• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPERAN TERHADAP TERJADINYA KEGAGALAN ARTERIOVENOUS FISTULA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS STADIUM AKHIR DI RSUP SANGLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPERAN TERHADAP TERJADINYA KEGAGALAN ARTERIOVENOUS FISTULA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS STADIUM AKHIR DI RSUP SANGLAH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPERAN

TERHADAP TERJADINYA KEGAGALAN

ARTERIOVENOUS FISTULA PADA PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIS STADIUM AKHIR DI RSUP

SANGLAH

NOVIANA MAYA SARI NIM : 1114028206

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPERAN

TERHADAP TERJADINYA KEGAGALAN

ARTERIOVENOUS FISTULA PADA PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIS STADIUM AKHIR DI RSUP

SANGLAH

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

NOVIANA MAYA SARI NIM : 1114028206

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

(4)

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 9 Maret 2017

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor 79.3/UN14.2.2/PD2017 Tanggal 16 Maret 2017

Ketua : dr. I Nyoman Semadi, Sp.B, Sp.B.TKV Anggota :

1. Prof. Dr. dr. I Gede Raka Widiana, Sp.PD-KGH 2. Dr. dr. Ketut Widiana, Sp.B (K) Onk

3. Dr. dr. I Wayan Sudarsa, Sp.B (K) Onk 4. dr. I Wayan Niryana, Sp.BS (K)

(5)

v

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis hanturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “Faktor – Faktor Risiko Yang Berperan Terhadap Terjadinya

Kegagalan Arteriovenous Fistula Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Stadium Akhir di RSUP Sanglah”.

Karya tulis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Umum di Departemen / SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :

dr. I Nyoman Semadi, Sp.B, Sp.B.TKV sebagai pembimbing utama penelitian ini, sekaligus pembimbing metodologi penelitian yang telah dengan penuh kesabaran dan perhatiannya memberikan bimbingan, dorongan semangat, inspirasi, dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

Prof. Dr. dr. I Gede Raka Widiana, Sp.PD-KGH sebagai pembimbing kedua, sekaligus pembimbing statistik penelitian yang telah memberikan bimbingan dan masukan, serta keilmuannya untuk memperlancar penyelesaian karya tulis ini. Prof. Dr. dr. Sri Maliawan, Sp.BS(K) sebagai Kepala Departemen/SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar, yang

(7)

vii

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di program studi Bedah Umum.

dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B (K) Trauma sebagai Ketua Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar dan dr. Putu Anda Tusta Adiputra, Sp.B(K)Onk sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar yang memberikan dukungan dan semangat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.

dr. Ida Bagus Darma Putra, Sp.B–KBD dan Seluruh Staf Pengajar Departemen / SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar sebagai guru dan teladan bagi penulis yang dengan penuh dedikasi dan kesabaran telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dukungan dan semangat kepada penulis selama mengikuti pendidikan Bedah Umum dan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti program studi Combined Degree.

dr. I Wayan Sudana, M.Kes sebagai Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di lingkungan RSUP Sanglah yang bertaraf internasional yang beliau pimpin.

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD–KEMD, sebagai rektor Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan belajar di universitas Udayana.

(8)

viii

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti pendidikan combined degree di program pasca sarjana ini.

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Spesialis Bedah Umum di fakultas kedokteran Universitas Udayana. Orang tua, saudara dan sahabat yang menjadi inspirasi bagi penulis, yang senantiasa memberikan motivasi, dan dukungan yang tiada henti selama penulis menjalani pendidikan spesialis ini.

Seluruh rekan PPDS I Bedah Umum atas kerjasama, dukungan dan bantuannya dalam proses penelitian ini serta selama proses pendidikan.

Seluruh staf di Instalasi Rekam Medis Sanglah, sekretariat Bedah, seluruh staf dan paramedis di Instalasi Rawat Inap Bedah, Instalasi Rawat Jalan Bedah, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Darurat Bedah dan staf badan koordinator pendidikan RSUP Sanglah Denpasar, atas kerjasama dan bantuannya selama penulis menjalani pendidikan dan menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya tulis ini, namun semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, dan mohon maaf atas segala kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat bermanfaat bagi penulis di kemudian hari

Denpasar, Maret 2017

(9)

ix ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPERAN TERHADAP TERJADINYA KEGAGALAN ARTERIOVENOUS FISTULA PADA

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS STADIUM AKHIR DI RSUP SANGLAH

Jumlah penderita gagal ginjal kronis stadium akhir di dunia saat ini terus

meningkat. Arteriovenous fistula merupakan akses dialisis yang ideal dibandingkan akses yang lain, tetapi juga memiliki risiko kegagalan yang berarti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi faktor – faktor risiko yang berperan dalam terjadinya kegagalan arteriovenous fistula.

Design penelitian yang dipakai yang digunakan adalah kohort retrospektif. Kami mengevaluasi faktor – faktor risiko dan outcome arteriovenous fistula pada 78 orang pasien. Faktor risiko yang identifikasi adalah usia, jenis kelamin, diabetes melitus, hipertensi, lokasi fistula, riwayat pemasangan kateter intravea sebelumnya, body mass index, kadar haemoglobin, waktu APTT, dan PTT.

Arteriovenous fistula dikatakan gagal jika tidak dapat digunakan untuk

haemodialisis dan setelah dapat digunakan untuk haemodialisis regular selama minimal 3 bulan. Faktor risiko murni yang berperan terhadap outcome fistula dianalisa dengan uji bivariate dan cox regression. Incidence rate ratio masing – masing faktor risiko dianalisa dengan uji Kaplan Meier.

Dari uji analisa bivariate, kami mendapatkan usia tua, diabetes melitus, dan

hipertensi memiliki hubungan yang bermakna dengan outcome fistula. Kemudian dilakukan uji multivariate, didapatkan hanya usia tua dan diabetes melitus yang menjadi faktor risiko murni terjadinya kegagalan arteriovenous fistula. Dari uji

Kaplan Meier, didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara usia tua dan

diabetes melitus dengan lebih cepatnya terjadinya kegagalan arteriovenous fistula. Pasien berusia lebih dari sama dengan 50 tahun dan dengan diabetes melitus berperan dalam terjadinya kegagalan arteriovenous fistula.

(10)

x ABSTRACT

RISK FACTORS AFFECTING FAILURE OF ARTERIOVENOUS FISTULA

IN END STAGE RENAL DISEASES PATIENTS IN SANGLAH HOSPITAL

The number of end stage of renal disease patients that need dialysis increased

in the world. Arteriovenous fistula is the ideal access for dialysis but complication and it’s failure is the challenging problem. The aim of this study is to evaluate influenced risk factors and outcome in patients with arteriovenous fistula.

In this cohort retrospective study, we followed 78 patients and evaluated them for fistula’s outcome and pure factors affecting failure of fistula. The risk factors identified were age, sex, diabetes mellitus, hypertension, fistula location, previous intravenous catheter, body mass index, haemoglobin, APTT, and PTT. We followed the fistulas that can be used for dialysis routinely minimal 3 months post operation. The pure risk factors affecting fistula’s outcome were analyzed by bivariate and multivariate cox regression analysis. Incidence rate ratio each risk factor to fistula was determined by survival analysis Kaplan Meier.

We found three significant risk factors : age, diabetes mellitus, and

hypertension from bivariate analysis. After multivariate analysis, we obtained two risk factors were statistically significant to the outcome of fistula, namely: age and diabetes. According Kaplan Meier analysis, there was meaningful result between time of fistula’s failure with age and diabetes.

Patients with age ≥ 50 years and diabetes mellitus were significant associated with outcome fistula and time of fistula’s failures.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR BUKTI UJI TESIS ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan umum ... 5 1.3.2 Tujuan khusus ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.4.1 Manfaat ilmiah ... 6 1.4.2 Manfaat praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Gagal Ginjal Kronis ... 7

2.2 Sejarah Akses Dialisis ... 8

(12)

xii

2.4 Anatomi Vaskular Ekstremitas Superior ... 15

2.5 Fisiologi dan Maturasi Arteriovenous Fistula ... 17

2.6 Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Maturasi AVF ... 19

2.7 Evaluasi Preoperatif ... 22

2.8 Teknik Operasi Fistula ... 23

2.9 Evaluasi Post Operasi Fistula ... 25

2.10 Kanulasi Fistula ... 28

2.11 Kegagalan Fistula ... 30

2.12 Komplikasi Fistula ... 33

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ... 36

3.1 Kerangka Berpikir ... 36

3.2 Konsep Penelitian... 38

3.3 Hipotesis Penelitian ... 38

BAB IV METODE PENELITIAN ... 40

4.1 Rancangan Penelitian ... 40

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

4.3 Penentuan Sumber Data ... 40

4.3.1 Populasi Target... 40 4.3.2 Populasi Terjangkau ... 40 4.3.3 Sampel Eligabilitas ... 41 4.3.3.1 Kriteria Eligabilitas ... 41 4.3.3.2 Kriteria Inklusi ... 41 4.3.3.3 Kriteria Eksklusi ... 41 4.3.4 Jumlah Sampel ... 41

4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel ... 43

4.3.6 Cara Pengumpulan Data ... 43

4.4 Variabel Penelitian ... 44

4.4.1 Klasifikasi Variabel ... 44

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 44

4.5 Prosedur Penelitian ... 46

(13)

xiii

4.7 Skema Alur Penelitian ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN ... 50

5.1 Karakteristik Data ... 50

5.2 Uji Analisis Biavariat ... 53

5.3 Uji Analisis Survival ... 55

5.4 Uji Analisis Multivariat ... 58

BAB VI PEMBAHASAN ... 59

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1 Simpulan ... 67

7.2 Saran ... 67

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium gagal ginjal kronis.. ... 6

Tabel 2.2 Perbedaan pada palpasi dan auskultasi fistula yang normal dan yang stenosis.. ... 27

Tabel 4.1 Dummy tabel.. ... 47

Tabel 5.1 Karakteristik variabel bebas penelitian.. ... 51

Tabel 5.2 Karakteristik variabel perancu penelitian.. ... 52

Tabel 5.3 Karakteristik variabel tergantung penelitian.. ... 53

Tabel 5.4 Analisis bivariat faktor - faktor risiko yang berhubungan dengan kegagalan AVF.. ... 53

Tabel 5.5 Analisis survival faktor - faktor risiko yang berhubungan dengan kegagalan AVF.. ... 55

Tabel 5.6 Analisis multivariat faktor risiko yang berhubungan dengan outcome AVF.. ... 58

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prosedur fistula radiocephalica dilakukan pada daerah snuffbox.. 12

Gambar 2.2 Anatomosis end to side vena cephalica ke arteri brachialis.. ... 13

Gambar 2.3 Anastomosis end to side vena basilica ke arteri brachialis.. ... 14

Gambar 2.4 Anatomi Vaskular Ekstremitas Superior………...16

Gambar 2.5 Allen Test.. ... 23

Gambar 2.6 Lokasi insisi fistula radiocephalica.. ... 24

Gambar 2.7 Teknik Anastomosis Fistula.. ... 25

Gambar 2.8 Hematom pada pasien dengan AVF brachiocephalica kanan …... 26

Gambar 2.9 Edema ekstremitas superior kanan karena oklusi vena subkalvia .26 Gambar 2.10 Arah insersi jarum kanulasi pada AVF dan sudut insersi AVF.28 Gambar 2.11 Stabilisasi insersi jarum kanulasi………... 29

Gambar 2.12 Pola Kanulasi... 29

Gambar 2.13 Vascular Remodelling.. ... 31

Gambar 2.14 Stenosis Arteri Radialis.. ... 32

Gambar 2.15 Komplikasi fistula brachiocephalica dengan aneurisma.. ... 34

Gambar 3.1 Diagram kerangka konsep.. ... 38

Gambar 4.1 Skema alur penelitian.. ... 49

Gambar 5.1 Kurva Kaplan Meier hubungan usia dengan waktu kegagalan AVF.. ... 38

Gambar 5.2 Kurva Kaplan Meier hubungan DM dengan waktu kegagalan AVF.. ... 49

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

GGK : Gagal Ginjal Kronis ESRD : End Stage Renal Diseases

USRDS : United States Renal Data System

IRR : Indonesian Renal Registry

AVF : arteriovenous fistula

AVG : arteriovenous graft

LFG : laju filtrasi glomerulus mL : mililiter

PTFE : polytetrafluoroathylene

CATD : carbon transcutaneus haemodyalisis access device

mm : millimeter

DRIL : distal revascularization interval ligation procedure

mmHg : millimeter of mercuri mg/dL : milligram/desiliter RR : resiko relatif

IQR : interkuartil range

IRe : incidence rate exposure

IRne : incidence rate non exposure

IRR : incidence rate ratio

APTT : activated partial thromboplastin time

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Kelayakan Etik (Ethical Clearance).. ... 73

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian.. ... 74

Lampiran 3 Lembar Pengumpulan Data.. ... 75

Lampiran 4 Data Pasien Penelitian.. ... 76

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah pasien gagal ginjal kronis (GGK) stadium akhir atau end stage renal

diseases di seluruh dunia tercatat kurang lebih 2.786.000 pada akhir tahun 2011

dari total 7 miliar penduduk dunia (Frenesius Medical Care, 2012). Sedangkan di Indonesia didapatkan 13.619 penderita ESRD (Indonesia Renal Registry, 2011). Laju pertumbuhan penderita ESRD terus meningkat, yaitu 6-7% per tahun, jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk dunia yang hanya 1,1% per tahun. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya juga kebutuhan akses dialisis yang adekuat dan biaya perawatan untuk penderita gagal ginjal (Frenesius Medical Care, 2012).

Insiden terjadinya ERSD lebih sering terjadi pada pasien berusia 45 - 54 tahun dan etnis Africa-America. Diabetes (44%) dan hipertensi (28%) adalah penyebab tersering ESRD hingga saat ini (USRDS, 2015). Angka mortalitas pasien dengan GGK cukup tinggi, yaitu 117,9 per 1000 penduduk tiap tahunnya dibandingkan dengan angka kematian pasien tanpa penyakit GGK, yaitu 47,5 per 1000 penduduk per tahun (USRDS, 2015).

Pada akhir tahun 2013 di Amerika, terapi untuk pasien ESRD adalah 63,7% hemodialisis, 6,8% peritoneal dialisis, dan 29,2% transplantasi ginjal. Sebanyak 80,2% pasien ESRD menggunakan akses kateter intravena pada awal hemodialisis, kemudian menurun menjadi 68,3% setelah 90 hari pertama

(19)

19

19

hemodialisis. Penggunaan arteriovenous fistula (AVF) sebagai akses hemodialisis sebesar 17,1% pada awal hemodialisis dan pada akhir tahun pertama hemodialisis jumlahnya meningkat menjadi 65%. Sekitar 80% pasien ESRD masih menggunakan akses AVF atau AVG (arteriovenous graft) tanpa menggunakan kateter intravena setelah 1 tahun hemodialisis. Lamanya penggunaan akses kateter intravena berkaitan dengan komplikasi bakteriemia, sepsis, thrombosis, dan stenosis. Angka mortalitas dan morbiditas akibat pemakaian kateter intravena lebih besar jika dibandingkan dengan pemakaian AVF. Sehingga penggunaan AVF lebih disarankan daripada kateter intravena sebagai akses hemodialisis (USRDS, 2015).

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, AVF selain mempunyai banyak kelebihan, ternyata mempunyai angka kegagalan yang cukup berarti. Hampir 50% AVF tidak pernah dapat digunakan untuk hemodialisis, dan jika dapat digunakan, 25% akan mengalami kegagalan setelah 2 tahun (Schinstock et all, 2011). Pada tahun 2013, angka kegagalan AVF sebesar 35,9% dan rata-rata terjadi 135 hari setelah AVF pertama kali digunakan (URSDS, 2015). Sekitar 30 – 61% AVF akan mengalami kegagalan untuk hemodialisis, baik karena kegagalan maturasi maupun thrombosis (MacRae et all, 2015).

Early failure didefinisikan sebagai fistula yang tidak pernah matur atau yang tidak dapat digunakan hemodialisis dalam 3 bulan setelah dibuat. Late failure adalah kegagalan fistula setelah 3 bulan dari pembuatan dan pada umumnya dikarenakan stenosis outflow (Huijbregts et all, 2008). Pada umumnya kegagalan fistula yang terjadi adalah late failure, hanya 23% - 46% yang merupakan early

(20)

20

20

failure, dimana primary patency dalam 1 tahunnya 60% - 65% (Chaudhury et all,

2007).

Penyebab kegagalan AVF tersering adalah stenosis, yang berkaitan dengan kondisi pasien atau prosedur operasi (Tirinescu et all, 2015). Penelitian yang ada menunjukkan hiperplasia intima terjadi pada tempat fistula dengan shear stress dan aliran darah yang rendah. Kurangnya aliran darah dan shear stress akan menyebabkan berkurangnya vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan hiperplasia neointima. Hal ini dikarenakan aktivasi endotel, kadar nitric oxide yang rendah, dan pelepasan mediator inflamasi yang menyebabkan stenosis vaskular. Stenosis vaskular akan merangsang hemostasis dan menimbulkan thrombosis yang menyebabkan kegagalan suatu fistula (Chaudhury et all, 2007). Berbagai faktor risiko seperti usia tua, jenis kelamin perempuan, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, lokasi fistula radiocephalica, ukuran diameter lumen vaskular yang kecil, pemasangan kateter intravena sebelumnya, dan teknik operasi dilaporkan mempengaruhi kegagalan suatu AVF (Al-Jaishi, 2013).

Beberapa komplikasi dari AVF adalah stenosis, thrombosis, aneurisma, infeksi, steal syndrome, hipertensi vena, dan gagal jantung. Stenosis merupakan penyebab tersering terjadinya kegagalan fistula, dikarenakan terjadinya hiperplasia neointima dan hipertrofi media (Hammes, 2011). Oklusi karena thrombus merupakan penyebab kegagalan pada 10% AVF dan 20% AVG tiap tahunnya. Hal ini berkaitan dengan patofisiologi AVF yang memerlukan aliran darah inflow dan outflow yang adekuat. Aliran darah ini akan dihambat oleh

(21)

21

21

penyakit vaskular dan curah jantung yang jelek (Al-Jaishi, 2013). Kegagalan AVF mengakibatkan perlunya operasi berulang, pemakaian kateter intravena yang lebih lama, dan biaya yang lebih mahal (Ferring, 2012).

Dari data-data yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa insiden end

stage renal diseases saat ini cukup tinggi. Kebutuhan AVF sebagai akses

hemodialisis semakin meningkat, namun angka kegagalan AVF juga cukup tinggi. Faktor risiko yang turut berperan dalam terjadinya kegagalan AVF seperti, usia tua, hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, lokasi fistula radiocephalica, dan pemasangan kateter intravena sebelumnya. Untuk itu diperlukan evaluasi faktor risiko untuk memprediksi terjadinya kegagalan AVF.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah usia tua berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous

fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir?

2. Apakah tekanan darah yang tinggi berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir?

3. Apakah diabetes mellitus tipe 2 berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir?

(22)

22

22

4. Apakah lokasi fistula radiocephalica berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir?

5. Apakah pemasangan kateter intravena sebelumnya berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya kegagalan arteriovenous fistula.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bahwa usia tua berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan

arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir.

2. Untuk mengetahui bahwa tekanan darah yang tinggi berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir.

3. Untuk mengetahui bahwa diabetes mellitus tipe 2 berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir.

4. Untuk mengetahui bahwa lokasi fistula radiocephalica berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir.

(23)

23

23

5. Untuk mengetahui bahwa pemasangan kateter intravena sebelumnya berpengaruh terhadap terjadinya kegagalan arteriovenous fistula pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir.

6. Untuk memberikan edukasi dan informasi kepada pasien tentang komplikasi pembuatan AVF.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

1. Menambah wawasan tentang arteriovenous fistula untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang thoraks kardiovaskular.

2. Dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Dapat mengetahui insiden terjadinya kegagalan arteriovenous fistula di RSUP Sanglah.

2. Dapat digunakan sebagai data untuk memprediksi kegagalan

arteriovenous fistula untuk memberi prognosis lebih baik.

3. Sebagai data dasar pertimbangan dalam pembuatan arteriovenous fistula. 4. Dapat digunakan untuk menentukan strategi pembedahan arteriovenous

fistula.

5. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien gagal ginjal kronis stadium akhir yang menggunakan arteriovenous fistula.

Referensi

Dokumen terkait

melawan hukum formil yang menjadi ruang delik dari tindak pidana

pemberian kredit yang terjadi di Surakarta oleh pihak Mitra Mayapada Usaha tidak selalu dapat berjalan lancar dan baik, suatu saat jika pemberi pinjaman kredit atau kreditur

Pada saat yang sama, spesialis kreatif harus menyadari bahwa tujuan iklan adalah membantu dalam menjual produk atau jasa dan iklan yang baik harus berkomunikasi

Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian.. mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi.

Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Pimpinan dan Anggota Komisi V yang saya hormati dan muliakan,.. Pak Sekjen, Pak Irjen dan Pak Kepala Badan SDM Kementerian

Dengan rancang bangun menggunakan perangkat mikrokontroler Arduino Uno R3, GSM GPS SIM808 Modul dan Water Level Sensor sudah berhasil memberikan informasi kepada warga UPJ

Calon eksaminandus mengajukan proposal ringkas penelitian dengan mengisi formulir pengajuan judul yang berisi judul skripsi atau tugas akhir sesuai dengan format

[r]