• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Afi Rachmat S*)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Afi Rachmat S*)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

112 Afi Rahmat Slamet

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN ISTRI DENGAN PERANAN SUAMI ISTRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI RUMAH DAN BARANG RUMAH TANGGA

DI PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG

Oleh : Afi Rachmat S*)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah dan barang rumah tangga dalam hal ini terdiri dari mebel, barang elektronik serta alat-alat rumah tangga di perumahan Sawojajar. Sampel yang digunakan sebanyak 91 KK. Berdasarkan hasil pengujian dengan uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah, barang elektronik dan mebel (p<0.05), menurut persepsi suami dan istri. Sedangkan hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga, ternyata hanya menurut persepsi istri saja yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (bermakna), sedangkan menurut suami tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (bermakna).

Kata kunci : status pekerjaan istri, peranan suami istri, pengambilan keputusan PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu faktor sosio – ekonomi yang mempunyai pengaruh kuat pada pilihan konsumen adalah status bekerja anggota keluarga. Perubahan status bekerja secara langsung mempengaruhi daya beli, termasuk dalam hal ini adalah adanya kenaikan jumlah pekerja wanita. Pada sisi ekonomi rumah tangga suami istri yang bekerja mempunyai daya beli dan pengeluaran yang lebih besar, sedangkan pada sisi sosial perubahan peran keluarga merupakan akibat meningkatnya proporsi wanita pekerja.

Semakin banyak istri yang bekerja menjadikan istri lebih mandiri. Kemandirian ini akan banyak mempengaruhi pola komunikasi dan sikap dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Hal ini sangat berbeda dengan pola tradisional dimana hanya suami yang bekerja dan semua keputusan atas sesuatu di tentukan oleh suami atau menjadi dominasi suami. Dengan adanya fenomena seperti ini, akan berpengaruh dan merubah perilaku pembelian keluarga termasuk dalam hal wewenang, peranan serta penilaian alternatif yang dilakukan oleh suami istri.

Suami istri dalam pemilihan barang rumah tangga tidak hanya mempertimbangkan kualitas dan merknya saja, tetapi juga jenis dan harganya. Produk barang rumah tangga yang sudah lama beredar di pasar dan diminta oleh konsumen belum tentu akan terus langgeng dan menguasai pasar. Penelitian ini membatasi pada jenis produk barang rumah tangga yang ditawarkan, antara lain terdiri dari beberapa macam yaitu mebel, barang elektronik dan alat – alat rumah tangga. Semua jenis barang rumah tangga ini menawarkan keistimewaan dan keunggulannya agar dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli barang-barang tersebut.

Keputusan pembelian rumah dan barang rumah tangga terdiri dari berbagai unsur atau bagian dari suatu keputusan (sub decisions). Sub keputusan tersebut mempunyai arti

(2)

Afi Rahmat Slamet 113 penting yang berbeda bagi suami atau istri, sehingga memungkinkan suami atau istri mempunyai pengaruh yang berbeda. Sejumlah penelitian telah menemukan hubungan antara peranan struktur keluarga dan kesepakatan suami istri dalam membuat keputusan, sedangkan faktor – faktor penentu yang mempengaruhi keputusan rumah tangga antara lain, usia kepala rumah tangga/keluarga, status perkawinan, kehadiran anak dan status pekerjaan istri. (Engel et al ; 1995 ; Hawkins et al ; 1992).

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

Apakah terdapat hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah dan barang rumah tangga yang terdiri dari mebel, barang elektronik dan alat-alat rumah tangga di perumahan Sawojajar Kota Malang

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah dan barang rumah tangga yang terdiri dari mebel, barang elektronik serta alat-alat rumah tangga di perumahan Sawojajar Kota Malang.

KONTRIBUSI PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan sebagai dasar acuan pengambilan keputusan dalam menentukan kebijaksanaan dan menetapkan strategi pemasaran yang tepat agar rumah dan barang rumah tangga yang terdiri dari mebel, barang elektronik dan alat – alat rumah tangga bisa dikenali dan diminati konsumen.

2. Sebagai referensi bagi rumah tangga terutama jika istri yang bekerja untuk membuat keputusan pembelian rumah dan barang-barang rumah tangga

KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENELITIAN TERDAHULU

Su’ud (1999) melakukan penelitian tentang : “Hubungan antara status Pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah di Kabupaten Sleman”.Dengan kesimpulan bahwa status pekerjaan istri sangat berpengaruh dengan keputusan tentang harga rumah. Hal ini dapat dilihat pada saat harga rumah menjadi keputusan sinkratis apabila istri bekerja, sedangkan suami akan menjadi dominan apabila istri tidak bekerja.

Rohmah (2004) dengan judul ”Perilaku suami istri dalam pengambilan keputusan membeli barang rumah tangga di kelurahan Dinoyo Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengambilan keputusan membeli barang rumah tangga yang terdiri dari rumah, mebel, barang elektronik, serta alat-alat rumah tangga perilaku peranan suami istri ternyata tidak terdapat perbedaan akan tetapi suami istri cenderung sinkratis. Hal ini di dukung data deskriptif yang menyatakan bahwa untuk produk rumah, mebel, barang elektronik serta alat-alat rumah tangga suami dan istri yang banyak menentukan.

(3)

114 Afi Rahmat Slamet

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Keegan et .al (1995) dalam Su’ud (1999) , teori dasar tentang bagaimana mengidentifikasi pelanggan, faktor – faktor yang mempengaruhi dalam memilih dan bagaimana mereka mengambil keputusan pembelian tercakup dalam “model kotak hitam”, yang memaparkan mengenai bagaimana kebutuhan, pikiran dan keyakinan berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perilaku akhir seseorang. Dalam Model ini faktor – faktor Eksternal dan lingkungan mempengaruhi pribadi yang kemudian berproses dengan faktor personal dalam kehidupannya dan akhirnya diaplikasikan dalam proses pengambilan keputusan.

Schiffman dan Kanuk (1994) membagi peranan pembelian dalam keluarga menjadi delapan :

(1) Influencer : Anggota keluarga yang memberikan informasi kepada anggota keluarga yang lain tentang suatu produk atau jasa.

(2) Gatekeeppers : Anggota keluarga yang mempunyai kekuasaan informasi tentang suatu produk atau jasa sampai pada keluarga.

(3) Deciders : Anggota keluarga yang mempunyai kekuasaan untuk menentukan Secara sepihak atau bersama apakah berbelanja, membeli, memakai, mengkonsumsi / menentukan produk / jasa khusus yang menjadi pilihan.

(4) Buyers : Anggota keluarga yang melakukan pembelian informasi kepada anggota keluarga yang lain tentang suatu produk atau jasa.

(5) Prepares : Angota keluarga yang merubah produk menjadi bentuk yang sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga yang lain :

(6) User : Anggota keluarga yang memakai atau mengkonsumsi produk atau jasa tertentu. (7) Maintainners : Anggota keluarga yang melayani atau menyempurnakan produk

sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kepuasaan secara terus menerus.

(8) Disposers : Anggota keluarga yang mempunyai inisiatif memakai atau menghentikan pemakaian suatu produk atau jasa tertentu.

Pengertian Pengambilan Keputusan Keluarga

Peter dan Olson (1999 : III) dalam Su’ud (1999) mendefinisikan “Pengambilan keputusan keluarga (Family Decition Making) adalah merupakan bagaimana anggota keluarga berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain ketika membuat pilihan pembelian”. Orang yang berbeda dalam suatu keluarga dapat memainkan peran social yang berbeda dan juga menampakkan perilaku yang berbeda pada saat mengambil keputusan dan mengkonsumsi barang dan jasa.

Keputusan adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan setiap orang, dalam setiap waktu dan segala tempat. Keputusan yang sering dilakukan adalah keputusan yang menyangkut kegiatan individu. Keputusan juga di definisikan sebagai suatu pengakhiran atau pemutusan dari proses pemikiran tentang suatu masalah, untuk menjawab suatu pertanyaan apa yang harus diperbuat dan untuk menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu.

Dalam proses pengambilan keputusan menurut Kotler (1995:228) terdapat lima tahap yang dilalui konsumen yaitu :

(4)

Afi Rahmat Slamet 115 a. Pengenalan Kebutuhan

b. Pencarian Informasi c. Evaluasi Alternatif d. Keputusan Pembelian e. Perilaku Setelah Pembelian

Sumber : (Kotler, 1995 : 228)

Gambar 1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Peran Suami Istri Dalam Pengambilan Keputusan

Filiatroult dan Ritchie (1980) dalam Su’ud (1999) membagi spesialisasi peran yang dilakukan oleh suami istri dalam pengambilan keputusan membeli produk atau jasa tertentu menjadi empat kategori yaitu :

(1) Keputusan istri dominan : istri mengambil peran dominan dalam pengambilan keputusan membeli produk atau jasa tertentu, contoh : mebel dan alat-alat rumah tangga.

(2) Keputusan suami dominan : suami mengambil peran dominan dalam pengambilan keputusan membeli produk atau jasa tertentu contoh : mobil, asuransi jiwa

(3) Keputusan autonomic : masing – masing suami atau istri mengambil peran sendiri dalam pengambilan keputusan membeli produk atau jasa tertentu secara mandiri, contoh : dasi bagi pria dan kosmetik bagi wanita.

(4) Keputusan sinkratis : masing – masing suami atau istri mengambil peran dominan dalam pengambilan keputusan membeli produk atau jasa tertentu secara bersama – sama (joint

decision) contoh : rumah, pendidikan anak, mengisi masa liburan, nonton film. Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori diatas, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut :

Terdapat hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah dan barang rumah tangga yang terdiri dari mebel, barang elektronik dan alat-alat rumah tangga di perumahan Sawojajar Kota Malang

METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2002:72) Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri sejumlah 1.025 yang berdomisili di wilayah perumahan Sawojajar Kota Malang

Menurut Slovin dalam Umar (1998:74) ukuran sampel dari suatu populasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal.

Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Setelah Pembelian

(5)

116 Afi Rahmat Slamet

Ukuran populasi sebanyak 1.025 pasangan suami istri di wilayah perumahan sawojajar Malang, dan ukuran sampel berdasarkan batas-batas kesalahan yang digunakan dalam rumus tersebut antara lain terdiri dari ±10%, ±15%, ±20%, ±25% (menurut Arikunto). Sedangkan dalam penelitian ini diambil dengan ukuran ± 10% dari besar populasi. Adapun perhitungan sampel sebagai berikut :

n = 2 (0,1) 1.025 1 1.025  n =

10,25

1

1.025

n =

11,25

1.025

= 91,11 (dibulatkan 91)

Jadi jumlah sampel sebanyak 91 KK. Sedangkan jumlah responden sebanyak 182, sebab masing-masing suami dan istri mendapatkan kuisioner.

Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Status pekerjaan istri yang dibagi menjadi dua yaitu :

(1) Istri yang bekerja

(2) Istri yang tidak bekerja/ibu rumah tangga 2. Peranan suami istri dalam pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan pembelian rumah menjadi keputusan suami istri (sinkratis) dan pengambilan keputusan membeli barang rumah tangga, dalam hal ini terdiri dari :

a. Mebel (seperti : Almari, Meja, Kursi) => suami istri (bersama) berperan dalam pengambilan keputusan membeli mebel

b. Barang elektronik (seperti : Televisi, Lemari es, VCD, Radio) => suami istri (bersama) berperan dalam pengambilan keputusan membeli barang elektronik

c. Alat-alat rumah tangga yang meliputi :

1. Peralatan masak (seperti : Kompor, Panci, Rice Cooker) dan Peralatan makan (seperti : Piring, sendok, garpu) => istri cenderung lebih berperan dalam pengambilan keputusan membeli alat-alat rumah tangga.

Definisi Operasional Variabel

Variabel peneitian dapat dioperasionalkan sebagai berikut : Status Pekerjaan Istri (SPI)

Adalah mengenai pekerjaan istri dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Istri yang bekerja (IB)

Yaitu keluarga yang mempunyai istri bekerja, keterlibatan istri lebih besar dibanding keluarga yang mempunyai istri yang tidak bekerja. Hal ini menggambarkan tingkat keterlibatan istri yang bekerja dalam pengambilan keputusan makin tinggi, sehingga peranan pengambilan keputusan mengenai pembelian rumah dan barang rumah tangga ditentukan oleh suami – istri secara bersama (sinkratik)

(6)

Afi Rahmat Slamet 117 b. Istri yang tidak bekerja / ibu rumah tangga (ITB)

Yaitu keluarga yang mempunyai istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, peranan suami paling dominan dalam pengambilan keputusan mengenai pembelian rumah dan barang rumah tangga.

c. Peranan suami istri dalam pengambilan keputusan

Peranan dalam kaitan ini didefinisikan sebagai posisi yang dilakukan suami – istri, baik secara sendiri maupun secara bersama (sinkratik) dalam proses pengambilan keputusan pembelian rumah dan barang rumah tangga.

Pengambilan keputusan pembelian rumah menjadi keputusan suami – istri dimana masing-masing suami atau istri mengambil peran dominan dalam pengambilan keputusan membeli produk tertentu secara bersama-sama. Pengambilan keputusan membeli barang rumah tangga dalam hal ini terdiri dari :

a. Mebel (seperti : Almari, Meja , Kursi) menjadi keputusan istri

b. Barang elektronik (seperti : televisi, lemari es, VCD, Radio) menjadi keputusan istri Alat-alat rumah tangga yang meliputi :

1. Peralatan masak (seperti : kompor, panci, rice cooker) menjadi keputusan istri 2. Peralatan makan (seperti : piring, sendok, garpu) menjadi keputusan istri

Model Penelitian

Gambar 1 Model Penelitian

Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu diperoleh secara langsung dari sumber asli, dengan penyebaran kuesioner yang diberikan pada pasangan suami istri di perumahan Sawojajar Kota Malang

.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Interview

Teknik pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada suami istri yang ada di wilayah perumahan Sawojajar Kota Malang untuk mendapatkan informasi dan melakukan pencatatan secara sistematis mengenai hal yang penting dalam pengambilan keputusan dan yang berhubungan dengan penelitian.

Wewenang Suami Istri Peranan Suami Istri Keputusan Pembelian Usia Kepala Rumah

Tangga/ Keluarga Status Perkawinan

Status Pekerjaan Istri Kehadiran Anak

(7)

118 Afi Rahmat Slamet b. Kuesioner

Teknik pengumpulan data konsumen mengenai karakteristik dan sikap serta jawaban konsumen terhadap pembelian rumah dan barang rumah tangga yang mana dalam penelitian ini meliputi mebel, barang elektronik serta alat-alat rumah tangga melalui daftar pertanyaan.

Pengujian Instrumen Penelitian

Untuk menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya perlu pengujian terhadap item-item yang digunakan, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel.

Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui tingkat kesalahan dari item-item yang digunakan untuk menghitung variabel (Arikunto, 1998:162). Cara menguji validitas suatu item dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi produk moment (R hitung) dengan nilai kritisnya. Adapun R hitung dapat diperoleh dengan rumus

Rxy = ) y ( -y (n ) x ( -x (n ) y ( ) x ( -xy n 2 2 2 2        Dimana :

Rxy = Korelasi produk moment

x = Item y = Total item n = Jumlah sampel

Setelah nilai R diperoleh maka selanjutnya membandingkan antara hasil nilai R yang terdapat dalam tabel nilai kritis. Jika R hitung lebih besar dari nilai R kritis, maka item tersebut dikatakan valid.

Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dalam penelitian dikatakan reliabel bila dapat dipakai dalam waktu yang berbeda tetapi senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Reliabilitas menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukurannya diulang dua kali atau lebih. Pengukuran reliabilitas instrumen dilakukan dengan menguji skor antara item dengan menggunakan rumus :

Rtotal = r . t . t 1 t) . t . (r 2  Dimana :

R total = Angka reliabilitas keseluruhan item r . t . t = Angka korelasi belahan ganjil dan genap

Dengan menggunakan korelasi produk moment pada tingkat signifikansi 0,05 maka apabila angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari nilai kritis berarti item tersebut dikatakan reliabel.

Metode Analisis Data Pengujian Hipotesis

Uji kai kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. Adapun cara menguji kai kuadrat suatu item dapat

(8)

Afi Rahmat Slamet 119 diketahui dengan menggunakan rumus atau dapat menggunakan tabel (Sugiyono, 1999:243). Langkah-langkah uji kai kuadrat adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan hipotesis

Ho :  = 0, artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel-variabel yang ada.

H1 :   0, artinya bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel-variabel yang ada.

b. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi yang diharapkan adalah = 5% atau pada interval keyakinan 95% dengan free of freedom (k – 1) dan (r – 1) dimana k adalah banyaknya observasi dan r adalah banyaknya variabel.

c Menghitung nilai X2

Adapun X2 dapat diperoleh dengan rumus :

 

fh

fh

-fo

X

2 2

Dimana : fo = banyaknya kasus

fh = banyaknya kasus yang diharapkan Kriteria pengujian

Jika Ho diterima bila : harga kai kuadrat hitung lebih kecil dari tabel

Jika Ho ditolak bila : harga kai kuadrat lebih besar atau sama dengan harga tabel. c. Menentukan koefisien kontingensi

Untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya berbentuk nominal yang mempunyai kaitan dengan kai kuadrat yaitu dalam menguji hipotesis komparatif K sampel independen.

Adapun koefisien C dapat diperoleh dengan rumus :

2 2 X N X C   Dimana :

X2 = Besarnya nilai kai kuadrat N = Jumlah anggota sampel

Apabila x2 dilanjutkanke koefisien Cramer maka merupakan uji hubungan (r) karena Cramer menunjukkan tingkat hubungan.r dapat diuji dengan menggunakan rumus :

tHr = 2

r

-1

2

-n

r

dimana : r = Koefisien korelasi

n = Jumlah sampel dalam penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden

Analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk menggambarkan distribusi dari karakteristik responden. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner dari keluarga atau pasangan suami istri yang menjadi responden dalam penelitian ini, diperoleh informasi dan dapat direkapitulasi mengenai karakteristik responden seperti disajikan pada tabel 4. 1 berikut.

(9)

120 Afi Rahmat Slamet

Tabel 1 FREKUENSI DISTRIBUSI KARAKTERISTIK SUAMI-ISTRI

Karakteristik Suami Istri Total

% % % Umur responden 20-29 thn 7 7.7% 16 17.6% 23 25.3% 30-39 thn 36 39.6% 47 51.6% 83 91.2% 40-49 thn 39 42.9% 25 27.5% 64 70.3% ≥ 50 thn 9 9.9% 3 3.3% 12 13.2% Jumlah 91 100.0% 91 100.0% 182 100.0% Pendidikan responden SLTA 37 40.7% 43 47.3% 80 87.9% AKADEMI 29 31.9% 26 28.6% 55 60.4% Sarjana 25 27.5% 22 24.2% 47 51.6% Jumlah 91 100.0% 91 100.0% 182 100.0%

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar para suami berusia antara 40-49 tahun yaitu sebanyak 39 orang (42.9%), para istri mayoritas berusia antara 30-39 tahun (51.6%). Sedangkan usia pasangan suami-istri lainnya sangat bervariasi. Kemudian berdasarkan tingkat pendidikan pasangan suami-istri dapat diketahui bahwa sebagian besar para suami merupakan lulusan SLTA dan yang sederajat yaitu sebanyak 37 orang (40.7%), dan para istri mayoritas juga merupakan lulusan SLTA dan yang sederajat (47.3%).

Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan suami istri, jumlah pendapatan keluarga, lama pernikahan dan jumlah anak dapat disajikan dalam tabel 4. 2 sebagai berikut.

Tabel 2 DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN Frekuensi (orang) Persentase (%) Jenis Pekerjaan Suami

PNS/BUMN/ABRI 26 28.6%

Swasta 65 71.4%

Status Pekerjaan Istri

Bekerja 40 44.0%

IRT 51 56.0%

Jumlah Pendapatan Keluarga

<600 rb 5 5.5% >600 rb-700 rb 2 2.2% >700 rb-800 rb 12 13.2% >800 rb-900 rb 19 20.9% >900 rb-1 juta 22 24.2% > 1 juta 31 34.1% Lama Pernikahan < 10 thn 40 44.0% ≥10 thn 51 56.0% Jumlah Anak 1 4 4.4%

(10)

Afi Rahmat Slamet 121 2 11 12.1% 3 50 54.9% 4 16 17.6% 5 6 6.6% 6 2 2.2% 7 2 2.2%

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar para suami bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 65 orang (71.4%), dan 28.6% bekerja sebagai PNS/BUMN/ABRI. Sedangkan status pekerjaan para istri sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga (56%), dan 44% mempunyai pekerjaan di luar rumah. Jumlah pendapatan keluarga dalam setiap bulan dapat diketahui bahwa sebagian besar pasangan suami-istri tersebut mempunyai pendapatan sebesar di atas 1 juta yaitu sebanyak 31 (34.1%), 24.2% pendapatannya antara 900 ribu sampai dengan 1 juta, sedangkan pendapatan pasangan suami-istri lainnya sangat bervariasi.

Berdasarkan lama pernikahan dapat diketahui bahwa mayoritas mereka telah menikah lebih dari 10 tahun (56%) dan 44% telah menikah kurang dari 10 tahun. Adapun jumlah anak mereka juga bervariasi, namun mayoritas pasangan suami-istri tersebut mempunyai 3 orang anak (54.9%), 17.6% mempunyai 4 orang anak, sedangkan pasangan lainnya mempunyai jumlah anak yang cukup bervariasi.

Pengujian Instrumen (Uji Validitas dan Realibilitas)

Pengujian instrumen penelitian baik dari segi validitasnya maupun reliabilitasnya terhadap 91 responden diperoleh hasil sebagaimana dalam tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Item Instrumen

Variabel Item Validitas Keputusan Koefisien

alpha Korelasi (R) Signifikansi Menurut persepsi suami P.1 0.449 0.000 Valid 0.8221 (Reliabel) P.2 0.807 0.000 Valid P.3 0.814 0.000 Valid P.4 0.507 0.000 Valid Menurut persepsi istri P.1 0.478 0.000 Valid 0.7034 (Reliabel) P.2 0.762 0.000 Valid P.3 0.735 0.000 Valid P.4 0.424 0.000 Valid

Sumber data : Data Primer yang diolah Keterangan :

Jumlah data (observasi) = 91

r tabel = r ( n-2, alpha) = r (89, 0.05) = 0.2050 (interpolasi)

Berdasarkan data dari Tabel 3 menunjukkan semua item pertanyaan mempunyai nilai

Rhitung lebih besar dari Rtabel (0.2050) dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 0.05,

sehingga tidak ada item instrumen yang harus dikeluarkan dari pengujian. Sedangkan untuk reliabilitas menunjukkan bahwa hasil perhitungan standardized item alpha (SIA) lebih besar dari nilai reliabilitas yang diperbolehkan menurut Arikunto (1993), yaitu 0.6. Dengan demikian, maka butir-butir item di atas yang digunakan sebagai pengukur variabel yang akan diuji adalah

(11)

122 Afi Rahmat Slamet

valid dan reliabel. Dengan kata lain, berapa kalipun pertanyaan pada kuisioner ditanyakan kepada responden yang berbeda, maka hasilnya tidak akan terlalu jauh berbeda.

PEMBAHASAN

Keputusan Membeli Rumah

Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah tersebut, maka perlu dibentuk tabulasi silang (crosstabs) yang dapat menggambarkan penyebaran data secara lebih terinci, sebagaimana disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 TABULASI SILANG HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN ISTRI DENGAN PERANAN SUAMI ISTRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI RUMAH Jenis pengambilan keputusan Respon den Pengambil Keputusan

Status Pekerjaan Istri

2 p Bekerja IRT  % % Membeli rumah Suami Suami 0 0% 10 19.6% 8.811 0.003 Istri 0 0% 0 0% Suami- istri 40 100% 41 80.4% Istri Suami 3 7.5% 13 25.5% 7.148 0.028 Istri 2 5% 0 0% Suami- istri 35 87.5% 38 74.5% Sumber: Data primer diolah

Pada hasil tabel 4 silang (crosstabs) di atas menunjukkan bahwa pasangan suami istri dalam mengambil keputusan untuk urusan pembelian rumah mayoritas cenderung dilakukan secara bersama-sama (sinkratis), meskipun istrinya bekerja maupun hanya sebagai ibu rumah tangga saja. Hal ini dapat dibuktikan dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa menurut pengakuan suami, jika istri bekerja, maka yang mengambil keputusan untuk urusan pembelian rumah adalah secara bersama-sama (sinkratis), namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 19.6% keputusan pembelian rumah ada ditangan suami, dan 80.4% dilakukan secara bersama-sama (sinkratis). Sedangkan menurut pengakuan istri, jika istri bekerja, maka 7.5% keputusan pembelian rumah ada ditangan suami, 5% keputusan pembelian rumah ada ditangan istri, dan 87.5% diputuskan secara bersama-sama (sinkratis), namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 25.5% keputusan pembelian rumah ada ditangan suami, dan 74.5% dilakukan secara bersama-sama (sinkratis).

Adapun keterkaitan antara hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah tersebut, dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

(12)

Afi Rahmat Slamet 123 Gambar 2 Pengambilan keputusan membeli rumah

Berdasarkan Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa keputusan untuk urusan pembelian rumah mayoritas cenderung dilakukan secara bersama-sama (suami dan istri) dengan persentase yang terbesar.

Selanjutnya, untuk menguji adanya hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah, maka digunakan uji chi-square (2

) sebagai test independency. Berdasarkan hasil pengujian untuk pendapat suami menunjukkan nilai chi-square hitung sebesar 8.811 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.003

yang lebih kecil dari alpha 0.05 (p<0.05) dan menurut pendapat istri menunjukkan nilai chi-square hitung sebesar 7.148 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.028 (p<0.05), sehingga H0

ditolak dan menerima H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menurut pendapat

suami dan istri ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah.

Keputusan Membeli Mebel

Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli mebel tersebut, maka perlu dibentuk tabulasi silang (crosstabs) yang dapat menggambarkan penyebaran data secara lebih terinci, sebagaimana disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 TABULASI SILANG HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN ISTRI DENGAN PERANAN SUAMI ISTRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI MEBEL Jenis pengambilan keputusan Respon den Pengambil Keputusan

Status Pekerjaan Istri

2 p Bekerja IRT % % Membeli mebel Suami Suami 2 5% 24 47.1% 19.672 0.000 Istri 12 30% 7 13.7% Suami- istri 26 65% 20 39.2% Istri Suami 3 7.5% 24 47.1% 17.611 0.000 Istri 15 37.5% 8 15.7% Suami- istri 22 55% 19 37.3% Sumber: Data primer yang diolah

Menurut Suam i 0% 19.60% 0% 0% 100% 80.40% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri Menurut Isteri 7.50% 25.50% 5% 0% 87.50% 74.50% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri

(13)

124 Afi Rahmat Slamet

Berdasarkan tabel silang (crosstabs) 5 di atas menunjukkan bahwa pasangan suami istri dalam mengambil keputusan untuk urusan pembelian mebel mayoritas cenderung dilakukan secara bersama-sama (sinkratis), tetapi jika istrinya berstatus sebagai ibu rumah tangga maka keputusan lebih dominan berada di tangan suami. Hal ini dapat dibuktikan dari tabel 4.5. di atas yang menunjukkan bahwa menurut pengakuan suami, jika istri bekerja, maka 5% keputusan pembelian mebel ada ditangan suami, 30% berada di tangan istri dan 65% dilakukan secara bersama-sama (sinkratis). Namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 47.1% keputusan pembelian mebel ada ditangan suami, 13.7% berada di tangan istri dan 39.2% dilakukan secara bersama-sama. Sedangkan menurut pengakuan istri, jika istri bekerja, maka 7.5% keputusan pembelian mebel ada ditangan suami, 37.5% keputusan pembelian mebel ada ditangan istri, dan 55% diputuskan secara bersama-sama (sinkratis), namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 47.1% keputusan pembelian mebel ada ditangan suami, 15.7% keputusan pembelian mebel ada ditangan istri, dan 37.3% dilakukan secara bersama-sama (sinkratis).

Adapun keterkaitan antara hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli mebel tersebut, dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 3 Pengambilan keputusan membeli mebel

Berdasarkan Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa keputusan untuk urusan pembelian mebel mayoritas cenderung dilakukan secara bersama-sama (suami dan istri) sebagai salah satu wujud kepedulian bersama dalam melengkapi kebutuhan mebel dalam rumah tangga mereka. Kendati demikian, jika istri berstatus sebagai ibu rumah tangga, maka pengambil keputusan dalam pembelian mebel lebih dominan ditentukan oleh suami.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian untuk pendapat suami menunjukkan nilai chi-square hitung sebesar 19.672 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 yang lebih kecil dari

alpha 0.05 (p<0.05) dan menurut pendapat istri menunjukkan nilai chi-square hitung sebesar

17.611 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 (p<0.05), sehingga H0 ditolak dan menerima

H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menurut pendapat suami dan istri ada

hubungan yang signifikan (bermakna) antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli mebel .

Keputusan Membeli Barang Elektronik

Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli barang elektronik tersebut, maka perlu dibentuk

Menurut Suami 5% 47.10% 30% 13.70% 65% 39.20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri Menurut Isteri 7.50% 47.10% 37.50% 15.70% 55% 37.30% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri

(14)

Afi Rahmat Slamet 125 tabulasi silang (crosstabs) yang dapat menggambarkan penyebaran data secara lebih terinci, sebagaimana disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 TABULASI SILANG HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN ISTRI DENGAN PERANAN SUAMI ISTRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI BARANG ELEKTRONIK Jenis pengambilan keputusan Respon den Pengambil Keputusan

Status Pekerjaan Istri

2 p Bekerja IRT % % Membeli barang elektronik Suami Suami 1 2.5% 29 58.9% 31.502 0.000 Istri 6 15% 1 2% Suami- istri 33 82.5% 21 41.2% Istri Suami 3 7.5% 29 58.9% 25.420 0.000 Istri 8 20% 2 3.9% Suami- istri 29 72.5% 20 39.2% Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel silang (crosstabs) 6 di atas menunjukkan bahwa pasangan suami istri dalam mengambil keputusan untuk urusan pembelian barang elektronik mayoritas cenderung dilakukan secara bersama-sama (sinkratis), tetapi jika istrinya berstatus sebagai ibu rumah tangga maka keputusan lebih dominan berada di tangan suami. Hal ini dapat dibuktikan dari tabel 4.6. di atas yang menunjukkan bahwa menurut pengakuan suami, jika istri bekerja, maka 2.5% keputusan pembelian barang elektronik ada ditangan suami, 15% berada di tangan istri dan 82.5% dilakukan secara bersama-sama (sinkratis). Namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 58.9% keputusan pembelian barang elektronik ada ditangan suami, 2% berada di tangan istri dan 41.2% dilakukan secara bersama-sama

(sinkratis). Sedangkan menurut pengakuan istri, jika istri bekerja, maka 7.5% keputusan

pembelian barang elektronik ada ditangan suami, 20% keputusan pembelian barang elektronik ada ditangan istri, dan 72.5% diputuskan secara bersama-sama (sinkratis). Namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 58.9% keputusan pembelian barang elektronik ada ditangan suami, 3.9% keputusan pembelian barang elektronik ada ditangan istri, dan 39.2% dilakukan secara bersama-sama (sinkratis).

Adapun keterkaitan antara hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli barang elektronik tersebut, dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

(15)

126 Afi Rahmat Slamet

Gambar 4 Pengambilan keputusan membeli barang elektronik

Berdasarkan Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa keputusan untuk urusan pembelian barang elektronik mayoritas cenderung dilakukan secara bersama-sama (suami dan istri) sebagai salah satu wujud kepedulian bersama dalam melengkapi kebutuhan barang elektronik dalam rumah tangga mereka. Tetapi apabila istri tidak bekerja, maka pengambilan keputusan lebih dominan dipegang oleh suami.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian untuk pendapat suami menunjukkan nilai chi-square hitung sebesar 31.502 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 yang lebih kecil dari

alpha 0.05 (p<0.05) dan menurut pendapat istri menunjukkan nilai chi-square hitung sebesar

25.420 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.000 (p<0.05), sehingga H0 ditolak dan menerima

H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menurut pendapat suami dan istri ada

hubungan yang signifikan (bermakna) antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli barang elektronik dalam rumah tangga.

Keputusan Membeli Peralatan Rumah Tangga

Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga tersebut, maka perlu dibentuk tabulasi silang (crosstabs) yang dapat menggambarkan penyebaran data secara lebih terinci, sebagaimana disajikan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 TABULASI SILANG HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN ISTRI DENGAN PERANAN SUAMI ISTRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI PERALATAN RUMAH TANGGA Jenis pengambilan keputusan Respon den Pengambil Keputusan

Status Pekerjaan Istri

2 p Bekerja IRT % % Membeli peralatan rumah tangga Suami Suami 0 0% 0 0% 1.604 0.205 Istri 40 100% 49 96.1% Suami- istri 0 0% 2 3.9% Istri Suami 2 5% 0 0% 7.368 0.025 Istri 38 95% 45 88.2% Suami- istri 0 0% 6 11.8% Menurut Suami 2.50% 58.90% 15% 2% 82.50% 41.20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri Menurut Isteri 7.50% 58.90% 20% 3.90% 72.50% 39.20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri

(16)

Afi Rahmat Slamet 127 Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel silang (crosstabs) 7 di atas menunjukkan bahwa pasangan suami istri dalam mengambil keputusan untuk urusan pembelian peralatan rumah tangga mayoritas cenderung dilakukan oleh istri. Hal ini dapat dibuktikan dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa menurut pengakuan suami, jika istri bekerja, maka 100% berada di tangan istri, baik pada jika istri bekerja maupun hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga saja. Namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 96.1% berada di tangan istri dan 3.9% dilakukan secara bersama-sama (sinkratis). Sedangkan menurut pengakuan istri, jika istri bekerja, maka 5% keputusan pembelian peralatan rumah tangga ada ditangan suami, 95% keputusan pembelian peralatan rumah tangga ada ditangan istri. Namun jika istri tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja, maka 88.2% keputusan pembelian peralatan rumah tangga ada ditangan istri, dan 11.8% dilakukan secara bersama-sama.

Adapun keterkaitan antara hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga tersebut, dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4. Pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga

Berdasarkan Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa keputusan untuk urusan pembelian peralatan rumah tangga mayoritas cenderung dilakukan oleh istri, sebagai orang yang paling mengetahui dan memahami kebutuhan peralatan dalam rumah tangga dibandingkan dengan suami.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengujian untuk pendapat suami menunjukkan nilai chi-square hitung sebesar 1.604 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.205 yang lebih besar dari

alpha 0.05 (p>0.05) sehingga H0 diterima. Sedangkan menurut pendapat istri menunjukkan

nilai chi-square hitung sebesar 7.368 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.025 (p<0.05),

sehingga H0 ditolak dan menerima H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menurut

pendapat suami menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga. Namun menurut pendapat istri menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga. Sedangkan menurut persepsi suami menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (bermakna, p>0.05)) antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan untuk membeli peralatan rumah tangga.

Apabila X2 dilanjutkan ke koefisien Cramer maka merupakan uji hubungan (r) Menurut Suami 0% 0% 100% 96.10% 0% 3.90% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri Menurut Isteri 5% 0% 95% 88.20% 0% 11.80% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Bekerja IRT

Status pekerjaan isteri

Pe rs e n ta s e (% ) Suami Isteri Suami- isteri

(17)

128 Afi Rahmat Slamet

Tabel 8 HASIL PERHITUNGAN KOEFISIEN CRAMER

Variabel Koefisien Cramer

a. Peranan suami

1. Pembelian rumah 0,311

2. Pembelian mebel 0,465

3. Pembelian barang elektronik 0,588

4. Pembelian peralatan rumah tangga 0,133 b. Peranan istri

1. Pembelian rumah 0,280

2. Pembelian mebel 0,440

3. Pembelian barang elektronik 0,529

4. Pembelian peralatan rumah tangga 0,285

Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan koefisien Cramer (yang merupakan uji hubungan) peranan suami istri dalam pembelian rumah, mebel, barang elektronik, serta alat-alat rumah tangga mempunyai hubungan yang sangat signifikan kecuali pada peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga, ternyata hanya menurut persepsi istri saja yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, sedangkan menurut suami tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada tingkat  = 5% dengan koefisien Cramer sebesar 0,133.

Dengan demikian pengambilan keputusan untuk membeli rumah, mebel, barang elektronik masing-masing cenderung sinkratis, sedangkan untuk pembelian peralatan rumah tangga secara deskriptif lebih cenderung ditentukan oleh istri, baik istri yang bekerja maupun sebagai ibu rumah tangga.

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

Pada hasil pengujian dengan uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah, barang elektronik dan mebel (p<0.05), menurut persepsi suami dan istri. Sedangkan hubungan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli peralatan rumah tangga, ternyata hanya menurut persepsi istri saja yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (bermakna), sedangkan menurut suami tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (bermakna).

SARAN

Berdasarkan simpulan dan pembahasan hasil penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

Dengan mengetahui hasil temuan baru dari penelitian ini yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan istri dengan peranan suami istri dalam pengambilan keputusan membeli rumah dan barang rumah tangga, maka hal ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pasangan suami istri agar mereka bisa dengan lebih

(18)

Afi Rahmat Slamet 129 bijaksana dalam menempatkan diri sesuai dengan kodratnya masing-masing. Selain itu, pasangan suami istri tersebut juga diharapkan agar dapat bekerja sama dalam mengambil keputusan apapun untuk kebaikan bersama, sehingga tidak ada diskriminasi gender dalam rumah tangganya dalam urusan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, perlu dibina dan dijaga hubungan komunikasi yang baik diantara pasangan suami istri tersebut, sehingga akan terbina kerjasama antara suami istri untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis dan bahagia sesuai harapan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Muh. Su’ud. 1999. Jurnal Ekonomi, Fakultas Ekonomi, No. 17 Mei-September, Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha.

Handoko, Hani; Swastha, Basu, 1997. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku

Konsumen, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Kotler, Philip, 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Alih Bahasa, AB. Susanto, Jilid II, Edisi Pertama Jakarta: Salemba Empat.

Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan Implementasi dan

Kontrol, Terjemahan Hendra Teguh: Ronny A. Rusli, Jilid II Edisi Kesembilan, Jakarta:

Prenhallindo.

Kotler, Philip, 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis Perencanaan

Implementasi dan Pengendalian, Alih Bahasa, AB. Susanto, Buku I Edisi Pertama Indonesia :

Salemba Empat.

Rohmah, Lailatul, 2004, Perilaku Suami Istri dalam Pengambilan Keputusan Membeli

Barang Rumah Tangga di Kelurahan Dinoyo Malang, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas

Islam Malang.

Tjiptono, Fandy, 1995. Strategi Pemasaran, Edisi Pertama Yogyakarta : Andi Offset Yogyakarta.

Nazir, Moh, 1988. Metode Penelitian, Cetakan ke 3, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sugiarto, dkk, 2001. Teknik Sampling, Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Umar, Husein, 1998. Riset Akuntansi, Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Al Gifari, 2003. Statistika Induktif, Edisi II, Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Gambar

Gambar 1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen  Peran Suami Istri Dalam Pengambilan Keputusan
Gambar 1 Model Penelitian
Tabel 1 FREKUENSI DISTRIBUSI KARAKTERISTIK SUAMI-ISTRI
Tabel 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Item Instrumen  Variabel  Item  Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tolok ukur kondisi Sosial (sesuai baku mutu/ penera/ volume target Nilai Besaran Parameter Indikator Sosial setelah Pengelolaan Sosial 1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13

merencanakan arah jabatan atau karier. Bagi siswa yang masih kesulitan dalam.. menentukan kariernya, maka di sekolah SMA Gapura ini terdapat konselor

1) Pasal 160 ayat (3) KUHAP saksi harus mengucapkan sumpah atau janji (sebelum memberikan keterangan). 2) Keterangan saksi harus mengenai peristiwa pidana yang saksi

Master Plan ITS Tahun 2015 yang diperoleh dari Pusat Implementasi Master Plan ITS (PIMPITS). Foto bangunan Gedung UPMB, UPMS dan Teknik Geomatika Kampus ITS Surabaya. Selain

Pasar tradisional selama ini lebih diidentikan sebagai tempat kumuh, kotor, semrawut, becek, bau, sumpek, sumber kemacatan, sarang preman dan seterusnya. Singkat kata

Pada buah yang tidak disarung apabila kondisi lingkungan mendukung perkembangan spora, akan memberi peluang yang lebih besar untuk diserang penyakit busuk buah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh institutional ownership dan insider ownership terhadap firm performance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan dan sikap Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di