• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN MINYAK INTI SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN MINYAK INTI SAWIT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI PRODUK ETANOLISIS DARI CAMPURAN MINYAK INTI SAWIT (Elaeis quineensis Jacq.) DAN

MINYAK BIJI MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

[Antibacterial Activities of Crude Ethanolysis Product from Mixture of Palm Kernel Oil and Morinda Seeds Oil]

Murhadi1) dan Suharyono AS1)

1)

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Lampung 35145

Telp. 0721-781823; e-mail: murhadi_thp@unila.ac.id

ABSTRACT

The objective of this research was to measure antibacterial activities of ethanolysis products that produced through ethanolysis reaction of mixture of palm kernel oil (PKO) and Morinda seeds oil (25:1 and 50:1, w/w) in ethanol solution contained 1% NaOH (v/w based on oil weight) at ratio of 5 : 6 (b/v) and shaken on a shaker (300 rpm, room temp.) for 3, 6, 9 and 12 minutes. Fractionation of ethanolysis products using absolute ethanol (1:3; v/v) and centrifuged at 4.000 rpm for 30 min, yielding Fraction 1 (upper layer) and Fraction 2 (lower layer). Generally, all ethanolysis products showed antibacterial activities against four test bacteria (E. coli, S. aureus, B. cereus and S. enteritidis) at range of d values (mm) from 0,93 (B. cereus; 3 min) up to 3,87 (E. coli; 9 min). Fraction 1 showed the highest antibacterial activity with d values (mm) from 1,20 (B. cereus; 9 min) up to 5,63 (E. coli; 9 min), while Fraction 2 for all treatments had no antibacterial activity, relativelly. Ethanolysis products and its fraction (Fraction 1) were resulted from ethanolysis reaction for 6 and 9 min showed higher antibacterial activities than those for 3 and 12 min.

Keywords: Antibacterial activities, ethanolysis product, Morinda seeds oil, PKO

PENDAHULUAN

Salah satu produk samping industri pengolahan buah sawit menjadi minyak sawit kasar (CPO) adalah minyak inti sawit atau PKO (palm kernel oil) yang banyak digunakan sebagai bahan baku pada berbagai industri pangan dan non pangan.

Minyak inti sawit berwarna kuning,

dihasilkan dari ekstraksi terhadap daging buah biji (inti) sawit. Komposisi asam lemak PKO berbeda dengan CPO, karena asam lemaknya didominasi oleh asam laurat (12:0) dan asam miristat (14:0), masing-masing 45% dan 18% (Gurr, 1992).

Mengkudu dengan nama spesiesnya

Morinda citrifolia L. atau juga dikenal

dengan nama buah “noni”, merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia terutama tumbuh liar di halaman rumah dan sekitarnya. Sejak sekitar tahun 2000, buah mengkudu telah diketahui

banyak manfaatnya terutama untuk

kesehatan manusia dan telah banyak diusahakan untuk pembudidayaan tanaman mengkudu. Mengkudu termasuk famili

Rubiaceae, tumbuh sedikit membengkok

dengan ketinggian antara 3-8 meter disertai cabang yang banyak serta ranting segi empat. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai dataran relatif tinggi dengan ketinggian antara 500-1500 meter dari atas

permukaan laut (Wijayakusuma dan

(2)

Sebagai limbah dari pengolahan daging buah mengkudu, di antaranya menjadi produk sari buah mengkudu, serbuk (tepung) mengkudu, selai buah mengkudu, dan untuk keperluan pengobatan dalam bentuk kapsul serta untuk kosmetik, adalah biji buah mengkudu yang belum banyak dimanfaatkan. Biji mengkudu mengandung minyak dengan berbagai komponen asam lemaknya, terutama didominasi oleh asam lemak esensial yaitu asam lemak omega 6 (linoleat; 18:2, n6) yang dapat mencapai 66.8% dan sejumlah kecil asam lemak omega 3 (linolenat; 18:3, n3) serta vitamin E kira-kira 11-25 IU/100 g (John dan Wadsworth, 2002).

Produk etanolisis campuran dari PKO dengan minyak biji mengkudu (MBM) diharapkan cukup potensial sebagai bahan pengawet sekaligus dapat meningkatkan nutrisi asam lemak esensial omega 6 dan 3 pada bahan/produk pangan. Hal ini

terutama diharapkan dari kontribusi

aktivitas antibakteri dari senyawa

monogliserida (MG) terutama dalam bentuk monolaurin (asam laurat; 12:0) yang

bersumber dari PKO dan tingginya

kandungan asam lemak omega 6 (asam linoleat; 18:2) yang berasal dari MBM. Kombinasi tingginya kandungan asam laurat (12:0; sebagai antimikroba) dan asam linoleat (18:2; asam lemak esensial) dalam produk etanolisis tersebut, diharapkan merupakan kombinasi potensial sebagai pengawet pangan pada produk pangan yang bersesuaian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk-produk MG dalam bentuk mono-laurin dan monomiristin (asam miristat; 14:0) terbukti mempunyai aktivitas anti bakteri (Gram + dan Gram -), kamir, dan kapang dengan spektrum luas (Wang et al., 1993; Bautista et al., 1993; Oh dan

Marshall, 1994; Cotton dan Marshall, 1997; Mappiratu, 1999; Mappiratu et al., 2003; dan Rangga et al., 2005), bahkan juga terbukti sebagai anti sel-sel tumor dan HIV-1 (Kovacs et al., HIV-1999). Produk-produk MG tersebut umumnya dihasilkan dari suatu reaksi gliserolisis minyak nabati baik dari reaksi secara kimia (katalis kimia) pada

suhu tinggi (> 210oC) ataupun secara

enzimatis baik komersial atau dari sumber alami.

Kelemahan dengan metode-metode tersebut di antaranya adalah: rusaknya sebagian struktur kimia asam lemak akibat suhu tinggi (pirolisis), waktu yang lama, relatif mahal (enzim komersial), dan rendemen yang masih rendah (enzim dari sumber nabati). Salah satu metode produksi MG dan digliserida (DG) yang cukup potensial adalah dengan reaksi etanolisis

minyak nabati pada suhu ruang.

Hasanuddin et al. (2003), melaporkan bahwa produksi MG dan DG dengan reaksi etanolisis terhadap minyak sawit mentah (CPO) selama 6 menit pada suhu ruang

(30oC) dengan nisbah etanol dan CPO

adalah 1 : 1 (v/b) dapat menghasilkan fraksi massa MG sejumlah 9.36% (b/b) dari berat sampel.

Penelitian bertujuan untuk mengukur aktivitas antibakteri produk etanolisis dan fraksinya dari campuran PKO dengan MBM (25:1 dan 50:1; b/b) yang direaksikan dengan larutan etanol teknis 96% yang telah mengandung NaOH 1% (b/b campuran minyak) di atas shaker (300 rpm) selama 3, 6, 9 dan 12 menit. Nisbah larutan etanol-NaOH 1% terhadap campuran PKO dengan MBM yang digunakan adalah 1,2 atau 6 : 5 (v/b).

(3)

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Bahan utama adalah PKO dan buah mengkudu yang sudah masak/tua. Bahan kimia: heksana p.a., etanol p.a., etanol 96%, NaOH, HCl, sodium sulfat anhidrat, dan akuades. Kultur bakteri: Escherichia coli (ATCC 25922), Staphylococcus aureus (ATCC 25923), Bacillus cereus (ATCC 11778), dan Samonella enteritidis (ATCC 13076). Media: NA (Nutrient Agar) dan NB (Nutrient Broth). Peralatan terdiri dari:

soxhlet, shaker, separating funnel,

timbangan analitik, rotavapor, pompa

vakum, sentrifuge, penangas air, corong Buchner, otoklaf, vial, jangka sorong. dan alat-alat penunjang penelitian untuk uji antibakteri.

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian meliputi tahap persiapan bahan, ekstraksi minyak biji mengkudu, produksi produk etanolisis dan fraksinasi produk etanolisis dari campuran PKO dengan MBM.

Persiapan Bahan

PKO diperoleh dari PTPN VII Bekeri, Lampung Tengah, lalu disaring mengguna-kan kertas saring (Whatman No. 42) dengan bantuan corong Buchner dan pompa vakum sehingga dihasilkan PKO yang bebas dari kotoran. Buah mengkudu dipilih yang sudah tua/masak, lalu dilakukan pemisahan biji mengkudu dengan mencucinya pada air mengalir, pengeringan biji mengkudu dalam

oven 60oC sampai kadar air 8-10%,

penggilingan biji mengkudu kering hingga dihasilkan bubuk (serbuk) biji mengkudu kering yang siap diekstraksi minyaknya dengan pelarut heksana.

Ekstraksi Minyak

Ekstraksi bubuk biji mengkudu kering dilakukan terlebih dahulu dengan ekstraksi maserasi dalam pelarut heksana dengan penggoyangan (shaker; 275 rpm, 24 jam), disaring sehingga dihasilkan Filtrat 1 dan residu bubuk biji mengkudu. Selanjutnya residu tersebut diekstrak lagi dengan heksana pada alat soxhlet (24 jam) sehingga dihasilkan Filtrat 2. Filtrat 1 dan Filtrat 2

dicampur lalu dihilangkan pelarutnya

(heksana) menggunakan rotary evaporator, disaring (Whatman No. 42) sehingga dihasilkan MBM bebas kotoran.

Produksi Produk Etanolisis

Produksi produk etanolisis dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu: (1) Komposisi campuran PKO dengan MBM, terdiri dari 2 taraf, 25:1 dan 50:1 (b/b); dan (2) Waktu reaksi etanolisis terdiri dari 4 taraf, 3, 6, 9 dan 12 menit. Reaksi etanolisis dilakukan dengan penambahan etanol 96% yang telah mengandung NaOH 1% (b/b campuran minyak) dengan nisbah terhadap campuran PKO dengan MBM adalah 1,2 (v/b) atau 6 : 5 (v/b). Penelitian ini dilakukan secara deskriptif (3 kali ulangan) dan data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk

histogram/grafik, lalu dianalisis secara deskriptif.

Prosedur percobaan mengikuti

prosedur yang telah dikembangkan oleh Hasanuddin et al. (2003) dengan modifikasi. Sejumlah (mL) etanol 96% yang telah mengandung NaOH 1% ditambah sejumlah (g) campuran PKO dengan MBM (sesuai

perlakuan) dengan nisbah 1,2 (v/b),

direaksikan di dalam Erlenmayer 250 mL (tertutup), lalu digoyang di atas shaker (kecepatan 300 rpm) selama 3, 6, 9 atau 12 menit (sesuai perlakuan) pada suhu ruang

(28 ± 1oC) dengan volume reaksi kurang

(4)

labu pemisah, dicuci dengan akuades hingga lapisan bawah relatif jernih. Lapisan atas

(produk etanolisis) dibebaskan dari

kandungan airnya dengan menambahkan

Na2SO4 anhidrat, lalu disaring. Terhadap

masing-masing produk etanolisis tersebut, dihitung rendemen dan diuji aktivitas antibakterinya.

F

FrraakkssiinnaassiiPPrroodduukkEEttaannoolliissiiss

Fraksinasi produk etanolisis

menggunakan metode pemusingan

(sentrifuge; Mappiratu, 1999; Rangga et al., 2005) dalam pelarut etanol p.a dengan perbandingan produk etanolisis dan pelarut = 1 : 3 (v/v). Sebelum pemusingan, produk

etanolisis didinginkan dalam lemari

pendingin (2-4oC) selama 1 jam.

Pemusingan berlangsung selama 30 menit pada kecepatan putar 4.000 rpm sehingga menghasilkan dua fraksi terpisah (Fraksi 1 dan Fraksi 2). Terhadap masing-masing fraksi, diuji aktivitas antibakterinya. Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri

dilakukan terhadap produk etanolisis dan fraksinya menggunakan metode difusi agar/sumur (Gariga et al., 1983; Murhadi, 2002; Rangga et al., 2005). Pengujian aktivitas antibakteri produk etanolisis PKO-MBM dan fraksinya dilakukan terhadap enam jenis sampel, yaitu: (1) Sampel A =

produk etanolisis PKO-MBM tanpa

pengenceran; (2) Sampel B = produk etanolisis PKO-MBM dengan pengenceran menggunakan etanol (1:3, v/v); (3)Sampel C = Fraksi 1 yaitu lapisan atas; (4) Sampel D = pengenceran Fraksi 1 dengan etanol (1:3, v/v); (5) Sampel E = Fraksi 2 yaitu lapisan bawah; dan (6) Sampel F = pengenceran Fraksi 2 dengan etanol (1:3, v/v).

Masing-masing kultur bakteri murni disegarkan di dalam medium NB steril

selama 24 jam pada 37oC, dihomogenkan

(vorteks), diinokulasikan sebanyak 20 µL ke

dalam Erlenmeyer yang berisi 20 mL

medium agar cair (NA, 44-45oC) steril,

dikocok merata, kemudian dituang ke dalam cawan petri (100 x 15 mm) steril dan dibiarkan sampai membeku. Selanjutnya dibuat 5 lubang (sumur) secara aseptis dengan diameter sumur 6.0 mm (seragam). Ke dalam tiap lubang, diinokulasi dengan

60 µL produk etanolisis atau fraksinya

(dengan dan tanpa pengenceran). Sebagai

kontrol, diinokulasi sebanyak 60 µL etanol

96%. Zona penghambatan yang diukur adalah radius (r, mm) penghambatan berupa areal bening di sekeliling sumur uji, setelah

diinkubasi selama 24 jam pada 37oC.

Pengukuran jari-jari (r, mm) zona hambat di sekeliling sumur uji dilakukan dengan cara mengukur jarak dari tepi sumur uji ke batas lingkaran zona hambat menggunakan jangka sorong (ketelitian 0.01 mm) pada beberapa

sisi sumur uji, lalu dirata-ratakan.

Selanjutnya nilai d (mm) dapat dihitung dengan rumus: 2 x r.

HASIL DAN PEMBAHASAN Warna PKO yang telah disaring adalah kuning cerah, relatif sama dengan warna MBM hasil ekstraksi dari biji mengkudu. Berat jenis PKO dengan MBM juga relatif sama, masing-masing adalah 0,9198 dan 0,9177, sehingga mudah dicampurkan.

Rendemen Produk Etanolisis

Histogram rendemen produk

etanolisis kasar dari reaksi etanolisis campuran PKO dengan MBM,

masing-masing untuk perlakuan dengan

perbandingan 25:1 (b/b) dan 50:1 (b/b) serta perbedaan waktu etanolisis selama 3, 6, 9 dan 12 menit, disajikan pada Gambar 1.

(5)

A B

Gambar 1. Histogram rendemen produk etanolisis campuran dan minyak biji mengkudu dengan perbandingan 1:25 (b/b; A) dan 1:50 (b/b; B)

Pola rendemen produk etanolisis kasar pada perlakuan PKO : MBM baik untuk perbandingan 25:1 (b/b) maupun 50:1 (b/b) relatif sama dengan semakin lama waktu reaksi etanolisis pada selang waktu 3 sampai 12 menit, yaitu dengan rendemen berkisar antara 95,56 – 97,92%.

Aktivitas Antibakteri

Grafik aktivitas antibakteri produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM serta fraksinya terhadap E. coli, S.

aureus, B. cereus dan S. enteritidis dengan

perlakuan lama reaksi etanolisis (3, 6, 9, dan 12 menit), masing-masing dapat dilihat pada Gambar 2, 3, 4, dan Gambar 5.

Produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM memiliki aktivitas antibakteri terhadap empat bakteri penguji dengan kisaran nilai diameter (mm) zona penghambatan antara 2,27 (B. cereus; 9 menit) hingga 3,87 (E. coli; 9 menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25: 1 (b/b), sedangkan untuk perbandingan 50 : 1 (b/b)

adalah 0,93 (B. cereus; 3 menit) sampai 3,12 (S. aureus; 6 menit).

Fraksinasi dengan cara sentrifusi 4000 rpm 30 menit terhadap produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM menghasilkan 2 fraksi, yaitu Fraksi 1 sebagai lapisan atas (Sampel C) dan Fraksi 2 sebagai lapisan bawah/endapan (Sampel E). Aktivitas antibakteri Fraksi 1 lebih

tinggi dibandingkan dengan produk

etanolisis kasarnya dengan kisaran nilai diameter (mm) penghambatan antara 2,91 (B. cereus; 12 menit) hingga 5,63 (E. coli; 9 menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25 : 1 (b/b), sedangkan untuk perbanding-an 50 : 1 (b/b) adalah 1,20 (B. cereus; 9 menit) sampai 3,75 (S. aureus; 12 menit). Sementara Fraksi 2 relatif tidak memiliki aktivitas antibakteri untuk semua perlakuan. Pengenceran terhadap produk etanolisis

kasar atau fraksinya, masing-masing

menggunakan etanol (1:3, b/v), rata-rata menurunkan daya aktivitas antibakterinya. 95,74 96,02 97,51 97,4 91 92 93 94 95 96 97 98 99

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO-MBM (25:1;b/b) R en d em e n P r o d u k E ta n o li si s (% )

3 menit 6 menit 9 menit 12 menit

97,92 95,56 96,1 96,35 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO-MBM (50:1;b/b)

3 menit 6 menit 9 menit 12 menit

R en d em en P ro d u k E ta n o li si s (% )

(6)

A

B

Gambar 2. Grafik diameter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap E. coli

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 A B C D E F

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO- MBM (25:1; b/b) D ia m e te r Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p ro d u k -f r a k si )

3 menit 6 menit 9 menit 12 menit

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

A B C D E F

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO- MBM (50:1; b/b) D ia m et er Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p r o d u k -f ra k si )

(7)

A

B

Gambar 3. Grafik dimaeter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap S. aureus

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 A B C D E F

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO-MBM (25:1; b/b) D ia m et er Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p ro d u k -f r a k si )

3 menit 6 menit 9 menit 12 menit

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 A B C D E F

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO- MBM (50:1; b/b) D ia m et er Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p ro d u k -f r a k si )

(8)

A

B

Gambar 4. Grafik dimaeter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap B. cereus

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 A B C D E F

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran

PKO-MBM (25:1; b/b)

D ia m et er Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p ro d u k -f r a k si )

3 menit 6 menit 9 menit 12 menit

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 A B C D E F

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO-MBM (50:1; b/b) D ia m e te r Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p ro d u k -f r a k si )

(9)

A

B

Gambar 5. Grafik dimaeter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM (A = 25:1; B = 50:1) dan fraksinya terhadap S. enteritidis

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 A B C D E F MBM (25:1; b/b) D ia m et er Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p ro d u k -f r a k si )

3 menit 6 menit 9 menit 12 menit

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 A B C D E F

Nisbah Etanol 96% (NaOH 1%) terhadap Campuran PKO- MBM (25:1; b/b) D ia m et er Z o n a H a m b a t (m m /1 5 m g p ro d u k -f ra k si )

3 menit 6 menit 9 menit 12 menit

(10)

Fraksi 1 diduga merupakan campuran monogliserida (MG) dan digliserida (DG) dari proses etanolisis campuran PKO dengan MBM yang memiliki aktivitas antibakteri dan bersifat semipolar menuju polar, sehingga sangat larut dalam etanol. Diketahui bahwa etanol bersifat polar

dengan karakteristik nilai ∈ = 0,68 (Moyler

dalam Ashurst; 1995) dan konstanta

dielektrik (25oC) = 24,30 (Pomerans dan

Meloan, 1994) yang dapat melarutkan substansi polar (Houghton dan Raman, 1998) termasuk MG dan DG. Ester asam lemak dengan gliserol dalam bentuk MG dengan komposisi asam lemaknya adalah asam laurat (12:0) misalnya yang berasal dari minyak kelapa (Wang et al., 1993; Mappiratu, 1999; Mappiratu et al., 2003) atau dari PKO (Rangga et al., 2005) telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas.

Fraksi 2 merupakan lapisan bawah (kurang larut dalam etanol/mengendap) dari hasil fraksinasi produk etanolisis campuran PKO dengan MBM relatif tidak memiliki

aktivitas antibakteri, yang diduga

merupakan sisa trigliserida (TG) dari proses etanolisis tersebut. Hal ini mengindikasikan

bahwa produk etanolisis kasar dari

campuran PKO dengan MBM masih merupakan gabungan antara MG, DG dan sisa TG dari campuran PKO dengan MBM. Sehubungan dengan aktivitas antimikroba asam-asam lemak dari sumber minyak atau lemak tanaman, diketahui bahwa lemak (dalam bentuk TG) tidak memiliki efek penghambatan terhadap mikroba, kecuali

yang mengandung asam-asam lemak

berantai karbon rendah-sedang khususnya dalam bentuk MG atau asam lemak bebas (Kabara dalam Branen dan Davidson, 1983).

Aktivitas antibakteri produk etanolisis campuran PKO dengan MBM (25:1 dan 50:1, b/b) dan fraksi-fraksinya tertinggi adalah pada perlakuan reaksi etanolisis selama 6 dan 9 menit untuk Fraksi 1, khususnya terhadap bakteri uji E. coli dan

B. cereus (Gambar 3 dan 5), sedangkan

terhadap bakteri S. aureus dan S. enteritidis untuk reaksi etanolisis selama 12 menit, juga untuk Fraksi 1 (Gambar 4 dan 6). Reaksi etanolisis terhadap minyak sawit kasar (CPO) pada selang waktu reaksi 5 sampai 8 menit lebih optimal menghasilkan MG dan etil ester ketiga, lebih tinggi dari pada etanolisis CPO untuk menghasilkan DG dan etil ester pertama (Hasanuddin et

al., 2003).

KESIMPULAN

Produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM memiliki aktivitas antibakteri terhadap empat bakteri penguji (E. coli, S. aureus, B. cereus dan S.

enteritidis) dengan kisaran nilai diameter

(mm) zona penghambatan antara 2,27 (B.

cereus; 9 menit) sampai 3,87 (E. coli; 9

menit) untuk campuran PKO dengan MBM

= 25: 1 (b/b), sedangkan untuk

perbandingan 50 : 1 (b/b) adalah 0,93 (B.

cereus; 3 menit) sampai 3,12 (S. aureus; 6

menit).

Aktivitas antibakteri Fraksi 1 lebih

tinggi dibandingkan dengan aktivitas

antibakteri produk etanolisis kasarnya, dengan kisaran nilai diameter (mm) zona penghambatan Fraksi 1 antara 2,91 (B.

cereus; 12 menit) hingga 5,63 (E. coli; 9

menit) untuk campuran PKO dengan MBM = 25 : 1 (b/b), sedangkan untuk perbandingan 50 : 1 (b/b) adalah 1,20 (B.

cereus; 9 menit) sampai 3,75 (S. aureus; 12

(11)

memiliki aktivitas antibakteri untuk semua perlakuan.

Secara keseluruhan, diameter zona penghambatan baik pada produk etanolisis kasar dari campuran PKO dengan MBM maupun pada fraksi-fraksinya terhadap 4 bakteri penguji (E. coli, S. aureus, B. cereus dan S. enteritidis) relatif masih rendah, yaitu di bawah 6,00 mm. Untuk itu masih perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk

memodifikasi proses etanolisis campuran PKO dengan MBM dan mengoptimalkan proses fraksinasinya.

UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih

kepada Direktorat Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang telah membiayai penelitian ini yaitu pada Program Penelitian Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2007 berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak antara Lembaga Penelitian Unila dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 028/SP2H/PP/ DP2M/ III/2007 tanggal 29 Maret 2007.

D

DAAFFTTAARRPPUUSSTTAAKKAA Bautista, D. A., A. R. Hill, and M.W.

Griffiths. 1993. An all natural approach to preserve cottage cheese. Modern Dairy. 72(1):12-13.

Cotton, L.N. and D.L. Marshall. 1997. Monolaurin preparation methods effects activity against vegetative cell of Bacillus cereus. J. Food Sci. Technol. 30(8):830-832.

Gariga, M., M. Hugas, T. Aymerich, and J.M. Monfort. 1983. Bacteriogenic

activity of lactobacilli from fermented sausage. App. Bacteriol. 75:142-148.

Gurr, M.I. 1992. Role of Fats in Food and Nutrition. Elsevier Appl. Sci. New York.

Hasanuddin, A., Mappiratu, dan G.S. Hutomo. 2003. Pola Perubahan Mono dan Diasilgliserol dalam Reaksi Etanolisis Minyak Sawit Mentah. J. Teknol. dan Industri Pangan. XIV(3): 241-246.

Houghton, P.J. and A. Raman. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. Chapman & Hall. London. John, J. and Wadsworth. 2002. Morinda

Citrifolia Oil. United States Patent. Di

dalam http://www.Patft.Uspto.Gov/

Netacgi/Nph-Parser. Diakses Tanggal 10 Juni 2008.

Kabara, J.J. Medium-chain fatty acids and esters. In Branen, A. L. and P.M. Davidson. 1983. Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker, Inc. New york.

Kovacs, A., M. Schluchter, and K. Easley. 1999. Cytomegalovirus infection and HIV-1 disease progressionin infant born to HIV-1-infected women. New England J.Medicine. 341: 77-84. Mappiratu. 1999. Penggunaan Biokatalis

Dedak Padi dalam Biosintesis Antimikroba Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa. Disertasi S3. PPs IPB. Bogor.

Mappiratu, D. Fardiaz, dan A. Hasanuddin. 2003. Produksi dan Aplikasi Produk Monoasilgliserol dari Minyak Kelapa dalam Pengolahan Santan Awet. J.

(12)

Teknologi & Industri Pangan. XIV(3): 233-240.

Moyler, D.A. Oleoresins, tinctures, and extracts. In Ashurst, P.R. (Ed.). 1995. Food Flavorings. Blackie Academic & Profesional. New York. Murhadi. 2002. Isolasi dan Karakterisasi

Komponen Antibakteri dari Biji Atung (Parinarium glaberrimum Hassk). Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Oh, D.H. and D.L. Marshall. 1994.

Enhanced inhibition of Listeria

monocytogenes by glycerol

monolaurat with organic acids. J. Food Sci. 59(6): 1258-1261. Rangga, A., Murhadi, F. Nuraeni, dan

Pitutur. 2005. Produksi dan Kajian Aktivitas Antibakteri Produk Gliserolisis dari Minyak Inti Sawit (PKO). Bahan Seminar Nasional Research and Studies TPSDP Dikti Depdiknas. Yogyakarta, Mei 2005. Wang, L.L., B.K. Yang, K.L. Parkin, and

E.A. Johnson. 1993. Inhibition of

Listeria monocytogenes by

monoacylglyceros synthesized from coconut oil and milk fat by lipase-catalyzed glycerolysis. J. Agric. Food Chem. 41: 1000-1005.

Gambar

Gambar 1.  Histogram  rendemen  produk  etanolisis  campuran  dan  minyak  biji  mengkudu dengan perbandingan 1:25 (b/b; A) dan 1:50 (b/b; B)
Gambar  2.  Grafik  diameter  zona  hambat  produk  etanolisis  PKO-MBM    (A  =  25:1;
Gambar 3. Grafik dimaeter zona hambat produk etanolisis PKO-MBM  (A = 25:1;
Gambar  4.  Grafik  dimaeter  zona  hambat  produk  etanolisis  PKO-MBM  (A  =  25:1;
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dan seluruh rekan-rekan mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2012 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai berusia minimal 6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit, karena ASI adalah cairan yang

Kualitas pelayanan reliability dengan indicator memberikan informasi yang benar menunjukkan angka tertinggi pada criteria cukup baik yaitu sejumlah 47 (47%) responden

Jika ada suatu kasus dimana pasien tidak bisa dirawat di rumah sakit di daerah dia tinggal dan harus dirujuk ke rumah sakit di daerah lain maka dinas kesehatan akan menggalang

Pada tahap ini yang dilakukan adalah: pertama, merumuskan tujuan perkuliahan psikologi kepribadian Islami yaitu membentuk sarjana psikologi Islam yang memiliki kepribadian utuh dan

Partisipasi Dewan Direksi pada Pegadaian sudah berjalan dengan baik. Partisipasi Dewan Direksi memang tidak secara langsung terjadi di Pegadaian

Dalam evaluasi keberhasilan hydraulic fracturing dengan menggunakan data produksi, data reservoir dan geometri rekah, akan dilihat model rekahan, indeks produktivitas yang

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang meliputi: (1) Persiapan bahan PKO, (2) Produksi produk etanolisis PKO dengan perlakuan berbagai waktu