• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER, STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA DESA DUKUHREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUMBER, STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA DESA DUKUHREJO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER, STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA DESA DUKUHREJO

1. Sumber Lapangan Pekerjaan dan Struktur Nafkah Rumah Tangga Desa Dukuhrejo

Ada delapan sumber nafkah rumah tangga responden Desa Dukuhrejo sekarang ini adalah lapangan pekerjaan budidaya pertanian lahan kering, penebangan kayu di hutan, penambangan batubara, usaha warung, perkebunan kelapa sawit, perdagangan (sektor informal), jasa konstruksi, dan jasa pendidikan. Seluruh sumber nafkah tersebut tergolong dalam dua struktur nafkah: (i) nafkah dari sumber-sumber pertanian (pertanian lahan kering, penebangan kayu dan Perkebunan kelapa sawit), atau yang disebut sebagai nafkah yang bersumber dari on farm; (ii) nafkah dari sumber-sumber non pertanian (penambangan batubara, usaha warung, Perdagangan (sektor informal), Jasa konstruksi, dan Jasa pendidikan); atau yang disebut sebagai nafkah yang bersumber dari off farm (Tabel 11).

Nafkah on farm dan off farm tersebut merupakan ciri struktur nafkah masyarakat Desa Dukuhrejo yang ditunjukkan oleh 40 responden (Tabel 12). Struktur nafkah dual dan multi tersebut merupakan penopang untuk mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga masyarakat Desa Dukuhrejo.

Pada Tabel 11 dipaparkan beberapa profesi responden Desa Dukuhrejo. Profesi responden tersebut meliputi lapangan pekerjaan pertanian dan non pertanian. Ada 8 jenis profesi responden Desa Dukuhrejo, yakni petani lahan kering, penebang kayu, pekerja perkebunan, pengusaha warung, penambang batubara, pedagang sayur, buruh bangunan, dan guru TK. Lapangan pekerjaan pertanian berjumlah 3 profesi, sedangkan pada lapangan pekerjaan non pertanian berjumlah 5 profesi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa responden Desa Dukuhrejo tidak hanya terpaku pada satu jenis lapangan pekerjaan saja. Namun mereka membuka diri untuk juga mengandalkan jenis lapangan pekerjaan lain dalam mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga. Hal ini menunjukkan responden Desa Dukuhrejo memiliki kepekaan terhadap beberapa jenis lapangan pekerjaan yang terdapat di Desa Dukuhrejo.

(2)

Sebanyak 17 responden (42,5 persen) dari 40 responden yang diteliti sepenuhnya mengandalkan nafkah dari on farm (penebangan kayu hutan, pertanian lahan kering, dan perkebunanan kelapa sawit). Adapun yang sepenuhnya mengandalkan nafkah dari off farm (penambangan batubara) hanya 1 responden (2,5 persen). Sementara sisanya mengandalkan hidupnya dari kombinasi dual nafkah dan multi nafkah dari on farm dan off farm (Tabel 12).

Boleh dikatakan warga masyarakat Desa Dukuhrejo bekerja dalam dualisme sistem ekonomi sebagaimana ditengarai oleh Boeke (1953). Dualisme sosial adalah bentroknya sistem sosial yang diimpor dengan sistem sosial asli yang jenisnya berbeda. Seringkali sistem sosial yang diimpor merupakan kapitalisme yang tinggi. Dualisme ekonomi Desa Dukuhrejo ditandai dengan mulai beroperasinya HPH (Hak Pengusahaan Hutan) PT Kodeco dan IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT Arutmin Indonesia Site Batulicin sekitar tahun 1997-2005.

Tabel 11. Jenis Lapangan Pekerjaan dan Profesi Responden Rumah tangga Desa Dukuhrejo Tahun 2012

No Lapangan Pekerjaan Profesi Responden Desa

Dukuhrejo

1. Pertanian (On Farm)

Budidaya pertanian lahan kering Petani lahan kering Penebangan kayu di hutan Penebang kayu Perkebunan kelapa sawit Pekerja perkebunan 2. Non Pertanian (Off Farm)

Usaha warung Pengusaha warung

Penambangan batubara Penambang batubara Perdagangan (sektor informal) Pedagang sayur

Jasa konstruksi Buruh bangunan

(3)

Tabel 12. Jumlah Responden Rumah tangga Desa Dukuhrejo Menurut Aneka Nafkah On farm dan Off Farm Tahun 2012

Off Farm On Farm Tidak Bekerj a di On Farm Total Petani lahan kering Penebang Kayu Hutan Petani dan pekerja perkebunan Penebang Kayu dan Petani Penebang kayu, Petani, dan pekerja perkebunan Penamban g Batubara 1 1 1 5 1 1 10 Pengusaha Warung 1 2 0 2 0 0 5 Pedagang Sayur 2 1 0 1 0 0 4 Buruh Bangunan 1 1 0 0 0 0 2 Guru TK 0 0 0 1 0 0 1 Penamban g Batubar & Pengusaha Warung 0 0 0 1 0 0 1 Tidak bekerja di Off Farm 3 1 1 11 1 0 17 Total 8 6 2 21 2 1 40

2. Strategi Nafkah Rumah Tangga Desa Dukuhejo

Strategi nafkah ganda dan multi dilakukan oleh masyarakat Desa Dukuhrejo untuk keberlanjutan hidup rumah tangga. Sebagian besar responden atau 21 dari 40 responden melakukan strategi nafkah ganda (11 responden) dan strategi naafkah multi (10 responden) (Tabel 12). Mereka yang melakukan strategi nafkah ganda, sebagai penebang kayu dan petani lahan kering, tidak mencari nafkah di off farm. Sedangkan sebanyak 5 responden dari 21 responden melakukan strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara (on farm dan off farm).

Hal penting selanjutnya yang dapat dilihat dari hasil perhitungan pada Tabel 12 bahwa dari 8 responden (20 persen) ada 3 responden diantaranya yang sepenuhnya mengandalkan keberlanjutan kehidupan dari bernafkah sebagai petani lahan kering. Adapun 5 responden selebihnya adalah responden petani lahan

(4)

kering yang melakukan nafkah ganda di usaha penambangan batubara, atau pengusaha warung, atau pedagang sayur, dan atau buruh bangunan.

Lapangan pekerjaan budidaya pertanian lahan kering masih merupakan sandaran mata pencaharian responden Desa Dukuhrejo. Terlihat pada Tabel 12 dijelaskan bahwa ada sebanyak 33 dari 40 responden (82,5 persen) rumah tangga Desa Dukuhrejo yang masih mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering. Namun bekerja di pertanian lahan kering tidak mampu mencukupi bagi kehidupan rumah tangga mereka. Sehingga untuk keberlanjutan kehidupan mereka harus melakukan berbagai aneka nafkah ganda atau multi yang sudah disebutkan di atas. Hanya 7 responden (17,5 persen) yang tidak mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering. Mereka mengandalkan nafkah tunggal atau ganda pada beberapa lapangan pekerjaan. Diantaranya yakni penebangan kayu di hutan, penambangan batubara, usaha warung, perdagangan, dan jasa konstruksi untuk mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga (lihat Tabel 12).

Sebanyak 17 responden (42,5 persen) menerapkan strategi nafkah hanya di on farm. Sebanyak 3 responden bernafkah tunggal sebagai petani lahan kering dan seorang responden bernafkah sebagai penebang kayu. Adapun sebanyak 13 responden selebihnya mengandalkan nafkah ganda sebagai petani lahan kering dan melakukan usaha penebangan kayu dan atau pekerja perkebunan. Situasi yang berbeda dijumpai, hanya ada seorang responden yang tidak mengandalkan nafkah di on farm (bekerja sebagai penambang batubara) (lihat Tabel 12).

Sebanyak 10 responden (25 persen) dari 40 responden terlihat bekerja di lapangan pekerjaan on farm dengan nafkah ganda atau multi dengan bekerja sebagai penambang batubara yang dapat dilihat pada kolom terakhir Tabel 12. Dari Tabel 12 selanjutnya dapat dideskripsikan lebih detail mengenai nafkah tunggal, nafkah ganda, dan nafkah multi seluruh responden yang dipaparkan pada Tabel 13 dan 14.

(5)

Tabel 13. Jumlah Rumah Tangga Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah Tahun 2012

No Strategi Nafkah Jumlah

Responden Nafkah Tunggal:

1. Petani lahan kering 3

2. Penebang kayu 1

3. Penambang batubara 1

Total Responden Nafkah Tunggal 5 Nafkah Ganda (2 mata pencaharian):

1. Petani lahan kering dan penambang batubara 1

2. Petani lahan kering dan pengusaha warung 1

3. Petani lahan kering dan pekerja perkebunan 1

4. Petani lahan kering dan pedagang sayur 2

5. Petani lahan kering dan buruh bangunan 1

6. Penebang kayu dan penambang batubara 1

7. Penebang kayu dan pengusaha warung 2

8. Penebang kayu dan pedagang sayur 1

9. Penebang kayu dan buruh bangunan 1

10. Penebang kayu dan petani lahan kering 11

Total Responden Nafkah Ganda 22 Nafkah Multi (3-4 mata pencaharian):

1. Penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung 2 2. Penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara 5 3. Penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang 1 4. Penebang kayu, petani lahan kering dan guru TK 1 5. Penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan 1 6. Petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang

batubara

1 7. Penebang kayu, petani lahan kering, penambang batubara dan

pengusaha warung

1 8. Petani lahan kering, penebang kayu, dan pekerja perkebunan

dengan penambang batubara

1 Total Responden Multi Nafkah 13

(6)

Tabel 14. Jumlah Rumah Tangga Responden Petani Lahan Kering dan Responden Penebang Kayu dengan Aneka Nafkah, Desa Dukuhrejo Tahun 2012

No. Strategi Nafkah ∑ Responden

1. Responden dengan budidaya pertanian lahan kering

sebagai salah satu sumber nafkah 30

2. Responden dengan usaha penebangan kayu di hutan

dan lapangan pekerjaan non pertanian 5

Total Responden 35

Sebanyak 22 responden (55 persen) mengandalkan aneka nafkah ganda di on farm dan off farm. Sedangkan sebanyak 13 responden (32,5 persen) mengandalkan nafkah multi 3-4 mata pencaharian di on farm dan off farm. Sisanya sebanyak 5 responden (12,5 persen) mengandalkan strategi nafkah tunggal di on farm (petani lahan kering, penebang kayu) dan off farm (penambang batubara). Hal ini menunjukkan bahwa strategi nafkah yang dilakukan oleh responden Desa Dukuhrejo terdiri dari strategi nafkah tunggal, strategi nafkah ganda, dan strategi nafkah multi (lihat Tabel 13).

Secara umum dapat dikatakan ada 21 jenis strategi bertahan hidup. Dari 21 macam strategi bertahan hidup yang diandalkan oleh 40 responden tersebut sebanyak 10 jenis strategi bertahan hidup responden tergolong ke dalam strategi nafkah ganda di on farm dan off farm. Sedangkan sebanyak 8 jenis strategi bertahan hidup responden tergolong ke dalam strategi nafkah multi 3-4 mata pencaharian di on farm dan off farm. Sisanya sebanyak 3 jenis strategi bertahan hidup responden tergolong ke dalam strategi nafkah tunggal (Tabel 13).

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa aneka nafkah responden tersebut terdiri dari 1-4 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Sebanyak 10 macam strategi bertahan hidup 22 responden (52,5 persen) tersebut terdiri dari 2 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Sedangkan sebanyak 5 macam strategi bertahan hidup 11 responden lainnya (27,5 persen) terdiri dari 3 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Selanjutnya sebanyak 3 macam strategi bertahan hidup 2 responden (5 persen) terdiri dari 4 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Sisanya sebanyak 3 macam strategi bertahan hidup 5 responden (12,5 persen) terdiri dari 1 jenis mata pencaharian atau pekerjaan (Tabel 13).

(7)

Ada sebanyak 30 responden (75 persen) dari 35 responden mengandalkan nafkah sebagai petani lahan kering dengan aneka nafkah ganda atau multi di penebangan kayu/pekerja perkebunan/penambangan batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang sayur dan atau guru TK. Sedangkan sisanya sebanyak 5 responden (12,5 persen) lainnya mengandalkan nafkah sebagai penebang kayu dengan aneka nafkah ganda atau multi di penambangan batubara/pengusaha warung/pedagang sayur dan atau buruh bangunan (lihat Tabel 14).

Hal penting yang dapat dilihat dari hasil perhitungan pada Tabel 13 dan 14 bahwa sebagian besar (35 responden dari 40) responden rumah tangga Desa Dukuhrejo tidak mengandalkan nafkah tunggal untuk mempertahankan keberlanjutan hidup rumah tangga. Melainkan mereka mengandalkan nafkah ganda dan nafkah multi yang terdiri dari 2-4 mata pencaharian atau pekerjaan seperti yang sudah disebutkan di atas.

3. Penguasaan dan Luas Tanah Rumah Tangga Responden Desa Dukuhrejo

Sebanyak 19 responden (63,33 persen) dari 30 responden petani lahan kering menguasai tanah seluas 4 sampai 5 ha dengan rata-rata luas tanah yang dikuasai 4,5 ha yang terdiri atas 3 persil (lihat Tabel 15). Rata-rata luas tanah produktif yang diusahakan oleh golongan responden ini sebesar 3 ha dan yang tidak produktif 1/3 dari total luas tanah yang dikuasai. Sedangkan sebanyak 4 responden (13,33 persen) lainnya termasuk ke dalam golongan luas tanah 5 sampai 6 ha dengan rata-rata luas tanah yang dikuasai 6,1 ha yang terdiri atas 4 persil. Rata-rata luas tanah produktif yang diusahakan oleh golongan responden ini sebesar 3,3 ha dan yang tidak produktif mencapai separuh dari total luas tanah yang dikuasai (Tabel 15).

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa tanah yang dimiliki oleh suatu rumah tangga tidak semua produktif. Tabel 15 menunjukkan pula bahwa semakin besar golongan luas tanah yang dikuasai maka akan semakin besar pula luas tanah yang tidak produktif. Sebagai contoh pada golongan luas tanah 2 sampai 3 ha luas tanah yang tidak produktif 1/3 dari luas total tanah yang dikuasai. Sedangkan pada

(8)

golongan luas tanah 5 sampai 6 ha luas tanah yang tidak produktif mencapai separuh dari luas total tanah yang dikuasai (Tabel 15).

Tabel 15. Responden dengan Budidaya Pertanian Lahan Kering Sebagai Salah Satu Sumber Nafkah Menurut Golongan Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012

Golongan Luas

Tanah (Ha) N

Luas Total Rata-rata (Ha)

Rata-rata Luas Tanah Responden (Ha) Rata-rata Jumlah Persil Tanah Produktif Tidak Produktif 2> x ≥1 0 0 0 0 0 3> x >2 3 2,8 2,6 0,2 2 4> x >3 3 3,7 2,2 1,5 3 5> x >4 19 4,5 3,0 1,5 3 6> x >5 4 6,1 3,3 2,8 4 x >6 1 26 17 9 5 ∑ Responden 30

Sebanyak 5 responden penebang kayu yang bernafkah ganda atau nafkah multi sebagai penambang batubara, /pengusaha warung, /pedagang sayur, dan atau buruh bangunan; juga menguasai lahan pertanian. Sebanyak 3 dari 5 responden menguasai tanah seluas 1 sampai 2 ha dengan rata-rata 1,5 ha per rumah tangga. Tanah yang dikuasai terdiri dari 1 persil saja. Sisanya sebanyak 2 responden menguasai tanah seluas 2 sampai 3 ha dengan rata-rata 2,4 ha yang terdiri dari 2 persil. Namun demikian, tanah yang dikuasai oleh 5 responden ini tidak ada yang produktif (Tabel 16).

Tabel 16. Responden dengan Usaha Penebangan Kayu di Hutan dan Lapangan Pekerjaan Non Pertanian Menurut Golongan Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012

Golongan Luas

Tanah (Ha) N

Luas Total Rata-rata (Ha)

Rata-rata Luas Tanah

Responden (Ha) Rata-rata

Jumlah Persil Tanah Produktif Tidak Produktif 2> x ≥1 3 1,5 0 1,5 1 3> x >2 2 2,4 0 2,4 2 4> x >3 0 0 0 0 0 5> x >4 0 0 0 0 0 6> x >5 0 0 0 0 0 x >6 0 0 0 0 0 ∑ Responden 5

(9)

Sebanyak 5 responden mengandalkan nafkah tunggal di on farm (petani lahan kering, penebang kayu) dan off fram (penambang batubara) dalam mempertahankan keberlanjutan nafkah rumah tangga. Dari 5 responden tersebut sebesar 3 responden (60 persen) termasuk ke dalam golongan luas tanah 4 sampai 5 ha dengan luas total rata-rata yang dikuasai sebesar 4,3 ha yang tersebar ke dalam 3 persil. Rata-rata luas tanah produktif yang diusahakan oleh golongan responden ini sebesar 1,8 ha dan rata-rata luas tanah yang tidak produktif 1∕2 dari total luas tanah yang dikuasai. Sedangkan sisanya sebanyak 2 responden (40 persen) termasuk ke dalam golongan luas tanah 1 sampai 2 ha dengan luas total rata-rata yang dikuasai sebesar 1,5 ha yang tersebar di dalam 1 persil. Golongan responden ini 100 persen tanah yang dikuasai merupakan tanah tidak produktif (lihat Tabel 17).

Tabel 17. Responden dengan Nafkah Tunggal di On farm dan Off Farm Menurut Golongan Luas Tanah yang Dikuasai Tahun 2012

Golongan Luas

Tanah (Ha) N

Luas Total Rata-rata (Ha)

Rata-rata Luas Nafkah Tunggal (Ha) Rata-rata Jumlah Persil Tanah Produktif Tidak Produktif 2> x ≥1 2 1,5 0 1,5 1 3> x >2 0 0 0 0 0 4> x >3 0 0 0 0 0 5> x >4 3 4,3 1,8 2,5 3 6> x >5 0 0 0 0 0 x >6 0 0 0 0 0 ∑ Responden 5

Hal penting lainnya yang dapat dilihat dari Tabel 15, 16, dan 17 adalah luas total tanah yang dikuasai 40 responden sebesar 52,8 ha. Dari luas total tanah tersebut yang produktif hanya sekitar 30 ha selebihnya tidak produktif. Luasnya tanah yang tidak produktif ini menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari nafkah ganda dan nafkah multi jauh lebih besar dari pada bila responden sepenuhnya mengusahakan lahan yang dikuasainya.

Pada sub bab tentang pendapatan responden dijelaskan lebih lanjut tentang hal ini. Padi, kacang tanah, sawi, buncis, bayam, terung, jagung, kacang panjang, bawang pre, timun, gambas, cabe, dan sebagainya, serta beberapa hasil perkebunan seperti pisang, mangga, rambutan, karet dan kelapa sawit adalah produksi pertanian responden Desa Dukuhrejo.

(10)

Tabel 18. Jumlah Responden dengan Status Penguasaan Tanah Menurut Golongan Luas Tanah Tahun 2012

Golongan Luas Tanah (Ha) N Luas Total Rata-rata (Ha)

∑ Responden Menurut Status Penguasaan Tanah Rata-rata Jumlah Persil Tanah Tanah Milik Tanah Sewa Tanah Sakap 2≥ x ≥1 11 1,6 11 2 0 2 3> x >2 7 2,9 7 2 0 3 4> x >3 9 3,8 9 2 0 3 5> x >4 2 4,9 2 0 0 2 6> x >5 6 5,9 6 1 1 4 x >6 5 14,5 5 2 0 5 ∑ Responden 40 40 9 1

Status penguasaan tanah pada 40 responden Desa Dukuhrejo dibedakan menjadi tiga; yakni tanah milik, tanah sewa, dan tanah sakap. Sebanyak 40 responden (100 persen) memiliki status penguasaan tanah milik, sedangkan untuk status penguasaan tanah sewa hanya sebanyak 9 responden (22,5 persen) dan hanya 1 responden (0,025 persen) yang memiliki status penguasaan tanah sakap (bagi hasil) (lihat Tabel 18).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa sudah pasti dalam rumah tangga responden Desa Dukuhrejo memiliki status penguasaan tanah milik. Beberapa diantaranya tidak hanya memiliki status penguasaan tanah milik, akan tetapi juga memiliki status penguasaan tanah sewa dan tanah sakap sehingga rata-rata jumlah persil tanah mereka lebih dari satu. Tanah sewa yang dimaksud pada responden Desa Dukuhrejo adalah tanah hasil dari menyewa secara gratis atau tidak bayar pada desa.

4. Pendapatan Rumah Tangga Responden Desa Dukuhrejo

Pendapatan tertinggi terdapat pada strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan yakni sebesar Rp 7.904.000,- (1 responden). Disusul dengan strategi nafkah multi sebagai penebang kayu, petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara yaitu sebesar Rp 7.527.000,- (1 responden). Pendapatan terendah terdapat pada strategi nafkah tunggal sebagai petani lahan kering (tidak bekeja di off farm) sebanyak 3 responden yaitu sebesar Rp 1.164.000,- (Tabel 19).

(11)

Hal utama yang dapat dilihat pada Tabel 19 menunjukkan adanya strata pendapatan. Dari 40 responden tersebut terdapat enam strata pendapatan:

1. Strata pendapatan tertinggi (Rp 7.000.000 sampai Rp 8.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering, dan atau pekerja perkebunan dan atau penambang batubara, pengusaha warung.

2. Strata pendapatan kedua (Rp 6.000.000 sampai Rp 7.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu dan pengusaha warung; penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung; penebang kayu dan pedagang.

3. Strata pendapatan ketiga (Rp 5.000.000 sampai Rp 6.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penambang batubara dan penebang kayu; penebang kayu, petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara.

4. Strata pendapatan keempat (Rp 4.000.000 sampai Rp 5.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penambang batubara, petani lahan kering dan penambang batubara; penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara atau guru TK, dan responden bernafkah sebagai penebang kayu.

5. Strata pendapatan kelima (Rp 3.000.000 sampai Rp 4.000.000 per rumah tangga per bulan) dijumpai pada responden penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang; petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara, dan pada responden petani lahan kering dan pengusaha warung. 6. Strata pendapatan keenam atau terendah (kurang dari Rp 3.000.000 per rumah

tangga per bulan) dijumpai pada responden petani lahan kering, pekerja perkebunan dan atau pedagang sayur, buruh bangunan, serta responden bernafkah sebagai petani lahan kering.

(12)

Tabel 19. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah Rumah tangga Desa Dukuhrejo Tahun 2012

Kontribusi pendapatan per rumah tangga per bulan pada petani lahan kering dengan nafkah ganda atau multi di penebangan kayu/pekerja perkebunan/penambang batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang dan atau guru TK, yaitu sebesar Rp 5.282.361,- (30 responden). Lebih rendah dari pada pendapatan per rumah tangga per bulan pada penebang kayu dengan nafkah ganda atau multi di penambang batubara/usaha warung/pedagang dan atau buruh bangunan, yaitu sebesar Rp 5.727.333,- sebanyak 5 responden (Tabel 20).

Pendapatan Rata-rata per Rumah Tangga per Bulan (Rp/Rt/Bulan)

Off Farm On Farm Tidak Bekerja di On Farm Petani Lahan Kering Penebang Kayu Petani dan Pekerja Perkebunan Penebang Kayu dan Petani Penebang Kayu, Petani, dan Pekerja Perkebunan Penambang Batubara 4.660.834 (n: 1) 5.800.000 (n: 1) 3.813.000 (n:1) 4.706.200 (n: 5) 5.352.000 (n:1) 4.208.333 (n: 1) Pengusaha Warung 3.988.000 (n: 1) 6.188.334 (n: 2) 0 6.620.000 (n: 2) 0 0 Pedagang Sayur 2.347.000 (n: 2) 6.180.000 (n: 1) 0 3.502.167 (n: 1) 0 0 Buruh Bangunan 2.913.000 (n: 1) 4.280.000 (n: 1) 0 0 0 0 Guru TK 0 0 0 4.767.000 (n: 1) 0 0 Penambang Batubar & Pengusaha Warung 0 0 0 7.527.000 (n: 1) 0 0 Tidak Bekerja di Off Farm 1.164.000 (n:3) 4.450.000 (n: 1) 2.154.000 (n:1) 6.772.727 (n: 11) 7.904.000 (n:1) 0

(13)

Tabel 20. Besar Pendapatan Responden Menurut Aneka Strategi Nafkah

Rumah tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah Tangga/Bulan Tahun 2012

No. Strategi Nafkah Ganda dan Nafkah Multi ∑ Responden Pendapatan Rata-rata (Rp/Rumah Tangga/Bulan) 1. Petani dengan aneka nafkah di

penebangan kayu/ pekerja perkebunan/penambang

batubara/pengusaha warung/buruh bangunan/pedagang dan atau guru TK.

30 Rp 5.282.361,-

2. Penebang kayu dengan aneka nafkah di penambang

batubara/usaha warung/pedagang dan atau buruh bangunan

5 Rp 5.727.333,- Total Responden 35

Sedangkan kontribusi pendapatan tertinggi per rumah tangga per bulan pada nafkah tunggal di on farm dan off farm terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu sebesar Rp 4.450.000,- (1 reponden). Disusul dengan kontribusi pendapatan per rumah tangga per bulan pada nafkah tunggal sebagai penambang batubara yakni sebesar Rp 4.208.333,- (1 responden). Kontribusi pendapatan terendah terdapat pada nafkah tunggal sebagai petani lahan kering sebesar Rp 1.164.000,- sebanyak 3 responden (Tabel 21).

Tabel 21. Besar Pendapatan Responden Nafkah Tunggal Rumah Tangga, Desa Dukuhrejo, Rp/Rumah Tangga/Bulan Tahun 2012

No Nafkah Tunggal ∑ Responden Pendapatan Rata-rata (Rp/Rumah Tangga/Bulan) 1. Petani 3 Rp 1.164.000,- 2. Penebang kayu 1 Rp 4.450.000,- 3. Penambang batubara 1 Rp 4.208.333,- Total Responden 5

Hal penting yang dapat dilihat dari Tabel 19, 20, dan 21 adalah secara umum strategi nafkah yang bertumpu pada penebangan kayu dan penambangan batubara hampir memiliki kontribusi penuh bagi pendapatan rumah tangga per bulan dibandingkan pada nafkah budidaya pertanian lahan kering yang hanya memiliki kontribusi lebih kecil bagi rumah tangga Desa Dukuhrejo.

(14)

Berdasarkan penjelasan di atas besarnya pendapatan per rumah tangga per bulan responden dipengaruhi oleh 3 sampai dengan 4 jenis mata pencaharian atau pekerjaan. Kurang dari tiga jenis mata pencaharian yang diterapkan termasuk kedalam kategori pendapatan sedang dan pada responden yang mengandalkan satu jenis pekerjaan saja atau nafkah tunggal mendapatkan kontribusi pendapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan mengandalkan nafkah ganda atau nafkah multi.

Gambar 3. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah Ganda Tahun 2012 Keterangan Jenis Pekerjaan Kategori 1-10 Nafkah Ganda (2 mata pencaharian): Kategori 1: Petani lahan kering dan penambang batubara (1)

Kategori 2: Petani lahan kering dan pedagang sayur (2) Kategori 3: Petani lahan kering dan pengusaha warung (1) Kategori 4: Petani lahan kering dan buruh bangunan (1) Kategori 5: Petani lahan kering dan pekerja perkebunan (1) Kategori 6: Penebang kayu dan penambang batubara (1) Kategori 7: Penebang kayu dan pengusaha warung (2) Kategori 8: Penebang kayu dan buruh bangunan (1) Kategori 9: Penebang kayu dan pedagang sayur (1) Kategori 10: Penebang kayu dan petani lahan kering (11)

Pada kategori 1, 2, 3, 4, 5, dan 10 menunjukkan bahwa petani lahan kering masih berkontribusi pada pendapatan per rumah tangga Desa Dukuhrejo. Pada kategori 5 presentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden nafkah sebagai pekerja perkebunan yakni sebesar 53,4 persen. Sisanya 46,6 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3).

(15)

Pada kategori 2, 3, dan 4 persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “jasa dan perdagangan”. Hasil perhitungan pada kategori 2 nafkah sebagai pedagang sayur sebesar 72 persen, sisanya 28 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 3 nafkah sebagai pengusaha warung sebesar 64 persen, sisanya 36 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 4 nafkah sebagai buruh bangunan sebesar 58,2 persen, sisanya 41,8 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3).

Situasi berbeda ditunjukkan pada Gambar 3, yakni pada kategori 1 dan 6. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penambangan batubara”. Hasil perhitungan pada kategori 1 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 77,8 persen, sisanya 22,2 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 6 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 53,4 persen, sisanya 46,6 persen merupakan nafkah sebagai penebang kayu.

Pada kategori 7, 8, 9, dan 10 juga menunjukkan situasi yang berbeda. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penebangan kayu”. Hasil perhitungan pada kategori 7 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 67 persen, sisanya 33 persen merupakan nafkah sebagai pengusaha warung. Kategori 8 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 81,3 persen, sisanya 18,7 persen merupakan nafkah sebagai buruh bangunan. Kategori 9 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 85,8 persen, sisanya 14,2 persen merupakan nafkah sebagai pedagang sayur. Kategori 10 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 94,7 persen, sisanya 5,3 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 3).

Hal utama dari persentase kontribusi pendapatan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa persentase terendah terdapat pada kontribusi pendapatan nafkah sebagai petani lahan kering. Sedangkan persentase tertinggi pada kontribusi pendapatan rumah tangga terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara, menikmati kenaikan pendapatan rumah tangga Desa Dukuhrejo tiga atau empat kali lebih besar dari pada responden yang bekerja sebagai petani lahan kering.

(16)

Gambar 4. Grafik Peresentase Pendapatan Responden Nafkah Multi Tahun 2012 Keterangan Jenis Pekerjaan Kategori 1-8 Nafkah Multi (3-4 mata pencaharian):

Kategori 1: Penebang kayu, petani lahan kering, penambang batubara dan pengusaha warung (1)

Kategori 2: Penebang kayu, petani lahan kering dan penambang batubara (5)

Kategori 3: Petani lahan kering, penebang kayu, dan pekerja perkebunan dan penambang batubara (1)

Kategori 4: Penebang kayu, petani lahan kering dan pekerja perkebunan (1) Kategori 5: Penebang kayu, petani lahan kering dan pengusaha warung (2) Kategori 6: Penebang kayu, petani lahan kering dan pedagang sayur (1) Kategori 7: Penebang kayu, petani lahan kering dan guru TK (1)

Kategori 8: Petani lahan kering, pekerja perkebunan dan penambang batubara (1) Kategori 1 sampai dengan 8 menunjukkan bahwa petani lahan kering masih berkontribusi untuk pendapatan rumah tangga. Pada kategori 1, 2, dan 8 persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penambangan batubara”. Hasil perhitungan pada kategori 1 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 50,7 persen; sisanya terbagai ke dalam 3 nafkah lainnya; yakni 30 persen bernafkah sebagai penebang kayu, 14 persen bernafkah sebagai pekerja perkebunan, dan 5,3 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 2 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 52,8 persen, sisanya 44,4 persen merupakan nafkah sebagai penebang kayu dan 2,8 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 8 nafkah sebagai penambang batubara sebesar 54,2 persen, sisanya 30,2 persen merupakan

(17)

nafkah sebagai pekerja perkebunan dan 15,6 persen bernafkah sebagai petani lahan kering (lihat Gambar 4).

Situasi berbeda ditunjukkan pada Gambar 4, yakni kategori 3, 4, 5, 6, dan 7. Persentase kontribusi pendapatan terbesar pada responden rumah tangga ditunjukkan pada lapangan pekerjaan “penebangan kayu”. Hasil perhitungan pada kategori 3 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 62,8 persen; sisanya terbagai ke dalam 3 nafkah lainnya; yakni 24,6 persen bernafkah sebagai penambang batubara, 7,2 persen bernafkah sebagai pengusaha warung, dan 5,4 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 4 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 66,1 persen, sisanya 19,3 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering dan 14,6 persen bernafkah sebagai pekerja perkebunan. Kategori 5 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 70,7 persen, sisanya 25,4 persen merupakan nafkah sebagai petani lahan kering dan 3,9 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 6 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 74,2 persen, sisanya 20,7 persen merupakan nafkah sebagai pedagang sayur dan 5,1 persen bernafkah sebagai petani lahan kering. Kategori 8 nafkah sebagai penebang kayu sebesar 82,2 persen, sisanya 14,7 persen merupakan nafkah sebagai guru tk dan 3,1 persen bernafkah sebagai petani.

Hal utama dari persentase kontribusi pendapatan pada Gambar 4 juga menunjukkan bahwa persentase terendah terdapat pada kontribusi pendapatan nafkah sebagai petani lahan kering. Sedangkan persentase tertinggi pada kontribusi pendapatan rumah tangga terdapat pada nafkah sebagai penebang kayu dan penambang batubara. Dengan adanya kontribusi dari dua sumber nafkah ini pendapatan rumah tangga dapat meningkat 3 sampai 4 kal I lebih besar dari pada bila hanya bersandar tunggal pada pertanian lahan kering.

Sekarang menjadi jelas latar belakang strategi nafkah yang ditempuh oleh para responden Desa Dukuhrejo. Para responden memilih strategi nafkah ganda atau multi karena dua pertimbangan. Pertama, meminimumkan pengeluaran dan memaksimumkan pendapatan. Usaha penebangan kayu dan penambangan batubara tidak memerlukan dana atau modal untuk input produksi seperti pada usaha pertanian lahan kering (biaya produksi pupuk, benih, pestisida, tenaga

(18)

upahan). Kedua, memperoleh uang kontan dalam waktu yang relatif singkat. Usaha penebangan kayu dan penambangan batubara hanya membutuhkan waktu minimal satu minggu untuk memperolah uang kontan, sedangkan pada usaha petani lahan kering membutuhkan waktu empat sampai enam bulan untuk memperoleh uang kontan.

Gambar

Tabel 11. Jenis Lapangan Pekerjaan dan Profesi Responden Rumah tangga Desa       Dukuhrejo Tahun 2012
Tabel 12.  Jumlah Responden Rumah tangga Desa Dukuhrejo Menurut Aneka         Nafkah On farm dan Off Farm  Tahun 2012
Tabel  13.    Jumlah  Rumah  Tangga  Responden  Menurut  Aneka  Strategi  Nafkah  Tahun 2012
Tabel 15.   Responden  dengan  Budidaya  Pertanian  Lahan  Kering  Sebagai  Salah  Satu  Sumber  Nafkah  Menurut  Golongan  Luas  Tanah  yang  Dikuasai  Tahun 2012
+5

Referensi

Dokumen terkait

1. Rumah tangga petani tunakisma adalah rumah tangga yang salah satu anggota rumah tangganya bekerja di lahan pertanian, namun tidak memiliki lahan berdasarkan

(2) Bentuk strategi nafkah yang paling banyak dilakukan oleh rumah tangga petani hortikultura di Desa Payung adalah bentuk strategi nafkah campuran sebesar 51,67% yang terdiri

hasil kajian menunjukkan responden yang memiliki nafkah ganda atau multi pada pekerjaan penebangan kayu hutan dan penambangan batubara menikmati kenaikan pendapatan

Hubungan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dan tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik dalam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Modal Nafkah dan Strategi Nafkah Rumah Tangga Pembudidaya Lele di Kawasan Minapolitan, Kasus Di

Seperti halnya rumah tangga nelayan miskin di Karang Agung, strategi nafkah yang diterapkan oleh rumah tangga nelayan miskin di Kwanyar Barat dibedakan menjadi

Strategi nafkah yang selama ini dijalankan oleh rumah tangga miskin di Kwanyar Barat sangat kental sekali dengan pemanfaatan modal sosial.. Akses terhadap modal sosial boleh

Adapun beberapa saran yang dapat direkomendasikan antara lain: 1) Bagi rumah tangga nelayan penuh, Perlu meningkatkan pemanfaatan modal nafkah secara maksimal dan