MEMBENTUK KARAKTER BANGSA MELALUI TO BE A PROFESSIONAL TEACHER
Zulfa Amrina
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta
Abstract
Shaping the character of a nation can be done through "to be a professional teacher" (becoming a professional teacher). Professional teachers should have four competencies - pedagogic competence (the ability of a teacher to understand the characteristics or capabilities of the students through a variety of ways), personality (the ability of teachers to reflect the personality of the good in yourself, be prudent and wise, mature and authoritative and have a noble character to be good role models), professional (teacher's ability to master the learning material is broad and deep), and social (the ability of good teachers to communicate with students and all educational staff or also with parents / guardians of students and local communities). The fourth competency must be owned by a teacher. By having four competencies will shape the character of the teacher. Teacher character that will be able to shape the character of the nation.
Key Words: character, competency, professional teacher
PENDAHULUAN
Pembentukan karakter bangsa adalah tanggung jawab semua pihak, yang dimulai dari pendidikan dalam keluarga, kemudian dikolaborasikan dengan pendidikan di sekolah dan masyarakat. Gerakan Nasional Pendidikan karakter sudah dicanangkan sejak 2 mei 2010. Gerakan Nasional Pendidikan Karakter dibagi atas tiga tahap. Tahap pertama tahap Konsolidasi dan Peletakan Dasar-dasar (2010 – 2014), tahap kedua tahap Pemantapan Strategi Implementasi (2015 – 2019)
dan tahap ketiga adalah tahap Pengembangan Berkelanjutan (2020 – 2024). Dengan demikian, saat ini adalah saat pemantapan strategi implementasi. Untuk dapat berkontribusi dalam gerakan Nasional Pendidikan Karakter salah satunya adalah melalui menjadi guru. Guru yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif adalah guru yang profesional.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, dimana orang tua tidak lagi dapat memberikan pendidikan karaktek yang optimal pada anak-anaknya, peran guru
dapat menjadi peran yang strategis dalam membentuk karakter bangsa. Singkatnya, guru memegang peran penting dalam upaya gerakan Nasional Pembentukan karakter bangsa. Oleh karena itu, sangatlah wajar bila akhir-akhir ini pengakuan dan penghargaan terhadap profesi guru semakin meningkat, yang diawali dengan dilahirkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, yang segera diikuti dengan peraturan perundang-undangan yang terkait, yang sangat dinamis yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dewasa ini. Guru adalah jabatan profesi sehingga seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, independen, produktif, efektif, efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat, dan kode etik yang regulatif (Sulipan,
http://www.ktiguru.org/index.php/profes i guru).
Kualitas pendidkan terus disorot masyarakat karena mereka ingin tahu apa yang sudah diberikan sekolah terhadap peserta didik di sekolah dan
apa dampaknya terhadap pembentukan karakter peserta didiknya. Prilaku siswa yang diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat akan langsung dikaitkan dengan sekolah sebagai tempat siswa menuntut ilmu dalam bidang kognitif, psikomotor, dan sosial. Apa yang diperoleh siswa di dalam kelas tidak bisa dipisahkan dari guru yang berinterasi langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Gurulah yang akan mewarnai karakter peserta didiknya.
Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kualitas kehidupan siswa dalam bidang kognitif, psikomotor, dan sosial, guru tidak boleh puas dengan apa yang sudah dimilikinya. Mereka harus selalu mengembangkan dirinya untuk menjadi guru yang profesional karena seorang guru yang profesional tentu akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas.
Untuk menjadi seorang guru yang profesional butuh kerja keras karena seorang guru yang profesional itu selalu belajar untuk mengembangkan diri demi mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik. Sehubungan dengan hal itu, setiap usaha guru untuk mengembangkan diri agar menjadi pendidik yang profesional harus selalu difasilitasi.
Setiap guru dituntut untuk memiliki karakter profesional sebagai
tenaga pengajar. Aturan tersebut dalam peraturan Mentri Pendidikan Nasional mengenai standar kualifikasi akademik
serta kompetensi guru
(http://www.informasipendidikan.com/2
013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html). Menurut peraturan tersebut, bagaimanakah guru yang profesional itu? Penelitian tentang profesional guru sudah banyak dilakukan para peneliti dalam perspektif yang berbeda-beda. Walaupun begitu, kajian tentang profesionalisme guru dalam perspektif yang lebih detail masih memungkinkan untuk dilakukan.
Beberapa peneliti yang menginvestigasi profesionalisme guru adalah Mulyanto (2008) yang meneliti tentang Hubungan antara Kompetensi Profesional Guru dan Konsep Diri Guru dengan Kinerja Guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Kemudian adalah Rosidah (2008) yang meneliti Profesionalisme Guru dan Upaya Peningkatannya di MAN Yogyakarta 1. Selajutnya, ada Utami (2012) yang meneliti Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Murdadi (2013) adalah peneliti lainnya yang meneliti Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional di Kalangan
Guru SMK Pelita Salatiga. Dan yang terakhir adalah Rasman (2013) yang meneliti Hubungan Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri Kota Padang.
Dalam penelitiannya, Mulyanto (2008) menemukan bahwa: 1) ada hubungan positif yang signifikan antara Kompetensi Profesional Guru dengan Kinerja Guru, 2) ada hubungan positif yang signifikan antara Konsep Diri Guru dengan Kinerja Guru, 3) ada hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama antara Kompetensi Profesional Guru dan Konsep Diri Guru dengan Kinerja Guru. Rosidah (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa MAN Yogyakarta melakukan beberapa hal untuk mendukung profesionalisme guru, 1) mengikut sertakan guru-guru dalam workshop dan seminar tentang profesionalisme guru, 2) mewajibkan guru untuk mengikuti MGMP, dan mewajibkan guru untuk melakukan penelitian tindaka kelas. Utami (2011) dalam penelitinnya menemukan bahwa secara parsial, kecerdasan emosional guru secara signifikan berpengaruh langsung terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,701 (faktor determinan). Selanjutnya, tidak ada
pengaruh langsung kepuasan kerja guru terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta. Komitmen guru secara signifikan berpengaruh langsung terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 0,224. Sementara itu, secara simultan kecerdasan emosional, kepuasan kerja dan komitmen guru secara signifikan berpengaruh terhadap profesionalisme guru produktif SMK bidang keahlian TIK di kota Yogyakarta, dengan kontribusi sebesar 57%.
Murdadi (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa guru sertifikasi di SMK Pelita Salatiga kurang menguasai kompetensi guru, khususnya kompetensi profesional dan belum ada upaya peningkatan kualitas pendikdikan dikarenakan tidak dikuasainya kompetensi proesional. Rasman (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa kompetensi profesional guru dan iklim organisasi secara bersama- sama mempunyai hubungan yang kuat dan positif dengan kinerja guru.
Kenyataan di tengah-tengah masyarakat guru profesional belum seperti yang kita harapkan. Kita dapat melihat hasil kerja guru melalui orang-orang yang telah dididik oleh para guru.
Mereka mampu menciptakan arsitektur bangunan-bangunan menjulang tinggi, memproduksi teknologi canggih, sebagai contoh nyata. Bukti hasil kerja guru banyak dan begitu besar. Tentunya, di samping keberhasilan masih banyak pula masalah yang perlu dibenahi, terutama masalah peran pendidik dalam membangun mental bangsa yang sehat, membangun karakter bangsa yang akan membawa kedamaian. Masalah ini berkaitan dengan pendidikan, merupakan beban berat yang harus dipanggul oleh para guru. Kekecewaan terhadap karya guru banyak pula didengar. Perilaku guru yang tidak senonoh, korupsi yang terjadi di lingkungan pendidikan, premanisme yang berkembang di sekolah.lantas, sosok guru seperti apa yang dapat membantu negara mengatasi masalah yang sangat kompleks dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan. Diharapkan para guru sendirilah yang harus memikirkan kembali, bermenung sejenak tentang dirinya dan profesi yang diembannya.
Dengan demikian berdasarkan hasil-hasil penelitian dan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru yang ada saat ini belum menjadi guru profesioanal yang sesungguhnya. Untuk itu perlu pembahasan yang lebih rinci,
guru seperti apakah yang dapat disebut guru profesional.
PEMBAHASAN
Kata profesi adalah kata benda yang diambil dari kata profession, sedangkan profesional merupakan kata sifat yang berasal dari kata professional. Pengertian profesi pada hakikatnya menunjuk kepada pekerjaan atau jabatan. Tidak semua pekerjaan disebut sebagai profesi. Ada sejumlah ciri atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengatakan suatu pekerjaan sebagai profesi.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Menurut Ornstein & Lavine (1984), suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah ciri sebagai berikut:
a. melayani masyarakat, dan pekerjaan tersebut merupakan karier yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama (sepanjang hayat, tidak mudah berganti).
b. Pekerjaan tersebut membutuhkan bidang ilmu dan keterampilan yang khusus (tertentu), yang tidak semua orang dapat melakukannya.
c. menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke dalam praktik. d. membutuhkan pelatihan (pendidikan)
khusus dalam waktu yang panjang. e. terkendali berdasarkan lisensi baku
dan/atau memiliki persyaratan khusus (izin) untuk menduduki pekerjaan tersebut.
f. otonomi dalam membuat keputusan dalam lingkup pekerjaannya.
g. menerima tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang diambilnya.
h. memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, khususnya berkaitan dengan layanan yang diberikannya. i. menggunakan administrator untuk
memudahkan profesinya, dan relatif bebas dari supervisi jabatan (dokter menggunkan tenaga administrasi untuk mengelola data klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter). j. mempunyai organisasi yang diatur
k. mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan pekerjaan dokter dihargai dan diakui oleh IDI dan bukan oleh departemen kesehatan). l. mempunyai kode etik, sebagai
pedoman dalam melaksanakan layanan.
m. mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan dari setiap anggotanya.
n. mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.
Apakah pekerjaan atau jabatan guru sebagai sebuah profesi? Jawabannya ya. Hal ini didasarkan kepada beberapa karakteristik sebagai berikut:
a. Pekerjaan guru memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (penting) dalam masyarakat.
b. Untuk bekerja sebagai guru dibutuhkan keterampilan atau keahlian tertentu (khusus).
c. Keahlian dalam pekerjaan guru didasarkan pada teori dan metode ilmiah.
d. Ilmu keguruan memiliki batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan eksplisit.
e. Pekerjaan guru memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama. f. Guru memiliki organisasi profesi
sebagai wadah untuk memperkuat kualitas profesinya.
g. Guru memiliki kode etik sebagai landasan dalam bekerja.
h. Dalam menjalankan tugasnya, para pendidik/guru berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
i. Setiap anggota yang bekerja sebagai guru mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap masalah profesi yang dihadapinya. j. Guru memiliki otonomi dan bebas
dari campur tangan pihak luar dalam melaksanakan tugasnya memberi layanan kepada masyarakat.
k. Pekerjaan guru mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat. l. Guru memperoleh imbalan
(penghargaan finansial) yang cukup memadai.
Guru profesional harus memiliki 4 kompetensi-kompetensi pedagogic (kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara), kepribadian (kemampuan guru untuk mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap
dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi suri tauladan yang baik), profesional (kemampuan guru untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam), dan sosial (kemampuan guru yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar).
Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang dirindukan: “Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu pengetahuan. Ia adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia, ia adalah musuh kebodohan, dan penghapus kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan mencerahkan akhlak.”
Begitu mulianya seorang guru di mata Khalifah, guru adalah orang yang pantas mendapatkan penghormatan. Sungguh, orang yang mendidik anak-anak dengan kesungguhan berhak untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan. Terpujilah engkau guru seperti yang dinyanyi anak-anak kita. Bagaimana mungkin bisa menghasilkan output siswa berkarakter jika yang mengajar tidak berkarakter?
Profil pendidik guru mewakili gambaran tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai, yakni menyiapkan
anak yang berkembang menjadi dewasa secara utuh, cerdas, beriman, taqwa dan berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohaninya. Untuk mencerdaskan anak didiknya guru haruslah mencerdaskan dirinya dahulu. Cerdas dibidang spiritual, yang dapat membimbing anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Cerdas menguasai, menerapkan dan mengembangkan keilmuannya. Cerdas dalam merawat kesehatan jasmani-rohani dan sosialnya sehingga patut ditiru. Dengan demikian profil guru pendidik adalah guru yang memiliki pribadi cerdas unggul, pribadi yang berkarakter.
Sebutan pendidik dan guru di dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sama maksudnya. Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Pendidik memiliki batasan tugas yang lebih luas dalam pengertian awam, sedangkan guru lebih spesifik dimana tugasnya lebih jelas. Pendidik bisa siapa saja yang tertarik membantu mengembangkan orang lain dan waktu dan tempat tidak terbatas. Dalam bahasan ini digunakan kata pendidik guru.
Karakteristik pendidik guru di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendidik yang juga guru, adalah seseorang yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman
b. Pendidik guru adalah orang yang memiliki ilmu, yang mampu menangkap hakikat sesuatu, orang yang mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya.
c. Pendidik guru adalah orang yang kreatif, yang mampu menyiapkan peserta didiknya agar mampu berkreaasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
d. Seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadian kepada peserta didiknya. e. Pendidik guru adalah orang yang
berusaha mencerdaskan peserta didiknya, melatihkan berbagai keterampilan mereka sesuai bakat, minat dan kemampuan.
f. Pendidik guru adalah seorang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun karakter bangsa dimasa depan.
Perilaku guru hendaknya dapat memberikan pengaruh baik kepada para
anak didiknya, yang dapat mempengaruhi dan merubah kehidupan anak yang berkarakter.
Pribadi unggul yang berkarakter adalah Guru Cerdas Berakhlak Mulia dan Guru untuk anak-anak yang memiliki masa depan. Guru biasa adalah yang mampu membagi pengetahuan kepada anak didiknya. Guru baik yang mampu menjelaskan dan yang mampu mendemonstrasikan. Guru luar biasa adalah yang mampu memberi inspirasi anak didiknya menjadi cerdas dan sukses di masa depan.
Apa yang harus dilaksanakan guru dalam tugas keprofesionalannya telah tercantum dengan jelas di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20, seperti yang dikutip berikut ini.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a. Merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. Meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Tanggung jawab
keprofesionalan juga dapat meliputi : a. Tanggung jawab moral, tenaga
professional berkewajiban menghayati, mengamalkan Panca sila, mewariskan pada peserta didiknya. b. Tanggung jawab bidang pendidikan,
bertanggungjawab terhadap proses pendidikan, mengelola, melakukan bimbingan.
c. Tanggung jawab kemasyarakan, ikut bertanggungjawab memajukan masyarakat secara umum terutama berkaitan dengan pendidikan.
d. Tanggung jawab keilmuan, di dalam melaksanakan tugas profesi sebagai guru bertanggungjawab memajukan ilmu pengetahuan dan tekonologi, terutama bidang keilmuannya sendiri. Para siswa tidak hanya r dari apa yang dikatakan guru, mereka juga belajar dari totalitas kepribadian gurunya. Kepribadian guru yang tidak
efektif akan menghalangi pembelajaran yang efektif. Beberapa kepribadian buruk guru yang sering ditemukan di sekolah, ditulis oleh Sukadi (2009), di antaranya sering meninggalkan kelas, tidak menghargai siswa, pilih kasih terhadap siswa, menyuruh siswa menulis di papan tulis, tidak disiplin, kurang memerhatikan siswa dan materialistis
Dengan ditetapkannya
seperangkat kompetensi guru, masyarakat sangat berharap terjadi perubahan perilaku mengajar guru di kelas. Menurut Diaz dkk (2006) keberadaan guru di kelas hendaknya menjadikan ia sebagai model belajar dari peserta didiknya. Guru sebagai model di antaranya menunjukkan; a. Guru sebagai orang yang ahli di
bidangnya.
b. Guru sebagai contoh pembentukan karakter.
c. Guru sebagai orang memiliki kepedulian dan melakukan tindakan d. Guru sebagai figure pemimpin yang
memiliki otoritas
e. Guru sebagai fasilitator yang selalu siap membatu siswanya
f. Guru sebagai delegator
Mulyana (2010) lebih memperluas peran guru professional yang akan mampu menciptakan kelas untuk anak-anak berprestasi unggul
yang berkarakter, yang merupakan ramuan dari bebagai kompetensi guru. a. Guru sebagai pendidik
b. Guru sebagai pengajar c. Guru sebagai pembimbing d. Guru sebagai pelatih e. Guru sebagai penasihat
f. Guru sebagai pembaharu (innovator) g. Guru sebagai model dan teladan h. Guru sebagai pribadi
i. Guru sebagai peneliti
j. Guru sebagai pendorong kreativitas k. Guru sebagai pembangkit pandangan l. Guru sebagai pekerja rutin
m. Guru sebagai pemindah kemah n. Guru sebagai pembawa cerita o. Guru sebagai aktor
p. Guru sebagai emancipator q. Guru sebagai evaluator r. Guru sebagai pengawet s. Guru sebagai kulminator
Citra Diri Guru dapat dimaksudkan sebagai gambaran tentang diri pribadi guru yang diberikan appresiasi oleh masyarakat. Penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap guru bisa positif atau negatif tergantung kepada kepribadian maupun karakter yang muncul sebagai wujud profesi guru secara utuh.
Seringkali di dalam kehidupan sehari-hari kita mendengarkan maupun menggunakan kata etika, etis, etiket,
moral, maupun akhlak. Coba kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini! “Guru PPL itu tidak punya etika, masuk ruangan tidak mengucapkan salam “. “Rupanya, moral guru itu rendah. Masak, anak didiknya ditendang dan dimaki-maki karena tidak ikut upacara “
“Tidak etislah kalau kita yang menyampaikan perihal kekurangan bapak pengawas” “Mahasiswa supaya memakai pakaian yang pantas untuk kuliah, jangan kita dikira tidak tahu etiket”
Pada kalimat-kalimat di atas kita bisa melihat cara berperilaku dari manusia yang dianggap tidak baik dan benar. Mengapa kita sebagai guru perlu memahami tata cara hidup ini? Perlu beretika, bermoral dan berakhlak baik ? Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia diberi akal budi, perasaan dan kehendak. Dengan akal manusia bisa berpikir, dengan rasa manusia bisa mengatur keharmonisan hidup ini, dengan kehendak manusia bisa banyak berbuat amal kebaikan dan membuat karya. Karunia Allah jua, manusia mampu berbahasa, bisa mendidik dan dididik, berkehendak untuk menjadikan hidup ini lebih bermakna. Dengan kelebihan ini, manusia tentunya dapat berperilaku baik (kepribadian) setiap saat. Untuk
memelihara keseimbangan kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama (sosial), manusia perlu mengetahui aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma umum, maupun aturan ajaran agamanya. Manusia yang selalu berpikir kritis akan mampu menimbang perilaku, mana yang berdampak baik dan berdampak buruk. Kesadaran diri, harus berperilaku bagaimana ini, yang dikenal dengan ilmu etika.
Etika sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat, yang dapat memahami apa yang baik dan yang buruk. Arti susila dalam etika dimaksudkan kelakuan atau perbuatan seseorang bernilai baik, sopan menurut norma-norma yang dianggap baik.
Etiket adalah tata cara dalam masyarakat, sopan dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Arti etiket disini sama dengan adat kebiasaan, yaitu sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulang-ulangi serta menjadi kebiasaan dalam masyarakat, berupa kata-kata atau macam-macam bentuk perbuatan manusia dalam berinteraktif dengan manusia lainnya. Agar seseorang dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu maka ia harus memahami etiket pergaulan berlaku pada masyarakat itu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering ditutut untuk membawakan diri kita berperilaku sesuai dengan etiket tertentu. Seperti etiket berbusana, etiket di meja makan, etiket dalam berbicara, mengikuti upacara resmi, saat menghadapi atasan, dalam perjamuan resmi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa etiket merupakan aturan sopan santun dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
Dengan memperhatikan manfaat etika, diharapkan peran Guru di manapun, dalam situasi apapun keberadaannya tetaplah sebagai pembimbing, pembina perilaku, dan sekaligus model berperilaku manusia beretika. Hal ini bagian dari tanggung jawab sebagai pendidik. Sebagai kita pahami etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah hidup kalau ia mau baik. Etika secara umum dikenal sebagai kesepakatan manusia secara bersama-sama terhadap suatu norma yang jadi pedoman berperilaku. Bagi pemeluk agama Islam cara berperilaku manusia tidak boleh terlepas dari ajaran agamanya. Manusia berbuat bukan hanya untuk kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga untuk kebahagiaan di akhirat. Etika beragama di dalam agama Islam disebut dengan
akhlak. Perilaku umat Islam haruslah berpedoman pada ajaran Alquran sebagai kitab suci dan cara pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari mencontoh akhlak guru besar Nabi Muhammad Saw.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut akhlaqulkarimah. Sebagai guru yang beragama Islam tentu pedoman berperilakunya, akan meniru akhlaq guru besar Muhammad SAW., yang selalu mengisi kehidupannya dengan kebaikan-kebaikan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
PENUTUP
Guru profesional harus memiliki 4 kompetensi-kompetensi pedagogik (kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara), kepribadian (kemampuan guru untuk mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi suri tauladan yang baik), profesional (kemampuan guru untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam), dan sosial (kemampuan
guru yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar).
DAFTAR RUJUKAN
Diaz, Carlos. Pelletier, Carol Marra. Provendo, Carol. 2006. Touch the Future Teach. Boston: Pearson
Khalifah, Mahmud, Usamah Khutub, 2009. Menjadi Guru yang
Dirindu: Bagaimana Menjadi
Guru Yang Memikat dan
Profesional. Terjemahan Muhadi
Kadi. Surakarta :Ziyad Visi Media
Mulyana, E. 2010. Menjadi Guru
Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda
Mulyanto, A. S. 2008. Hubungan antara
Kompetensi Profesional Guru dan Konsep Diri Guru dengan Kinerja Guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Tesis tidak
dipublikasikan. Sirakarta: PPs UNS
Murdadi, I. S. 2013. Dampak Sertifikasi
Guru dalam Meningkatkan
Kompetensi Profesional di
Kalangan Guru SMK Pelita
Salatiga. Skripsi tidak
dipublikasikan. Salatiga: FKIP Universitas Kristen Satya Wacana.
Rasman, E. 2013. Hubungan Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SMK Negeri Kota Padang.
Skripsi tidak dipublikasikan. Padang: FT UNP.
Rosidah, N. 2008. Profesionalisme
Guru dan Upaya Peningkatannya di MAN Yogyakarta 1. Skripsi
tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Sukadi. 2009. Guru Powerful Guru
masa depan. Bandung: Kolbu
Utami, A. D. W. 2012. Faktor-Faktor Determinan Profesionalisme Guru SMK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 2 (2): 169-182.
Undang-undang Republik Indonesia no 14 tahun tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2013. 4 Kompetensi
Guru Profesional. (Online).
http://www.informasi- pendidikan.com/2013/07/4-
kompetensi-guru-profesional.html, diakses 5 Januari 2015.