• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Lapang [f34070102]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktik Lapang [f34070102]"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

a

ANALISA POTENSI BIOMASSA

PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU

TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

Oleh:

EKO NOPIANTO S.

F34070102

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

b

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

ANALISA POTENSI BIOMASSA

PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU

TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI

Oleh:

EKO NOPIANTO S.

F34070102

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(3)

c

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISA POTENSI BIOMASSA

PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU

TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

EKO NOPIANTO S.

F34070102

Disetujui:

Bogor, Oktober 2010

Pembimbing Akademik

Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi

NIP. 1962 0821198703 2 003

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, ridho serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Lapangan ini yang berjudul “Analisa Potensi Biomassa Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT.Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu, Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi”. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil praktik lapangan penulis selama 40 hari yang dilaksanakan di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Panitia Praktik Lapangan Fakultas Teknologi Pertanian tahun 2010, yaitu kepada Bapak

Dr.Ir. I Wayan Astika, M.Si. selaku Koordinator Panitia Praktik Lapang, Bapak Ir. Andes Ismayana, MT dan Dr.Ir. Endang Warsiki, MT selaku Satgas Praktik Lapang Departemen

Teknologi Industri Pertanian, dan Ibu Ratna Wati selaku Sekretaris Praktik Lapang.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, M.Si. selaku pembimbing akademik penulis yang telah banyak membantu serta meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam berbagai hal.

3. Ibu Atik Endang Kusdarwati, SH, ST selaku Manager HRD PT. Inti Indosawit Subur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Praktik Lapang pada pabrik tersebut.

4. Bapak Ir. Medi Syahputra Saragih selaku Manager Mill, PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu, yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan praktik lapang pada Pabrik tersebut.

5. Bapak Tatar Simanjuntak. STP selaku Asisten Maintenance PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dan sekaligus sebagai Pembimbing Lapangan Penulis telah banyak membantu, mengajari dan memotivasi penulis dalam melaksanakan praktik lapangan serta dalam penyusunan Laporan Praktik Lapang.

6. Bapak Daniel Novianda selaku Kepala Tata Usaha (KTU) dan seluruh Staff dan Karyawan PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan Praktik Lapang.

7. Bapak, Ibu, Pakde Nuril Anwar, Pakde Sugiatno, beserta adik-adik penulis yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis selama Praktik Lapang dan semenjak penulis kecil hingga saat ini.

8. Kepada seluruh teman-teman penulis yang telah membantu penulis, memberikan masukan serta motivasi kepada penulis.

Demikanlah Laporan Praktik Lapang ini penulis susun, mudah-mudahan dapat memberikan banyak manfaat kepada semua pihak yang membacanya.

Bogor, September 2010

(5)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ...iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 1

C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN ... 2

D. METODOLOGI ... 2

II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ... 4

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN ... 4

B. LOKASI DAN TATA LETAK PERUSAHAAN ... 4

C. ORGANISASI PERUSAHAAN ... 4

III. PROSES DAN SARANA PRODUKSI ... 8

A. PANEN ... 8

B. PROSES PRODUKSI ... 9

C. SARANA PENUNJANG PRODUKSI ... 14

D. RENDEMEN DAN LOSSES ... 21

IV. ANALISA POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BIOMASSA... 27

A. JENIS LIMBAH BIOMASSA ... 27

B. MONITORING LIMBAH ... 31

C. HASIL ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ... 32

V. PEMBAHASAN ... ... 34

A. PANEN ... 34

B. PROSES PRODUKSI ... 36

C. TEKNOLOGI PENGOLAHAN & PEMANFAATAN LIMBAH BIOMASSA ... 49

VI. PENUTUP ... 53

A. SIMPULAN ... 53

B. SARAN ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(6)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Kelapa Sawit Varietas Dura,Psifera, dan Tenera ... 8

Table 2. Jenis, Potensi, dan Pemanfaatan Biomassa di Pabrik Kelapa Sawit ... 27

Tabel 3. Spesifikasi Baku mutu Limbah Cair mentah Pabrik Kelapa Sawit ... 31

Tabel 4. Baku Mutu limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Aplikasi Lahan (Land Application) ... 31

Tabel 5. Hasil Uji Bapedalda Provinsi Jambi terhadap air limbah ke Land Aplikasi tanggal 17-30 Juni 2010 ... 32

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Varietas Kelapa Sawit (Dura, Tenara, Psifera) ... 8

Gambar 2. Jembatan Timbang (Weight Bridge) ... 10

Gambar 3. Loading Ramp dan Perron ... 10

Gambar 4. Sterilizer ... . 11

Gambar 5. Lori ... 11

Gambar 6. Stasiun Threser ... 11

Gambar 7. Stasiun Press ... 12

Gambar 8. Stasiun Klarifikasi ... 12

Gambar 9. Stasiun Nut dan Kernel ... 13

Gambar 10. Bagan limbah biomassa hasil pengolahan TBS ... 13

Gambar 11. Tangki Timbun (Storage Tank) ... 14

Gambar 12. Bulk Kernel Silo ... 14

Gambar 13. Gambar Penampang Melintang Boiler ... 16

Gambar 14. Ruang Pembakaran Boiler ... 17

Gambar 15. Water Treatment Plant ... 19

Gambar 16. Softener Plant dan Deaerator ... 21

Gambar 17. Kolam Limbah (IPAL) ... 27

Gambar 18. Aplikasi Limbah Pupuk Limbah Cair (Land Aplikasi) ... 28

Gambar 19. Janjang Kosong ... 30

Gambar 20. Asap hitam buangan Boiler ... 30

(8)

v

Gambar 22. Meja dan Contoh Sortasi TBS ... 35

Gambar 23. Gambar Material Balance proses ... 36

Gambar 24. Pemanfaatan Biomassa di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu ... 49

(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan ... 57

Lampiran 2. Peta Afdaeling Plasma ... 58

Lampiran 3. Peta Tahun Tanam Tanaman Plasma ... 59

Lampiran 4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ... . 60

Lampiran 5. Tabel Losses Produksi Bulan Juni Semester 1 ... 61

(10)

1

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Provinsi Jambi mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Laju pertumbuhan areal perkebunan kelapa sawit yang ditandai dengan booming kelapa sawit sejak tahun 1995, serta adanya pencanangan program kebun kelapa sawit sejuta hektar oleh Gubernur Jambi pada tahun 2000, menghasilkan pertumbuhan luas lahan kelapa sawit yang cukup tinggi di Provinsi Jambi dan kenaikan produksi CPO. Kenaikan produksi TBS dan CPO tersebut menyebabkan semakin tingginya potensi pengembangan industri hilir kelapa sawit. Demikian pula produk sampingnya pada proses pengolahan TBS menjadi CPO seperti sabut (fiber), cangkang, limbah cair dan limbah padat (sludge) belum dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan komersial, walaupun sebagian sudah dimanfaatkan untuk bahan bakar biomassa dan pupuk. Hal inilah yang membuat diri saya tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang potensi yang terdapat dalam limbah biomassa kelapa sawit yang masih dapat di kembangkan dan diambil nilai ekonomisnya.

CPO yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit hanya sekitar 23% (rendemen) dan sisanya adalah by-product. Menurut Utomo (2001), by-Product yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit tergolong sangat tinggi, yaitu limbah cair sebanyak 8,5% dan limbah padat sebanyak 68%. Limbah padat ini berupa tandan buah kosong (16%), serat perasan buah (26%), bungkil inti sawit (4%), cangkang (6%), solid (3%) dan limbah lain (13,5%). Dengan demikian potensi biomassa tersebut cukup besar bilamana dapat dimanfaatkan menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomis, dan dapat menciptakan lapangan kerja khususnya bagi usaha kecil dan menengah.

Untuk meningkatkan nilai tambah produksi CPO serta penerapan “Produksi Bersih”, ISO 14001 (Environmental Management Sistem), konversi limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat sangat penting untuk dilakukan. Selama ini pemanfaatan limbah kelapa sawit (khususnya limbah padat) yang melimpah di Indonesia, umumnya masih terfokus sebagai bahan baku pakan ternak. Padahal dengan kandungan senyawa yang penting yang ada pada ampas kelapa sawit, produksi hilir dengan pemanfaatan ampas kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan.

B. TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya praktik lapangan ini adalah:

1. Mempelajari proses pengolahan kelapa sawit di PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu.

2. Mempelajari teknologi pengolahan limbah hasil pengolahan kelapa sawit di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu.

3. Mempelajari dan menganalisis profil limbah dan potensi pemanfaatannya sebagai bahan baku industri hilir.

(11)

2

C. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Kegiatan praktik lapang ini dilaksanakan selama dua bulan (40 hari kerja efektif) dari tanggal 23 Juni sampai 21 Agustus 2010. Tempat pelaksanaan kegiatan ini di PT. Inti Indosawit

Subur PMKS Tungkal Ulu.

D. METODOLOGI

1. Praktik Kerja Langsung

Praktik kerja langsung bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Melalui latihan kerja dan aplikasi yang telah diperoleh di bangku kuliah. Pelaksanaan praktik kerja ini diarahkan dan dibimbing langsung oleh pembimbing lapangan.

2. Pengumpulan Data

Data yang relevan diperlukan untuk mendukung identifikasi, perumusan dan pemecahan masalah, sesuai dengan bidang keahlian secara sistematis dan interdisiplin. Data yang dikumpulkan dibagi kedalam dua aspek yaitu aspek umum dan aspek spesifik.

1. Aspek Umum

Aspek umum yang dikaji meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, lokasi dan tata letak, organisasi dan ketenagakerjaan, jenis dan spesifikasi produk, serta rencana pengembangan pabrik di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu.

2. Aspek Spesifik

Aspek khusus yang dikaji berupa penelaahan bahan dan sarana produksi, proses produksi, teknologi pengolahan limbah, serta melakukan profiling limbah secara umum dan khusus untuk mengetahui potensi pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk pengembangan industri hilir.

Untuk mengumpulkan data pada aspek umum dan aspek spesifik, digunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan.

b. Pengamatan di Lapangan

Dilakukan dengan mengamati secara langsung seluruh kegiatan di industri yang bersangkutan.

c. Wawancara

Dilakukan untuk mengklarifikasi berbagai permasalahan di lapangan dengan menanyakan langsung kepada pihak terkait.

(12)

3

d. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Limbah

Analisis ini dilakukan dalam rangka profiling limbah secara umum dan khusus. Secara umum meliputi jumlah limbah dan parameter kualitas (BOD, COD, dan TS). Sedangkan secara khusus analisis ini dilakukan untuk menghitung jumlah kandungan minyak dalam limbah padat berupa fibre kelapa sawit untuk mengetahui potensi pemanfaatannya dalam pengembangan industri hilir .

(13)

4

II.

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

PT. Inti Indosawit Subur awalnya hanya beroperasi di Gunung Melayu Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Berdasarkan Inpres No.1 Tahun 1986 tentang pembangunan kebun pola PIR-Trans, PT. Inti Indosawit Subur diberi kesempatan dan kepercayaan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk ikut serta dalam pembangunan kebun pola PIR-Trans. Dewan komisaris PT. Inti Indosawit Subur memulai pembangunan kebun pola PIR-Trans di wilayah Riau tahun 1986/1987 di Kabupaten Kampar, Indra Gili Ulu, dan Kabupaten Bengkalis untuk 12.000 kepala keluarga transmigrasi. PT. Inti Indosawit Subur mendapat kepercayaan untuk membangun kebun kelapa sawit pola PIR-Trans lagi di wilayah Jambi untuk Kabupaten Tanjung Jabung (karena pemekaran sekarang menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur) dan Kabupaten Batang Hari untuk 8.000 kepala keluarga transmigran karena keberhasilannya pada kebun kelapa sawit pola PIR-Trans di Provinsi Riau tersebut.

PT. Inti Indosawit Subur telah melaksanakan pengalihan kebun pada wilayah Kabupaten Batang Hari tahun 1995/1996 dengan luas areal 4.640 Ha. Pada tahun 1998 dengan perkembangan perusahaan yang begitu pesat, PT Inti Indosawit Subur bergabung dengan PT. Supra Matra Abadi dan PT lain menjadi satu group besar bernama Asian Agri Abadi Group yang berkantor pusat di Medan. Asian Agri memiliki perkebunan dan pabrik pengolahan hasil di wilayah Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Saat ini PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki perkebunan Inti seluas 4827 ha, dan PIR seluas 10277 ha.

B. LOKASI PABRIK DAN PROFIL AREAL PERKEBUNAN

PT. Inti Indosawit Subur Kebun Tungkal Ulu memiliki kantor pusat yang beralamat di Medan dan kantor cabang (regional office) di Jl H. Yunus Sanis No. 12C, RT.02 Kebun Handil- Kota Jambi.

C. ORGANISASI PERUSAHAAN

1. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan kerjasama dari pekerja atau unit kerja yang mempunyai tujuan yang sama dan di dalamnya telah diperinci tugas, wewenang tanggung jawab, serta koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam operasionalnya sehari-hari, pabrik PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dipimpin oleh Manager Pabrik yang membawahi bagian pengolahan, bagian laboratorium, bagian workshop, dan bagian kantor. Untuk lebih lengkap, struktur organisasi perusahaan dapat dilihat di lampiran 1.

Adapun tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Bagian Proses

Bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan segala kelancaran operasional proses produksi seperti mengontrol losses dan mutu produksi sesuai standar perusahaan dan memberi petunjuk kepada operator berkenaan dengan

(14)

5

pengoperasian mesin serta mengatur urusan delivery produk dan mengatur penyimpanan produk akhir pada storage tank.

2. Bagian Laboratorium

Bertugas menganalisa kualitas bahan baku yang masuk, menganalisa losses pada proses produksi, dan kualitas hasil produksi yang siap dipasarkan. Hasil analisa tersebut kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan, apabila terjadi penyimpangan maka segera dilaporkan pada bagian pengolahan untuk ditangani lebih lanjut.

3. Bagian Workshop

Bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan mesin-mesin (service and maintenance) produksi, mesin pembangkit tenaga untuk menunjang operasional perusahaan.

4. Bagian Kantor dan Umum

Bertugas mengurus administrasi, personalia, sistem penggajian, perencanaan distribusi, perencanaan produksi, menyiapkan laporan per bulan, dan mengawasi inventarisasi.

2. Ketenagakerjaan

2.1 Status Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu tediri dari staf dan karyawan. Staf merupakan orang yang dipilih oleh pihak manajemen perusahaan pusat yang telah menjalani training dan lolos seleksi yang memiliki tanggung jawab terhadap bidang yang ditanganinya. Setiap staf pada perusahaan ini akan mengalami perputaran tempat kerja selama kurang lebih 4-5 tahun kerja yang diatur oleh manajemen perusahaan pusat.

Karyawan merupakan orang atau tenaga kerja tetap setempat yang bekerja pada pabrik yang diseleksi oleh pimpinan unit setempat dan memiliki kesepakatan kerja antara kedua belah pihak. Karyawan pada PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:

1. SKU-B (Sistem Kerja Upah Bulanan), merupakan karyawan yang telah terikat

perjanjian dengan pihak perusahaan yang menerima gaji sesuai dengan pangkat golongan yang dimilikinya dan mendapatkan tunjangan keluarga sebagai tunjangan tidak tetap.

2. SKU-H (Sistem Kerja Upah Harian), merupakan karyawan yang telah terikat

perjanjian dengan pihak perusahaan yang mendapat gaji pokok sesuai dengan UMP dan mendapatkan tunjangan keluarga sebagai tunjangan tidak tetap.

3. PHL (Pekerja Harian Lepas), merupakan karyawan yang bekerja pada perusahaan

yang tidak terikat oleh perjanjian kerja dengan pihak perusahaan. PHL pada perusahaan ini menerima gaji sesuai dengan Upah Minimum Provinsi (UMP).

Jumlah tenaga kerja yang ada pada PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu adalah 8 orang staf dan 114 orang karyawan yang terdiri dari 3 orang tenaga kerja PHL dan sisanya SKU-H dan SKU-B. karyawan pada pabrik ini hampir 96% terdiri dari karyawan laki-laki. Status karyawan baik PHL, SKU-H, SKU-B ditentukan oleh pimpinan perusahaan setempat. Karyawan yang baru biasanya akan menjadi karyawan PHL terlebih dahulu sebagai uji coba terhadap kinerja dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Kenaikan tingkat atau golongan untuk setiap

(15)

6

karyawan ditentukan oleh kinerja karyawan tersebut berdasarkan penilaian pimpinan setempat, jangka waktu kenaikan tingkat tidak dapat ditentukan berdasarkan lamanya karyawan bekerja pada perusahaan.

Staf merupakan tenaga kerja yang ditetukan oleh manajemen pusat. Status staff dapat dimiliki oleh tenaga kerja baru yang mengikuti recruitment terhadap staf, lolos seleksi dan telah mengikuti training, sedangkan untuk karyawan, dapat menjadi staf apabila telah menjabat sebagai mandor selama kurun waktu tertentu yang telah ditentukan dari lolos seleksi serta lulus training untuk menjadi staf.

2.2 Waktu Kerja Karyawan

Jumlah jam kerja karyawan 7 jam per hari pada hari senin sampai jumat, dan 5 jam perhari untuk hari sabtu, sehingga jumlah jam kerja karyawan 40 jam perminggu.

2.3 Sistem Penggajian dan Tunjangan karyawan

Sistem penggajian terhadap karyawan dan staf dilakukan selama 1 bulan sekali, dengan waktu yang ditentukan oleh pihak manajemen pusat. Penggajian terhadap karyawan dikelola oleh manajemen perusahaan setempat, sedangkan untuk staf dikelola oleh manajemen perusahaan pusat.

Tunjangan diberikan kepada karyawan berupa tunjangan keluarga dan tunjangan hari raya. Besarnya tunjangan keluarga yang diterima sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah maksimum anak yang mendapat tunjangan sebanyak 3 orang. Tunjangan hari raya biasanya diberikan beberapa hari sebelum hari raya idul fitri, tunjangan yang dberikan ini sebesar satu bulan gaji pokok.

2.4 Fasilitas Karyawan

PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memberikan beberapa fasilitas terhadap setiap karyawan. Fasilitas yang diberikan berupa tempat tinggal dinas yang berada di kawasan perkebunan. Perumahan tersebut merupkan asset perusahaan yang dipergunakan untuk kesejahteraan karyawan. Perumahan tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang bersumber dari pengelolaan air bersih pabrik dan juga listrik yang bersumber dari pabrik. Selain itu karyawan juga diberi fasilitas untuk kesehatan karyawan berupa poliklinik. Poliklinik merupakan tempat berobat gratis untuk setiap karyawan ataupun keluarga karyawan yang terdaftar pada perusahaan dengan membawa surat berobat yang telah disetujui oleh pimpinan perusahaan setempat. Poliklinik ini bertempat di tengah-tengah perumahan karyawan. Selain perumahan untuk karyawan terdapat pula perumahan untuk staf yang telah disiapkan oleh perusahaan.

2.5 Kesehatan dan keselamatan Kerja Karyawan

Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu pabrik dengan resiko terhadap keselamatan kerja yang cukup tinggi, oleh karena itu pada pabrik ini diterapkan perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Setiap karyawan yang bekerja dipabrik maupun yang memasuki kawasan pabrik diharuskan untuk mengenakan alat pelindung diri (APD) berupa safety helmet, sarung tangan, ear plug dan safety shoes. Penggunaan alat tersebut disesuaikan dengan perlindungan yang diperlukan terhadap keselamatan pekerja atau pengunjung yang ditimbulkan oleh mesin-mesin pabrik ataupun efek yang ditimbulkannya. Resiko ini dapat disebabkan karena tingkat kebisingan

(16)

7

yang tinggi terdapat pada stasiun Engine Room dan Nut dan Kernel. Sedangkan stasiun dengan lantai yang licin terdapat pada stasiun sterilization dan stasiun klarifikasi. Pada stasiun Sterilzation lantai yang licin disebabkan oleh tetesan minyak dari lori buah sawit yang telah direbus, sementara itu pada stasiun Clarifikasi lantai yang licin disebabkan karena sering terjadi cipratan minyak ataupun pembersihan dan perbaikan alat yang menyebakan lantai licin. Selain kedua stasiun tersebut stasiun yang memiliki lantai yang licin adalah stasiun press. Resiko lain yang terdapat di pabrik ini yaitu pada Stasiun Boiler. Hal ini disebabkan karena Boiler merupakan suatu unit bajana bertekanan yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi, oleh karena itu karyawan yang menjadi operator Boiler adalah karyawan yang sudah memiliki sertifikat sebagi operator.

Kesadaran pekerja terhadap penggunaan alat pelindung diri ini masih perlu ditingkatkan, dimana masih terlihat ada pekerja yang tidak mengenakan helmet saat berada di pabrik. Namun berbeda dengan penggunaan safety shoes, hampir semua pekerja sudah mengenakannya, hal ini dipicu oleh kebutuhan karyawan terhadap keselamatan dirinya. Sementara itu penggunaan ear plug bagi karyawan masih terlihat kurang, hanya sebagian dari pekerja yang berada pada stasiun dengan tingkat kebisingan tinggi yang menggunakan alat pelindung ini.

2.6 Produk yang dihasilkan

PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu merupakan pabrik yang mengolah bahan baku kelapa sawit menjadi produk setengah jadi berupa minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) atau inti sawit. Selain memproduksi dua produk tersebut, Perusahan ini menghasilkan pula hasil sampingan berupa cangkang sawit yang masih memiliki nilai ekonomis.

(17)

8

III. PROSES DAN SARANA PRODUKSI

A. PANEN

Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi minyak kelapa sawit. Kualitas minyak yang dihasilkan tergantung pada kualitas dari buah sawit, sehingga untuk menghasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas tinggi dibutuhkan tandan buah segar kelapa sawit yang baik pula. Di PT Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu kelapa sawit yang dipanen berasal dari kebun sendiri atau kebun inti dan kebun plasma. Varietas kelapa sawit yang digunakan berasal dari varietas pisifera, dura, dan tenera. Namun, sesuai dengan bibit awal yang diberi perusahaan, sebagian besar bahan baku berasal dari varietas tenera yang memiliki persen rendemen tertinggi dibanding varietas lain.

Karakteristik dan varietas buah kelapa sawit dan sortasi buah yang dipanen mempengaruhi kualitas dari CPO dan kernel itu sendiri. Buah kelapa sawit yang digunakan berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah terdiri dari beberapa varietas yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Kelapa Sawit Varietas Dura,Psifera, dan Tenera

Komponen Dura Psifera Tenera

Ketebalan cangkang (mm) 2-5 - 1-2,5

Cangkang/buah (%) 20-50 Tidak ada 3-20

Mesocarp/buah (%) 20-65 92-97 60-90

Inti/buah (%) 4-20 3-8 3-15

Kadar minyak Rendah Tinggi Sedang

Sumber : Lembaga Pendidikan Perkebunan, Seri Budaya Tanaman Kelapa Sawit, Andi Offset, Yogyakarta, 2000.

(18)

9

Dura

Varietas dura mempunyai cangkang yang cukup tebal yaitu antara 2-5 mm dan tidak terdapat serabut pada bagian luarnya, kernel yang terdapat pada inti buah besar, daging buah tipis dengan persentase daging bervariasi antara 35-50%, serta warna daging buah agak pucat. Pada proses pengolahan, CPO yang dihasilkan oleh varietas dura hanya sekitar 17-18%.

Psifera

Varietas psifera mempunyai bentuk buah yang kecil dengan ujung buah agak meruncing, cangkang sangat tipis, dan daging buah cukup tebal sehingga CPO yang dihasilkan relatif lebih banyak. Varietas psifera menghasilkan kernel yang berukuran kecil bahkan hampir tidak ada.

Tenera

Varietas tenera yang merupakan hasil persilangan varietas dura dan psifera. Varietas tenera mempunyai keunggulan daging buah lebih tebal dengan persentase daging buah terhadap buah sekitar 60-96% dan cangkang yang tipis dengan ketebalan berkisar 1-2.5 mm. Kernel yang dihasilkan varietas ini berukuran sesuai standar. Pada proses pengolahan, CPO yang dihasilkan relatif lebih banyak daripada varietas lain (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2000).

Sebelum TBS ditampung di loading ramp, terlebih dahulu dilakukan sortasi TBS oleh petugas sortasi. Sortasi TBS sangat penting untuk menjaga mutu dan rendemen CPO yang akan dihasilkan. Sortasi dilakukan terhadap muatan TBS dari seluruh truk, namun pencatatan dan pelaporan sortasi TBS berasal dari satu sampel truk secara acak yang dianggap mewakili kualitas TBS keseluruhan yang berasal dari satu afdeling. Sortasi dilakukan untuk memisahkan TBS berdasarkan kategori yang telah ditentukan.

Lahan perkebunan plasma PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dibagi atas 9 wilayah yang disebut dengan SP 1 - SP 9 (satuan Pemukiman). Hal ini dilakukan karena perusahaan menerapkan sistem PIR (Perkebunan Inti Rakyat) sehingga satuan pemukiman di jadikan nama area untuk mempermudah koordinasi panen tandan buah segar (TBS) di seluruh lahan perkebunan. Peta lahan perkebunan Plasma dapat di lihat pada Lampiran 3.

B. PROSES PRODUKSI

Proses produksi minyak kelapa sawit/Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) terdiri dari beberapa tahapan proses yang dibagi ke dalam 7 stasiun, yaitu:

1. Stasiun Jembatan Timbang (Weight Bridge)

Jembatan timbang merupakan suatu tempat untuk menimbang bahan baku (TBS) dan hasil produksi (CPO, kernel, Janjang Kosong, & Solid). Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat dari yang masuk dan keluar dari pabrik. Penimbangan truk pengangkut TBS dilakukan 2 kali yaitu, pertama penimbangan truk beserta TBS, kedua penimbangan truk kosong. Pada PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terdapat dua unit jembatan timbang yang memiliki kapasitas 50 ton. Gambar 2. menunjukan gambar dari jembatan timbang.

(19)

10

Gambar 2. Jembatan Timbang (Weight Bridge)

2. Stasiun Penampungan Sementara (Loading Ramp)

Loading ramp merupakan stasiun tempat membongkar buah yang diangkut oleh truk. Pada Stasiun Loading Ramp terdapat perron sebagai tempat penyimpanan sementara TBS yang akan diolah dan lantai sortasi yang digunakan untuk sortasi. Pada loading ramp terdapat 14 pintu yang digunakan untuk mengeluarkan buah dari hopper. Gambar 3. menunjukan gambar Loading Ramp & Perron.

Gambar 3. Loading Ramp & Perron

Sortasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari TBS yang masuk ke pabrik. Sortasi dilakukan terhadap tingkat kematangan buah dan keabnormalan yang mungkin terjadi pada buah. Sortasi dilakukan setiap hari terhadap truk TBS terpilih yang masuk ke pabrik. Jumlah truk terpilih ditentukan berdasarkan prakiraan TBS yang masuk pabrik pada hari tersebut. Hasil sortasi yang dijadikan evaluasi dari kualitas pemanenan kelapa sawit yang dilakukan pihak perkebunan serta untuk memperkirakan rendemen kualitas produk yang dihasilkan.

3. Stasiun Sterilisasi TBS (Sterilization)

Sterilisasi merupakan proses pemanasan buah yang menggunakan steam. Proses sterilisasi dilakukan dalam suatu tabung sterilizer berbentuk silinder. Tabung sterilizer ditunjukkan oleh gambar 4. Pada stasiun ini terdapat empat unit sterilizer dengan kapasitas masing-masing sterilizer 6 lori. Setiap lori memiliki kapasitas 4,5 ton TBS. Gambar 5. menunjukkan bentuk dari lori yang digunakan untuk perebusan TBS. Proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan sistem 3 peaks pada tekanan 3 bar dengan waktu sterilisasi normal selama 85 menit, suhu pada tekanan ini bekisar pada 135 ᵒC. Waktu sterilisasi yang digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi buah yang ada.

(20)

11

Gambar 4. Sterilizer

Gambar 5. Lori

4. Stasiun Pembantingan/Perentokan TBS (Threser)

Stasiun perontokan (Threser) bertujuan untuk merontokan atau melepaskan berondolan sawit yang menempel pada tandannya. Gambar 6 menunjukkan gambar dari stasiun perontokan (Threser). Hasil yang didapat dari proses perontokan ini berupa janjang kosong dan berondolan sawit. Proses perontokan dilakukan dengan menggunakan alat berupa Threser, yaitu suatu drum berputar yang dibatasi oleh kisi-kisi berlubang dan dilengkapi dengan pisau pelempar yang dapat memberikan efek bantingan terhadap buah. Threser berputar pada kecepatan 24 rpm. Pada stasiun ini terdapat 2 unit Threser.

(21)

12

5. Stasiun Pengempaan (Press)

Stasiun pengempaan (press) bertujuan untuk mengekstrak minyak yang terkandung dalam buah. Proses pengepresan diawali dengan proses pelumatan terhadap buah (digester). Proses pelumatan dilakukan dalam suatu tangki Digester berbentuk tabung yang dilengkapi dengan expeller arm dan penambahan steam. Expeller arm berputar pada kecepatan 23 rpm. Proses pengepresan terhadap buah dilakukan dengan bantuan screw press yang berputar pada putaran 10-11 rpm dan hidrolik yang dapat menekan buah hingga tekanan pengepresan berada pada 30-50 bar. Pada stasiun ini terdapat 6 unit digester dan press. Gambar 7. menunjukkan gambar dari stasiun Press.

Gambar 7. Stasiun Press

6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification)

Proses pemurnian minyak sangat diperlukan untuk mendapatkan minyak dengan kandungan air dan kotoran minimal. Proses pemurnian minyak dari kotoran dilakukan dalam alat berupa Sand Trap Tank, Vibrating Screen &, Continous Settling Tank. Kotoran yang didapat dari proses urnian ini berupa sludge. Proses pemurnian minyak dari air dilakukan dalam alat berupa Vacuum Dryer. Gambar 8.menunjukkan Stasiun Clarification.

Gambar 8. Stasiun Klarifikasi (Clarification)

Proses pemurnian pada Sand Trap Tank bertujuan untuk memisahkan kotoran berupa pasir yang terdapat dalam minyak, pemisahan ini dilakukan dengan cara pengendapan pada suhu 90-95 ᵒC. Vibrating Screen bertujuan untuk memisahkan padatan yang terdapat pada minyak. Pada stasiun ini terdapat 4 unit Vibrating Screen. Pemisahan pada Continous Settling Tank (CST) bertujuan untuk memisahkan kotoran berupa sludge yang terdapat dalam minyak. Proses pemisahan ini memisahkan minyak menjadi tiga lapisan yaitu minyak, emulsi, dan sludge yang

(22)

13

mengandung air. Vacuum dryer merupakan alat pengering yang digunakan untuk mengurangi kadar air dalam minyak. Vacuum dryer bekerja pada tekanan dibawah 0 (- 68 cmHg).

7. Stasiun Nut and Kernel

Stasiun Nut and Kernel berfungsi untuk memisahkan nut dari fibre serta melepaskan cangkang dari kernel. Pada stasiun ini dihasilkan produk berupa inti sawit (Palm Kernel). Gambar 9. menunjukkan gambar dari Stasiun Nut and Kernel. Proses pemisahan nut dari fiber dilakukan dalam suatu alat separating column dengan adanya hisapan dari fan. Pemecahan nut dilakukan dengan menggunakan alat berupa Ripple Mill yang menghasilkan campuran ke LTDS (Light Tenera Dry Separation) 1, LTDS 2, dan Hydrocylone. Pemisahan pada LTDS 1 dan LTDS 2 bekerja berdasarkan hisapan fan, sedangkan pada Hydrocylone pemisahan terjadi dengan bantuan air yang dapat memisahkan cangkang dan kernel berdasarkan perbedaan berat jenis. Kernel yang didapat merupakan kernel basah sehinga diperlukan proses pengeringan untuk mempertahankan mutu kernel selama proses penyimpanan. Pengeringan kernel dilakukan dalam Silo Dryer. Pengeringan pada Silo Dryer terjadi akibat adanya udara panas yang dipanaskan oleh steam.

Gambar 9. Stasiun Nut and Kernel

Secara keseluruhan rangkaian 7 stasiun proses produksi tersebut diatas, akan menghasilkan limbah by-product produksi seperti ditunjukkan oleh gambar 10.

Gambar 10. Bagan by-product/ biomassa hasil pengolahan TBS kelapa sawit

Beragam biomassa yang dihasilkan dari pengolahan tersebut menunjukkan banyaknya limbah biomassa yang dihasilkan dari proses, yang masih memiliki nilai ekonomis untuk di kembangkan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

(23)

14

C. SARANA PENUNJANG PRODUKSI

1. Sarana Penyimpanan Produk

a. Tangki Timbun (Storage Tank)

Tangki timbun digunakan sebagai tempat penampungan akhir minyak CPO yang dihasilkan dari proses pemurnian di stasiun Clarification. PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu memiliki tiga unit tangki timbun (Storage Tank) dengan kapasitas masing-masing sebesar 2000, 2000, dan 500 ton. CPO yang berada di tangki timbun selanjutnya siap untuk di distribusikan. Gambar 11. menunjukkan 3 Storage Tank PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu.

Gambar 11. Tangki Timbun (Storage Tank)

b. Bulk Kernel Silo

Bulk kenel silo digunakan sebagai tempat penampungan akhir kernel dari kenel silo untuk kemudian didistribusikan. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu mempunyai dua jenis bulk kernel silo, yakni silo berbentuk silinder dan silo berbentuk limas persegi yang bagian bawahnya berbentuk piramida persegi terbalik. Bulk kernel silo berbentuk silinder memiliiki fan untuk membantu pengeluaran kernel pada saat pendistribusian, sedangkan bulk kernel silo berbentuk limas persegi memiliki pintu kecil dibagian bawah untuk menjatuhkan kernel. Gambar 12 menunjukkan 2 macam bulk kernel silo.

(24)

15

c. Cangkang

Produk sampingan lain yang masih memiliki nilai ekonomis dari hasil pengolahan kelapa sawit ini adalah cangkang sawit. Cangkang sawit yang dihasilkan dapat berupa cangkang kering dan cangkang basah. Cangkang kering yang dihasilkan dijadikan campuran bahan bakar untuk Boiler sedangkan sisanya dikumpulkan untuk dijual.

2. Sarana Pembangkit Energi (Engine Room)

Stasiun engine room merupakan stasiun penunjang yang mensuplay seluruh kebutuhan energi listrik dalam proses produksi minyak kelapa sawit termasuk juga kebutuhan energi pada perkantoran pabrik dan perumahan. Selain itu, stasiun ini menghasilkan steam dengan kekuatan rendah yang diperlukan untuk kebutuhan proses produksi. Pada stasiun ini terdapat dua unit utama penghasil energi listrik, yaitu turbin uap dan Generator Diesel. Turbin Uap dapat mengubah steam bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh Boiler menjadi energi listrik dan steam bertekanan rendah, sedangkan Generator Diesel merupakan pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar berupa solar. Generator akan digunakan ketika Boiler tidak berjalan atau tidak menghasilkan steam yang cukup untuk menggerakkan turbin Uap, serta dapat digunakan bersamaan dengan turbin Uap ketika energi yang dibutuhkan untuk proses produksi tinggi dan tidak tercukup oleh energi listrik yang dihasilkan oleh Turbin Uap.

a. Boiler

Boiler digunakan untuk menghasilkan steam/uap panas yang akan dimanfaatkan sebagai sumber panas di dalam proses pengolahan dan sebagai penghasil tenaga (listrik). PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki tiga unit Boiler dengan kapasitas steam masing-masing 20 ton/jam namun dalam produksi yang digunakan hanya dua unit Boiler dan satu unit dalam kondisi standby. Boiler yang digunakan merupakan Boiler pipa air dengan Work Pressure (W.P) sebesar 21 kg/cm2, bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan pipa air didalam Boiler yakni berupa serabut (fibre) dari hasil pemisahan di depericarper, dan shell yang berasal dari hasil pemisahan di LTDS. Serabut dan shell yang akan digunakan tidak boleh mengandung air lebih dari 35% untuk menjaga kelangsungan proses pembakaran. Boiler dilengkapi dengan tangki air di bagian atas, ruang bakar, pipa-pipa air miring didalam ruang bakar, accumulator (pengumpul), feeder, steam separator, pipa-pipa blow down, turbo pump, shoot blower, safety valve, induced draft fan(1.1), fan), forced draf fan (F.D, fan), S.A fan, ruang dapur, dust collector, chimney (cerobong), fuel feeder, dan electric feed pump.

Pada saat awal pengoperasian, Boiler dibantu dengan Genset untuk mengoperasikan Feed Electric Pump untuk mengisi air dalam drum Boiler dengan motor 60 Hp dan putaran 2940 rpm. Melalui fuel feeder, bahan bakar berupa serabut dan shell akan dimasukkan ke dalam ruang bakar. Pemasukan bahan bakar diatur oleh S.A fan dengan penghembusan bahan bakar secara merata ke dalam ruang bakar. Didalam ruang bakar terjadi pembakaran serabut dan shell dengan bantuan udara yang dimasukkan melalui F.D fan. Panas hasil pembakaran akan memanaskan pipa-pipa berisi air yang dialirkan oleh tangki air hingga menjadi steam. Steam yang dihasilkan akan dibersihkan dari air fase cair melalui pipa blow down yang terdapat pada accumulator dibelakang Boiler dan beberapa feeder disamping Boiler, sehingga steam yang dihasilkan berupa steam kering (tanpa membawa air dalam fase cair). Steam dikumpulkan di dalam separator sekaligus memisahkan steam dari air fase cair. Jika tekanan steam sudah

(25)

16

mencapai 21-21,5 kg/cm2 maka steam di separator dapat dialirkan ke Back Pressure Vessel (BPV) untuk membagi-bagi steam ke seluruh bagian proses.

Sisa hasil pembakaran serabut dan shell berupa abu akan masuk ke ruang dapur, sedangkan sisa pembakaran berupa asap akan dihisap oleh I.D fan untuk diproses di Dust Colector. Abu diruang dapur harus selalu dibersihkan agar tidak menumpuk. Dust collector akan memisahkan debu halus yang terikut pada asap dan membuangnya melalui Double dumper dust collecter Asap bebas debu kemudian dibuang keluar melalui chimney dengan bantuan hembusan oleh I.D fan.

Kualitas air pada Boiler dapat mempengaruhi umur ekonomis dari Boiler, sehingga dilakukan Internal Water Treatment terhadap air yang akan masuk pada Boiler, Internal Water Treatment dilakukan dengan Softener menggunakan resin penukar ion. Softener berfungsi untuk menghilangkan hardness yang dapat mencegah Boiler dari kerusakan. Kandungan oksigen dalam air dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada pipa Boiler. Keberadaaan oksigen dalam air dihilangkan dengan sistem deaerasi mekanis pada Deaerator. Sisa oksigen yang masih ada dihilangkan dengan bantuan bahan kimia. Selain itu, air yang akan digunakan untuk Boiler ditambahkan zat kimia lain sebagai bentuk perlindungan terhadap umur pakai Boiler.

Air yang masuk ke dalam Boiler dapat memicu terbentuknya kotoran dalam pipa sehingga diperlukan proses blowdown. Blowdown merupakan proses pengeluaran air dalam pipa-pipa Boiler secara berkala melalui pipa blowdown untuk menghilangkan kotoran yang terdapat dalam pipa Boiler. Blowdown dilakukan saat kadar TDS air mencapai 2500 ppm atau koduktivitinya mencapai 3570.

Boiler yang digunakan di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terdiri dari beberapa bagian atau komponen. Gambar 13. menunjukkan penampang melintang dari seluruh bagian Boiler.

Gambar 13. Penampang melintang Boiler. a.1. Ruang pembakaran

Ruang pembakaran berada pada bagian bawah Boiler. Pada ruang ini terjadi proses pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan udara panas yang dapat memanaskan air. Bagian dalam ruang pembakaran dilapisi oleh batu api. Bahan bakar yang digunakan berupa fiber yang dicampur dengan cangkang biji sawit. Penambahan cangkang sebagai bahan bakar terjadi

(26)

17

sewaktu-waktu ketika kualitas steam yang dihasilkan kurang baik atau tekanan steam rendah. Penggunaan bahan bakar berlebih dapat menyebabkan asap sisa pembakaran menjadi hitam karena bahan bakar belum terbakar sempurna. Gambar 14. menunjukkan ruangan pembakaran pada stasiun Boiler.

Gambar 14. Ruang Pembakaran Stasiun Boiler a.2. Konveyor

Pada stasiun Boiler terdapat 2 jenis konveyor yang digunakan yaitu Fiber Shell Conveyor dan Fuel Distributing Conveyor. Fiber Shell Conveyor berfungsi untuk mengangkut bahan bakar menuju ruang pembakaran Boiler. Sebelum masuk ruang pembakaran, bahan bakar didistribusikan menggunakan Fuel Distributing Conveyor sehingga terbagi secara merata ke 3 lubang inlet bahan bakar.

a.3. Fan

Terdapat 3 jenis fan yang digunakan pada Boiler, yaitu Secondary Force Draught fan, Force Drought Fan, dan Induced Draught Fan, Fuel Feed Fan berfungsi untuk memberikan dorongan terhadap bahan bakar agar dapat masuk ke ruang pembakaran. Force drought fan berfungsi memberikan dorongan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dalam ruang bakar, Sedangkan Force Drought Fan terdapat pada bagian bawah ruang pembakaran. Induced Draught Fan berfungsi untuk menghisap udara panas hasil pembakaran dan mengalirkannya melalui jalur tertentu sehingga dapat memanaskan semua pipa dan drum yang ada.

a.4. Drum

Drum pada Boiler terdapat 2 jenis Drum yang digunakan, yaitu Upper Drum, Lower Drum. Upper drum merupakan tempat penampungan air yang akan dipanaskan dan juga berfungsi sebagai tempat pengumpulan steam yang dihasilkan, sehingga pada Upper Drum terdapat 2 fase air yaitu cair dan gas. Lower Drum berfungsi sebagai tempat penampungan air yang didistribusikan ke dalam pipa air, pada Lower Drum air masih memiliki fase cair.

a.5. Pipa Air

(27)

18

a.6. Indikator Level Air

Indikator level air berfungsi sebagai alat penduga ketinggian air yang berada pada Upper Drum. Indikator ini berupa lampu dan alarm yang menunjukkan ketinggian air yang terpasang pada papan pengontrol. Ketinggian air di bagi menjadi 4 level, yaitu High Water Level, normal Water level, 1 Low Water level, dan 2 Low Water Level.

a.7. Gelas penduga

Gelas penduga berfungsi sebagai alat untuk menduga ketinggian air dalam Upper drum. a.8. Safety valve

Safety valve merupakan katup pengaman yang berfungsi sebagai sistem pengaman terhadap tekanan berlebih dalam Boiler, safety valve akan membuang steam berlebih dalam Boiler apabila tekanan dalam Boiler melebihi maksimum tekanan.

a.9. Dust Colector

Dust Collector merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengumpulkan debu sisa pembakaran yang ikut terhisap olah Induced Draught Fan bersama gas sisa pembakaran lainya yang akan di buang ke udara bebas.

a.10. Chimney

Chimney merupakan cerobong asap yang berfungsi untuk membuang gas sisa pembakaran ke udara bebas.

b. Turbin Uap

Steam yang dihasilkan Boiler kemudian akan masuk ke turbin uap untuk menggerakkan generator penghasil listrik. Bagian-bagian utama turbin berupa rotor wheel turbin, gear box dan generator listrik. Steam yang berasal dari Boiler dengan tekanan 21-21,5 kg/cm2 dan temperatur 210-212 ᵒC, akan masuk ke turbin dan menggerakkan rotor wheel (997 Hp) sehingga menghasilkan putaran dengan kecepatan 1500 rpm. Selain itu didalam turbin juga terjadi penurunan temperatur steam hingga 148-140 ᵒC. Gear box dengan daya 1096 Hp akan menurunkan kecepatan putaran hingga 1500 rpm, sehingga sesuai dengan kecepatan putaran yang dibutuhkan generator untuk menghasilkan listrik dengan daya sebesar 700Kw, tegangan sebesar 380/220 V, arus listrik sebesar 1329 A, dan frekuensi sebesar 50 Hz.

c. Back Presure Vessel (BPV)

BPV merupakan tangki yang digunakan untuk mengumpulkan steam langsung dari Boiler maupun steam sisa pemakaian dari turbin. Sebelum masuk ke BPV, steam dari Boiler harus dikondisikan pada tekanan 3,5 kg/cm2 dan temperatur 120 ᵒC melalui pipa by pass. Terdapat satu unit BPV yang dilengkapi dengan pipa-pipa aliran steam menuju ke deaerator air, Sterilizer, Clarifier+Kernel+Recovery tank, dan juga ke tangki timbun (Storage Tank). Selain itu BPV juga dilengkapi denga pipa buang darurat, safety valve, dan manometer tekanan. Pada saat tekanan melewati batas 3,5 kg/cm, safety valve secara otomatis akan menurunkan tekanan dengan membuang sebagian steam. Jika safety valve tidak berfungsi tersedia pipa buang darurat yang dapat dioperasikan secara manual.

(28)

19

d. Diesel Genset

Genset dibutuhkan untuk memenuhi suplai listrik pada awal pengoperasian Boiler dan mesin-mesin pabrik, serta suplai listrik untuk kebutuhan lingkungan pabrik dan perumahan. Setelah Boiler dan semua mesin telah beroperasi normal, Genset dipakai untuk membantu turbin menyuplai listrik. Terdapat dua unit Diesel Genset berbahan bakar solar yang dilengkapi dengan motor 1500 rpm. Konsumsi bahan bakar solar oleh genset sebanyak 26-30 liter/jam. Bahan bakar solar berasal dari tangki bahan bakar dengan kapasitas 36.000 liter. Listrik yang dihasilkan oleh Genset mempunyai daya 250 Kw, tegangan 380 V, dan frekuensi 50 Hz.

3. Water Treatment Plant (WTP)

Stasiun Water Treatment Plant (WTP) merupakan stasiun yang mengolah air kotor menjadi bersih. Proses pengolahan air sangat penting karena sumber air yang digunakan untuk kebutuhan proses produksi memiliki kualitas yang kurang baik. Proses pengolahan kelapa sawit memerlukan pasokan air bersih yang cukup sebagai bahan baku yang digunakan untuk pembuatan steam dalam Boiler. Selain untuk keperluan produksi, kebutuhan air bersih diperlukan juga untuk kebutuhan kantor dan perumahan karyawan serta staff. Gambar 15 menunjukkan salah satu perangkat WTP.

Gambar 15. Water Treatment Plan (WTP)

a. Sumber Air

Kebutuhan air bagi pengolahan kelapa sawit dan lingkungan di sekitar PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu bersumber dari waduk buatan sungai terdekat dari lokasi pabrik. Penyadapan terhadap air sungai dilakukan di suatu lokasi di luar areal pabrik tepat dipinggir sungai. Air sungai kemudian dipompakan ke lokasi pabrik dan ditampung di sebuah waduk buatan. Dari waduk buatan, air dipompa dan dicampurkan dengan tawas dan Soda ash. Penambahan tawas bertujuan untuk mengurangi kekeruhan air, sedangkan penambahan Soda ash dilakukan untuk menormalkan pH. Air dari waduk buatan selanjutnya dialirkan ke bagian pengolahan primer untuk diproses lebih lanjut.

b. Pengolahan Primer

b.1. Water Clarifier Tank

Clarifier tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan pasir yang terkandung pada air. Prinsip yang digunakan pada tangki ini adalah pengendapan flok-flok kotoran sehingga dihasilkan air yang lebih jernih yang kemudian dialirkan ke dalam bak penampung. PT Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 2 unit Clarifier tank dengan kapasitas

(29)

masing-20

masing 120ton. Air yang semula keruh akan menjadi jernih karena lumpur dan kotoran yang tersuspensi diikat aluminium sulfat dan froplok membentuk gumpalan-gumpalan. Gumpalan ini diendapkan pada dasar clarifier tank dan membentuk endapan lumpur. Lumpur yang terbentuk ini akan mengikat flok-flok yang baru, sehingga harus dibuang tiap hari karena dapat menyebabkan air berbau busuk. Lumpur dapat dibuang melalui pipa yang berada dibawah clarifier tank.

b.2. Water Basin

Air yang sudah dipisahkan lumpurnya di water clarifier tank selanjutnya akan ditampung didalam water basin. Water basin berbentuk kolam persegi dengan panjang 15 m, lebar 8 m, dan kedalaman 4 m. Di dalam water basin, lumpur-lumpur halus yang masih terikut di dalam air akan diendapkan untuk kedua kalinya. Air dari water basin selanjutnya akan dipompakan ke sand filter.

b.3. Sand Filter Tank

Air dari bak penampung kemudian dialirkan ke dalam sand filter tank untuk disaring. Sand filter tank berbentuk silinder tegak yang berisi pasir dengan volume 2/3 dari volume tangki. Padatan halus yang masih terkandung pada air akan melekat pada pasir sehingga diperoleh air yang lebih jernih. Air tersebut kemudian dipompa keluar untuk selanjutnya dialirkan ke water tower. Agar tidak ada pasir yang terbawa bersama air, maka pada dasar tangki dipasang filter yang berdiameter 0,02 mm.

Kotoran pada pasir membentuk lumpur atau sludge yang dibersihkan dengan cara dialirkan melalui pipa atau disebut back washing. Back washinng dilakukan apabila pada pressure gauge terlihat bahwa tekanan pada pipa inlet lebih besar 1 bar daripada tekanan pada pipa outlet yang berarti lumpur di dalam tangki telah menumpuk. Selain back washing, pembersihan tangki juga dilakukan dengan cara pencucian setiap 6 bulan sekali. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 3 unit sand filter tank dengan kapasitas masing-masing 7,2 ton air.

b.4. Water Tower

Water tower merupakan tempat penampungan air sementara setelah mengalami penjernihan. Selain itu water tower berfungsi mengatur distribusi air untuk dialirkan ke perumahan dan pabrik. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 2 buah water tower dengan kapasitas masing-masing 60 ton dan 40 ton.

c. Pengolahan Skunder

Pengolahan sekunder dilakukan untuk mengontrol parameter kualitas air yang akan digunakan untuk kepentingan pengolahan dalam pabrik terutama pada air umpan untuk Boiler. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu menggunakan Softener Plant untuk mengolah air umpan Boiler. Sebelum diumpankan, terlebih dahulu air diberi beberapa perlakuan untuk menghilangkan kandungan mineral dan oksigen. Pertama air dialirkan ke softener tank. Tangki ini berfungsi untuk mengurangi kesadahan air yang disebabkan oleh garam-garam alkali dan mengurangi padatan tertentu.

(30)

21

Gambar 16. Softener Plant & Deaerator

Tangki ini berisi resin yang akan bereaksi dengan mineral dan terjadi pertukaran muatan positif dari mineral tersebut dengan kation dalam resin sehingga berubah menjadi asam karbonat, asam klorida, dan asam silikat yang terlarut dalam air. Kemudian sebagai penetral, di injeksikan garam (NaCl) yang menyerap asam-asam yang telah larut. Mineral yang telah terikat kemudian dihilangkan oleh reaksi penetralan garam dan air. Air yang sudah bebas dari garam mineral dan silika disimpan pada Feed Tank sebelum dialirkan untuk mengisi Boiler. Pada tangki ini, suhu air dijaga sekitar 55oC sampai 70oC agar cepat mendapat kenaikan suhu dan berguna untuk mempercepat lepasnya gas CO2 dan O2 pada Deaerator.

Daerator digunakan untuk menghilangkan gas-gas dalam air umpan Boiler. Penghilangan gas-gas ini untuk menghindari adanya gas pengoksidasi seperti O2, CO2, dan amonia yang berpotensi menimbulkan korosi pada pipa-pipa Boiler. Air yang masuk ke deaerator akan terpecah menjadi butiran-butiran kecil sehingga gas-gas dapat dengan mudah terpisah dari air dan dikeluarkan ke udara. Deaerator juga dilengkapi dengan pipa steam untuk menjaga suhu air tetap pada level 80-90 ᵒC, penjagaan suhu air umpan Boiler pada suhu tersebut akan membantu mempercepat proses produksi steam pada Boiler. Air dari dalam deaerator kemudian dipompakan ke drum air Boiler dengan penambahan beberapa zat kimia yang berfungsi untuk mengurangi dampak korosi dan kerak yang disebabkan oleh kandungan senyawa-senyawa dalam air.

D. RENDEMEN DAN LOSSES

Perhitungan rendemen dan losses baik dalam produksi CPO maupun PK di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu, sangat penting untuk mengetahui sejauh mana efisiensi dan efektifitas sistem terutama mutu buah, proses pengolahan pabrik dan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, rendemen dan losses juga dipakai oleh pihak pemasaran sebagai control keuntungan penjualan.

1. Rendemen dan Losses CPO

a. Rendemen CPO

Rendemen CPO hasil proses produksi dihitung sebagai persentase dari perbandingan berat CPO yang dihasilkan dengan berat yang diolah. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rendemen CPO =Berat CPO dihasilkan

(31)

22

Secara teknis berat CPO yang dihasilkan dapat dihitung dengan melihat Berat CPO yang dihasilkan dengan perhitungan dari data yang didapat:

Berat CPO yang dihasilkan = Stock Akhir − Stock Awal + Pengiriman Sedangkan berat TBS yang diolah dapat dihitung sebagai berikut:

Berat TBS diolah ton = ( Lori yang masuk rebusan ) x 4,5 ton

Angka 4,5 ton merupakan asumsi kapasitas masing-masing lori yang penuh dengan TBS.

b. Losses CPO

Losses CPO diartikan sebagai persentase kehilangan CPO yang seharusnya menjadi bagian dari rendemen. Terdapat beberapa hal yang menjadi sumber penyebab losses CPO yakni sebagai berikut:

b.1 Katekopen/USB (Unstripped Bunch)

Katekopen/USB merupakan istilah lain dari buah mentah (F00) yang ditandai dengan tidak adanya brondolan buah. Pada saat penimbangan TBS, kehadiran USB hanya akan menambah tonase TBS yang diolah tanpa kemampuan menghasilkan minyak. Akibatnya losses terjadi karena rendemen actual lebih kecil dari proyeksi perhitungan rendemen terdasarkan berat TBS. secara teknis, petugas berdiri di dekat konveyor mendatar dari threser menuju incinerator, kemudian menghitung berapa banyak USB dalam 100 sampel janjang sisa threser yang mewakili tiap lori dalam satu kali proses perebusan (6 lori). Banyaknya katekopen/USB dalam pengolahan diatur oleh standar normal sebesar 0%. Namun pada kenyataannya angka 0% untuk USB sulit terjadi.

b.2 Air Kondensat perebusan

Salah satu tujuan Triple Peak Sterilization pada proses perebusan ialah agar steam merata ke seluruh bagian buah sehingga buah menjadi matang. Akibat panas yang dihasilkan oleh steam, sebagian minyak akan terdesak keluar dari daging buah dan kondensasi sehingga menyebabkan losses. Air kondensat dengan kandungan minyak ini akan dikeluarkan oleh operator setiap kali kondisi perebusan mencapai peak-peak yang ditetapkan. Standar normal kandungan minyak dalam air kondensat yakni maksimal 0,510% (zb/zat basah) dan maksimal 13,75% (zk/zat kering).

b.3 Tandan/Janjang Kosong (Jangkos)

Selain disebabkan oleh adanya minyak yang melekat pada jangkos pada saat terkondensasi di dalam perebusan, losses CPO pada jangkos juga dapat terjadi pada proses threshing. Pada saat TBS dibanting didalam threshing drum. Sebagin buah akan terlumat oleh tekanan bantingan sehingga sebagian minyak yang ada pada buah akan turut keluar mengenai janjangan. Secara teknis, petugas menyortir dan mengambil jangkos yang paling banyak berminyak pada konveyor mendatar dari threser menuju incinerator. Kadar minyak dalam jangkos dianalisis dengan metode soxhlet pada sampel jangkos sebanyak 10 gr, dan dibatasi maksimal 3% (zb) dan 5-6% (zk).

(32)

23

b.4 USF (Unstripped Fruit)

Bila dalam limbah janjangan hasil threshing masih terdapat 0,125-0,25% buah yang melekat, maka janjangan tersebut tergolong USF. Keberadaan USF merupakan parameter proses perebusan yang tidak merata akibat adanya kantong udara, serta proses threshing yang tidak optimal. Losses terjadi karena masih banyaknya kandungan minyak pada buah yang melekat pada USF. Perhitungan USF dilakukan dengan formula sebagai berikut.

Standar Berat Buah gram = Berat Buah dalam (USF & 𝑈𝑆𝐵)

3

n=1 n

3

Hal pertama yang harus dilakukan yakni menenetukan angka standar berat buah. Petugas penghitung yang berdiri di dekat konveyor mendatar dari threser menuju tempat penampungan jangkos menghitung berapa banyak sisa buah baik dalam USF maupun USB dari 100 sampel janjangan, kemudian dihitung berat buah keseluruhan. perhitungan dilakukan tiga kali pengulangan (n), kemudian seluruh hasilnya dijumlahkan dan dirata-ratakan.

Setelah angka standar didapat, maka selanjutnya dilakukan perhitungan aktual terhadap jumlah USF pada saat pengolahan. Secara teknis petugas berdiri didekat konveyor mendatar dari threser menuju penampungan jangkos, kemudian menghitung berapa banyak USF dalam 100 sampel janjangan sisa threser yang mewakili setiap lori dalam satu kali proses perebusan (6 lori). Untuk setiap USF yang didapat kemudian dihitung berat buah dalam seluruh USF tersebut.

Berat Buah dalam USF Aktual gram = Berat USF

8 n=1

8

Persamaan x dan persamaan y kemudan dipakai untuk menentukan persentase kadar buah dalam USF sebagai berikut:

% Buah dalam USF = y

x

1000 x 100%

Hasil persentase ini kemudian dibandingkan dengan standar normal kadar buah dalam USF di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu.

b.5 Ampas Press (Serabut/Fibre)

Terjadinya losses CPO pada ampas press berhubungan dengan efisiensi kerja screw atau hydraulic cone pada mesin screw press. Efisiensi kerja keduanya sangat ditentukan oleh putraran kerja hagglund, tekanan kerja hydraulic cone, serta kondisi fisik screw. Bila putaran kerja hagglund dan tekanan kerja hydraulic cone tidak optimal, maka losses minyak pada ampas akan meningkat. Kadar minyak dalam ampas dianalisis dengan metode soxhlet pada sampel ampas sebanyak 10 gr, dan dibatasi maksimal sebesar 4% (zb) atau 4-6% (zk).

b.6 Biji (Nut)

Pada saat proses press berlangsung, sebagian minyak yang keluar akan diserap oleh permukaan biji secara alamiah. Kadar minyak dalam biji dianalisis dengan metode soxhlet pada sampel biji sebanyak 10 gr. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memberlakukan standar normal losses CPO pada biji maksimal sebesar 1,000% (zb) dan 0,5-1% (zk).

(33)

24

b.7 Solid

Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% – 10% diolah lagi dengan mesin Decanter/Tricanter, yang hasilnya adalah light phase (oil decanter), heavy phase dan solid. Light phase dari decanter yang mengandung minyak 60% – 70%, diolah lagi di CST. Heavy phase akan diproses lanjut di effluent treatment (pengolahan limbah) hingga mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun, sedangkan Solid ditampung di hopper kemudian dibuang di tempat pembuangan (aplikasi pupuk).

2. Rendemen dan Losses PK

a. Rendemen PK

Rendemen PK hasil proses produksi dihitung sebagai persentase dari perbandingan berat PK yang dihasilkan dengan berat TBS yang diperoleh secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rendemen PK =Berat PK dihasilkan

Berat TBS diolah x 100%

Secara teknis, rendemen PK dihitung dengan mengukur perbedaan bulk kernel silo sebelum dan sesudah produksi perhari. Perbedaan volume diukur dengan bantuan selisih ketinggian galah yang dimasukkan tepat mengenai PK dalam bulk kernel silo.

Berat PK dihasilkan = Selisih Ketinggian Galah x Luas Alas Silo x ρ- PK

Sedangkan berat TBS yang diolah dapat dihitung sama seperti perhitungan berat TBS untuk Rendemen CPO yakni:

Berat TBS diolah ton = ( Lori yang masuk rebusan ) x 4 ton

Angka 4 merupakan asumsi kapasitas masing-masing lori yang penuh dengan TBS.

b. Losses PK

Seperti halnya losses CPO, losses PK diartikan sebagai persentase kehilangan PK yang seharusnya menjadi bagian dari rendemen. Terdapat beberapa hal yang menjadi sumber penyebab losses PK yakni sebagai berikut:

b.1 USF (Unstripped Fruit)

Adanya buah yang masih terdapat di USF, merupakan parameter nyata terjadinga losses inti yang terdapat dalam buah tersebut. Teknis perhitungan USF sama halnya seperti perhitungan USF untuk losses CPO. Standar normal kadar buah dalam USF di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu sebesar 0,01%.

b.2 Buangan Fibre Cyclone

Ketika ampas (campuran serabut/fibre dengan biji) hasil pressing dialirkan melalui CBC sehingga tiba di depericarper, fibre cyclone bukan hanya menghisap fibre pada ampas melainkan juga seluruh fraksi biji ringan pada ampas. Losses terjadi karena dari fibre cyclone ini, fraksi biji ringan yang terikut pada fibre akan bersama-sama akan dibakar di Boiler atau

(34)

25

dibuang ke tampat penampungan. Untuk menghitung losses PK pada buangan fibre cyclone, sampel fibre diambil sebanyak 1000 gr, kemudian ditimbang berat fraksi biji ringan yakni biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang terdapat di dalam fibre.

Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan

Berat Sampel (1000 gr) x 100% Losses PK pada fibre cyclone dibatasi maksimal sebesar 0,15%.

b.3 Buangan pada LTDS 1

LTDS 1 merupakan sebuah kolom yang digunakan untuk membantu pemisahan fraksi shell, biji utuh, serta biji dan whole kernel yang terlalu besar dari hasil pemecahan biji pada ripple mill. Losses PK terjadi karena terdapat fraksi ringan biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang ikut terhisap bersama shell oleh LTDS 1 cyclone, untuk selanjutnya dibakar di Boiler. Untuk menghitung losses PK pada buangan LTDS 1 cyclone, sampel diambil sebanyak 1000 gr, kemudian ditimbang berat fraksi biji ringan yakni biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang terdapat didalam sampel.

Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan

Berat Sampel (1000 gr) x 100% Losses PK pada LTDS 1 dibatasi maksimal sebesar 0,03%.

b.4 Buangan pada LTDS 2

LTDS 2 merupakan kolom yang digunakan untuk membantu memisahkan sisa fraksi shell yang masih terikut pada whole kernel dan mixed broken kernel dari LTDS 1. Sebagaimana halnya LTDS 1, losses PK terjadi karena terdapat fraksi ringan biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang ikut terhisap bersama shell oleh LTDS 2 cyclone, untuk selanjutnya dibakar di Boiler. Perhitungan losses PK pada LTDS 2 sama dengan perhitungan losses PK pada LTDS 1.

Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan

Berat Sampel (1000 gr) x 100% Losses PK pada LTDS 2 dibatasi maksimal sebesar 0,02%

b.5 Shell dari Hydrocyclone

Pada saat mixed broken kernel masuk ke hydrocyclone, akan terjadi pemisahan broken kernel dari shell berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Shell dengan berat jenis lebih besar akan berada dibagian bawah larutan, sedangkan broken kernel dengan berat jenis lebih ringan akan berada dibagian atas. Formulasi larutan yang tidak tepat akan mengakibatkan losses PK akibat banyaknya broken kernel yang terjatuh bersama dengan shell ke bagian bawah larutan. Perhitungan losses PK pada shell dari hydrocyclone dilakukan dengan mengambil sample sebanyak 1000 gr, kemudian ditimbang berat broken kernel yang terdapat di dalam sampel.

Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan

(35)

26

Losses PK pada shell dari hydrocyclone dibatasi maksimal sebesar 7,820%

Setelah proses analisis losses PK dari seluruh sumber penyebab diatas dilakukan, selanjutnya dihitung total losses PK terhadap TBS. perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan hasil kali angka analisis tiap-tiap sumber losses PK dengan faktor pengali tertentu yang didapat dari analisis material balance TBS. secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Total Losses PK % = S {Hasil Analisis Sumber Losses % x Faktor Pengali ∗} Keterangan: * = berbeda untuk setiap sumber losses

Realisasi rumus diatas dapat dilihat dari data losses PK di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu pada bulan Juni semester I tahun 2010 pada table losses di Lampiran 5.

(36)

27

IV.

ANALISA POTENSI PEMANFAATAN BIOMASSA

A. JENIS LIMBAH BIOMASSA

Proses pengolahan kelapa sawit (TBS) di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu menjadi CPO dan Kernel tidak terlepas dari adanya biomassa sebagai hasil samping pengolahan(by-product). Adanya biomassa ini terkadang menjadi masalah terhadap dampak yang ditimbulkannya pada lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Namun, dengan adanya pengolahan lebih lanjut terhadap limbah dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan, terlebih lagi apabila pengolahan limbah tersebut dapat memberikan manfaat lebih terhadap lingkungan ataupun manusia sebagai pengelolanya. Limbah biomassa yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit secara umum terdiri dari limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat yang dihasilkan berupa janjang kosong, fiber, solid, abu sisa pembakaran Boiler dan cangkang. Limbah cair berupa sludge dan sisa air hasil pengolahan. Sedangkan limbah gas berupa asap sisa pembakaran Boiler, genset dan alat berat.

Tabel 2. Jenis, Potensi, dan Pemanfaatan Biomassa di Pabrik Kelapa Sawit

Jenis Potensi Per Ton

TBS (%)

Manfaat

Tandan Kosong 23,0 % Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energy

Wet decanter Solid 4,0 % Pupuk, kompos, makanan ternak

Cangkang 6,5 % Arang, karbon aktif, papan partikel

Serabut (Fibre) 13,0 % Energy, pulp kertas, papan partikel

Limbah cair 50,0 % Pupuk, air irigasi

Air kondensat Air umpan boiler

Sumber: TIM PT. SP (2000)

1.

Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Inti Indosawit PMKS Tungkal Ulu selama proses produksi yaitu sludge. Sludge dihasilkan pada proses klarifikasi minyak. Sludge didapat dari proses pemisahan minyak ataupun dari proses pembersihan alat dan lantai produksi. Sludge yang berasal dari proses pembersihan alat dan lantai produksi diendapkan dahulu ke dalam recovery pond untuk diambil kembali minyak yang terkandung didalamnya. Sedangkan sludge yang dihasilkan dari proses pemisahan minyak langsung masuk ke penampungan untuk dipompa ke kolam limbah. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menerapkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) berupa sistem kolam (ponding sistem).

Referensi

Dokumen terkait

PTLR Ketika melakukan proses pengelolaan limbah radioaktif menggunakan catu daya Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai catu daya pad a kondisi normal dan catu daya Gen-set

Berdasarkan hasil observasi 28 November 2013 dengan guru bidang studi membuat pola (pattern making) yaitu ibu Lemeria Sinambela menyatakan beberapa masalah yaitu: 1) Dari

Selain itu juga, terdapat pola pertumbuhan ikan cakalang yang berbeda pada perairan di perairan sekitar Pulau Seram Selatan dan Pulau Nusa Laut yang memiliki pola

 Pembelajaran dengan cara memperbaiki nilai bobot yaitu bobot dinaikkan jika terdapat 2 neuron yang terhubung dan keduanya pada kondisi “on” pada saat yang sama..

Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.

Bahwa yang menjaga langit yang tujuh serta bumi ini dan yang ada padanya adalah Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya.. Allah Shubhanahu wa ta’alla

1. Pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis pembelajaran saintifik pada tema gerak tubuh kita berhasil dikembangkan sesuai model Borg and Gall yangberupaproduk

bagi makanan sehari-hari. Salah satu kendala dalam budidaya ikan lele adalah masalah pakan buatan yang harganya makin mahal sehingga total biaya untuk pakan ikan cukup besar.