• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SUSP. CVA EMBOLI DAN HIPERTENSI STAGE II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SUSP. CVA EMBOLI DAN HIPERTENSI STAGE II"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN SUSP. CVA EMBOLI DAN HIPERTENSI STAGE II

OLEH :

NADIA OKTIFFANY PUTRI K3LN / 2011

140070300011183

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2015

(2)

1. DEFINISI

§ Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Suzanne, 2002).

§ Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Price, 2006)

§ Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Mansjoer, 2000)

§ Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Muttaqin, 2008).

2. KLASIFIKASI

Berdasarkan patologi serangannya (Brasherz, 2008: 274)

a. Oklusi aterotrombotik pada arteri ekstra kranial (terutama pada bitur kasio karotis atau intrakranial)

b. Kardioemboli akibat fibrilasi atrial, infark miokard terbaru aneurismaventrikel, gagal jantung kongestif/ penyakit vaskular

c. Lakunar akibat infark cerebral dalam pada arteri lentikulostrista d. Hemodinamik akibat penurunan perfusi cerebral global.

3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO 1. Infark otak (80 %)

 Emboli

a. Emboli kardiogenik

§ Fibrilasi atrium atau aritmia lain § Trombus mural ventrikel kiri § Penyakit katup mitral atau aorta § Endokarditis (infeksi atau non infeksi) b. Emboli paradoksal

c. Emboli arkus aorta

(3)

 Penyakit eksterakranial § Arteri karotis interna § Arteri vertebralis  Penyakit intrakranial

§ Arteri karotis interna § Arteri serebri media § Arteri Basilaris

§ Lakuner (oklusi arteri perforans kecil)  Pendarahan intraserebral (15 %)

- Hipertensi

- Malformasi arteri-vena - Angiopati amiloid 2. Perdarahan Subarakhnoid (5 %)

3. Penyebab lain (yang dapat menimbulkan infark atau perdarahan ) 1. Trombosis sinus dura

2. Diseksi arteri karotis atau arteri vertebralis 3. Vaskulitis sistem saraf pusat

4. Oklusi arteri besar intra kranial yang progresif 5. Migren

6. Kondisi hiperkoagulasi

7. Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)

8. Kelainan Hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukemia) 9. Miksoma atrium

10.

4. Faktor Resiko

o Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga dengan stroke atau penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium,heterozigot atau homozigot untuk homosistinure.

(4)

o Yang dapat dirubah : hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimptomatis, hiperurisemia dan dislipidemi.

4. PATOFISIOLOGI Terlampir

5. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari stroke adalah (Diane, dkk, 2000): 1. Kehilangan motorik

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia

2. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).

3. Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori. 4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan). 5. Disfungsi kandung kemih

Meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena: 1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah 2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan

3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

Hemisfer kiri Hemisfer kanan

Mengalami hemiparese kanan Perilaku lambat dan hati-hati Kelainan lapan pandang kanan Disfagia global

Afasia

Mudah frustasi

Hemiparese sebelah kiri tubuh Penilaian buruk

Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut

(5)

1. Angiografi serebral

Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri. 2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)

Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).

3. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

5. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.

6. Pemeriksaan laboratorium

a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)

c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.

d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur turun kembali.

e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri. 7. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi antitrombisit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.

o Penatalaksanaan pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan (Muttaqin, 2008):

o Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher

o Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA

o Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

(6)

o Penatalaksanaan stroke di unit gawat darurat

Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48-72 jam. Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini. Selain itu tindakan yang dapat dilakukan untuk menyatabilkan keadaan pasien dengan konsep gawat darurat yang lain yaitu dengan konsep ABC, yaitu:

o Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun sebagai akibat strokenya sendiri. Contoh tindakannya adalah pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis, pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan refleks jalan napas, imobilitas, atau hipoventilasi dan Jangan biarkan makanan atau minuman masuk lewat hidung.

o Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran napas. Contoh tindakannya adalah intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke masif, karena henti pernapasan biasanya faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini dan berikan oksigen 2-4 L/menit melalui kanul nasal.

o Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular), yaitu fungsi jantung dan pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama, adanya trombus, atau gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat. Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab stroke, akan tetapi juga bisa merupakan komplikasi dari stroke tersebut. Contoh tindakannya adalah pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang dan jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda gagal jantung kongestif.

Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain setelah keadaan pasien stabil yaitu (Mansjoer, 2000) :

o Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0,45% karena dapat memperhebat edema otak;

(7)

o Tegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik; o CT scan atau MRI bila alat tersedia.

o Penatalaksanaan keperawatan

Penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip. Secara praktis penanganan terhadap iskemia serebri sebagai berikut.

o Penanganan suportif imun

1. Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat. 2. Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.

3. Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia. o Meningkatkan darah cerebral

1. Elevasi tekanan darah 2. Intervensi bedah

3. Ekspansi volume intra vaskuler 4. Anti koagulan

5. Pengontrolan tekanan intrakranial 6. Obat anti edema serebri steroid 7. Proteksi cerebral (barbitura)

o Macam-macam obat yang digunakan antara lain 1. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi) 2. Obat anti koagulasi : heparin

3. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus) 4. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)

8. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi, infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.

2. Berhubungan dengan paralisis, nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh

3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala. 4. Hidrocephalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa

H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:

EGC

Referensi

Dokumen terkait

Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa tanda-tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian

Berdasarkan data yang diperolehdapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengkajian pada klien yang mengalami hipertensi + stroke pada Ny. K, data subjektif pada

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang

Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada

Kerusakan sekunder timbul beberapa waktu setelah trauma menyusul kerusakan primer. Dapat dibagi menjadi penyebab sistemik dari intrakranial. Dari berbagai

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa dimana seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain Rasional : Menstimulus klien agar timbul respon adaptif dan menghindari resiko isolasi sosial lagi Tujuan Khusus : Klien

Hemoragik subaraknoid : perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid ruang sempit antara permukaan otak dan selaput yang menutupi otak 4.1.2 Patofisiologi Faktor pencetus dari