• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III Konsentrat. Universitas Gadjah Mada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab III Konsentrat. Universitas Gadjah Mada"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III Konsentrat Konsentrat (Concentrate) adalah:

“Bahan pakan rendah serat kasar dan tinggi kandungan nutrien yang lain.” Dapat dinyatakan pula bahwa bahan pakan konsentrat adalah:

“Setiap bahan pakan yang kandungan serat kasarnya kurang dan 18% dan TDN nya di atas 60% berdasarkan bahan kering, mi berarti pula bahwa konsentrat merupakan kebalikan dan rofase.”

Nutrien lain yang tinggi kandungannya dapat hanya satu macam nutnen atau lebih, dan gunanya untuk : menambah atau mempertinggi nutrien di dalam campuran pakan atau ransum agar terpenuhi apa yang dibutuhkan ternak.

Berdasar macam nutnen yang terkandung di dalamnya, maka ada 2 macam bahan pakan konsentrat utama, yaitu:

1. Konsentrat energy 2. Konsentrat protein Disamping itu ada:

1. Konsentrat mineral (sumber mineral) 2. Konsentrat vitamin (sumber vitamin)

1. Konsentrat Energi

Yaitu : Semua macam bahan pakan yang merupakan sumber energi dan memenuhi syarat tertentu (serat kasar < 18%, dinding sel <35% dan protein < 20%).

Kegunaannya antara lain:

Terutama untuk menaikkan jumlah konsumsi energi atau untuk menaikkan densitas energi di dalam ransum.

Konsentrat Energi meliputi:

- Berbagai macam bahan pakan butiran sebangsa padi termasuk hasil sampingnya

- Berbagai macam umbi

- Berbagai macam tetes dan yang sejenis - Berbagai macam minyak dan lemak

(2)

Energi yang terkandung di dalam konsentrat energi terutama berasal dari karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak Bahan pakan yang tinggi kandungan energinya (DE, ME atau NE) pada umumnya mengandung protein rendah sampai sedang, walaupun ada beberapa macam yang mengandung protein tinggi. Ternak lebih mudah mendapat energi dari konsentrat energi daripada yang berasal forase walaupun energi bruto atau gross energy (GE) hampir sama. Konsentrat energi yang dibicarakan di sini adalah bahan pakan sumber energi yang kandungan proteinnya < 20%.

1.1. Jagung

Yang dimaksud jagung di sini adalah : Butiran jagung yang merupakan hasil utama tanaman jagung. Jagung sering disebut the king of cereal atau the golden grain, hal ini karena: mempunyai mulai nutrien yang tinggi.

Beberapa sifat jagung antara lain: - palatabel

- serat kasar rendah

- nilai kecernaannya tinggi yaitu TDN nya sekitar 80%

Nilai energi jagung digunakan sebagai standar untuk membandingkan dengan energi dan bahan pakan butiran lain. Bila energi jagung diberi 100 ternyata nilai energi butiran yang lain adalah <100.

Pengunaan jagung sebagai pakan dapat diberikan ternak dalam keadaan: - masih dalam bentuk bulir utuh

- sudah digiling kasar

- digiling kasar bersama tongkol

- masih dalam keadaan segar bersama tongkolnya

Disamping terdapat jagung kuning dan putih, ada juga opaque-2 yaitu jagung yang lebih tinggi kandungan lisin nya. Namun karena produksi bulirnya rendah, maka kurang diminati. Kelebihan dan Kekurangan jagung antara lain:

1. Jagung kuning mengandung pigmen kriptosantin yang sebagian dapat diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh ternak.

2. Kadungan protein (zein) dan mineral rendah.

3. Kandungan sistin tinggi, tetapi metionin, lisin, dan triptofan rendah 4. Kandungan lisin dan triptofan pada jagung apoque-2 tinggi. 5. Dapat diberikan kepada semua jenis ternak.

(3)

Penggunaan jagung dalam jumlah yang tinggi pada ransum babi sebaiknya dihentikan atau dikurangi selama ± 1 bulan sebelum babi dipotong. Hal ini bertujuan untuk menghindari terbentuknya lemak yang lembek disebabkan karena jagung mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi. Dengan terdapatnya kriptosantin pada jagung kuning akan dapat mempengaruhi warna lemak babi. Sebaliknya penggunaan jagung kuning pada ayam akan dapat meningkatkan warna kuning pada kuning telur dan memberi warna pada dagingnya.

Di pasaran terdapat beberapa macam bahan pakan asal jagung, yaitu: - jagung bulir (jagung masih dalam keadaan bulir utuh)

- jagung giling (jagung bulir yang digiling)

- beras jagung (jagung giling tanpa dedak dan tanpa bekatul) - jagung tongkol giling (jagung bulir bersama tongkol digiling)

- dedak jagung atau jenjet (kulit bulir bersama lembaga dan proses awal pembuatan beras jagung)

- bekatul jagung (bagian halus dan proses akhir pembuatan beras jagung) Khusus jagung-tongkol giling mempunyai komposisi 75% - 80% bulir jagung dan 20% - 25% tongkol jagung. Berhubung digiling bersama tongkolnya, maka kandungan serat kasarnya lebih tinggi dan TDN nya lebih rendah dari bulir jagung giling. Penggunaan jagung tongkol giling adalah khusus untuk ternak ruminansia, kuda dan babi dewasa tetapi tidak baik untuk penggemukan babi muda karena dapat mengakibatkan pertumbuhannya lambat.

Disamping itu ada yang disebut maize gluten meal atau corn gluten meal

(CGM). CGM ini merupakan salah satu hasil samping dan pembuatan pati jagung (pati maizena) dan sebagai bahan pakan merupakan konsentrat protein karena kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu diatas kandungan protein bungkil kedelai.

1.2. Cantel

Tanaman ini mirip jagung, yaitu dapat digunakan sebagai forase dan juga dapat dipanen hasil utamanya yang berupa bulir. Terdapat banyak vatrietas cantel, tetapi yang terkenal untuk pakan butiran ada 2 macam jenis utama, yaitu:

1. Cantel merah 2. Cantel putih

Disamping itu ada yang punya rasa manis (batangnya) sehingga jenis ini lebih banyak digunakan sebagai forase. Bulir cantel lebih kecil daripada bulir jagung, tetapi

(4)

dalam penggunaannya untuk ternak akan lebih baik bila digiling kasar dahulu dan diasah kulit hasilnya agar lebih mudah untuk dicerna, hal ini dikarenakan kulitnya keras, dilapisi lilin dan bila tidak digiling maka tidak sedikit yang ditelan masth dalam keadaan utuh.

Untuk domba, babi dan unggas dapat diberikan masih dalam keadaan utuh, namun hasilnya tetap lebih baik pada yang digiling kasar. Penggilingan terlalu halus bahkan akan mengakibatkan penurunan jumlah konsumsi pakan.

Cantel mengandung energi dan TDN yang lebih rendah daripada jagung, yaitu sebesar 75 - 78%. Secara umum komposisi kimia cantel mirip dengan jagung bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi pada cantel. Asam amino limitan pada cantel adalah

lisin dan treonin. Disamping itu cantel mengandung tanin yang merupakan anti-kualitas, dan kurang atau sedikit mengandung provitamin A, sehingga dalam penggunaannya diperlukan suplementasi vitamin A.

Sebagai pakan ternak cantel dapat digunakan sebagai pengganti jagung sampai sebanyak 50% tanpa menimbulkan akibat yang jelek, tetapi penggantian sampai sebanyak 100% dapat menurunkan pertambahan bobot badan sampai 10% bahkan mungkin dapat lebih besar.

Hasil samping dari jagung disebut corn gluten meal (CGM) sedangkan hasil samping dari cantel adalah sorghum gluten meal (SGM). SGM ini juga merupakan konsentrat protein karena kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu di atas kandungan protein bungkil kedelai tetapi dibawah kandungan protein CGM.

1.3. Gabah

Gabah atau bulir padi yang merupakan hasil utama tanaman padi jarang diberikan kepada ternak pada umumnya. Gabah hanya khusus digunakan sebagai bahan pakan untuk kuda dan unggas. Untuk ternak kuda disebabkan karena kuda dapat menngunyahnya dengan sempurna, sehingga gabah mempunyai nilai yang tinggi bagi kuda. Dari gabah terdapat diperoleh hasil utama yang berupa beras sebagai bahan pangan dan hasil samping yang berupa dedak/bekatul yang dapat digunakan sebagai bahan pakan.

Dari proses penggilingan gabah akan diperoheh: - beras 50% - 60%

- menir 1% - 20% - sekam 20% - 25% - dedak/bekatul 10% - 15%

(5)

Kesemuanya ini tergantung dari macam dan keadaan gabahnya sendiri serta metode penggilingannya. Khusus hasil samping yang berupa dedak/ bekatul menipakan bahan pakan yang cukup baik nilai nutritifnya yaitu sebagai sumber energi dan vitamin B.

Dedak/ bekatul tersusun dari : - sekam

- lembaga

- selaput putih beras - menir

- pati

Bila kandungan sekam tinggi disebut dedak. Bila kandungan sekam rendah disebut bekatul. Dedak/ bekatul cukup tinggi kandungan minyaknya maka mudah tengik. Untuk menghindari ketengikan dilakukan pemanasan/ pengeringan segera setelah proses penggilingan gabah. Ketengikan bisa tercegah akibat rusaknya enzim

lipolitik (lipase) yang terdapat pada dedak/ bekatul.

Dedak atau bekatul padi dapat digunakan untuk semua jenis ternak dan cukup palatabel, tetapi tergantung dari tinggi rendahnya kandungan serat kasarnya (sekam).

Maksimal penggunaannya di dalam ransum adalah: - 40% untuk sapi

- 30% - 40% untuk babi - 25% untuk unggas

Penggunaan dedak/bekatul padi untuk babi sebaiknya dikurangi atau dihentikan menjelang satu bulan sebelum babi dipotong, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya lemak tubuh lembek. Disamping dedak/ bekatul padi terdapat pula dedak/ bekatul gandum. Pemberian nama detik ataupun bekatul tergantung pada bahan penyusunnya. Disebut bekatul bila bahan tersebut tersusun dari kulit berasnya dan pati yang menempel, tetapi bila tercampur juga dengan kulit luarnya (sekam) beserta lembaganya lebih tepat disebut dedak, atau lebih dikenal dengan nama wheat pollard.

Penggunaan wheat pollard di dalam ransum sering dibatasi karena mempunyai ringan per unit volume (bulky), namun demikian cukup palatabel bagi semua jenis ternak. Disamping sebagai sumber energi juga sumber vitamin larut kecuali niasin.

(6)

1.4. Gaplek

Gaplek adalah ubi kayu yang telah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan. Salah satu tujuan dari pengeringan adalah untuk dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama, mudah penanganannya dan mengurangi atau menghilangkan kandungan

ghekosida (linamarin) yang dapat menghasilkan HCN oleh adanya aktifitas enzim tertentu.

Ada 2 varietas ubi kayu: 1. vanetas palut 2. varietas manis

Pada vanetas pahit terkandung HCN yang lebih tinggi (0,02% - 0,03%) daripada yang terkandung di dalam varietas manis (<0,01%). Oleh karena itu di dalam penggunaanya sebagai pakan harus diproses terlebih dahulu terutama yang varietas pahit, sedang yang varietas manis dapat digunakan masih dalam keadaan segar. Sebagian besar ubi kayu yang ditanam adalah dari vanetas manis.

Ubi kayu segar ataupun kering (gaplek) dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi untuk berbagai jenis ternak. Pemberiannya dapat dalam bentuk irisan cacahan ataupun tepung. Sebagai sumber energi dapat digunakan untuk pengganti seluruh bahan pakan butiran bagi babi akhir pertumbuhan, asal protein yang dibutuhkan telah tercukupi, begitu juga baik bagi babi bunting dan babi menyusui.

Dalam pembuatan tapioka (pati ubi kayu) dihasilkan ampas yang disebut onggok. Walaupun onggok merupakan ampas dari pembuatan tapioka, namun kenyataannya masih cukup baik untuk digunakan sebagai bahan pakan sumber energi terutama bagi ternak ruminansia. Hal ini disebabkan masih cukup tingginya kandungan karbohidrat yang mudah larut (pati), dan tinggi rendahnya kandungan pati tersebut tergantung dari proses pembuatan tapioka. Semakin baik prosesnya akan semakin kurang kandungan karbohidrat yang mudah larut (pati) nya. Onggok sebagai bahan pakan pada umumnya disimpan dalam keadaan kering dan diberikan kepada ternak dalam bentuk tepung kasar/ giling kasar.

1.5. Tetes

Adalah tetes yang merupakan hasil samping dari pembuatan gula tebu. Tanaman tebu sendiri terdiri dari bagian batang (60%) yang merupakan bahan utama untuk pembuatan gula, pusuk tebu (30%) dan daun (10%) yang dapat digunakan sebagai bahan pakan (forase).

(7)

1. ampas (15%) : - ampas kasar 70% - ampas halus 30% 2. cairan : - air 70% - gula 10% - tetes 3% - bahan sisa2%

Ampas halus tersebut juga dapat dipakai sebagai bahan pakan khususnya bagi ternak ruminansia. Tetes mengandung gula cukup tinggi, yaitu diatas 48%, terdiri dari:

- 25% - 40% sukrosa - 12% - 25% gula yang lain

Tetes merupakan bahan pakan sumber energo yang cukup baik (55% — 75% TDN). Walaupun tetes berupa cairan, tetapi kenyataannya cukup tinggi kandungan bahan keringnya, yaitu: 70% — 80% dan abunya 8% — 10% dengan mineral utama K, Ca, Cl dan garam sulfat.

Ada 4 macam prinsip penggunaan tetes di dalam pakan, yaitu: 1. Pada Pakan Kering

Tujuan:

- menaikkan palatabilitas - mengurangi pendebuan - sebagai bahan perekat

Sebagai ancar-ancar penggunaan tetes: - 15 % untuk sapi dan babi

- 8% untuk pedet - 5% untukunggas 2. Pada pembuatan Silase

Tujuan: untuk mempercepat proses fermentasi dan memperbaiki palatabilitas Penggunaannya:

• cukup sebanyak 5% atau sebanyak 50 kg untuk setiap m3 forase

Bagi forase yang rendah kandungan proteinnya penggunaannya sebaiknya ditambah urea sebagai sumber NPN. Dapat juga tetes disemprotkan pada hei dengan tujuan untuk menghindari rontoknya daun.

3. Pada penggunaan Urea

Tujuan : untuk pembawa urea dalam campuran bentuk cair (urea tetes) sebagai suplemen untuk ternak ruminansia

(8)

Ureanya cukup tinggi yaitu sekitar 10% kadang-kadang lebih tinggi

Walaupun begitu konsumsi tetes pada campuran ini masih cukup rendah yaitu sekitar 0,5 kg/ ekor/ hari.

4. Pada situasi dan kondisi tertentu

Pada daerah pabrik gula tidak jarang tersedia tetes melimpah dan kenyataannya ada yang belum dimanfaatkan secara optimal. Apalagi dengan kurang tersedianya bahan pakan butiran sebangsa padi. Dengan situasi dan kondisi tersebut maka tetes dapat digunakan sebagai pengganti bahan pakan butiran sebangsa padi. Tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan tetes yang banyak dalam ransum kemungkinannya dapat mendatangkan keracunan apalagi dengan terbatasnya air minum.

Gejala-gejala keracunan : Turunnya suhu tubuh Kondisi lemah

Pernapasan cepat atau terengah-engah 1.6. Lemak/ Minyak

Tersedianya lemak sebagai hasil samping dari pemotongan ternak (sapi, kerbau, kambing, domba, unggas) dan juga banyak tanaman (kelapa, sawit, kacang, dan lain-lain) maka lemak/ minyak sering digunakan sebagai bahan pakan sumber energi di dalam ransum komersial, namun penggunaannya tergantung dari harganya.

Lemak sebagai pakan : terutama berasal dari lemak ternak yang sudah tidak digunakan sebagai bahan pangan. Begitu juga minyak sebagai bahan pakan baru digunakan bila sudah tidak digunakan sebagai bahan pangan, sebab minyak tanaman lebih menguntungkan bila dipakai sebagai bahan pangan atau yang lain (minyak goreng, margarin, sabun, cat, dan yang lain hasil industri) yang lebih menguntungkan daripada untuk pakan ternak.

Lemak/ minyak tanaman baru digunakan bila dibutuhkan kandungan energi yang lebih tinggi di dalam ransum, hal ini disebabkan karena minyak/ lemak mempunyai nilai energi 2,25 kali energi karbohidrat. Penggunaannya bertujuan:

untuk menghindari pendebuan pakan memperbaiki tekstur pakan

menaikkan palatabilitas

(9)

Penggunaan lemak/ minyak tanaman sebaiknya ditambah anti oksidan, bila tidak maka pakan tersebut harus segera diberikan kepada ternak. Bagi ruminansia, lemak/ minyak digunakan pada kondisi tertentu saja, misalnya:

untuk menghindari terjadmya bloat

digunakan di dalam pakan pengganti susu (milk replacer), yaitu dapat sebanyak 15% —30%

- 2 - 4% untuk sapi dewasa dan sapi perah - 5 - 10% untuk pakan babi (creep diets) - 2 – 5% untuk unggas

Baru digunakan bila harganya bersaing murah dengan bahan pakan butiran.

2. Konstrat Protein

Yaitu: Semua macam bahan pakan yang mengandung protein kasar > 20%. Penggunaan konsentrat protein terutama ditujukan untuk ternak muda, ternak tumbuh cepat dan ternak produksi tinggi. Berdasarkan sumbernya, konsentrat protein berasal dari:

- ikan laut - hewan darat - tanaman

- asam amino sintetik

Konsentrat protein terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Konsentrat protein hewan

2. Konsentrat protein nabati 3. Konsentrat protein sinteti

2.1. Konsentrat protein hewani

Terutama digunakan untuk ransum ternak non-ruminansia yang omnivora (babi, unggas). Ransum ternak tersebut bila tanpa konsentrat protein hewan maka akan sukar menghindari terjadinya defisiensi asam amino essensial dan beberapa macam vitamin terutama vitamin B 12. Oleh karena itu walaupun penggunaan di dalam ransum dalam jumlah tidak banyak, tetapi telah dapat dengan segera memperbaiki nilai nutritif dari ransum tersebut.

(10)

- Tepung lkan

Tepung ikan adalah konsetrat sumber protein hewani yang sangat penting dan paling banyak digunkan dalam membuat ransum untuk ternak non ruminansia, khususnya untuk pakan unggas. Hampir sepertiga dari hasil tangkapan ikan laut di dunia digunakan untuk keperluan pembuatan tepung ikan yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak. Produser terbesar dunia dalam membuat tepung ikan adalah USA, Peru, Chili dan Denmark. Dilaporkan oleh Swick (2002), produksi tepung ikan dunia pada tahun 2000 mencapai 7,2 juta metrik ton, dan produksi ini memang bervariasai dari tahun ketahun, tetapi ada kecenderungan meningkat pada beberapa tahun terakhir ini Pembuatan tepung ikan pada umumnya dengan cara memasak ikan terlebih dahulu, setelah itu di press untuk membuang minyak dan air yang terkandung didalamnya, kemudian dikeringkan dan akhirnya dibuat tepung. Sebagaian besar tepung ikan berwarna kecoklatan dengan nilai nutritif yang sangat baik. Rata-rata kandungan protein kasarnya bervariasi dari 50 sampai 70%, kandungan lemak kasarnya antara 2 sampai 12%, tergantung dari proses yang dilakukan. Untuk tepung ikan yang tidak diektraksi lemaknya maka kadar lemak kasarnya dapat mencapai 12% atau lebih. Tepung ikan pada dasarnya sangat kaya akan asam amino, khususnya asam amino lisin bial dibanding dengan sumber protein lainya, misalnya: bungkil kedelai. Sedangkan kandungan asam-asam lemak sangat tergantung dari jenis ikannya. Seperti halnya tepung ikan lemuru (sardine) sangat kaya dengan asam lemak omega-3. Kandungan garam (NaCI) dan tepung ikan sangat tergantung dari proses pembuatanya, tepung ikan-tepung ikan yang diproduksi secara industri relatif kecil berkisar antara 1,3 sampai 4%. Adapun kandungan nutrien dan tepung ikan impor yang sering digunakan dalam pakan untuk ternak unggas bila dibanding dengan bahan pakan sumber protein lainnya tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrien dari tepung ikan dan bahan pakan lainnya(%)1) Bahan Protein air lemak Serat

kasar

abu lisin Metonin Tepung ikan 62,2 8,8 8,9 0,8 20,2 4,04 1,61 Bungkil kedelai 44,0 11,7 2,5 5,2 6,0 2,64 0,60

Rapeseed meal 37,4 10,1 2,3 10,7 9,1 1,69 0,73

(11)

Tepung ikan lokal

Pada umumnya dibuat dari : hasil samping pada pembuatan minyak ikan dan berbagai macam ikan laut sisa yang sudah tidak dijual untuk dikonsumsi manusia. Ada dua prinsip pembuatan tepung ikan, yaitu:

1. Bahan dikukus terlebih dahulu sebelum dikeringkan, tepung ikannya disebut tepung ikan kukus.

2. Bahan tidak dikukus tetapi langsung dikeringkan, tepung ikannya disebut tepung ikan non kukus.

Tepung ikan kukus berasal dari seluruh tubuh ikan yang telah dikukus dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya, kemudian ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung ikan kukus.

Tepung ikan non kukus berasal dari seluruh tubuh ikan kecil dan berbagai macam ikan sisa tanpa dikeluarkan minyaknya, langsung dikeringkan dan digiling menjadi tepung ikan non kukus. Oleh karena itu kandungan minyak pada tepung ikan non kukus adalah cukup tinggi, yaitu di atas 10%.

Pembuatan tepung ikan kukus dalam skala kecil, sebagai berikut: - ikan dicacah, kemudian direbus dalam waktu singkat - air dan minyaknya dipisahkan dengan kain saring

- ampasnya dikeringkan dengan jalan dijemur di bawah terik matahari atau dengan udara panas (oven) pada suhu 45 — 65 °C sampai kering.

- bila sudah kering kemudian digiling menjadi tepung ikan

Tepung ikan merupakan bahan pakan yang cukup mahal harganya, oleh karena itu penggunaannya hanya untuk ternak non ruminansia (babi, unggas). Tepung ikan juga merupakan bahan pakan standar bagi kedua ternak tersebut yang gunanya untuk memenuhi kekurangan asam amino esensial di dalam ransumnya. Disamping sebagai sumber protein (sekitar 60% protein kasar), juga mengandung mineral Ca dan P yang cukup tinggi. Penggunaan tepung ikan di dalam ransum menunjukkan respon yang lebih baik daripada menggunakan konsentrat protein lain.

Penggunaannya:

- didalam ransum babi 7% - didalam ransum unggas sekitar - 10% untuk masa pertumbuhan - 8% untuk masa akhir ayam pedaging

(12)

- 5-6% untuk masa produksi telur

Penggunaan tepung ikan dalam aras yang tinggi mengakibatkan bau amis/anyir pada produk daging atau produk telurnya.

- Tepung Udang

Bahan bakunya adalah berupa udang yang tidak layak dikonsumsi manusia dari hasil sisa perusahan udang beku ataupun perusahaan ebi yang terdiri dari kepala dan kulit.

Bahan baku tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung udang cukup tinggi, sehingga bila digunakan di dalam ransum unggas tidak perlu adanya suplementasi kholin, namun kandungan khitin nya tinggi, dan khitin ini dapat dikatakan hampir/ tidak dapat dicerna. Walaupun cukup tinggi kandungan protein kasar di dalam tepung udang, tetapi sebetulnya 10% protein kasarnya dan 50% nitrogen dalam kulitnya adalah berasal dari khitin.

Nilai nutritif tepung udang mirip dengan tepung daging, namun penggunaan tepung udang untuk ransum babi dan unggas sebaiknya dicampur dengan konsentrat protein yang lain.

- Tepung Daging

Berasal dari daging afkir dari berbagai jaringan lunak lain yang tidak dikonsumsi manusia dari pemotongan ternak (rumah potong), juga dapat berasal dari ternak yang mati. Oleh karena itu kualitasnya tergantung dari:

- komposisi bahan asal - metode

- suhu pembuatannya

Nilai nutritifnya lebih rendah daripada tepung ikan. Kandungan proteinnya umumnya berkisar 45 — 55%. Diberi nama tepung daging bila kandungan mineral P < 4,4%. Jika kandungan mineral P > 4,4% maka disebut tepung daging tulang.

Tingginya kandungan mineral P dibarengi dengan tingginya kandungan mineral Ca, hal ini dikarenakan keduanya penyusun utama dari tulang. Oleh karena itu maka diberi nama tepung daging tulang.

Penggunaan daging/ tepung daging tulang akan lebih baik bila dicampur dengan sumber protein hewan yang lain, terutama bila digunakan untuk menyusun ransum babi dan unggas. Disamping itu jumlah penggunaannya

(13)

juga dibatasi tidak lebih dari 5% di dalam ransum babi penggemukan fase pertumbuhan akhir dan tidak lebih dan 10% di dalam ransum babi induk dan unggas.

- Tepung Darah

Berasal dari : darah hasil samping pemotongan ternak (rumah potong). Darah yang sudah membeku direbus terlebih dahulu, kemudian dikeringkan menjadi tepung darah. Dan bobot ternak seberat 1000 kg nantinya hanya dapat diperoleh sekitar 6 kg tepung darah.

Tepung darah mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu 80 — 85%, namun nilai kecernaan dan kualitas proteinnya lebih rendah daripada protein hewan yang lain, yaitu rendah kandungan asam amino isoleusin. Disamping itu kandungan mineral Ca dan P nya juga rendah, oleh karena itu penggunaannya akan lebih baik bila dicampur dengan sumber protein lain.

Sebagai sumber protein, tepung darah kurang populer dan penggunaannya dibatasi yaitu tidak lebih dari 5% di dalam ransum babi dan unggas, namun untuk ransum sapi dan campuran susu untuk pedet penggunaannya dapat lebih tinggi.

- Tepung Susu

Mengandung hampir semua nutrien yang dibutuhkan temak. Walaupun susu merupakan pakan yang sangat baik, namun karena harganya mahal dan juga membutuhkan tempat yang besar maka penggunaannya terutama hanya untuk ternak muda.

Kekurangan yang ada pada susu, yaitu: Defisiensi mineral Fe dan Cu. Oleh karena itu bila ternak muda diberi susu (tidak disapih) terlalu lama tanpa diberi tambahan pakan sumber Fe dan Cu maka akan dapat menderita anemia.

Khusus pada anak sapi (pedet) yang diberi susu dalam waktu yang lama akan dapat menghasilkan daging anak sapi (veal) yang berwarna pucat yang dikenal dengan nama White Veal.

Untuk menghindari tempat yang besar dan lebih mudah untuk disimpan maka susu cair dibuat menjadi tepung susu yaitu berupa tepung susu skim dan tepung susu penuh. Tepung susu skim adalah tepung susu yang telah diambil lemaknya termasuk vitamin yang larut dalam lemak, tetapi proteinnya masih penuh (>35%).

(14)

Proteinnya mempunyai nilai biologis dan kecernaan yang tinggi serta sumber vitamin B yang baik kecuali vitamin larut lemak. Adanya defisiensi vitamin larutan lemak (vitamin A dan D) maka sebaiknya dalam penggunaannya ditambah dengan sumber vitamin tersebut minyaknya minyak ikan (cod-liver oil). Penggunaan di dalam ransum pedet dan babi fase awal adalah sebanyak 5-20% dan di dalam ransum ayam sebanyak 2-3%.

Tepung susu penuh adalah susu penuh yang dikeringkan menjadi tepung. Jadi di sini semua macam nutrien yang terkandung di dalam susu masih lengkap. Dengan demikian maka nilai nutritifinya secara umum masih lebih baik daripada tepung susu skim, namun kandungan proteinnya adalah lebih rendah. Penggunaan tepung susu penuh ditujukan sebagai pengganti susu (milk replacer) dan ransum sapih awal pedet dan babi.

Pembuatan tepung susu skim dan tepung susu penuh sebetulnya untuk pangan, oleh karena itu yang digunakan untuk pakan adalah tepung susu yang baru saja kadaluwarsa sebagai pangan namun masih baik sebagai pakan. - Tepung Bulu

Yang dimaksud bulu di sini adalah bulu ayam yang berasal dan rumah potong ayam. Tepung bulu adalah bulu ayam yang telah mengalami hidrolisis dengan jalan pengukusan pada suhu dan tekanan tinggi, kemudian dikeringkan dan digiling menjadi tepung bulu Tepung bulu mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu: sebesar 75 — 80% dengan nilai kecernaan protein diantara 32 - 75%, bila proses pembuatannva baik maka kecernaan protein kasarnya dapat maksimum (± 75%). Kandungan nutrien tepung bulu yang pernah di laporkan oleh Han dan Parsons (1991) tertera pada Tabel 2.

(15)

Tabel 2. Kandungan nutrien tepung bulu b

Salah satu kekurangan dari

asam amino esensial penyusun protein bulu (misalnya asam amino metio dan juga rendahnya ni

penggunaan tepung bulu di dalam ransum disarankan a pakan sumber protein hewa

daging agar macam dan

Tabel 2. Kandungan nutrien tepung bulu berdasarkan bahan kering udara

kekurangan dari tepung bulu adalah defisiensinya beberapa asam amino esensial penyusun protein bulu (misalnya asam amino metio

lai kecernaan asam amino lisin. Oleh karena itu dalam penggunaan tepung bulu di dalam ransum disarankan adanya tambahan

pakan sumber protein hewan yang lain, misalnya tepung ikan ataupun tepung daging agar macam dan jumlah asam amino esensial di dalam ransum tercukupi.

erdasarkan bahan kering udara

tepung bulu adalah defisiensinya beberapa asam amino esensial penyusun protein bulu (misalnya asam amino metionim) lai kecernaan asam amino lisin. Oleh karena itu dalam nya tambahan bahan yang lain, misalnya tepung ikan ataupun tepung jumlah asam amino esensial di dalam ransum tercukupi.

(16)

Sebagai ancar-ancar dalam penggunaan tepung bulu di dalam ransum adalah sebanyak tidak lebih dari 5% untuk monogastrik dan disarankan dengan tambahan tepung ikan sekitar 2,5%.

2.2. Konsentrat Protein Nabati

Terdapat banyak varietas biji-bijian dan buah-buahan yang ditanam untuk diambil minyaknya. Beberapa di antaranya ada yang digunakan untuk pakan ternak, tetapi lebih banyak dan umum yang digunakan sebagai bahan pakan adalah sampingnya yang disebut bungkil. Yang disebut bungkil adalah hasil samping pembuatan minyak nabati dari biji-bijian dan buah-buahan. Pada Bungkil:

- kandungan proteinnya umumnya tinggi - kandungan karbohidratnya rendah

- kandungan minyaknya tergantung pada metode yang digunakan untuk mengeluarkan minyak tersebut.

Ada beberapa macam biji-bijian yang kulit bijinya dikupas terlebih dulu sebelum diproses untuk mendapatkan minyaknya, maka hasil sampingnya (bungkilnya) akan mengandung lebih sedikit serat kasamya, sehingga nilai nutritif bungkil tersebut akan lebih baik bila dibandingkan dengan bungkil dan biji-bijian yang kulit bijinya tidak dikupas terlebih dahulu.

Pengeluaran minyak dan biji-bijian dapat dilakukan dengan jalan: - pengepresan

- pelarutan

Pada proses pengepresan ada 2 type, yaitu: 1. Pengepresan Hidrolik

- Caranya : biji-bijian digiling terlebih dulu, kemudian dipanasi dan selanjutnya dibungkus kain sebelum dipres.

- Sisa minyak pada bungkil dan tipe ini adalah sedikit lebih tinggi daripada dengan yang menggunakan pengepresan putar.

2. Pengepresan Putar

- Lebih umum disebut dengan proses pengeluaran (expelling process) yang terus berlanjut.

- Biji-bijian dipres putar lewat tabung yang ujungnya berlubang-lubang kecil. - Dengan tekanan yang tinggi maka akan terjadi kenaikan suhu yang

selanjutnya akan mempermudah minyak keluar tabung.

(17)

- Akan didapat bungkil yang rendah kandungan minyaknya, yaitu dapat <2%. - Cara: Biji-bijian yang telah digiling dimasukkan pada tempat ekstraksi dan

selanjutnya pelarut dipompakan ke dalam dan terus dialirkan keluar.

- Proses ini dilakukan berulang kali, sehingga minyak yang masih tertinggal di dalam biji-bijian tersebut begitu rendah, sehingga betul-betul sudah tidak mempunyai nilai yang ekonomis.

- Bungkil Kedelai

Biji kedelai adalah : biji-bijian yang tertinggi kandungan proteinnya (± 42%). Sewaktu panen biji kedelai masih cukup tinggi kandungan airnya, oleh karena itu perlu diturunkan kandungan airnya (< 15%) agar dapat tahan lama disimpan. Bila digunakan sebagai bahan pakan perlu digiling dulu agar mudah dicampur dengan bahan pakan butir-butiran.

Bagi ternak ruminansia : penggunaan biji kedelai tidak perlu diperlakukan terlebih dahulu, tetapi bagi ternak non ruminansia (babi muda dan unggas) perlu adanya perlakuan pemanasan pada suhu 115 °C selama 10 menit agar antikualitas (anti tripsin atau trypsin inhibitor) yang disebut soyin menjadi tidak aktif, sehingga tidak mengganggu proses pencernaan protein.

Biji kedelai jarang digunakan sebagai pakan ternak, sebab merupakan bahan pangan sumber protein nabati yang sangat baik. Khusus untuk ternak, yang digunakan sebagai bahan pakan adalah bungkilnya yaitu merupakan hasil samping dan pembuatan minyak kedelai.

Bungkil kedelai adalah : salah satu bahan pakan konsentrat protein nabati yang sangat baik. Kandungan asam amino esensialnya mendekati asam amino esensial dari protein susu kecuali metionin dan lisin (rendah), sumber vitamin B kecuali vitamin B12 yang sangat rendah yaitu tidak seperti yang terkandung di dalam konsentrat protein hewani.

Sebagai setandar, bungkil kedelai mengandung protein kasar:

- 50% untuk yang berasal dan kedelai tanpa kulit biji (khusus untuk bahan pakan ayam daging)

- 44% untuk yang berasal dan kedelai yang masih mengandung kulit biji (khusus untuk bahan pakan babi)

Secara umum bungkil kedelai mempunyai kelebihan, yaitu: - kecernaannya tinggi

(18)

- dapat menaikkan palatabilitas ransum - Bungkil Kacang tanah

Kacang tanah (biji) termasuk biji-bijian yang tinggi kandungan proteinnya (± 33%). Agar kacang tanah dapat tahan lama disimpan, juga harus dibuat rendah kandungan airnya, sebab kacang tanah mudah sekali tercemar oleh jamur Aspergillus flavus yang menghasilkan toksin (aflatoxin). Aspergillus flavus dapat tumbuh bila kacang tanah tersebut masih mengandung air di atas 9% , pada suhu 30-35 °C.

Untuk menghindari tumbuhnya jamur, maka cara yang paling mudah adalah: penanganan yang baik saat panen disamping pengeringan yang cepat dan disimpan di tempat yang kelembabannya rendah. Biji kacang tanah seperti halnya biji kedelai yaitu jarang/ tidak digunakan sebagai bahan pakan ternak, tetapi sebagai bahan pangan sumber protein yang baik. Yang digunakan sebagai bahan pakan adalah bungkilnya yang merupakan hasil samping dari pembuatan minyak kacang tanah

Tinggi rendahnya nilai nutritif bungkil kacang tanah tergantung dari macam kacang dan proses pembuatan minyak kacang tanah tersebut. Pada saat sekarang, bungkil kacang tanah kurang tersedia di pasaran. Dilihat dari kandungan nutriennya, bungkil kacang tanah merupakan bahan pakan sumber protein nabati yang baik (± 45%) untuk semua jenis ternak. Namun perlu diketahui bahwa bungkil kacang tanah juga tercemar jamur Aspergillus flavus yang menghasilkan toksin (aflatoxin). Oleh karena itu dalam penggunaan harus betul-betul bebas dan aflatoxin tersebut.

- Bungkil Kelapa

Disebut pula sebagai bungkil kopra. Disebut bungkil kopra karena disebabkan bahan baku yang diambil minyaknya adalah kopra. Kopra adalah daging kelapa yang sudah dikeringkan sampai kadar airnya tinggal kurang dan 6% dengan maksud agar kopra tersebut tidak rusak.

Dari 1000 butir daging kelapa akan menghasilkan sekitar 110 kg minyak dan 55 kg bungkil. Kandungan protein bungkil kelapa banya sekitar 20%, hal ini tergantung dari kualitas kopranya dan macam peralatan yang digunakannya. Kualitas proteinnya termasuk rendah, karena defisiensi asam amino lisin, disamping itu juga tinggi kandungan serat kasarnya.

(19)

Namun demikian, bungkil kelapa untuk ransum sapi perah dapat digunakan sampai sebanyak 1,5 — 2,0 kg/ ekor/ hari dengan hasil memperbaiki kadar lemak susu dan bila untuk pembuatan mentega akan menghasilkan mentega yang balk. Begitu juga penggunaan bungkil kelapa untuk ransum babi dapat memperbaiki kualitas lemak tubuh yaitu lemak tubuhnya menjadi kenyal.

Untuk unggas, bungkil kelapa dapat digunakannya dalam ransum juga, asal disuplementasi dengan asam amino metionin dan lisin, begitu juga energinya perlu disuplementasi dengan minyak tanaman atau lemak hewan.

- Bungkil Kelapa Sawit

Dan buah kelapa sawit dihasilkan 2 macam mmyak: 1. minyak dan sabut buah

2. minyak dan inti atau minyak daging buah

Yang dimaksud bungkil kelapa sawit di sini adalah bungkil dan pembuatan minyak inti atau daging buah kelapa sawit, oleh karena itu sering disebut sebagai bungkll inti sawit. Bungkil inti sawit banyak digunakan sebagai bahan pakan sapi, bahkan untuk sapi perah (1,5 kg/ ekor/ hari) dapat menghasilkan susu yang bila dibuat mentega akan menghasilkan mentega yang keras.

Untuk sapi dewasa dapat diberi bungkil inti sawit sebanyak 2 — 3 kg/ ekor/ hari. Hasil yang baik juga terjadi pada babi bila ransumnya mengandung bungkil inti sawit sebanyak 20 — 30% (0,5 kg/ ekor/ hari), yaitu dengan terbentuknya lemak tubuh yang kenyal, sehingga akan menaikkan kualitas daging. Untuk ransum ayam jarang digunakan bungkil inti sawit, namun penggunaan sampai sebanyak 20% di dalam ransum tetap dapat mempertahankan produksinya.

Kandungan protein kasar adalah lebih rendah (<20%) daripada bungkil kelapa. Kandungan serat kasarnya cukup tinggi, sehingga nilai kecernaannya juga lebih rendah daripada bungkil kelapa.

- Bungkil Kapok

Yang dimaksud bungkil kapok adalah bungkil dari biji kapok. Biji kapok merupakan hasil samping dari tanaman kapok, oleh karena itu lebih tepat disebut bungkil biji kapok. Hasil utama dan tanaman kapok adalah kapoknya sendiri yang digunakan untuk berbagai jenis bantal tahan air. Bungkil kapok kecernaannya agak rendah, sebab terdapatnya serat kasar di dalamnya (± 25%).

(20)

Penggunaan sebagai bahan pakan sumber protein (± 30%) hanya khusus untuk ternak ruminansia, sebab bungkil kapok kurang disenangi oleh ternak non ruminansia, apalagi terdapatnya bau yang tidak disukai bahkan mungkin dapat mendatangkan keracunan. Lain halnya dengan biji kapok giling ternyata dapat digunakan di dalam ransum ternak ruminansia dalam jumlah yang cukup tinggi.

Perlu diketahui bahwa biji/ bungkil kapok tidak mengandung pigmen gossypol seperti yang terdapat pada biji/ bungkil biji kapas.

- Bungkil Kapas

Bungkil Kapas adalah bungkil dari biji kapas, oleh karena itu lebih tepat disebut bungkil biji kapas. Biji kapas merupakan hasil samping tanaman kapas, sedang hasil utamanya adalah serat kapasnya yang digunakan untuk berbagai macam kebutuhan.

Ada 2 macam bungkil kapas, yaltu:

1. Bungkil dari biji kapas tanpa kulit dengan kandungan protein ± 45%. 2. Bungkil dari biji kapas bersama kulitnya dengan kandungan protein ±26%. Sebagai sumber protein, bungkil kapas rendah kandungan asam amino sistin,

metionin dan lisin.

Dilihat dari kandungan proteinnya, bungkil kapas tanpa kulit merupakan konsentrat protein nabati kedua setelah bungkil kedelai. Bungkil kapas terutama digunakan sebagai suplemen protein untuk temak ruminansia, tetapi untuk ternak non ruminansia penggunaannya dibatasi karena mengandung pigmen kuning (gossypol) yang bersifat racun bila penggunaannya berlebihan.

Disamping itu penggunaan bungkil kapas di dalam ransum unggas dapat mengakibatkan penurunan kualitas telur yang dihasilkan yaitu terjadinya wama kehijau-hijauan pada yolk dan warna kemerah-merahan (pink) pada albumen. Salah satu cara untuk menetralkan sifat racun dan gossypol adalah mencampurnya dengan FeSO4 atau garam Fe yang lain ke dalam bungkil kapas.

3. Sumber Mineral

Mineral yang terkandung di dalam ransum ternak kadarnya relatif rendah, tetapi keberadaannya sangat penting. Hal ini tampak dan adanya penambahan/ suplementasi mineral tertentu ke dalam ransum agar terpenuhi sesuai dengan yang dibutuhkan temak.

(21)

Namun demikian penambahan mineral tersebut berbeda-beda, diantaranya tergantung pada:

- Spesies dan umur temak

- Macam produk dan temak tersebut - Macam bahan pakan penyusun ransum

Khusus bahan pakan yang berasal dan tanaman, kandungan mineral di dalamnya terutama tergantung dan kesuburan tanah tempat tumbuhnya. Pada lazimnya, mineral-mineral yang perlu mendapat perhatian meliputi garam dapur (NaCl), Ca, P. Mg, dan kadang-kadang S yang merupakan mineral makro. Dan mineral mikro meliputi Cu, Fe, I, Mn, Se, dan Zn yang sering terjadi defisiensi pada ternak serta Co yang mungkin juga dapat terjadi defisiensi pada ternak ruminansia.

Tercukupinya kadar dan keseimbangan antara masing-masing mineral adalah sangat penting, hal ini dikarenakan adanya interelasi diantara mineral tersebut.

Adanya kelebihan salah satu mineral dapat mempengaruhi ketersediaan salah satu atau lebih mineral lain. Sebagai contoh: Kelebihan mineral Ca dapat menyebabkan penuruan ketersediaan mineral P. Mg, dan Zn. Begitu juga macam sumber mineral harus dapat larut dan mineralnya dapat diabsorpsi yang selanjutnya dapat digunakan oleh ternak. Feri Oksida (Fe2O3) adalah hampir tidak larut, oleh karena itu Fe2O3 jarang digunakan sebagai sumber mineral Fe bagi ternak. Namun bisa terjadi keracunan mineral, bila kadarnya di dalam ransum melebihi batas maksimal.

3.1. Tepung Tulang

Tulang yang digunakan untuk pembuatan tepung tulang berasal dari: - rumah potong ternak

- hotel

- rumah makan yang berupa tulang sampah

Selanjutnya tulang yang diperoleh tersebut diproses menjadi berbagai macam tepung yaitu:

- tepung tulang rebus - tepung tulang kukus - tepung arang/ abu tulang

Tepung tulang rebus dibuat dengan jalan merebus tulang sampai semua sisa jaringan yang menempel terlepas dan selanjutnya tulang dikeringkan dan digiling menjadi tepung tulang (tepung tulang rebus).

(22)

Tepung tulang kukus dibuat dengan jalan mengukus tulang di bawah tekanan untuk melepaskan sisa daging dan lemak, selanjutnya tulang dikeringkan dan digiling menjadi tepung (tepung tulang kukus).

Tepung arang/ abu tulang dibuat dengan jalan membakar tulang khususnya tulang sampah agar menjadi steni dan menghilangkan semua senyawa organik, selanjutnya arang/ abu tulang digiling menjadi tepung (tepung arang/abu tulang).

Semua macam tepung tulang merupakan sumber utama mineral Ca dan P di dalam ransum ternak.

Kandungan Ca dan P di dalam ketiga jenis tepung tulang adalah sebagai berikut: - tepung tulang rebus mengandung ± 22% Ca dan ± 10% P

- tepung tulang kukus mengandung ± 32% Ca dan ± 15% P - tepung arang/ abu tulang mengandung ± 34% Ca dan ± 16% P 3.2. Garam Dapur (NaCl)

Kandungan utamanya adalah NaCl, merupakan sumber Na dan Cl. Garam dapur sering ditambahkan ke dalam ransum ternak. Garam dapur bersifat palatabel dan dapat menambah nafsu makan, sehingga sering digunakan sebagai bahan pembawa (carrier) untuk mineral lain yang dibutuhkan ataupun untuk pembawa lain seperti pestisida, obat-obatan dan sebagainya dalam jumlah 40% NaCl di dalam campuran. Garam dapur biasanya dibutuhkan oleh ternak yang berproduksi tinggi (laktasi) dan berbagai spesies yang punya kelenjar keringat.

Pada umumnya pemberian garam dapur adalah sebanyak 0,5% - 1,0% untuk pakan komersial ternak ruminansia dan kuda serta di dalam pakan konsentrat sebanyak 1 — 3%. Untuk ransum unggas dan babi biasanya ditambahkan sebanyak 0,25 — 0,50% garam dapur. Selain garam dapur diberikan bersama-sama ransum, juga sering pula disediakan tersendiri di dalam kandang.

Kelebihan garam dapur (NaCl) mengakibatkan problem bagi semua spesies ternak terutama ternak babi dan unggas apalagi bila air minumnya terbatas. Di dalam campuran, garam dapur harus betul-betul dalam keadaan halus. Yang umum digunakan adalah garam dapur beryodium yang mengandung tidak kurang dari 0,007% I.

Bila yang digunakan dalam bentuk garam KI, maka perlu adanya tambahan stabilisator agar dapat mempertahankan kandungan yodiumnya. Lain halnya bila yang digunakan dalam bentuk garam K103 atau dalam bentuk asam diyodosalisilat.

(23)

3.3. Tepung Batu Kapur (CaCo3)

Batu kapur atau yang senng disebut batu bintang (watu lintang) adalah: sumber mineral Ca yang digunakan di dalam ransum temak. Batu kapur yang baik hampir murni tersusun dari: kalsium karbonat (CaCo3) yang mengandung 36 — 38% Ca.

Tinggi rendahnya kandungan Ca tergantung dari kemurnian dari CaCo3 yang terdapat di dalam batu kapur tersebut. Petunjuk sederhana kemurnian batu kapur adalah makin putih/ jernih warna batu kapur tersebut akan makin tinggi kandungan CaCo3 nya, yang berarti pula makin tinggi kandungan Ca nya.

Tepung batu kapur dapat dibuat dengan jalan menggiling batu kapur menjadi tepung (tepung batu kapur). Sebagai sumber Ca, tepung batu kapur yang halus dapat dicampur di dalam ransum temak, dan tepung batu kapur yang kasar dapat diberikan tersendiri yaitu tidak dicampur di dalam ransum khusus untuk ternak tertentu (ayam).

3.4. Kulit Kerang Giling

Yang dimaksud kulit kerang di sini termasuk juga kulit siput. Kulit kerang tersusun dan hampir murni kalsium karbonat (95 — 99% CaCO3), merupakan sumber Ca yang baik untuk semua jenis ternak. Kulit kerang sebagai sumber Ca mengandung ± 37% Ca.

Ada 2 macam kulit kerang giling, yaitu: 1. Kulit kerang giling kasar

ini khusus digunakan untuk ayam masa produksi telur dan pemberiannya dapat dicampur di dalam ransum atau diberikan tersendiri.

2. Kulit kerang giling halus

ini digunakan untuk semua jenis ternak dan pemberiannya dicampur di dalam ransum.

3.5. Sumber Mineral yang lain

Ada berbagai macam senyawa anorganik yang dapat digunakan sebagai sumber mineral tertentu untuk ingredien ransum. Macam senyawa anorganik tersebut seperti tertera pada Tabel 3.

(24)

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrien dari tepung ikan dan bahan pakan lainnya(%) 1)  Bahan  Protein  air  lemak  Serat
Tabel 2. Kandungan nutrien tepung bulu b

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul : PERSEPSI DAN SIKAP NASIONALISME (Studi pada mahasiswa pendidikan guru madrasah ibtidaiyah fakultas tarbiyah dan keguruan iain

d. Ilmu politik atau ilmu pemerintahan atau tentang dunia yang juga disebut Arthasastra. 3.2 KEDUDUKAN UPAWEDA DALAM WEDA.. Sesuai dengan arti dan tujuannya serta apa

Perusahaan Otomotif yang menjadi obyek dalam penelitian ini, merupakan kelompok perusahaan yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan Otomotif memiliki

Dengan rumusan masalah yang ada, serta dari beberapa penelusuran peneliti lakukan dari sumber-sumber primer dan sekunder, dapat membuktikan bahwa 1) Majels Ta’lim berdiri pada

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1) Faktor predisposisi ( predisposing factors ),

Dalam perencanaan program tahfidz ini dibutuhkan kerjasama antara pihak sekolah baik dari kepala sekolah guru kelas dan guru tahfidz, yang semua pihak mempunyai

Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan masukan atau informasi bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cimahi, untuk lebih

Pelampung merupakan alat ukur kecepatan arus yang paling sederhana. Pelampung bergerak terbawa oleh arus dan kecepatan arus didapat dari jarak tempuh pelampung dibagi