• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A.Kelas Kesesuaian Lahan dan Syarat Tumbuh Tanaman Karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. A.Kelas Kesesuaian Lahan dan Syarat Tumbuh Tanaman Karet"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kelas Kesesuaian Lahan dan Syarat Tumbuh Tanaman Karet

1.Kelas Kesesuaian Lahan

Menurut Darsiman dan Dora, SD (2008). Kelas lahan adalah tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi : (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan dalam tiga kelas, yaitu : lahan sangat sesuai (S1), cuku sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).

Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

Kelas S1 : Sangat sesuai, lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 : Cukup sesuai, lahan mempunyai faktor pembatas dan faktor

pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3 : Sesuai marginal, lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh

(2)

6

terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N : Lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Tabel 1.Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Karet

No Karakteristik Lahan Intensitas Faktor Pembatas

S1 S2 S3 N 1 Temperatur rerata (°C) 26-30 30-34 - >34 2 Curah hujan (mm) 2.500-3.000 3.000-3.500 3.500-4.000 >4.000 3 Bulan Kering (bln) 1-2 2-3 3-4 >4

4 Drainase Baik sedang Agak

terhambat, terhambat

Sangat terhambat,

cepat 5 Tekstur tanah Halus, agak

halus, sedang - Agak kasar Kasar 6 Bahan kasar (%) < 15 15-35 35-60 > 60 7 Kedalaman tanah > 100 75-100 50-75 <50 8 Kemasaman (pH) 5,0-6,0 4,5-5,0 3,5-4,0 < 3,5 9 Kemiringan < 8 8-16 16-30 > 30

2. Syarat Tumbuh Tanaman Karet a. Iklim

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15°LS dan 15°LU. Bila ditanam di luar zone tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat.

(3)

7 1) Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2.000 mm. Optimal antara 2.500-4.000 mm/tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan di pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet ialah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah.

2) Tinggi Tempat

Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter diatas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih 600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet.

Walaupun demikian, di Pulau Jawa pertanaman karet umumnya terdapat di dataran agak tinggi (di atas 200 meter di atas permukaan laut), sedangkan di sumatera umumnya di dataran rendah. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 25-35 °C, dengan suhu optimal rata-rata 28 °C.

3) Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang.

(4)

8 b. Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda maupun pada vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah-tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi, dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah-tanah aluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.

Reaksi tanah yang umum ditanami tanaman karet mempunyai pH antara 3,0-8,0. pH tanah di bawah 3,0 atau di atas 8,0 menyebabkan pertumbuhan yang terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut :

 Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan  Aerasi dan drainase baik

 Remah, porus dan menahan air

 Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir

 Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebak dari 20 cm

 Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak kekurangan unsur mikro.

 pH 4,5-6,5

 kemiringan tidak lebih dari 16%

(5)

9

B. Klasifikasi Serta Botani dan Morfologi Tanaman Karet

1. Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

2. Botani dan Morfologi Tanman Karet a. Batang

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

b. Pembentukan Cabang Dan Percabangan

Tergantung dari sifat klon dan ekologinya tanaman karet mulai membentuk cabang pada umur antara 20-30 bulan, sedang sebelum umur tersebut tanaman karet tumbuh hanya membentuk satu batang utama (caulis) beserta payung-payung daun.

Cabang tingkat pertama tumbuh dari batang utama pada saat pertumbuhan atau masa flush dari kuncup ketiak (gemma lateralis). Cabang ini dinamai cabang

(6)

10

primer yang selanjutnya akan tumbuh membentuk payung-payung secara berirama seperti batang utama. Dari cabang primer akan tumbuh cabang tingkat kedua, dinamai cabang sekunder dan selanjutnya membentuk cabang tingkat ketiga atau cabang tersier dan seterusnya.

Pola percabangan ini disebut percabangan racemosa, yakni ada satu batang utama (monopodium) dilanjutkan dengan pertumbuhan cabang-cabang secara bertingkat, menurut perkembangan umur tanaman. Cabang tingkat terakhir selalu tumbuh membentuk payung-payung secara berirama dan cabang tingkat terakhir di dalam satu fase pertumbuhan sesudah cabang primer dinamai juga ranting. Karena itu pengertian ranting adalah istilah dan pengertian nisbi (relatif).

c. Daun

Daun karet (folium) adalah daun majemuk, umumnya terdiri dari tiga anak daun (foliolum) di satu tangkai. Daun karet, seperti disebutkan di atas adalah terbentuk di bukuh berupa karangan daun (payung) dimulai dari bawah ke pucuk. Dengan demikian daun di payung di bagian bawah adalah selalu lebih tua daripada daun di payung bagian atas kearah pucuk. Demikian juga di dalam karangan daun itu sendiri (di bukuh), umur daun yang tumbuh di bawah adalah lebih tua dari daun yang tumbuh di atasnya.

Panjang tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Anak daun berbentuk eleptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuning kemerahan menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis,

(7)

daun-11

daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman.

d. Bunga

Karet termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan di ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Bunga betina berambut vilt dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan jantannya dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang merupakan organ kelamin betina dan posisi duduk berjumlah tiga buah. Organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan gabungan dari sepuluh benang sari. Kepala sari terbagi menjadi dua ruangan, yang satu letaknya lebih tinggi dari pada yang lainnya.

e. Biji

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit yang keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya. Sebagai tanaman berbiji belah.

f. Akar

Akar pohon karet berupa akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi ke atas. Dengan akar seperti itu pohon karet bisa berdiri kokoh, meskipun tingginya bisa mencapai 25 meter.

(8)

12 g. Buah

Buah karet dengan diameter 3-5 cm, terbentik dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruang yang jelas, biasanya 3-6 ruang. Setiap ruangan berbentuk setengah bola. Jika sudah tua, buah karet akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangnya dan setiap ruangnya akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ke tempat yang tepat.

C.Perawatan Tanaman Karet

1. Penyisipan

Penyisipan terhadap tanaman yang mati sampai dengan umur 3 tahun di lapangan dapat dilakukan. Tanaman berumur 1,5 tahun keatas sebaiknya disisip menggunakan bahan tanam berumur lanjut seperti stump tinggi atau Core stump. Untuk tanaman TBM l bahan penyisip yang dipakai adalah bahan tanam polybag yang telah dipersiapkan sebelumnya bersamaan dengan persiapan bahan tanam utama.

2. Pemangkasan

Untuk mendapatkan batang dan bidang sadap yang mulus dan lurus perlu dilakukan pembuangan tunas-tunas yang tumbuh di batang sampai ketinggian 2,8 m dari permukaan tanah. Pada saat pemangkasan , batang jangan dibengkokkan dan pemangkasan rutin dilakukan setiap dua minggu.

3. Penyiangan

Untuk mendapatkan penutupan tanah oleh kacangan secara sempurna, dilakukan penyiangan baik di areal gawangan maupun di areal stripan tanaman karet. Selama 6 bulan pertama penyiangan dilakukan secara manual dengan rotasi

(9)

13

2 minggu dan 6 bulan berikutnya penyiangan dilakukan dengan rotasi 3 minggu. Setelah kacangan menutup areal gawangan, penyiangan dilakukan setiap bulan selama masa TBM. Anak kayu yang tumbuh di areal gawangan perlu didongkel. Untuk TBM berumur 18 bulan keatas, penyemprotan jalur tanaman dapat dilakukan menggunakan herbisida kontak seperti paraquat (Gramoxone). Lebar stripan yang disemprot adalah 1-1,5 m di kiri kanan pohon (lebar 2-3 m). Ulangan rotasi penyemprotan dilakukan 3-4 bulan sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma. Konsentrasi herbisida yang digunakan adalah 0,3 dengan dosis 400-600 Itr lamtan per ha blanket (1,2-1,8 Itr herbisida/ha blanket). Jika lebar gawangan 5 m dan lebar stripan yang disemprot adalah 3 m, maka per hektar tanaman karet diperlukan herbisida sebanyak = 3/5 x per ha blanket = 0,72 s.d. 1,08 Itr herbisida. Penyiangan pada areal TM dilakukan menggunakan herbisida.

Penyemprotan jalur tanaman karet selebar 1,5 m dikiri dan kanan pohon dilakukan dengan rotasi 3-4 bulan menggunakan herbisida yang mengandung bahan aktif paraquat. Rotasi dongkel anak kayu di gawangan areal TM dilakukan dengan rotasi yang lebih panjang (setiap 6 bulan) atau tidak perlu lagi melihat kondisi lapangan.

4. Pemupukan

Pemupukan tanaman karet pada saat TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman seragam jagur dan akhirnya masa TBM singkat dan produksi pada awal penyadapan menjadi tinggi. Produktivitas tanaman menghasilkan berkorelasi positif dengan kecepatan pertumbuhan tanaman selama TBM. Untuk itu

(10)

14

pemupukan TBM karet perlu diberikan dengan dosis optimal. Apabila TBM tidak diberikan pupuk secara optimal, pertumbuhan akan terhambat. Keterlambatan pertumbuhan tidak akan terkejar apalagi setelah tanaman berumur lebih dari 3 tahun. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk paling besar pada saat tanaman berumur s.d 3 tahun.

Dosis umum pemupukan (dengan menggunakan pupuk tunggal) tanaman belum menghasilkan tertera pada :

Dosis umum pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan (g/pohon) Tabel 2. Rekomendasi Pemupukan

Bulan Urea Tahun 1 RP MoP Kies Urea RP Tahun 2 MoP Kies Urea Tahun 3 dan 4 RP Mop Kies Feb 35 100 35 25 55 125 55 25 60 125 55 50 April 35 35 55 55 60 55 Juni 45 60 60 Agust 50 100 50 25 60 125 55 50 65 125 55 50 Okt 55 60 65 Des 55 50 60 60 65 60 Juml 275 200 170 50 225 250 225 75 250 250 225 100 Ket : Satuan dalam gram perpohon

Letak tabur pupuk pada barisan pohon harus bebas gulma. Pupuk ditabur merata di sekeliling piringan pohon dengan jarak lokasi pupuk terhadap pohon bervariasi menurut umur tanaman. Radius lokasi pupuk pada TBM adalah sebagai berikut:

Umur tanaman Lokasi tebar pupuk  4-5 bulan 30 cm

 6-10 bulan 40 cm  11-20 bulan 60 cm  21 bulan – 4 tahun 90 cm

(11)

15  >4tahun 120cm

Dosis pupuk pada areal tanaman yang telah menghasilkan ditentukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan ditetapkan setelah dilakukan analisa hara daun, kesuburan tanah, kondisi tajuk, penyakit daun, penutup tanah, kerapatan tanaman dan produktivitas serta resiko angin. Rekomendasi pemupukan pada TM dilakukan oleh Balai Penelitian pada unit kerja Pusat Penelitian Karet.

5. Pengendalian Hama Dan Penyakit

Hama dominan yang menyerang tanaman karet adalah Rayap, Tungau, Kutu Perisai, dan Kutu Tepung. Serangan rayap umumnya terdapat di areal penanaman baru bekas hutan, dimana masih banyak terdapat tunggul-tunggul tanaman hutan. Serangan hama rayap dikendalikan dengan cara menyiramkan larutan insektisida Matador 25 EC konsentrasi 0,2 – 0,4 ke sekeliling pangkal batang. Serangan tungau meliputi bagian bawah daun karet dan sepanjang tulang daun. Akibatnya daun-daun menjadi kering dan keriput, berwarna pucat dan terlambat perkembangannya. Jika serangan berat daun muda akan gugur dikendalikan dengan penyemprotan menggunakan insektisida Matador 25 EC atau yang sejenis dengan konsentrasi 0,3-0,5. Kutu Perisai dan Kutu tepung menyerang bagian bawah daun dan menyerap cairan sel daun. Daun-daun menjadi pucat dan kadang menjadi gugur. Dikendalikan dengan penyemprotan insektisida Hostathion atau sejenisnya dengan konsentrasi 0,2 – 0,4.

Jenis penyakit yang menyerang tanaman karet adalah: a. Penyakit akar yaitu jamur akar putih (JAP)

(12)

16

c. Penyakit batang dan cabang yaitu jamur upas, nekrosis kulit dan

d. Penyakit daun Colletotricum gloesporioides, Oidium heveae dan Corynerpora cassiicola.

D. Penyadapan

Pada dasarnya penyerapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks pada kulit pohon, sehingga dari luka tersebut akan keluar lateks. Pembuluh lateks yang terluka atau terputus akan pulih kembali seiring dengan berjalannya waktu, sehingga jika dilakukan penyadapan untuk yang kedua kalinya tetap akan mengeluarkan lateks. Dikalangan petani karet, kulit pohon yang pulih dari penyadapan sering disebut kulit pulihan (renewable bark) dan kulit pohon karet yang belum pernah sama sekali disadap disebut kulit perawan (virgin bark). Ada beberapa alasan fisiologis yang mendasari penentuan kedalam dan arah terhadap bidang horizontal tanaman. (Setiawan dan Agus, 2005).

E. Peralatan Sadap

1. Peralatan Sadap yang ditempatkan dipohon :

 Mangkok ukuran 500 cc, jumlah mangkok per pohon tergantung dari potensi pohon, untuk potensi tinggi dapat memakai 2-3 mangkok per pohon.

 Talang sadap  Tali ijuk

 Kawat tempat mangkok

Pemasangan talang sadap di pohon, terletak 20 cm dibawah irisan sadap terbawah. Oleh karena terus disadap maka jarak terdekat antara talang dan irisan

(13)

17

sadap terbawah 5 cm.Bila sudah berjajar 5 cm, talang diturunkan lagi sehingga berjarak 20 cm dari irisan bawah.

 Tebal irisan tidak sama, irisan dekat talang tipis/tidak disadap oleh karena pisau sadap mepet talang, akibatnya produksi turun.

 Tebal irisan yang tidak sama berakibat pada lereng sadapan, lama-lama lereng sadapan kurang dari 40. Jarak talang dengan sadap mangkuk berkisar antara 10-15 cm apabila mangkuk terlalu jauh lateks tidak masuk mangkuk karena pengaruh angin, sebaliknya bila, jarak terlalu dekat, akan memperlambat pengutipan lateks. Penurunan letak talang-talang lateks akan diikuti penurunan letak mangkuk sadap.

 Batu gosok untuk menggosok pisau  Keranjang tempat scrap/lump

 Ember untuk memungut lateks volume 10-20 liter

 Ember untuk mengangkut lateks volume 40-60 liter. (PTPN X,1993)

F. Pelaksanaan Penyadapan

Penyadapan (menderes) karet dilakukan dengan cara menyayat kulit, batang karet dari kiri ke kanan bawah dengan pisau sadap. Dengan perkembangannya penelitian dan adanya penemuan penemuan baru, dewasa ini telah terjadi variasi dalam cara melakukan penyadapan pohon karet. Menurut S, Djohana, 1993 cara-cara penyadapan tersebut diantaranya adalah:

 Sadapan arah ke bawah (downward tapping)  Sadapan arah ke atas (up ward tapping)  Sadapan mini (mini-cut tapping)

Gambar

Tabel 1.Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Karet

Referensi

Dokumen terkait

Dalam persaingan antara individu - individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan - kebutuhan yang sama terhadap factor -

Pemberian naungan pada tanaman tertentu akan menyebabkan tanaman tersebut memperoleh intensitas cahaya matahari dan suhu udara yang lebih sesuai untuk pertumbuhannya..

Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain : (a) GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, (b) GPS dapat digunakan oleh banyak orang

Kelebihan penentuan posisi dengan menggunakan GPS antara lain : (a) GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, (b) GPS dapat digunakan oleh banyak orang

Untuk meminimalkan pengaruh negatif dari lingkungan ekonomi dunia yang tidak stabil, pemerintah melakukan campur tangan dalam mengendalikan kondisi pasar domestik bagi input

atau tidak ada perubahan dibandingkan dengan genotipe lain apabila lingkungan dibuat menjadi lebih jelek, seperti kekurangan nutrisi, air dan lain-lain; (3)

Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan

dibuat antara mereka. Jika persetujuan perdamaian terjadi tanpa campur tangan hakim disebut persetujuan dalam bentuk akta perdamaian. Apabila yang disengketakan para pihak