• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi human Menopause Gonadotropin (hmg) untuk Pertumbuhan Folikel Sapi Perah Penderita Hypofungsi Ovarium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aplikasi human Menopause Gonadotropin (hmg) untuk Pertumbuhan Folikel Sapi Perah Penderita Hypofungsi Ovarium"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Aplikasi human Menopause Gonadotropin (hMG) untuk Pertumbuhan Folikel Sapi Perah

Penderita Hypofungsi Ovarium

Application Of Human Menopose Gonadotrophin (hMG) toward Follicle Growth in Cows

Ovary Hypofunction

Herry Agoes Hermadi, Mas’ud Hariadi, Wurlina PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Unair

Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo Surabaya-60115. Telp. 031-5992785 Ext 303, Fax. 031-5993015

Email : herrypro59@yahoo.com

Abstract

The aim of this study was to produce hMG from the urine of post-menopausal women on the onset of in vitro bovine embryonic cleavage. The study identified hMG from the urine of post-menopausal women by confirmation of the glycoprotein characteristic. Urine samples were collected from 30 post-menopausal women. The results of SDS-PAGE demonstrated that the protein bands ranged between 19.4 and 107 kDa. The protein filtrated by sephadex G- 50 and continued Western blot revealed immune-reactivity of the 30 kDa band. 25 fresian holstain with ovary hypofunction cows after 30 days feeding treatment devided become P0 (control groups) and treatment groups (P1, P2, P3) The time of oestrous after a treatment combinated

hMG (200, 300, and 500 IU.im) and PGF2α (25 mg.im) on day 9 with PGF2α twice interval 11 days is 72,10

+ 1,71 hours not deferences between control (PMSG 500 IU.im) and treatment groups (p > 0,05). Total dominant folicles control and treatment (p > 0,05) are 1,00 + 0,00 right ovary and 0,45 + 0,51 on left ovary used ultrasonography (USG).

Keywords : hMG, Ovarium Hypofunction, Dominant Folicles

Pendahuluan

Peningkatan mutu ternak merupakan salah satu aspek utama dalam pengembangan peternakan sapi perah di Indonesia. Beberapa teknologi mutakhir yang telah diciptakan telah digunakan untuk meningkatkan efisiensi repro--duksi ternak adalah inrepro--duksi birahi, penanganan kasus infertilitas atau gangguan reproduksi inse-minasi buatan, super ovulasi dan transfer embrio. Jenis sapi perah FH (Friesian Holstain) mem-punyai kemampuan adaptasi, produksi susu dan reproduksi yang cukup baik di Indonesia. Produksi susu sapi perah FH mencapai 6000 kg per laktasi dengan kadar lemak rata-rata 3,6%. Dengan pengelolaan sapi perah laktasi selama 305 hari dan 60 hari masa kering diharapkan akan tercapai jarak beranak (calving interval) 12 bulan sehingga sapi perah tersebut dapat beranak setahun sekali. Selain masih rendahnya populasi sapi perah dan produksi susunya, yang sering menjadi masalah adalah gangguan reproduksi pada ternak tersebut yaitu, seringnya terjadi gangguan reproduksi dalam bentuk :Hypofungsi ovarium karena kesalahan

manajemen pakan. Sering terjadi kawin berulang diikuti dengan servis menunggu birahi 21 hari berikutnya. Calving interval yang jauh lebih dari 12 bulan. Angka kelahiran dan kebuntingan yang rendah.Sering dijumpai penggunaan pejantan untuk kawin alami. Inseminasi buatan hanya dilakukan bila terjadi birahi secara alamiah. Teknologi sinkronisasi birahi dan induksi birahi belum dilakukan.

Usaha ternak sapi perah yang dilakukan petani peternak di Indonesia masih dalam taraf berkembang, nampaknya banyak hal mengenai tata laksana beternak sapi perah khususnya dalam mengelola pengetahuan reproduksi dengan pendekatan secara benar antara paramedis, ATR, inseminator dan peternak itu sendiri perlu ditingkatkan.

Human Menopause Gonadotropin (hMG)

merupakan hormon Gonadotropin yang diextraksi dari urine perempuan yang telah mengalami post

menopausal. Secara biologis telah diketahui

iden-tik dengan FSH 75 IU dan LH (ICSH) 75 IU activitas gonadotropin sesuai dengan second

(2)

menapousal gunadotropin yang pertama kali

dibahas pada tahun 1964 oleh expert commited on

biological standards of WHO (Anonimus, 1994),

(Agarwal et al, 2000).

Subyek penelitian ini meliputi aplikasikan

human Menopause Gonadotropin (hMG) Hasil

Isolasi (hibah bersaing 2008) untuk in vitro Fertilisasi dan \memanipulasi Pertumbuhan Folikel Sapi Perah Penderita Hypofungsi Ovarium dengan bantuan alat ultrasonografi.

Isolasi protein hMG dari urine wanita post menopause telah dilakukan dengan ekstraksi dengan penambahan charcoal dalam ultra sentrifus 4oC dan dimurnikan dengan teknik coloums chromatography CM Sephadex C-50. Identifikasi protein hMG menggunakan SDS-PAGE (Sodium

Deodecyl Sulphate polyacrilamid gel electrophore-sis) dan elektroelusi untuk uji biologis.

human Menopause Gonadotropin (hMG) merupakan hormon Gonadotropin yang diextraksi dari urine wanita yang telah mengalami post menopausal. Secara biologis telah diketahui iden-tik dengan FSH 75iu dan LH (ICSH) 75iu activitas gonadotropin sesuai dengan second international

references preparation for human menapousal gunadotropin yang pertama kali dibahas pada

tahun 1964 oleh expert commited on biological

standards of WHO (Anonimus, 1994). Aplikasi hMG pada sapi, Critzer et al (1982); Gonzalez, et al, (1990); Alcivar et al (1992). Mengamati

peru-bahan hormonal endokrin pada sapi potong betina yang disuperovulasikan dengan FSH-P Porcine

folicle stimulating hormone dibandingkan Human Menapouse Gonadotropin. Hasil pembandingan

itu ternyata efek hMG jauh lebih baik dari pada FSH-P bila ditinjau kadar hormon E2 17B (estrogen) jauh lebih baik hMG dibanding FSHP.

Penelitian pendahuluan telah dilakukan injeksi hMG serono pada kambing terhadap birahi dan kebuntingan hasilnya cukup memuaskan (Ratnani dan Hermadi, 1992).

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Seberapa jauh pengaruh pemberian hormon hMG hasil penelitian hibah bersaing 2008 terhadap per-kembangan dan pertumbuhan folikel dan ovarium pada sapi perah penderita hypofungsi dengan pantauan USG.

Materi dan Metode Penelitian

Untuk memecahkan masalah dalam pene-litian ini maka dibuat kerangka umum pemacahan masalah yang nantinya akan dijabarkan kedalam metode yang lebih khusus dan terperinci. Pada garis besarnya penelitian ini dilakukan secara

bertahap yang terdiri atas dua tahap sebagai berikut :

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2011 dan berakhir bulan Septembar 2011 di Laboratorium Ilmu Kemajiran Fakultas Kedokter-an HewKedokter-an Universitas AirlKedokter-angga dKedokter-an PeternakKedokter-an sapi perah FH Friesian Holstain dipelihara di kandang milik Bapak Frans Desa Gampang RT 6 Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo. Tabung untuk koleksi uruine, Alat suntik plastik yang berukuran 1, 5, atau 10 ml dengan jarum berukuran 18 gauge dan termos. Milipore

filter dengan diameter 0,22 um Mikropipet yang

terdiri dari pipet pemegang dan pipet pengisap, plastik Glove, kontainer N2, sepadex G 50 dan USG Sonovet Western Blot.

Pada penelitian ke II dibutuhkan hewan coba sapi perah betina 20 ekor penderita hypofungsi ovarium yang telah diberi terapi pakan dengan BSC (Body Score Condition) 2 (dua) untuk diterapi dengan hMG hasil penelitian.

Pembuatan hMG

hMG dan urine wanita post menopause

ditampung 100 ml dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 500 rpm selama 15 menit dengan suhu 4oC. Sentrifugasi ini bertujuan untuk memisahkan sel-sel metabolit, kemudian dilakukan pengadukan dengan mini mixer pada suhu 4 oC selama 12 jam (Hermadi, 2001). Urine dilakukan centrifugasi ulang 3000 rpm 10 menit dilakukan filtrasi coloums chronatography CM sephadex G-100 sigma. Hasil dari filtrasi dimasukkan dalam vial dalam bentuk freze dry di simpan dalam Freezer. Metode identifikasi protein hMG dengan Western

blot

Western blot dilakukan dengan

meng-gunakan fragmen pita hMG yang telah dirunning dalam SDS-PAGE dan ditransfer pada membran Nitroselulose (Aulani’am, 2005).

Membran diblok dengan 3% BSA dalam 20 mM Tris-HCl pH 7,5 dan 150 mM NaCl selama satu jam, selanjutnya diinkubasi dalam Tris/NaCl yang mengandung 1% BSA dengan anti-hMG sebagai antibodi primer. Kemudian dicuci dalam Tris-Cl yang mengandung 0,05% Tween 20. Selanjutnya membran diinkubasi dengan antibodi sekunder (anti-rabbit IgG label AP, pengenceran 1:1000) dan ditambahkan substrat western blue. Pita yang muncul adalah pita hMG sehingga bisa diketahui BM isolat hMG.

Melakukan Uji Biologis Terhadap Pertumbuhan Folikel dan Ovarium pada Sapi Perah Penderita Hypofungsi dengan Pantauan USG.

(3)

Sebanyak 20 ekor sapi perah betina yang telah dipastikan menderita hypofungsi ovarium. Berumur 2-3 tahun yang mempunyai bodi score minimal 2 sebelumnya diterapi dengan pakan kosentrat susu A protein 15-17% 3 kg/hari/ekor selama 1 bulan dikelompokkan secara acak men-jadi 4 kelompok dengan masing-masing perlakuan mendapatkan 5 ulangan penyuntikan hMG hasil penelitian (kelompok perlakuan) / kelompok control disuntik PMSG 1000 IU IM.

Penyuntikan hMG diberikan secara intra muscular pada hari ke 9 dengan pola penyuntikan PGF2 (lutalyse) 25 mg dua kali dengan interval 11 hari adapun secara rinci jadwal dosis dan perlakuan adalah sebagai berikut :

P0 (kontrol) 5 ekor sapi : Disuntik PMSG 500

IU intra muscular. P1 (perlakuan) 5 ekor sapi : Disuntik 300 IU

hMG hasil penelitian intra muscular. P2 (Perlakuan) 5 ekor sapi : Disuntik 400 IU

hMG hasil penelitian intra muscular. P3 (perlakuan) 5 ekor sapi : Disuntik 500 IU

hMG hasil peneli-tian.

Parameter yang diteliti adalah perkembangan folikel, dan birahi setelah penyuntikan hMG hasil penelitian dengan pantauan USG.

Deteksi birahi dilakukan sehari, yaitu se-panjang hari mulai hari ke 14. Tanda – tanda birahi pada sapi perah antara lain; alat kelamin luar tampak membengkak, basah, merah dan hangat; menggerak-gerakkan ekornya; diam bila dikawini atau dinaiki oleh pejantan atau ternak lain; gelisah dan nafsu makan menurun ( Malik, 2000).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif secara proporsional. Beberapa macam analisis data yang digunakan adalah : analisis sidik ragam (Anova) dan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) terhadap birahi dan pertumbuhan

folikel (Steel and Torrie, 1995).

Hasil dan Pembahasan

hMG dari urine 30 wanita post

meno-pause ditampung 100 ml dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 500 rpm selama 15 menit dengan suhu kamar. Sentrifugasi ini bertujuan untuk memisahkan sel-sel metabolit. Urine kan centrifugasi ulang 3000 rpm 10 menit dilaku-kan filtrasi coloums chronatography CM sephadex G- 100 (Sigma) . Selanjutnya urine ditambahkan etanol absolute 5 ; 5 cc kedalam tabung reaksi, kemudian dilakukan aspirasi dengan alat aspirator modifikasi dimana 20 tabung 10 cc dimasukkan kedalam water bath dan dihubungkan dengan sejumlah plastic aspirator dihembuskan dari blowing aspirator pump udara dihembuskan sampai cairan betul-betul menguap. Hasil produksi dimasukkan dalam vial dalam bentuk frece dry disimpan dalam Freezer.

Hasil isolasi glikoprotein hMG dari urin perempuan pascamenopause, kemudian dila-kukan karakterisasi dengan teknik Western blot.

Gambar 1. Karakterisasi glikoprotein hMG hasil isolasi dari urin perempuan pascamenopause dengan teknik

Western blot.

M = Marker Protein, S1-S6=sampel urin perempuan pascamenopause, = Menunjuk pita protein BM 30 kDa yang dikenali oleh Mab-hMG, K- = Kontrol negatif.

Hasil konfirmasi seperti pada Gambar diatas menunjukkan bahwa pita pada Gambar 5.1 ada yang merupakan molekul hMG karena dikenali 30Kda

(4)

oleh antibodi monoklonal terhadap hMG, yaitu pita hasil Western blot yang ditunjuk dengan panah biru dengan BM 30 kDa.

Untuk mengetahui perkembangan ovarium dibutuhkan alat ultrasonografi (USG) sonovet ex Korea, dengan memasukkan probe ke dalam transrectal dengan memfiksasi permukaan ova-rium. Dengan menekan freeze maka gambar per-manen akan muncul.

Pada kondisi hypofungsi ovarium ditandai dengan tidak adanya perkembangan folikel sub ordinat yang berukuran rata-rata di bawah 5 mm menjadi dominan folikel yang mempunyai ukuran lebih besar dari 8 mm. Perkembangan folikel ini dipengaruhi oleh hormon gonadotropin FSH dan LH. Kondisi hypofungsi ovarium karena kesalahan manajemen pemelihara-an harus disolusikpemelihara-an dengpemelihara-an pemecahpemelihara-an masalah manajemen dan diikuti dengan pemberian pakan berprotein 18% sebanyak 2% dari berat badan per hari selama 1 bulan. Makanan tambahan berupa hijauan diberikan selama 1 bulan sebanyak 10% dari berat badan.

Gambar 2. Hypofungsi ovarium

30 hari setelah perbaikan manajemen pakan dilakukan pemantauan perkembangan folikel pada sapi FH penderita hypo fungsi ovarium untuk melihat perkembangan folikel ordinat menjadi

dominan folikel. Selanjutnya dapat dilakukan terapi kombinasi hMG dan PGF2α.

Gambar 3. Folikel Sub Ordinat yang Sedang Berkembang

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan Respon

hMG Terhadap Perkembangan ovarium Sapi Perah

dapat dilihat pada data sebagai berikut dibawah ini :

Tabel 1. Waktu timbulnya Birahi Sapi Perah Setelah Pemberian Berbagai Dosis

hMG Hari ke 9 dan Prostatglandin hari

ke 11

Kelompok Perlakuan Waktu (jam) PMSG 500 IU hMG 300 IU hMG 400 IU hMG 500 IU 51,60 + 0,89 51,40 + 1,52 51,20 + 0,84 51,60 + 0,89

Pada data di atas tidak ada perbedaan yang sangat nyata antara kontrol dan perlakuan

(p > 0,05)

Adapun perkembangan folikel setelah pem-berian berbagai dosis hMG dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan pemberian dosis 500 IU PMSG, 300 IU hMG 400 IU hMG dan 500 IU

(5)

Metode Western blot menggunakan mono-klonal antibodi hMG (CSA 614 stress Gen Bioreagen). Hasil konfirmasi seperti pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pita glikoprotein pada Gambar 1 adalah molekul hMG karena dikenali oleh monoklonal antibodi hMG. Penelitian tahap ini bertujuan untuk mengetahui molekul protein urin perempuan pascamenopause adalah molekul

hMG yang bereaksi spesifik dengan anti-hMG.

Setelah protein ditransfer ke membran nitro-selulose dan direaksikan dengan antibodi primer (anti-hMG) dan sekunder (anti rabbit IgG berlabel AP) maka pita protein dengan menambahkan subtrat DAB. Pita protein yang muncul merupakan protein hMG dengan berat molekul 30 kDa Molekul protein yang terlihat pada membran nitroselulose melalui metode SDS-PAGE masih belum spesifik. Karena itu diperlukan uji spesi-fisitas secara kimia sehingga didapatkan molekul protein yang spesifik sesuai dengan keinginan. Salah satu uji spesifisitas yang biasa digunakan adalah Western Blot (Aulani’am, 2005).

Hasil Western blot dapat dilihat pada Gambar 1. Pita protein yang dikenali oleh antibodi monoklonal antibodi hMG diyakini adalah protein

hMG dengan berat molekul 30 kDa. Bila

dibandingkan dengan hasil penelitian tentang USA

patent Menotropin (hMG) Follitropin (FSH urine)

oleh Hung yu et al (2000) bahwa hMG yang berasal dari urin wanita pascamenopause di Amerika dan Amerika latin dengan metode HPLC

highly purified dengan SP dan Q Sepharose dan

dilanjutkan dengan SDS-PAGE menunjukkan berat molekul 20,1–30,00 kDa atau sekitar 25 kDa. Setelah pita protein hasil penelitian tersebut sesuai dengan berat molekul hMG berkisar 30 kDa selanjutnya dilakukan pemeriksa-an kadar glikoprotein, karbohidrat dpemeriksa-an protein.

Western blot bergantung pada antibodi

primer untuk mendeteksi protein yang ada pada membran atau gel. Penambahan antibodi sekunder akan terbentuk komplek antibodi (anti-hMG)

poliklonal–antigen (hMG)–antibodi (anti-hMG) moklonal berlabel enzim. Antibodi sekunder berlabel enzim horse radish peroxydase yang dapat merubah subtrat luminal menjadi substansi berwarna terang. Substansi ini dapat diukur kadar protein dan ukuran molekul relatif dengan dibandingkan protein marker. Hasil Western blot ini mengindikasikan bahwa molekul hMG

berikatan secara spesifik dengan antibodi hMG sebagai antibodi primer dan anti rabbit IgG sebagai antibodi sekunder. Antibodi hMG dan anti rabbit IgG dapat mengenali protein hMG sebagai pita dengan berat molekul 30 kDa. Karena itu dapat diyakini bahwa pita yang muncul pada SDS-PAGE adalah pita molekul hMG dengan BM sebesar 30 kDa (Aulani’am, 2005)..

Pengenalan protein spesifik hMG oleh antibodi hMG melibatkan ikatan nonkovalen dan reversibel. Kekuatan ikatan antara protein hMG dengan antibodi tergantung faktor elektrostatik, ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik dan jumlah epitop. Protein hMG dengan berat molekul 30 kDa termasuk dalam antigen berpotensi yang mampu menginduksi respon imun. Protein makromolekul dapat bersifat multideterminan, univalen dengan mempunyai banyak epitop tetapi satu dari setiap macamnya. Jumlah epitop ini menentukan ke-kuatan afinitas dan aviditas dari antibodi.. Seperti halnya dengan protein hMG yang merupakan protein makromolekul mempunyai epitop multi-determinan univalen. Karena itu ikatan protein

hMG dengan antibodi hMG menghasilkan afinitas

dan aviditas tinggi sehingga terbentuk ikatan yang kuat dan bersifat stabil (Daya, 1999).

Waktu timbulnya Birahi Setelah Pem-berian Berbagai Dosis hMG menunjukkan waktu hampir bersamaan sesuai dengan hasil penelitian Ratnani dan Hermadi (1997) rata – rata timbulnya birahi 66 jam setelah PGF2@ ke dua.

Adanya respon ovarium akibat pemberian

hMG pada pengamatan menunjukkan korpus

luteum sejumlah banyaknya korpus luteum pada Tabel 2. Jumlah Folikel Dominan Setelah Pemberian Berbagai Dosis hMG dengan pantauan USG

KELOMPOK

No.Kelompok Ovarium Kanan Ovarium Kiri Jumlah Folikel Dominan

1 500 IU PMSG 1 1 2

2 300 IU hMG 1 1 2

3 400 IU hMG 1 1 2

4 500 IU hMG 1 1 2

(6)

per-mukaan ovarium menunjukkan adanya ovulasi yang terjadi. FSH - LH like (Giudice et al., 1994) yang terkandung di dalam hMG secara sinergis bekerja sama untuk saling menimbulkan aktivitas di ovarium yaitu menumbuhkan folikel dan ovu-lasi Setelah pengamatan korpus luteum dilanjutkan dengan pemeriksaan jumlah folikel dominan sisa yang tidak terovulasikan, folikel dominan yang dimaksud adalah folikel yang berukuran diatas 8 mm (Hariadi dkk. 2001). yang belum sempat ovulasi terpantau saat pembedahan dilakukan pengukuran secara manual. menyatakan bahwa adanya folikel sisa menunjukkan fluktuasi perkembangan folikel yang tidak bersamaan atau mungkin ketidak mampuan LH untuk menimbul-kan ovulasi. Pemberian hMG pada sapi perah PE pada penelitian ini menunjukkan respon yang sama pada perbedaan dosis yang diberikan, demikian pula jumlah folikel sisa diperoleh jumlah yang sama. Berbagai alasan ilmiah justru folikel dominan sisa dapat berpengaruh pada proses kejadian kebuntingan jika terlalu banyak (Bintara, 1990), sesuai dengan hasil penelitian Ratnani dan Hermadi (1997) rata – rata timbulnya folikel domi-nant yang belum terovulasi hingga 6 jika diberikan dosis normal 1000 IU pada penelitian ini diperoleh rata – rata 2 folikel dominan saja.

Beberapa jam setelah tanda-tanda estrus mulai terlihat, sapi perah diinseminasi buatan dengan semen beku.

Kesimpulan

Dari hasil penelelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perkembangan ovarium dengan adanya sejumlah folikel Dominan setelah pe-nyuntikan berbagai dosis hormon hMG.

Daftar Pustaka

Agarwal, R. J Holmes and H.S Jacobs (2000). Follicle-stimulating hormone or human menopausal gonadotrophin for ovarian stimulation in in vitro fertilization cycles : a metaanalysis. Fertil. Steril., 73, 338-343. [ISI] [Medline]

Alvicar, A.A, R.R Maurer, and L.L Anderson. 1984a. Superovulatory responses in FSH or Pergonal-treated heifers. Theriogeno-logy 22:635.

Alvicar, A.A, R.R Maurer, and L.L Anderson. 1984b. Luteinizing hormone, follicle stimulating hormone, progesterone and estrodiol-17B in superovulated beef heifers. In: Proc. 10 th Int. Cong. Anim. Reprod. And AI, Vol. 3. p 303 Urbana II.

Alcivar. A.A, R.R Maurer and L.L Anderson 1992. Endocrine changes in beef Heifers Supewrovulated with Follicle stimu-lating Hormone (FSH.P) or Human Menopausal Gonadotropin. Department of Animal Science Iowa State University and Roman Lhruskaus. Dept. of agri-culture clay center. J. Anim Sci 70:224-231.

Anonimous.1994. IIMS Manual for hMG. Per-gonal Seruvo Singapore MIMS Asia. 135. Cecil street.

Arthur, G.H. 1993. Veterinary Reproduction and Obstetrics The English Language Book Society and Balliere. Tindal London. Asher, G.W., C. Scott, K.T. O’Neil, J.F. Smith,

E.K. Inskeep and E.C. Townsend, 1997. Ultrasonographic Monitoring of antral follicle development in red deer (Cervus elaphus). J. Reprod. Fert.111:91-99. Aulanni’am, (2003). Analisis antibodi hasil

induksi bovine zona pellusida-3 ter-deglikosilasi (bZP3dG) untuk pengem-bangan vaksin kontrasepsi. Desertasi Program Pascasarjana. Universitas Airlangga, Surabaya.3-150.

Aulanni’am, (2004). Prinsip dan tehnik analisis biomolecular. Laboratorium Biomolecu-lar FMIPA. Universitas Brawijaya. Penerbit Citra Mentari Group. Malang. Bintara S. 1990. Manipulasi Pola Gelombang

Pertumbuhan Folikel Dengan Human Chorionic Gonadotropin pada Sapi Madura. Program Studi Ilmu Biologi Reproduksi. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Critser, E. S., J. K. Critser, R.P. Winch, and C. Eilts. 1982. Efficacy of Pergonal as a superovulatory drug in cattle. Therio-genology 17:83.

Daya, S., Gunby, J., Hughes, E.G. et al. (1995). Follicle-stimulating hormone versus human menopausal gonadotrophin for in vitro fertilization cycles: a meta-analysis. Fertil. Steril., 64, 347-354. [ISI] [Medline].

Daya, S and J Gunby. (1999). Recombinant versus urinary follicle stimulating hormone for ovarian stimulation in assisted repro-duction. Hum.Reprod., 14, 2207-2215. [Abstract/Free Full Text].

Giudice, F, C Crisci and A Eshkol. (1994). Composition of commercial gonado-tropin preparations extracted from human post-menopausal urine :

(7)

cha-racterization of non-gonadotropin pro-teins. Hum. Reprod., 9, 2291-2299. [Abstract].

Gonzalez, A. J.G. Lussier, T. D. Carruthers, B.D. Murphy, and R.J. Mapletoft. 1990. Superovulation of beef heifers with folltropin: a new FSH preparation con-taining reduced LH activity. Therio-genology 33:519.

Hariadi, M., and P.J. Wright, 1997. The effect of oestradiol benzoate, HCG or aspiration of the dominant follicle on follicular wave and synchrony of PGinduced oestrus in cows. Proc. 29th Annu Conf. Aust. Soc. Reprod. Biol. Adelaide. Hariadi. M, A Samik, HA Hermadi dan P Srianto.

2001. Aplikasi Ultra Sonografi sebagai alat bantu di bidang reproduksi dalam kaitannya dengan peningkatan repro-duktivitas ternak. Riset Unggulan Ter-padu (RUT) VII. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga.

Hung Yu Ng, E. LL Estella Yee, SBY William and P.C. Ho 2000. hMG is as good as recombinant human FSH in term of oocyte and embryo quality : a pros-pective randomized trial Dept. of obstetrics and gynaecology, quen mary hospital, the University of Hongkong. Malik A. 2000. Efektivitas Prostaglandin (PGf2)

Intra Ovari Terhadap Penyerentakan Birahi Sapi Perah Friesian Holstain. Thesis. Pasca Sarjana Universitas Airlangga.

Ratnani H dan HA Hermadi, 1992. Pengaruh hMG Pergonal Serono terhadap Birahi dan Kebuntingan pada Kambing. Fakultas Kedokteran Hewan Unair.

Steel, RGD dan JH Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedure Statistika Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Jakarta.

Gambar

Gambar 1.   Karakterisasi  glikoprotein  hMG  hasil  isolasi  dari  urin  perempuan  pascamenopause  dengan  teknik  Western blot
Tabel 1.    Waktu  timbulnya  Birahi  Sapi  Perah  Setelah  Pemberian  Berbagai  Dosis   hMG  Hari  ke  9  dan  Prostatglandin  hari  ke 11

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada tanaman dengan dosis mikoriza dosis 6 gr, 8 gr, dan 10 gr jumlah daun tidak mengalami penurunan yang disebabkan adanya simbiosis dengan mikoriza sehingga

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan: 1) dapat

duration , seperti pada Gambar 4.10 berikut ini :.. Setelah memasukkan jenis-jenis pekerjaan dan durasi pekerjaan maka langkah selanjutnya adalah membuat constraint yang

Menghasilkan individu yang memiliki sifat baru (tidak sama) dengan sifat alaminya. Biaya produksi relative mahal. Menjadikan jenis tanaman mono kultur. Menyebabkan degradasi gen

Orang bergantung pada n menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pemilihan strategi pemasaran yang tepat pada Vila HMD di Trawas Mojokerto adalah meningkatnya pangsa pasar, meningkatkan

Pada penelitian ini telah dibuat model simulasi terhadap pembangunan coal terminal berdasarkan kapasitas optimal. stockpile, serta telah dibuat model finansial