• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS BUKU BANGUNAN KAPAL. Penyusun : Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A Editor :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTITAS BUKU BANGUNAN KAPAL. Penyusun : Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A Editor :"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BANGUNAN KAPAL

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri T.A. 2019

Editor :

1. Kombes Pol Dr. S.M. Handayani, M.Si 2. AKBP Noffan Widyayoko, S.IK., M.A 3. AKBP Edi Hendrawiyatno, S.E. 4. AKP Yanto, S.H.

5. AKP Beny Satriawan

6. Penata Wita Puspitasari, S.Pd. 7. IPDA Achmad Subekti T., S.Pd. 8. Penda Paramita Rahmadani, A.Md.

Hanjar Pendidikan Polri

Pendidikan Pembentukan Tamtama Polair

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan Pembentukan Biro Kurikulum

Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Tahun 2019

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pendidikan Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri.

(2)

DAFTAR ISI

Cover ... i

Sambutan Kalemdiklat Polri ... ii

Keputusan Kalemdiklat Polri ... iv

Lembar Identitas Buku ... vi

Daftar Isi ... vii

Pendahuluan ... 1

Standar Kompetensi ... 1

HANJAR 01 HAKIKAT BANGUNAN KAPAL ...2

Pengantar ...2

Kompetensi Dasar ...2

Materi Pelajaran ...2

Metode Pembelajaran ...3

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ...3

Kegiatan Pembelajaran ... 4

Tagihan / Tugas ...5

Lembar Kegiatan ...5

Bahan Bacaan ...6

1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan bangunan kapal ... 6 2. Jenis-Jenis Kapal ...7

3. Ukuran-ukuran Pokok Sebuah Kapal ...12

4. Konstruksi Bangunan dan Peralatan Kapal ...13

5. Macam-macam bentuk Haluan ...14

6. Konstruksi Buritan ...15

(3)

Rangkuman ... 19

Latihan ... 20

HANJAR 02 KELING, LAS DAN CAKUPAN DASAR BERGANDA ... 21 Pengantar ...21

Kompetensi Dasar ...21

Materi Pelajaran ...22

Metode Pembelajaran ...22

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ...23

Kegiatan Pembelajaran ... 23

Tagihan / Tugas ...24

Lembar Kegiatan ...24

Bahan Bacaan ... POKOK BAHASAN I KELING DAN LAS 1. Paku keling dan pengelingan ...25

2. Jenis Paku dilihat dari Bentuk Kepalanya ... 26

3. Sistem pengelingan ... 28

4. Las (welding) ...33

5. Metode-metode pengelasan ...35

6. Mengelas dengan tekanan ...39

7. Tipe-tipe sambungan las ...40

8. Perbandingan antara Las dan Keling ...47

POKOK BAHASAN II

(4)

1. Pengertian Dasar Berganda ...49

2. Kegunaan Dasar Berganda ...49

3. Konstruksi Dasar Berganda ...50

Rangkuman ... 54

Latihan ... 55

HANJAR 03 KEGUNAAN GADING, GELADAK DAN SEKAT KEDAP AIR ... 56 Pengantar ...56

Kompetensi Dasar ...56

Materi Pelajaran ...57

Metode Pembelajaran ...57

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ...58

Kegiatan Pembelajaran ... 58

Tagihan / Tugas ...59

Lembar Kegiatan ...59

Bahan Bacaan ... POKOK BAHASAN I KEGUNAAN GADING DAN GELADAK 1. Kegunaan Gading-Gading ...60

2. Gading-Gading Besar (Gading-Gading Sarang -Webframes) ... 61 3. Pemasangan Geladak ...62

4. Kapal dengan Geladak Baja ...63

5. Perkuatan Geladak ... 66

6. Tudung geladak (dop = dowels) ...70

(5)

8. Tutup Palka ...71

POKOK BAHASAN II SEKAT KEDAP AIR 1. Kegunaan Sekat Kedap Air ...73

2. Jumlah Sekat Kedap Air ...73

3. Konstruksi Sekat Kedap Air ...75

Rangkuman ... 75

(6)

HANJAR

BANGUNAN KAPAL

12 JP (540 menit)

Pendahuluan

Bangunan kapal merupakan salah satu bagian dari ilmu kecakapan pelaut (seamanship) yang akhir-akhir ini makin berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi khususnya menyangkut teknologi perkapalan yang dapat dilihat dari bentuk dan kontruksi kapal yang dibangun menurut jenis dan sifat muatan yang diangkut maupun kapal komersial yang memerlukan fasilitas dan kenyamanan.

Secara garis besar bangunan kapal terdiri dari desain, bentuk dan kontruksi serta pengoperasian yang terbagi menjadi bagian-bagian kapal, jenis-jenis geladak, ukuran pokok, tipe kapal dan kontuksi dasar sebuah kapal.

Pengetahuan tentang bangunan kapal sangat penting untuk dimiliki oleh personel Polisi Perairan apabila dikaitkan dengan bidang tugasnya sebagai pengemban tugas operasional Kepolisian diwilayah hukum perairan Indonesia yang mengunakan kapal sebagai sarana dalam pelaksanaan tugasnya.

Mengingat pentingnya pengetahuan tersebut di atas, maka sangatlah perlu pengetahuan ini diberikan kepada calon Tamtama Polisi Perairan sebagai bekal untuk melaksanakan tugasnya dimasa yang akan datang. Untuk membekali pengetahuan dan kemampuan di atas, maka dalam Hanjar ini akan diuraikan secara garis besar mengenai bangunan kapal yang terdiri dari bagian-bagian kapal, jenis-jenis geladak, ukuran pokok, tipe kapal dan kontuksi dasar sebuah kapal.

Standar Kompetensi

(7)

HANJAR

01

HAKIKAT BANGUNAN KAPAL

2 JP (90 menit)

Pengantar

Dalam hanjar ini membahas materi tentang pengertian yang berkaitan dengan bangunan kapal, jenis-jenis kapal, macam ukuran pokok, Konstruksi Bangunan dan Peralatan Kapal, bentuk haluan, kemudi dan buritan kapal, ukuran-ukuran pokok sebuah kapal, macam-macam bentuk haluan, konstrusi buritan, bentuk-bentuk buritan.

Tujuannya adalah agar peserta didik dapat memahami tentang hakikat bangunan kapal.

Kompetensi Dasar

Memahami hakikat bangunan kapal.

Indikator hasil belajar :

1. Menjelaskan pengertian yang berkaitan dengan bangunan kapal. 2. Menjelaskan jenis-jenis kapal.

3. Menjelaskan ukuran-ukuran pokok sebuah kapal. 4. Menjelaskan konstruksi bangunan dan peralatan kapal 5. Menjelaskan macam – macam bentuk haluan.

6. Menjelaskan konstrusi buritan. 7. Menjelaskan bentuk-bentuk buritan.

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan

Hakikat bangunan kapal.

Sub Pokok Bahasan :

(8)

2. Jenis-jenis kapal.

3. Ukuran-ukuran pokok sebuah kapal. 4. Konstruksi bangunan dan peralatan kapal 5. Macam – macam bentuk haluan.

6. Konstrusi buritan. 7. Bentuk-bentuk buritan..

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.

Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang Hakikat bangunan kapal

2. Metode Brainstorming (curah pendapat)

Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman peserta tentang materi Hakikat bangunan kapal.

3. Metode Tanya Jawab

Metode ini digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik tentang materi yang telah diberikan.

4. Metode Penugasan

Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik tentang materi yang telah diberikan

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/media : a. White Board. b. Laptop. c. LCD in Focus. d. Papan Flipchart. 2. Bahan : a. Alat Tulis. b. Kertas Flipchart.

(9)

3. Sumber Belajar :

Buku Bangunan kapal karangan Capt. Rubianto M.Mar.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit

Pendidik melaksanakan:

a. Membuka kelas dan memberikan salam. b. Perkenalan.

c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran

2. Tahap inti : 70 menit

a. Pendidik menyampaikan materi Hakikat bangunan kapal. b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal yang

penting, bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami.

c. Peserta didik melaksanakan curah pendapat tentang materi yang disampaikan oleh pendidik.

d. Pendidik dan peserta didik melaksanakan tanya jawab tentang materi yang telah diberikan.

3. Tahap akhir : 10 menit

a. Cek Penguatan materi

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum.

b. Cek penguasaan materi

Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas. Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi yang telah disampaikan.

(10)

Tagihan / Tugas

Peserta didik mengumpulkan resume materi yang telah disampaikan.

Lembar Kegiatan

(11)

Bahan Bacaan

HAKIKAT BANGUNAN KAPAL

1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan bangunan kapal

a. Kapal layar : Kapal yang digerakan memakai layar.

b. Kapal nap : Kapal, yang digerakan memakai mesin uap baik uap torak maupun turbin uap.

c. Kapal motor : Kapal yang digerakan memakai mesin/motor (mesin pembakaran dalam).

d. Kapal rodakincir (padle wheel) : Kapal yang digerakan memakai mesin uap atau motor dimana roda kincirnya berfungsi sebagai baling-balingnya. Kapal seperti ini pada masa lampau ba-nyak beroperasi di sungai-sungai Eropah atau Ame-rika sebagai kapal tunda atau kapal penumpang dengan sarat kecil. Saat ini kapal-kapal semaeam ini kalaupun masih ada digunakan sebagai obyek turis.

e. Kapal kayu : Kapal yang konstruksinya terbuat dari kayu umumnya diperuntukan bagi pelayaran di perairan pedalaman atau antar pulau.

f. Kapal baja : Kapal yang konstruksinya terbuat dari baja dipakai baik bagi pelayaran interinsuler maupun samudera. g. Kapal dengan bahan khusus : Kapal yang konstruksinya

terbuat dari bahan khusus atau logam ringan.

h. Composite Construction Vessel : Kapal yang dibangun dengan kerangka terbuat dari baja atau baja ringan, tetapi kulit kapal terbuat dari kayu (jacht, sekoci dan Iain-lain). Pada saat ini bangunan atas kapal-kapal modern banyak menggunakan baja ringan seperti ini.

i. Kapal dagang : Kapal yang dibangun dengan tujuan untuk meng-, angkut barang dagangan untuk memperoleh keun-tungan. Kapal dagang berfungsi sebagai alat transportasi komersial di laut. Tidak dipersenjatai. Pada waktu perang banyak kapal dagang digunakan sebagai kapal perbekalan, kapal rumah sakit atau pembawa pasukan.

j. Kapal perang : Kapal yang dibangun dengan konstruksi khusus untuk tujuan operasi militer. Tipe-tipe kapal perang tergantung dari jenis dan kaliber senjata yang dipasang di kapal tersebut. Pada waktu damai kapal perang digunakan untuk latihan perang-perangan atau operasi militer lainnya.

(12)

k. Kapal penumpang : Kapal yang khusus dibangun untuk pengangkutan penumpang.

l. Kapal barang dan penumpang : Kapal barang yang dapat menyediakan akomodasi bagi lebih dari 12 orang penumpang .

m. Kapal curah : Kapal yang khusus dibangun untuk mengangkut muatan curah (tanpa kemasan), baik dalam bentuk cair seperti kapal-kapal tanker untuk pemuatan minyak mentah atau yang suduh diolah, kapal tanker LNG atau LPG dan kapal tanker yang mengangkut bahan-bahan kimiu cair. Kapal curah kering seperti kapal biji-bijian tarnbang (ore carrier) atau biji-bijian seperti gandum (grain). n. Kapal kontainer : Kapal yang dibangun khusus untuk

mengangkut barang-barang di dalam peti kemas (container). Ada yang full container ada yang semi container.

o. Kapal lash (Lighter On board ship) : Kapal yang dibangun sedemikian rupa sehingga da-pat mengangkut barang dengan tongkang-tongkangnya sekaligus.

p. Kapal Ro-Ro (Roll on Roll off) : Kapal yang dibangun sedemikian rupa sehingga dapat memuat dan membongkar muatannya dengan meroll di atas roda-roda. Termasuk dalam kategori ini ialah kapal-kapal kendaraan, baik untuk jarak dekat seperti ferry, maupun untuk jarak jauh atau. antar negara/benua seperti kapal mobil maupun truck, kapal-kapal trailer, kapal kereta, dan kapal pembawa kendaraan militer.

q. Kapal-kapal dengan fungsi khusus : ialah kapal-kapal yang karena sifat pekerjaannya dibangun dan dilengkapi sesuai dengan kebutuhan operasionalnya. .Contoh: Kapal keruk, untuk tugas pengerukan alur pelayaran dan lain sebagainya.

2. Jenis-Jenis Kapal

Pada hakekatnya fungsi sebuah kapal ialah sebagai alat pengangkut di air dari suatu tempat ke tempat lain, baik pengarigkutan barang, penumpang maupun hewan. Selain sebagai alat angkut, kapal dapat juga digunakan untuk rekreasi, sebagai alat pertahanan & keamanan, alat-alat survey atau laboratorium maupun sebagai kapal kerja.

Sehubungan dengan itu tipe-tipe kapal dapat dibedakan atas : a. Ditinjau dari tujuan pembuatannya :

1) Kapal-kapal komersial : kapal dagang, kapal supply, dll.

(13)

2) Kapal-kapal non komersial : kapal-kapal pesiar, kapal pemerintah, kapal meteorologi, dll.

b. Ditinjau dari tenaga penggeraknya :

1) Kapal tanpa tenaga penggerak : tongkang-tongkang, bargas-bargas yang didorong maupun yang . ditarik, kapal suar, dll.

2) Kapal dengan tenaga penggerak : kapal layar, kapal uap (torak maupun turbin uap), kapal motor, dll.

c. Ditinjau dari bahan bangunannya : 1) Kapal kayu.

2) Kapal baja.

3) Kapal yang dibangun dengan menggunakan bahan khusus/logam ringan.

4) Kapal berkulit kayu dengan kerangka dari baja atau baja ringan (composite constructions).

5) Kapal ferro cement. d. Ditinjau dari fungsinya :

1) Sebagai alat pengangkut :

a) Menurut bentuk pengapalannya : (1) Kapal barang umum :

(a) kapal barang serbaguna (b) Kapal peti kemas (container)

(c) kapal pallet baku (standardized pallets) (d) kapal Ro-Ro (Roll on Roll off)

 kapal trailer

 Kapal kendaraan : ferry, kapal mobil/truck

 Kapal kereta (train ship) (2) Kapal curah :

(a) Curah kering, grain, ore dan Iain-lain. (b) Curah cair: oil, gas dan kimia

(c) Kombinasi keduanya.

(3) Kapal penurnpang : khusus penumpang, barang dan penumpang.

(14)

b) Menurut daerah operasinya :

(1) Coaster: Kapal dagang untuk pengangkutan barang di perairan pedalaman atau antar pulau dengan jarak jelajah terbatas.

(2) Kapal penumpang kecil atau ferry yang menghubungkan kota-kota pesisir atau antar pulau.

2) Kapal-kapal dengan tugas khusus a) Kapal Hankam :

(1) Kapal perang.

(2) Kapal polisi dan beacukai.

(3) Kapal pengawas & patroli pantai. b) Kapal survey

(1) Kapal hidrografi. (2) Kapal meteorologi.

(3) Kapal pengamat cuaca dan oceanografi. c) Kapal kerja

(1) Kapal salvage (2) Kapal pengerukan (3) Kapal perambuan, dll e. Ditinjau dari jenis Geladaknya

Umumnya kapal-kapal mempunyai bentuk asli yang sama. Tetapi perkembangan tekno-logi perkapalan telah membawa perubahan-perubahan atau penyimpangan dari bentuk asli tersebut, yang pada hakekatnya disebabkan oleh karena perubahan bentuk bangunan atasnya. Bangunan atas sebuah kapal ialah bangunan di atas geladak jalan terus teratas yang membentang sepanjang lebar kapal. Pada bentuk bangunan kapal, yang termasuk bangunan atas ialah:

1) Agil = bak = (fore castle)

2) Rumah anjungan (bridge house) dan 3) Kimbul = kampanye = (poop deck)

Pada kapal-kapal modern, umumnya bangunan atasnya terdiri dari agil dan anjungan saja karena umumnya letak kamar mesinnya di belakang, Sebagai akibat dari adanya bangunan atas tersebut memberikan beberapa keuntungan bagi kapal itu sendiri, antara lain:

(15)

1) Agil : mempertinggi daya apung cadangan di bagian depan kapal, sebagai penahah tekanan dari depan dan dari samping dan dapat dipakai sebagai gudang perlengkapan kapal.

2) Anjungan : melindungi lubang-lubang besar di atas kamar mesin dan dapat dipakai untuk niangan akomodasi anak kapal maupun untuk keperluan lainnya.

3) Kimbul : mempertinggi daya apung. cadangan bagian belakang, dapat juga untuk tempat akomodasi crew. Dengan adanya beberapa penyimpangan dari bentuk asli sebuah kapal sehubungan dengan bentuk bangunan atasnya, maka penyimpangan tersebut membawa perubahan pula jenis dan jumlah geladak sebuah kapal. Sehubungan dengan jenis geladak ini tipe kapal dibedakan atas :

1) Kapal geladak rata (Flush deck ship)

Tipe ini merupakan bentuk asli dari sebuah kapal, dimana geladak jalan terus teratasnya sekaligus merupakan geladak lambung bebasnya tanpa suatu bangunan ataspun.

2) Kapal tiga pulau (three Island ship)

Pada tipe ini bangunan atasnya terdiri dari agil, anjungan dan kimbul, tetapi bagian kamar mesinnya ditinggikan untuk melindungi kamar mesin tersebut terhadap masuknya air laut. Bagian yang ditinggikan ini diteruskan untuk membentuk anjungan, sekaligus bagian atas kamar mesin ditutup oleh bangunan anjungan tersebut.

3) Kapal dengan anjungan panjang (long bridge ship) Pada kapal tipe ini bangunan anjungan dan kimbul disatukan dan bangunan agil terpisah. Dapat

(16)

juga terjadi sebaliknya yaitu bagian agil dan anjungan disatukan dan kimbulnya terpisah. Dengan demikian terbentuklah sebuah sumur di depan atau di belakang. Karena adanya sumur ini kapal jenis anjungan panjang sering disebut kapal geladak sumur (well decked ship).

4) Kapal geladak sumur tipe lain dengan geladak di belakang anjungan yang ditinggikan (ship with raised quarter deck).

5) Kapal dengan geladak tenda (awning or spar deck ship).

Pada tipe ini agil, anjungan dan kimbul merupakan satu garis yang meliputi seluruh panjang kapal. Namun antara agil dan anjungan dan antara anjungan dan kimbul dibuat lubang-lubang, besar pada lambung. Umumnya kapal seperti ini melayari daerah-daerah tropis secara tetap dan lubang-lubang pada lambungnya tidak perlu ditutup secara sempurna.

6) Kapal geladak shelter (shelterdeckship)

Pada kapal tipe ini bangunan atasnya meliputi seluruh panjang kapal. Tipe ini terbagi atas 2 jenis yaitu geladak shelter yang terbuka dan geladak shelter yang tertutup. Pada kapal geladak shelter terbuka, bangunan atasnya tidak seluruhnya tertutup rapat, bahkan pada.sekat-sekat kedap air, ruangan geladak shelter dan pada lambung dibuat lubang-lubang tonase (tonnage openings) yaitu lubang-lubang yang tidak dilengkapi dengan tutup yang kedap air. Kapal tipe ini tidak dapat dimuati sampai sarait yang sama seperti kapal-kapal biasa.

(17)

7) Kapal geladak shelter tertutup (Closedshelterdeck) Pada kapal jenis ini bangunan atasnya kedap air dan tidak diberi bukaan-bukaan tonase. Kapal tipe ini dapat memuat dengan sarat yang lebih dalam dibandingkan dengan open shelter deck ship.

8) Kapal dengan kamar mesin di belakang

3. Ukuran-ukuran Pokok Sebuah Kapal

Secara umum ukuran pokok kapal terbagi menjadi : a. Ukuran membujur/memanjang

1) Panjang seluruhnya (Length Over All – LOA) ialah : Jarak dari suatu titik terdepat dari tinggi kapal sampai ke titik terbelakang dari buritan kapal. Ini merupakan ukuran terpanjang dari sebuah kapal, dan diukur sejajar lunas. Panjang ini penting untuk perkiraan panjang dermaga.

2) Panjang sepanjang garis tegak (Length Between Perpendiculars = LBP). ialah panjang kapal dihitung dari garis tegak belakang diukur sejajar lurus. Garis tegak depan (Forward Perpendicular) ialah sebuah garis khayalan yang memotong tegak lurus titik potong garis muat perancang kapal dengan linggi depan. Garis tegak belakang (after Perpendicular) ialah sebuah garis khayalan yang biasanya terletak pada sisi belakang cagak kemudi (rudder stock) tengah-tengah cagak.

3) Panjang sepanjang garis muat / garis air (Length on the load water line = LOWL). Ialah panjang kapal diukur dari perpotongan garis air dengan linggi depan sampai ke titik potong garis air dengan linggi belakang. Panjang terdaftar / registrered length seperti yang tertera

di dalam sertificate kapal itu yaitu dihitung dari ujung terdepan geladak jalan terus teratur sp garis tegak belakang diukur sejajar lurus.

(18)

Bentuk Bangunan Kapal yang Termasuk Bangunan atas adalah

1) Aqil  mempertinggi daya apung cad. di bagian

depan kapal sebagai penahan tekanan dari depan dan dari samping dapat dipakai sebagai gudang perlengkapan kapal.

2) Anjungan  melindungi baling-baling besar di atas

kamar mesin dan dipakai untuk Ruang akomodasi ABK maupun keperluan.

3) Kimbul  mempertinggi daya apung cad, bagian

belakang dapat juga tempat akomodasi crew. b. Ukuran Melintang : ukuran melintang terdiri dari:

1) Lebar ekstrim (extreme breadth) ialah jarak dari suatu titik di sebelah kiri sampai ke titik terjauh di sebelah kanan badan kapal)

2) Lebar dalam (moulded breath) ialah lebar kapal dihitung dari dalam kulit kapal diukur sejajar garis air. Tebal kulit kapal tidak dihitung.

3) Lebar terdaftar (Register breadth) ialah lebar kapal seperti tertera dalam sertifikat kapal itu.

c. Ukuran tegak (vertikal) ; ukuran tegak terdiri dari :

1) Sarat kapal (draf) ialah jarak tegak yang diukur dari titik terendah badan kapal sampai garis air. Ukuran ini penting kalau memasuki perairan dangkal.

2) Lambung bebas (free board) ialah jarak tegak yang diukur dari garis air sampai ke geladak lambung bebas. Lambung bebas menurut undang-undang ditetapkan sampai dengan geladak lambungbebas. 3) Dalam (depth) ialah jarak tegak yang diukur dari titik

terendah badan kapal, sampai ke titik di geladak lambung bebas tersebut.

4. Konstruksi Bangunan dan Peralatan Kapal

a. Reserve Buoyancy

Jika terjadi kecelakaan kapal yang mengakibatkan kerusakan/kebocoran pada kopartemen-kopartemen, kapal tidak akan tenggelam. Kapal tanker modern menetapkan letak garis muatannya 80% dari jarak lunas sampai geladak utama.

(19)

b. Kompartementasi

Untuk mengurangi sekecil mungkin aliran minyak dengan membatasi ketentuan ukuran tensi muatan menjadi kompartemen-kompartemen yang lebih kecil.

c. Collision Bulkhead

Pada jarak yang sekurang-kurangnya 5% dari haluan kapal. d. Protective Location

Berupa pengalokasian SBT (Segregated Ballast Tank) sedemikian rupa berjajar pada lambung kapal sebagai perlindungan jika lambung kapal robek tidak sampai menembus tanki-tanki.

5. Macam-macam bentuk Haluan

a. Haluan lurus (Plumb bow/straight bow) b. Haluan miring (Raked bow)

c. Haluan miring II (Raked bow II)

d. Haluan gunting (Clipper bow) e. Haluan sendok (Spoonbow) f. Haluan Meier (Meier form)

g. Haluan pemecah es (Ice breaker bow) h. Haluan Berumbi (Bulbous bow)

(20)

6. Konstruksi Buritan

Bingkai baling-baling kapal modern umumnya terbuat dari baja-baja tuang yang dibentuk streamline atau kadang-kadang terbuat dari pelat baja berat yang dilas secara terpadu. Bentuk dan tipenya sangat bergantung sebagian besar dari jenis kemudi yang dipasang. Bagian buritan sebuah kapal konstruksinya hampir sama dengan konstruksi di bagian haluan, dengan perbedaan bahwa tinggi. susunan balok-balok geladak tambahan 2,5 meter. Pelat-pelat yang menghubungkan ujung-ujung senta disebut ”crutches”.

Bagian buritan di atas linggi kemudi, makin membesar, untuk mana perlu diberi perkuatan khusus berupa sebuah tatanan yang disebut ”transom” yang terdiri dari .wrang yang kuat dan berat (antara lain wrang penuh) yang mengikat secara kuat linggi kemudi dan gading-gading melintang serta balok-balok geladak yang saling dihubungkan satu sama lain secara terpadu. Wrang ini disebut transom floor, gading-gading yang memperkuat daerah ini disebut transom frame dan balok-balok geladaknya disebut transom beam. Tinggi wrang ini sama dengan tinggi pada sistem dasar berganda callulair tetapi sedikit lebih tebal. (Dasar berganda cellulair ialah dasar berganda dengan wrang-wrang melintang dan membujur sehingga terbentuk sel-sel atau kotak-kotak kecil).

Buritan kapal masa lampau banyak menggunakan bentuk buritan biasa atau yang sering disebut buritan counter atau elliptik; namun lama kelamaan bentuk buritan biasa diganti de-ngan bentuk buritan cruiser atau buritan transom, lchususnya pada kapal-kapal niaga besar. Pada buritan biasa terdapat sistem gading-gading miring (cant framing) yang diikat pada Wrang transom dengan memakai pelat-pelat lutut dan ujung depan gading-gading tersebut berhubungan langsung dengan balok geladak transom. Pada buritan cruiser terdapat sistem gading-gading biasa yang ditopang oleh sebuah penguat membujur (intercostal girder) pada bagian tengahnya. Penguat ini harus digandakan tepat di atas wrang transom untuk perkuatan di tempat yang akan dilewati cagak kemudi. Pada tipe buritan cruiser masih juga dilengkapi dengan gading-gading miring di atas gading-gading melintang yang terbelakang. Gading-gading ini berukuran sama dengan gading-gading bertombol di haluan untuk memberi perkuatan pada dek atasnya. Jarak gading-gading tidak lebih dari 610 mm (24").

Dari konstruksi dan tipe buritan kapal yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya perbedaan itu disebabkan karena : a. Tipe buritan cruiser dapat dilihat bahwa selain tipe tersebut

telah memberikan bentuk yang cukup manis untuk dipandang, juga memberikan dayaguna hydro dinamis yang

(21)

dapat memperkecil tahanan air pada bagian kapal di bawah garis air.

b. Tipe buritan yang kecil pada bagian bawahnya namun besar dan melebar pada bagian atasnya, telah memberikan dampak pengemudian sehubungan dengan besarnya potongan Deadwood di daerah tersebut. Dampak ini memberikan pula effek secara langsung terhadap kemampuan olah gerak sebuah kapal, selain effek lainnya seperti panjang kapal, masa kapal, besar kecilnya daun kemudi dan lain sebagainya.

(22)
(23)
(24)

7. Bentuk-bentuk buritan

Sebagai modifikasi dari bentuk-bentuk buritan yang disebutkan di halaman sebelumnya, terdapat 2 (dua) bentuk buritan lain masing-masing :

a. Buritan elliptik (eleptical stem). b. Buritan rata (flat stern).

Kedua bentuk buritan tersebut di atas merupakan modifikasi dari bentuk buritan counter, dan modifikasi bentuk buritan cruiser seperti apa yang banyak kita lihat pada buritan kapal-kapal penumpang (lihat gambar di bawah ini).

Rangkuman

1. Pada hakekatnya fungsi sebuah kapal ialah sebagai alat pengangkut di air dari suatu tempat ke tempat lain, baik pengarigkutan barang, penumpang maupun hewan. Selain sebagai alat angkut, kapal dapat juga digunakan untuk rekreasi, sebagai alat pertahanan & keamanan, alat-alat survey atau laboratorium maupun sebagai kapal kerja.

2. Umumnya kapal-kapal mempunyai bentuk asli yang sama. Tetapi perkembangan tekno-logi perkapalan telah membawa perubahan-perubahan atau penyimpangan dari bentuk asli tersebut, yang pada hakekatnya disebabkan oleh karena

(25)

perubahan bentuk bangunan atasnya. Bangunan atas sebuah kapal ialah bangunan di atas geladak jalan terus teratas yang membentang sepanjang lebar kapal. Pada bentuk bangunan kapal, yang termasuk bangunan atas ialah:

3. Secara umum ukuran pokok kapal terbagi menjadi : a. Ukuran membujur / memanjang

b. Ukuran Melintang : ukuran melintang terdiri dari: c. Ukuran tegak (vertikal).

4. 2 (dua) bentuk buritan lain masing-masing : a. Buritan elliptik (eleptical stem).

b. Buritan rata (flat stern).

Latihan

1. Jelaskan pengertian yang berkaitan dengan bangunan kapal ! 2. Jelaskan jenis-jenis kapal !

3. Jelaskan ukuran-ukuran pokok sebuah kapal ! 4. Jelaskan macam – macam bentuk haluan ! 5. Jelaskan konstrusi buritan !

(26)

MODUL

02

KELING, LAS DAN CAKUPAN DASAR

BERGANDA

4 JP (180 menit)

Pengantar

Dalam modul ini membahas materi tentang paku keling dan pengelingan, jenis paku dilihat dari bentuk kepalanya, sistem pengelingan, las (welding), metode-metode pengelasan, mengelas dengan tekanan, tipe-tipe sambungan las, perbandingan antara las dan keling, pengertian dasar berganda, kegunaan dasar berganda, dan konstruksi dasar berganda.

Tujuannya adalah agar peserta didik dapat memahami tentang keling, las dan cakupan dasar berganda.

Kompetensi Dasar

1. Memahami keling dan las.

Indikator hasil belajar :

a. Menjelaskan paku keling dan pengelingan.

b. Menjelaskan jenis paku dilihat dari bentuk kepalanya. c. Menjelaskan sistem pengelingan.

d. Menjelaskan las (welding).

e. Menjelaskan metode-metode pengelasan. f. Menjelaskan mengelas dengan tekanan. g. Menjelaskan tipe-tipe sambungan las.

h. Menjelaskan perbandingan antara las dan keling. 2. Memahami cakupan dasar berganda.

Indikator hasil belajar :

a. Menjelaskan pengertian dasar berganda. b. Menjelaskan kegunaan dasar berganda. c. Menjelaskan konstruksi dasar berganda.

(27)

Materi Pelajaran

1. Pokok Bahasan

Keling dan las.

Sub Pokok Bahasan :

a. Paku keling dan pengelingan.

b. Jenis paku dilihat dari bentuk kepalanya. c. Sistem pengelingan.

d. Las (welding).

e. Metode-metode pengelasan. f. Mengelas dengan tekanan. g. Tipe-tipe sambungan las.

h. Perbandingan antara las dan keling.

2. Pokok Bahasan

cakupan dasar berganda.

Sub Pokok Bahasan :

a. Pengertian dasar berganda. b. Kegunaan dasar berganda. c. Konstruksi dasar berganda.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.

Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi keling, las dan cakupan dasar berganda

2. Metode Brainstorming (curah pendapat)

Metode ini digunakan untuk menggali pendapat/pemahaman peserta tentang materi keling, las dan cakupan dasar berganda

3. Metode Tanya Jawab

Metode ini digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik tentang materi yang telah diberikan.

(28)

4. Metode Penugasan

Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik tentang materi yang telah diberikan.

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/media : a. White Board. b. Laptop. c. LCD in Focus. d. Papan Flipchart. 2. Bahan : a. Alat Tulis. b. Kertas Flipchart. 3. Sumber Belajar :

Buku Bangunan kapal karangan Capt. Rubianto M.Mar..

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit

Pendidik melaksanakan apersepsi:

a. Pendidik menugaskan peserta didik melakukan refleksi materi sebelumnya.

b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan materi yang akan disampaikan.

c. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Tahap inti : 160 menit

a. Pendidik menyampaikan materi keling, las dan cakupan dasar berganda.

b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal yang penting, bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami.

(29)

c. Peserta didik melaksanakan curah pendapat tentang materi yang disampaikan oleh pendidik.

d. Pendidik dan peserta didik melaksanakan tanya jawab tentang materi yang telah diberikan.

3. Tahap akhir : 10 menit

a. Cek Penguatan materi

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum.

b. Cek penguasaan materi

Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas. Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi yang telah disampaikan.

d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat resume.

Tagihan / Tugas

Peserta didik mengumpulkan resume materi yang telah diberikan.

Lembar Kegiatan

(30)

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN I

KELING DAN LAS

Lambung dan bagian-bagian lain dari struktur kapal terdiri dari ribuan bagian-bagian kecil yang harus dihubungkan satu dengan lainnya sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap tekanan, baik dari dalam seperti muatan, maupun terhadap tekanan-tekanan dari luar seperti ombak, laut, angin dan lain sebagainya. Bagian-bagian dari sebuah kapal besar modern dihubungkan satu dengan lainnya memakai 2 (dua) cara yaitu dengan cara mengeling dan mengelas. Baik keling maupun las mempunyai teknik-teknik tersendiri dan untuk membedakan mana terbaik di antara kedua sistem ini, sarat bergantung dan rancangan struktur kapal yang dibangun, kekuatannya dan kelayak lautannya.

1. Paku keling dan pengelingan

Untuk pengelingan umumnya digunakan paku keling yang terbuat dari baja lunak, yang selaras kekuatan tariknya dengan komponen yang dikeling, sehingga untuk bahan-bahan yang mempunyai kekuatan tarik besar menggunakan baja yang kekuatan tariknya besar pula, seperti paku keling yang terbuat dari baja tempa. Paku keling umumnya berbentuk bulat dengan pelbagai macam bentuk kepala pada salah satu ujung paku tersebut, pada ujung yang satu lagi paku tersebut dinamakan point yang dibentuk menjadi kepala setelah paku keling tersebut dipasang.

Besamya diameter paku keling ditentukan oleh besarnya diameter batang paku keling tersebut (shank). Besarnya diameter sebuah paku keling sangat tergantung dari bahan yang mau dikeling ; biasanya berkisar antara 5/8" - 7/8". Panjang sebuah paku keling harus sedemikian rupa sehingga apabila kepala paku keling rapat benar pada bahan yang dikeling, maka ujung batang paku keling yang tersisa, masih cukup bahannya untuk dibuat menjadi kepala. Dengan demikian paku keling dipasang, terbentuklah 2 (dua) buah kepala sebelah menyebelah bahan yang dikeling.

(31)

2. Jenis Paku dilihat dari Bentuk Kepalanya

a. Paku keling berkepala trapesium atau titus (panhead)

Jenis tirus ini paling banyak dipakai, karena memberikan hasil yang lebih baik Di kapal umumnya dipakai untuk mengeling kulit kapal, geladak, dan alas dalam. Untuk memberikan hasil yang lebih baik maka batang paku keling yang bulat itu pada bagian lehernya juga dibentuk seperti tirus (lihat gambar).

b. Paku keling berkepala bulat (Buttonhead = snaphead) Pada waktu pemasangan paku keling jenis ini paku keling di-pegang dengan alat khusus yaitu semacam palu

(32)

pembentuk. Karena mengerjakannya amat sukar, maka untuk paku keling berkepala'bulat ini penggarapannya dilakukan secara hidrolik. Namun untuk memperoleh hasil yang cukup baik, biasanya di bawah kepala paku keling jenis ini diberi semacam alat perapat atau cincin.

Paku keling jenis ini biasanya dipakai untuk hubungan pelat-pelat pada ketel.

c. Paku keling berkepala runcing (Steeple head)

d. Paku keling berkepala benam (Countersunk head)

Paku keling jenis ini dipakai jika kita menghendaki kedua belah permukaan kelingan itu rata, seperti pada hubungan antara kulit kapal dengan linggi. Tentu saja pada hubungan ini lubang paku keling harus sedemikian rupa sehingga kepala paku keling dapat masuk.

Perlu ditambahkan di sini bahwa untuk jenis-jenis paku keling nomor 1 sampai dengan 4 dapat saja dibiarkan bulat atau dibentuk seperti tirus bergantung dari kebutuhan.

(33)

e. Paku keling berkepala kerucut (Cone head)

Jenis ini mirip dengan paku keling berkepala tirus, tetapi umumnya kepalanya lebih tinggi.

f. Paku keling Tap Rivet

Paku keling jenis ini biasnya dipakai untuk menghubungkan pelat-pelat tipis pada bagjan kapal yang lebih tebal atau di tempat-tempat di mana pemasangan paku keling secara biasa tak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Batang paku keling ini biasanya berulir dengan kepala segi empat.

3. Sistem pengelingan

Seperti sudah diterangkan di depan bahwa pelbagai bagian konstruksi kapal, saling dihubungkan satu dengan lainnya memakai paku keling atau dengan cara dilas. Dengan demikian kekuatan konstruksi kapal bergantung dari baik buruknya hubungan keling itu sendiri. Kekuatan hubungan keling kira-kira 70 - 80% dari kekuatan bahan yang dikeling.

Sehubungan dengan hubungan keling ini maka paku keling yang dipakai dapat diatur menurut deretan tunggal. deretan ganda atau lebih, bahkan sampai empat. Terlepas dari berapa

(34)

deretan yang dipakai. pada dasarnya kita mengenal 2 sistem pengelingan yaitu hubungan keling berantai (chain riveting) dan hubungan keling zig-zag (staggered riveting).

Dengan dipasangnya paku keling sesuai dengan sistem yang dipilih, maka terciptalah jarak antara kedua paku keling secara horizontal (pitch) dan jarak antara paku keling secara vertikal (gage).

Namun bagaimanapun juga hubungan keling itu harus cukup kuat dan kedap air. Kekuatan hubungan keling sangat bergantung dari :

a. Jumlah dan tebalnya paku keling yang digunakan b. Jarak antara paku keling

(35)

d. Bahan paku keling

e. Baik buruknya penggarapan

Sistem kelingan berantai dipakai untuk deretan paku keling berganda atau triple dan untuk semua hubungan pelat lambung yang ujung-ujungnya saling dihimpitkan (dampit).

Sistem kelingan zig-zag diperlukan untuk sambungan-sambungan lainnya seperti pada linggi, bagian buritan atau pada lunas. Namun perlu diingat bahwa deretan paku keling ini di dalam pemasangannya tidak boleh lebih kecil dari 2 1/2 kali diameter paku keling untuk ujung kampuh berimpit, 3 kali diameter paku keling untuk ujung dampit. Lebar himpitan kedua ujung pelat yang dihubungkan bergantung dari ukuran atau besarnya paku keling dan jumlah deretan paku keling yang digunakan.

Pitch jarak kedua paku keling secara horizontal' tidak boleh lebih kecil dari 31/2 kali diameter paku keling dan tidak lebih dari 7 kali diameter paku. Tetapi perlu pula di ingat bahwa pemasangan paku keling pada sambungan yang kedap air dan kedap minyak harus sedemikian rupa sehingga jarak kedua paku keling cukup dekat satu sama lain untuk menahan tekanan-tekanan yang terjadi serta agar sambungan tersebut lebih rapat.

Jarak pada sambungan kedap air 4 – 41/2 kali diameter paku keling, pada sambungan kedap minyak 3 1/2 - 4 kali diameter paku keling.

Hubungan keling pada lajur umumnya pemasangan paku keling pada sambungan lajur dibedakan atas 3 macam, yaitu :

a. Kampuh tunggal berimpit (lap joint) yaitu pinggiran pelat yang satu menindih pinggiran pelat yang lain.

(36)

b. Kampuh bilah tunggal (single strap joint) yaitu dua pelat yang mau disambung ditindih oleh sebilah pelat kecil lain di atasnya, lalu dikeling.

c. Kampuh bilah ganda (double strap joint) yaitu dua pelat yang mau disambung ditindih oleh dua bilah pelat kecil pada kedua sisinya, kemudian dikeling.

Untuk memperoleh hubungan keling yang kedap air maupun kedap minyak, maka pada setiap kampuh, hubungan keling itu dirapatkan. Tetapi jika pengelingan sudah dilakukan dengan sempurna perapatan yang dimaksud tidak dihiibungkan lagi. Namun untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan yaitu kurang sempurnanya pengelingan, perapatan semacam itu tetap juga dilaksanakan.

Biasanya sesudah pekerjaan pengelingan, diadakan beberapa pengetesan, misalnya :

a. Pengujian dengan tckanan air. (water pressure test) untuk tangki-tangki dasar berganda, tangki dalam, ceruk depan dan ceruk belakang, dan lain sebagainya.

b. Pengujian memakai selang dengan air bertekanan tinggi

(high pressure hose test) lalu disemprotkan, misalnya untuk

pelat dinding kapal, geladak baja, dinding-dinding kedap air dan Iain-lain.

c. Pengujian memakai ketokan (hammertest)

(37)

Sudah barang tentu sebelum diadakan pekerjaan pengelingan, bagian yang mau dikeling dilubangiterlebihduhulu. Diameter lubang 1/16 inchi lebih besar dari diameter paku. Kadang-kadang terjadi bahwa lubang-lubang tersebut tidak berhadapan sehingga perlu diperlebar dengan menggunakan bor pneumatik, rimers atau drift punches tergantung dari penyimpangan yang terjadi.

Di dalam melakukan pekerjaan pengelingan, untuk memperoleh hasil yang memuaskan, paku kelingnya sendiri harus mengalami pengujian berupa :

a. Paku keling dalam keadaan dingin dilenturkan 180° dan "hati" (inti) ditengahnya, harus tidak mengalami keretakan. b. Paku keling dalam keadaan dingin dilenturkan. 180°

sampai ujungnya menyentuh batang paku keling, dan harus tidak menimbulkan keretakan.

c. Pada suhu pengelingan sebagian badan paku keling yang panjangnya 2 kaki diameter paku, dilantakkan sehingga panjangnya tinggal 1/3 panjang semula, dan tidak boleh retak.

d. Kepala paku keling pada suhu pengelingan dipipihkan sehingga menjadi 21/2 kali diameter semula, tanpa menimbulkan keretakan.

e. Pada suhu pengelingan sebagian, badan paku keling dipipihkan sehingga berbentuk kipas setebal 1/6 kaki diameter semula; tanpa menimbulkan keretakan.

Dengan pengetesan seperti ini dapat dijamin bahwa baik paku keling maupun pekerjaan pengelingan benar-benar memenuhi tujuannya.

(38)

4. Las (welding)

a. Teknik penglason pada saat ini telah bekembang sedemikian pesatnya, sehingga hampir semua bagian bangunan kapal yang dibangun dalam dua dasa warsa terakhir ini menggunakan las di dalam penyambungan antar bagian dari kapal-kapal tersebut. Penggunaan las secara meluas ini disebabkan karena berbagai keuntungan yang diperoleh, antara lain :

1) Pengurangan bobot yang disebabkan karena tidak adanya himpitan atau tindihan-tindihan ujung-ujung pelat, pelat-pelat pengisian, kampuh bilah tungga maupun ganda, kepala-kepala paku keling dan lain sebagainya. Dengan demikian pengurangan bobot ini menyebabkan kurangnya jumlah material yang dipakai juga meningkatkan daya angkut kapal tersebut. Pengurangan bobot ini berkisar antara 15 - 20 %.

(39)

2) Sambungan las mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan kekuatan bagian-bagian yang dihubungkan. Dengan demikian jelas sambungan dengan metode las lebih kuat dari sambungan keling. 3) Sambungan las lebih kedap air dan kedap minyak

dibandingkan dengan sambungan keling, karena sambungan las itu lebih rapat.

4) Hambatan air lebih kecil, karena permukaan sambungan dengan metode las lebih rata dan licin. 5) Sambungan las bebas dari pengaruh getaran kapal

karena teguhnya dan kokohnya konstruksi bangunan. 6) Konstruksi jadi lebih sederhana dan serasi.

b. Kerugian sambungan las adalah sebagai berikut :

1) Terjadinya perubahan bentuk yang disebabkan karena terjadinya tegangan kemt di dalam bahan. Hal ini dapat diatasi dengan alat pencegah retak (crack arrestor). 2) Sambungan las mutunya sulit dinilai secara

sederhana. Masalah ini dapat diatasi dengan penggunaan alat-alat yang modern.

c. Pemeriksaan sambungan las.

Sambungan las dapat diperiksa dengan cara-cara sebagai berikut :

1) Melakukan pemeriksaan dan pengukuran luar memotong hubungan las

2) Melakukan pengamatan dan pengukuran dengan menggunakan sinar X atau sinar gamma.,

3) Menggunakan gelombang elektromagnetik.

4) Menggunakan getaran-getaran yang berfrekuensi tinggi (gelombang-gelombang ultrasonik).

5) Memeriksa kekedapan alrnya.

Pemeriksaan luar umumnya menyangkut. apakah ada penyimpangan-penyimpangan yang nampak, seperti keretakan-keretakan di dalam las atau di daerah sekitarnya, apakah rigi-rigi las terlalu dalam, apakah jalur las terisi penuh atau tidak, apakah terjadi liang-liang renik di-antaranya, dan lain sebagainya.

Pemeriksaan dengan cara pemotongan sambungan las hanya dilakukan jika tidak ada lagi cara lain yang bisa dilakukan untuk memeriksa sambungan tersebut. Pemotongan sambungan las biasanya dilakukan dengan menggunakan pahat peneumatik atau dengan cara membor, kemudian bagian yang telah dipotong diperiksa permukaannya dengan memakai kaca pembesar.

(40)

Pemeriksaan dengan menggunakan sinar X atau sinar gamma, maksudnya untuk meneliti sambungan las tersebut, apakah terdapat keretakan, apakah jalur-jalur las terisi penuh, apakah terdapat gelembung-gelembung udara atau liang-liang renik. Di dalam pemeriksaan ini para pemeriksa harus dilindungi dari pengaruh radiasi atau radiaoaktif yang cukup besar dari sinar-sinar tersebut. Dilaksanakan dengan menggunakan pesawat sinar gamma dengan sumbef emisi radiasi yang minimal. Biasanya pemeriksaan dengan sinar gamma menggunakan isotop-isotop radioaktif yang ditempatkan di dalam tabung jinjingan yang dilapisi timah hitam. Jika hendak digunakan tombol pengaturnya diputar 180° hingga sumber racjiasi mengarah ke atas logam yang sedang diperiksa itu. Pancaran sinar ini memberikan foto bagian-bagian logam yang sedang diperiksa. Namun pemeriksaan sambungan las dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma ini dilakukan tidak pada seluruh sambungan las, sehingga apabila terjadi cacat atau keretakan pada bagian yang kebetulan tidak diperiksa, tidak dapat diketahui.

Pemeriksaan sambungan las dengan menggunakan getaran elektromagnetik dilakukan untuk seluruh sambungan las, Cacat atau kerctakan yang dijumpai di dalam penelitian, diperiksa memakai sinar X untuk mcmastikan sifat dan ukuran cacat tersebut. Pesawat pemeriksa cacat ini disebut defectoscope dan dapat menunjukkan cacat atau keretakan di dalam sambungan las pada bagian yang tebalnya 5 - 30 mm. Pesawat ini terdiri dan sebuah antena, penguat dan stabilator tegangan. Kepala antena mengandung kutub elektromagnet dan elemen pembeda induktip. Elemen inilah yang merupakan sumber tegangan yang bekerja karena adanya simpang-an mcdan magnet sewaktu kepala antena digerakkan di atas tempat yang cacat. Isyarat ini diubah menjadi isyarat cahaya yang tampak di dalam lampu indikator.

Pemeriksaan sambungan las dengan menggunakan getaran-getaran ultrasonik diperuntukkan bagi pemeriksaan logam yang tebalnya lebih dari 30 mm. Pemeriksaan ini juga sekaligus memeriksa besarnya hambatan yang terjadi.

5. Metode-metode pengelasan

Mengelas ialah cara menyambung pelat besi atau baja dengan menghuhungkan tepi-tepi pelat tersebut, setelah terlebih dahulu pelat tersebut dileburkan (dicairkan). Pada metode las ada dua prinsip dasar yaitu :

a. Mengelas dengan memanaskan (meleburkan) logam-logam yang akan dilas sampai di atas titik cairnya, kemudian tepi-tepinya dihubungkan satu sama lain (fusionwelding).

(41)

b. Mengelas dengan tekanan ialah dengan cara memanaskan bahan yang akan disambung sampai beberapa derajat di bawah titik cairnya, kemudian dengan tekanan pula kedua logam tersebut disambungkan (pressurewelding).

Di dalam pengelasan dengan metode pertama, kita mengenal 3 (tiga) cara yang biasanya dipakai yaitu :

a. Las busur listrik (Electric-arcwelding)

Las busur listrik dapat dikerjakan dengan tangan atau dengan mesin

(42)

Arus listrik diperoleh dari dinamo tersendiri atau melalui transformator, di mana jenis jepitan yang satu dihubungkan dengan benda yang dilas, sedang jepitan yang lain dengan tang las yang menjepit elektroda yang panjangnya kira-kira 40 mm dan tebalnya beberapa milimeter.

Bagian penjepit dari tang las ini harus benar-benar terisolasi agar bebas dari arus listrik. Bila pengelasan dilakukan, juru las harus memakai perisai dengan kaca pelindung yang gelap sebab cahaya yang keluar dari nyala api, dapat merusak mata dan kulit. Pada waktu Mengelas, juru las menekan batang elektroda pada benda las dengan demikian akan terjadi hubungan pendek.

Dengan mengangkat elektroda beberapa milimeter, maka akan terjadi busur nyala api dengan suhu yang tinggi sekali (3700 °C). Pada saat itu elektroda mulai mencair, demikian pula dengan benda las, sehingga terjadilah sambungan las. Pada waktu pengelasan elektroda digerakkan ke depan dengan kecepatan yang konstan mengikuti sumbu las atau dapat juga digerakkan bolak-balik tegak lurus sumbu las, agar terjadilah suatu ikatan yang kuat antara bahan yang mencair tersebut dengan benda las.

(43)

Baik buruknya pengelasan yang dibuat, sangat tergantung dari bahan elektroda yang digunakan dan ketrampilan juru las. Umumnya elektroda terbuat dari baja yang dilapisi dengan lapisan khusus yang dapat mengikat oksigen dan nitrogen, agar persenyawaan itu dapat melamakan bahan tersebut menjadi dingin. Salah satu mesin las otomatis yang menggunakan prinsip nyala api listrik ialah mesin las "Lincolnweld". Mesin bergerak secara otomatis, maju sepanjang sambungan yang akan dilas, di mana elektroda yang digunakan digulung pada tormol dan keluar secara otomatis pula. Proses pengelasan ini tertutup terhadap udara sekitarnya dan tidak akan nampak bunga-bunga api seperti pada las dengan las busur nyala api. Mesin las ini digunakan untuk Mengelas pelat-pelat yang rata dan panjang. Hasil pekerjaan dengan mesin las akan sangat rata dan halus

b. Las gas (gaswelding)

Penggunaan las gas sangat terbatas dalam bangunan kapal. Umumnya las gas banyak dipergunakan untuk pipa-pipa bertekanan tinggi.

Las gas ini sangat berguna sebagai alat reparasi untuk Mengelas lembar-lembar logam yang tipis, yang hanya membutuhkan panas rendah, dan karena ringannya alat ini dapat dipin-dahkan dengan mudah. Jenis gas yang paling banyak digunakan ialah oksigen dan asetylene. Kedua jenis gas ini ditempatkan di dalam silinder terpisah (oksigen dengan tekanan kira-kira 2000 lbs psi dan acetylene, yang dilarutkan dalam aceton dengan tekanan kira-kira 250 lbs psi). Masing-masing botol dilengkapi dengan pengatur tekanan untuk mengatur penurunan tekanan dari masing-masing botol sampai pada batas tekanan kerja. (alat ini terdiri dari kran dan manometer).

c. Las termit (thermitwelding)

Las termit ialah suatu metode pengelasan memanfaatkan reaksi antara serbuk aluminium dengan besi oksida pada baja cair pada temperatur hampir 5000°F. Las termit banyak digunakan untuk Mengelas atau memperbaiki benda tuang atau tempa yang besar, di dalam bangunan kapal terbatas pada pengelasan atau reparasi bingkai baling-baling. Umumnya bingkai baling-baling begitu besar dan berat, sehingga jarang sekali ada pabrik yang sanggup membuat bingkai baling-baling besar itu. Untuk itu bingkai baling-baling tersebut dibagi dalam seksi-seksi yang dikerjakan oleh beberapa pabrik pengecoran, kemudian dengan las termit bagian-bagian tersebut dihubungkan satu sama lain di galangan.

(44)

6. Mengelas dengan tekanan

Las dengan tekanan yang banyak dipakai di dalam pembuatan kapal ialah apa yang disebut sebagai Stud welding. Di dalam bangunan kapal stud welding dipakai untuk Mengelas baut papan geladak, memasang dan memperkuat wilah keringat, Mengelas semua jenis lapisan penyekat, menguatkan pelat-pelat penutup dan lain sebagainya.

Dari pelbagai macam bentuk sambungan las yang biasanya dipakai di dalam bangunan kapal, dapat diketahui beberapa yang terpenting, antara lain :

a. Sambungan las I

Sambungan ini digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis 1 sampai dengan 3 mm seperti cerobong angin, sekat-sekat tipis pada bangunan atas dan Iain-lain.

b. Sambungan las V

Pada sambungan ini ujung-ujung-pelat dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk sudut 60°- 90° tetapi umumnya sudut tersebut 70°. Penyerongan ujung-ujung pelat tidak meliputi seluruh tebal pelat, tetapi masih tersisa sebagian kecil beberapa milimeter untuk menahan cairan las. Las V banyak digunakan untuk pelat rumah geladak, pelat-pelat geladak, sekat kedap air dan minyak.

c. Sambungan las X

Sambungan las X sering disebut sambungan V ganda dari kedua sisi. Sambungan ini biasanya dipakai untuk pelat-pelat yang amat tebal di mana lasan dilakukan pada kedua sisi seperti kulit kapal, lunas tegak, penumpu pada dasar berganda.

d. Sambungan las U

Mirip dengan las V tetapi bentuknya agak melengkung, dipakai untuk pengelasan sambungan-sambungan yang berkualitas tinggi.

e. Sambungan las sudut/siku

Sambungan ini dipakai untuk menyambung pelat-pelat yang berdiri tegak lurus satu sama lain, di mana pengelasan dilakukan pada kedua sisi. Las ini banyak dipakai dalam sambungan antara lunas tegak dengan lunas datar, pelat lutut/siku/bracket dan Iain-lain.

f. Sambungan las dengan sudut berlompatan

Sambungan las ini dilakukan pada kedua sisi secara terputus dan berselang-seling. Banyak dipakai pada

(45)

penguat dinding-dinding kedap air, sambungan antara gading-gading dengan kulit kapal, balok geladak dengan, pelat geladak, dan lain-lain.

Sebagai modifikasi dan variasi dari berbagai bentuk sambungan yang disebutkan di atas, dapat disebutkan berbagai bentuk seperti bentuk tirus tunggal, tirus ganda, U ganda, J tunggal maupun J ganda (lihat gambar pada halaman lain).

7. Tipe-tipe sambungan las

Di dalam konstruksi bangunan kapal dari baja, sambungan las pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang (tindih). Sebagai perkembangan dari sambungan dasar tersebut di atas, terjadilah beberapa tipe sambungan seperti sambungan silang, sambungan dengan penguat dan sambungan sisi (lihat gambar). Di dalam praktek tipe sambungan tumpul adalah tipe sambungan yang paling tepat guna. Sambungan tumpul dapat dilakukan dengan penetrasi penuh maupun dengan penetrasi sebagian. Penetrasi penuh dapat dibagi lagi atas penetrasi penuh tanpa pelat pembantu maupun dengan alat pembantu, baik sebagai pelat yang turut menjadi bagian dari konstruksi, maupun pelat pembantu yang hanya berfungsi sebagai penolong pada waktu proses pengelasan.

Bentuk alur dalam sambungan tumpul, sangat mempengaruhi ketepatgunaan pekerjaan, ketepatgunaan sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur menjadi sangat penting. Sambungan T dan sambungan silang, secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las dengan alur dan jenis las dengan sudut.

Dalam bentuk sambungan sudut dapat terjadi penyusutan dalam arah tebal pelat sehingga dapat menyebabkan terjadinya retak ishlil. Hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat tegak. Sambungan tumpang daya gunanya rendah sehingga jarang sekali dipakai. Tetapi jika dipakai, biasanya dilaksanakan dengan las sudut dan las isi. Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung.

(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

8. Perbandingan antara Las dan Keling

a. Berat

Kapal yang dikeling lebih berat dari kapal yang dilas (sekitar 15 - 20%)

b. Kekedapan air (water tights)

Kapal yang dikeling lebih sering harus direparasi karena paku kelingnya banyak yang menjadi longgar setelah beroperasi beberapa lama (sudah tidak kedap air lagi)

c. Kekuatan sambungan

Kapal yang dikeling kurang kuat dibandingkan dengan kapal yang dilas.

d. Tempat

Mengelas dapat dilakukan di bawah permukaan air sedangkan mengeling sampai saat ini hanya bisa dilakukan di atas permukaan air.

(53)

e. Keributan

Bengkel las lebih tenang dari bengkel keling. f. Temperatur

Mengeling dapat dilakukan dengan baik di hawa dingin, tetapi mengelas di hawa dingin akan memberikan hasil yang kurang bagus, jika suhu kurang dari 10° Fahrenheit.

g. Kecepatan kapal

Kapal-kapal yang dilas lebih cepat dibandingkan dengan kapal-kapal yang dikeling, karena gesekannya dengan air lebih kecil.

h. Biaya reparasi

Biaya reparasi kapal yang dilas lebih murah dari biaya reparasi kapal yang dikeling.

Dari apa yang dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa kapal-kapal yang dilas lebih baik dibandingkan dengan kapal-kapal yang dikeling.

(54)

POKOK BAHASAN II

CAKUPAN DASAR BERGANDA

1. Pengertian Dasar Berganda

Dasar Berganda ialah bagian dari konstruksi kapal yang dibatasi : a. Bagian bawah oleh kulit kapal bagian bawah (bottom shell

plating).

b. Bagian atas oleh tank top (tank top plating) atau pelat dasar dalam (inner bottom-plating).

c. Bagian samping oleh lempeng samping (margin plate). d. Bagian depan oleh sekat kedap air terdepan/sekat

pelanggaran (collision bulkhead).

e. Bagian belakang oleh sekat kedap air paling belakang atau sering disebut sekat ceruk belakang (after peak bulkhead). Sehubungan dengan batasan-batasan tersebut, dasar berganda sebuah kapal dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan terutama untuk menampung air-air ballas guna kepentingan stabilitas kapal, disamping sebagai tempat bahan bakar, air tawar dan lain sebagainya. Untuk dapat memenuhi pelbagai keperluan tersebut di atas dengan sendrrinya konstruksi dasar berganda harus sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan kekuatan, kekedapan air/minyak, dan konstruksi.

2. Kegunaan Dasar Berganda

Dasar berganda berguna dalam hal :

a. Bila kapal kandas dan mengalami kebocoran, masih ada dasar yang kedap air.

b. Sebagai ruangan muatan cair, air tawar, bahan bakar, ballas dan lain sebagainya.

c. Membantu mengatur stabilitas kapal.

d. Air ballas dapat juga dipakai untuk membantu mengambangkan kapal kandas. Air ballas dapat juga membantu agar baling-baling dan kemudi dapat terendam lebih dalam sehingga dapat bekerja lebih berdaya guna. e. Menambah kekuatan melintang kapal.

(55)

3. Konstruksi Dasar Berganda

Dasar berganda terbentang meliputi sebagian besar panjang kapal dan pada kebanyakan kapal meliputi jarak sepanjang sekat pelanggaran sampai dengan sekat kedap air yang paling belakang. Bagian di depan dan di belakang dari kedua sekat tadi tidak lagi dipasang dasar berganda karena terlalu sempit untuk dimasuki untuk kepentingan perbaikan maupun pemeriksaan. Tetapi terlepas dari itu, umumnya dasar berganda mempunyai sistem konstruksi tersendiri yang disesuaikan dengan panjang kapal, dan tipe/kegunaan kapal tersebut. Pada dasarnya konstruksi dasar berganda itu terdiri dari:

a. Sistem konstruksi kerangka melintang dengan wrang-wrang penuh dan wrang-wrang terbuka dan

b. Sistem konstruksi kerangka membujur dengan wrang-wrang penuh dan wrang-wrang tertutup.

Dengan adanya kerangka-kerangka membujur dan melintang ini, dapat dipahami mengapa dasar berganda itu selalu terbagi-bagi atas sejumlah tangki di dalamnya. Konstruksi seperti ini memungkinkan pemisah tangki-tangki yang ada di dalam dasar berganda, baik tangki-tangki dari cairan yang sejenis maupun dari cairan yang berlainan jenis. Untuk membatasi dua buah tangki dengan cairan yang sejenis, cukup dibatasi dengan.satu wrang tertutup, tetapi untuk membatasi 2 (dua) tangki yang berisi dua jenis cairan, perlu dibatasi oleh dua buah wrang tertutup. Dengan diberinya dua buah wrang tertutup ini, terciptalah sebuah' ruangan di antara kedua tangki tersebut, yang dinamakan koferdam. Koferdam ini gunanya untuk menampung cairan dari salah satu tangki yang bocor, agar tidak bercampur dengan cairan yang berlainan Jenis dari tangki yang bersebelahan. Selain itu koferdam juga berguna sebagai penampung keringat yang berasal dari dinding-dinding tangki yang bersebelahan.

Seperti sudah diutarakan di atas, konstruksi dasar berganda itu terdiri dari kerangka melin-tang dan kerangka membujur. Dengan adanya konstruksi melintang dan membujur itu, maka di dalam dasar berganda terciptalah sejumlah kotak-kotak atau sel-sel baik berbentuk tangki-tangki maupun bukan tangki. Itulah sebabnya dasar-berganda seperti ini disebut dasar, berganda seluler. Dasar berganda seluler umumnya cukup memakai kerangka melintang saja dengan sebuah wrang penuh atau wrang terbuka pada setiap gading-gadingnya. Pada pangkal yangpanjang-nya lebih dari 120 meter atau yang diperuntukkan bagi pengangkutan biji-bijian tambang tore carrier) dan muatan berat lainnya, selain kerangka melintang, juga diharuskan

(56)

memasang kerangka membujur dengan interval wrang-wrang penuh melintang. Selain dari itu, pada metode ini dipasang 1 atau lebih penyangga samping (side girder) yang membentang dari depan ke belakang di antara wrang-wrang tersebut sebagai penguat. Bagian luar dari dasar berganda seluler ini dibatasi oleh sebuah lempeng samping (margin plate) jalan terus yang kedap air. Lempeng samping itu dihubungkan pada gading-gading dengan pelat lutut (side-bracket).

a. Dasar berganda kerangka melintang

Dasar berganda dengan kerangka melintang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Dilengkapi dengan wrang-wrang penuh pada setiap gading di bawah kamar mesin, kursi ketel, dinding-dinding kedap air dan di daerah yang perlu dilindungi. 2) Jarak antara wrang-wrang penuh tersebut tidak lebih

dari 3.05 m dengan diselingi wrang terbuka di antaranya.

3) Pada kapal-kapal yang lebarnya sampai dengan 20 m harus dilengkapi dengan sebuah gading-gading membujur (longitudinals) pada setiap sisi. Pada kapal yang lebarnya lebih dari 20 meter dilengkapi dengan 2 buah longitudinals pada setiap sisi yang terbentang sejauh mungkin muka belakang.

4) Wrang penuh yang terbentang melintang dari penyanggah tengah sampai lempeng samping pada setiap sisinya, diberi lubang peringan, kecuali kalau wrang tersebut wrang kedap air. Wrang yang kedap air ditempatkan di bawah atau di dekat dinding-dinding. Jika tinggi penyangga tengah sampai 915 mm, wrang tersebut harus diperkuat dengan penguat tegak.

5) Wrang-wrang terbuka yang dite,mpatkan di antara wrang-wrang penuh, pada bagian tengahnya kosong (tanpa pelat) dan pada bagian ujung-ujungnya diberi bracket. Bracket ini lebarnya paling sedikit 3/4 tinggi penyanggah tengah. Longitudinals pada wrang terbuka ini diperkuat dengan sebuah batang tegak. Bila jarak antara bracket dengan longitudinals cukup besar, maka boleh ditambah dengan sebuah perkuatan serupa lagi.

6) Pada sistem kerangka melintang, penyanggah tengah dan lempeng samping tidak terputus, demikian pula wrang melintangnya sedangkan longitudinalsnya terputus pada wrang melintangnya.

(57)

Penampang melintang Dasar Berganda dengan kerangka Melintang

Wrang terbuka pada sistem kerangka melintang Keterangan :

1. Gading-gading 2. Tank Side bracket 3. Lempeng samping 4. Longitudinals 5. Penyangga tengah 6. Bracket 7. Wrang penuh 8. Wrang terbuka 9. Pelat tank top

(58)

b. Sistem Kerangka Membujur

Sistem ini umumnya diperuntukkan bagi kapal-kapal yang panjangnya lebih dari 120 meter. Longitudinalnya terbuat dari balok rata, atau dapat juga dari balok bertombol atau dari balok siku balik yang ditunjang oleh wrang penuh pada setiap jarak tak lebih dari 3.7 meter. Longitudinals ini, diperkuat dengan sebuah batang tegak pada wrang. Longitudinals ini didudukkan pada wrang sedalam minimal 150 mm dan harus terbentang sepanjang dalam dari wrang itu. Ciri-ciri kerangka membujur sebagai berikut :

1) Pada kerangka membujur, wrang penuh dipasang di bawah gading-gading kamar mesin, kursi ketel.dinding kedap air dan pada ujung bracket deep tank.

2) Jika tidak ada wrang lain di antara kedua wrang penuh, bagian tersebut perlu diberi bracket dari lempeng samping sampai ke longitudinals terdekat. Penyangga tengah juga diberi bracket dengan jarak tidak lebih dari 1.25 meter.

3) Bila jarak antara sebuah wrang'dengan wrang lainnya sampai 2 atau lebih jarak gading, maka untuk memperkuat longitudinals dipasang penguat tegak paling sedikit 100 mm dalamnya.

4) Kapal-kapal yang lebarnya sampai dengan 14 - 21 m dipasang sebuah longitudinals pada setiap sisi. Bila lebar kapal .lebih dari 21 meter, dipasang dua buah longitudinals pada setiap sisi.

5) Pada kapal yang panjangnya kurang dari 215 m, longitudinalnya terputus pada wrang kedap air (tertutup) dan sebagai penggantinya diberi bracket, tetapi pada kapal yang panjangnya lebih dari 215m longitudinalsnya jalan terus tanpa terputus.

6) Jarak antara wrang yang satu dengan lainnya tidak melebihi 3,7 m kecuali kapal ter sebut diperuntukkan bagi pengangkutan barang-barang berat atau biji-bijian tambang, jarak maksimumnya 2,5 m.

(59)

Rangkuman

1. Untuk pengelingan umumnya digunakan paku keling yang terbuat dari baja lunak, yang selaras kekuatan tariknya dengan komponen yang dikeling, sehingga untuk bahan-bahan yang mempunyai kekuatan tarik besar menggunakan baja yang kekuatan tariknya besar pula, seperti paku keling yang terbuat dari baja tempa.

2. kekuatan konstruksi kapal bergantung dari baik buruknya hubungan keling itu sendiri. Kekuatan hubungan keling kira-kira 70 - 80% dari kekuatan bahan yang dikeling.

3. Teknik penglasan pada saat ini telah bekembang sedemikian pesatnya, sehingga hampir semua bagian bangunan kapal yang dibangun dalam dua dasa warsa terakhir ini menggunakan las di dalam penyambungan antar bagian dari kapal-kapal tersebut.

(60)

4. Las dengan tekanan yang banyak dipakai di dalam pembuatan kapal ialah apa yang disebut sebagai Stud welding.

5. Di dalam konstruksi bangunan kapal dari baja, sambungan las pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang (tindih).

6. dasar berganda sebuah kapal dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan terutama untuk menampung air-air ballas guna kepentingan stabilitas kapal, disamping sebagai tempat bahan bakar, air tawar dan lain sebagainya.

7. Dasar berganda terbentang meliputi sebagian besar panjang kapal dan pada kebanyakan kapal meliputi jarak sepanjang sekat pelanggaran sampai dengan sekat kedap air yang paling belakang.

Latihan

1. Jelaskan paku keling dan pengelingan !

2. Jelaskan jenis paku dilihat dari bentuk kepalanya ! 3. Jelaskan sistem pengelingan !

4. Jelaskan las (welding) !

5. Jelaskan metode-metode pengelasan ! 6. Jelaskan mengelas dengan tekanan ! 7. Jelaskan tipe-tipe sambungan las !

8. Jelaskan perbandingan antara las dan keling ! 9. Jelaskan pengertian dasar berganda !

10. Jelaskan kegunaan dasar berganda ! 11. Jelaskan konstruksi dasar berganda !

Referensi

Dokumen terkait

(4) Jumlah, letak dan jenis-jenis alat pemadam kebakaran dan alat pengendali kerusakan di dlam kamar mesin bersama dengan peng gunaannya dan berbagai kecermatan

PERMESINAN BANTU 10 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN TAMTAMA POLAIR Bagian-bagian Oil Water Separator (OWL). Berfungsi sebagai tabung pemisah antara air got dan minyak / kotoran

Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut UUD, dan dapat pula tidak tertulis. UUD menempati tata urutan peraturan perundang- undangan tertinggi dalam

a. Gangguan yang bersifat konseptual yang bersumber dari upaya-upaya terencana yang dilakukan dan dikembangkan oleh pihak lawan yang dilakukan dan di kembangkan

gambar, peta, rancangan, foto, electronic data Interchange (EDI), surat elektronik (Electronic Mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,

Mission Coordinator (SMC) di satuan wilayah hukumnya dan berkewajiban memberikan atau menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan operasi SAR

a. Pengecekan terhadap objek yang akan dikawal meliputi jumlah orang dan barang yang dibawa. Pembagian tugas dan mengatur posisi siapa yang berada di depan, di samping,

"Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan dan