• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERBAIKAN TAPAK DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PERBAIKAN TAPAK DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 86 EVALUASI PERBAIKAN TAPAK DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK

PAGAR ((Jatropha curcas L) PADA AREAL REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

Oleh/By

ARFA AGUSTINA REZEKIAH1 & HAMDANI FAUZI2 1Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Unlam

2Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Unlam

ABSTRACT

This aim of this research were : ( 1) To conduct right technological transformasi to society in the effort repair of condition of ex- coal-mine; ( 2) Motivating and improving role and also society in activity of revegetation on ex- coal-mine; and ( 3) Developing settled institute as organization of executor revegetation at society storey;level grow on the grass root.

Reached result from activity of this socialization and counselling is creation of is same understanding and perception about reclaimation on ex coal-mine by people with the storey;level of participant participation of equal to 88.5%.

Activity of Making of revegetation plot in the form of castor development Fence in ex- people coal-mine cover the farm preparation, seed making, type election, cultivation and conservancy. To the last activity of cultivation physical Jarak Pagar (Jatropha curcas L) have the efficacy storey;level of equal to 85% and society attitude in positive activity in general.

Castor developer of at ex-coal mined is possible to be don, because distance represent the easy crop type grow, not even at marginal land;ground but also at ex-coal mined area, more than anything else if accompanied by the appropriate treatment and managed better.

Keyword : coal, revegetation, Jarak Pagar

Penulis untuk Korespondensi : Telp. +6281320954603, e-mail:danie_bastari@yahoo.co.id

PENDAHULUAN

Kegiatan penambangan batubara selain memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan nasional dan devisa negara, juga telah memberikan dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan fiik, kimiawi dan biologi bagi sementara ataupun berkelanjutan. Makhrowie (1995) menyatakan bahwa dari berbagai data empiris, tyerbukti bahwa penambangan batubara pada skala besar telah menyebabkan perubahan bentang alam dan relief, kualitas iklim mikro, peningkatan lanju erosis tanah, sedimentasi, degradasi

kesuburan tanah, penurunan penutupan lahan dan kualitas perairan.

Penurunan kesuburan tanah dengan cepat terjadi pada areal penambangan batu bara khususnya pada penambangan sistem terbuka (open-pit mining). Dengan sistem ini pembukaan vegetasi penutup lahan (land clearing), pengupasan tanah permukaan dan bawah (top soil dan sub soil) serta pelimpahan yang merupakan kegiatan utama penambangan batu bara, akan meninggalkan areal bekas bekas

(2)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 87 penambangan dengan kondisi tanah

yang tandus (Makhrowie, 1995).

Hilangnya vegetasi penutup lahan menyebabkan hilangnya sumber bahan organik yang diikuti oleh penurunan kemampuan tanah untuk menahan pukulan butiran air hujan sehingga erodibilitas tanah menjadi besar. Berkurangnya atau hilangnya sumber bahan organik menyebabkan kapasitas tanah dalam menyimpan air menjadi berkurang, yang berakibat laju run-off dan pencucian hara tanah menjadi lebih besar (pada topografi curam) dan pecepatan pencucian hara (leaching) ke lapisan tanah bawah juga menjadi besar (khususnya pada tekstur kasar). Adanya tekanan yang berat dari pukulan air hujan ke permukaan air tanah akibat hilangnya vegetasi penutup, akan menyebabkan kerusakan struktur tanah permukaan dan tanah akhirnya menjadi padat dan kompak.

Hilangnya vegetasi penutup tanah juga menyebabkan terjadinya perubahan iklim mikro (suhu tanah meningkat), mengubah kehidupan dan komposisi mikrobia pengurai bahan organik tanah.

Potensi batubara di Kabupaten Banjar tercatat lebih dari 245.000 ha dan telah dieksploitasi seluas 11.071,71 ha oleh berbagai perusahaan pertambangan, koperasi dan penambang tanpa ijin. Lahan-lahan tersebut sebagian besar cenderung dibiarkan terbuka tanpa ada upaya reklamasi sehingga berpengaruh kepada rusaknya keseimbangan ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat lokal dan regional di Kabupaten Banjar.

Dengan demikian upaya reklamasi atau rehabilitasi lahan areal bekas penambangan memerlukan identifikasi karakteristik lahan dan evaluasi kelayakan fisik untuk memilih jenis-jenis tanaman yang cocok

sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan tata guna lahan dan rehabilitasi atau reklamasi areal bekas penambangan batu bara. Kondisi lahan bekas penambangan seringkali tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman, sehingga perlu dicari cara yang tepat dalam melakukan kegiatan reklamasi tersebut.

Di sisi lain, krisis energi ang diikuti dengan meningkatnya harga minyak bumi dunia memicu pemikiran untuk mencari energi alternatif yang ramah lingkungan dan dapat dibudidayakan, yakni energi yang bersumber dari bahan nabati. Salah satu bahan penghasil energi yang berasal dari produksi tumbuhan adalah dapat dihasilkannya minyak biodiesel dari pengolahan biji tanaman jarak (Jatropha curcas Linn), sehingga pemerintah menggalakan program penanaman tanaman jarak ini untuk dikembangkan pada lahan-lahan yang tidak produktif dan lahan-lahan kosong, diharapkan di masa datang dapat mengurangi ketergantungan BBM dari hasil tambang dan akan mengurangi hilangnya devisa karena import BBM kita yang terus meningkat.

Pengembangkan tanaman jarak pada areal eks-tambang batubara sangat mungkin dilakukan, karena jarak merupakan jenis tanaman yang mudah tumbuh, tidak saja pada tanah-tanah marginal tetapi juga pada areal reklamasi, apalagi jika disertai treatment yang sesuai dan dikelola dengan baik. Pengembangan tanaman jarak ini diharakan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan juga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, baik sebagai pengelola maupun berdampak pada ketertarikan mereka untuk ikut menanam jarak pada lahan-lahan kosong mereka.

(3)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 88 METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di areal reklamasi lahan bekas penambangan batubara yang terletak di areal konsesi PT Tanjung Alam Jaya Desa Sei Abit, Kecamatan Cempaka, Kalimantan Selatan.

Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Peta kerja, Parang, Cangkul, Linggis, Palu, Bor tanah (hand auger, soil sampler), Ring sampel tanah, Pisau

dapur, Celotipe (isolasi) bening/transparan (besar), Spidol permanen : hitam merah hijau, Payung ukuran besar (untuk soil sampling), Rafia, Meteran panjang, Gembor, Ember, Kantong plastik klip 2 kg (untuk sampel tanah), Karung besar (50 kg), Pink tape (penanda lapangan), Poles (galah) panjang, Kamera, Alat tulis-menulis dan Phi band

Bahan utama yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) dengan Parameter penelitian berupa (a) keberhasilan tumbuh jenis tanaman : persen hidup, penambahan jumlah daun, tinggi dan diameter tanaman; dan (b) krakteristik tanah : perubahan sifat fisik, morfologi dan kimia tanah

Untuk ujicoba penanaman jenis tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) dengan 3 tipe umur tapak dan 3 perlakuan pemberian pupuk berbeda dengan ukuran tiap petak coba 10 m x 10 m dan jarak antara petak coba 2 m. Jarak tanam ditetapkan 2 m x 2 m sehingga tanaman dalam satu petak coba berjumlah 8 batang dengan 3 kali ulangan.

Pengamatan sifat-sifat fisik dan morfologi tanah dilakukan dengan jalan

membuat profil tanah yang posisinya ditetapkan di laha bekas tambang. Untuk pengambilan sampel tanah digunakan core sampler volume 100 cm3. Contoh-contoh tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm, 20-50 cm, 50-100 cm pada profil tanah. Untuk keperluan analisis sifat kimia dan tekstur tanah diambil pula : a) contoh-contoh tanah dari kelas kedalaman yang sama secara acak sebanyak 8 titik di dalam plot penelitian yang belum ditanami b) contoh-contoh tanah dari kelas kedalaman yang sama pada lubang tanam untuk setiap jenis tanaman yang dilakukan secara komposit dari 30 titik pada setiap jenis tanaman dengan dan tanpa cover crop setelah tanaman berumur 5 bulan. Pembuatan profil tanah serta penarikan contoh-contoh tanah untuk pengujian sifat fisik dan sifat kimia yang dilakukan di areal hutan bekas tebangan di sekitar lokasi penambangan sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh dari blok-blok bekas penambangan.

Analisis sifat fisik dan kimia dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Kehutanan Unmul dengan metode seperti yang dikemukakan dalam Pedoman Analisis Tanah Lembaga Penelitian Tanah Bogor (Anonim 1971 dalam Padlie 1977).

Evaluasi keberhasilan

pertumbuhan dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan. Penelitian parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi dari permukaan tanah dan persentase tumbuh tanaman. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial 3 x 3 dalam pola acak lengkap yang masing-masing diulang sebanyak 3 (tiga) kali.

(4)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 89 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Vegetasi di Sekitar Lahan Bekas Tambang Pada lahan bekas tambang

umur 5 tahun, vegetasi sudah mulai banyak terdapat seperti sungkai (Peronema canescens), mahang (Macaranga sp), sesirihan (Piper aduncum), jambu-jambuan (Eugenia sp), bangkal (Nauclea orientalis), alaban (Vitex pubescens), karamunting (Melastoma malabathricum) dan akasia (Acacia auricoliformis). Dari hasil pengolahan data, ternyata pada lahan bekas tambang batubara umur 5 tahun vegetasi tingkat pancang yang mendominasi adalah jenis sesirihan (P. aduncum) dengan INP 150,2 % dan sungkai (P. canescens), dengan nilai Penting Jenis (NPJ) sebesar 149,88% kemudian diikuti oleh Bangkal (N. orientalis) dengan NPJ 108,86% dan Akasia (A. Auricoliformis) dengan NPJ 13,92%.

Hasil analisis vegetasi di atas menunjukkan bahwa sangat sukar untuk mengandalkan suksesi alami yang hanya bergantung pada kondisi alam, diperlukan adanya sejumlah

perlakuan-perlakuan untuk menstimulasi atau mempercepat

proses revegetasi. Faktor-faktor yang menyebabkan kesukaran hidupnya tumbuhan di lokasi tersebut antara lain adalah (1) masih padatnya tanah/batuan timbunan yang diangkut dari tempat-tempat galian tambang

(pit) sehingga aerasi tanah sangat buruk; dan (2) kesuburan tanah secara fisik, kimia dan biologis dinilai sangat rendah. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa penimbunan batuan penutup yang kemudian diratakan dengan tanah yang masih keras baru merupakan tahap awal reklamasi yang seharusnya ditindaklanjuti oleh tahap berikutnya yaitu penaburan timbunan tersebut dengan top soil dan sub soil sebagai media tumbuh vegetasi. Adanya top soil dan sub soil yang mengandung bahan organik akan turut mendukung persyaratan tumbuh tanaman minimal media pertumbuhan vegetasi, karena bahan organik di lokasi pengamatan ditemukan dalam jumlah sedikit. Kehadiran 7 jenis tumbuhan pada lahan berumur 5 tahun setelah penambangan bukan merupakan jaminan awal penutupan vegetasi untuk jangka panjang. Hal ini perlu dikemukakan karena tumbuhan sesirihan (P. aduncum) memiliki nilai penting jenis terbesar (149,88%) tetapi termasuk tumbuhan pionir berumur pendek, di samping itu kondisi status hara dalam tanah belum tentu mampu menjamin kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh ketujuh jenis tanaman tersebut.

Perkembangan Kondisi Tapak

Kondisi tanah yang merupakan perpaduan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan hutan nantinya.

Perkembangan warna tanah sampai umur 5 tahun setelah menunjukkan tanah berwarna kuning kemerahan pada permukaan dan

mengalami perubahan setelah berumur lebih dari 5 tahun. Hal ini dapat dilihat dari perubahan nilai value dari 7 menjadi 5 yang mengindikasikan semakin rendah nilai value maka warna tanah semakin gelap. Begitu pula dengan nilai chroma sebagai indikator kemurnian atau kekuatan warna spektrum yang mengalami penurunan dari 8 menjadi

(5)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 90 3 pada tanah yang berumur lebih dari

5 tahun setelah tambang. Perubahan warna tanah dari kuning kemerahan menjadi coklat merupakan salah satu indikator peningkatan kandungan bahan organik, karena menurut Hardjowigeno (1992) dan Bale (1999) makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Warna tanah sendiri dipengaruhi oleh jenis dan kadar bahan organik, tingkat perkembangan tanah, kadar air tanah termasuk kedalaman permukaan air tanah dan keadaan aerasi dalam tanah yang erat hubungannya dengan proses oksidasi hidratasi dan pelindian. Poerwowidodo (1991) menyatakan bahwa warna tanah merupakan morfologi tanah yang dapat tegas disidik dan diukur. Warna tanah itu sendiri sebenarnya sedikit kepentingannya, namun seringkali mampu bertindak sebagai petunjuk sifat-sifat tanah.

Pada lahan bekas tambang batubara sampai berumur 5 tahun memiliki tekstur liat berpasir. Kondisi tanah didominasi oleh fraksi liat, sehingga sering dijumpai cekungan berisi air dan tanah disekitarnya masih lembek. Pengenalan tekstur tanah ini dilapangan terasa halus, berat tetapi agak kasar, melekat, mudah digulung dan dapat dibentuk bola teguh. Tanah yang mengandung fraksi liat mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyimpan air, akan tetapi peredaran udara dalam tanah tidak baik. Di beberapa tempat juga ditemui tanah dengan agregat sangat kuat yang dibuktikan dengan sulitnya memecah bongkahan tanah dengan tangan maupun kaki. Hakim dkk. (1986) dan Hardjowigeno (1987) mengemukakan bahwa partikel-partikel pasir ukurannya jauh lebih besar dan memiliki luas permukaan kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Jika ruang pori-pori diantara partikel-partikel tanah semakin banyak, maka hal ini dapat memperlancar gerakan udara dan air, sehingga persentase

air tinggi didalam tanah. Pasir dan debu pada beberapa tanah, umumnya terdiri dari beberapa mineral yang kaya akan unsur-unsur hara esensial, pada kasus lain mereka didominasi oleh kuarsa. Tidak suburnya tanah-tanah berpasir biasanya berhubungan erat dengan kendungan kuarsa yang tinggi.

Perkembangan tekstur tanah selanjutnya berupa lempung berliat pada tanah yang berumur lebih dari 5 tahun setelah penambangan. Tekstur tanah berlempung ini cenderung memiliki sifat yang sesuai untuk budidaya berbagai jenis tanaman. Kemampuan menyimpan air dan tata udara relatif lebih baik. Tanah mengandung cukup fraksi liat untuk menyimpan air dan hara tanaman untuk pertumbuhan tanaman yang optimum.

Berdasarkan data yang diperoleh kandungan nitrogen pada areal umur pasca tambang kurang dari 1 tahun mempunyai nilai kandungan nitrogen sangat terendah. Hal ini disebabkan rendahnya penutupan vegetasi sebagai sumber bahan organik yang akan mengalami dekomposisi sebelum nitrogen tersedia bagi tanaman. Unsur nitrogen pada areal ini hanya berasal dari air hujan yang turun, itu pun nantinya akan hilang atau berkurang akibat tanah yang sedikit atau sama sekali tidak tertutup vegetasi dan langsung terkena sinar matahari yang akan mempercepat proses penguapan nitorogen. Seiring dengan peningkatan umur pasca tambang, kandungan nitrogen cenderung menjadi lebih tinggi karena areal ini mulai sedikit tertutup vegetasi sehingga bisa terjadi proses dekomposisi bahan organik.

Hasil rata-rata analisis terhadap kandungan unsur fosfor termasuk dalam katagori sangat rendah, walaupun konsentrasinya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan umur pasca tambang. Peningkatan kandungan fosfor

(6)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 91 tersebut diduga karena bertambahnya

jumlah dan jenis vegetasi penyusun yang merupakan salah satu sumber fosfor dalam tanah, apabila vegetasi tersebut mati akan terjadi dekomposisi bahan organik. Adanya bahan organik berperan untuk mengikat unsur fosfor dalam bentuk organik sehingga terhindar dari pencucian kemudian tersedia kembali. Fosfor hasil pelapukan mineral akan membentuk ion H2PO4- yang bentuk

ketersediaannya sangat dipengaruhi pH tanah. Pada tanah masam yang banyak mengandung Al dan Fe akan segera membentuk Al dan Fe-fospat yang stabil dan sukar larut. Pada umumnya fosfor tanah tersedia berada pada kisaran pH 5,5 – 7,0.

Kandungan kalium pada lokasi umur pasca tambang yang berbeda pada umumnya masih tergolong sangat rendah, karena memang dalam kondisi normal pun unsur kalium lebih banyak berada dalam

tanaman dibandingkan di dalam tanah terutama terdapat dalam daun-daun yang sudah tua. Kalaupun tersedia di dalam tanah, maka unsur kalium cenderung mengalami pencucian.

Nilai pH (H2O) tanah

menggambarkan besarnya konsentrasi ion H+ di dalam suspensi

tanah dapat dipengaruhi oleh hasil dekomposisi mineral bahan induk dan bahan organik yang menggambarkan kemasaman aktif yang ada di dalam tanah. Nilai pH (H2O) tanah pada

masing-masing lokasi memperlihatkan kriteria masam dan meningkat seiring dengan pertambahan umur bekas tambang mendekati kondisi seperti pH lahan yang tidak ditambang. Rendahnya pH tanah diduga karena proses penimbunan lahan bekas tambang yang tidak sesuai dengan prosedur, lapisan top soil ditempatkan di bagian bawah dari sub soil atau bahkan keduanya tercampur.

Perkembangan Pertumbuhan Anakan Jarak Pagar Kemampuan Hidup Anakan

Dari hasil penelitian kemampuan hidup anakan hingga akhir penelitian berkisar antara 75% - 100 %. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa semakin lama umur pasca tambang maka persen hidup tanaman semakin tinggi. Ini mengindikasikan telah terjadi perbaikan kondisi tapak. Hal ini didukung oleh faktor pemberian pupuk organik dan kondisi lingkungan seperti air, udara, makanan yang cukup, serta bebas dari gangguan hama penyakit.

Perkembangan Dimensi Pertumbuhan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk dan perbedaan umur pasca tambang berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman, bahkan interaksi antara pemberian pupuk dan perbedaan kelompok umur pasca

tambang tidak berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman. Pengaruh pemberian pupuk dan perbedaan kelompok umur pasca tambang terhadap pertambahan tinggi tanaman disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik meningkatkan pertambahan tinggi tanaman sampai pada pemberian pupuk organik dengan dosis 30 gram/tanaman. Peningkatan pertambahan tinggi tanaman dengan pemberian pupuk organik sampai dengan dosis 30,0 gram/tanaman mengindikasikan bahwa tanah yang ada mampu secara optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman jarak pagar.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik terhadap tinggi anakan Jarak Pagar dilakukan analisis sidik keragaman dapat dilihat pada Tabel 2.

(7)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 92 Tabel 1. Kemampuan Hidup Anakan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Pada Setiap

Perlakuan

Perlakuan Jumlah Anakan Hidup Persen Hidup (%)

Awal Akhir P0T0 P0T1 P0T2 P1T0 P1T1 P1T2 P2T0 P2T1 P2T2 P3T0 P3T1 P3T2 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 7 7 8 8 8 8 8 8 8 75 100 100 87,5 87,5 100 100 100 100 100 100 100 Total 96 92 94.4 Tabel 2. Analisis Keragaman Pertambahan Tinggi Anakan Jarak Pagar (Jatropha

curcas) Sumber

Keragaman

Db Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah FHitung F Tabel 5% 1% Perlakuan Error 11 24 349,75 373,25 87,4375 8,2944 10,5418" 2,59 3,785 Total 35 723

Keterangan : = Berpengaruh sangat nyata KK == 32,36 % Tabel 2 menunjukkan bahwa

pemberian pupuk organik + umur pasca tambang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi anakan, dimana F hitung > F tabel pada tingkat nyata 1 %. Hasil analisis keragaman dapat dilihat bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata, dimana F hitung lebih besar daripada F tabel pada tingkat nyata 5 %. Sedangkan dari uji BND menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik + umur pasca tambang > 6 tahun memberikan pertambahan tinggi yang paling besar dengan rata-rata 12,4 cm. Perlakuan ini berpengaruh sangat nyata dalam pertambahan tinggi yang paling besar hal ini diduga karena dengan adanya pemberian pupuk organik mampu menyediakan media yang baik untuk

pertumbuhan tanaman. Karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah selain itu juga akan memperbaiki sifat kimia tanah sehingga memudahkan penyerapan unsur hara dan dapat menyediakan unsur N, P, K yang sangat diperlukan oleh tanaman. Pada perlakuan tanpa pupuk organik + umur pasca tambang 0 tahun untuk semua parameter menunjukkan hasil yang makin menurun dibanding dengan perlakuan lainnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kondisi tanah yang sangat miskin hara akibat terdegadrasi pasca tambang batubara.

Pemberian pupuk organik dengan dosis 37,5 gram/tanaman menghasilkan pertambahan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan

(8)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 93 pemberian pupuk organik dengan

dosis 30,0 gra./tanaman (Gambar 1). Tidak terjadinya perbedaan ini diduga karena pertumbuhan tanaman jarak pagar sudah mencapai tingkat yang optimal pada pemberian pupuk organik dengan dosis 30,0 gram/tanaman. Ada dua alasan yang bisa menjelaskan tidak terjadinya peningkatan pertambahan tinggi tanaman dengan penambahan pupuk organik pada dosis tinggi. Pertama, efesiensi pemupukan yang rendah untuk tanah masam. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa efesiensi pemupukan berkisar antara 30 – 46% (Pasandaran et al., 1999). Sisanya hilang dari sistem tanah dan tanaman melalui proses volatilisasi, nitrifikasi dan denitrifikasi serta pencucian (Haynes, 1986). Dengan dosis yang lebih tinggi (37,5

gram/tanaman), peluang untuk hilangnya nitrogen juga meningkat, sehingga jumlah N yang diserap dari pemupukan pupuk organik tidak berbeda dengan dosis 30,0 gram/tanaman. Kedua, pemupukan pupuk organik menyebabkan peningkatan kemasaman tanah. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengalami proses nitrifikasi, dimana dalam proses nitrifikasi ini setiap oksidasi 1 mol NH4+ akan membebaskan 2 mol H+

(Haynes, 1986). Dengan semakin banyak pupuk organik yang ditambahkan, semakin banyak ion H+ yang dibebaskan menyebabkan terjadinya peningkatan kemasaman tanah yang pada akhirnya akan menekan pertumbahan tanaman jarak pagar.

Gambar 1. Pengaruh penambahan pupuk organik (kiri) dan pemberian naungan (kanan) terhadap pertambahan tinggi tanaman. Batangan diujung grafik setiap perlakuan merupakan standar error perlakuan (n=3). Batangan yang diikuti oleh hurup yang sama menunjukkan tidak berbeda pada α 5%.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perbedaan umur pasca tambang sampai 3 tahun tidak memberikan pengaruh yang berbeda dengan tanaman jarak pagar yang ditanam pada tapak umur 0 tahun, tetapi tapak umur 3 – 5 tahun memberikan pertambahan tinggi tanaman yang lebih baik dibanding tanaman jarak pagar dengan tapak 0-3 tahun (Gambar 1). Penanaman pada tapak 3 – 5 tahun tahun

menghasilkan kondisi yang kondusif untuk keperluan tanaman jarak pagar tidak terganggu, tetapi kondisi tapak 0 – 3 tahun dalam kondisi yang masih degradatif dengan kelembaban tanah yang rendah, sehingga tanaman kekurangan air. Akan tetapi ketika penanaman dilakukan pada tapak lebih dari 6 tahun terjadi pertumbuhan yang semakin membaik, terjadi peningkatan kelembaban tanah yang akhirnya akan meningkatan a c c b 0 15 30 45 60 Tanpa Urea Urea 1 Urea 2 Urea 3

Pertambahan tinggi tanaman (cm)

a b a 0 15 30 45 60 Tanpa naungan 25% 50%

Pertambahan tinggi tanaman (cm)

P3

P2

P1

P0

T2

T1

T0

(9)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 94 pertambahan tinggi tanaman (Gambar

1). Jarak pagar memerlukan kondisi kelembapan 60-70% pada fase vegetatif untuk pertumbuhan yang optimal.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian organik terhadap diameter anakan dapat di lihat pada Tabel 3. Dari tabel analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik memberikan pengaruh sangat nyata pada tingkat nyata 1 %. Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan diameter dimana nilai F hitang lebih besar dari pada F tabel tingkat nyata 1 %. Sedangkan dari hasil Uji BJND menunjukkaa perlakuan B yang memberikan pertambahan diameter terbesar deugan rata-rafa 3,98 cm.

Perlakuan pemberian pupuk organik + umur pasca tambang > 6 tahun menunjukkan pertumbuhan diameter yang terbesar hal ini diduga karena penambahan pupuk organik akan menambah unsur-unsur P (Fosfor) dan Ca (Kalsium), yang mana unsur ini akan mempergiat pembelahan sel-sel meristem yang berakibat pada pembesaran diameter batang (Sabarudin, S. 1979). Selain itu pemberian pupuk organik juga akan meningkatkan populasi

mikroorganisme yang menguntungkan sehingga akan mempermudah ketersediaan unsur hara (Wididana G. N, 1993).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik yang berpengaruh terhadap pertambahan diameter batang, begitu pula perbedaan tapak pasca tambang dan interaksi antara pemberian pupuk organik dan tapak pasca tambang berpengaruh terhadap pertambahan diameter batang. Pemberian pupuk organik mampu meningkatkan diameter batang, tetapi tidak ada perbedaan perubahan diamater batang diantara tanaman jarak pagar yang diberi pupuk organik dengan dosis yang berbeda (Gambar 2). Pertambahan diameter batang merupakan proses pertumbuhan yang disebabkan oleh adanya kegiatan meristem lateral yang meliputi kambium vaskuler (kambium primer) dan kambium gabus (kambium skunder). Kambium primer ini terletak diantara kulit kayu yang menyebabkan pertumbuhan menebal diantara xilem dan floem baru.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pupuk organik terhadap jumlah daun anakan Jarak Pagar maka dilakukan analisis keragaman yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Analisis Keragaman Pertambahan Diameter Anakan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah FHitung FTibel 5% 1% Perlakuan Error 11 24 0,1550 0,3543 0,0388 0,0079 4,9114" 2,59 3,785 Total 35 0.5093

(10)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 95 b b b a 0 3 6 9 12 Tanpa Urea Urea 1 Urea 2 Urea 3

Perubahan diameter batang (cm)

Gambar 2. Pengaruh penambahan pupuk organik terhadap pertambahan perubahan diameter batang. Batangan diujung grafik setiap perlakuan merupakan standar error perlakuan (n=3). Batangan yang diikuti oleh hurup yang sama menunjukkan tidak berbeda pada α 5%.

Tabel 4. Analisis Keragaman Pertambahan Jumlah Daun Anakan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Fhitung F Tabel 5% 1% Perlakuan Error 11 24 28,72 86,80 7,18 1,9289 3,7223* 2,59 3,785 Total 35 115,52

Keterangan : * = Berpengaruh nyata KK = 41,33 % Tabel 4 menunjukkan bahwa

pemberian pupuk organik bokashi memberikan pengaruh nyata pada tingkat nyata 5 %. Dari hasil analisis keragaman terhadap pertambahan jumlah daun anakan Jarak Pagar menunjukkan pengaruh nyata pada tingkat nyata 5 %. Sedangkan dari hasil uji BJND menunjukkan perlakuan pupuk organik 50% bokashi + umur pasca tambang > 6 tahun yang menghasilkan pertambahan jumlah daun terbesar dengan rata-rata 4,4 helai.

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan perlakuan P3T2 memberikan pertambahan

jumlah daun yang paling besar. Hal ini diduga karena dengan pemberian pupuk organik bokashi ke dalam tanah dapat nienyediakan unsur nitrogen yang sangat diperlukan dalam pembentukan daun. Selain itu EM-4 yang terdapat dalam bokashi mampu menekan pertumbuhan patogen yang hidup pada permukaan daun sehingga jumlah klorofil daun meningkat. Disamping itu melalui proses biokimia, EM-4 dapat melepaskan enzim-enzim yang mendukung fotosintesa di daun (Wididana Q. N, Riyatmo S.K dan Higa. T, 1996).

P3

P2

P1

(11)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 96 a a a b 0 2 4 6 8 10 Tanpa Urea Urea 1 Urea 2 Urea 3

Perubahan jumlah daun (daun)

Gambar 3. Pengaruh penambahan pupuk organik terhadap pertambahan perubahan jumlah daun. Batangan diujung grafik setiap perlakuan merupakan standar error perlakuan (n=3). Batangan yang diikuti oleh hurup yang sama menunjukkan tidak berbeda pada α 5%.

Hasil analisis ragam mengindikasikan bahwa pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap pertambahan daun tanaman jarak pagar, begitu pula dengan perbedaan umur pasca tambang dan interaksi antara keduanya berpengaruh terhadap pertambahan daun tanaman jarak pagar. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap perubahan jumlah daun tanaman jarak pagar disajikan pada Gambar 3. Pemberian pupuk organik dengan dosis 22,5 gram/tanaman mampu meningkatan jumlah daun tanaman jarak pagar. Hal ini karena unsur-unsur hara yang dikandung pupuk organik diserap oleh tanaman dan digunakan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun. Daun sebagai tempat berlangsungnya fotosintesa akan mempengaruhi jumlah karbohidrat

yang dihasilkan. Dengan meningkatnya karbohidrat yang dihasilkan maka laju pembelahan sel serta pembentukan jaringan seperti daun berjalan lebih cepat.

Akan tetapi ketika dosis pemupukan pupuk organik ditingkatkan terjadi penurunan jumlah daun tanaman jarak pagar. Pada dosis 30,0 gram/tanaman dan 37,5 gram/tanaman, perubahan jumlah daun tanaman jarak pagar tidak berbeda dengan tanaman jarak pagar tanpa pemupukan pupuk organik (Gambar 3). Terjadinya penurunan jumlah daun dengan meningkatnya dosis pemupukan pupuk organik, mengkonfirmasi hasil penelitian bahwa terjadi efek negatif peningkatan dosis pemupukan pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman jarak pagar.

P3

P2

P1

(12)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 25, Maret 2009 97 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan berupa (1) Perkembangan vegetasi alami pada lahan bekas tambang batubara hingga umur 6 tahun sudah mulai terdapat vegetasi seperti sungkai (Peronema canescens), mahang (Macaranga sp), sesirihan (Piper aduncum), jambu-jambuan (Eugenia sp), bangkal (Nauclea orientalis), alaban (Vitex pubescens), karamunting (Melastoma malabathricum) dan akasia (Acacia auricoliformis). Berdasarkan hasil observasi terhadap jenis-jenis vegetasi yang berada di sekitar lokasi bekas penambangan banyak dijumpai jenis sungkai (P. canescens Jack), karet (Hevea brasiliensis), kenanga (Cananga odorata), gaharu (Aquilaria malacensis), mangga lokal (Mangifera sp), jarak pagar (Jatropha curcas L), mahoni (Swietenia macrophylla) dan durian (Durio zibethinus); (2) Seiring dengan peningkatan umur pasca tambang, perkembangan warna tanah sampai umur 6 tahun telah menunjukkan tanah berwarna kuning kemerahan pada permukaan dan mengalami perubahan setelah

berumur lebih dari 6 tahun menjadi coklat kemerahan merupakan salah satu indikator peningkatan kandungan bahan organik. Perkembangan tekstur tanah berupa lempung berliat pada tanah yang berumur lebih dari 5 tahun setelah penambangan. Tekstur tanah berlempung ini cenderung memiliki sifat yang sesuai untuk budidaya berbagai jenis tanaman. Kandungan unsur hara (nitrogen, posfor, kalium) cenderung menjadi lebih tinggi karena areal ini mulai sedikit tertutup vegetasi sehingga bisa terjadi proses dekomposisi bahan organik; dan (3) Pemberian pupuk organik pada kondisi umur pasca tambang yang semakin lama

menunjukkan kemampuan meningkatkan pertumbuhan anakan

jarak pagar, baik dari segi persen hidup dan perubahan dimensi tanaman (tinggi, jumlah daun, diameter batang).

Saran. Perlu adanya penelitian dalam waktu yang relatif lebih lama untuk mengetahui kondisi pertumbuhan jarak pagar (Jatropha curcas L) hingga tanaman menghasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertambangan dan Energi, 2003, Pedoman Teknis Reklamasi Lahan Bekas Tambang, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Deptamben, Jakarta

Departemen Pertanian. 1994. Pedoman Survei Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta

Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Jarak (Jatropha curcas L) sebagai sumber bahan bakar alternatif.

www.irwantoshut.com. Diakses 8 Februari 2007

Makhrowie. 1995. Perkembangan Sifat Tanah Pasca Penambangan Batubara. Citra Ilmu. Semarang

(13)

Gambar

Gambar 1.  Pengaruh penambahan pupuk organik (kiri) dan pemberian naungan  (kanan) terhadap pertambahan tinggi tanaman
Tabel 3. Analisis Keragaman Pertambahan Diameter Anakan Jarak Pagar (Jatropha  curcas)  Sumber  Keragaman  Db  Jumlah  Kuadrat  Kuadrat Tengah  FHitung  FTibel  5% 1% Perlakuan  Error  11  24  0,1550 0,3543  0,0388 0,0079  4,9114"  2,59  3,785  Total 3
Gambar 2.   Pengaruh penambahan pupuk organik  terhadap pertambahan  perubahan diameter batang
Gambar 3.  Pengaruh penambahan pupuk organik  terhadap pertambahan  perubahan jumlah daun

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengkaji penggunaan enzim optizyme (multienzim) dan ragi tape ( S. cerevisieae) dalam ransum berserat tinggi (ransum

Selain itu untuk mendeskripsikan fenomena aliran fluida yang terjadi disekitar masing-masing model kendaraan truk, sehingga nilai koefisien drag dari truk akan diketahui

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Umur dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Buruh bagasi di Pelabuhan Samudera Kota Bitung..

Memperagaka n  Pengetahuan  dan Syarat –  Syarat  Multimedia TIK.MM01.004.0 1 ­ Unit PC  (Personal  Computer)  dengan CD  drive dan  Floppy Disk..

Optimasi waktu reaksi pembentukan kompleks stabil indofenol biru pada uji amonia air limbah industri penyamakan kulit dicapai pada waktu minimal 2 jam pada suhu uji ±25 o

'HQJDQ PHPSHUKDWLNDQ NXUYD GDQ PHQJKLWXQJ OHQJDQ SHQHJDN *= SDGD PDVLQJ - PDVLQJ VXGXW ROHQJ PDND OXDVDQ - OXDVDQ \DQJ GLLV\DUDWNDQ ROHK ,02 GDSDW GLKLWXQJ 3HUKLWXQJDQ

Observasi Pembelajaran di kelas / lapangan (observasi pra-PPL) merupakan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa praktikan, sebelum pelaksanaan

Proses analisis peneliti memulai dengan observasi terlebih dahulu melalui pra penelitian, kemudian dilakukan wawancara dengan mengajukan instrument wawancara kepada