2.1.1 Entrepreneurship
Entrepreneurship berasal dari Bahasa Perancis, yakni entreprendre yang berarti melakukan (to under take), dalam arti melakukan kegiatan mengorganisir dan mengatur. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon pada
tahun 1755 dalam tulisannya Essai Sur la Nature du Commerce en General. Pada masa itu istilah entrepreneur merupakan sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan kemudian menjualnya dengan harga yang tidak
pasti. Pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh (Schumpeter dalam
Alma, 2011) entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by creating new forms of organizations, or by exploiting new raw material. (Seorang wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku
baru).
Menurut Fahmi (2016: 1) Entrepreurship adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas serta berani
menanggung resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil
karya tersebut. Seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang.
Danang Sunyoto (2013) memiliki pandangan berbeda. Menurutnya,
bernilai bagi diri sendiri dan orang lain. Menurut definisi ini, entrepreneurship
tidak hanya tentang mencari keuntungan pribadi, namun juga harus mempunyai
nilai sosial.
Sedangkan menurut Kasmir (2013:20) menurutnya, entrepreneurship
merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada
sebelumnya, atau bisa juga dengan menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang
ada.
Sementara itu menurut Suryana (2013:2) kewirausahaan adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang
dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan merupakan
suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan
dalam bentuk penerapan kreativitas dan keinovasian.
Menurut Fahmi (2014:1) kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mengkaji
tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas serta berani
menanggung resiko terhadap pekerjaan yang telah dilakukan demi mewujudkan
hasil karya tersebut.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas
mengenai baik mengenai kewirausahaan maupun entrepreneurship maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menjadi seorang entrepreneur kita harus memiliki kemampuan untuk dapat menciptakan peluang melalui ide – ide baru yang kreatif
dan inovatif serta mampu mengahadapi resiko dengan cara memanfaatkan sumber
daya dan mengelola sumber daya tersebut agar dapat memberikan keuntungan baik
bagi diri sendiri, organisasi dan sosial.
2.1.2. Karakteristik Kewirausahaan
Menurut Frinces (2011: 30) bahwa dari berbagai studi terdahulu telah
diidentifikasi banyak karakteristik yang melekat pada wirausaha. Tidak setiap
wirausaha memiliki semua karakteristik, tetapi dapat dikatakan secara umum
sebagai berikut:
1. Mempunyai kepribadian yang produktif.
2. Kreatif, inovatif, inisiatif, dan berimajinasi.
3. Profesional.
4. Memiliki kemandirian yang tinggi.
5. Kebutuhan untuk bebas dan kecepatan dalam bertindak.
6. Bekerja keras dan disiplin.
7. Berani dan cepat dalam pengambilan keputusan.
8. Pekerja keras.
9. Berpikir dan bersifat positif.
10. Siap menerima resiko dan rugi
Menurut Scarborouhgt dan Thomas (1993:6-7) dalam Suryana (2013:23)
Seorang wirausahawan pada umumnya memiliki karakter sebagai berikut :
Wirausahawan memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap hasil atau
usaha yang mereka jalankan. Sangat fokus untuk mengendalikan sumber daya
yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Memilih resiko yang moderat
Wirausahawan menjalankan bisnisnya dengan memperhitungkan resiko yang
bersedia ditanggungnya. Dalam hal ini, wirausahawan menetapkan tujuan yang
realistis dan dapat diraih.
3. Memiliki percaya diri terhadap kemampuan sendiri penting bagi wirausahawan
untuk selalu optimis pada kemampuannya dalam meraih kesuksesan. Dengan
tingkat optimis yang tinggi, hambatan demi hambatan harus dapat dilalui
sebelum akhirnya berhasil.
4. Menghendaki umpan balik dengan secepat mungkin
Wirausahawan harus menikmati tantangan dalam menjalankan bisnisnya dan
terus-menerus mencari umpan balik untuk mengetahui sebaik apa mereka
berusaha.
5. Memiliki semangat yang tinggi dan pekerja keras
Wirausahawan harus lebih enerjik dibandingkan kebanyakan orang. Energi ini
menjadi faktor penentu mengingat luar biasanya upaya yang harus dilakukan
untuk menjalankan usaha (bisnis).
6. Memiliki orientasi ke depan
Wirausahawan yang sukses memiliki kepekaan yang tinggi dalam melihat
peluang dan fokus pada masa depan.
Wirausahawan harus mengetahui bagaimana mengelola organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mulai dari perencanaan, pengendalian,
hingga memperkerjakan orang-orang yang tepat sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
8. Memiliki tingkat keuletan yang tinggi
Wirausahawan harus memiliki tekad baja untuk mecapai visi dan misi yang
diimpikannya. Wirausaha harus terus mencoba untuk menaklukan segala
hambatan dan rintangan menuju sasaran bisnis yang telah ditetapkan.
Menurut McClelland dalam buku M.Wiratmo (2001) karakteristik
wirausahawan adalah sebagai berikut :
1. Keinginan untuk berprestasi
Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang
yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan
merupakan tantangan dari bagi individu.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab
Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagai pencapaian
tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara
bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap
hasil yang dicapai.
3. Referensi kepada resiko-resiko menengah
Wirausahawan bukanlah penjudi, mereka memilih menentapkan tujuan-tujuan
yang membutuhkan tungkat kinerja yang tinggi, suatu tingkakan yang mereka
4. Persepsi pada kemungkinan berhasil
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas
kepribadian wirausahawan yang penting. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya
tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan
melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5. Rangsangan oleh umpan balik
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal mereka kerjakan, apakah
umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil
kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
6. Aktivitas enerjik
Wirausahawan menunjukan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
rata-rata orang. Mereka besifat aktif mempunyai proporsi waktu yang besar dalam
mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan
waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada
kerja yang mereka lakukan.
7. Orientasi ke masa depan
Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir kedepan, mencari dan
mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.
8. Keterampilan dalam pengorganisasian
Wirausahawan menunjukkan keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan
orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obuektif di dalam memilih
individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan
9. Sikap terhadap uang
Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi
kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari
tercapainya tujuan sebagai pembuktian bagi kompetensi mereka.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik wirausahawan diatas maka
kami dapat menyimpulkan bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan harus
memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Memiliki Kepercayaan diri yang tinggi
- Mampu bekerja keras
- Visioner
- Mampu mengambil resiko, dan
- Memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan usahanya.
2.1.3. Peran dan Fungsi Kewirausahaan
Menurut Suryana (2009:4) terdapat fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat
melalui dua pendekatan yaitu secara mikro dan makro.
1. Secara Mikro
Wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi, dan
sebagainya. Sedangkan sebagai perencana wirausaha berperan merancang
tindakan dan usaha baru merencanakan strategi usaha baru, merencakan
ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang
2. Secara Makro
Peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Menurut Fahmi (2013:3) Ada beberapa peran dan fungsi keberadaan atau
pengaruh ilmu kewirausahaan dalam mendukung arah pengembangan
wirausahawan, yaitu antara lain :
1. Mampu memberi semangat atau motivasi pada diri seseorang untuk bisa
melakukan sesuatu yang selama ini sulit untuk ia wujudkan namun menjadi
kenyataan.
2. Ilmu kewirausahaan memiliki peran dan fungsi untuk mengarahkan seseorang
bekerja secara lebih teratur serta sistematis dan juga terfokus dalam
mewujudkan mimpi-mimpinya.
3. Mampu memberi inspirasi pada banyak orang bahwa setiap menemukan
masalah maka disana akan ditemukan peluang bisnis untuk dikembangkan.
Artinya setiap orang diajarkan untuk membentuk semangat “solving problem”. 4. Nilai positif yang tertinggi dari peran dan fungsi ilmu kewirausahaan pada saat
dipraktekkan oleh banyak orang maka angka pengangguran akan terjadi
penurunan. Dan ini bisa memperingan beban negara dalam usaha menciptakan
2.1.4. Bisnis dan Lingkungan Bisnis 2.1.4.1. Pengertian Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:7), bisnis adalah usaha yang dijalankan
yang tujuan utamanya adalah keuntungan.
Menurut Raymond E Glos yang dikutip oleh Umar (2005:3) dalam bukunya
yang berjudul “Business : its nature and environment : An Introduction”
yang dikutip oleh Umar, bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh
orang- orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang
menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan
memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.
Menurut Grififin dan Ebert (2007:4), bisnis adalah organisasi yang
menyediakan barang atau jasa dengan maksud mendapatkan laba.
Dalam ekonomi kapitalis, di mana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak
swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran
para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan
sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua
bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras
dengan sistem sosialistik, di mana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan di mana seseorang atau sekelompok
orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis
sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata
bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih
luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya bisnis pertelevisian.
Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh
komunitas penyedia barang dan jasa. Namun definisi bisnis yang tepat masih
menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
2.1.4.2. Lingkungan Bisnis
Menurut Glueck and Jauch dalam penelitian Wispandono (2010:154)
bahwa: Lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor di luar perusahaan yang dapat
menimbulkan peluang atau ancaman bagi perusahaan. Analisis diartikan sebagai
penelusuran peluang atau ancaman sampai ke pangkalnya. Analisis lingkungan
diartikan sebagai proses yang digunakan perencana strategi untuk memantau sektor
lingkungan dalam menentukan peluang atau ancaman terhadap perusahaan.
Menurut Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin (2010:46)
mengemukakan bahwa Lingkungan (environment) merupakan salah satu faktor
yang sangat diperhitungkan dalam pengelolaan kegiatan bisnis. Lingkungan sangat
berpengaruh dalam perencanaan strategi bisnis.
Menurut Suryana (2006: 106) mengemukakan bahwa lingkungan usaha
yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan internal
dan eksternal.
R.A. Supriono dalam buku Herry Achmad Buchorydan Djaslim Saladin
(2010: 46-47) mengemukakan beberapa alasan pentingnya analisis faktor
lingkungan dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. lingkungan berubah sangat cepat atau dinamis sehingga para pimpinan
perusahaan perlu mennganalisis dan mendiagnosis perubahan lingkungan
tersebut.
2. Para pimpinan perlu menyelidiki lingkungan, khususnya untuk:
a. Menentukan apakah faktor-faktor dalam lingkungan saat sekarang
mengancam strategi dan pencapaian tujuan perusahaan.
b. Menentukan apakah faktor-faktor dalam lingkungan saat sekarang
mengancam strategi dan pencapaian tujuan perusahaan.
3. Perusahaan yang secara sistematis melakukan analisis dan diagnosis
lingkungan umumnya lebih efektif dibandingkan dengan yang tidak
melakukannya.
2.1.4.3. Lingkungan Internal
Menurut Echdar (2013: 86) mengelompokkan faktor internal ke dalam dua
persfektif yaitu perspektif individu dan perspektif perusahaan atau bisnis. Faktor
internal dari persfektif perusahaan terdiri dari empat kemampuan utama yaitu
Menurut Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin (2010:49)
mengemukakan bahwa Lingkungan internal adalah para pelaku yang secara
langsung berkaitan dengan lingkungan, yang mempengaruhi perusahaan.
Menurut Saydam dalam penelitian I Gusti Putu Darya (2011:66) bahwa,
lingkungan internal mungkin dapat dikendalikan secara organisator oleh pelaku
usaha sehingga dapat diarahkan sesuai dengan keinginan perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan internal merupakan cerminan kekuatan atau kelemahan dari
suatu organisasi perusahaan dan dapat mencerminkan kemampuan manajemen
untuk mengelola perusahaan. Hal ini dapat menunjukkan kekuatan sumber daya,
meliputi segala aspek material atau non material yang dimiliki perusahaan dalam
menjalankan usaha dan fungsinya untuk berproduksi secara komersial.
Pengkategorian analisis lingkungan internal sering diarahkan pada lima aspek,
yaitu:
1. Pemasaran, pengertian pemasaran menurut Kotler (2009) adalah suatu
prosessosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan.
2. Keuangan atau permodalan, kondisi keuangan perusahaan menjadikan ukuran
dalam melihat posisi bersaing dan daya tarik keseluruhan bagi investor.
Menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan dalam suatu organisasi sangat
penting agar dapat merumuskan strategi secara efektif (David, 2009).
3. Produksi, fungsi produksi/operasi mencakup semua aktivitas yang mengubah
paling tidak dapat dilihat dari keteguhan prinsip efisiensi, efektivitas dan
produktifivas (Umar, 2008).
4. Sumberdaya manusia, manusia merupakan sumberdaya terpenting bagi
perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku
positif dikalangan karyawan perusahaan. Berbagai faktor- faktor yang perlu
diperhatikan adalah: langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM,
keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas dan sistem imbalan
(Umar, 2008).
5. Lokasi Industri, aktivitas ekonomi suatu perusahaan/industri akan sangat
dipengaruhi oleh lokasi industri yang ditempatinya. Keputusan lokasi yang
dipilih merupakan keputusan tentang bagaimana perusahaan- perusahaan
memutuskan dimana lokasi pabriknya atau fasilitas-fasilitas produksinya
secara optimal.
2.1.4.4. Lingkungan Eksternal
Menurut Pearce and Robinson; Hunger and Whelen dalam penelitian I Gusti
Putu Darya (2011:66) menyatakan bahwa Lingkungan eksternal suatu perusahaan
memberikan banyak tantangan yang dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam upaya
untuk menarik atau memperoleh sumber daya yang diperlukan dan untuk
memasarkan barang dan jasanya secara menguntungkan. Lingkungan eksternal
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Lingkungan tugas (Micro), adalah elemen-elemen atau kelompok yang berdampak atau dipengaruhi langsung pada operasi organisasi seperti
2. Lingkungan sosial (Macro), adalah elemen atau kelompok umum yang tidak berdampak atau dipengaruhi langsung oleh operasi organisasi, namun dapat
saling mempengaruhi dalam jangka Panjang, seperti : politik, ekonomi, sosial
budaya, dan teknologi.
Sedangkan menurut William F. Glueck dalam buku Herry Achmad Buchory
dan Djaslim Saladin (2010:46) bahwa Lingkungan eksternal perusahaan adalah
faktor-faktor yang berada di luar jangkauan perusahaan yang dapat menimbulkan
peluang-peluang (opportunities) atau ancaman-ancaman (threat) pada perusahaan. Menurut Herry achmad buchory dan Djaslim Saladin (2010:48-49)
mengemukakan bahwa komponen analisis lingkungan eksternal terdiri dari:
1. Scanning.
Mengidentifikasi petunjuk awal dari perubahan dan kecenderungan
lingkungan. Jadi scanning adalah usaha untuk mempelajari segmen dalam
lingkungan umum.
2. Monitoring
Mendeteksi arti melalui observasi terus menerus atas perubahan dan
kecenderungan lingkungan.
3. Forcasting
Mengembangkan proyeksi atas hasil yang diantisipasi berdasarkan perubahan
dan kecenderungan yang dimonitoring.
4. Assessing
Menentukan waktu dan pentingnya perubahan dan kecenderungan lingkungan
Menurut Pierce and Robinson dalam penelitian Wispandono (2010:154)
bahwa Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada diluar organisasi yang
dapat menciptakan peluang dan ancaman atas keberadaan suatu organisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan Eksternal adalah lingkungan yang berada di luar suatu organisasi
atau perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan
dampak pada kegiatan perusahaan/usahanya, dan dapat menciptakan peluang
(opportunities) atau ancaman (threat) bagi perusahaan.
2.1.5. Manajemen
Secara etimologi Kata manajemen sendiri berasal dari bahasa Prancis kuno
yaitu ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan dalam bahasa inggris berasal dari kata to manage, dalam Webster‟s New cooleglate Dictionary, kata manage dijelaskan berasal dari bahasa Itali Managlo dari kata
Managlare yang selanjutnya kata ini berasal dari bahasa Latin Manus yang berarti tangan (Hand). Kata manage dalam kamus tersebut diberi arti: membimbing dan mengawasi, memperlakukan dengan seksama, mengurus
perniagaan atau urusan-urusan, mencapai urusan tertentu.
2.1.5.1. Manajemen sebagai Proses
Menurut T. Hani Handoko (2011:8) mendefinisikan bahwa Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan pengunaan sumberdaya organisasi lainnya agar
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012:1) mendefinisikan bahwa
Manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Kemudian menurut Terry dalam Amirullah (2015:2) menyatakan bahwa:
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
2.1.5.2. Manajemen sebagai Fungsi
Menurut Robins dan Coulter (2012 : 8) manajemen melibatkan koordinasi
dan mengawasi aktivitas kerja lainnya sehingga kegiatan mereka selesai dengan
efekif dan efisien. Arti dari efisien itu sendiri adalah mendapatkan hasil output
terbanyak dari input yang seminimal mungkin, sedangkan efektif adalah melakukan hal yang benar, yaitu melakukan sebuah pekerjaan yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya.
Didalam mencapai tujuannya perusahaan haruslah memiliki fungsi
manajemen yang terarah, karena manajemen sangat penting dalam suatu
perusahaan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Terry dalam
Amirullah (2015:3) terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan
segala kebutuhan, menghitung matang-matang apa saja yang menjadi
kendala dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
2. Pengorganisasian (Organization)
Mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut
kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.
3. Penggerakan (Actuating)
Menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja
masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam
organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai
rencana.
4. Pengendalian (Controlling)
Mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana
atau belum, serta mengawasi sumber daya dalam organisasi agar bisa
terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah suatu proses dimana di dalam proses tersebut dilakukan melalui
fungsi-fungsi manajerial, dikoordinasikan dengan sumber daya, yaitu sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
2.1.6. Kreativitas dan Inovasi 2.1.6.1. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara
baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing).
Menurut Yatin Rianto (2012: 233) pengertian kreativitas adalah sesuatu yang baru
bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada
umumnya. Disamping itu ternyata kreativitas juga dapat menciptakan ide-ide baru seperti yang di
ungkapkan oleh Harris dalam Susanto (2016: 100) yang mengatakan bahwa
kreatifitas dapat dipandang sebagai suatu kemampuan, sikap dan proses. Kreativitas
sebagai suatu kemampuan yaitu kemampuan dalam menghasilkan ide atau produk.
Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menemukan dan menciptakan hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna
bagi dirinya dan masyarakat. Hal baru itu tidak perlu sesuatu yang sama
sekali unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu
menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk baru yang memiliki
kualitas yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya (Sukmadinata,
2005:104). Semiawan (dalam Basrowi, 2016:38) kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Kreativitas wirausaha menurut Alma (2011:69) adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru atau meliht hubungan-hubungan baru antara
unsur variabel data variabel yang sudah ada sebelumnya. Adapun Supriadi (dalam
melahirkan sesuatu yang baru,baik berupa gagasan maupun karya nyata yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Machfoedz (2015:98-99),
menyatakan bahwa kreativitas dibedakan dalam dua klasikfikasi yakni kreativitas
eksternal dimana dapat didorong dengan melatih rasa keingintahuan dan
kreativitas internal yaitu ide yang melintas tiba-tiba dalam pemikiran.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap satu masalah yang penekananya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
2.1.6.2. Inovasi
Kata inovasi dapat diartikan sebagai “proses” atau “hasil” pengembangan
dan atau pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk
keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki
produk, proses yang dapat memberikan nilai yang lebih berarti. Menurut
Rosenfeld dalam Sutarno (2012:132), inovasi adalah transformasi pengetahuan
kepada produk, proses dan jasa baru, tindakan menggunakan sesuatu yang baru.
Sedangkan menurut Mitra pada buku tersebut dan pada halaman yang sama, bahwa
inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau dengan
kata lain merupakan mobilisasi pengetahuan, keterampilan teknologis dan
pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru. Namun menurut
Vontana (2009:20), inovasi adalah kesuksesan ekonomi dan sosial berkat
diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam
hubungan antara nilai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen
dan/atau pengguna, komunitas, sosietas dan lingkungan.
Inovasi dilakukan karena ada tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh
manusia. Adapun tujuan inovasi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan Kualitas
Secara umum, tujuan inovasi di berbagai bidang adalah untuk meningkatkan
kualitas dan juga nilai sesuatu hal yang sudah ada, baik itu produk atau layanan.
Dengan adanya inovasi terbaru, diharapkan produk-produk tersebut memiliki
keunggulan dan manfaat yang lebih bernilai dari sebelumnya.
2. Mengurangi Biaya
Inovasi juga bertujuan untuk membantu mengurangi biaya, khususnya biaya
tenaga kerja. Sebagai contoh, sekarang ini banyak diciptakan mesin atau
peralatan yang dapat menggantikan tenaga manusia dalam proses produksi.
Dengan adanya mesin dan peralatan tersebut maka biaya tenaga kerja untuk
produksi akan semakin berkurang. Selain itu, penggunaan mesin dan peralatan
pada proses produksi barang/ jasa tertentu akan menghasilkan kinerja lebih baik.
3. Menciptakan Pasar Baru
Dengan adanya produk yang lebih bernilai tinggi sebagai hasil dari inovasi,
maka hal ini akan menciptakan pasar baru di masyarakat.
4. Memperluas Jangkauan Produk
Salah satu contohnya dapat kita lihat dari bisnis e-commerce seperti saat ini. Para
pengusaha memperluas jangkauan produk mereka dengan memanfaatkan
5. Mengganti Produk/ Layanan
Inovasi juga bertujuan untuk mengganti produk atau layanan yang dianggap
kurang efektif/ efisien. Salah satunya dapat kita lihat inovasi yang terjadi pada
mesin sepeda motor yang sekarang lebih hemat bensin.
6. Mengurangi Konsumsi Energi
Manusia selalu ingin menghemat penggunaan energi, itulah sebabnya ada
banyak sekali inovasi yang dilakukan manusia. Salah satunya adalah adanya
sumber energi terbarukan yang memanfaatkan alam, misalnya tenaga surya,
angin, dan air, sebagai sumber energi listrik.
Menurut Rogers dalam LAN (2007:116) mengatakan bahwa inovasi
mempunyai atribut sebagai berikut:
1. Keuntungan Relatif
Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih
dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai
kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang
membedakannya dengan yang lain.
2. Kesesuaian
Inovasi juga sebaiknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuain
dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang
lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain karena alasan faktor
biaya yang sedikit, namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari
proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih
cepat.
3. Kerumitan
Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat
kerumitan yang boleh jadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi
sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi menawarkan cara
yang lebih baru dan lebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada umumnya
tidak menjadi masalah penting.
4. Kemungkinan Dicoba
Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti mempunyai
keuntungan atau nilai dibandingkan dengan inovasi yang lama. Sehingga
sebuah produk inovasi harus melewati fase “uji publik”, dimana setiap
orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari
sebuah inovasi.
5. Kemudahan diamati
Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi bagaimana sebuah
inovasi bekerja dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Menurut West & Far (Ancok,2012: 34) Inovasi adalah pengenalan dan
penerapan dengan sengaja gagasan, proses, produk, dan prosedur yang baru pada
unit yang menerapkannya, yang dirancang untuk memberikan keuntungan bagi
individu, kelompok, organisasi dan masyarakat luas.
Hampir sama dengan inovasi organisasi menurut Sutarno (2012:134-135)
dalam sebuah organisasi untuk mendorong dan mempromosikan keunggulan
kompetitif. Inti dari inovasi organisasi adalah kebutuhan untuk memperbaiki atau
mengubah suatu produk, proses atau jasa. Inovasi organisasi mendorong individu
untuk berpikir secara mandiri dan kreatif dalam menerapkan pengetahuan pribadi
untuk tantangan organisasi. Semua organisasi bisa berinovasi termasuk untuk
organisasi perusahaan, rumah sakit, universitas, dan organisasi pemerintahan.
Pentingnya nilai, pengetahuan dan pembelajaran dalam inovasi organisasi sangat
penting.
Paparan para ahli di atas mengenai kreatifitas dan inovasi, penulis dapat
menyimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan seseorang dalam
menganalisis sesuatu berdasarkan data dan informasi yang tersedia untuk
melahirkan gagasan, proses, metode juga produk baru yang efektif dan fleksibel,
yang dapat dengan mudah menjadi pemecahan suatu masalah. Kreatifitas tidak akan
terlepas dari inovasi, dimana inovasi berarti mengaplikasikan dari suatu kreativitas.
Dengan memiliki kedua hal tersebut oleh seorang pengusaha maka akan tercipta
karakter seorang pengusaha yang siap berkompetisi di tengah persaingan.
2.1.7. Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis merupakan pedoman untuk mempertajam
rencana-rencana yang diharapkan, karena didalam perencana-rencanaan bisnis ini dapat diketahui
posisi perusahaan saat ini, arah dan tujuan perusahaan, dan cara mencapai sasaran
yang ingin dicapai.
Menurut Hisrich dan Peters (2012) rencana bisnis merupakan dokumen
dan eksternal terkait dalam memulai usaha baru. Dalam pengertian yang lebih
sederhana rencana bisnis didefinisikan sebagai dokumen yangdigunakan oleh
perusahaan selain untuk menggambarkan situasi saat ini juga sebagai usulan bisnis
di masa yang akan datang.
Menurut Richard L. Daft (2007: 265) Perencanaan bisnis adalah dokumen
yang merincikan detail-detail bisnis yang disiapkan oleh seorang wirausahawan
sebelum membuka sebuah bisnis baru.
Dengan melakukan perencanaan bisnis diharapkan pelaku bisnis memiliki
arah dan tujuan untuk menjalankan bisnisnya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dokumen rencana bisnis juga bisa digunakan untuk meyakinkan
pemodal atau calon investor untuk menanamkan modal di
perusahaan.Permasalahan yang harus dijawab dalam suatu rencana bisnis antara
lain :
• Inovasi Keuangan
• Inovasi Pemasaran
• Inovasi Operasi
• Inovasi Sumber Daya Manusia
2.1.7.1. Pemasaran
Pada era sekarang Pemasaran merupakan salah satu faktor yang terpenting
untuk kemajuan dan kesuksesan sebuah perusahaan khususnya perusahaan yang
bergerak dalam bidang barang dan jasa. Aktivitas pemasaran sering di artikan
sebagai aktivitas menawarkan produk dan menjual produk, tapi bila ditinjau lebih
produk saja, melainkan aktivitas yang menganalisa dan mengevaluasi tentang
kebutuhan dan keinginan konsumen dengan mengikuti perkembangan yang terjadi
di masyarakat pada umumnya.
Menurut Kotler dan Armstrong (2014:27) menyatakan The process by which companies create value for customers and build strong customer relationships in order to capture value from customers in return. Definisi tersebut mengartikan bahwa,Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan
nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan,
dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Menurut Hasan (2013:4), “Pemasaran adalah proses mengidentifikasi,
menciptakan dan mengkomunikasikan nilai, serta memelihara hubungan yang
memuaskan pelanggan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Menurut Jhon w. Mullins & Orville C. Walker, Jr (2013:5), marketing is a social process involving the activities necessary to enable iondividuals and organizations to obtain what they need and want through exchange with others and to develop ongoing exchange relationships. Definisi tersebut mengartikan bahwa Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan
yang diperlukan mengaktifkan individuals dan organisasi untuk mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui bertukar dengan lain dan
mengembangkan hubungan bertukar berkelanjutan.
Beberapa definisi pemasaran yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial atau fungsi organisasi
barang-barang dalam rangka memuaskan kebutuhan konsumen. Tujuan
pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga
produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya, idealnya pemasaran
menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana
membuat produknya tersedia.
2.1.7.2. Manajemen Pemasaran Jasa
Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat
penting, karena pemasaran berisi terminology kunci yaitu kebutuhan, keinginan
dan permintaan nilai, kepuasan dan dan kualitas, pertukaran, transaksi dan
hubungan serta pasar. Disamping itu pemasaran bukan hanya sekedar penjualan,
karena penjualan hanya memindahkan produk atau jasa dari produsen kepada
konsumen atau dari pemilik kepada pihak lain. Sedangkan Sedangkan pemasaran
merupakan proses bagaimana produk atau jasa itu cocok dan nyaman dikonsumsi,
dalam rangka untuk mencapai tingkat kepuasan konsumen. Sehingga penjualan
dipandang tidak lagi penting, karena perusahaan harus menciptakan hubungan
yang baik dengan pelanggan dan mempertahankannya.
Menurut Kotler dan Keller (2016:27) Menyatakan bahwa Marketing management as the art and science of choosing target markets and getting , keeping, and growing customers through creating delivering, and communicating superior customer value. Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu dalam memilih target pasar dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan
pelanggan melalui menciptakan pengiriman, dan mengkomunikasikan nilai
Menurut Jaslim Saladin (2012: 3) Manajemen Pemasaran adalah Analisis,
perencanaan, penerapan dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Kemudian menurut Ben M. Enisdi dalam Buchari Alma (2014:130)
mengemukakan bahwa : “Marketing management is the process of increasing the effectiveness and or effeciency by wich marketing activities are performed by individuals or organizations”. Manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari kegiatan pemasaran yang dilakukan
oleh individu atau oleh perusahaan.
Dari paparan para ahli diatas mengenai Manajemen Pemasaran dapat
disimpulkan, bahwa Manajemen pemasaran terjadi ketika satu pihak dalam
sebuah pertukaran potensial berpikir tentang cara-cara untuk mencapai respon
yang diinginkan oleh pihak lain, tujuan perusahaan akan tercapai apabila dalam
menjalankan usahanya dijalani bersamaan dengan pelaksanaan pemasaran yang
baik karena dengan kita melakukan dan melaksanakan manajemen pemasaran
dengan baik maka kita akan dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki
perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
2.1.7.3. Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran merupakan bagian dari konsep pemasaran yang
mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Kotler dan Armstrong
the set of tactical marketing tools that the firm blends to produce the response it wants in the target market. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan di
pasar sasaran.
Menurut Fandy Tjiptono (2014:41), Bauran pemasaran jasa merupakan
seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa
yang ditawarkan kepada pelanggan
Sedangkan menurut Basu Swastha (2002:42) bahwa Marketing Mix adalah kombinasi dari empat variabel atas kegiatan yang merupakan inti dari sistem
pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem
distribusi, sedangkan dalam pemasaran jasa memiliki beberapa alat pemasaran
tambahan seperti people (orang), physical evidence (fasilitas fisik), dan process
(proses), sehingga dikenal dengan istilah 7P maka dapat disimpulkan bauran
pemasaran jasa yaitu product, price, place, promotion, people, physical evidence, and process. . Adapun pengertian 7P menurut Kotler dan Amstrong (2016: 62) sebagai berikut:
1. Produk
Produk (product), adalah mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan
mengubah produk atau jasa yang ada dengan menambah dan mengambil
tindakan yang lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk atau jasa.
Harga (price), adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus menentukan
strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos angkut dan
berbagai variabel yang bersangkutan.
3. Distribusi
Distribusi (place), yakni memilih dan mengelola saluran perdagangan yang dipakai untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga untuk melayani pasar
sasaran, serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengirim dan
perniagaan produk secara fisik.
4. Promosi
Promosi (promotion), adalah suatu yang digunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk atau jasa yang baru pada perusahaan
melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, maupun publikasi.
Dalam pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang bisa dikontrol dan
dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi dan memuaskan konsumen jasa,
elemen tersebut adalah 3P, sehingga bauran pemasarannya menjadi 7P, yaitu:
1. Orang
Orang (People) adalah semua pelaku yang memainkan peranan penting dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari
orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain. Semua
sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian karyawan dan penampilan
karyawan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa.
Fasilitas Fisik (Physical Evidence), merupakan hal nyata yang turut
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk
atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain
lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan
barang-barang lainnya.
3. Proses
Proses (process), adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini memiliki arti
sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam jasa merupakan faktor utama
dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan senang merasakan
sistem penyerahan jasa sebagai bagian jasa itu sendiri.
2.1.7.3. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah rencana yang menjabarkan ekspektasi
perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran
terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Menurut
Kurtz (2013: 42) mendefinisikan Strategi pemasaran adalah sebuah keseluruhan
program perusahaan untuk menentukan target pasar dan memuaskan konsumen
dengan membangun kombinasi elemen dari bauran pemasaran, produk, distribusi,
promosi, dan harga.
Sedangkan menurut Strategi pemasaran menurut Kotler (2012:72) adalah
logika pemasaran dimana perusahaan berharap dapat menciptakan nilai bagi
customer dan dapat mencapai hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan. Dan menurut Chandler (2008:14) sebagaimana yang dikutip oleh Triton PB,
mengartikan strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran
lembaga, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang
penting untuk melaksanakan sasaran ini.
2.1.7.4. Consumer Relationship Management
Customer Relationship Management disingkat CRM adalah strategi bisnis untuk mengoptimalkan profitabilitas perusahaan dengan mempertahankan dan
meningkatkan jumlah pelanggan. Fokus utama strategi ini adalah pada
pengembangan kepuasan pelanggan, diantaranya dengan cara memahami
pelanggan, mempertahankan pelanggan melalui pengalaman pelanggan, menarik
pelanggan baru, memenangkan kontrak, meningkatkan keuntungan, mengurangi
biaya manajemen pelanggan.
Menurut Kotler dan Keller (2008:148), CRM adalah proses mengelola
informasi rinci tentang pelanggan perorangan dan semua titik kontak pelanggan
secara seksama untuk memaksimalkan loyalitas pelanggan. Sedangkan menurut
Yohannes Yahya (2008:82), CRM adalah sebuah strategi bisnis menyeluruh dalam
suatu perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut secara efektif bisa
mengelola hubungan dengan para pelanggan. Dengan demikian melalui CRM
perusahaan dapat melakukan pendekatan sehingga dapat menarik sejumlah
informasi mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Menurut Kalakota dan Robinson (2001:173), tujuan Customer Relationship Management (CRM) adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan hubungan yang sudah ada untuk meningkatkan pendapatan.
Hal ini berarti mempersiapkan pandangan yang komprehensif dari
pelanggan untuk memaksimalkan hubungan mereka dengan perusahaan
baik melalui up-selling atau cross-selling dan pada saat yang sama,
meningkatkan profit dengan identifikasi, menarik perhatian, dan
mempertahankan pelanggan terbaik.
2. Menggunakan informasi yang terintegrasi untuk pelayanan yang
memuaskan. Dengan menggunakan informasi dari pelanggan untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik berdasarkan kebutuhan mereka,
perusahaan dapat menghemat waktu pelanggan dan menyingkirkan segala
kekecewaan dari pelanggan. Sebagai contoh, pelanggan seharusnya tidak
perlu untuk mengulangi informasi yang sama ke berbagai departemen
perusahaan secara terus-menerus. Pelanggan akan senang jika pihak
perusahaan tahu banyak tentang apa yang mereka inginkan.
3. Menciptakan saluran proses dan prosedur komunikasi yang konsisten dan
berulang. Dengan banyaknya saluran komunikasi dengan pelanggan,
semakin banyak pula karyawan yang terlibat di dalam transaksi penjualan.
Tanpa memperhatikan ukuran atau kompleksitas, perusahaan harus
meningkatkan konsistensi proses dan prosedural di dalam pengaturan
terhadap pelayanan, pemasaran dan penjualan.
2.1.7.5. Perencanaan Operasi
Menurut Wright dan Race (2004:14), manajemen operasi jasa didefinisikan
dan memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dan menurut Heizer dan Render
(2014:47), kegiatan operasi jasa memiliki banyak kesamaan seperti adanya standar
kualitas, mendesain dan memproduksi sesuai jadwal sehingga memenuhi
permintaan konsumen, dan dibuat di dalam sebuah fasilitas tempat kerja.
Perencanaan operasi jasa dapat di gambarkan dengan diagram
SIPOC (Supplier, Inputs, Process, Outputs, Customer). SIPOC adalah suatu alat visual yang digunakan untuk mengdokumentasikan proses-proses bisnis dari awal
hingga akhir dan berfungsi untuk mengidentifikasikan elemen-elemen relevan dari
proyek perbaikan yang akan dikerjakan. Diagram SIPOC merupakan suatu diagram
yang biasa digunakan dalam tahap define untuk memberi gambaran secara umum
terhadap proses yang ada (Gaspersz, 2010). Analisis SIPOC mencakup hal-hal
berikut:
1. Suppliers
Orang atau bagian yang mencakup segala sesuatu yang menyediakan
sumber daya sebagai input atau masukan terhadap proses. Suppliers bisa merupakan individual atau perusahaan, dan bisa jadi pihak internal
maupun eskternal yang menyediakan input untuk proses.
2. Inputs
Menentukan material, service, dan/atau informasi yang akan digunakan
oleh suatu proses untuk menghasilkan output dan diberikan oleh
supplier. Input yang digunakan dalam proses, diantaranya termasuk
material, jasa, informasi, SDM, dan sebagainya yang diproses untuk
3. Process
Urutan dari suatu aktifitas atau proses yang ada, biasanya dilakukan
dengan menambahkan value pada input dengan serangkaian aktivitas
yang dapat memberikan nilai bagi input untuk memproduksi output bagi pelanggan.
4. Outputs
Hasil dari proses berupa produk, service, dan/atau informasi yang
bernilai guna bagi customer. hasil dari proses untuk pelanggan internal
dan eksternal. Output ini bisa berupa produk, jasa, informasi, hingga laporan dan dokumen.
5. Customer
Mencakup semua orang atau bagian yang menggunakan output yang
berasal dari proses. pelanggan adalah pihak yang menerima output yang
dihasilkan dari proses. Jika seseorang menerima barang dari pihak
ketiga, maka mereka (dianggap) bukan customer. Customer haruslah pihak yang membawa output tersebut langsung dari unit bisnis, dan
tidak harus menggunakan output tersebut. Contoh pihak yang bisa
menjadi customer adalah manajer, CEO, direksi dan divisi lainnya.
2.1.7.6. Perencanaan Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia akan lebih terarah denngan adanya :
1. struktur organisasi
2. Pembagian Kerja (Job Desk)
3. Spesifikasi Pekerjaan (Job Specification) 4. Kompetensi
Menurut Siswanto (2005:85) struktur organisasi menspesifikasikan pembagian
kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktivitas yang beraneka ragam yang
dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas
kerja. Pengertian lain dari struktur organisasi menurut Robbins dan Coulter
(2007:284) dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan
kerangka itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan.
Menurut William Werther dan Keith Davis “ perencanaan sumber daya manusia adalah proses yang sistematis untuk meramalkan kebutuhan
pegawai(demand) dan ketersedian (supply) pada masa yang akan datang, baik jumlah maupun jenisnya, sehingga departemen SDM dapat merencanakan
pelaksanaan rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan aktivitas yang lain dengan lebih
baik” (Danang Sunyoto, 2012: 35).
Menurut Torrington dan Tan Chwee huat “ perencanaan sumber daya manusia adalah merupakan kegiatan khusus yang berkaitan dengan penentuan
kebutuhan sumber daya manusia perusahaan, baik kebutuhan jangka pendek
maupun kebutuhan jangka panjang” (Danang Sunyoto, 2012: 35).
Menurut Hasibuan (2010:128) struktur organisasi adalah suatu gambar yang
wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung
jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Pengertian lain dari struktur
organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan
kerangka itu tugas-tugas pekerjaan dibagibagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan menurut Robbins dan Coulter (2007:284).
2.1.7.7. Perencanaan Keuangan
Menurut Kasmir dan Jafkar (2012) Financial Aspects, assessing what costs will be incurred and how much the costs will be incurred. Then examine how much revenue will be received, how long reinvested investments, business financing sources, and the prevailing interest rate. (Aspek Keuangan, menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa
besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian meneliti seberapa besar
pendapatan yang akan diterima, seberapa lama investasi yang ditanamkan akan
kembali, sumber pembiayaan bisnis, dan tingkat bunga yang berlaku). Menurut
Kasmir (2014:9), secara umum ada lima jenis laporan keuangan yang biasa
disusun, yaitu :
1. Balance Sheet (Neraca)
Balance Sheet (neraca) merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan
adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan passiva (kewajiban dan
ekuitas) suatu perusahaan.
Income Statement (Laporan laba rugi) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam satu periode tertentu. Dalam
laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber
pendapatan yang diperoleh. Kemudian jug tergambar jumlah biaya dan jenis
jenis yang dikeluarkan selama periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis
modal yang dimiliki pada saat ini. Kenudian, laporan ini juga menjelaskan
perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan arus kas masuk
dan kas keluar perusahaan. Arus kas masuk merupakan pendaatan atau
pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas
keluar dibuat untuk periode tertentu.
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat
berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan
informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan
yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar
pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.
Financial aspect is describe a projection of the amount of funding or startup capital needed, what sources of capital can and will be used, and what
kind of return can be expected on the investment (Investopedia. 2017), Aspek keuangan menggambarkan proyeksi jumlah dana atau modal awal yang dibutuhkan,
sumber modal apa yang dapat dan akan digunakan, dan jenis pengembalian yang
dapat diharapkan dari investasi.
Suryana (2014: 159) Analisis aspek keuangan meliputi komponen –
komponen sebagai berikut
1. Kebutuhan dana
yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan, misalnya besar dana
untuk aktiva/aset tetap, modal kerja, dan pembiayaan awal
2. Sumber dana
Ada beberapa sumber dana yang layak digali, yaitu sumber dana internal
(misalnya modal disetor dan laba ditahan) dan modal eksternal (misalnya
obligasi dan pinjaman)
3. Proyeksi neraca
Sangat penting untuk mengetahui posisi harga untuk menilai investasi
dibutuhkan perencanaan keuangan yaitu
1. Payback Period
Periode Payback merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah
diinvestasikan dari aliran kas masuk (Proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama maka Payback Period (PP) dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan. Rumus
yang digunakan untuk menghitung Payback Period (PP) adalah sebagai berikut.
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 (𝑃𝑃) = Kas Bersih/TahunInvestasi × 1 Tahun
Untuk menghitung Payback Period (PP) yang mempunyai nilai proceeds yang tidak sama setiap tahunya maka dihitung akumulasi proceeds-nya terlebih dahulu sehinga diperoleh akumulasi kas masuk (nol). Apabila
terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk menentukan alternatif
terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai Payback Period
yang paling pendek
2. Net Present Value
Metode Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengurangi kekurangan
Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan
metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih di masa yang akan datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan. Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah
sebaiknya ditolak. Rumus yang digunakan untuk menghitung Net Present
Value (NPV) adalah sebagai berikut.
NPV = ∑ (1+𝑘)𝑡𝐴𝑡
𝑛 𝑡=0
Keterangan:
k = Discount rate yang digunakan
At = Cash flow pada periode t
n = Periode yang terakhir dimana cash flow diharapkan
Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif
investasi yang terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatif investasi
yang mempunyai Net Present Value yang paling besar.
3. Profitability Index
Metode Profitability Index (PI) atau sering disebut dengan Desirability Index (DI) merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays). Rumus yang digunakan untuk menghitung Profitability Index (PI) adalah sebagai berikut.
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (PI) = Biaya InvestasiPV investasi
• Terima jika Profitability Index ≥ 1,00
• Tolak jika Profitability Index < 1,00
Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun maka, seperti halnya dalam NPV untuk menghitung dengan metode
Profitability Index (PI), harus menghitung Present Value dari proceeds
setiap tahunnya terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh
jumlah Present Value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan dari investasi. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif
investasi terbaik ditentukan dengan cara memilih alternatif investasi yang
mempunyai Profitability Index (PI) yang paling besar. 4. Internal Rate of Return
Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek. Maka pada prinsipnya metode ini digunakan untuk
menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya
Internal Rate of Return (IRR) harus dicari dengan trial and error. Rumus yang digunakan untuk menghitung Internal Rate of Return (IRR) adalah sebagai berikut.
IRR = 𝑖1+ 𝑁𝑃𝑉 𝑁𝑃𝑉1
1 − 𝑁𝑃𝑉2 𝑋 (𝑖2− 𝑖1)
𝑖1 = tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1) 𝑖2 = tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1 = net present value 1
2.1.7.8. Analisis SWOT
Teori SWOT (Strengths- Weaknesses- Opportunities- Threats) menurut Wheelen dan Hunger (2012: 16) merupakan sebuah langkah untuk dapat
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Lingkungan eksternal berisi variabel peluang dan
ancaman (oppoturnities and threats) yang berada di luar organisasi dan bukan merupakan hal yang dapat dikontrol oleh pimpinan organisasi dalam jangka waktu
dekat. Lingkungan internal organisasi terdiri dari variabel kekuatan dan kelemahan
(strenghts and weaknesses) yang berada dalam tubuh organisasi itu sendiri dan biasanya tidak dalam kontrol pimpinan organisasi dalam waktu dekat. Yang
termasuk dalam variabel ini adalah struktur, budaya, dan sumber daya organisasi.
Pearce dan Robinson (2003:29) memberikan penjelasan tentang SWOT
sebagai berikut :
a. Kekuatan (strength) adalah sumber daya, ketrampilan, atau keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani
atau ingin dilayani oleh perusahaan.
b. Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan, dan kapabilitas yang secara serius dapat
menghambat kinerja efektif perusahaan
c. Peluang (opportunity) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting
yang tadinya terabaikan, perubahan peraturan, perubahan teknologi,
membaiknya hubungan dengan konsumen dapat memberi peluang
d. Ancaman (threath) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, ancaman merupakan pengganggu utama
dalam organisasi, adanya pesaing, perubahan teknologi, adanya
peraturan baru atau yang direvisi yang dapat menjadi ancaman bagi
keberadaan organisasi.
Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor
strategi perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki (Rangkuti, 2009). Matrik ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.
Tabel 2.1. Matrik SWOT
Faktor-faktor Internal (IFAS) Kekuatan (S) Daftarkan 5-10 faktor- faktor internal Kelemahan (W) Daftarkan 5-10 faktor- faktor eksternal Faktor-faktor Eksternal (EFAS) (EFAS) Peluang (O) Daftarkan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal Strategi (SO)
Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (WO) Buat strategi disini yang memanfaatkan peluang mengatasi ancaman Ancaman (T) Daftarkan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal Strategi (ST)
Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (WT) Buat strategi disini yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Keterangan: 1) Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar mungkin.
2) Strategi ST
Strategi ini dibuat berdasarkan bagaimana perusahaan menggunakan
kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman
3) Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan yang ada.
4) strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta menghindari
ancaman yang ada.
Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi
eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara Analisis TOWS atau SWOT
sebagai berikut :
a) Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan,sedangkan
sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
b) Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :
1. Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilaiy>0 dan sebaliknya
Strategi Defensif Strategi Diversifikasi
2. Kalau kekutan lebih besar daripada kelemahan maka nilaix>0 dan sebaliknya
kalau kelemahan lebih besar daripadakekuatan maka nilai x<0.
Gambar 2.1. Kuadran dalam analisis SWOT
Kuadran III Kuadran I Strategi Turn around strategi Agresif
Kuadran I
• Merupakan posisi menguntungkan
• Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia
dapatmemanfaatkan peluang secara maksimal
• Seyogiayanya dapat menerapkan strategi yang mendukungkebijakan
pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II
• Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai
keunggulan sumber daya.
• Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini menggunakankekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
Kuadran IV Kuadran II FAKTOR EKSTERNAL F A K T O R I N T E R N A L X (+) X (-) Y (-) Y (+)
• Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.
Kuadran III
• Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanyalemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secaraoptimal fokus strategi
perusahaan pada posisi seperti inilah dapatmeminimalkan kendala-kendala
internal perusahaan.
Kuadran IV
• Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan
• Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementarasumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan
• Strategi yang diambil: defensif, penciutan dan likuidasi.
(Rangkuti, 2008).
Lebih lanjut Fred R. David (2011:178-179) menjelaskan bahwa
mencocokkan faktor internal dan eksternal adalah hal yang paling sulit dalam
membuat matriks SWOT karena membutuhkan penilaian yang baik. Dan kemudian
menjelaskan delapan langkah dalam menyusun matriks SWOT :
1. Identifikasi peluang eksternal organisasi.
2. Identifikasi ancaman eksternal organisasi.
3. Identifikasi kekuatan internal organisasi.
4. Identifikasi kelemahan internal organisasi.
5. Cocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal kemudian catat hasilnya
sebagai strategi SO dalam kolom yang sesuai.
6. Cocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal kemudian catat hasilnya sebagai strategi WO dalam kolom yang sesuai.
7. Cocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal kemudian catat hasilnya
sebagai strategi ST dalam kolom yang sesuai.
8. Cocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal kemudian catat hasilnya
sebagai strategi WT dalam kolom yang sesuai.
2.1.8. Timmons Model
Menurut Jeffry Timmons (Bygrave, 2007 : 56) menggambarkan interaksi 3
komponen utama untuk menjadi entrepreneurship yang sukses. Ketiga komponen tersebut adalah kesempatan, seorang wirausahawan dan sumber daya untuk
memulai membangun perusahaan dan membuatnya berkembang. Hubungan ketiga
komponen tersebut digambarkan Timmons sebagai berikut :
Ada tiga komponen penting berdasarkan Jeffry Timmons Framework untuk awal bisnis baru, ketiganya adalah kesempatan atau dorongan dari peluang-peluang,
pengusaha dan tim pendiri dan sumber daya yang dihimpun untuk memulai
organisasi baru dan membuatnya berkembang (Bygrave & Zacharakis, 2011).
Gambar 2.3. Three Driving Forces (Based on Jeffry Timmons Framework)
Menurut model Timmons, peran utama pengusaha untuk menanggulangi
kecocokan dan kesenjangan dari tiga faktor penting kewirausahaan pada waktu
yang tepat. Keberhasilan usaha bisnis tergantung pada kemampuan entrepreneur
untuk memastikan keseimbangan dengan menerapkan kreativitas, kepemimpinan,
serta mempertahankan komunikasi yang efektif.
Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan
usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam arti
financial benefit maupun dalam arti social benefit hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit.
Opportunity
Entrepreneur
Resources
Fits & Gaps Business Plan