• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

Resume Materi Perkuliahan Dasar-Dasar MIPA

Pertemuan ke-1 s/d ke-7 (Tanggal: 10 September – 22 Oktober 2012) Oleh: Afillia Gizca Mardiani Rukmana

F03111035

Pendidikan Fisika

Dalam proses mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan, terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan. Menangkap realita yang ada, mengamati, mengumpulkan data baik secara langsung maupun melalui data-data yang sudah ada, manganalisis data, dan kemudian membuat keputusan. Keputusan inilah yang menjadi konsep suatu hasil pemikiran yang melahirkan konsepsi (penjelasan). Apabila konsepsi ini benar, maka akan menghasilkan sebuah kebenaran yang menjadi suatu pengetahuan.

Ilmu MIPA bertugas untuk menjawab pertanyaan “Mengapa sesuatu itu bisa terjadi?”. Seperti misalnya, mengapa makhluk hidup bernafas, mengapa air mengalir, mengapa makanan bisa kedaluwarsa. Ketiga contoh pertanyaan itu dapat dijawab dengan ilmu Biologi, ilmu Fisika, dan ilmu Kimia yang merupakan bagian dari ilmu MIPA. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa dan tentu saja dengan jawaban-jawaban yang menakjubkan yang terdapat dalam ilmu MIPA.

Empat pertanyaan dasar mengenai kebenaran dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut.

1. Apakah pengamatan yang dilakukan tepat pada sasaran?

Pertanyaan ini mencakup ketepatan pada definisi atau penjelasan istilah-istilah, ruang lingkup, dan latar belakang yang dipakai. Apakah faktor-faktor itu dapat memenuhi syarat “tepat pada sasaran” atau tidak. Semakin dekat dengan sasaran, maka akan semakin tepat.

(2)

2 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

Prosedur yang kita gunakan haruslah benar. Mulai dari langkah-langkah, petunjuk, dan sebagainya. Kita diharapkan dapat memilih prosedur yang banyak digunakan dan disetujui oleh orang banyak dan memilih prosedur yang paling sedikit kelemahannya. 3. Apakah analisisnya menggunakan penalaran yang sahih?

Dalam mencari kebenaran, kita harus mempunyai penalaran yang baik. Penalaran yang baik haruslah logis dan mengandung logika-logika yang masuk akal. Hal ini bisa kita lakukan dengan memperbanyak pengalaman, mahir dalam berbahasa, dan kemampuan berpikir logis.

4. Apakah kesimpulannya betul?

Kesimpulan dapat dibuat dengan betul apabila ketiga pertanyaan sebelumnya dapat dijawab dengan “Ya”. Maksudnya adalah apabila ketiga poin itu tepat, benar, dan sahih, maka akan didapatkanlah kesimpulan yang betul pula. Namun, apabila salah satu dari poin tersebut mengalami ketidaktepatan, salah, atau tidak sahih, maka kesimpulan dianggap keliru. Namun, kesimpulan tersebut dapat diperbaiki kembali dengan memperbaiki ketiga poin sebelumnya.

Penafsiran

Membuka pikiran terhadap fakta-fakta baru dari berbagai sumber merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kita harus bisa menerima pengetahuan-pengetahuan baru tanpa harus berpatokan kepada satu ilmu yang sudah kita dapatkan dari orang yang kita percayai (seorang ahli). Sebab, apapun yang dikatakan oleh ahli, bukanlah suatu kebenaran yang mutlak. Seharusnya, kita bisa membuka pikiran kita untuk menerima kebenaran-kebenaran lain.

Ada baiknya jika kita menanyakan kejelasan dari hal-hal yang dilakukan oleh seorang ahli terlebih dahulu. Begitu pula dengan seorang ahli yang seharusnya bisa menjelaskan dengan baik atas sesuatu yang telah dilakukannya. Sekalipun prosedur yang dilakukan para ahli sudah betul, tetap saja kita harus mencari dan memiliki pengetahuan terhadap ilmu-ilmu yang lain. Karena, tidak menutup kemungkinan adanya suatu kekeliruan yang dilakukan atau hadirnya fakta baru yang bisa mematahkan teorinya.

(3)

3 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

Kesimpulannya adalah jangan pernah takut untuk menerima kebenaran-kebenaran lain yang dianggap lebih baik dari kebenaran-kebenaran sebelumnya sekalipun itu dari para ahli. Kita harus berani menerima kenyataan atau fakta-fakta baru atas kebenaran yang akan terjadi.

Paradigma Lama Dan Paradigma Baru Dalam Hidup Ini

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual (Wikipedia, 2012).

Paradigma adalah cara kita memandang alam sekitar. Memandang dalam arti, melihat dengan mata, memahami kemudian menafsirkan. Ketika kita dituntut untuk memunculkan suatu perubahan penting dalam hidup ini, maka yang harus dilakukan pertama kali adalah meneliti kembali Paradigma kita, kemudian memantapkan, memperbaharui ataupun mengubahnya kalau perlu. Sebab, jika paradigma yang kita gunakan salah, maka kita pun akan salah memandang sesuatu dan efeknya adalah salah dalam berprilaku dan berinteraksi dengan sesuatu itu (Heri Afrizal, 2010).

Menurut saya, paradigma merupakan cara pandang seseorang dalam menilai dan menafsirkan sesuatu yang akan mempengaruhi cara berpikir, sikap, dan tingkah lakunya.

Paradigma dibagi menjadi dua, yaitu paradigma lama dan paradigma baru, di mana paradigma baru ini merupakan perubahan dari paradigma lama.

Beberapa paradigma lama yang diubah menjadi paradigma baru adalah sebagai berikut.

1. Kebenaran tunggal – Kebenaran jamak

Kebenaran tunggal merupakan cara berpikir seseorang yang hanya mengandung satu kebenaran saja tanpa mempedulikan kebenaran-kebenaran yang lainnya. Dia menganggap hanya jalan pikirannya saja yang benar dan yang dia percayai. Namun, dalam mencari ilmu pengetahuan, kita dituntut untuk bisa menerima kemungkinan-kemungkinan yang ada. Pikiran kita harus bisa terbuka dengan kebenaran-kebenaran lain yang akan muncul. Oleh karena itu, kita diharapkan untuk bisa menerapkan pola pikir

(4)

4 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

kebenaran jamak. Kebenaran jamak adalah cara berpikir seseorang untuk bisa membuka pikirannya untuk menerima hasil pemikiran orang lain (kebenaran-kebenaran yang lain). Sebab, setiap waktu selalu ada kemungkinan-kemungkinan yang baru.

2. Mesin – Organisme

Cara berpikir seperti mesin merupakan cara berpikir yang mengandung pola input – proses – output. Pada saat input, seseorang memilah atau menyeleksi hal-hal yang akan dijadikan patokan dalam pemikirannya. Setelah itu, orang ini akan memprosesnya tanpa memperhatikan aspek-aspek lain yang ada di sekitarnya. Sehingga, apa yang dihasilkan output-nya, persis sama dengan input-nya. Dapat dikatakan bahwa cara berpikir seperti mesin ini merupakan fungsi statis/tetap.

Berbeda dengan cara berpikir seperti siklus hidup organisme. Kita ibaratkan saja siklus hidup katak. Katak dewasa dapat menghasilkan ribuan telur dalam reproduksinya, Hanya saja tidak semua telurnya bisa berkembang menjadi katak karena selalu mendapatkan variabel-variabel yang mempengaruhi siklus hidupnya. Dalam mencari ilmu pengetahuan, tentu saja banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sehingga mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Akan ada variabel-variabel yang mempengaruhi sehingga kita hanya bisa memprediksi berapa persen keberhasilan. 3. Unit yang terpisah – Interkoneksi

Unit-unit yang terpisah dapat diibaratkan seperti alat-alat elektronik yang dapat bekerja sendiri, seperti laptop dan handphone. Apabila dianalogikan dengan cara berpikir, kita dapat menjalankan pikiran kita dengan sendirinya tanpa harus tergantung pada orang lain. Tetapi, dalam berpikir secara interkoneksi, kita butuh orang lain untuk mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan. Kita membutuhkan para pencari data, penyedia fasilitas-fasilitas, dan berbagi penunjang lainnya sehinnga terbentuklah suatu hal yang bermanfaat dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.

4. Atom – Medan

Berpikir atomis dianalogikan seperti atom, yang berarti selalu menganggap orang lain sebagai rivalnya dan mempunyai niat untuk menyingkirkan (mengeleminasi). Sedangkan berpikir secara medan dapat diartikan sebagai berpikir untuk tidak mempunyai keinginan menyingkirkan yang salah, yang ada hanya kekeliruan dan dapat dibetulkan.

(5)

5 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

Berusaha untuk mengakui kebenaran yang lain dan berusaha mendalami dan mempelajarinya.

5. Harga yang pasti – Struktur yang terartikulasi

Pemikiran dengan harga yang pasti layaknya meluncur di jalan yang lurus dengan kecepatan konstan; memikirkan sesuatu yang pasti-pasti saja, baik dalam prosesnya maupun hasilnya. Sedangkan pemikiran dengan struktur yang teartikulasi merupakan pemikiran yang selalu berjalan mengikuti perkembangan zaman; selalu bergerak untuk mencapai kestabilannya.

6. Observasi – Interaksi

Dalam mencari ilmu pengetahuan, janganlah hanya melihat atau mengamati sesuatu yang terjadi. Tetapi juga turut berhubungan secara mental, saling berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran yang lain, yang pada akhirnya dapat saling mempengaruhi (melengkapi) antara tiap-tiap pemikiran yang ada.

7. Kompetisi – Kerja sama

Hal penting dalam paradigma pemikiran adalah merubah pemikiran yang ingin menang sendiri atas ide-idenya dengan pemikiran yang mementingkan kerja sama dengan orang lain. Hal ini dapat membantu kita untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang ada dalam pemikiran kita.

8. Kebebasan adalah ilusi – Kreativitas

Dengan mementingkan pemikiran kita sendiri, kita merasa bebas dan merasa paling benar. Tetapi, kebebasan yang kita punya hanya dapat menguntungkan diri kita sendiri tanpa ada dampak positif untuk orang lain. Maka, dapat dikatakan bahwa kebebasan yang kita miliki hanya kebebasan ilusi. Untuk memperbaiki semua itu, ubahlah diri kita menjadi lebih kreatif. Salah satu caranya adalah dengan membuka pikiran untuk dapat menyerap dan menerima pemikiran-pemikiran yang baru sesuai perkembangan zaman.

Alternatif Ketiga: Penanganan Konflik

Cara berpikir tiga alternatif:

(6)

6 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

1. “Aku tahu siapa aku ini.” (Harus mengenal dan mengetahui bagaimana dirinya sendiri; menguasai pikirannya sendiri.)

2. “Aku juga tahu siapa engkau itu.” (Dapat memahami orang lain dengan baik dengan cara menghargai pendapatnya. Karena, pemahaman akan semakin luas apabila tidak membuang apapun yang disajikan oleh orang lain.)

3. “Engkaulah yang aku cari.” (Bisa menghormati dan mencerna dengan jernih buah pikiran orang lain yang dapat membantu kita dalam mengembangkan buah pikiran kita sendiri.)

4. “Aku bersinergi denganmu.” (Dapat saling bertukar pikiran dengan orang lain karena telah merasa saling membutuhkan dan melengkapi. Namun, saling bekerja sama belum tentu bersinergi karena masih memungkinkan adanya kepura-puraan.

Cara berpikir di atas bertolak belakang dengan cara berpikir dua alternatif yang mengandung kebenaran tunggal. Cara berpikir ini membuat seorang individu tidak mau mendengarkan dan menerima pendapat orang lain. Alasannya karena mereka merasa tidak aman, direndahkan, dilecehkan, serta merasa takut akan kehilangan identitas.

Empat paradigma menuju sinergi dapat dijelaskan dalam poin-poin di bawah ini.

1) Paradigma kesatu menuju sinergi: Aku tahu siapa aku!

Maksud dari paradigma pertama ini adalah kita harus bisa melihat secara lengkap tentang diri kita sendiri. Dapat melihat pendapat sendiri secara utuh, kemudian menanyakan asumsi atas apa yang dipikirkan, dan yang terkahir adalah mengetahui apa yang harus dilakukan atas hasil pemikiran kita tersebut.

2) Paradigma kedua menuju sinergi: Aku juga tahu siapa engkau!

Maksud dari paradigma kedua ini adalah dapat menerima kehadiran orang lain dengan segala kekurangan dan kelebihannya yang membuat orang itu terlihat lebih menonjol dari kelompoknya. Kita dapat menghormati dan menghargainya dengan hati yang tulus. Akhirnya, kita merasa menemukan sinergi yang kuat apabila bersamanya daripada jika kita terpisah satu sama lain.

3) Paradigma ketiga menuju sinergi: Engkaulah yang kucari!

Dalam paradigma ketiga ini, kita dapat melihat sudut pandang lain yang dimiliki oleh orang lain. Melihat perbedaan dari diri seseorang yang membuat kita mau

(7)

7 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

mendengarkan pendapat dan memahami apa yang dia pikirkan. Sehingga, kita bisa mendapatkan wawasan yang lebih luas, inklusif, dan mendalam sehingga cukup kuat untuk menyelesaikan suatu masalah.

4) Paradigma keempat menuju sinergi: Aku ingin bersinergi denganmu!

Pada paradigma yang keempat ini, kita akan mendapatkan nilai lebih besar jika kita menggabungkan pikiran kita bersama. Mengajak orang lain untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang lebih baik dalam suatu permasalahan. Tentu saja, ini akan mendatangkan keuntungan bersama baik untuk diri sendiri, maupun orang lain.

Dari keempat paradigma di atas, ada cara-cara yang perlu diperhatikan dalam mencari kebenaran yang baik, yaitu melihat (see), get (mendapatkan sesuatu), dan do (melakukan

sesuatu). Penjelasannya adalah, melihat sesuatu dengan pikiran terbuka dan mau

mendengarkan pendapat atau kebenaran-kebenaran lain dari orang lain. Dari sana, kita bisa mendapatkan dan mengetahui hal-hal yang kurang dari buah pemikiran kita yang dapat dilengkapi oleh pemikiran orang lain. Maka dari itu, kita bisa saling melengkapi atas kekurangan dan kelebihan yang kita miliki yang kemudian secara bersama-sama melakukan sesuatu dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Empat tangga menuju sinergi adalah sebagai berikut.

1) Mengajak bersinergi, yaitu mengajak orang lain untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang lebih baik daripada hanya mengandalkan pikiran sendiri.

2) Menetapkan kriteria, yaitu memberikan kesempatan pada orang lain untuk memberikan idenya dalam menangani suatu permasalahan.

3) Menyusun alternatif ketiga, yaitu merencanakan suatu penyelesaian masalah tersebut secara bersama-sama.

4) Bersinergi, yaitu mampu menyelesaikan masalah dengan baik secara bersama-sama.

Manusia Mencari Kebenaran

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencari kebenaran adalah sebagai berikut. 1. Menangkap realita secara indrawi, yaitu menangkap realita yang ada di sekitar kita

(8)

8 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

2. Mengamati dan mengumpulkan data, yaitu mengamati realitas secara langsung maupun tidak langsung, serta mengumpulkan data dari realita yang diamati.

3. Menganalisis data/informasi, yaitu penalaran terhadap data-data yang didapatkan dengan berpikir apakah data tersebut logis.

4. Memutuskan/menyimpulkan, yaitu memberikan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan.

Enam macam kebenaran sebagai berikut.

a. Kebenaran logis adalah kebenaran yang sesuai dengan logika pemikiran dan hati nurani. Kedua hal tersebut tidak akan pernah membohongi dan selalu benar.

b. Kebenaran eksistensial/subjektif adalah kebenaran yang bersifat individualis yang bebas tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.

c. Kebenaran faktual/objektif/ontologis adalah kebenaran yang apa adanya, sesuai dengan realita yang ada tanpa dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan pribadi.

d. Kebenaran pragmatis/performatif adalah kebenaran yang bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia.

e. Kebenaran konsensus adalah kebenaran yang didapatkan karena adanya mufakat bersama yang dicapai melalui pembulatan suara.

f. Kebenaran semantik adalah kebenaran yang mengalami pergeseran makna.

Untuk mendapatkan sebuah realita, dapat diperoleh dengan dua cara yaitu sebagai berikut.

1. Kontak Langsung

Kontak langsung merupakan cara mendapatkan realita dengan memantau atau berinteraksi secara langsung dengan objek yang akan diteliti.

2. Kontak Tidak Langsung

Kontak tidak langsung dapat dilakukan melalui kesaksian orang dan pernyataan otoritas, di mana kesaksian orang tersebut haruslah dipercaya, konsisten, dan koheren. Sedangkan pernyataan otoritas didapatkan dari seseorang yang sudah mempunyai pengalaman banyak, pendidikan tinggi, kemashuran yang besar, dan selalu konsisten dengan kemajuan atau perkembangan yang terkini.

(9)

9 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

Dari perolehan realita tersebut, maka akan didapatkan suatu pengalaman yang dapat disadari, diungkapkan, dimengerti, dan direfleksi menjadi ilmu pengetahuan.

Kesadaran yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan sebuah kesadaran yang membuat kita berpikir kritis terhadap penemuan yang kita peroleh. Berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara menguji pengamatan, prosedur, dan analisis yang kita lakukan. Apakah sudah tepat pada sasaran, benar, dan sahih.

Dalam mengungkapkan suatu pengalaman, haruslah mempunyai kemahiran berbahasa. Hal ini disebabkan karena bahasa merupakan alat komunikasi tentang kebenaran-kebenaran yang sudah ditemukan untuk disampaikan dan dimengerti oleh orang lain. Apabila bahasa yang kita gunakan tidak baik, maka akan menimbulkan suatu ambiguitas argumen. Begitu pula dengan pengertian yang ditangkap dari suatu pengalaman. Pengertian ini akan menimbulkan suatu pikiran tentang kebenaran yang ditemukan. Apabila pemikiran yang kita ciptakan salah, maka akan timbul kekeliruan relevansi atau kekeliruan suatu hubungan pemikiran.

Kekeliruan relevansi dan ambiguitas argumen adalah dua hal yang menyebabkan sesat pikir. Sesat pikir dapat berdampak buruk bagi orang-orang yang salah mengartikan pemikiran kita.

Selanjutnya, kita akan mendapatkan suatu komposisi dari pengetahuan yang kita dapatkan. Komposisi yang dimaksud adalah mengkomunikasikan penemuan kita dalam bentuk tulisan ilmiah yang argumentatif, baik itu eksposisi, deskriptif, maupun naratif.

Mahasiswa dituntut untuk dapat berinteraksi dengan pengalaman, kemampuan berpikir, dan kemahiran berbahasa. Dalam mencari kebenaran, ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu: 1. Menangkap realita 2. Mengumpulkan data 3. Menganalisis data 4. Membuat kesimpulan 5. Menguji kebenarannya

(10)

10 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A 7. Menerbitkan

Anatomi format artikel ilmiah adalah sebagai berikut.  Pendahuluan o Latar Belakang  Lapangan  Teori o Masalah  Metode o Jenis Penelitian o Sampel/Populasi o Alat Pengumpul Data o Analisis Data

 Hasil

 Pembahasan  Kesimpulan

Bahasa Ilmiah

Bahasa Ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Kita harus mempunyai kemampuan berbahasa yang baik dan dapat menguasai cara-cara penulisan karya ilmiah. Bahasa ilmiah mempunyai beberapa sifat, yaitu ringkas, padat, lengkap, teliti, jelas, lurus, dan runtut.

Bahasa ilmiah juga memperhatikan bagaimana susunan kalimat, paragraf, dan tata bahasanya. Untuk kalimat, haruslah menggunakan kalimat yang efektif yang tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis. Kalimat efektif juga sanggup menimbulkan gagasan atau perasaan pembaca yang sama dengan penulisnya. Kalimat yang mengandung kesatuan gagasan dan koheren juga syarat dalam menulis tulisan ilmiah.

Paragraf yang digunakan dalam tulisan ilmiah adalah paragraf yang mengandung satu gagasan utama, koheren, dan berkembang. Tata bahasa yang digunakan haruslah taat asas. Taat asas berarti mematuhi cara penulisan bahasa yang baik dan benar, seperti Ejaan Yang Disempurnakan dan kata-kata baku.

(11)

11 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

Logika

Konsep merupakan lambang dari suatu realita yang diabstrakkan dari peristiwa konkretnya. Konsep melahirkan konsepsi yang merupakan penjelasan dari suatu konsep. Salah satu bentuknya adalah definisi. Definisi adalah sesuatu yang dapat menjelaskan konsep. Dalam mebuat definisi, perlu memperhatikan bentuk format dan syarat-syaratnya.

a) Bentuk format

Konsep adalah [kelas konsep] yang [ciri khas]. b) Syarat

 Tidak negatif (tidak mengandung kata tidak/bukan)

 Sederhana (dapat diterima oleh penerima, seperti pembaca dan pendengar; tidak menimbulkan pertanyaan lagi)

 Tidak mengandung konsep yang didefinisikan (tidak mengandung pengulangan kata atas konsepnya)

 Equivalen (konsep dan definisi harus bernilai sama atau memiliki keluasan yang sama)

Dari pembentukan definisi tersebut, kita dapat membuat silogisme (cara menarik kesimpulan).

Konsep dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu proposisi hipotetis dan proposisi kategoris.

1. Proposisi Hipotetis

Proposisi hipotetis adalah suatu pernyataan yang mengandung nilai benar atau salah.

 Hipotetis : jika… maka…

 Disjungtif : … atau…

 Konjungtif : … dan…

Proposisi ini akan menghasilkan suatu silogisme hipotetis yang terdiri dari:

a) Modus Ponens (Contoh: Jika seseorang belajar, maka ia pintar. Bonita belajar. Bonita Pintar.)

b) Modus Tollens (Contoh: Jika seseorang berlatih keras, maka ia menjadi juara. Chantika juara. Chantika berlatih keras.)

(12)

12 | R e s u m e M a t e r i P e r k u l i a h a n D a s a r - D a s a r M I P A

c) Silogisme Disjungtif (Contoh: Saya pulang atau tetap di sini. Saya pulang. Saya tidak di sini.)

d) Silogisme Konjungtif (Contoh: Dalam sebuah keluarga pasti ada ayah dan ibu. Di keluargaku ada ayah. Di keluargaku ada ibu.)

2. Proposisi Kategoris

Proposisi kategoris adalah suatu pernyataan yang sudah tepat dan pasti. Proposisi ini akan menghasilkan suatu premis mayor dan premis minor yang akan tetap menghasilkan satu kesimpulan yang sama. Contoh: Semua buku di sini terjual. Semua novel adalah buku. Semua novel habis terjual.

Proposisi kategoris merupakan kalimat pernyataan yang mengandung term subjek yang dibicarakan (kata/kumpulan kata yang mengandung hal yang dibicarakan) dan term predikat isi dari pembicaraan (kata/kumpulan kata yang mengandung isi dari yang dibicarakan). Kalimat pernyataan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut. 1) Kuantitas subjek (semua atau sebagian)

2) Kualitas hubungan subjek dan predikat (afirmatif [YA] atau negatif [TIDAK])

Kedua bagian ini saling berhubungan. Untuk lebih mudahnya, perhatikan contoh berikut.

Untuk “semua dan afirmatif” : Semua mahasiswa pandai.  Untuk “semua dan negatif” : Semua mahasiswa tidak pandai.  Untuk “sebagian dan afirmatif” : Beberapa mahasiswa pandai. Untuk “sebagian dan negatif” : Beberapa mahasiswa tidak pandai.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini diperkuat dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm. 3) Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pendapat siswa tentang penggunakan metode edutainment pada materi teknik- teknik dasar memasak kompetensi dasar

(e) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. Kelebihan model

ݔҧ ≤ 13,5 Sangat Kurang (SK) Dari 20 orang peer reviewer, permainan Dakonmatika mendapatkan rata-rata penilaian 21,1 pada aspek B. Sehingga penilaian untuk aspek B pada permainan

Tujuan dari dilakukannya penilaian oleh guru adalah untuk mengetahui saran dan komentar guru terhadap modul matematika materi perbandingan dan skala sebagai orang yang

Menurut pendapat dari seluruh panelis dalam wawancara yang dilakukan untuk mengetahui white wine mana yang lebih digemari, maka dapat dari 4 orang panelis menyatakan bahwa