-daerah pasangan; seperti mencium payudara pasangan perempuan, atau mencium alat kelamin pasangan pria.

4. Berhubungan kelamin (sexsual intercourse), yaitu adanya kontak antara penis dan vagina, dan terjadi penetrasi penis ke dalam vagina.

(10)

1.5.2. Dating Couple

Dating Couple berasal dari dua suku kata ”dating” dan “couple”. Dimana

dalam pengartian secara harafiah kata “dating” berasal dari kata “date” yang berarti kencan, sedangkan “couple” memiliki arti pasangan. Dating Couple sendiri memiliki arti sebagai pasangan yang sedang berkencan atau lebih dikenal dengan pacaran.

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktekkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang mememiliki pengetahuan untuk menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara.

Agoes (2004) mengatakan masa pacaran dianggap sebagai masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, yaitu ditandai dengan pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari masing-masing individu. Adanya kedekatan intimasi dimana adanya hubungan akrab, intim, menyatu, saling percaya dan saling menerima yang satu dengan yang lainnya.Selain itu ada juga aspek passion yakni adanya hubungan antarindividu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis, ketertarikan fisik, atau dorongan seksual. Dengan adanya faktor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantis (romantic love).

(11)

Dalam penelitian ini “Dating couples” merupakan pasangan perselingkuhan yang dilakukan oleh individu yang masing-masing atau salah satu individu masih memiliki status pernikahan dengan pasangan hidupnya yang sah. Penelitian ini mengkaji pasangan yang berkencan pada kelompok orang yang sudah menikah, dibatasi pada usia 35-55 dan memiliki pasangan kencan yang tidak disertai oleh pengakuan yang sah dari institusi negara dan agama. Dimana dalam penelitian ini pasangan tersebut masing-masing telah memiliki anak-anak dalam rumah tangganya dan merupakan pasangan yang dalam rumah tangganya masih tinggal bersama, pasangan yang dalam rumah tangganya tinggal berpisah namun tidak memiliki status perceraian yang sah, dan pasangan yang suaminya telah meninggal dunia.

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “ Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Menggunakan Metode Kerja Kelompok Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI Di Sekolah

Diantara ujian yang juga ada pada saat ini yaitu keburukan yang datang melalui media elektronik dan media cetak. Karya tulisan menyesatkan, foto dan gambar wanita dengan

7 Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda PPP 1.200 8 Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung – Palembang - Betung PPP 836,1 9 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bekasi PPP 20

Kecuali pada FN 76 disinter selama 60 menit, nilai induksi remanennya lebih tinggi daripada paduan yang disinter pada waktu yang sama, hal ini dapat dijelaskan di Gambar 4.5b

Jika sebelum adanya sistem pendukung kreatifitas rata-rata ide yang dihasilkan setiap sesi pertemuan R&D adalah 5 ide, maka kini untuk setiap pertemuan R&D

Tahapan karakterisasi variasi konsentrasi enzim dilakukan untuk menentukan pH optimum dan parameter kinetik V maks dan K M, dengan cara sebagai berikut, dilakukan penambahan 2

Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit) memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan

Sebagai perusahaan yang taat akan pajak maka, PT Bina Karnada berkewajiban untuk melakukan perhitungan dan pelaporan pajak penghasilan sesuai ketentuan yang