• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sangkan Paraning Dumadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sangkan Paraning Dumadi"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Sangkan Paraning Dumadi Jan 4, '08 7:32 AM for everyone Sangkan Paraning Dumadi

Kawruh dan Ngelmu

Kawruh itu pengetrapan pikiran, mempelajari apa yang nyata dan masuk akal, berdasar kenyataan pikir, percaya kepada diri sendiri dan keteguhan kehendak, melalui guru dan buku, pembuktian umum, menghasilkan pengertian.

Ngelmu itu pengetrapan rasa, mempelajari rahasia kehidupan dan kematian, berdasar kenyataan rohani, kerendahan hati dan penyerahan diri (sumarah), pembuktian pribadi, melalui Guru Sejati, menghasilkan terang rohani dan mengikuti daya hidup yang dihidupi, lelaku.

Ngelmu Kasampurnan

bertujuan untuk kesempurnaan jiwa, terdiri 2 hal: - ngelmu kasukman:

o betujuan kehidupan kekal antara lahir dan mati. o Agama luar menyebut sebagai jalan masuk surga - semu kamuksan:

o berakibat kebebasan kekal antara hana (ada) dan musna (tiada) o memahami asal dari materi dan roh

o memahami kehidupan sukma sesudah kematian o Semu= tidak ada lagi cita dan tujuan, bebas dari aku. o Semu itu Sejati. Sapa anggugu ing Semu bakal tinemu.

o Sesudah lukar dari busana jalmi, kita bukan lagi abdi Ngelmu tetapi abdi Semu

Keris adalah lambang ngelmu.

Keris adalah pelengkap busana manusia dalam masyarakat, di dalam keris terdapat daya hidup yang disebut yoni (tuah).

Ngelmu adalah pelengkap busana manusia terhadap Gusti, dalam ngelmu terdapat daya hidup yaitu terang rohani.

Daya hidup dapat kita hayati langsung dengan rasa, tetapi Gusti sebagai Daya Hidup Asal tidak akan dapat dihayati langsung dengan kemampuan rasa manusia. Maka ngelmu kasampurnan terbagi dua tingkatan: ngelmu kasukman dan semu kamuksan.

Tujuan Hidup:

- kebahagiaan jasmani - kebahagiaan rohani

Persatuan jasmani mendatangkan kebahagiaan dengan lahirnya putera, namun ini juga awal penderitaan si putera dan orang tua untuk memenuhi tanggung jawabnya.

(2)

Persatuan rohani (persatuan kehendak manusia dengan Kehendak kehidupan) mendatangkan kebahagiaan dengan kelahiran jiwa manusia di dalam suatu alam kehidupan yang bebas dari kebutuhan dan derita.

Tujuan hidup berngelmu:

1. persatuan kehendak pribadi dengan kehendak Gusti (manunggal ing Karsa) 2. persatuan rasa pribadi dengan rasa yang sawetah (terbebas dari ruang dan waktu)

(manunggal ing Rasa).

Jika manusia sudah mencapai terang rohani dank arena kurnia Gusti dapat mempunyai kesadaran sebagai sentana dan kesadaran sebagai purba (kuasa), dia telah dibebaskan dari keinginan, cita dan harapan. Dia tak memiliki tujuan hidup lagi karena dialah kehidupan.

Dialah yang telah sempurna tercerahkan.

Jiwa

Daya hidup dalam kesadaran aktif. Manusia dalam jiwa punya: pikiran, karep/karsa, dan rasa. Jiwa adalah sukma yang dengan watak, sifat, naluri dan nafsu badan menghidupi ragar menjadi pribadi di dunia ini.

Roh / Sukma

Kaidah/ketentuan (norma) – bukan ciri:

- aku = maya yang berasal dari warana (bayangan) - hidup = daya yang merupakan sarana

- sadar (terang) = cahya yang berasal dari dahana (api).

Roh / sukma bukan satu tetapi kesatuan dari ketiga ketentuan yang sama sifat tetapi beda fungsi.

Sukma tidak bisa mati, tetapi bisa musna, kembali ke ketiadaan.

Nyawa

Daya hidup yang berfungsi menghidupi jiwa dalam badan.

Sukma, jiwa, dan nyawa adalah kesatuan.

Sesudah kematian, sukma berbadan rohani sehingga dapat dikenal sebagai suatu sukma pribadi.

Apa yang dikenali oleh panca indera, tidak kekal di alam nyata ini. Apa yang dikenali oleh indera batin, tidak kekal di alam batin.

Budi dan Cahya

(3)

Budi = terang yang diakibatka oleh Cahya.

Cahya menyinarkan terang rohani ke dalam pangkal kehidupan, sukma. Merupakan kurnia pembawaan agar dapat menerangi sukma

Cahya akan berlalu lebih dulu dari sukma menjelang kematian. Kemurnian terang rohani adalah jalan yang menuju kehidupan kekal.

Bawanatraya

Tiga alam kehidupan dengan trilaksana (tiga sifat): - alam langgeng (kekal) - kelanggengan - alam driya (lahiriah) - lahiriah

- alam triya (rohaniah) - rohaniah

Penyerahan Diri:

1. Sumarah ing karep, meniadakan keinginan diri dan membiarkan Daya Hidup yang bekerja

2. Sumeleh ing pamikir, meniadakan pemikiran dan gagasan

Sifat manusia: was (ragu, khawatir). Siapa was akan tiwas. Sifat Gusti: wur (maha, tak dapat dijangkau pikiran).

Kepercayaan kepada Gusti:

1. kepercayaan dalam taraf pemikiran yang menimbulkan pendapat manusia dalam angan-angannya tentang Hyang Murbeng Dumadi, kreasi anak-anak menjadi Gusti itu

purbawisesa

2. kepercayaan dalam taraf laku perbuatan, dihidupi menjadi kenyataan: a. sumarah ing karep

b. sumeleh ing pamikir

Jalan menuju tinarbuka:

- Andhap asor (Kerendahan hati): tumungkuling raga dan tumungkuling rasa. Dibina dengan tirakat (hati yang raket / kesengsem pada keutamaan.)

- Sumarah dan sumeleh - Ngripta raga

Tidak ada ngelmu tanpa lelaku, tidak ada lelaku tanpa sumarah dan sumeleh, tidak ada sumarah dan sumeleh tanpa andhap asor, tidak ada andhap asor tanpa kesadaran budi..

(4)

Hati menjadi terbuka akan kelanggengan.

Seorang anak dikandung ibunya selama 9 bulan sebelum dia cukup kuat untuk menghidupi alam kadriyan.

Seorang rohaniwan/spiritualis/pencari ngelmu dikandung 9 tahun oleh kahanan

(keadaan)sebelum dia cukup kuat untuk menghayati dan menghidupi alam kelanggengan. Masa 9 tahun ini merupakan masa darma, masa kesempatan utuk menghidupi semua hukum kehidupan yang pengertiannya telah kita terima.

Kesadaran untuk membebaskan dari aku menuju kesadaran sukma timbul dari Hening (jernih, tanpa warna/bening, murni, terang bersih/wening). Inilah busana jati yg menggantikan busana jalmi. Hening itu manter (tertuju laksana nyala api yang tak kunjung padam).

Dengan Hening kita bisa menerima dan menyadari keperluan ingsun mengada dalam kesadaran sukma, Heneng. Heneng adalah Hening di dalam Neng (Sunyi).

Keheningan yang selamanya ada dalam kesunyian yang selamanya ada adalah Henang = ada di. Henang berarti sudah tercapai / sudah datang. Henang adalah wenang (kuasa), karsaning Gusti. Hening adalah Sejati, Heneng adalah Sinuci dan Henang adalah Wenang.

Dalam tinarbuka, Daya Gusti akan mengada dalam diri kita sebagai Guru dan Buku, yaitu Guru Sejati.

Guru Sejati itu satu, tetapi berbeda adanya dalam diri manusia. Guru Sejati tidak bisa diadakan, pun tidak bisa dipanggil dan diinginkan. Ia hanya perlu disadari keberadaannya.

Tibetan Gtumo Jan 4, '08 7:25 AM

for everyone

GTUMO

Sekilas Tentang Gtumo

Hidup pada ketinggian 11.000 sampai 18.000 kaki di Himalaya merupakan sesuatu yang sulit, tetapi orang-orang Tibet hidup dengan aman hingga kini di sana. Mereka mampu bertahan hidup bukan karena menyalakan api atau bahkan minum alkohol dalam jumlah cukup banyak untuk menghangatkan tubuh, tetapi karena dalam tubuh mereka mengalir gtumo.

Gtumo dalam bahasa Tibet bukan berarti panas atau hangat, tetapi menunjuk pada sebuah teknik mistik, dan energi yang

dihasilkannya bukan pertama-tama untuk menghangatkan tubuh

praktisi gtumo melainkan untuk mendukung usaha-usaha pencapaian kesempurnaan rohani.

(5)

Orang-orang Tibet membagi gtumo menjadi tiga fungsi:

- gtumo exoteric yang memberikan kemampuan untuk menyembuhkan dengan kehangatan yang lembut,

- gtumo esoteric yang memberikan kemampuan untuk bertahan dalam suhu yang sangat dingin, dan

- gtumo mistik yang memberikan kehangatan dalam pencapaian kebahagiaan rohani selagi masih hidup di dunia ini.

Gtumo esoteric sangat dikenal dan dikuasai oleh seluruh orang Tibet baik yang memperolehnya dengan usaha sendiri, inisiasi atau melalui Angkur dari seorang Vajra Master. Sementara gtumo exoteric dan mistik tidak dikuasai oleh banyak orang, bahkan di kalangan mistik Tibet hanya beberapa saja yang menguasai tiga macam gtumo sekaligus.

Manfaat Gtumo

Dengan mengalirnya gtumo dalam diri seseorang maka seluruh tingkat baik fisik, mental, emosi, dan intuisi akan berkembang dengan lebih cepat. Dengan gtumo esoteric tentu saja seseorang akan mampu bertahan dalam suhu yang sangat dingin tanpa pakaian sekalipun seperti yang terjadi di Lachi Kang (dekat puncak

Everest) Himalaya.

Penguasaan gtumo exoteric sangat baik dalam penyembuhan segala macam penyakit baik tingkat fisik, mental, emosi, dan spiritual. Penerapan gtumo sangatlah mudah karena tidak menggunakan

konsentrasi sama sekali dan penyembuhan terjadi dengan sendirinya secara simultan pada semua tingkat baik fisik, mental, emosi dan spiritual. Seorang praktisi gtumo sendiri tidak perlu tahu penyakit yang diderita oleh pasien, sehingga ini sangat membantu bagi para pasien yang malu akan penyakit yang dideritanya.

Gtumo mistik dengan pasti mendorong seorang praktisi gtumo dalam waktu yang sangat singkat mencapai kesempurnaan dalam meditasi.

Tingkatan dalam Gtumo

Baik dalam gtumo exoteric, gtumo esoteric, maupun gtumo mistik, gtumo terbagi dalam empat tingkat. Grade 1, Grade 2, Grade

(6)

Melalui Angkur, seseorang dapat secara seketika menguasai gtumo Grade 1. Demikian halnya Grade 2, Grade Master, dan Grade Vajra Master, secara bertahap dapat dicapai dengan seketika, bahkan dalam sekali Angkur dapat dicapai Grade Vajra Master! (Asal punya kemampuan untuk mencapai itu).

Secara umum dapat dikatakan semakin tinggi tingkat seseorang semakin tinggi pula tingkat gtumo yang dapat disalurkannya. Pada gtumo exoteric Grade 2, seseorang sudah menggunakan

simbol-simbol yang mempermudah dan mempercepat proses penyembuhan. Pada gtumo mistik Grade 1, seseorang mulai melihat dunia mistik dari dimensi yang lebih tinggi, pada gtumo mistik Grade 2 ia akan mendengar suara-suara mistik dari dimensi yang lebih tinggi, pada gtumo mistik Grade Master seseorang mulai menguasai daya-daya shakti, dan pada gtumo mistik Grade Vajra Master seseorang akan mencapai samadhi.

Angkur

Exoteric Gtumo ~ sebuah teknik penyembuhan dengan menerapkan gtumo ~ dapat dengan mudah dikuasai dengan seketika oleh siapa saja setelah ia memperoleh angkur dari seorang Vajra Master, dan gtumo selalu mengalir dalam dirinya sepanjang hidup. Angkur

dapat diperoleh oleh siapa saja tanpa membedakan usia dan agama. Persyaratan untuk memperoleh angkur adalah membayar beaya angkur dan niat untuk menolong seluruh makhluk tanpa menetapkan beaya penerapan gtumo. Angkur diberikan untuk setiap tingkat dengan tujuan yang berbeda.

Grade 1

Angkur Grade 1 diberikan pada seorang yang ingin mempraktekkan gtumo. Pada Grade 1 ini angkur diberikan dalam 4 tahap yang

tergabung dalam satu kesatuan; pembukaan sahasrara chakra (cakra mahkota), pembukaan anahata chakra (cakra jantung), pembukaan kedua cakra di telapak tangan dan penyelarasan dengan energi gtumo. Ia yang mencapai Grade 1 memperoleh gelar Respa of Gtumo (R.G.).

Grade 2

Angkur Grade 2 diberikan pada seorang Respa yang ingin

meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan gtumo baik dalam tingkat energi yang mengalir maupun dalam penyembuhan jarak jauh. Angkur Grade 2 diberikan dalam satu tahap saja di mana seluruh simbol gtumo exoteric tingkat 2 dihubungkan padanya sehingga ia dapat menggunakan simbol-simbol itu untuk

(7)

penyembuhan jarak jauh dan program-program lain dalam menunjang kehidupan sehari-hari. Ia yang telah menerima angkur Grade 2 memperoleh gelar High Respa of Gtumo (H.R.G.).

Grade Master

Angkur Grade Master diberikan pada seorang High Respa of Gtumo. Pada Grade Master seluruh chakra dibuka sehingga seluruh jalur energi bersih dan tingkat energi gtumo berlipat-lipat ganda lebih tinggi daripada grade 2, oleh karena itu proses

penyembuhan berlangsung dengan lebih cepat. Ia yang telah mencapai Grade Master memperoleh gelar Master of Gtumo (M.G.).

Grade Vajra Master

Angkur Grade Vajra Master diberikan pada seorang Master of Gtumo yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam praktek gtumo

exoteric; kemampuan untuk memberikan angkur kepada orang lain. Dalam angkur Grade Vajra Master diberikan simbol Dai Ko Mio yang berfungsi untuk proses angkur. Ia yang telah mencapai Grade

Vajra Master memperoleh gelar Vajra Master of Gtumo (V.M.G.).

Penerapan Gtumo

Grade 1

Seorang Respa Grade 1 dapat menerapkan gtumo untuk berbagai macam tujuan dengan menyentuhkan telapak tangannya pada obyek yang dituju. Penyaluran gtumo dilakukan dengan hanya berpikir 'saya menyalurkan energi gtumo' pada saat sebelum menyentuhkan telapak tangan ke obyek yang dituju. Pada saat proses

penyaluran, Respa justru tidak lagi berpikir tentang penyaluran gtumo melainkan berpikir tentang hal-hal lain diluar penyaluran gtumo, akan lebih baik lagi pada saat penyaluran gtumo ia

melakukan meditasi. Dalam menerapkan gtumo pada seseorang untuk penyembuhan, seorang Respa menyentuhkan telapak tangannya pada pundak orang tersebut dengan kedua ibu jari menyentuh Medulla oblongata yang merupakan puncak tulang punggung dan sebagai pintu masuk gtumo ke seluruh tubuh orang tersebut. Penyaluran gtumo untuk penyembuhan oleh seorang Respa membutuhkan waktu antara 20 sampai 30 menit. Penyaluran diulangi paling lambat 3 hari setelah penyaluran terakhir agar proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari Respa dapat

(8)

menggunakan gtumo untuk mendukung setiap usahanya dengan menghadapkan kedua telapak tangannya dan mengalirkan gtumo antara 20 hingga 30 menit, kemudian mengucapkan tujuan yang hendak dicapai, bukan proses mencapai tujuan. (Tujuan adalah hasil!)

Grade 2

Seorang High Respa dapat menerapkan gtumo untuk berbagai macam tujuan dengan menyentuhkan telapak tangannya pada obyek yang dituju atau dengan menggunakan simbol-simbol dalam gtumo exoteric. Dalam penerapan gtumo langsung di tubuh pasien,

seorang High Respa meletakkan telapak tangannya di pundak pasien dengan kedua ibu jari menyentuh Medulla oblongata. Penyaluran gtumo oleh seorang high respa untuk penyembuhan membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit. Dalam penerapan gtumo untuk

penyembuhan jarak jauh, seorang High Respa menggunakan simbol-simbol dalam gtumo exoteric. Dalam kehidupan sehari-hari seorang High Respa dapat menggunakan gtumo untuk mendukung setiap

usahanya dengan menggunakan simbol Johre, Chokurei, Seheiki, Honshazeshonen, Merkafalisma dan mengalirkan gtumo antara 10 hingga 30 menit, kemudian mengucapkan tujuan yang hendak dicapai, bukan proses mencapai tujuan. (Tujuan adalah hasil!)

Grade Master

Seorang Master dapat menerapkan gtumo untuk berbagai macam tujuan dengan menyentuhkan telapak tangannya pada obyek yang dituju atau dengan menggunakan simbol-simbol dalam gtumo exoteric. Dalam penerapan langsung ditubuh pasien, seorang Master meletakkan telapak tangannya di pundak pasien dengan kedua ibu jari pada Medulla oblongata. Penyaluran gtumo oleh seorang Master untuk penyembuhan membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit Perbedaan Grade 2 dengan Grade Master hanya terletak pada kuantitas dan kualitas energi yang mengalir. Pada Grade Master energi gtumo yang mengalir jauh lebih besar dan lebih halus dibandingkan dengan Grade 2, dengan demikian proses penyembuhan secara keseluruhan terjadi dalam waktu yang jauh lebih singkat.

Grade Vajra Master

Seorang Vajra Master dapat menerapkan gtumo untuk berbagai macam tujuan dengan menyentuhkan telapak tangannya pada obyek yang dituju atau dengan menggunakan simbol-simbol dalam gtumo

exoteric. Dalam penerapan langsung ditubuh pasien, seorang Vajra Master meletakkan telapak tangannya di pundak pasien dengan

(9)

seorang Vajra Master untuk penyembuhan membutuhkan waktu 10

sampai 15 menit Perbedaan Grade Master dengan Grade Vajra Master hanya terletak pada kuantitas dan kualitas energi yang mengalir. Pada Grade Vajra Master energi gtumo yang mengalir jauh lebih besar dan lebih halus dibandingkan dengan Grade Master, dengan demikian proses penyembuhan secara keseluruhan terjadi dalam waktu yang jauh lebih singkat. Pada Grade Vajra Master,

seseorang dapat memberikan angkur pada orang lain. Keunikan dan kekhasan Grade Vajra Master adalah gtumo akan mengalir secara otomatis pada seseorang yang membutuhkan penyembuhan ~ meskipun ia tidak bertemu langsung dengan Vajra Master ~ hanya dengan mengucapkan nama spiritual dari Vajra Master beberapa kali dalam pikiran!

Proses Kematian Jan 4, '08 7:46 AM

for everyone

Proses Kematian

Pemandangan fisik:

Nafas tersendat, tertatih-tatih. Iramanya tarikan singkat lalu hembusan singkat. Serasa

melelahkan. Suara nafas terdengar seperti “hehhhahhh” lalu diam sejenak sebelum tarikan nafas selanjutnya.

Mata terpejam, tak kuasa membuka mata. Energi makin menghilang. Mulut menganga tak kuasa mengunci.

Mulai dari telapak kaki menjadi dingin,aliran darah dan energi berhenti. Daya nafas yang makin payah makin pendek jangkauannya. Dalam beberapa menit seluruh telapak kaki sudah menjadi dingin.. Lalu juga telapak tangan… Entah mana yang duluan, atau mungkin bersamaan,

nampaknya tergantung kekuatan nafas yang dimiliki dan kesadaran yang empunya nafas.

Beberapa menit kemudian betis kaki mula teras dingin tak ada denyutan, juga lengan tangan bawah.

Lalu dalam hitungan menit paha mulai dingin, juga lengan tangan atas.

Sementara nafas nampak makin tersengal namun makin lambat temponya, makin berat, seperti katub-katub mesin yang masih bekerja dengan tetes-tetes minyak sumber energi terakhir.. Perut masih terasa hangat, begitu juga dada.

Namun, dalam hitungan menit juga, bagian perut mulai mendingin.

Nafas makin lambat. Mungkin mata coba sesekali terbuka.

(10)

Bagian punggung masih hangat, juga dada dan sekitarnya. Ini masih terasa hangat hingga satu-dua jam kemudian.

Pemandangan batin:

Bayangan-bayangan orang-orang tua, laki perempuan, ada beberapa. Mereka adalah para leluhur yang seakan datang hendak menjemput. Lalu ada serupa manusia berwajah teduh cemerlang, ada beberapa. Nampaknya ini yang sering disebut malaikat pamomong..

Namun ada juga makhluk-makhluk menyerupai manusia berwajah aneh, juga makhluk tidak jelas lainnya. Mereka ini mencoba mendekati roh yang sedang menunggu lepas dari badan wadag, merayu untuk ikut dengan mereka. Berebutan mereka merayu dan mencoba meyakinkan. Mirip kampanye pilkada atau juga dakwah agama.

Merasa tidak nyaman, roh segera menyeru minta tolong kepada Tuhan. Kencang teriakan dalam batinnya. namun aneka makhluk aneh-aneh rupa terus bergentayangan. teringatlah akan leluhur dan para malaikat penolong / pamomong. Berseru kepada mereka yang selama hidup senantiasa dijaga tali silaturahmi. Makhluk serupa manusia berwajah aneka ragam dengan wajah

membiaskan cahaya kedamaian hadir. Para malaikat dan leluhur? Mungkin. utusan Tuhan? semoga. Mereka segera menghalau para makhluk dari dunia bawah itu.

Syukurlah pribadi yang sedang menanti saat pulang ke Yang Ilahi ini semasa hidup senantiasa tak putus silaturahminya dengan leluhur dan malaikat pamomong. Sehingga mudahlah ia berkomunikasi dengan mereka. Kuatlah ikatan kasih antar mereka.

Sementara doa-doa yang dipanjatkan kerabat dan keluarga sepertimemancarkan cahaya keemasan, seakan menyibakkan kabut gelap.

Sang Roh makin dapat melihat jalan sutra terbentang. Di ujung jalan sana nampak cahaya terang benderang.

Sesaat nafas terakhir berhembus, Sang Roh segera melesat meninggalkan tubuh. Ia seakan masuk ke pusaran jagat raya, sebentar ia merasa asing dan pening. Namun segera ia bisa menyesuaikan dengan keadaan alam jiwa. Ia terbang ke sana kemari. Dilihatnya tubuh yang menjadi waraganya selama ini terbujur kaku, ditangisi para kerabat. Lalu berbagai kesibukan dilakukan orang-orang terhadap tubuh kaku itu. Ia mencoba mendekati tubuh itu, mengucap selamat tinggal. Diusap-usapnya kepala orang-orang yang dikasihinya.

Ketentraman segera menyelimuti orang-orang yang dikasihi itu. Baginya ia merasa hanya sebentar saja. Namun, di alam ini sudah beberapa jam. Bahkan kala ia masih mengusapi kepala orang-orang yang dikasihinya, tubuh kaku itu sudah selesai dimandikan. Dan kini harum semerbak bunga mewangi diiringi kepulan asap dupa harum melingkup ruangan dimana tubuh kaku yang sudah didandani rapi dan tampan itu diletakkan anggun di dalam peti berukir

(11)

SAD PARAMITA Jan 4, '08 7:51 AM for everyone SAD PARAMITA

1. Dana Paramita/ berdana 2. Sila Paramita/ perbuatan baik 3. Ksanti Paramita/ kesabaran 4. Viriya Paramita/ semangat 5. Dyana Paramita/ ketenangan 6. Panna Paramita/ kebijaksanaan

DANA PARAMITA Melatih kemurahan hati

Ada 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan : 1. Pikiran Iklas, senang dan bahagia 2. Barangnya harus bersih

3. Barangnya kepada orang suci yang merupakan ladang kebajikan

Sang Buddha bersabda, “Siapa yang suka berdana dia akan dicintai dan di sukai. Inilah manfaat langsung dapat dipetik dalam kehidupan ini.”

Wajah cantik, suara merdu, kemolekkan dan kejelitaan, kekuasaan serta mempunyai banyak pengikut. Semua ini dapat diperoleh dari perbuatan baik berdana. (Nidhikhanda Sutta, Samyutta Nikaya I : 2)

Berdana merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan

Ajaran Buddhis memberikan perhatian khusus terhadap landasan psikologis berdana, dengan membedakan berbagai keadaan pikiran yang membarengi tindakan berdana.

Jika dibarengi moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan, yaitu kondisi Mental si pemberi sebelum, selama dan setelah tindakan Berdana itulah yang terpenting dari 3 faktor yang terlibat dalam praktek berdana

SILA PARAMITA

Melatih untuk menghindari dari Pembunuhan dan penganiyaan

Melatih untuk tidak mengambil barang milik orang lain yang tidak diberikan secara sah Melatih untuk menghindari perbuatan asusila

Melatih untuk menghindari pembohongan

Melatih untuk menghindari dari Minuman dan Makanan yang dapat menimbulkan mabuk dan ketagihan

(12)

Landasan utama untuk menjalankan disiplin moral adalah Hiri (perasaan malu terhadap akibat dari kejahatan yang dilakukan) dan Ottapa (perasaan takut terhadap akibat perbuatan yang dilakukan)

Melatih menghindari dari pembunuhan dan penganiayaan

Dalam tradisi Utara, ada suatu latihan tambahan yaitu tidak mengkonsumsi makanan dari makhluk hidup. Bahkan di samping makhluk hidup juga tidak mengkonsumsi 5 (lima) makanan pedas, yaitu bawang merah, bawang putih, lokio, ku Chai dan brambang.

Bentuk latihannya:

Memiliki hati nurani, simpati, belas kasih, kepada semua makhluk, mengharapkan kesejahteraan mereka. Tidak merugikan makhluk hidup bahkan dalam pikiran, apalagi menganiaya secara fisik.

ALASANNYA

1. Di makan mentah dapat menimbulkan amarah 2. Dimasak dapat membangkitkan nafsu birahi

Untuk seorang Bhikkhu tidak diperkenankan untuk mengkonsumsi 11 macam daging 1. Manusia 2. Gajah 3. Kuda 4. Badak 5. Anjing 6. Hyena 7. Macan 8. Ular 9. Leopard 10. Beruang 11. Singa

Ada 3 (tiga) syarat seorang Bhikkhu dapat mengkonsumsi daging 1. Beliau tidak melihat hewan tersebut dipotong.

2. Beliau tidak mendengar makanan yang disajikan berupa hewan 3. Beliau tidak berprasangka makanan tersebut disajikan untuknya

Menghindari dari pengambilan barang milik orang lain

Perbuatan mengambil barang milik orang lain dapat dilakukan oleh setiap orang, tanpa memandang orang tersebut apakah kaya-miskin, jabatan tinggi-rendah.

Bentuk pengendaliannya :

(13)

1. Menghindari mengambil apa yang tidak diberikan.

2. Merasa puas dengan apa yang dimiliki dan tidak menginginkan milik orang lain. 3. Memiliki pemikiran bahwa barang-barang milik yang lain adalah milik yang lain,

4. Tidak membiarkan sedikitpun niat untuk mencuri dan bahkan tidak berkeinginan mengambil sehelai rumput atau daun yang tidak diberikan kepadanya,

5. Apalagi mengambil kebutuhan hidup orang lain.

Menghindari dari perbuatan asusila

1. Menghindari senggama yang keliru.

2. Merasa puas dengan pasangan hidupnya sendiri dan tidak menginginkan pasangan hidup orang lain.

3. Tidak membiarkan niat untuk mendapatkan pasangan hidup yang lain, apalagi melakukan senggama dengan mereka

Anggutara Nikaya V, 266

Obyek perjinahan :

1. Anak di bawah umur 2. Pasangan Hidup orang lain 3. Orang hukuman

4. Saudara kandung

5. Orang yang melaksanakan sila Organ Seksual : 1. Mulut 2. Alat Kelamin 3. Anus

Menghindari dari berbohong

menghindari ucapan yang salah, selalu berbicara benar, sesuai dengan yang sebenarnya, yang cocok dengan waktu dan bertindak sesuai dengannya.

Bahkan dalam mimpi sekalipun tidak berbicara keliru untuk maksud menipu dengan cara menutupi apa yang mereka lihat, percaya, harapkan, maksudkan dan inginkan.

Tidak membicarakan kebohongan bahkan dalam mimpi apalagi dalam keadaan sadar.

Menghindari dari makanan dan minuman yang memabukkan dan dapat menimbulkan ketagihan

Tidak mengkonsumsi obat-obatan psikotrapika dan narkotik maupun sejenisnya

(14)

Dalam DHAMMAPADA disebutkan antara perbuatan pembunuhan, perbuatan asusila dan Mabuk-mabukkan, ternyata bahaya mabuk-mabukkan yang membuat kehilangan kesadaran jauh lebih berbahaya. Dalam kondisi yang tidak sadar kita dapat melakukan rangkaian perbuatan jahat yang lebih besar lagi.

KSANTI PARAMITA

Dalam Pelatihan untuk murid Dyana seorang guru mampu mengubah murid yang lemah dan tidak bersemangat menjadi seorang yang gagah dan perkasa.

Hal ini karena mereka memiliki pandangan bahwa setiap orang memiliki benih kebuddhaan

Dalam Anggutara Nikaya disebutkan ketabahan seseorang dapat diketahui dengan :

Ketika seseorang kehilangan sanak keluarga, kekayaan atau kesehatan, dia merenungkan sebagai berikut : Inilah sifat alami kehidupan di dunia ini, inilah sifat alami kemampuan keberadaan individu, bahwa 8 kondisi dunia terus membuat dunia berputar dan dunia memutar 8 kondisi dunia ini, terdiri dari Untung – rugi, terkenal – tercemar, dipuji – dicela, senang – derita. Dengan mempertimbangkan hal ini dia tidak berduka dan tidak khawatir atau meratap atau memukuli dadanya atau menjadi gelisah pada saat kehilangan sanak saudara, kekayaan atau kesehatan VIRIYA PARAMITA Anggutara Nikaya II : 12

“Biarlah hanya kulit, otot dan tulangku yang tersisa, biarlah darah dan daging di tubuhku

mengering, Aku tetap tidak akan mengendurkan semangat sampai aku berhasil mencapai apapun yang dapat dimenangkan oleh kekuatan manusia, semangat manusia, usaha manusia.”

Semakin banyak kita menghadapi probelma dan rintangan hidup. Janganlah kita artikan beban permasalahan kita berat. Sebaliknya hal ini menjadikan kita menjadi orang yang besar dan kokoh.

Sama seperti otot tubuh, selama kita melatih terus dan menghadapi beban berat, maka otot lengan bertambah besar dan kokoh. Berbeda dengan mereka yang tidak melatih ototnya lemah.

DYANA PARAMITA

Melatih perhatian dan kesadaran setiap saat

Selama kematian belum tiba, tubuhku masih sehat tidak sakit, aku masih kuat dan muda aku akan terus melatih menuju kesempurnaan.

(15)

Pada jaman dulu ada seorang bhikkhu yang terkenal dan sangat dihormati oleh masyarakat di manapun dia berada. Namun Bhikkhu ini memiliki seorang murid yang sangat malas dan selalu melakukan kesalahan dan menjelek-jelekkan gurunya.

Orang-orang yang mengetahui hal ini kemudian melaporkan kepada bhikkhu tersebut untuk memecat muridnya. Apa jawab guru yang bijaksana tersebut. Muridku adalah guruku setiap hari dia selalu mengajarkan aku selalu waspada dan sabar.

PANNA (PRAJNA) PARAMITA

Ada 4 hal yang dapat menopang pertumbuhan kebijaksanaan : 1. Bergaul dengan para Bijaksana

2. Mendengarkan Dharma 3. Perhatian yang tepat 4. Praktek sesuai Dharma

Ada 8 hal yang menyebabkan berkembang dan matangnya kebijaksanaan 1. Berlalunya waktu

2. Bertumbuhnya reputasi 3. Sering bertanya

4. Berhubungan dengan pembimbing spiritual 5. Penalaran di dalam diri

6. Diskusi

7. Berhubungan dengan orang-orang yang berbudi luhur 8. Berdiam di tempat sesuai

Cara penilaian Kebijaksanaan seseorang

Dinilai dari cara orang ini memeriksa, merumuskan atau mengemukakan masalah, dia orang bijaksana bukan orang yang dungu.

Dia menyampaikan kata-kata yang dalam, menenangkan luhur dapat dipahami oleh para bijaksana.

Ketika berbicara tentang Dharma dia mampu menjelaskan artinya, baik secara singkat maupun terperinci. Dia adalah orang bijaksana bukan orang dungu.

mantra OM MANI PADME HUM - Riwayat dan Makna Jan 4, '08 7:53 AM for everyone

Arya Avalokiteshvara dan Mantra Enam

Suku Kata

(16)

1st Published 1999

by Karma Kagyud Buddhist Center No. 38 Lorong 22 Geylang

Singapore 398695

Terjemahan oleh: AB Setiadji, April 2005

Terpujilah Arya Avalokiteshvara, dengan mendengar namaNya dan melihat perwujudanNya, semua makhluk dibebaskan dari sengsara.

Pengantar

Sebagai hasil dari keterikatan kita dengan “ego diri”, muncullah kemunduran batin seperti kebanggaan, iri hati, nafsu, ketidakpedulian, kesedihan dan kebencian. Karena pandangan dan emosi yang keliru, para makhluk melakukan tindakan negatif yang mengikat dirinya ke dalam penderitaan di samsara, yaitu putaran kelahiran, menua, sakit dan mati.

Semua Buddha termasuk Buddha Shakyamuni muncul di dunia ini untuk menunjukkan kepada kita jalan untuk melepaskan diri dari penderitaan. Untuk mencapai tujuan Penerangan, seorang praktisi perlu mengembangkan kebijaksanaan dan kualitas Buddha. Pada tahap pengembangan, kita bergantung pada ajaran, berkah, dukungan dan penguatan dari Buddha dan Boddhisattva. Melalui pelaksanaan enam

kebijaksanaan (sad paramita), para Makhluk Suci atau Boddhisattva mengumpulkan jasa, kesabaran, kebijaksanaan dan kualitas, yang memungkinkan mereka menolong semua makhluk.

Salah satu dari Boddhisattva yang paling dikenal di Tibet, China, Jepang, Korea dan Asia Tenggara (khususnya Indonesia) adalah Arya Avalokiteshvara. Ia dikenal sebagai Chenrezig bagi orang Tibet atau Kuan Yin Pu Sa bagi orang China.

Kelahiran Ajaib Avalokiteshvara di Tanah Suci Padmavati

Menurut naskah Mani Kabum, di tanah suci Padmawati, ada penguasa dunia bernama Zangpochong. Raja ini menginginkan seorang anak laki-laki. Ia telah membuat banyak persembahan kepada Tri Ratna agar berkenan mengabulkan permohonannya, dan pada setiap persembahan ia mengirim pelayan-pelayan untuk mengumpulkan bunga teratai.

Pada suatu ketika, seorang pelayan menemukan teratai raksasa di danau. Ukuran kelopaknya sebesar sayap burung heriang (semacam elang) dan hampir mekar. Ia segera kembali memberitahu sang Raja. Raja merasa bahwa ini adalah tanda doanya meminta seorang putera akan dikabulkan. Ia kemudian pergi bersama rombongan menteri ke danau tersebut dengan membawa berbagai persembahan. Di sana mereka menemukan sebuah teratai raksasa sedang mekar. Di dalam kelopaknya, ada seorang

(17)

anak laki-laki berumur sekitar 16 tahun. Tubuhnya putih dan ia memancarkan tanda-tanda fisik kesempurnaan seorang Buddha. Sinar memancar dari tubuhnya. Anak itu berkata “Aku sangat kasihan terhadap semua makhluk yang begitu menderita”. Raja dan rombongan memberikan banyak persembahan dan penghormatan ke anak itu, dan mengajaknya ke istana. Raja memberinya nama “Yang Lahir dari Teratai” atau “Inti Teratai” karena kelahirannya yang ajaib. Ia juga menanyakan hal ini kepada Buddha Amitabha. Buddha Amitabha memberitahu Raja bahwa anak itu adalah

perwujudan dari semua aktivitas para Buddha. Ia juga perwujudan dari hati semua Buddha. Namanya Avalokiteshvara dan ia akan memenuhi tujuan semua makhluk di seluruh penjuru alam.

Misi Avalokiteshvara dan Perwujudan dari Enam Buddha dalam Enam Bentuk makhluk

Pada suatu purnama, Raja membuat persembahan istimewa kepada Tri Ratna dan Avalokiteshvara. Pada saat itu, Avalokiteshvara mengumpulkan kembali misinya. Ia harus membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Dengan welas asih, ia

memperhatikan para makhluk dalam tiga kekuasaan nafsu keinginan, yang berbentuk dan tidak berbentuk. Ia melihat kemunduran dan penderitaan. Ia melihat bahwa “nafsu mereka seperti air terjun; kebencian mereka seperti api yang berkobar; ketidakpedulian melingkupi mereka seperti awan kegelapan; kebanggan mereka sekokoh gunung; dan keirihatian mereka secepat angin. Rantai dari ego diri mengikat tiap makhluk ke dalam putaran kelahiran dan kematian. Penderitaan yang mereka alami serasa seperti mereka jatuh ke dalam nyala api.”

Sifat welas asih muncul dan air mata menitik dari mata Avalokiteshvara. Ia membuat persembahan dan penghormatan kepada Buddha dari sepuluh penjuru dan berdoa memohon bimbingan bagaimana Ia dapat menolong semua makhluk yang menderita. Para Buddha menjawab serempak, “Jika engkau ingin menolong semua makhluk, engkau harus dimotivasi oleh kebajikan dan welas asih. Jangan bosan dengan tugas ini. Jangan menyerah.” Ia bertanya lagi, “ Bagaimana aku mengembangkan sifat kebajikan dan welas asih?” Buddha Amitabha muncul untuk mengarahkan

Avalokiteshvara pada praktek, dan memberinya kekuatan untuk memenuhi misinya. Dengan berkah ini Avalokiteshvara berjanji selanjutnya “dari tiap pori-pori di tubuhku, semoga aku mewujud menjadi Buddha dan Boddhisatva sesuai kebutuhan semua makhluk. Dengan perwujudan tersebut, semoga aku dapat membebaskan semua makhluk hidup tanpa tersisa satupun. Jika aku memiliki kemelekatan, biarlah kepalaku hancur berkeping”. Buddha Amitabha memujinya, “Bagus. Buddha dari sepuluh penjuru dan tiga masa dan Aku telah mengembangkan sikap tercerahkan sama sepertimu. Kami telah membuat janji ini dan memperoleh penerangan. Aku akan menolongmu.” Buddha Amitabha memberkahi aspirasinya dan memberinya kekuatan.

Perwujudan Enam Buddha dalam Enam Bentuk

Avalokitashvara kemudian memancarkan enam cahaya dari tubuhnya menjadi enam bentuk makhluk. Tiap cahaya mewujud menjadi satu Buddha. Enam Buddha adalah:

(18)

1. Buddha Gyajin di alam Dewa untuk menaklukkan kesombongan dari semua dewa

dan membebaskan penderitaan mereka;

2. Buddha Thagzangri di alam setengah dewa untuk menaklukkan iri hati dan

membebaskan mereka dari pertikaian dan pertempuran terus menerus;

3. Buddha Sakyamuni di alam manusia untuk menaklukkan keinginan dan

membebaskan dari kelahiran, usia tua, sakit dan kematian;

4. Buddha Sangye Rabten di alam binatang untuk menaklukkan noda kebodohan, dan

membebaskan mereka dari penderitaan diburu, dimangsa dan dianiaya;

5. Buddha Namkhazod di alam setan kelaparan untuk menaklukkan noda

kesengsaraan, dan membebaskan mereka dari penderitaan kelaparan dan kehausan;

6. Buddha Chokyi Gyalpo di alam neraka untuk menaklukkan noda kebencian, dan

membebaskan dari penderitaan panas dan dingin yang luar biasa dan penderitaan lain.

Tak terhitung makhluk yang kemudian terbebaskan.

Manifestasi Avalokiteshvara Bertangan-Seribu dan Bermata-Seribu, dan mantra enam sukukata

Sesudah beberapa waktu, Avalokiteshvara berpikir bahwa ia telah berhasil mengurangi banyak sekali jumlah makhluk yang menderita. Saat ia memperhatikan dengan mata kebijakannya dari Gunung Meru, ia merasa kecewa mendapati bahwa jumlahnya tidak banyak berkurang. Ia memancarkan cahayanya ke enam alam sebanyak tiga kali lagi untuk membebaskan semua makhluk. Ketika ia memeriksa kembali, ia kecewa. Dengan putus asa, ia berpikir, “Sungguh sebagaimana Tathagata telah katakan, alam semesta tak terbatas; begitu juga makhluk hidup pun tak terbatas. Aku telah

membebaskan begitu banyak makhluk namun jumlah mereka tidak banyak berkurang. Samsara tiada akhir. Aku harus membebaskan diriku sendiri.”

Dengan pemikiran yang menurun ini, ia melanggar sumpah bodhisattva. Kepalanya pecah menjadi seratus bagian. Dengan penuh penyesalan, ia berseru kepada Buddha Amitabha dan semua Buddha mohon pertolongan, “Hamba telah gagal memenuhi tujuanku dan tujuan makhluk, tolonglah hamba.” Buddha Amitabha muncul, mengumpulkan seratus bagian dari kepala yang pecah, dan merubahnya menjadi sebelas kepala. Beliau memberkati sepuluh kepala dengan perwujudan damai dan satu dengan perwujudan murka dengan tujuan untuk menaklukkan mereka yang tak dapat ditaklukkan dengan cara-cara damai.

Buddha Amitabha lalu memerintahkan, “Tidak ada permulaan untuk samsara. Juga tak ada akhir untuk samsara. Engkau harus menolong semua makhluk sampai mereka terbebaskan.”

Avalokiteshvara memohon, “Jika hamba harus menolong semua mahkluk hingga

(19)

mewujud sebagai seribu penguasa semesta, dan seribu mata mewujud sebagai seribu Buddha”. Buddha Amitabha meluluskan permohonannya dan memberinya seribu tangan dan seribu mata, tiap mata berada di tiap telapak tangan.

Buddha Amitabha lalu memerintahkannya, “Jika engkau ingin membebaskan

penderitaan di enam alam, engkau harus mengajarkan Mantra Enam Sukukata “OM MANI PADME HUM” yang akan menghentikan kelahiran kembali dan penderitaan

makhluk di enam alam. Tiap sukukata akan menghilangkan penyebab dan kondisi yang mengakibatkan kelahiran kembali di tiap alam terkait. “OM” akan menghilangkan penyebab dan kondisi yang mengakibatkan kelahiran kembali di alam dewa. “MA” akan menghilangkan penyebab dan kondisi yang mengakibatkankelahiran kembali di alam setengah dewa. “NI’ akan menghilangkan penyebab dan kondisi yang

mengakibatkan kelahiran kembali di alam manusia. “PAD” akan menghilangkan penyebab dan kondisi yang mengakibatkan kelahiran kembali di alam binatang. “ME” akan menghilangkan penyebab dan kondisi yang mengakibatkan kelahiran kembali di alam setan kelaparan. “HUM” akan menghilangkan penyebab dan kondisi yang

mengakibatkan kelahiran kembali di alam neraka. Engkau harus menggunakan, menjaga, mendaraskan dan menyerap mantra ini. Ini akan mengosongkan ke enam alam.”

Kedatangan Avalokiteshvara di Dunia ini

Buddha Amitabha mewujudkan enam suku kata “Om Mani Padme Hum” dalam rupa cahaya, yang muncul di dunia ini ke Gunung Potala. Beliau juga memerintahkan Avalokiteshvara pergi ke sana untuk membebaskan semua makhluk hidup.

Menyongsong kedatangan Avalokiteshvara, seluruh dunia dipenuhi dengan tanda-tanda menakjubkan dan cahaya cemerlang, yang melampaui matahari dan bulan.

Pada waktu itu, Buddha Sakyamuni sedang memberikan pengajaran di Gunung Malaya. Salah seorang Bodhisattva mengetahui adanya cahaya cemerlang. Ia bersujud dan bertanya ke Buddha apa yang terjadi. Buddha Sakyamuni menjawab, “Dari sini ke Barat di atas semesta yang tak terbilang, ada suatu tempat bernama Padmawati. Disana, bertahta seorang Buddha yang dikenal sebagai Amitabha, dan ia memiliki seorang Bodhisattva bernama Avalokiteshvara. Bodhisattva ini telah datang ke dunia ini di Gunung Potala dimana ia akan menolong makhluk yang tak terhingga jumlahnya. Ia adalah yang paling sempurna di antara semua Bodhisattva. Ia mewujud dalam seribu Buddha yang meliputi seluruh semesta alam untuk membebaskan semua makhluk.”

Ajaran Mantra Enam Sukukata oleh Buddha Sakyamuni.

Pada suatu kali, Buddha Sakyamuni sedang berdiam di vihara Anathapindika di hutan Jeta dekat Shravasti dengan para muridnya. Ia memperkenalkan bodhisattva yang sangat dihormati ini dan Mantra Enam Sukukata kepada yang hadir di pertemuan.

(20)

Seorang bodhisattva bernama Sarvanivaranaviskambhim mengajukan permohonan kepada Yang Mulia. Ia bersujud dan berseru, “Untuk manfaat bagi semua makhluk di enam alam, mohon beritahu hamba bagaimana hamba dapat memperoleh Mantra Agung ini yang merupakan kebijakan semua Buddha, yang akan memotong akar dari samsara. Berkenanlah Buddha memberikan hamba ajaran ini. Hamba persembahkan seluruh semesta sebagai Mandala. Terhadap siapa yang mau menulis Mantra Enam Sukukata ini, hamba sediakan darah hamba sebagai tintanya, tulkang hamba sebagai pena, dan kulit hamba sebagai kertasnya. Oh, Buddha Mulia, berkenanlah memberikan hamba pengajaran Mantra Enam Sukukata.”

Buddha Sakyamuni lalu memberikan pengajaran. “Ini adalah mantra yang paling bermanfaat. Bahkan saya membuat aspirasi ini ke hadapan jutaan Buddha dan selanjutnya menerima pengajaran dari Buddha Amitabha.”

Manfaat Mantra Enam Sukukata

Hasil dari Mantra Enam Sukukata tak terukur dan tak dapat dijelaskan sepenuhnya bahkan oleh Buddha dari tiga masa. Beberapa manfaatnya adalah:

1. Siapa saja yang menyimpan mantra ini, tubuhnya akan berubah menjadi tubuh

vajra, tulangnya akan menjadi reliks Buddha dan pikirannya akan berubah menjdai kebijaksanaan Buddha.

2. Siapa saja yang mendaraskan mantra bahkan meski hanya sekali saja akan

memperoleh kebijaksanaan tak terukur. Ia akan mengembangkan belas kasih dan menyempurnakan enam kebijaksanaan. Ia akan dilahirkan sebagai seorang

penguasa semesta. Ia akan mencapai tingkatan Bodhisattva yang tak dapat turun dan akhirnya mencapai Penerangan.

3. Jika mantra ini dipahat di batukarang dan gunung, dan seorang manusia atau

bukan manusia datang dan melihat mantra itu, ia akan mengembangkan penyebab untuk menjadi seorang Bodhisattva dalam kehidupan selanjutnya, sehingga

membebaskan penderitaannya.

Dikatakan bahwa pasir sungai Gangga dan tetesan air di samudera dapat dihitung tetapi hasil dari pendarasan Mantra Enam Sukukata tak dapat dihitung.

Mantra Enam Sukukata adalah perwujudan ucapan dan enerji kebijaksanaan dari semua Buddha. Ini memurnikan persepsi tidak murni ketika atas suara. Ini juga sarana untuk melindungi pikiran kita dari pemikiran yang menjerumuskan. Ini menghentikan kebodohan seseorang dan membuka kebijaksanaan seseorang. Ini memperbesar berkat yang tak terhingga dan kedamaian yang dapat diperoleh. Ini dapat menyelamatkan dan mengurangi makhluk dari ratusan dan ribuan penderitaan dan kesukaran. Ini mungkin terdengar tak masuk akal bagi beberpa orang. Bodhisattva, bagaimanapun, telah membuat aspirasi agung dan mengumpulkan hasil,

(21)

memiliki “kail” untuk membebaskan makhluk. Jika kita memiliki ketulusan dan iman yang dalam padanya dan mencoba upaya dalam praktek Dharma, kita seperti memiliki “suatu cincin yang kuat dan tak akan patah”. Dengan cincin iman kita,

Avalokiteshvara akan dapat “memancing” kita keluar dari penderitaan.

Oleh karena itu, kita harus dengan penuh hormat mengingat Avalokiteshvara, dan mendaraskan Mantra Enam Sukukata. Semua kebutuhan duniawi dan rohani kita akan dipenuhi.

Avalokiteshvara di Tibet

Pada suatu waktu, Lha Thothori Nyentsen, seorang Raja Tibet, bertahta di Istana Yumbu Lagang. Sebuah peti jatuh dari langit menimpa atap istana. Peti dibuka dan berisi Sutra Tatacara Penolakan dan Pengabulan (spang-skong phyag-brgya-pa’imdo), suatu papan hias diukir dengan Dharani Permata Pengabul Harapan

(Cintamanidharani), Sutra Kornukopia Sifat Avalokiteshvara (Aryakaranda Sutra), Mantra Enam Sukukata, dan sebuah stupa emas. Sang Raja tidak tahu apakah itu, tetapi mengerti bahwa itu sangat berharga. Sang Raja telah bermimpi bahwa arti dari benda berharga itu baru akan diketahui sesudah lima generasi.

Penguasa kelima sesudah Lha Thothori adalah Raja Songtsen Gampo. Ia menikah dengan Brikuti putri dari kerajaan Nepal dan Wen Cheng putri kerajaan China Tang. Masing-masing membawa sebuah patung Buddha Sakyamuni ke Tibet dan

memperkenalkan budaya Buddhis ke negeri itu. Sang Raja merasa pentingnya

memberikan ajaran Buddha kepada rakyatnya. Ia mengirim Thonmi Sambhota ke India untuk mempelajari tatabahasa dan menulis. Thonmi Sambhota kelak menciptakan huruf dan tatabahasa Tibet berdasar bahasa Sanskrit. Naskah Buddhis pertama yang diterjemahkan dari Sanskrit ke bahasa Tibet adalah Sutra dan tantra Duapuluh-Satu dari Avalokiteshvara. Selanjutnya, banyak ajaran penting Buddha yang diterjemahkan. Sang Raja dan rakyatnya menyatu dalam praktek Avalokiteshvara.Naskah-naskah pengajaran dikumpulkan dan disembunyikan di kasanah terpisah. Guru yang telah tercerahkan Ngodrup, Lord Nyang dan guru Shakya-O kelak menemukan peninggalan tersebut. Peninggalan tersebut dikenal sebagai Kumpulan Karya Sang Raja berkenaan dengan Mantra “Om Mani Padme Hum” (mani bka-bum).

Banyak guru besar masa lampau dan sekarang di Tibet menyebarkan ajaran

Avalokiteshvara kepada pengikut mereka. Ada banyak sadhana (latihan) yang disusun oleh guru besar yang secara pribadi menerima pengajaran dari Dewa sebagai hasil latihan mereka. Banyak praktisi Tibet mengikuti metode latihan tersebut untuk mencapai tingkat Avalokiteshvara dan membebaskan diri mereka dari penderitaan Samsara. Mereka juga membimbing yang lain dalam jalur yang sempurna ini. Banyak pertapaan pria dan pertapaan wanita juga mengadakan retret pemurnian tahunan (Nyungne), Pendarasan Agung atas Mantra bagi rahib dan awam. Para Guru

(22)

juga mendorong pencetakan Mantra Enam Sukukata pada roda doa dan sebagainya untuk mendapatkan hasil. Orang Tibet percaya bahwa semua tindakan itu akan mendukung mereka dalam kemajuan di jalur spiritual mereka. Mereka percaya Avalokiteshvara adalah penyelamat dan pelindung mereka, sementara Raja Songtsen Gampo adalah perwujudan Avalokiteshvara, dan dua pribadi ini adalah perwujudan dua Tara.

Petunjuk bertemu dengan Malaikat Pamomong Jan 4, '08 7:56 AM for everyone

Doa:

Allah Maha Agung, Maha Asih 3x

Bapa biyung lan leluhurku kang kinasihan

Kakang kawah adi ari-ari

Wanabaya sedulurku papat lima pancer

Jumedula, ingsun suwun daya panguwasanmu

Minangka kanggo panguwasanku

minangka nemoke malaikat pamomong sing ana badanku

wujud nur utawa wujud badan 3x

Tatacara:

1. hening

2. nafas 7-10x

3. doa 3x

4. hening

Sebelumnya puasa 3 hari 3 malam hanya makan nasi putih sekepal sehari

dan minum air putih satu gelas sehari

Tuntunan Puja Samadhi bhs Jawa Jan 4, '08 7:59 AM for everyone

Tuntunan Puja Samadhi

Maha Puja Samadhi ingkang dipun tindakaken sesarengan.

1. Lenggah sila utawi simpuh ingkang prayogi, awak jejeg, ananging mboten nyekengkeng,

(23)

2. Nafas dipun tata sawetawis… tarik nafas… medhal nafas…. Sedaya dipun raosaken

3. Enget marang Guru. Guru menika saget Guru ingkang wonten samenika, tiyang ingkang kita

ndherek nyinau kawruh, utawi Guru ingkang jumeneng ing Swarga, kadosta Kanjeng Gusti Yesus Kristus, Kanjeng Budha Gautama, Dewa, Malaikat, Jimat Pamomong, Leluhur, lsp. Lajeng nyuwun berkah, tuntunan lan pangayoman saking Guru lan Malaikat Pamomong.

4. Ngaturi sedherek sekawan, lima pancer, enem sukma, pitu nyawa saha bhayu sejati lan

sukma sejati supados nyawiji, sesarengan manembah dumateng Gusti. Semanten ugi, ngaturi para sedherek ingkang wonten ing papan ngriku supados sageda ugi ndherek manembah Gusti, ampun malah dhamel reribet.

5. Nafas dipun tata malih kanthi langkung alon…

6. Narik nafas ngantos penuhing padharan, lajeng dipun bucal kanti ngucap dewa mantra:

“Ommmmmm” kaping 21.

7. Ngidung Pepujaan: “Gusti Maha Agung Paring Tuntunan” 7x

Gusti kang Maha Agung wus paring pitulungan kanggo umat sadonya tuntunan kang sejati Tumindhak kang utama nyingkiri barang ala Tansah tresna pepadha setya tuhu mring Gusti

8. Wejangan tegesipun pepujan

9. Ngidung “Pasrah”

Gusti kang Maha Agung Gusti kang Maha Asih Amba pasrah sumarah Sembah sujud ing Gusti

10. Nyuwun berkah pangaksami saking Gusti dan pangapunten saking sesami awit sedaya kalepatan, semanten ugi paring pangapunten dumateng sesami

Ngidung: “Gusti Nyuwun Kawelasan”

Gusti.. kawula ngakeni Dosa lan lepat kawula

Gusti.. nyuwun kawelasan Gusti nyuwun kawelasan (x2) Gusti nyuwun kawelasan…

Musik…. Introspeksi diri … sedaya kalepatan dipun unjukaken dumateng Gusti… nyuwun kawelasan Dalem. Sedaya reribet kaliyan sesami dipun suwunaken berkah supados enggal rampung. Nyuwun pangapunten lan paring pangapunten dumateng sok sintena kemawon ingkang saweg nggadhahi perkawis

(24)

11. Pranayama: tarik nafas dipun lebetaken dhateng padharan kanthi ngucap ing batin “SO….”, mbucal nafas kanthi ngucap ing batin “HAM…” Urut saking ngandhap dasaring awak dumugi pucuk sirah nglewati 7 chakra @ kaping 3, sedaya kaping 21

12. Ngidung: “Dayaning Gusti”

Dayaning Gusti ing sajroning diri bakal sumunar lan dadi pepadhang Lereming pikir lan weninging ati bakal tumuju ing Ngarsaning Hyang

13. Tarik nafas … kanthi ngucap “OM”, nahan nafas kanti ngucap “AH”, mbucal nafas “HUM” kaping 7.

Narik nafas, ngucap OM dipun sarengi mbayangaken Cahya Pethak (putih berkilau) mlebet saking mustaka, narik nafas malih ngucapAH kanti Cahya Abrit (merah menyala) mlebet saking jangga (gulu), narik nafas malih ngucap HUM kanti Cahya Biru (biru langit terang) mlebet saking dada… Mbucal nafas… kaping 21.

14. Hening - Heneng - Henang. Meditasi. Mlebet ing raos layap (raos asrep – toya) leyep (raos anget – geni) ing aluyup (raos ayem – bhayu)…

Sumunaring pepadhang Dalem. Saben narik nafas dipun bayangaken diri kita dados padhang sanget…

15. Udhar reribet lan atur panyuwunan.

Sedaya perkawis dipun aturaken lan dipun suwunaken berkah. Ingkang gerah supados enggal dangan, ingkang sisah mugi diparingi bingah, ingkang mboten kagungan mugi antuk rejeki, lsp.

16. Andum berkah. Samenika kita wonten ing batos manggihi sedaya sedherek ingkang saweg mbetahaken berkah, ingkang saweg gerah, sakit, nandhang sisah, ngayahi tugas ingkang awrat lan sanesipun. Kita paring pepadhang, saben kepanggih sedherek, kita ngucap “Berkah Dalem Gusti” ngemek sirah utawi pundhakipun, sedherek wau dados padhang, dados

mantun, dados sekeco penggalihipun, dados bingah, lan sapiturutipun… Saged ugi ngaturaken panyuwunan kita, kanthi nggambaraken menapa ingkang kita suwun. Dipun tindhakaken kanthi ngidung “Ayem Tentrem”

Ayem tentrem cedhak ing Gusti Ayem tentrem sajroning urip 17. Ngaturaken Puji Panuwun

Puja Samadhi kagem piyambak - jangkep

(25)

1. Lenggah sila utawi simpuh ingkang prayogi, awak jejeg, ananging mboten nyekengkeng, rileks kemawon, tangan wonten ing pangkon, telapakan madhep nginggil

2. Nafas dipun tata sawetawis… tarik nafas… medhal nafas…. Sedaya dipun raosaken

3. Enget marang Guru. Guru menika saget Guru ingkang wonten samenika, tiyang ingkang kita

ndherek nyinau kawruh, utawi Guru ingkang jumeneng ing Swarga, kadosta Kanjeng Gusti Yesus Kristus, Kanjeng Budha Gautama, Dewa, Malaikat, Jimat Pamomong, Leluhur, lsp. Lajeng nyuwun berkah, tuntunan lan pangayoman saking Guru lan Malaikat Pamomong

4. Ngaturi sedherek sekawan, lima pancer, enem sukma, pitu nyawa saha bhayu sejati lan

sukma sejati supados nyawiji, sesarengan manembah dumateng Gusti. Semanten ugi, ngaturi para sedherek ingkang wonten ing papan ngriku supados sageda ugi ndherek manembah Gusti, ampun malah dhamel reribet.

5. Nafas dipun tata malih kanthi langkung alon…

6. Narik nafas ngantos penuhing padharan, lajeng dipun bucal kanti ngucap dewa mantra:

“Ommmmmm” kaping 7.

7. Nyuwun berkah pangaksami saking Gusti dan pangapunten saking sesami awit sedaya

kalepatan, semanten ugi paring pangapunten dumateng sesami

8. Pranayama: tarik nafas dipun lebetaken dhateng padharan kanthi ngucap ing batin “SO….”,

mbucal nafas kanthi ngucap ing batin “HAM…” Urut saking ngandhap dasaring awak dumugi pucuk sirah nglewati 7 chakra @ kaping 3, sedaya kaping 21

9. Tarik nafas … kanthi ngucap “OM”, nahan nafas kanti ngucap “AH”, mbucal nafas “HUM”

kaping 7.

Narik nafas, ngucap OM dipun sarengi mbayangaken Cahya Pethak (putih berkilau) mlebet saking mustaka, narik nafas malih ngucapAH kanti Cahya Abrit (merah menyala) mlebet saking jangga (gulu), narik nafas malih ngucap HUM kanti Cahya Biru (biru langit terang) mlebet saking dada… Mbucal nafas… kaping 21.

10. Hening - Heneng - Henang. Meditasi. Mlebet ing raos layap (raos asrep – toya) leyep (raos anget – geni) ing aluyup (raos ayem – bhayu)…

Sumunaring pepadhang Dalem. Saben narik nafas dipun bayangaken diri kita dados padhang sanget…

11. Udhar reribet lan atur panyuwunan.

Sedaya perkawis dipun aturaken lan dipun suwunaken berkah. Ingkang gerah supados enggal dangan, ingkang sisah mugi diparingi bingah, ingkang mboten kagungan mugi antuk rejeki, lsp.

12. Andum berkah. Samenika kita wonten ing batos manggihi sedaya sedherek ingkang saweg mbetahaken berkah, ingkang saweg gerah, sakit, nandhang sisah, ngayahi tugas ingkang awrat lan sanesipun. Kita paring pepadhang, saben kepanggih sedherek, kita ngucap “Berkah Dalem Gusti” ngemek sirah utawi pundhakipun, sedherek wau dados padhang, dados

mantun, dados sekeco penggalihipun, dados bingah, lan sapiturutipun… Saged ugi ngaturaken panyuwunan kita, kanthi nggambaraken menapa ingkang kita suwun. 13. Atur Puji Panuwun

(26)

Puja Samadhi kagem piyambak - ringkes

1. Lenggah sila utawi simpuh ingkang prayogi, awak jejeg, ananging mboten nyekengkeng,

rileks kemawon, tangan wonten ing pangkon, telapakan madhep nginggil

2. Nafas dipun tata sawetawis… tarik nafas… medhal nafas…. Sedaya dipun raosaken

3. Enget marang Guru. Guru menika saget Guru ingkang wonten samenika, tiyang ingkang kita

ndherek nyinau kawruh, utawi Guru ingkang jumeneng ing Swarga, kadosta Kanjeng Gusti Yesus Kristus, Kanjeng Budha Gautama, Dewa, Malaikat, Jimat Pamomong, Leluhur, lsp Nyuwun berkah, tuntunan lan pangayoman saking Guru Sejati

4. Ngaturi sedherek sekawan, lima pancer, enem sukma, pitu nyawa saha bhayu sejati lan

sukma sejati supados nyawiji, sesarengan manembah dumateng Gusti. Semanten ugi, ngaturi para sedherek ingkang wonten ing papan ngriku supados sageda ugi ndherek manembah Gusti, ampun malah dhamel reribet.

5. Nafas dipun tata malih kanthi langkung alon…

6. Nyuwun berkah pangaksami saking Gusti dan pangapunten saking sesami awit sedaya

kalepatan, semanten ugi paring pangapunten dumateng sesami

7. Tarik nafas … kanthi ngucap “OM”, nahan nafas kanti ngucap “AH”, mbucal nafas “HUM”

kaping 7.

Narik nafas, ngucap “OM” dipun sarengi mbayangaken Cahya Pethak (putih berkilau) mlebet saking mustaka, narik nafas malih ngucap “AH” kanti Cahya Abrit (merah menyala) mlebet saking jangga (gulu), narik nafas malih ngucap “HUM” kanti Cahya Biru (biru langit terang) mlebet saking dada… Mbucal nafas… kaping 21.

8. Hening - Heneng - Henang. Meditasi. Mlebet ing raos layap (raos asrep – toya) leyep (raos

anget – geni) ing aluyup (raos ayem – bhayu)…

Sumunaring pepadhang Dalem. Saben narik nafas dipun bayangaken diri kita dados padhang sanget…

9. Udhar reribet lan atur panyuwunan

10. Atur Puji Panuwun

jangan tidur sore (terlena) Jan 4, '08 8:02 AM for everyone

Aja turu sore kaki,

ana dewa nganglang jagad,

nyangking bokor kencanane,

Isine donga tetulak

Sandhang kalawan pangan

ya iku bagianipun,

wong melek sabar narima

Janganlah engkau tidur sore, anakku Ada dewata melanglang jagad

(27)

Membawa bokor kencana Isinya doa dan penolak bala Rejeki dan anugerah

Itulah bagiannya

Orang yang bertirakat, sabar dan menerima

Bokor kencana: semacam teko untuk membuang ludah / menyimpan minyak, terbuat dari emas.

"Jalma tan kena kinira, Gusti tan kena kinaya apa" Manusia tak dapat dikira, Tuhan tak dapat dijelaskan…

Masukan untuk Sdr.Mardi Pangestu.Menilik namanya, Sdr. adalah orang Jawa. Masukan saya menyesuaikan anda sebagai orang Jawa. Mohon untuk direnungkan : Jika kita mendalami keTuhanan atau agama dengan cara memakai guru dan buku (tulisan orang), maka cara demikian itu dinamakan ilmu

pengetahuan/knowledge/kawruh (Jawa) atau Ilmu Kauniah dalam Islam. Jika kita mendalami keTuhanan atau agama dengan cara lain. Yaitu dengan cara tanpa guru atau tanpa buku (tulisan orang), tetapi dengan Tuhan yang

dianggap hidup dan maha tahu itu dijadikan Guru dan Bukunya, maka cara ini bukan lagi disebut ilmu atau kawruh, tetapi dinamakan ngelmu (Jawa) atau Ilmu Ushul dalam Islam. Hasil pelajaran dari ilmu atau kawruh dari suatu yang nyata ialah pengertian nyata, sedang hasil pelajaran dari yang tak nyata (kawruh rohani) ialah pengertian rohani. Pengertian nyata menolong kita mengungkap rahasia alam nyata, tetapi pengertian rohani tidak mampu menuntun kita mengungkap rahasia rohani atau rahasia keTuhanan. Sebab apa, karena pengertian rohani itu sifatnya mati, artinya bahwa semua pengertian rohani dalam diri kita tidak bisa tumbuh atau tidak bisa bertambah dengan sendirinya, selain kita berusaha menambahnya dengan : banyak membaca, menambah pelajaran, mengadakan diskusi dsb. Jadi sekali lagi, pengertian rohani ialah mati, sedangkan rahasia keTuhanan adalah rahasia tentang Daya Hidup. Ilmu keTuhanan sebagai kawruh berpijak dari kepercayaan akan adanya Tuhan. Seandainya kepercayaan tersebut tidak ada, maka kawruh keTuhananpun dengan sendirinya tidak ada. Tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan, seorang atheis umpamanya, juga bisa mempelajari kawruh keTuhanan, karena kawruh adalah soal kecerdasan otak. Ngelmu adalah cara untuk

mendalami "kawruh" tentang adanya daya hidup, dimana daya hidup yang ingin dimengerti itu sebagai daya yang tidak dimatikan, tetapi dibiarkan hidup, agar dapat memberi tuntunan dan pengertian yang diinginkan. Daya hidup yang ingin dimengerti itu dijadikan guru dan bukunya, supaya kemajuan dalam mempelajari dapat terjamin. Dengan berngelmu kita mengikuti daya kerja dari daya hidup yang dihidupi. Itulah guru dan bukunya. Kalau daya yang kita hidupi itu memang daya hidup, sudah selayaknyalah kalau dapat

(28)

menghidupi kita dengan pengertian-pengertian tentang kehidupan. itulah yang disebut Petunjuk (hidayah) Ilahi. Tujuan mengikuti daya kerja / daya asal tersebut adalah kesempurnaan jiwa yang lebih kita spesifikasikan dengan terminologi Jawa sebagai Ngelmu Kasampurnan atau Ilmu Kenabian dalam Islam. Ngelmu Kasampurnan terdiri dari dua hal : 1. Ngelmu

Kasukman : bertujuan petunjuk kehidupan antara lahir dan mati (petunjuk Duniawiyah / Makrifat). 2. Ngelmu Kamuksan : berakibat petunjuk kebebasan kekal antara ana / ada (exist) dan musna / musnah (petunjuk Ukrawiyah / Tasawuf). Didalam hidup berngelmu dengan sendirinya kita tidak akan mempunyai pengertian tentang suatu soal rohani kalau belum dikurniai pengertian, karena dalam hidup berngelmu tidak dikenal guru dan buku (tulisan orang). Manusia itu tidak bisa memikirkan sesuatu yang didunia ini tidak ada.Selama kita masih menghayati hidup berngelmu, maka kita masih ada dalam masa sendi hitungan dari hidup rohani. Kita masih belum mengerti, dan memang tidak ada pohon yang sekaligus menjadi besar. Segala sesuatu itu minta waktu untuk pertumbuhannya. Karena itu tidak perlu kita merasa malu, kalau dikatakan tidak mengerti. Kita masih ada dalam tahap kasukman. Jadi kurnia pengertian rohani yang bisa kita harap-harapkan adalah tentang sukma manusia. Didalam hidup berngelmu, maka Daya Hidup yang diikuti daya kerjanya itu tidak dimatikan, supaya senantiasa menjadi pengganti guru dan buku selama kita berminat mempelajarinya. Dengan cara belajar yang demikian itu, maka sebagian besar dari pengertian rohani yang kita dapatkan, tidak berasal dari pemikiran kita, tetapi dari Daya Hidup itu sendiri. Karenanya pengertian yang diperoleh dalam hidup berngelmu, jadi yang datang sendiri karena kurnia tanpa ada usaha pemikiran, tidak dinamakam pengertian rohani, tetapi terang rohani. Terang rohani berasal dari Daya Hidup, dan bukan dari pikiran manusia. Terang rohani ialah

pengertian yang hidup, pengertian yang mampu membimbing semua peminatnya. Jadi : - dari kawruh didapat pengertian rohani yang sifatnya mati, dan -

dari ngelmu didapat terang rohani yang sifatnya hidup. Terang rohani itu hidup, artinya dengan sendirinya terang rohani itu akan dapat tumbuh

sesuai dengan ketekadan hidup kita. Untuk mempelajari Daya Hidup dengan berngelmu, kita tidak perlu : - banyak membaca, - mencari pelajaran, - mengadakan diskusi dsb. karena Daya Hidup yang kita ikuti daya kerjanya itu ialah : - tuntunan kita, - pelajaran kita, - nasehat kita dsb. Untuk

menambah pengertian dengan hidup berngelmu, maka sudah cukup kalau kita menuntut suatu cara hidup yang dinamakan lelaku (Jawa) atau ibadah, supaya terang rohani dalam diri kita tidak akan mati sebagai daya hidup. Dengan uraian yang dipaparkan diatas, cukup teranglah kiranya, bahwa ngelmu itu hanyalah suatu cara untuk mempelajari kawruh abstrak tentang Daya Hidup. Bila Daya Hidup itu adalah Zatnya Tuhan, dan bila dalam berngelmu kita tidak mengandalkan pada kecerdasan otak, tetapi hanya dengan penyerahan diri, maka pada suatu saat kita pasti terserap kedalam hakikat Tuhan yang immanen dan sekaligus transenden. Disebut immanen artinya menyatu dalam eksistensi manusia; sedangkan transenden artinya terpisah atau berbeda tapi berkomunikasi. Falsafah Jawa menyebut immanen sekaligus transenden

(29)

sebagai konsep Manunggaling Kawulo Gusti. Ngelmu kasampurnan berpijak dari kenyataan rohani adanya Daya Gaib didalam kehidupan yang gumelar. Tanpa adanya Daya Gaib ini, maka ngelmu kasampurnan itu tidak ada. Untuk dapat menghidupi ngelmu kasampurnan, kita harus punya inisiatif yang aktif, karena kita akan mengikuti daya kerjaNya. Seorang atheispun bisa mempelajari ilmu keTuhanan dengan kawruh, tetapi dia tidak bisa

mempelajarinya dengan ngelmu. Ngelmu bukan merupakan soal yang dapat dicapai dengan kecerdasan otak, tetapi hanya dengan penyerahan diri. Dasar dari kawruh dan ngelmu adalah sama, yaitu : - kebutuhan manusiawi, dan - keinginan untuk tahu, dengan perbedaan bahwa dengan kawruh kita dapat menuntut ilmu pengetahuan : - demi pengetahuan, atau - demi perlunya, tetapi dengan berngelmu kita cuma bertujuan demi perlunya.

Kawruh (pengetahuan / knowledge)dasarnya ialah indera. Kawruh adalah hasil dari pemikiran. Memang pemikiranlah yang dapat membimbing manusia dalam mempelajari ilmu=ilmu yang nyata. Pengetahuan-pengetahuan tentang hukum alam dapat mengungkap rahasia alam. Dalam kawruh nyata tidak diketemukan kepercayaan. Segala sesuatu harus dapat dibuktikan menurut logika akal dengan dasar fakta nyata. Untuk mempelajari kawruh tidak diperlukan : - kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa, dan - kerendahan hati, yang diperlukan ialah : - kepercayaan kepada diri sendiri dan kekerasan kehendak.

Pengertian akan arti kehidupan mampu manghampakan manusia dari

kesombongandiri yang timbul, karena kesadaran akan kekuasaannya terhadap alam. Ngelmu kamuksan (petunjuk Ukrawiyah) sebagai suatu cara untuk mempelajari kehidupan rohani yang bertujuan kehidupan kekal mempunyai dasar fakta rohani. Ngelmu kamuksan didasarkan atas : - Daya Gaib yang ada dalam kehidupan, - Fakta rohani, - Pembuktian pribadi, - Logika hati dan - Ketajaman rasa. Dalam ngelmu tidak ada kepastian. Kepastian adalah hasil dari pemikiran. Ngelmu kamuksan adalah usaha manusia dalam bidang kehidupan rohani yang berlangsung didunia ini. Maka dari itu, walaupun ngelmu kamuksan mempelajari kepercayaan, tetapi didasarkan atas kenyataan pula, kenyataan rohani. Sebagai usaha dalam kehidupan rohani, maka segala pembuktian tidak berlaku umum, tetapi cukup untuk diri sendiri saja : pembuktian pribadi. Tiap pembuktian itu harus menurut logika. Kawruh sebagai karya pikiran menuruti logika akal, ngelmu sebagai karya rasa menuruti logika hati. Untuk mempelajari ngelmu tidak diperlukan : - Kepercayaan kepada diri sendiri, dan - Kekerasan kehendak, Tetapi yang diperlukan ialah : - Kerendahan hati (Tumungkuling Rasa) dan - Penyerahan diri (Sumarah). Kedua hal tersebut (Kerendahan hati & Penyerahan Diri) adalah arti daripada ISLAM (= Damai dan Serah Diri). Untuk itu kita dapat merujuk ke Al Qur'an surat 4 An-Nisa ayat 94; surat 2 Al-Baqarah ayat 131 dan surat 3 Ali Imran ayat 20. Demikianlah Al Qur'an dalam Teori Informasi merupakan sistim kompleks dengan kompleksitas tinggi, dimana tiap Suratnya merupakan model nyata atau skema yang berperan sebagai kerangka konsep dimana informasi dikemas sedemikian sehingga menggambarkan : - Struktur abstraksi pada semua tingkatannya. - Struktur subskema-subskema

(30)

dan kedalaman (depth) daripada informasi yang dikandungnya. Kembali kemakna ISLAM, dalam rasa tumungkul (kerendahan hati), maka kepercayaan kepada diri sendiri yang didasarkan atas kodrat adalah kesombongan.

Pangkal dari ngelmu bukanlah kehendak manusia, tetapi penyerahan diri manusia terhadap arti kehidupan, terdorong karena kesadaran akan

kehadirannya dihadirat Allah dalam perbandingan yang wajar, bahwa manusia itu bukan apa-apa dan Allah itu segala-galanya. Dengan hidup berngelmu kita tidak mengikuti kehendak sendiri, tetapi mengikuti arti kehidupan. Sebagai karya rasa yang berpangkal dari penyerahan diri, maka ngelmu menghasilkan terang rohani. Terang rohani itu adalah gaib, mistik. Terang rohani itu sebagai hasil ngelmuadalah pengertian gaib, pengertian yang bersifat hidup.

Menurut hemat saya, tidak ada korelasi antara scientist dengan kesulitan menerima Tuhan. Hal itu biasanya tergantung sepenuhnya dari pengalaman sejak masa anak-anak sebelum menjadi scientist.

Terima kasih atas segala perhatiannya. Wassalam :

Moesdar Pangestu

olah kepribadian agung pambudi di sepertiga malam ,sabtu 29012011 sang bayu membisikkan sesuatu yang rahasia padaku dan ia hantarkan hawa sejuk pegunungan kutub utara yang dingin selembut salju..menerpa wajah-wajah sang penggalang

cinta..salamku padamu dimalam ini duhai semesta.

sugeng ing madyaning ratri..kairing suminaring condro ingkang tansah hamadhangi jagad gumelar sagung dumadi kinoyo netro jagad hanyekseni poro titah kang tumitah hamemuji mring

gusti kang murbeng dumadi...djojo ing bojo,djojo djojo nuswantoro.

tulisan ini bukan nasehat,dan bukan buku pengetahuan yang membahas suatu ilmu dengan cara yang sistematis,tetapi hanya mrupakan suatu pengumpulan pandangan rohani yang kami himpun sebagai iktiar untuk mawas diri dalam ngelmu yang kami

hidupi. ngelmu kasampurnan.

dengan ini maka kami tidak mengajak pembaca untuk memandang suatu soal rohani dari sudut pandangan kami,itu tidak baik,dengan demikian kami mencampuri urusan pribadi anda,tiap orang itu berlaianan watak dan sifatnya,dengan begitu berlainan pulalah

cita-rasannya.

Kehidupan rohani adalah soal pribadi.umpamakan saja uraian kami ini sebagai hidangan makan sederhana,masakana yang sederhana .masakan yang kirannya cocok ambilah.dan sempurnakan sampai menjadi cocok dengan selera anda sendiri .dengan begitu anda bisa

(31)

begitu pula pada tiap perjamuan makan ..para tamu tidak diwajibkan untuk menikmati semua hidangan.kumpulan dari pandangan pribadi ini jadi tidak kami sajikan karena kebutuhan untuk di dengar,ditrima,dipercaya,tetapi merupakan suatu hidanagan rohani yang kami keluarkan dari kalbu hati,supaya kami dengan lebih gampang bisa menyadari

diri.

mudah -mudahan tuliasan kami yang masih muda dalam nilai rohani ini bisa memberi kesumbangan untuk mengurangi prasangka terhadap NGELMU,dan semoga pembaca dapat menemukan sugesti yang cocok sebagai bahan renungan untuk disempurnakan. timakasih saudaraku semua atas kehadirannya ditempat sederhana ini.semoga kehadiran

saudaraku poro kadhang kang kinasih ..dapat menambah terang jagad gumelar sagung dumadi..amien..

kita semua sudah tahu ..bahwa kupu-kupu itu terjadi dari ulat,ulat membuat kepompong dan dari kepompong keluarlah kupu-kupu...

terjadinya kupu-kupu dari ulat adalah suatu fakta yang kita alami.kita percaya,bahwa kupu-kupu itu terjadi dari ulat.tetapi kita tidak mengerti bagaimana ulat bisa berubah menjadi kupu-kupu.walaupun kita tidak mengerti ..namun kita percaya bahwa kupu-kupu

terjadi dari ulat.

kita sudah biasa melihat fakta itu terjadi.percaya akan adanya dan percaya akan terjadinya sesuatu itu tidak perlu kita mengerti,

fakta bahwa kupu-kupu itu keluar dari kepompong adalah dasar dari kepercayaan akan terjadinya kupu-kupu dari ulat.

kepompong adalah kedap air,kedap udara,kedap cuaca dan dibuat dari bahan yang tidak gampang tersobek dengan tangan.kupu-kupu tidak mempunyai gigi...tetapi hanya

mempunyai belalai kecil untuk menghisap sari bunga .

kita tidak mengerti bagaimana kupu-kupu bisa keluar dari kepompong yang begitu kuat .walaupun kita tidak mengerti,...namun kita percaya bahwa kupu-kupu dengan kekuatan

sendiri keluar dari kepompong...percaya itu tidak perlu mengerti. ngelmu kasukman dan semu kamuksan...apa pendapat anda tentang dua hal

ini...monggo..sesarengan dipun wedar...

benarkah hanya sukma yang kembali kepada sang daya hidup dalam kasampurnan...lalu bagaimana dengan 4 unsur yang ditinggalkanya..

sukma yang melanjutkan perjalanan hidupnya dari fase kefase..hingga ketujuan ahir....adalah bidang ngelmu kasukman.

anggugu ing semu bakal tinemu....adalah bagian dari semu kamuksan.. kamuksan membahas seluruh berpulangnya sagung dumadi.

berpulangnya sagung dumadi menuju kasuwungan..awal yang tiada berawal adanya ketiadaan yang ada bukan zat dan bukan sifat ,tidak pula mempunyai asma yang

melahirkan af al...SUWUNG IKU HAMENGKU ONO.

"BAWANA TRAYA"

BAWANA berarti jagad atau alam kehidupan.

bawanatraya adalah tiga alam kehidupan yang ada di dalam semesta ini. tiga alam kehidupan itu bisa kita bedakan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Cara motivasi orang tua dalam mendidik ibadah shalat pada anak. usia dini sudah berjalan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan sumber lagu-lagu Rohani bahasa Hokkien yang digunakan pada tata cara ibadah GBI Yanglim Plaza Medan, mengetahui

Pengertian Metode Waterfall - Metode air terjun atau yang sering disebut metode waterfall sering dinamakan siklus hidup klasik ( classic life cycle ), dimana

Menyikat, menyisir dan bersampo (minimal 2 kali seminggu) adalah cara-cara dasar higienis untuk perawatan kulit rambut dan kepala. 1) Cahaya harus cukup terang ketika

Saat kita sadar bahwa bekerja itu ibadah, ini akan menambah motivasi bagi kita agar kita bekerja dengan serius, dengan cara-cara sesuai syariat, dan tentu saja dengan niat

Budaya dan pandangan hidup Jawa yang telah mengkristal dalam setiap peri kehidupan masyarakat Jawa tersebut berkembang menjadi sebuah cara hidup yang dikenal

Apakah saya hidup sesuai dengan terang (pengertian) yang sudah saya miliki? Saudara harus dapat menjawab pertanyaan ini dengan "Ya". Kalau Roh Kudus menyatakan

DIDI SUNARDI, MA 8 Jumat, 30 April 2021 19:35 21:00 Selesai Ibadah shalat, pengertian, syarat sahnya shalat, tata cara shalat, hal yang membatalkan shalat, hikma shalat Ibadah shalat,