• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II OMAMORI DALAM KEPERCAYAAN JEPANG. 2.1 Bentuk Kepercayaan Masyarakat Jepang. yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang hanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II OMAMORI DALAM KEPERCAYAAN JEPANG. 2.1 Bentuk Kepercayaan Masyarakat Jepang. yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang hanya"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

OMAMORI DALAM KEPERCAYAAN JEPANG

2.1 Bentuk Kepercayaan Masyarakat Jepang

Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang hanya menganggap kegiatan tersebut sebagai ritual sehari-hari dan tidak merasakan bahwa itu sebagai kewajiban yang harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh khidmat dan kesungguhan hati.

Masing-masing negara, daerah, bahkan setiap individu pasti memeluk dan meyakini agama atau kepercayaan yang mungkin berbeda satu sama lainnya. Namun, perbedaan yang terlihat hanyalah dari segi pelaksanaan ibadah atau tata cara berdo’a. Karena setiap agama memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menuju kepada kebaikan, perdamaian, kebersamaan dan meraih kasih sayang dari Yang Maha Kuasa, tuhan yang menciptakan seluruh makhluk dan alam semesta ini.

Keyakinan tersebut merupakan kekuatan setiap individu untuk terus bertahan dan menjalankan kehidupan ini dengan baik. Bagi orang-orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, akan melaksanakan kewajibannya dengan baik sehingga akan mendapatkan ketenangan hidup lahir dan bathin.

Takhayul Jepang berakar pada budaya dan sejarah Jepang dan rakyat Jepang . Kepercayaan takhayul yang umum di Jepang , sebagian memiliki akar dalam sejarah Jepang. Sejumlah takhayul Jepang memiliki dasar mereka dalam

(2)

adat dan budaya Jepang dan dimaksudkan untuk mengajar atau melayani sebagai nasihat praktis.

Takhayul menurut Mustafa Kamal (2003) berasal dari Tahayalat yang artinya hayalan. Oleh karena itu tahayul adalah merupakan cerita hayalan dari manusia. Takhayul atau mitos atau sesuatu yang tidak nyata (khayali) jadi takhayul itu hanya ada dalam cerita-cerita yang tidak jelas asal-usulnya atau cerita dalam mimpi dan cerita yang tidak masuk akal. Sedangkan menurut Yusfitriadi (2007) takhayul adalah sesuatu yang tidak nyata ( Mustafa Kamal dalam M. Mubarak, 2009:18).

Takhayul seseungguhnya hanyalah khayalan belaka. Ia merupakan bayangan yang diimajinasikan. Takhayul adalah semacam system kepercayaan , ada unsure keyakinan terhadap seseuatu yang ada di luar jangkauan nalar dan logika. Lalu keyakinan ini boleh jadi mentradisi ketika ditransformasikan dari generasi ke generasi (http://kompas.com) .

Beberapa takhayul yang umum di Jepang telah diimpor dari budaya lain. Para unluckiness jalan satu kucing hitam melintas adalah salah satu contoh terkenal. Orang Jepang juga berbagi takhayul dengan budaya Asia lainnya, khususnya Cina , dengan siapa mereka berbagi ikatan sejarah dan budaya yang signifikan.

Sebagian besar takhayul Jepang berkaitan dengan bahasa. Angka dan benda yang memiliki nama yang homofon untuk kata-kata seperti "kematian" dan "penderitaan" biasanya dianggap sial. Takhayul lainnya, berkaitan dengan arti

(3)

harfiah dari kata-kata. Bagian lain yang signifikan dari takhayul Jepang berakar pada kuno Jepang kuno Pagan (penyembah berhala), animisme budaya dan menganggap hidup dan hal-hal alami sebagai memiliki kekuatan tertentu atau alkohol. Dengan demikian, takhayul Jepang banyak melibatkan keyakinan tentang hewan dan penggambaran hewan mewujudkan nasib baik atau buruk.

2.2 Fungsi Kepercayaan Jepang

Negara Jepang dikenal sebagai bangsa yang sangat menghargai alam. Masyarakat Jepang memiliki suatu kebudayaan yang mendasar dalam memandang alam sebagai segala sesuatu yang hidup dan humanis. Menurut Brahmantyo (2008), masyarakat Jepang adalah masyarakat yang selalu menghargai leluhur, termasuk leluhur alam. Bagi mereka, semua makhluk memiliki jiwa yang patut dikenang, semua tidak terkecuali, baik itu yang hidup dan bergerak, seperti manusia dan hewan, yang hidup dan yang tidak bergerak, seperti tumbuhan, maupun yang tidak hidup dan tidak bergerak, seperti gunung, sungai, laut, air terjun, batu, semua memiliki jiwa.

Wicaksono (2005), menyatakan bahwa bangsa Jepang memandang alam seperti halnya manusia. Mereka “hidup”, mempunyai “perasaan”, serta “bahasa”. Hal ini sangat berkaitan erat dengan sistem kepercayaan masyarakat Jepang. Dikatakan bahwa tidak ada negara lain di dunia ini yang memiliki sistem kepercayaan primitif sekuat yang dimiliki oleh masyarakat Jepang. Hal ini dapat dipahami dari masih kuatnya nilai-nilai tradisional kepercayaan Shinto dalam masyarakat. Menurut Temples in Japan dalam People All Over the World Irasshai (2007), Shinto ( 神道 ), yang secara harafiah berarti “Jalan Dewa”, merupakan

(4)

kepercayaan asli masyarakat Jepang. Shinto didasarkan pada pemikiran yang percaya dengan banyak dewa (politheisme) dan kekuatan alam (matahari, bulan, gunung, laut, angin, ombak, petir, dan sebagainya), sehingga hal ini berpengaruh pada sikap masyarakat Jepang yang menaruh hormat sangat tinggi terhadap alam. Bukan hanya dalam kepercayaan Shinto saja, dalam agama Buddha yang juga merupakan kepercayaan masyarakat Jepang selain Shinto dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat Jepang pun mempunyai konsep ajaran yang hampir serupa, yaitu bahwa alam adalah pusat kehidupan.

Masing-masing negara, bahkan setiap individu memiliki konsep yang berbeda dalam memahami arti religi (agama) dalam kehidupannya, namun perbedaan itu tetap berpangkal pada satu keyakinan terhadap adanya Tuhan. Mengenai konsep religi bagi masyarakat Jepang, ada dua konsep dasar ketuhanan. Konsep pertama menyatakan tuhan sebagai suatu entitas lebih tinggi yang memelihara, memberikan perlindungan dan cinta, konsep kedua adalah tuhan sebagagi dasar dari segala yang ada atau merupakan inti terdalam dari realitas ( Bellah, Robert. N,1992: 81).

Maka, dapat diketahui bahwa konsep dasar tentang religi Jepang juga mengajarkan hal yang sama pada seluruh penganutnya. Keberadaan sang Pencipta sudah seharusnya kita yakini dalam hati kita masing-masing. Hal itu dapat kita rasakan, ketika kita merasakan kegelisahan atau kesedihan, dengan keyakinan terhadap Tuhan akan dapat memberi ketenangan.

Begitu juga pada saat hadirnya kebahagian akan timbul rasa syukur atas karunia tersebut. Dari pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa Jepang

(5)

merupakan salah satu negara religius, dan dalam satu tahun penuh terdapat kegiatan ritual keagamaan yang tetap berlangsung di negara paling timur ini.

Negara Jepang mempunyai keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan negara maju lainnya. Mereka masih mempercayai hal-hal yang berbau supranatural dalam kehidupan sehari-harinya. Pada setiap tahun baru, orang Jepang mempunyai kebiasaan untuk pergi ke kuil dan membeli jimat atau biasanya disebut omamori. Omamori adalah kartu yang telah diberkati oleh kekuatan dewa yang dipuja di jinja.

Bagi mereka, omamori dipercaya bisa membawa keberuntungan baik pada usaha maupun hidup mereka. Banyak orang Jepang menggunakan jimat ini untuk menangkal kesialan seperti kecelakaan mobil dan kebakaran. Bahkan banyak juga atlit yang dating ke kuil untuk berdoa agar ia mendapatkan keberuntungan di awal musim.

Dari banyaknya fenomena seperti ini, kita dapat melihat bahwa masyarakat Jepang masih saja mempercayai dunia lain dan keberadaan supranatural. Menurut Swanger, orang Jepang mempercayai fenomena ini karena dipengaruhi oleh kebudayaan dan tradisi bangsa mereka. Sejak dahulu kala, kepercayaan dan tradisi mereka seperti Shinto telah menanamkan rasa percaya terhadap keberadaan supranatural.

Konsep Shinto mengenai dunia kematian menjadi penyebab kuat mengapa orang Jepang sampai sekarang masih percaya terhadap keberadaan dunia lain.

(6)

2.3 Omamori dalam Kepercayaan Jepang

Diantara fenomena tradisi keagamaan populer di Jepang adalah omamori atau jimat, yang telah mengalami peningkatan popularitas selama dekade terakhir. Dilihat dari dasarnya sebagai media dimana kekuatan suci kehidupan mengalir ke manusia, omamori ini konsisten dan ekspresif dalam beberapa tema lama yang ada dalam tradisi Jepang (Eugene R. Swanger 1981:237). Omamori adalah jimat keberuntungan yang biasanya dijual di kuil-kuil di Jepang. Omamori sendiri berasal dari kata mamori yang berarti “melindungi” atau “memberikan perlindungan”.

Omamori berbentuk sebuah kantung yang terbuat dari kain berdekorasi yang didalamnya terdapat lipatan kertas atau potongan kayu bertuliskan nama dewa yang sudah didoakan agar memberikan perlindungan dan keberuntungan pada si pemiliknya. Karena bentuknya yang kecil, orang Jepang sering menggantungkan omamori pada tas, ponsel, atau dalam kaca spion di dalam mobil. Omamori juga digunakan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan secara menyeluruh terhadap permasalahan dalam kehidupan seperti penyakit, kecelakaan, kebakaran, keselamatan dalam kelahiran bayi, kebangkrutan dan lain-lain.

Saat ini pengguna omamori di Jepang dapat dikatakan cukup merajalela sampai saat ini. Pada hari-hari liburan, khususnya pada tahun baru, banyak orang Jepang yang rela mengantri panjang untuk membeli omamori di kuil-kuil terkenal dengan harapan setahun itu mereka dilindungi dan terhindar dari bencana. Selain menjadi jimat pelindung, omamori juga sering dijadikan hadiah ketika menjenguk

(7)

orang sakit atau melahirkan, bahkan dihadiahkan pada orang yang hendak mengikuti ujian masuk sekolah atau perguruan tinggi.

Menurut sejarahnya, jimat-jimat tradisional semacam ini bermula dari adanya kepercayaan kuno animisme dan kepercayaan panteisme tentang hubungan supranatural yang berasal dari fenomena alam seperti matahari, bulan, gunung, sungai, hutan, dan sebagainya. Semua itu mempengaruhi aura kehidupan manusia dan berefek pada kesehatan,kemakmuran, dan kebahagiaan. Untuk mengingatkan manusia kepada generasi akan kekuatan lain di atas dirinya itu. Jadi buatlah jimat-jimat tersebut yang bahannya bersumber pada alam (kayu, kertas, atau daun). Penggunaan jimat ini ternyata sudah meluas bahkan di zaman modern sekarang.

Di tengah-tengah modernitas bangsa Jepang memang penggunaan jimat dapat dikatakan merupakan sebuah tradisi yang sudah turun-temurun diwariskan oleh leluhur mereka. tradisi menggunakan jimat ini mulai ada sejak masa Tokugawa dan setelahnya. Pada masa itu jimat-jimat di Jepang berukuran besar-besar dan dipakai oleh para dukun untuk membantu praktek perdukunannya.

Kemudian seiring dengan perkembangan masa, maka bentuk jimat pun mengalami perubahan. Adapun perubahan tersebut muncul dikarenakan kebutuhan maupun situasi serta kondisi masyarakat Jepang sendiri. Yang dimaksud dengan kondisi disini adalah misalnya pada masa lalu alat angkutan belumlah begitu semodern sekarang ini. Ditinjau dari sisi keamanan pun dulu masih jauh lebih aman untuk bepergian karena belum begitu hebatnya tindak-tindak kejahatan. Kemudian perkembangan teknologi mengakibatkan Jepang

(8)

menjadi Negara yang memiliki alat angkutan yang canggih dan modern seperti yang dapat kita lihat seperti sekarang ini. Sehingga otomatis perkembangan negaranya yang begitu pesat mengurangi angka kemanan untuk bepergian

karena kejahatan yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kemodern-an Jepang sendiri.

2.3.1 Jenis Omamori

Bermacam-macam jimat menurut Swanger kira-kira satu setengah dari jenis jimat dimana kekuatan kuil atau candi yang disampaikan melalui kata-kata yang dicetak di tanda, yang hamper berbentuk persegi panjang. Di cetak baik di atas kertas, kayu (biasanya pinus), atau sutra (selalu merah). Kata-kata ini mungkin berasal dari sebuah doa atau merupakan bagian dari sebuah sutra, tetapi lebih sering merupakan nama kuil atau candi.

Omamori yang lain dibagi berdasarkan antara kemunculan gambar gohonzon atau goshintai ( yang terakhir tidak umum) dan yang berada dal wujud benda seperti pedang, panah, permata, katak, penyu, anjing, kuda, drum, palu, buku, koin, penggaruk, boneka, labu, lonceng dan sebagainya. Merupakan hal yang umum untuk tipe bergambar atau omaori bergambar harus disertai dengan lebih dari nama kuil atau candi. Ada banyak cerita tentang gambar kannon, fudomyo, jizo, kongo, nichiren dan lain-lain yang melindungi seseorang sepanjang krisis.

Sebuah cerita menarik dari perlindungan gambar yang disampaikan kepada carmen blacker oleh seorang dukun perempuan kontemporer. Seorang imam menghadapi seekor rubah, yang memilki seorang perempuan, mengancamnya

(9)

dengan sebuah gambar kaisar meiji,” menguranginya (rubah) ke keadaan malu yang hina dan menakutkan” (blacker 1975:4).

Omamori adalah tradisi Jepang dimana memiliki sejarah yang begitu panjang. Adapun tradisi tersebut masih terus berlanjut sampai saat ini. Eugene R. Swanger dan Peter Takayama di dalam buku yang berjudul Asian Folklore Studies menyebutkan bahwa ada tujuh masalah khusus yang umumnya disediakan oleh omamori. Sesuai dengan daftar permintaannya yaitu untuk keselamatan berlalu lintas ( 交 通 安 全 ), menghindari kejahatan ( 厄 除 ), terbukanya keberuntungan (開運), pendidikan dan lulus ujian (学業成就), kemakmuran dalam bisnis ( 商 売 繁 盛 ), memperoleh pasangan dan pernikahan ( 縁 結 び ), kehamilan dan kelahiran yang mudah (安産).

Berikut ini adalah penjelasan tentang ketujuh jenis omamori tersebut. 1. Kōtsū anzen ( 交通安全)

Kōtsu anzen adalah jenis jimat yang digunakan orang Jepang untuk melindungi dari marabahaya saat bepergian atau melancong. Jimat ini biasanya dibawa saat mereka akan bepergian atau berwisata ke suatu tempat.

2. Yaku yoke ( 厄除)

Yaku Yoke merupakan jenis jimat yang digunakan di Jepang agar terhindar dari kejahatan. Di dalam perjalanan hidup ini diperuntukkan bagi orang-orang yang berada pada usia yang dapat dikatakan kritis. Untuk

(10)

laki-laki yaitu yang berada pada usia 25, 41, 42, dan 43. Sedangkan untuk perempuan yaitu yang berusia 19, 32, 33, dan 34. Kekuatan Kami akan mengusir kemalangan yang berhubungan dengan waktu yang berubah-ubah atau ketidakpastian dan juga akan amenambah stabilitas hidup. 3. Kaiun ( 開運)

Kaiun dipakai untuk membuka jalan terbukanya keberuntungan. 4. Gakugyō jōju ( 学業成就)

Jimat ini dipakai oleh kalangan pelajar yang akan melaksanakan ujian sekolah ataupun seseorang yang akan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Dengan memakai jimat ini maka diharapkan akan mempermudah kelancaran dalam ujian.

5. Shōbai hanjō ( 商売繁盛)

Merupakan jimat yang digunakan untuk berbisnis. Jika seseorang memiliki bisnis sendiri maka akan membawa keberuntungan bagi mereka dalam hal usaha yang dimiliki agar mendatangkan keberkahan.

6. En musubi ( 縁結び)

Merupakan jimat yang dipakai dalam dunia percintaan. Jika seseorang tidak memiliki pacar maka efeknya adalah untuk menarik simpati seseorang. Sementara bagi orang yang sudah memiliki pacar, maka efeknya adalah untuk menjalin cinta. Banyak orang muda yang menggunakan jimat yang semacam ini untuk mendapatkan jodoh.

(11)

7. Anzan ( 安産)

Anzan merupakan jimat yang dipakai untuk memudahkan kelahiran. Biasanya dibawa oleh ibu hamil. Ini dapat pula diartikan bahwa si ibu berharap akan melahirkan anak yang baik nantinya. Dengan memakai jimat ini maka menghilangkan kekhawatiran para ibu terhadap anak yang akan dilahirkan.

Adapun sebenarnya jumlah omamori di Jepang itu adalah banyak sekali. Ketujuh jenis omamori di atas adalah omamori yang yang umum dipakai. Selanjutnya berikut ini adalah macam-macam omamori yang merupakan jenis lain dari ketujuh jenis omamori seperti di atas beserta kegunaannya.

1. Shiawase omamori - Dirancang untuk membawa kebahagiaan ke dalam kehidupan pemiliknya.

2. Kanai Anzen - Pastikan kesehatan umum yang baik dan membantu mereka dengan penyakit.

3. Hada Omamori-Ini omamori tujuan umum datang dalam empat warna dan dimaksudkan untuk melindungi dari bahaya, kesialan dan penyakit.

4. Housaiyoke Omamori-Ini memberikan perlindungan dari kemalangan yang terkait dengan pasukan directional sial.

5. Michihiraki Omamori-Ini dimaksudkan sebagai kompas kehidupan, selalu membantu dalam menemukan jalur terbaik dalam hidup.

6. Kosazuke Mamori-Amulet bagi keluarga yang ingin memiliki bayi. 7. Gakutoku Omamori-Sukses studi dengan kedalaman benar dan luas.

(12)

8. Gankake Omamori-Membuat omamori keinginan. Pegang di satu tangan dan berdoa keinginan Anda.

9. Byouki Heyu Omamori-Baik Kesehatan dan Pemulihan Kesehatan

10. Kenkoh Omamori-Jimat Ini berarti untuk menjaga kesehatan dan menghindari penyakit

11. Choju Omamori-Jimat ini adalah untuk Panjang Umur (Long Life) 12. Pet Omamori-Pelindung jimat untuk hewan peliharaan Anda.

13. Magatama Omamori-Magatama Omamori, artinya adalah "Kaiun" untuk membuka jalan bagi keberuntungan.

  Adapun tiap kuil di Jepang juga memiliki jenis dan fungsi omamori yang berbeda-beda, seperti Kuil Tenmangu di Dazaifu memiliki 9 jenis omamori berbeda yang melayani fungsi-fungsi yang berbeda pula. Sementara itu candi Sensoji di distrik Asakusa Tokyo, yang sebaliknya mengaku mengeluarkan omamori lebih banyak daripada kuil atau candi candi di tempat lain di Jepang, mempunyai 15 bentuk omamori untuk enam kebutuhan. Tempat omamori lainnya seperti kuil Kompira di Shikoku, menawarkan 77 jenis omamori berbeda untuk 45 kebutuhan, termasuk untuk kebutuhan-kebutuhan khusus seperti agar berhasil dalam pemilu, menghasilkan tanaman tembakau yang baik, melindungi mesin kapal, dan mencegah polusi air.

Karena di dalam skripsi ini hanya membahas tentang tujuh jenis jimat menurut Swanger maka jimat di atas yang banyaknya tersebut hanya merupakan gambaran bahwa jimat di Jepang itu ada banyak sekali jumlahnya. Pada intinya jumlah jimat di Jepang yang banyak jumlahnya tersebut merupakan jenis ataupun

(13)

variasi lain dari tujuh jenis jimat yang di ungkapkan oleh Swanger di dalam bukunya Asian Folklore Studies yang diterbitkan pada tahun 1981.

2.3.2 Tujuan Omamori

Jimat dimata orang Jepang adalah dianggap sebagai motivator untuk mendorong mereka sukses dalam apapun. Hal ini disebabkan karena orang Jepang sendiri menjadikan jmat-jimat ini sebagai suatu kebutuhan dalam hidup sehari-hari mereka. Selain itu dikarenakan ada semacam sugesti diri yang terbangun dalam diri orang Jepang jika mereka memilih jimat yang tepat. Itulah sebabnya mereka tidak akan sungkan untuk membeli jimat yang diinginkan setiap tahun atau di setiap kesempatan.

Jimat digunakan oleh orang-orang dalam kaitan dengan kekuatan gaib yang mampu melindungi dari marabahaya, dan juga untuk mendapatkan kesejahteraan, kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Omamori dalam Nichiren Shu Buddhisme, mempunyai pengertian yang jauh lebih dalam, bahwa;

Omamori tidak hanya semata-mata sebagai media perlindungan saja tetapi juga sebagai upaya untuk peningkatan hati kepercayaan;

Omamori hanya sebuah jalan upaya, sebagai pintu gerbang menuju hati kepercayaan yang sebenarnya;

Omamori mempunyai kekuatan karena hati kepercayaan orang yang bersangkutan, bahwa mereka yang melaksanakan Saddharma Pundarika Sutra pasti akan mendapatkan perlindungan dari para dewa-dewi.

(14)

Omamori dalam Nichiren Shu yang bertuliskan Gohonzon, melambangkan kesempurnaan jiwa manusia yang sebenarnya, artinya dengan mengenakan Omamori, kita hendaknya berusaha mewujudkan kesempurnaan jiwa tersebut. Omamori juga untuk mengingatkan kita pada ajaran Sang Buddha, agar kita selalu menjaga sikap dan tingkah laku, sehingga selalu sesuai dengan ajaran Buddhisme. Semua kebudayaan dan religius mempunyai Omamori yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari, hal ini tidak hanya terbatas pada kebudayaan timur tetapi juga kebudayaan barat. Di Jepang sendiri, Omamori begitu populer dan sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Setiap orang berkunjung ke sebuah Kuil Buddha atau Shinto pasti akan menginginkan dan membawa pulang sebuah Omamori baik bagi diri sendiri maupun keluarga.

Omamori sering memiliki tujuan tertentu, seperti untuk kesehatan, studi atau bekerja. Seringkali tempat-tempat suci atau kuil juga dapat memberikan daya tarik generik tujuan semua keberuntungan sementara tempat-tempat suci tertentu mungkin menawarkan pesona unik yang mereka berhubungan dengan misalnya untuk suatu hubungan yang sukses atau kehamilan yang aman.

Sedangkan untuk wisatawan mungkin tampak seperti Anda membeli daya tarik, Omamori sebenarnya proses streamline menyumbang. Selama ada tempat ibadah, orang telah membuat sumbangan dalam pertukaran untuk memiliki doa mereka yang didukung. Omamori (dan ofuda) merupakan cara yang transparan untuk membuat sumbangan tersebut.

Ini juga merupakan pendekatan yang cukup berguna karena di Jepang setidaknya keinginan baik pengunjung sering ditujukan untuk orang lain .Para

(15)

omamori dapat ditularkan ke orang yang dicintai yang dimaksud (www.wikipedia.org).

Di Jepang agama resmi (Shinto dan Budha) tidak dengan sengaja membuat usaha untuk mengakui omamori . Baik kuil Shinto maupun Budha telah menunjukkan dukungan positif bagi penyebaran omamori sepanjang mereka memiliki control terhadap aspek-aspek ritual produksi mereka.

Ada dua alasan utama secara relatif antara kepercayaan resmi dan omamori. Pertama, baik kepercayaan tradisional (khususnya Shinto) dan omamori secara karakteristik tetap ada dan masuk. Kedua, omamori – yang beroperasi di bawah resmi agama – melengkapi prakrek keagamaan dalam dalam hal-hal konkret kebutuhan sehari-hari. Ini bukan untuk menyangkal fakta bahwa telah terjadi ketegangan antara beberapa sekte Budha tentang penggunaan omamori.

Omamori bertahan terus di Jepang untuk dua alasan kemungkinan. Pertama, omamori ternyata mampu memberikan jaminan kepercayaan yang dibutuhkan untuk menahan ketidakpastian moral dan psikologi dan kecemasan dalam kehidupan sehari-hari. Kepercayaan resmi dapat menawarkan pembebasan yang akhir dan total dari dunia penderitaan tetapi memberikan sedikit kenyamanan dan bimbingan untuk di sini dan saat ini. Omamori bekerja karena fokus, praktis, dan yang terpenting masalah pribadi. Sebagian besar orang Jepang, kalau mereka relijius sama sekali, merupakan relijius dalam arti praktis dan arti pribadi. Meskipun kurang rasional, omamori banyak melakukan fungsi-fungsi yang sama sebagai Shinto yang tradisional, mungkin untuk orang yang berbeda dan cara yang berbeda. Mereka yang membawa omamori tidak memiliki kesulitan

(16)

dalam memandag diri mereka sebagai yang terlibat dalam praktek-praktek yang mengikuti selera.

Kedua, omamori membantu untuk memerintahkan moral secara moral, terutama membantu mempertahankan prinsip-prinsip normatif yang terlibat dalam organisasi kekerabatan. Untuk menerima sebuah omamori dari sanak keluarganya yang akan membantu mengingatkan seseorang akan cinta, kewajiban dan solidaritas kekeluargaan yang dia miliki. Ini bukanlah fungsi omamori yang terpendam dan tidak nyata. Saya ingin menyarankan bahwa peranan omamori itu tidak bisa dipahami terpisah dari struktur sosial keluarga dan kekerabatan. Batas-batas sosial dan konteksnya dimana omamori dipertukarkan harus diteliti. Tampaknya seseorang jarang membeli omamori untuk dirinya sendiri, tetapi hampir selalu memperolehnya untuk orang lain, seperti untuk anak, pasangan, teman sekelas, seorang saudara yang akan melakukan perjalanan dan sebagainya. Saya percaya bahwa pemberian omamori pada kesempatan yang khusus menjelaskan kembali cinta dan kewajiban di dalam keluarga dan konteks sosial yang lebih luas dan menyediakan ukuran jaminan dan rasa percaya diri kepada anggota keluarga yang membutuhkan dukungan.

Referensi

Dokumen terkait

“Kuliah tidak hanya menyoal capaian akademik dalam bentuk angka, tetapi juga berkesempatan untuk meningkatkan kapasitas dan mengasah kemampuan yang kita miliki dari

Google Adword merupakan fitur yang dikeluarkan google untuk kita bisa mengiklankan produk kita di blog atau website yang menjadi publisher Google Adsense...

Sehingga  pada pengujian dengan test biuret urin patologis berwarna ungu yang artinya terdapat protein dalam urine tersebut (positif), dan untuk urine mahasiswa dan blanko

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupten Blitar kedudukannya diatur dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar nomor 6 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Secara umum, tanggung jawab dari departemen operasi adalah masalah operasional pergerakan kapal (dari port of loading – port of discharging) sesuai charter party dan masalah

Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium..

Eksplan yang digunakan dalam menentukan fase perkecambahan anggrek hitam dan menentukan medium dasar yang optimal bagi perkecambahan biji secara in vitro adalah buah

Dalam keberhasilan induksi pembelahan sporofitik ditunjukkan dengan parameter pengamatan yang dilakukan pada induksi pembelahan sporofitik mikrospora dengan