• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Bahasa Alay (Proses Pembentukan Kata dan Implikasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Fenomena Bahasa Alay (Proses Pembentukan Kata dan Implikasin"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

FENOMENA “BAHASA” ALAY:

PROSES PEMBENTUKAN DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

NATALIA DIAH KELANA A2A 006 035

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan sebenarnya penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan penelitian baik untuk suatu gelar maupun diploma yang sudah ada di universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh yang penulis ketahui juga tidak mengambil bahan publikasi/tulisan orang lain kecuali telah dirujuk dalam daftar pustaka. Saya bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan penjiplakan.

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

* Face your past without regrets, handle your future with confidence, and prepare your future without fear* (Sahabat Penulis)

*Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-NYA, dan Ia akan bertindak* (Mazmur 37:5)

*Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu* (Titus 2: 7)

Karya ini kupersembahankan untuk:

Tuhan Yesus Kristus.

Kedua Orang Tuaku dan Kakak-kakakku di Surabaya.

Mbah Putriku satu-satunya.

(4)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. Suharyo, M.Hum. NIP 19610710 198903 1 003

Pembimbing II,

(5)

5

HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh

Panitian Ujian Skripsi Program Strata 1 Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Pada hari :

Tanggal :

Panitia

Ketua : Drs. Surono. S.U.

NIP 19690218 199403 1 001 ( )

Anggota : 1. Drs. Mujid Farihul Amin, M.Pd.

NIP 19520617 197903 1 003 ( )

2. Drs. Suharyo, M.Hum.

NIP 19610710 198903 1 003 ( )

3. Drs. Hermintoyo, M.Pd.

(6)

6 PRAKATA

Terima kasih atas berkat Tuhan Yesus Kristus dan BundaNya, yang sangat melimpah bagi penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ini dengan baik. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis, yakni:

1. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro;

2. Bapak Drs. Suharyo, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penulisan karya ini;

3. Bapak Drs. M. Hermintoyo, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penulisan karya ini;

4. Ibu Ken Widyawati, S.S., selaku Dosen Wali yang dengan tulus memberi bantuan demi kelancaran kuliah;

5. Para Dosen Jurusan Sastra Indonesia, semoga ilmu yang diberikan kepada penulis dan rekan-rekan bermanfaat di kehidupan kami kelak;

6. Bapak A. Kamiran dan Ibu Theresia M.J. Marpinah, kedua orang tua penulis, Mbah Putriku, dan kakak-kakakku. Yang memberi Doa, dukungan dan sokongan dana selama penulis menempuh perjalanan hidup di Semarang; 7. Mz Nuk, atas dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang kauberikan,

(7)

7

8. Sahabatku, Hendoel dan Eenk, atas pengalaman gila kita selama pengembaraan kita di kota orang. Keep in touch, guys!; Purba (Manado) dan Dendot (Surabaya) atas ‘pelecehan’ kalian;

9. Teman-teman Sasindo ’06, atas cerita seru kita selama berpredikat sebagai mahasiswa Undip;

10. Teman-teman se-kost Wonodri Baru, atas suka dan duka, serta support yang kalian berikan;

11. Para facebookers sejati yang telah menjadi objekku selama ini, serta semua pihak yang telah membantu dan mendukungku selama ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk selanjutnya.

(8)

8 DAFTAR ISI

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... vii

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Objek Penelitian ... 6

G. Metode Penelitian ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

B. Kerangka Teoritis ... 13

1. Morfologi ... 13

a. Pengertian Morfologi ... 13

b. Proses Pembentukan Kata ... 14

2. Sintaksis ... 16

a. Frasa ... 16

(9)

9

2) Frasa Eksosentris ... 18

b. Kalimat ... 19

3. Ranah Sosiolinguistik ... 20

a. Pengertian Sosiolinguistik ... 20

b. Masyarakat Bahasa ... 25

c. Variasi Bahasa ... 27

C. Awal Mula Bahasa Alay ... 32

BAB III ANALISIS PROSES PEMBENTUKAN KATA DALAM BAHASA ALAY ... 36

A. Pengantar ... 36

B. Proses Morfologi ... 36

1. Afiksasi ... 36

a. {me-}  {N-} ... 37

b. {me + kan}  {N + in} ... 38

c. {ter-}  {ke-} ... 38

d. {ber-}  {Ø}... 38

2. Reduplikasi/ Pengulangan ... 39

a. Reduplikasi Kata Dasar ... 39

b. Reduplikasi Berubah Bunyi ... 40

c. Reduplikasi Berafiks/ Berimbuhan ... 41

C. Tataran Sintaksis ... 41

1. Frasa dalam Variasi “Bahasa” Alay ... 41

(10)

10

1) Frasa Endosentris Koordinatif (FEK) ... 41

2) Frasa Endosentris Atributif (FEA) ... 42

3) Frasa Endosentris Apositif (FEAp) ... 43

b. Frasa Eksosentris ... 43

2. Kalimat ... 44

a. Kalimat Menurut Struktur ... 44

b. Kalimat Menurut Bentuk ... 45

c. Kalimat Menurut Intonasi ... 46

1) Kalimat Berita ... 46

2) Kalimat Perintah ... 46

3) Kalimat Tanya ... 47

4) Kalimat Seru ... 47

D. Leksikon ... 48

1. Pemakaian Kosakata Bahasa Daerah ... 48

a. Bahasa Jawa (Dialek Suroboyoan) ... 48

b. Bahasa Jawa (Dialek Semarangan) ... 49

c. Bahasa Sunda ... 50

d. Dialek Jakarta ... 50

2. Pemakaian Kosa Kata Bahasa Asing ... 51

a. Bahasa Inggris ... 51

b. Bahasa Jepang ... 52

3. Slang ... 53

(11)

11

1. Penulisan Huruf Kapital ... 54

2. Penanggalan Huruf ... 55

a. Pelesapan ... 55

b. Monoftongisasi ... 56

c. Paragog ... 57

3. Penggantian Huruf ... 57

a. Fonem /s/ menjadi /c/ atau /z/ ... 58

b. Fonem /t/ menjadi /d/ ... 59

c. Fonem /ng/ [ŋ] menjadi /nk/ ... 59

4. Penambahan Huruf ... 60

5. Penulisan Angka ... 61

6. Pemakaian Tanda Baca (Pungtuasi) ... 63

a. Tanda Apsotrof/ Tanda Petik Tunggal ( ‘ ) ... 63

b. Tanda Baca Elipsis (…) ... 63

c. Tanda Koma ( , ) ... 64

d. Tanda Plus ( + ) ... 64

e. Tanda Seru ( ! ) ... 65

7. Singkatan ... 66

a. Pengekalan Huruf Pertama Tiap Komponen ... 67

b. Pengekalan Huruf Pertama dengan Bilangan Tidak Berulang ... 68

c. Pengekalan Suku Kata Terakhir Suatu Komponen ... 68

(12)

12

F. Ranah Sosiolingustik ... 71

BAB IV FUNGSI, FAKTOR, DAN IMPLIKASI BAHASA ALAY TERHADAP BAHASA INDONESIA ... 74

A. Fungsi Penggunaan Bahasa Alay ... 74

1. Fungsi Gaul ... 74

2. Fungsi Identitas ... 75

a. Identitas Diri ... 75

b. Identitas Kelompok ... 76

3. Filter Password ... 77

4. Penambah Kesan Lucu dan Unik ... 77

B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Alay ... 79

1. Perkembangan IPTEK ... 79

2. Media Cetak dan Elektronik ... 79

3. Band/ Artis Favorit ... 81

C. Implikasi Bahasa Alay terhadap Perkembangan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ... 81

1. Implikasi Struktural (Morfologi, Sintaksis, Leksikon, dan Ortografis) ... 82

2. Pergeseran Bahasa ... 85

3. Deviasi/ Penyimpangan Bahasa ... 86

BAB V PENUTUP ... 89

A. Simpulan ... 89

(13)

13

(14)

14 INTISARI

Kelana, Natalia Diah. 2011. “Fenomena “Bahasa” Alay : Proses Pembentukan dan Implikasinya Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia”. Semarang : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Pembimbing I : Drs. Suharyo, M.Hum., Pembimbing II : Drs. M. Hermintoyo, M.Pd.

Fenomena kebahasaan yang berkembang seiring dengan bahasa Indonesia menarik untuk dikaji. Sebut saja, bahasa gaul yang marak dipakai di tahun 80-an dan bahasa Alay yang saat ini tengah marak di kalangan remaja Indonesia, khususnya di dunia maya (facebook, twitter, kaskus, dll). Penelitian ini mengkaji mengenai bahasa Alay yang marak digunakan oleh remaja pada situs jejaring sosial facebook dalam menulis status atau mengomentari status orang lain.

Penelitian ini membicarakan mengenai variasi “bahasa” Alay yang tengah berkembang di kalangan remaja Indonesia. Masalah yang dikemukakan yaitu: (1) Proses pembentukan kata dalam “bahasa” Alay; (2) Fungsi penggunaan “bahasa” Alay; (3) Faktor yang mempengaruhi perkembangan “bahasa” Alay di kalangan remaja Indonesia; dan (4) Implikasi “bahasa” Alay terhadap pengembangan dan perkembangan bahasa Indonesia.

Penelitian ini menggunakan teori morfosintaksis dan sosiolinguistik. Morfosintaksis digunakan untuk menganalisis proses pembentukan kata bahasa Alay, sedangkan sosiolinguistik digunakan untuk menganalisis faktor eksternal dalam “bahasa” Alay, yakni fungsi, pengaruh dan implikasi “bahasa” Alay. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, analisis data menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis struktural, sedangkan penyajian data menggunakan cara analisis deskriptif.

(15)

15 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di peradaban modern sekarang ini semakin hari semakin canggih, terlebih lagi dalam bidang komunikasi. Dewasa ini, banyak sekali bentuk teknologi komunikasi baru yang muncul setiap harinya, mulai dari televisi, radio, handphone, sampai dengan komputer. Bahkan sampai saat ini pun, para ahli tengah mengembangkan kreativitas dan inovasi mereka agar alat komunikasi yang sudah ada, makin canggih dan mempermudah manusia untuk berkomunikasi.

(16)

16

Salah satu media di internet yang saat ini tengah merajalela di Indonesia (khususnya) adalah situs jejaring sosial Facebook (Fb). Bagi sebagian orang, adanya situs ini sangat menguntungkan mereka. Mereka dapat menjalin hubungan lagi dengan teman lama yang sudah lama tidak mereka temui dan mendapatkan teman/kenalan baru. Selain itu lewat situs ini, masyarakat dapat mempublikasikan sesuatu (contoh: barang, jasa, dll), layaknya seperti iklan di televisi atau spanduk dan pamflet di jalanan. Namun bagi sebagian orang, adanya situs ini memberi dampak yang negatif. Apalagi dalam beberapa bulan terakhir, kasus kejahatan dengan memanfaatkan dunia maya semakin marak dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab (hacker)1. Tak terkecuali dengan Fb, banyak kasus yang

memperlihatkan betapa mudahnya keamanan dunia maya ”ter-bobol”.

Penulis tidak akan mengangkat masalah dampak negatif dan positif penggunaan Fb, tetapi ingin mengangkat fenomena bahasa prokem/gaul yang dalam beberapa tahun terakhir ini banyak digunakan oleh remaja-remaja di Indonesia, yakni Variasi “Bahasa” Alay. Alay adalah suatu hal yang muncul di antara remaja Indonesia yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya (bahkan mungkin di masyarakat). Menurut beberapa sumber di internet yang penulis dapat (www.blogremaja.com), gejala Alay ini dapat

1 Hacker adalah sebutan untuk orang atau sekelompok orang yang memberikan

(17)

17

mengubah gaya tulisan, pakaian, bahkan tidak jarang dapat meningkatkan sifat narsis dari si anak Alay.

Variasi “bahasa” Alay merupakan penggunaan kombinasi huruf, angka, atau simbol-simbol lain yang mirip atau mewakili bentuk huruf atau kata. Variasi “bahasa” Alay umumnya sering digunakan dalam bentuk tulisan, seperti pada saat mengirim SMS (Short Message Service) dan meng-update status di Fb (atau situs jejaring sosial lainnya, seperti Twitter, Friendster, Yahoo Messenger, Kaskus). Uniknya, bahasa pergaulan yang sebenarnya

diciptakan dan dipakai di kalangan tertentu justru berkembang menjadi bahasa pergaulan yang digunakan sehari-hari.

Berikut ini contoh penggunaan variasi “bahasa” Alay: SMS:

“U 9Hy D! HuMZzZ. . . ???” (kamu lagi di rumah?)

Co’Na cMa qMo YaNK cO WaD qHo cYuM…. (soalnya cuma kamu yank

cowo buat aku senyum)

k’tHaWa...(ketawa) ncNeNK……….(dan senang)

Salah satu status Fb-ers2: “CapE Bgt bR 5ampE humz…

PeRJaLaNan dtEmaNi RiNtik2

HuJaN2 DaRi PaDjak0emB0eh

5eRu juga

(18)

18 Ho ho ;-D

PyK oh PyK

AkaNkah Q haRu5 MeNetapkaN 5at0e

PiLiHaN d5aNa??

MuDah2N NeE 5muA aWaL yang

InDaH ToEk memulai 5eGalax..

AmieN

Re5tUi Niat bAiK Ini Ya muJjiB…”

Dapat dilihat dari beberapa contoh tulisan Alay di atas, bahwa bentuk dan struktur tulisannya berseberangan dengan struktur tata tulis dan ejaan dalam bahasa Indonesia, baik dari segi fonetis, morfologis maupun sintaksisnya, mulai dari penulisan huruf kapital, ejaan, singkatan, hingga tata kalimatnya. Oleh sebab itu, penulis sangat tertarik dengan adanya fenomena variasi “bahasa” Alay yang sedang berkembang di kalangan remaja Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembentukan variasi “bahasa” Alay yang berkembang di kalangan remaja Indonesia?

(19)

19

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan variasi “bahasa” Alay di kalangan remaja Indonesia?

4. Apakah implikasi perkembangan variasi “bahasa” Alay terhadap pengembangan dan perkembangan bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini meliputi:

1. Menjelaskan proses pembentukan variasi “bahasa” Alay yang berkembang di kalangan remaja Indonesia.

2. Menjelaskan fungsi variasi “bahasa” Alay bagi para penggunanya.

3. Menjelaskan faktor-faktor saja yang mempengaruhi perkembangan variasi “bahasa” Alay di kalangan remaja Indonesia.

4. Menjelaskan implikasi perkembangan variasi “bahasa” Alay terhadap pengembangan dan perkembangan bahasa Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan mengenai kajian sosiolinguistik dan morfologi secara langsung guna mengaplikasikan teori yang telah didapat dalam perkuliahan pada fenomena kebahasaan yang berkembang di masyarakat.

(20)

20

Secara akademis penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para mahasiswa dan akademisi lainnya terhadap perkembangan kajian pengetahuan dalam bidang kebahasaan serta dalam kajian sosiolinguistik dan morfologi.

3. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai permasalahan yang dikaji, yakni mengenai fenomena variasi “bahasa” Alay. Selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan diskusi maupun referensi bagi penelitian lanjutan maupun yang sejenis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah penggunaan variasi “bahasa” Alay di kalangan remaja Indonesia yang digunakan untuk meng-update status maupun memberi comment atas status orang lain dalam situs jejaring sosial Fb. Secara khusus mengenai bentuk dan struktur bahasa, fungsi penggunaan bahasa, serta faktor yang mempengaruhi perkembangan dan implikasinya terhadap perkembangan bahasa Indonesia di kalangan remaja itu sendiri.

F. Objek Penelitian

(21)

21

statusnya maupun mengomentari status orang lain. Sebagai objek penelitian, data diambil dalam rentang waktu antara bulan Agustus hingga Oktober 2010.

G. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai adalah dengan metode observasi, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati objek kajian dalam konteksnya dan yuridis normatif, yaitu meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Observasi dilakukan secara tekstual dan kontekstual. Tekstual karena dalam hal ini peneliti mengamati teks (tulisan Alay pada status Fb-ers) tanpa memandang kehadiran penuturnya, sedangkan kontekstual karena peneliti mengamati teks tersebut lengkap dengan konteks ketika bahasa itu dipakai (ketika Fb-ers menulis statusnya). Selain itu penulis juga menggunakan teknik wawancara tersembunyi dengan narasumber, artinya wawancara dilakukan dengan sharing dan dialog, sehingga narasumber tidak menyadari bahwa dirinya sedang diwawancarai.

2. Metode Analisis Data

(22)

22

sebelumnya. Selain itu penulis juga menggunakan analisis secara struktural untuk menganalisis prosespembentukan kata dan struktur variasi “bahasa” Alay, yakni secara morfologi, sintaksis, leksikon, dan ortografis.

3. Metode Penyajian Data

Metode penyajian data dilakukan dengan cara deskriptif analitis, yakni penulis akan mendeskripsikan/menggambarkan mengenai data-data yang telah didapat dan dianalisis sebelumnya. Data-data yang disajikan secara deskriptif sesuai dengan yang penulis dapat.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari skripsi ini, maka ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, objek penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pusaka dan Kerangka Teoritis

(23)

23

Bab III Analisis Proses Pembentukan Kata dalam Variasi “Bahasa” Alay Bab ini membahas mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi proses pembentukan kata dalam variasi “bahasa” Alay, yakni morfologi, sintaksis, leksikon, dan ortografis, serta ranah sosiolinguistik.

Bab IV Fungsi, Faktor, dan Implikasi Variasi “Bahasa” Alay Terhadap Bahasa Indonesia

Terdiri atas fungsi penggunaan variasi “bahasa” Alay di kalangan remaja, faktor yang mempengaruhi perkembangan variasi “bahasa” Alay, serta implikasi penggunaan variasi “bahasa” Alay terhadap perkembangan dan pengembangan bahasa Indonesia.

Bab V Penutup

(24)

24 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

Dalam mengkaji skripsi ini, penulis membutuhkan beberapa referensi tinjauan pustaka yang sesuai dan berhubungan dengan kajian dalam penelitian skripsi ini. Tinjauan pustaka ini membantu penulis untuk mengembangkan pokok-pokok kajian variasi “bahasa” Alay ini, antara lain sebagai berikut:

(25)

25

bahasa daerah yaitu bahasa Jawa dan dialek Jakarta. Penggunaan bentuk singkat dikarenakan keterbatasan jumlah karakter sampai dengan 160 karakter apabila menggunakan huruf Latin dan 70 karakter jika menggunakan huruf Arab/Cina. Penggunaan kosakata Jawa digunakan karena lingkungan tempat tinggal penutur yakni Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan pemakaian kosakata dialek Jakarta karena Jakarta merupakan pusat modernisasi bagi masyarakat Indonesia.

Rahmawati (2005), meneliti mengenai register dalam skripsinya “Bentuk dan Fungsi Sosial Register Perkumpulan Honda Tiger di Semarang”. Register dipakai dalam interaksi sosial untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan, yang digunakan sebagai identitas diri dan alat pergaulan di dalam kelompoknya. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan bentuk register ada kelompok Honda Tiger di Semarang dan mengindentifikasikan fungsi sosial register pada perkumpulan Honda Tiger di Semarang. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah berdasarkan bentuknya terdiri atas satuan lingual yang meliputi kata, frasa, dan kalimat. Sedangkan fungsi sosial yang terdapat dalam register pada kelompok tersebut adalah berfungsi mengejek, merahasiakan, menunjukkan tempat, dan menamai.

(26)

26

pada peristiwa tutur dalam iklan televisi, serta faktor-faktor yang menentukan terjadinya pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam ilkan televisi tersebut. Sumber data adalah iklan televisi yang ditayangkan di Stasiun Televisi Swasta Nasional di Indonesia dalam kurun waktu selama tahun 2006, yang telah dipilih dengan pertimbangan bahwa iklan-iklan tersebut memuat data-data yang diperlukan oleh penulis. Wujud pilihan bahasa dalam iklan televisi terdiri atas tunggal bahasa (berupa bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, serta terdapat ragam bahasa usaha dan ragam santai), alih kode (wujud alih kode berupa kalimat) dan campur kode (wujud campur kode berupa kata dan frasa). Pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan televisi dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial, yakni situasi tutur, penutur, tujuan tutur, produk yang diiklankan, dan bintang iklan.

(27)

27

Surabaya ini terbentuk dari pola atau kaidah antara lain: frasa, pemendekan kata atau akronim dan reduplikasi. Pola pemaknaan dari bahasa prokem polisi di Surabaya dilakukan dengan cara asosiasi. Pola asosiasi tersebut meliputi: asosiasi makna berdasarkan persamaan sifat, asosiasi makna berdasarkan persamaan bentuk, dan asosiasi makna berdasarkan persamaan warna.

Haryanto (2008, dalam Nadar, 2009: 98-99), meneliti pemakaian bahasa dalam media chatting di internet dengan menggunakan pendekatan sosiopragmatik. Pada penelitian tersebut analisis dibuat dengan menggunakan sudut pandang prinsip kerja sama dan komponen tutur sebagaimana diproposisikan oleh Hymes. Salah satu temuan yang dihasilkan adalah percakapan dalam chatting bisa dianggap mematuhi dan juga bisa dianggap melakukan penyimpangan. Dianggap mematuhi kaidah prinsip kerja sama bila tuturan percakapan memenuhi maksim-maksim yang ada terutama maksim kualitas. Selanjutnya dianggap melakukan penyimpangan apabila tuturan yang terjadi bertentangan terhadap maksim-maksim terutama maksim kualitas.

B. Kerangka Teoritis

1. Morfologi

a. Pengertian Morfologi

(28)

28

morf dan logi, yang artinya ilmu yang mempelajari morf. Dengan kata

lain, morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Ruang lingkup kajian morfologi adalah kata dan bagian-bagian kata (yang meliputi aspek bentuk, gramatikal, fungsional).

b. Proses Pembentukan Kata

Tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan umum berdasarkan struktur bahasa. Struktur bahasa itu meliputi bidang-bidang: tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat, atau dengan kata lain, tata bahasa ini meliputi bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Namun, di sini akan dibahas mengenai kajian morfologis sesuai dengan objek yang dibahas.

Kridalaksana (1989; 12) membagi proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia (proses morfologis) menjadi:

1) Afiksasi

Dengan proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks dengan penambahan imbuhan awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), serta awalan dan akhiran (konfiks).

2) Reduplikasi

(29)

29

bentuk dasar, reduplikasi berubah bunyi, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi berafiks/berimbuhan.

Di antara pembentukan-pembentukan kata dalam bahasa Indonesia tersebut, muncul beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pembentukan kata, yakni: adanya bentukan baru (dilihat dari proses pembentukannya), adanya kontaminasi, adanya unsur serapan, adanya konsonan kluster, dan adanya proses morfologis unsur serapan (bentuk lama dan bentuk baru).

Keraf (1984; 132) membagi perubahan bentuk kata atas 2 pembentukan, yaitu:

Perubahan bentuk kata dapat dibedakan atas: Pertama, perubahan dari bentuk kata-kata dari perbendaharaan kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri; dan Kedua, perubahan bentuk kata dari kata-kata pinjaman.

Bahasa Indonesia selama berabad-abad mendapat pengaruh dari luar. Semua bentuk asing itu tidak diterima begitu saja, tetapi selalu mengalami proses penyesuaian atau adaptasi sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Seberapa jauh perubahan kata-kata asing itu terjadi tergantung dari sistem fonologi dan morfologi bahasa asing dan bahasa Indonesia itu sendiri. Semakin besar perbedaan struktur kedua bahasa tersebut semakin besar perubahan bentuk kata pinjaman tadi.

(30)

30

ada cara pembentukan lain yang disebut kontaminasi atau perancuan, yakni dari dua ungkapan yang berlainan diturunkan suatu ungkapan baru. Dalam pertumbuhan bahasa, banyak kata mengalami perubahan, bukan hanya dari proses adaptasi, analogi, dan kontaminasi saja. Namun, dapat juga disebabkan oleh hal-hal lain seperti, salah dengar, usaha memendekkan suatu kata yang panjang atau sebagainya.

Dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi atas berbagai kata yang selama ini diketahui, dapatlah disebut beberapa macam gejala perubahan bentuk kata seperti yang diungkapkan oleh Keraf (1984; 134-136), berikut ini:

1) Monoftongisasi adalah suatu proses di mana suatu diftong berubah menjadi monoftong.

2) Paragog adalah proses penambahan suatu fonem pada akhir suatu kata.

2. Sintaksis

(31)

31 a. Frasa

Pengertian frasa menurut Ramlan (2001: 138) adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausanya. Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat, yakni: (1) Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih; (2) Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, Pel, atau Ket.

Frasa dapat dilihat dari dua sudut pandang (Ba’dulu & Herman, 2005: 58), yakni: (1) Frasa sebagai suatu fungsi, yakni sebagai suatu fungsi, frasa merupakan satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat; (2) Frasa sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang non-predikat. Bersifat non-predikat berarti bahwa hubungan kata-kata yang membentuk frasa tidak menyebabkan fungsi S dan P dalam konstruksi tersebut.

Frasa dapat dibedakan menjadi dua, yakni: 1) Frasa Endosentris

(32)

32 a) Frasa Endosentris Koordinatif

Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya: ayah ibu, pembinaan dan pengembangan, belajar atau bekerja.

b) Frasa Endosentris Atributif

Berbeda dengan frasa endosentris koordinatif, frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Misalnya: pembangunan lima tahun, sekolah Inpres, dsb. Kata yang tercetak miring merupakan unsur pusat (UP), yakni unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semarak merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainya merupakan atributif.

c) Frasa Endosentris Apositif

(33)

33 2) Frasa Eksosentris

Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Frasa ini biasa ditandai dengan adanya preposisi seperti yang, di, ke, dari, untuk, dsb. Misalnya: orang yang berbaju biru. Orang adalah UI, sedangkan yang berbaju biru adalah UT.

b. Kalimat

Pengertian kalimat menurut Bloomfield (dalam Ba’dulu & Herman, 2005; 48), kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang tidak termasuk dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan konstruksi gramatikal. Banyak ahli tata bahasa lama yang mencontoh tata bahasa Barat, yang membatasi sebagai satuan kumpulan kata terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap (Keraf, 1984: 140):

Klasifikasi kalimat dalam bahasa Indonesia:

1) Berdasarkan jumlah dan jenis klausa dalam basis, dibagi menjadi kalimat sederhana, kalimat kompleks dan kalimat majemuk.

2) Berdasarkan struktur internal klausa utama, dibagi menjadi kalimat sempurna (kalimat mayor) dan kalimat tak sempurna (kalimat minor)

(34)

34

4) Berdasarkan sifat hubungan aktor-aksi, dibagi menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif.

5) Berdasarkan ada tidaknya unsur negatif dalam frasa verba, dibagi

menjadi kalimat afirmatif dan kalimat menyangkal.

Pada dasarnya kalimat terdiri atas dua jenis, yakni kalimat inti dan kalimat turunan. Kalimat inti adalah kalimat yang menjadi dasar bagi pembentukan kalimat lainnya, sedangkan kalimat turunan adalah kalimat yang diturunkan dari kalimat inti.

3. Ranah Sosiolinguistik

a. Pengertian Sosiolinguistik

Bahasa digunakan sebagai sarana ekspresi dan komunikasi dalam seluruh kegiatan kehidupan manusia dalam bersosialisasi. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan dan ilmu serta teknologi yang berkembang sedemikian rupa, bahasa pun berkembang mengikuti perkembangan tersebut. Perkembangan kebudayaan dan teknologi informasi yang demikian pesat membawa pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan kosakata maupun peristilahan dalam suatu bahasa.

(35)

35

yang berwibawa dan sebaliknya, ada bahasa yang pergeserannya justru ke belakang (bersifat involutif).

Sebelum menggali lebih lanjut mengenai perkembangan variasi “bahasa” Alay di tengah bahasa Indonesia, yang muncul karena adanya pengaruh dari perkembangan ilmu dan teknologi serta informasi, ada baiknya kita mengetahui teori sosiolinguistik yang mendasari proses penelitian mengenai variasi “bahasa” Alay ini.

Istilah sosiolinguistik menunjukkan ada dua bidang yang dikaji, yakni sosiologi dan linguistik. Aspek utama kajian ini adalah sosio (sosial) sebagai ciri umum, sedangkan linguistik (bahasa) sendiri bercirikan sosial. Sosiolinguistik juga menyangkut individu sebab unsur yang sering terlihat melibatkan individu sebagai akibat dari fungsi individu tersebut sebagai makhluk sosial. Bahasan inti dalam kajian ilmu sosiolinguistik adalah masyarakat dan bahasa, oleh sebab itu disiplin ilmu ini menggeluti dan menyusun teori tentang hubungan antara masyarakat dan bahasa. Masyarakat, dalam hal ini mencakup pihak yang terlibat dalam interaksi kelompok besar maupun kecil.

(36)

36

Linguistik adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek formal bahasa lisan dan tulisan. Oleh karena bahasa itu sendiri merupakan alat komunikasi dalam proses sosialisasi. Karena bahasa biasanya berfungsi dalam satu matriks sosial dan karena masyarakat sangat bergantung pada bahasa sebagai sarana interaksi (komunikasi), maka diharapkan adanya manifestasi hubungan antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.

(37)

37

1) Hubungan Sosiologi dengan Linguistik dan Sosiolinguistik

Sosiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur masyarakat dalam perwujudannya secara keseluruhan. Cabang ilmu itu melibatkan dirinya dengan seluruh gejala, sifat, dan ciri-ciri masyarakat dengan perwujudan alam yang bersifat sosial, di antaranya bahasa. Budaya lahiriah dan batiniah termasuk pula dalam perwujudan alam yang bersifat sosial dan mencakup kesadaran manusia.

(38)

38

2) Linguistik dalam Hubungannya dengan Sosiolinguistik

Linguistik adalah ilmu pengetahuan yang melibatkan dirinya dengan bahasa. Bahasa sebagai objek penelitian linguistik ditinjau dari batasan-batasan fungsi dan perkembangannya. Keberadaan struktur bahasa dapat ditinjau secara historis dan memberikan tempat yang spesifik, terisolasi dan tersendiri di antara unsur-unsur kemasyarakatan lainnya. Unsur-unsur dan kategori yang spesifik dari bahasa, ciri-ciri dan variasi struktural tidak dapat dijabarkan dan ditemukan padanan formulasinya dalam perwujudan sosial lainnya.

(39)

39

utama gejala sosial dan pengaruh timbal baliknya maupun perkembangan di dalam bahasa itu sendiri.

3) Hubungan Sosiolinguistik dengan Sosiologi dan Linguistik

Dalam ilmu pengetahuan dewasa ini, terutama di bidang ilmu bahasa terdapat beragam pendapat tentang hubungannya dengan objek linguistik. Beberapa pengarang berbeda pandangan tentang harus dimasukkan dalam disiplin ilmu yang mana sosiolinguistik itu. Di Rusia, pandangan yang berpengaruh adalah bahasa sosiolinguistik merupakan salah satu cabang tersendiri dari ilmu pengetahuan yang interdisipliner.

Efek timbal balik antara sosiolinguistik dan linguistik sangat banyak dan mendalam. Hal itu dapat dijelaskan oleh dua ciri sosioliguistik. Pertama, oleh pengaruh yang khas dari faktor-faktor sosial terhadap fungsi bahasa secara keseluruhan. Kedua, melalui pengaruh faktor sosial yang khas pada struktur bahasa secara keseluruhan struktur bahasa, tingkatannya, dan unsur-unsur dalam struktur bahasa (seperti morfologi, fonologi, sintaksis, hubungan kata dan kalimat, dll.).

b. Masyarakat Bahasa

(40)

40

kebahasaan. Bahasa lahir dari masyarakat dan digunakan oleh masyarakat. Oleh sebab itu bahasa membentuk citra diri dan karakter dari masyarakat pengguna bahasa tersebut. Bahasa dan masyarakat ibarat dua sisi mata uang yang tidak mungkin terpisahkan. Tidak mungkin ada bahasa tanpa masyarakat dan begitu juga sebaliknya, tidak mungkin ada masyarakat tanpa bahasa. Masyarakat terus berubah, begitu pula dengan bahasa, sehingga bahasa dan realitas sosial tidak bisa dipisahkan. Bahasa tidak hanya digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, tetapi juga digunakan sebagai alat komunikasi manusia. Bahasa ada dalam masyarakat melalui proses kesepakatan suatu kelompok atau masyarakat secara bersama-sama.

Samsuri (1983: 37), menulis beberapa definisi mengenai masyarakat bahasa yang dipaparkan beberapa ahli bahasa:

1) Sekelompok orang biasanya pada tempat yang sama, berbicara ragam bahasa yang sama, atau bahasa baku yang sama. (Hartman & Stork, 1972: 215).

2) Suatu masyarakat ujaran adalah sekelompok orang yang satu sama lain bisa saling mengerti sewaktu mereka berbicara. (Corder, 1973: 50).

(41)

41

secara langsung maupun tidak langsung, melalui bahasa yang sama. (Hocket, 1958: 8)

4) Sekelompok orang yang menggunakan sistem tanda-tanda ujaran yang sama disebut satu masyarakat bahasa. (Bloomfield, 1933: 29)

Masyarakat bahasa bersifat heterogen, baik antara masyarakat bahasa yang satu dengan masyarakat bahasa yang lainnya, maupun antar anggota dalam satu masyarakat bahasa. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sosial, seperti status sosial, peran sosial, jenis kelamin, umur, latar belakang etnis budaya, lingkungan, pendidikan, dan agama.

Fishman dalam Chaer & Leonie (2003: 36) memaparkan “Masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan penggunaanya.”

(42)

42 c. Variasi Bahasa

Perkembangan bahasa Indonesia sekarang ini menimbulkan varian-varian bahasa, yaitu variasi bahasa menurut pemakainya (dialek) dan variasi bahasa menurut pemakaiannya (ragam bahasa). Kridalaksana (1989: 2-3) membedakan variasi bahasa sebagai berikut: 1) Variasi Bahasa

a) Dialek regional (variasi bahasa yang dipakai di daerah tertentu)

b) Dialek Sosial (variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu)

c) Dialek Temporal (variasi bahasa yang dipakai dalam kurun waktu tertentu)

d) Idiolek (variasi bahasa perseorangan) 2) Ragam Bahasa

a) Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan, yakni ragam undang-undang, ragam jurnalistik, ragam ilmiah, ragam jabatan, dan ragam sastra.

b) Ragam bahasa menurut medium pembicaraan, yakni ragam lisan (pidato percakapan, kuliah, dll) dan ragam tulis (undang-undang, teknis, surat menyurat, catatan, dll)

(43)

43

dibedakan menjadi ragam santai, ragam resmi, ragam akrab, dsb. Adanya variasi dan ragam bahasa ini berpadu dalam berbagai jenis pengungkapan bahasa.

Telah dipaparkan sebelumnya, bahwa masyarakat bahasa bersifat heterogen, artinya ada bagian-bagian atau kelompok-kelompok yang berbeda satu sama lain, yang klasifikasinya sering disejajarkan dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat bahasanya (bahasa induk). Variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa variasi bahasa adalah keanekaragaman bahasa yang disebabkan oleh faktor tertentu.

Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut: a. Variasi Kronologis

Variasi kronologis ini disebabkan karena adanya keurutan waktu/masa. Contoh pada kronolek bahasa Jawa:

Jawi Kuno : pada masa sebelum akhir kerajaan Majapahit Jawi Tengah : pada masa akhir Majapahit

Jawa Baru : pada masa sekarang b. Variasi Geografis

(44)

44 Contoh:

Dialek Jawa Tegal berbeda dengan Dialek Jawa Surabaya. c. Variasi Sosial

Variasi ini disebabkan oleh karena perbedaan latar belakang sosial penuturnya. Variasi ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian:

(1) Akrolek : Variasi bahasa yang dianggap paling bergengsi. Contoh: Bahasa Bagongan (Kraton)

(2) Basilek : Variasi bahasa yang dianggap kurang bergengsi. Contoh: bahasa Kromo Ndesa atau bahasa cowboy di luar negeri.

(3) Vulgar : Variasi bahasa yang mencirikan penuturnya dari kalangan yang kurang terpelajar. Vulgar atau vulgate (vulgus) yang artinya rakyat jelata.

(4) Slang : Variasi bahasa yang dianggap rahasia dan khusus (yang dipakai oleh kalangan tertentu dan sangat terbatas jumlah penuturnya).

(5) Kolokial : Variasi bahasa percakapan sehari-hari yang biasa digunakan oleh kelompok sosial kelas bawah.

(6) Jargon : Variasi bahasa yang pemakaiannya terbatas pada kalangan tertentu dan tidak dimengerti oleh masyarakat lain. (7) Argot : Variasi bahasa yang pemakaiannya terbatas pada

(45)

45

(8) Ken (Cant) : Variasi bahasa yang digunakan oleh kelas sosial tertentu dengan nada memelas.

d. Variasi Fungsional

Variasi Bahasa yang disebabkan adanya perbedaan fungsi pemakaian bahasa tersebut atau dalam sosisolinguistik disebut register, yakni ragam bahasa yang digunakan untuk maksud tertentu.

e. Variasi Gaya/Style

Variasi bahasa gaya perorangan dalam tuturan lisan/tulisan, terencana/spontanitas, sesuai dengan penguasaan bahasanya. Variasi ini dibagi menjadi:

(1) Gaya Frozen : Gaya beku. Penutur hampir tidak menyadari akan kehadiran pendengar/lawan tuturnya.

(2) Formal : Variasi bahasa baku, yang pola dan kaidahnya sudah ditetapkan.

(3) Konsultatif : Gaya ujaran dalam bisnis dan diskusi kelompok kecil.

(4) Kasual : Gaya ujaran santai, dengan penggunaan kalimat-kalimat elipsasi (alegro/pemendekan kata, frasa, atau kalimat-kalimat). (5) Intim : Gaya ujaran intim dengan pemakaian bahasa yang

(46)

46 f. Variasi Kultural

Variasi yang disebabkan perbedaan budaya masyarakat penuturnya, yang dibagi menjadi beberapa jenis:

(1) Vernakular : Bahasa asli/pribumi.

(2) Pidgin : Variasi bahasa karena percampuran struktur dan kosakata sebagai akibat perpaduan dua atau lebih budaya. Contoh: Melanesia (Melayu-Indonesia)

(3) Kreol (Creole) : Adalah pidgin yang sudah dipakai secara turun temurun sehingga struktur dan kosa katanya sudah mantap, bahkan bisa mengarah menjadi bahasa resmi.

(4) Lingua Franca : Bahasa yang diangkat oleh penutur yang berbeda budaya untuk dipakai bersama-sama. Contoh: bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan pada zaman dulu.

g. Variasi Individual

Variasi individual disebabkan oleh perbedaan perseorangan (idiolek). Bagian dari sebuah bahasa yang setiap individu penutur memiliki ciri tuturan yang khas yang berbeda satu sama lain.

C. Awal Mula Variasi “bahasa” Alay

(47)

47

tanda-tanda adanya variasi “bahasa” Alay sudah ada sejak lama dan kita pun pasti pernah menggunakan variasi “bahasa” Alay. Sekilas dapat dikatakan bahwa variasi “bahasa” Alay sama dengan bahasa prokem atau bahasa gaul.

Menurut beberapa sumber, kata “Alay” berasal dari akronim ‘Anak LAYangan’ atau ’Anak Lebay’. Kata Alay diistilahkan bagi anak yang menganggap dirinya paling keren, gaul, dalam selera berbusana, musik, dan segala sesuatu yang sedang tren pada zamannya. Konon, kata “Alay” diartikan sebagai “anak kampungan”, karena anak kampung umumnya berkulit gelap dan berambut merah seperti terlalu banyak bermain layangan (tersengat sinar matahari). Namun, belakangan kata “Alay” mengacu pada sosok anak yang lebay(berlebihan).

(48)

48

Sumber: Ilustrasi dari haitsam files.wordpress.com

(49)

49

Secara sekilas, ciri-ciri anak Alay ini serupa dengan ciri-ciri anak Emo3. Terbukti antara Alay dan Emo kemudian berkembang sebagai trend

fashion, di sisi lain Emo tidak menggunakan tipe-tipe bahasa tertentu yang

mencirikan emo-annya seperti variasi “bahasa” Alay yang mencirikan ke-Alay-annya. Pada kenyataannya, di sekitar kita banyak sekali orang-orang khususnya para remaja yang menyukai tipe fashion yang seperti ini. Namun penulis juga tidak berani mengambil simpulan bahwa mereka adalah salah satu kelompok Alay yang berkembang di masyarakat.

Sumber: “http://ruangberita.com/apa-itu-Alay/”

3 Emo adalah kependekan dari emotional. Istilah ‘emo’ dipakai dalam salah satu aliran

(50)

50

(51)

51 BAB III

ANALISIS PROSES PEMBENTUKAN KATA

DALAM VARIASI “BAHASA” ALAY

A. Pengantar

Setiap bahasa juga mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu mempunyai kaidah atau struktur pembentukan bahasa, namun setiap bahasa mempunyai struktur dan kaidah pembentukannya sendiri-sendiri. Demikian pula dengan variasi “bahasa” Alay. Meskipun variasi “bahasa” Alay dapat dikatakan bahasa yang nyeleneh. Oleh sebab itu, dalam bab ini akan dibahas mengenai bentuk struktur dan ejaan variasi “bahasa” Alay, serta implikasi, fungsi variasi “bahasa” Alay dan faktor yang mempengaruhi perkembangan variasi “bahasa” Alay di kalangan remaja Indonesia. Sebagai catatan yang perlu digarisbawahi bahwa peraturan dalam variasi “bahasa” Alay adalah tidak teratur. Secara linguistik disebut arbitrer (sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, manasuka).

B. Proses Morfologi

1. Afiksasi

(52)

52 a. {me-N} {N}

(1) Hoaamm,,, NgnTuk NhEy… tp Mc!h d srUh ngWAs!n… (hoam,,, ngantuk nih.. tapi masih disuruh ngawasin..)

(2) Hahay… NyeZeLL LeWat sana TaDi… huhuu… (hahay… nyesel lewat sana tadi.. huhuhu)

(3) kNp4 dy hrz bhg!a d atz pndrtaanQ. Pdh4l apha yg trjdi pdku, akbt kslhn dy jg. Ya allah, kNpa Hrz Q yg d bwt dy Mndrta…

(Kenapa dia harus bahagia di atas penderitaanku. Padahal apa

yang terjadi padaku, akibat kesalahan dia juga. Ya allah, kenapa

harus aku yang dibuat dia menderita)

Dari data (1) di atas kata ngantuk dan ngawasin merupakan bentukan kata yang terjadi melalui proses penanggalan me-N. Kata ngantuk dan ngawasin dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar seharusnya ditulis mengantuk (yang bermakna dalam keadaan mengantuk) dan mengawasi (yang bermakna melakukan perbuatan). Kata nyesel pada data (2) merupakan bentukan dari kata menyesal (yang bermakna dalam keadaan menyesal). Sedangkan pada data (3), kata kenapa merupakan bentukan dari kata kena dan apa yakni kata interogatif yang bermakna melakukan.

(53)

53

(wah seru ya belanjanya? He, kok kagak ngajak-ngajak mbak?

Whaha, tapi ya sakit juga lho kesedot tabungannya, he. Ganti

mbak sedot aja tu sedotannya mbak, biar nggak bisa nyedot

tabungan lagi. xixixi)

Dari data (4) di atas kata nyedot berasal dari kata menyedot yang bermakna melakukan perbuatan menyedot.

b. {me + kan} {N + in}

(5) NgRASAIN kembALI rasANya Di sEtrUm PakKE JaRum 5... SakiIT...

(ngerasain kembali rasanya disetrum pake jarum 5… sakit…)

Pada contoh (5), kata ngrasain berasal dari kata merasakan, mendapat konfiks N + in menjadi ngerasain, yang bermakna melakukan dengan sungguh-sungguh.

c. {ter-} {ke-}

Dalam contoh (4) di atas terdapat contoh penanggalan prefiks ter-, yakni pada kata kesedot yang seharusnya dalam bahasa Indonesia ditulis tersedot. Pada kata kesedot tersebut mendapat pengaruh imbuhan ke- dari bahasa Jawa.

d. {ber-} {Ø}

(54)

54

(aku harap semuanya akan terasa jauh lebih baik dari

sebelumnya…)

Melalui contoh (6) kita dapat lihat kata harap merupakan penanggalan ber- dari kata berharap.

2. Reduplikasi/ Pengulangan

Proses reduplikasi dalam “bahasa” Alay, adalah meliputi reduplikasi kata dasar, reduplikasi berubah bunyi, reduplikasi berafiks/ berimbuhan. Sedangkan sistem penulisan reduplikasinya adalah dengan menggunakan angka 2 dan randa kutip (“).

a. Reduplikasi Kata Dasar

Reduplikasi kata dasar adalah suatu proses pengulangan di mana yang mengalami perulangan adalah kata dasar.

(7) Hahha.. Oka aDa2 aja Dech.. Ntar kalo pUlanG KabaRi Each… (hahha.. Oka ada-ada aja deh.. ntar kalo pulang kabari ya…)

(8) MasIoh GaG aYu” NeMen NeGh nGenEh sEeNGgaK”e kEtHok AyUh mEsKi dIkIt cHuKz…

(meski nggak ayu-ayu banget kalo begini setidak-tidaknya

kelihatan ayu meski dikit chuks…)

(55)

55

Kata ayu (cantik) dalam contoh (8) mengalami reduplikasi dengan menggunakan tanda kutip (“). Sedangkan untuk seenggak”e akan dibahas pada poin reduplikasi berafiks.

b. Reduplikasi Berubah Bunyi

Reduplikasi berubah bunyi ditulis seperti dalam kaidah yang ada dalam bahasa Indonesia.

(9) BoLak bALik klAteN-jOgJa… HuFFt… (>.<!) (bolak balik Klaten-Jogja… Huft… (>.<!) )

(10) mank napa..?? dr pd penc4k penc0k g'jLAs n9unu mndink crit0 ae nank akuh..tell me ab0ut ur pr0bLEm...^,^

(emang kenapa? Dari pada pencak pencok nggak jelas gitu

mending cerita aja ke aku, tell me about your problem… ^,^ )

Pada contoh (9) kata balik mengalami reduplikasi perubahan bunyi menjadi bolak-balik, yakni perubahan vokal /a/ dan /i/ pada kata balik, menjadi vokal /o/ dan /a/ pada kata bolak. Sedangkan pada

contoh (10) terjadi reduplikasi pada kata pencak-pencok, dengan kata dasar pencok4. Reduplikasi terjadi dengan perubahan vokal /o/ pada kata pencokmenjadi vokal /a/ pada kata pencak. Jika reduplikasi pada bahasa Indonesia dihubungkan dengan tanda min (-), tapi dalam variasi “ba hasa” Alay tidak digunakan tanda min (-).

4 Pencok (berasal dari kata jancuk atau jancok) merupakan kata makian dalam bahasa

(56)

56 c. Reduplikasi Berafiks/ Berimbuhan

(11) Cnt tk'kn dtg jk qT MngGu s"0rg yg sMpurN4. Tp cNta akn dtg, jk qTa dpt MnrMa ktdksMpurn4an s"0rg & Mncntaix dgn sMpUrna…

(cinta tak kan datang jika kita menunggu seseorang yang

sempurna. Tapi cinta akan datang, jika kita dapat menerima

ketidaksempurnaan seseorang dan mencintainya dengan

sempurna…)

Kata seseorang pada contoh di atas mengalami proses afiksasi dan reduplikasi. Kata orang mengalami afiksasi yang ditandai dengan adanya prefiks se-, kemudian direduplikasi menjadi seseorang. Sedangkan pada contoh (8) pada poin reduplikasi kata dasar, kata seenggak”e merupakan bentukan dari kata dasar enggak ‘tidak’ dan afiksasi bahasa jawa se-e menjadi seenggake, dan kemudian mengalami reduplikasi menjadi seenggak-enggake.

C. Tataran Sintaksis

1. Frasa dalam Variasi “Bahasa” Alay

a. Frasa Endosentris

1) Frasa Endosentris Koordinatif (FEK)

(57)

57

(12) LaGi ZiaRah KeMaKam EyaNk PutRi n EyaNk KakUNg...

(lagi ziarah ke makam Eyang Putri dan Eyang Kakung…)

(13) Bagiku kamu Gag Lbih dri sEek0r aNjing... Jadi,c0wk kyak kamu Mank Gag pNtez d H0rmaTi ato d kSih hTie…

(bagiku kamu nggak lebih dari seekor anjing… jadi, cowok

kaya kamu emang nggak pantes dihormati atau dikasih

hati...)

FEK pada contoh (12) terdapat pada unsur EyaNk PutRi n EyaNk

KakUNg, dengan menggunakan tanda hubung dan yang mengalami

penyingkatan menjadi n, sedangkan FEK pada contoh (13) terdapat pada unsur d H0rmaTi ato d kSih hTie, dengan penggunaan tanda hubung atau yang mengalami monoftong menjadi ato.

2) Frasa Endosentris Atributif (FEA)

FEA terdiri atas satu inti yang dapat didahului atau diikuti oleh kata atributif (pelengkap).

(14) Uaancriiitt,,,, uj4n der4z, d sErtai pMdaman L4mpu.. Q aMpk gugh bz4 ngpa"in nhEy,,,?!! Hufft,,UapEs puu0oollll (uancrit..hujan deras, disertai pemadaman lampu.. aku

sampe nggak bisa ngapa-ngapain nih..?!! Huft,, Uapes

puooll)

(58)

58

3) Frasa Endosentris Apositif (FEAp)

FEAp terdiri atas dua inti, yang kedua intinya mempunyai referen yang sama serta tidak dihubungkan oleh kata penghubung. Mengenai kaitannya dengan objek penelitian, penulis tidak menemukan bentuk seperti ini pada data-data yang telah dikumpulkan.

b. Frasa Eksosentris

Frasa ini ditandai dengan adanya preposisi, misalnya yang, di, ke, dari, untuk, dsb.

(15) MLaM MinGGu dTg Lgi -SediH yG TaK BR'uJuNG- BR'hRap

Bidadari Penyelamat ada bUaTkU..

(malam minggu datang lagi – sedih yang tak berujung-

berharap bidadari penyelamat ada buatku..)

(16) doLAN kemANA?? OrANG km Ja SRING beuD k SmPing ruMAh Wat BrapeL2 RIA ama MbA' viTA kug... Tp Ya SudahLAH... Maren Pulang Ndiri Kug... Enag Jg Trnyata... ...Isa TP TP... EhemT..

(dolan kemana?? Orang kamu aja sering banget ke samping

(59)

59

sudahlah.. kemarin pulang sendiri kuk.. enak juga ternyata..

bisa TP-TP5.. Ehemt..)

Pada contoh (15), frasa eksosentris dapat dilihat pada unsur SediH yG TaK BR'uJuNG, dlam frasa tersebut terdapat preposisi yang,

sedangkan pada contoh (16) terlihat dalam unsur k SmPing rumah,

yang ditandai dengan preposisi ke-.

2. Kalimat

a. Kalimat Menurut Struktur

Secara struktur, pada dasarnya kalimat dalam variasi “bahasa” Alay sama dengan struktur kalimat dalam kaidah bahasa Indonesia, karena pada dasarnya pengguna variasi “bahasa” Alay adalah remaja Indonesia, sehingga bahasa yang di-Alay-kan adalah bahasa Indonesia. (17) aduch... Q CaPek bWangEeett abiEz n9anTer Ny0kap bLnja...

(aduh…aku capek banget… abis nganter nyokap belanja..)

aduh… aku capek banget abis nganter nyokap belanja..

P Pel S P

Interjeksi S Pel P O

(60)

60

Dapat dilihat pada contoh (17) di atas, bahwa penulisan bahasa Indonesia yang di-Alay-kan masih memenuhi standarisasi struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. Dalam kalimat di atas terdapat unsur interjeksi, subjek, pelengkap, predikat dan objek.

b. Kalimat Menurut Bentuk

Kalimat menurut bentuknya yang digunakan dalam variasi “bahasa” Alay merupakan kalimat yang tidak sempurna. Tetapi tidak jarang pula, kalimat yang digunakan adalah kalimat yang berbentuk pendek dan ringkas, seperti pada register SMS. Bentukan kalimat-kalimat dalam bahasa ini terjadi karena adanya penanggalan fungsi kalimat, seperti penanggalan fungsi subjek, predikat, dan objek.

(18) KetiDuRan_Fb, yM, TwiTter MsH oL sMuA… AtiT’quW dAh MenDinqAn.. q00d nIqhT all n NiCe DreAm.. ThaNk’S qOd ;-D (ketiduran. Fb, ym, twitter masih OL semua.. sakitku udah

mendingan.. good night all and nice dream.. thanks God ;-D )

(19) SaYan9’9uw 9Ek nEsU_Mw NgaPa2’In jD MaLeZ.. HadUw.. (sayangku gek nesu. Mau ngapa-ngapain jadi males.. haduw..)

(20) CaPe’… (Capek…)

(61)

61

tersebut mempunyai fungsi subjek, sehingga kalimat tersebut menjadi aku ketiduran. Sedangkan pada contoh (19), pada kalimat sayangku

gek nesu (sayangku sedang marah), mengalami penanggalan fungsi objek, dalam hal ini adalah objek kemarahan. Bila kalimat ini dibentuk menggunakan tata kalimat dalam bahasa Indonesia, seharusnya kalimat ini misalnya menjadi sayangku gek nesu ma aku. Kalimat pada contoh (20) mengalami penanggalan fungsi subjek dan objek

c. Kalimat Menurut Intonasi

1) Kalimat berita

Kalimat berita berfungsi menyampaikan suatu berita atau informasi.

(21) Ma5ih dtEmaNi InFu5 n obAt2n.. TemEn2 mhN Doa CepeT 5EmbUh EacH…

(Masih ditemani infus dan obat-obatan.. temen-temen mohon

doa cepet sembuh ya…)

Kalimat (21) memberitakan bahwa penutur masih dalam keadaan sakit dan kemungkinan sedang berada di rumah sakit karena dalam kalimat tersebut ada kata infus dan obat-obatan.

2) Kalimat Perintah

(62)

62

(22) MamA,, cpEt pL4ng dOnk..??? pEruT Chacha ud4h kErOncOngan Nhe,,,?? adUcch,,,

(Mama,, cepet pulang dong...?? perut Chacha udah

keroncongan nih,,,??? Aduh,,,,

Kalimat mama, cepat pulang dong merupakan kalimat yang meminta agar mama segera pulang ke rumah, karena perut penutur terasa lapar.

3) Kalimat Tanya

Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu hal, keadaan, seseorang, dan sebagainya.

(23) ,, menurut mUe sOuLmate itU upHu??,, (,, menurutmu soulmate itu apa??,,)

Dalam kalimat di atas mempertanyakan mengenai arti soulmate (belahan jiwa) menurut lawan tutur.

4) Kalimat Seru

Kalimat seru berfungsi untuk menyerukan sesuatu yang dimaksud atau diinginkan. Biasanya ditambahkan dengan menggunakan tanda seru ( ! ) atau kata seru, seperti hei, ayo,dan sebagainya. (24) penGEn SeSUATu Yg BrbeDA!!!

(pengen sesuatu yang berbeda!!!)

(63)

63 D. Leksikon

Analisis leksikon dalam variasi “bahasa” Alay ini berkaitan dengan penggunaan bahasa daerah dan bahasa asing untuk menulis status di Fb. Dari sekian data yang dikumpulkan, bahasa daerah yang digunakan bervariasi, yakni bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan beberapa kosakataslang. Sedangkan bahasa Asing yang digunakan adalah bahasa Inggris dan beberapa bahasa Jepang.

1. Pemakaian KosakataBahasa Daerah

Kosakata bahasa Daerah digunakan sehubungan dengan latar belakang tempat tinggal (daerah asalpenutur). Sesuai dengan data yang didapat, kosakata bahasa Daerah yang digunakan antara lain Bahasa Jawa Dialek Suroboyoan, Bahasa Jawa Dialek Semarangan, Bahasa Sunda, dan Dialek Jakarta. Berikut adalah pembahasannya:

a. Bahasa Jawa (Dialek Suroboyoan)

Bahasa Jawa dialek Suroboyoan dipakai oleh penutur yang berasal dari Jawa Timur, khususnya Surabaya dan sekitarnya.

(25) teLO KoEn iKuw… SiNau PeL LhaW… (telo koen iku… sinau pelajaran lah…)

(64)

64

dan lawan tutur yang berusia sama atau lebih muda dari penutur. Dalam kalimat (25) ini, kata koen dipakai karena lawan tutur usianya lebih muda daripada penutur, sedangkan kepada penutur yang usianya lebih tua menggunakan kata sampeyan.

b. Bahasa Jawa (Dialek Semarangan)

Bahasa Jawa dialek Semarangan digunakan oleh penutur yang berasal dari Semarang dan sekitarnya.

(26) Assseeemmm uwg mas >,< Karna sft pelupaquwh kie!! Huwhuwhuwhuw T__T

(asem og mas >,< karena sifat pelupaku kie!! Huwhuwhuw

T__T)

(65)

65 c. Bahasa Sunda

Bahasa Sunda dipakai oleh penutur yang berasal dari daerah Jawa Barat.

(27) Wkwkwkwk… ManTep.. SeTuJu PIsaN eUy.. Ma SaRanNa Oka.. xixixxii…

(wkwkwkwk… mantep… setuju pisan euy… ma sarannya Oka..

xixixxii…)

(28) … aYah BuNda … HeLP!! aTw akaNG TamBahIn UanG Te2H Dunk.. hoho .. ^_^

(… ayah bunda… help!!! Atau Akang tambahin uang Teteh dong..

hoho.. ^_^ )

Fungsi partikel euy dalam bahasa Sunda hampir sama dengan partikel og dan kie dalam dialek Semarangan, yakni sebagai penegas, sedangkan kata akang dan teteh merupakan kata sapaan dalam bahasa Sunda. Akang merupakan kata sapaan bagi laki-laki, sedangkan teteh adalah kata sapaan bagi perempuan. Setara dengan mbak (bagi perempuan) dan mas (bagi laki-laki) dalam bahasa Jawa.

d. Dialek Jakarta

(66)

66

perpindahan masyarakat Jakarta (Betawi) ke daerah lain sehingga daerah tujuan menjadi terkontaminasi oleh kebudayaan dan bahasa masyarakat Jakarta (Betawi).

(29) kLo kYa" 6iNi tYuZ eNak niE,,,,,?... 6ua bSa maKan 6aji buTa tYuZ,,,,!!

(kalo kaya gini terus enak nih,,,,,,?.... gua bisa makan gaji buta

trus,,,,,!!)

Kata gua merupakan kata sapaan untuk kata ganti orang pertama, setara dengan ‘saya’ dan ‘aku’ dalam bahasa Indonesia. Pada awalnya kata gua merupakan kata sapaan yang sering dipakai oleh masyarakat Betawi di Jakarta, yang sekarang tidak hanya digunakan dikalangan masyarakat Jakarta saja, melainkan juga digunakan oleh pemuda-pemudi didaerah lain.

2. Pemakaian Kosakata Bahasa Asing

a. Bahasa Inggris

Bahasa Inggris digunakan karena bahasa Inggris merupakan bahasa intenasional, sehingga setiap orang yang menggunakan bahasa Inggris merasa memiliki kebanggaan tersendiri jika memakainya. (30) I HeaR Ur vOiCe On ThE LiNe... But it dOeSn't stOp tHe

(67)

67

(I hear your voice in the line… but it doesn’t stop the pain… if I

see you next to never,,, how can we say forever…???)

Contoh di atas merupakan kutipan lagu Barat yang ditulis oleh salah satu Fb-ers. Dalam contoh di atas terlihat ada beberapa kata yng disingkat, yakni ur, 2, dan 4eva’. Kata ur merupakan pemendekan dari kata your ‘milikmu’. Fonem /u/ dalam abjad bahasa Inggris dilafalkan [yu], sedangkan kata you dilafalkan sebagai [yu], sehingga kata you ‘kamu’, your ‘milikmu’ (tunggal), yours ‘milikmu’ (jamak), you’re ‘kamu adalah’ secara berturut-turut menjadi u, ur, u’rs, u’re.

Angka 2 merupakan pengganti kata to ‘ke’. Angka 2 dalam bahasa Inggris dilafalkan [tu] dari kata two, sedangkan kata to dilafalkan [tu]. Kata forever ‘untuk selamanya’ ditulis menjadi 4eva’, karena four ‘empat’ dilafalkan [ for ], for ‘untuk’ dilafalkan [ for ],

sedangkan ever ‘pernah/selama’ dilafalkan [ әfәr ].

b. Bahasa Jepang

Bahasa Jepang dipakai karena penutur Alay mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap bahasa dan kebudayaan Jepang.

(31) waaD soBad2 FaCeBooKeRs met MaLem Jah yUa... haVe a Cwuit dLiiMz.. Oya sUmiNasai... MaTa asHita... SayOnaRa..  (buat sobat-sobat facebookers met malem aja ya… have a sweet

(68)

68

Pada contoh (31) di atas, terdapat kalimat dalam bahasa Jepang, yakni kata oya suminasai yang berarti ‘selamat malam’, mata ashita berarti ‘sampai jumpa besok’, sayonara berarti ‘selamat tinggal’ atau ‘sampai jumpa’.

3. Slang

Kosakata slang yang dulunya dianggap sebagai bahasa/kosakata rahasia dan bersifat khusus, kini tidak lagi bersifat rahasia dan khusus. Seperti salah satu kosa kata slang di bawah ini:

(32) pNaz” d srUh k jMp ma NyOkap bWT ng-Cekz br4ng..

(panas-panas disuruh ke JMP ma Nyokap buat ngecek barang..)

Kata nyokap adalah salah satu kosakata slang yang telah dipakai oleh para muda Indonesia sejak lama (+ pada tahun 80-an). Dalam bahasa Indonesia, kata ini setara dengan ibu (orang tua perempuan). Namun, kata nyokap masih banyak digunakan oleh remaja Jakarta (Anak Gaul Jakarta)

dan sekitarnya, sedangkan remaja daerah masih menggunakan kosakata slang dari daerahnya, misalnya di Surabaya terdapat istilah emes atau memes, sedangkan di Semarang mengenal semeh. Kosakata pasangan

nyokap adalah bokap (ayah), biasa disingkat bonyok. Sedangkan kata

(69)

69 E. Ortografis

1. Penulisan Huruf Kapital

Pemakaian huruf kapital tidak hanya digunakan pada huruf pertama suatu kata, melainkan diletakkan secara acak, yakni juga pada huruf tengah atau akhir kata.

(33) its tiMe to CoNtiNue My Next AcTiVitiEs... teMeNd2 FB seMua DiMaNa AjaMet aktiVitas y!!be NiCe WeeK EnD :-)DoNt 4get to Say BaSMaLLah d FiRst.. n Keep SmiLiNg... GaNbaRo... yOsh!!! ^_^

(its time to continue my next activities… teme-temen FB semua di

mana aja met aktivitas ya!! Be nice weekend Don’t forget to say

basmallah the first.. and keep smiling… ganbaro… yosh!!!

(34) So sLeePy n TiReD RigHt nOw.. WaNNa Take a ReSt 4 sEveRaL times… But I CaNt..  MusT cOntiNue nExt aCtiVitiEs.. MoRNing at BheKhathe.. AftErNoOn in GreEn CiTy.. aNd aLsO night at BheKhaThe aGaiN.. huuuFtt.. LikE thiS EveRy Day… HoHoOo gaNBaRo!! 

(so sleepy and tired right now… wanna take a rest for several

times… but I can’t.. must continue next activities.. morning at

Bhekathe again.. huuuft.. like this everyday.. hohooo.. ganbaro!! )

(70)

70

Frasa next activities pada contoh (33) Next AcTiVitiEsditulis dengan pola Kvkk VkKvKvkvVk, sedangkan pada contoh (34) nExt aCtiVitiEs ditulis dengan pola kVkk vKkvKvkvVk. Hal yang sama juga terjadi pada kata ganbaro. Pada contoh (33) GaNbaRo ditulis dengan pola KvKkvKv, sedangkan contoh (34) gaNBaRo ditulis dengan pola kvKKvKv.

Kedua data di atas ditulis oleh orang orang yang sama (MS), dalam setiap penulisannya ia menggunakan variasi huruf besar dan kecil. MS menggunakan variasi tulisan huruf besar dan kecil, ketika meng-update status melalui ponsel, sedangkan ketika ia meng-update status melalui komputer atau laptop, ia tidak menggunakan variasi tulisan tersebut. Pola tulisan yang ia buat tidak selalu sama, artinya pada satu kata ia tidak selalu menggunakan pola yang sama, seperti yang terlihat pada uraian di atas.

2. Penanggalan Huruf

a. Pelesapan

Proses pelesapan terjadi pada kata sudah dan saja seperti pada contoh berikut:

(35) Udah bBrp4 hr! nhe,Q gag enk bdan.tp ttep aJa nNti c!ank. Q pksa'in bwT prg! brEng ibu agkT cri tMpaT paMEran. Hufft,,,

(udah beberapa hari ini, aku nggak enak badan. Tapi tetep aja

nanti siang. Aku paksaan buat pergi bareng ibu angkat cari

(71)

71

Kata sudah mengalami proses pelesapan menjadi udah sedangkan kata saja menjadi aja. Secara ortografis, kata sudah ditulis s-u-d-a-h dan saja ditulis s-a-j-a. Namun dalam variasi “bahasa” Alay, kata sudah dapat ditulis menjadi udah, udh, atau dah, sedangkan kata saja dapat ditulis menjadi aja, ja, aj, atau j. Hal ini bergantung dengan kesukaan/kebiasaan penutur. RS terbiasa menggunakan kata variasi udah dan aja untuk memudahkan pengetikan pada keypad ponsel.

Dalam peristiwa tuturan santai/informal, penutur lebih sering menggunakan kata udah dan aja untuk memudahkan pelafalan. RS dalam statusnya menuliskan apa yang ia pikirkan, sehingga ia tidak mengharapkan adanya komentar terhadap apa yang dituliskan.

b. Monoftongisasi

Monoftongisasi terjadi pada gabungan fonem /au/ berubah menjadi /o/ seperti pada kata atau, kalau dan mau, menjadi ato, kalo atau lo dan mo.

(36) KaL0 seBeL DiRquwH jaDi Sa2rAn… (kalo sebel diriku jadi sasaran…)

(37) UdAra PgI DinGiN bNgEt nCh,, Mo MnDi dLu aChh,, bIs t0 pKe SliMuT Lg,,, MeT PgI N Met ManDi z yCh,,,

(udara pagi dingin banget nih,, mau mandi dulu ah,, abis itu

(72)

72

Secara ortografis, kata kalau ditulis k-a-l-a-u, atau ditulis a-t-a-u, dan mau ditulis m-a-u. Dalam variasi “bahasa” Alay, kalau dapat ditulis kalo, klo, klw, lo, atau lw, atau dapat ditulis ato atau atw, sedangkan mau dapat ditulis mo atau mw. Dua data di atas ditulis oleh orang yang berbeda, namun dapat dilihat kesamaan kedua orang tersebut bila menuliskan kata yang mempunyai elemen /au/ menjadi /o/, di mana kedua orang tersebut tidak saling mengenal dan secara geografis berbeda tempat tinggal.

c. Paragog

Proses paragog terjadi pada kata yang berakhiran dengan fonem /i/ mendapat tambahan fonem /e/.

(38) ShOOpiNg LaGie ShooPinG LagIe…!!! KeShedott TeRuzz Nee TabUNgaN… GimAnA Mw HemAT Nee…??? Huffttt…

(Shopping lagi shopping lagi…!!! kesedot terus nih tabungan..

gimana mau hemat nih…??? Huft…)

Pada contoh (39) kata lagi mendapat tambahan fonem /i/ menjadi lagie. MS hanya menggunakan variasi ini pada kata yang berakhiran

dengan vokal /i/ dengan alasan iseng.

3. Penggantian Huruf

Referensi

Dokumen terkait

Nout Mjr and Kiers Jl. A Review Tempe Fermentation, Innovation, And Functionality: Update Into The Third Millenium. Peran tempe kedelai hitam dalam meningkatkan

KONDOMINIUM TAMAN ANGGREK TOWER 7-46 C, JL. MEGA KUNINGAN BARAT IX, KAV. MEGA KUNINGAN BARAT IX, KAV.. M.H THAMRIN KAV. M.H THAMRIN KAV.. SULTAN HASANUDDIN NO. SULTAN HASANUDDIN

Terkait dengan permasalahan kognitif tentang mengenal lambang bilangan anak usia empat sampai lima tahun, maka penelitian ini tentang pengaruh media menara kardus angka

Golongan masyarakat pesisir yang dapat dianggap paling banyak memanfaakan hasil laut dan potensi lingkungan perairan pantai untuk kelangsungan hidupnya(Purba, 2005

sarana belajar untuk merangsang siswa berpikir produktif, terlihat guru menyuguhkan materi untuk dipelajari, membawa peta Indonesia, dan memyediakan LKS •

Mandub atau sunnah yaitu sesuatu yang dituntut dari seorang mukallaf supaya dia melakukannya, tetapi tuntutan itu bukan tuntutan yang pasti, atau dengan kata

Atas Informasi yang Tidak Benar Mengenai Undian Berhadiah pada Kegiatan. Perbankan yang didalamnya diuraikan mengenai Pengaturan

Dari hasil perhitungan koordinasi mata-kaki tersebut dinyatakan bahwa latihan menggunakan media video dengan kursi berpengaruh terhadap perubahan koordinasi mata-kaki pada siswa