• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Parameter Pencampuran terhadap Keseragaman Bahan Pengikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Parameter Pencampuran terhadap Keseragaman Bahan Pengikat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah

Teknik Kimia

5(2) Juli 2006: 151 – 155 ISSN 1412-7814

Pengaruh Parameter Pencampuran

terhadap Keseragaman Bahan Pengikat

Iriany

Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan 20155

Abstrak

Bahan pengikat memegang peranan yang sangat penting dalam proses pencetakan injeksi serbuk. Ia berfungsi sebagai kendaraan sementara untuk membantu serbuk mengalir ke cetakan sewaktu diinjeksi. Oleh karena itu, bahan pengikat yang ideal harus memenuhi beberapa kriteria, salah satunya adalah keseragaman. Tulisan ini melaporkan keseragaman bahan pengikat yang dihasilkan dengan menvariasikan parameter pencampuran yaitu waktu, temperatur, dan kecepatan pencampur. Pencampur yang digunakan adalah jenis twin cam. Bahan pengikat yang digunakan terdiri dari stearin sawit, polietilena, dan polipropilena. Pengujian keseragaman dilakukan dengan mengukur viskositas bahan pengikat yang dihasilkan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi pencampuran yang terbaik adalah 30 menit dengan temperatur 170-175oC dan kecepatan 30 rpm.

Keywords: pencetakan injeksi serbuk, viskositas.

Pendahuluan

Proses pembuatan komponen-komponen logam atau keramik yang dikenal dengan istilah pencetakan injeksi serbuk (PIM) pada dasarnya terdiri dari 4 tahapan utama, yaitu proses pencampuran serbuk logam atau keramik dengan bahan pengikat yang sesuai untuk menghasilkan bahan umpan, pencetakan injeksi untuk membangun bentuk yang diinginkan, penyisihan bahan pengikat (debinding) dan yang terakhir adalah pensinteran untuk menyatukan partikel-partikel serbuk (German and Bose 1997).

Dalam proses PIM, bahan pengikat bukan merupakan bagian dari produk. Ia hanya berfungsi sebagai kendaraan sementara untuk menyeragamkan serbuk, membantu serbuk mengalir ke cetakan sewaktu injeksi, dan menahan partikel-partikel tersebut pada bentuknya hingga awal proses pensinteran.

Setelah itu, bahan pengikat akan dikeluarkan dari komponen cetak. Oleh karena itu bahan pengikat memegang peranan yang sangat penting dalam menyukseskan proses PIM.

Bahan pengikat yang ideal harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya tidak bereaksi dengan serbuk, dapat membasahi partikel-partikel serbuk, mempunyai sifat pseudoplastik dan dapat dikeluarkan dengan mudah dari komponen cetak. Merujuk kepada kriteria yang harus dipenuhi maka pada umumnya bahan pengikat harus tersusun atas beberapa jenis bahan yaitu satu polimer tulang belakang untuk menahan bentuk dan menyediakan kekuatan bagi komponen cetak, satu pengisi yang mudah disisihkan pada awal debinding dan satu bahan tambahan untuk memodifikasi sifat-sifat pembasahan, pelumasan cetakan, viskositas campuran, dan

(2)

Oleh karena bahan pengikat terdiri dari beberapa jenis bahan, maka penyediaan bahan pengikat yang seragam merupakan suatu langkah yang penting. Biasanya bahan pengikat dihasilkan dengan mencampur berbagai bahan penyusunnya dalam suatu pencampur. Sementara proses pencampuran bergantung kepada berbagai parameter seperti waktu, temperatur, urutan pemasukan bahan, komposisi bahan dan laju geser (Supati dkk. 2000). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan kondisi pencampur yang terbaik untuk menghasilkan bahan pengikat yang seragam. Parameter pencampur yang dikaji adalah waktu, temperatur, dan kecepatan pencampur.

Bahan pengikat yang digunakan terdiri dari polipropilena yang berfungsi sebagai tulang belakang, polietilena sebagai pengisi, dan stearin sawit sebagai bahan tambahan. Kedua polimer ini merupakan bahan yang biasa digunakan sebagai komponen bahan pengikat. Stearin sawit adalah salah satu minyak nabati yang berpotensi sebagai bahan tambahan karena mempunyai sifat seperti viskositas rendah, tidak bereaksi dengan serbuk, licin, dan mengandung asam-asam lemak yang dapat berfungsi sebagai surfaktan.

Metodologi Penelitian

Gambar 1 menunjukkan bahan baku yang digunakan sebagai penyusun bahan pengikat.

GAMBAR 1: (a) polipropilena, (b) polietilena dan (c) stearin sawit.

TABEL 1: Sifat-sifat Bahan yang Digunakan Bahan Densitas (kg/m3) Titik lebur (oC) Polipropilena Polietilena Stearin sawit 900 950 891a 172,1 135,0 52,0 Ket.: a pada suhu 50oC.

Tabel 1 menunjukkan sifat-sifat bahan baku yang digunakan sedangkan komposisi bahan baku ditunjukkan dalam Tabel 2. TABEL 2: Komposisi Bahan yang Digunakan

Bahan % berat Polipropilena (PP) Polietilena (PE) Stearin sawit (SW) 40 10 50

Jumlah berat bahan yang digunakan 60 gram. Pencampuran dimulai dengan memasukkan PP, PE dan sedikit SW ke dalam bilik pencampur Brabender (PL 2000). Setelah polimer melebur, SW yang masih ada dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam pencampur. Pengumpanan memerlukan waktu sekitar 15 menit; dimulai dengan pengisian polimer hingga umpan terakhir. Pencampuran dilakukan pada waktu, temperatur dan kecepatan yang divariasikan seperti ditunjukkan dalam Tabel 3. Temperatur pencampuran ditentukan berdasarkan temperatur lebur bahan yang tertinggi PP yaitu sekitar 170oC. Rentang temperatur yang sempit ini (165 hingga 175oC) bertujuan untuk mencegah penguapan SW. Kecepatan pencampuran yang dipilih adalah kecepatan yang memberikan jenis pencampuran laminar.

TABEL 3: Variasi Parameter Pencampuran Bahan

pengikat Parameter proses pencampuran Temperatur (oC) Kecepatan(rpm) Waktu (menit)

BP01 165 25 25 BP02 170 25 25 BP03 175 25 25 BP04 170 20 25 BP05 170 30 25 BP06 170 35 25 BP07 170 25 15 BP08 170 25 20 BP09 170 25 30 BP10 170 25 35 BP11 170 25 40 BP12 170 20 20 BP13 170 20 30 BP14 170 20 35 BP15 170 30 15 BP16 170 30 20 BP17 170 30 30 BP18 170 30 35 (a) (b) (c)

(3)

Tujuh sampel uji diambil pada bagian yang berbeda dari setiap campuran yang dihasilkan. Kemudian sampel ini dihancurkan dan diuji viskositasnya dengan menggunakan reometer kapiler Shimadzu (CFT-500D) pada temperatur 165oC, tegangan geser 24,52 kPa, panjang kapiler 10 mm dan diameter kapiler 1 mm.

Hasil dan Pembahasan Pengaruh temperatur

Gambar 2 menunjukkan nilai viskositas rata-rata pada berbagai temperatur pencampuran. Viskositas ini merupakan nilai rata-rata 7 sampel uji dari setiap bahan pengikat. Gambar ini menunjukkan bahwa pada umumnya viskositas menurun dengan meningkatnya suhu pencampuran, kecuali BP01 yang dicampur pada 165oC. Viskositas BP01 yang tertera merupakan nilai rata-rata dari 3 sampel uji saja karena sampel lain tidak menunjukkan adanya aliran di dalam kapiler reometer sehingga tidak ada data pengukuran. Pada salah satu sampel uji ditemukan biji polipropilena yang belum melebur. Hal ini menyebabkan bahan pengikat yang dihasilkan tidak seragam. Fenomena ini juga ditandai dengan deviasi standar yang tinggi dari data pengukuran seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.

18.20 21.95 18.94 0 10 20 30 40 163 168 173 178 temperatur (oC) vi sk os itas ( Pa.s )

GAMBAR 2: Viskositas rata-rata bahan pengikat pada kecepatan pencampuran 25 rpm, waktu 25 menit dan temperatur yang divariasikan.

Viskositas bahan pengikat yang menurun dengan meningkatnya temperatur pencampuran dapat dijelaskan sbb.: suhu

yang tinggi dapat meningkatkan aktivitas molekul-molekul sehingga PE dan SW lebih mudah meresap masuk ke dalam matriks PP. Dengan demikian bahan pengikat yang dihasilkan lebih seragam dan mempunyai viskositas yang lebih rendah.

TABEL 4: Viskositas Rata-rata Bahan Pengikat pada Berbagai Temperatur Pencampuran

Bahan

pengikat Temperatur (oC) Viskositas

(Pa.s) Deviasi standar BP01 BP02 BP03 165 170 175 18,94 21,95 18,20 4,46 1,52 1,25 Pengaruh kecepatan

Viskositas rata-rata bahan pengikat yang dihasilkan menurun dengan meningkatnya kecepatan pencampur seperti ditunjukkan dalam Tabel 5. Deviasi standar viskositas bahan pengikat menurun dan kemudian meningkat jika kecepatan pencampur bertambah. Pada kecepatan pencampur yang tinggi, laju geser yang besar akan menyebabkan pemisahan komponen-komponen bahan pengikat akibat ikatan yang lemah antara komponen-komponen tersebut sehingga bahan pengikat yang dihasilkan kurang seragam. Hal ini ditandai oleh deviasi standar yang lebih tinggi. Dari kajian ini didapat kecepatan pencampuran yang terbaik adalah 30 rpm.

TABEL 5: Viskositas Rata-rata Bahan Pengikat pada Berbagai Kecepatan Pencampuran

Bahan

pengikat Kecepatan (rpm) Viskositas. (Pa.s) Deviasi standar BP04 BP02 BP05 BP06 20 25 30 35 23,71 21,95 19,13 18,82 1,76 1,52 0,79 2,44 Pengaruh waktu

Lamanya proses pencampuran juga mempengaruhi keseragaman bahan pengikat yang dihasilkan seperti ditunjukkan dalam Gambar 3, 4 dan 5. Viskositas bahan pengikat menurun dengan waktu pencampuran hingga mencapai suatu nilai yang tertentu dan kemudian meningkat. Bahan-bahan yang digunakan mempunyai

(4)

sifat-sifat yang sangat berbeda. Di antara sifat-sifat tersebut adalah viskositas dan titik lebur. Stearin sawit selain mempunyai viskositas yang lebih rendah, ia juga mudah menguap jika dibandingkan dengan bahan lain, PP dan PE yang digunakan. Hal ini menyebabkan viskositas bahan pengikat meningkat setelah dicampur selama 35 menit baik pada kecepatan pencampuran 20, 25 maupun 30 rpm. Fenomena ini terutama berlaku pada bahan yang langsung menyentuh bilik dan bilah pencampur yang menjadi sumber panas sehingga viskositas sampel uji yang diambil pada bagian ini meningkat. Keadaan ini juga menyebabkan keseragaman bahan berkurang seperti yang terlihat pada Gambar 4 dan 5 yang mana

error bar semakin panjang pada waktu

pencampuran lebih dari 30 menit. Viskositas rata-rata dan deviasi standar viskositas masing-masing bahan pengikat pada variasi ini dapat dilihat pada Tabel 6.

0 10 20 30 40 50 10 20 30 40 waktu (menit) visko sita s ( P a. s)

GAMBAR 3: Viskositas rata-rata bahan pengikat pada 170oC dan kecepatan 20 rpm.

0 10 20 30 40 50 10 20 30 40 waktu (menit) visko sita s ( P a. s)

GAMBAR 4: Viskositas rata-rata bahan pengikat pada 170oC dan kecepatan 25 rpm.

0 10 20 30 40 50 10 20 30 40 waktu (menit) visko sita s ( P a. s)

GAMBAR 5: Viskositas rata-rata bahan pengikat pada 170oC dan kecepatan 30 rpm.

TABEL 6: Viskositas Rat-rata Bahan Pengikat pada Berbagai Kecepatan dan Waktu Pencampuran.

Bahan

pengikat N (rpm) t (menit) η (Pa.s) σ BP04 BP13 BP14 20 25 30 35 23,71 19,94 28,13 1,76 2,36 1,73 BP07 BP08 BP02 BP09 BP10 BP11 25 15 20 25 30 35 40 29,15 22,44 21,95 14,87 16,88 18,07 2,36 3,60 1,52 1,78 2,14 3,32 BP15 BP16 BP05 BP17 BP18 30 15 20 25 30 35 29,07 25,86 19,13 17,09 31,61 3,27 2,42 0,79 0,67 2,53 Ket.: N = kecepatan, t = waktu, η = viskositas, σ = deviasi standar

Dari data pengukuran yang diperoleh, maka kecepatan dan waktu pencampuran yang terbaik adalah 30 rpm dan 30 menit. Viskositas rata-rata bahan pengikat yang dihasilkan adalah 17,09 Pa.s dengan deviasi standar sebesar 0,67.

Kesimpulan

Kondisi pencampuran yang terbaik untuk menghasilkan bahan pengikat yang seragam adalah pada temperatur 170 – 175oC, dengan kecepatan pencampur 30 rpm dan waktu pencampuran sekitar 30 menit.

(5)

Penghargaan

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Sains, Teknologi dan Alam Sekitar Malaysia atas dukungan dana untuk penelitian ini melalui dana proyek IRPA 03-02-02-0034. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Herbert Devan yang telah membantu melaksanakan penelitian ini.

Daftar Pustaka

German, R.M. 1990. Powder injection

molding. New Jersey: Metal Powder

Industries Federation.

German, R.M. & Bose, A. 1997. Injection

molding for metal and ceramic. New

Jersey: Metal Powder Industries Federation.

Supati, R., Loh, N.H., Khor, K.A. & Tor, S.B. 2000. Mixing and characterization of feedstock for powder injection molding. Materials

Gambar

Gambar 1 menunjukkan bahan baku yang  digunakan sebagai penyusun bahan pengikat.
Gambar 2 menunjukkan nilai viskositas  rata-rata pada berbagai temperatur  pencampuran
GAMBAR 3: Viskositas rata-rata bahan pengikat  pada 170 o C dan kecepatan 20 rpm.

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini menggambarkan sinergitas pengelolaan wilayah raja ampat dengan potensi wisata yang besar dipadukan dengan upaya konservasi untuk pertumbuhan ekonomi

Untuk tujuan itu, maka Jepang telah mengajukan nota perdagangan kepada pemerintah Kolonial Belanda, kemudian pada bulan September 1940 sebuah delegasi Jepang di bawah

Unit LPPM membuat rencana strategis PKM sesuai dengan bagian dari rencana strategis PT, seperti penyuluhan tentang Koperasi, UKM dsbg kepada masyarakat sehingga hasil dari PM

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

Pihak sekolah harus memahami betul bahwa pelajaran atas nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan karakter yang pertama bagi para siswa adalah karakter diri mereka sendiri,

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilikan aspek-aspek yang akan ditingkatkan dan pemilihan indikator, kriteria standart yang akan digunakan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budparpora)

In order to keep up with today's near-frantic pace of change, we need to make every effort to write code that's as loose—as flexible—as possible.. Otherwise we may find our code